BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Sistem Informasi
Laudon dan Laudon (2002, p7) menyatakan sistem informasi dapat didefinisikan secara teknik sebagai sekumpulan komponen yang saling berhubungan dalam melakukan pengumpulan, pengolahan, penyimpanan dan pendistribusian informasi untuk mendukung pengambilan keputusan, koordinasi dan pengendalian dalam sebuah organisasi.
O’Brien (2003, p7) berpendapat bahwa sistem informasi dapat berupa kombinasi dari orang, perangkat keras, piranti lunak, jaringan komunikasi, dan sumber data yang mengumpulkan, merubah dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.
Menurut Laudon dan Laudon (2002, p39), karena terdapat perbedaan pandangan tingkatan, spesialisasi dalam suatu organisasi perusahaan, maka informasi yang disajikan pasti akan berbeda pula, sehingga sistem informasi terbagi atas 4 tingkatan :
1. Sistem Informasi Tingkat Operasional ( Operational Level System )
Sistem informasi ini menampilkan dan menyimpan kegiatan sehari-hari yang diperlukan suatu organisasi. Tipe informasi yang ada dalam sistem ini disebut dengan TPS ( Transaction Processing System), sistem pengolahan transaksi ini menyajikan informasi mengenai aktivitas dan kegiatan sehari-hari yang terjadi dalam perusahaan.
2. Sistem Informasi Tingkat Pengetahuan (Knowledge Level System)
Sistem informasi ini mendukung dan menyediakan pengetahuan serta data pekerjaan dalam suatu perusahaan. Tipe yang digunakan dalam tingkatan ini, yaitu :
● KWS ( Knowledge Work System )
Sistem informasi ini membantu user yang berpendidikan dalam penciptaan dan pengintegrasian pengetahuan baru dalam suatu organisasi.
● OAS ( Office Automation System )
Sistem komputer seperti pengolahan kata, sistem pemesanan elektronik, dan sistem penjadwalan yang dirancang untuk meningkatkan produktivitas dari pengolahan kata dalam perusahaan.
3. Sistem Informasi Tingkat Manajemen ( Management Level System )
Sistem ini mendukung pengawasan, pengontrolan, pengambilan keputusan, dan aktivitas administratif dari manajer menengah. Tipe yang digunkan dalam tingkatan ini :
● Sistem Informasi Manajemen ( Management Informastion System )
Sistem informsi yang menangani dan membantu para manajer menengah untuk menjalankan fungsinya seperti perencanaan skema kerja, pengawasan, pengambilan keputusan dan menangani masalah yang terstruktur berdasarkan informasi dan laporan sehari-hari.
● Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan ( Decision Support System )
Sistem informasi yang dibuat untuk mendukung manajer untuk mengindentifikasi masalah yang terstruktur dan semi terstruktur, pengambilan keputusan dengan mengkombinasikan data dan analisa modul.
4. Sistem Informasi Tingkat Strategis ( Strategic Level System )
Sistem informasi yang mendukung perencanaan jangka panjang yang disusun oleh manajer senior. Dalam tingkatan ini tipe sistem yang digunakan, dinamakan sistem pendukung bagi eksekutif, yakni sistem informasi yang disajikan pada tingkat strategis didalam suatu organisasi yang lebih mengarah pada pengambilan keputusan untuk masalah yang tidak terstruktur melalui tampilan grafik, tabel, gambar, dan fasilitas untuk komunikasi keputusan yang telah diambil.
Gambar 2.1 Hubungan antara tingkat SI, Tipe SI dan Kelompok Pengguna ( Laudon dan Laudon, 2002, p39 )
Strategic Level System Management Level System Knowledge level System
Operational Level system
Tipe Sistem Kelompok Pemakai
EIS DSS MIS KWS OAS TPS
Top Manager, Executive
Middle Manager
Knowledge Worker
Operasional people, Supervisor
Menurut McLeod ( 2001, p7), saat merancang sistem informasi, penting untuk mempertimbangkan tingkatan manajer, karena hal ini dapat memepengaruhi sumber informasi dan cara penyajiannya. Dimana manajer pada tingkat perencanaan strategis lebih menekankan informasi lingkungan dan dalam bentuk yang ringkas dari pada manajer di tingkat bawah, dan para manajer di tingkat pengendalian operasional menganggap informasi internal dan terperinci sebagai yang paling penting.
Gambar 2.2 Tingkatan Manajemen Mempengaruhi Sumber dan Bentuk Penyajian Informasi
( McLeod, 2001, p8 ) Tingkat Perencanaan Strategis
Tingkat Pengendalian Manajer Tingkat Pengendalian Operasional
Tingkat Perencanaan Strategis Tingkat Pengendalian Manajer Tingkat Pengendalian Operasional
Lingkungan
Internal
Ringkas
Rinci
Pengaruh pada sumber informasi
2.2 Sistem Informasi Eksekutif
2.2.1 Pengertian Sistem Informasi Eksekutif
Menurut Mcleod dan Schell (2001, p432) sistem informasi eksekutif adalah sistem yang meyediakan informasi bagi eksekutif mengenai kinerja seluruh perusahaan. Informasi dapat diambil dengan mudah dan dalam berbagai tingkat rincian.
Sedangkan menurut Laudon dan Laudon (2002, p45) sistem informasi eksekutif merupakan sistem informasi pada level strategis dari organisasi yang ditujukan bagi pengambilan keputusan tidak terstuktur melalui grafik dan komunikasi.
Dengan demikian sistem informasi eksekutif berada di puncak sistem-sistem informasi fungsional dan menyediakan informasi bagi eksekutif. Dimana informasinya berasal dari dalam perusahaan dan dari lingkungan.
2.2.2 Karakteristik EIS
Sistem informasi eksekutif mempunyai beberapa karakteristik khusus. Menurut Turban dan Aronson (2001, p310 -314) Karakteristik sistem informasi eksekutif adalah sebagai berikut :
1. Drill Down
Salah satu kemampuan dari sistem informasi eksekutif yang paling berguna adalah menyediakan detil dari informasi yang telah diringkas. Dengan drill down para eksekutif dapat menilai dari gambaran sekilas dan kondisinya kemudian secara bertahap mengambil informasi yang lebih rinci
SI Pemasaran SI Manufaktur SI Keuangan SI SDM SI SD informasi EIS
Informasi dan data lingkungan Informasi dan data lingkungan
Gambar 2.3 Perusahaan dengan SIE ( McLeod, 2001, p322 )
2. CSF (Critical Succes Factor)
Adalah faktor – faktor pnting yang harus di pertimbangkan dalam pencapaian tujuan organisasi. Faktor – faktor tersebut dapat berupa strategi maupun pengoperasian yang diambil dari 3 sumber utama, yaitu faktor organisasi, faktor individu, dan faktor lingkungan. Faktor ini dapat berada dalam tingkat atas maupun tingkat divisi, perencanaan dan departemen.
3. Status Access
Data atau laporan terakhir dapat diakses setiap saat dengan menggunakan jaringan, informasi yang penting adalah keterhubungan antara informasi tersebut. Meskipun status akses memperbolehkan eksekutif untuk mendapatkan informasi sesuai dengan yang diminta tetapi bentuk ini tidak digunakan sebagai alternatif untuk memanipulasi data.
4. Analysis
Pada sistem informasi eksekutif, kemampuan menganalisis informasi di perlukan, Eksekutif tidak harus mengambil data secara terus menerus tetapi cukup hanya sekali saja, kemudian menganalisisnya sesuai dengan apa yang di inginkan.
5. Exception Reporting
Karakteristik ini berdasarkan pada konsep management by exception, Dalam konsep ini perangkat lunak sistem informasi eksekutif dapat mengindentifikasikan pengecualian - pengecualian secara otomatis dan membuatnya diperhatikan oleh eksekutif. Eksekutif dapat mengetahui apabila terjadi penyimpangan dari standar yang telah ditetapkan, dengan membandingkan kinerja yang dianggarkan dengan kinerja aktual sehingga eksekutif dapat mengetahui performance yang baik dan buruk.
6. Use of Colors and Audio
Pemberitahuan mengenai hal – hal yang kritis bukan hanya meggunakan angka tetapi juga menggunakan warna, dengan menggunakan warna dapat memberitahu eksekutif atau pengguna mengenai masalah – masalah potensial atau masalah – masalah yang harus mendapatkan perhatian. Contohnya hijau untuk ok, kuning untuk peringatan dan merah untuk bahaya. Beberapa sistem yang lain menggunakan suara sebagai sinyal apabila terjadi kesalahan.
7. Navigation of Informasi
Adalah sebuah kemampuan yang memungkinkan data yang besar dapat di eksplorasi atau di jelajahi dengan cepat dan mudah. Untuk meningkatkan kemampuan ini dapat menggunakan peralatan hypermedia, yaitu multimedia yang terdiri atas teks, grafik, audio dan video.
8. Communication
Eksekutif dapat berkomunikasi dengan pihak lain melalui email, transfer laporan yang dialamatkan untuk orang – orang tertentu melalui pertemuan atau komentar yang ditujukan kepada newsgroup di internet.
2.2.3 Kelebihan Sistem Informasi Eksekutif
Kelebihan sistem informasi eksekutif menurut Turban & Aronson (2001, p311) adalah sebagai berikut :
• Memudahkan pencapaian suatu organisasi.
• Memudahkan akses untuk memperoleh informasi.
• Meningkatkan mutu pengambilan keputusan.
• Memberikan kesempatan untuk bersaing.
• Meningkatkan kemampuan komunikasi.
• Meningkatkan mutu komunikasi.
• Menghemat waktu eksekutif.
• Memberikan pengendalian yang lebih baik dalam organisasi.
• Memberikan antisipasi terhadap masalah maupun kesempatan.
• Memberikan penyebab terhadap suatu masalah.
• Memberikan perencanaan.
• Menemukan kebutuhan – kebutuhan eksekutif.
2.2.4 Model Sistem Informasi Eksekutif
Berdasarkan McLeod (2001, p432), konfigurasi sistem informasi eksekutif yang berbasiskan komputer biasanya meliputi satu komputer personal, dimana biasanya pada perusahaan besar setiap komputer personal di hubungkan dengan mainframe. Komputer personal para eksekutif tersebut berfungsi sebagai executive workstation.
Konfigurasi perangkat kerasnya mencakup penyimpanan sekunder, kebanyakan dalam bentuk hard disk, yang menyimpan database eksekutif. Database eksekutif tersebut berisi data dan informasi yang telah di proses sebelumnya oleh komputer sentral perusahaan. Eksekutif memilih dari menu untuk menghasilkan tampilan layar yang telah disusun sebelumnya (preformatted), atau melakukan sejumlah kecil pemrosesan.
Sistem ini juga memungkinkan pemakai menggunakan sistem pos elektronik perusahaan dalam mengakses data dan informasi lingkungan.
Permintaan Informasi Berita dan Penjelasan Mutakhir Tampilan Informasi Komputer Personal Workstation Eksekutif Basis Data Eksekutif Workstation eksekutif lain Workstation eksekutif lain Menyediakan Informasi Perusahaan Basis Data Perusahaan Kotak Surat Elektronik Koleksi Perangkat Lunak Komputer Sentral Informasi dan Data Eksternal
Gambar 2.4 Model Sistem Informasi Eksekutif ( McLeod, 2001, p433 )
2.2.5 Perbedaan SIM, SPK dan SIE
Dibawah ini terdapat tabel perbedaan Sistem Informasi Eksekutif, Sistem Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi Manajemen menurut Laudon dan Laudon (2002, p41).
Segi SIM SPK SIE
Input Kumpulan data
transaksi, semua data perusahaan, dan model yang sederhana.
Volume data yang rendah atau database yang besar untuk analisa data, analisa model dan alat-alat analisa data.
Kumpulan data internal dan eksternal
perusahaan.
Process Laporan rutin, model yang sederhana dan tingkat analisa yang rendah.
Membuat analisis dari
stimulasi secara interaktif.
Membuat grafik dengan simulasi secara interaktif.
Output Laporan summary dan laporan pengecualian
Laporan khusus, analisa untuk pengambilan keputusan
Proyeksi dan untuk menjawab
pertanyaan
User Manajemen tingkat
menengah
Para profesional, para manajer
Manajemen tingkat atas
Tabel 2.1 Perbedaan SIM, SPK dan SIE ( Laudon dan laudon, 2002, p41)
2.3 Pemasaran
2.3.1 Pengertian Pemasaran
Menurut McLeod (2001, p449) pemasaran terdiri dari kegiatan perorangan dan orang yang memudahkan dan mempercepat hubungan pertukaran yang memuaskan dalam lingkungan yang dinamis melalui penciptaan, pendistribusian, promosi dan penentuan harga barang, jasa dan gagasan.
Menurut Laudon & Laudon (2002, p46) pemasaran mengidentifikasikan jenis konsumen yang menggunakan produk / jasa perusahaan, meneliti kebutuhan / keinginan, merencanakan dan mengembangkan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan konsumen, mengiklankan dan mempromosikan produk dan jasa tersebut.
Kotler & Amstrong (2001, p6) berpendapat bahwa pemasaran adalah proses penghantaran kepuasan dari konsumen dalam wujud sebuah laba / keuntungan. Dua tujuan utama dari pemasaran adalah menarik konsumen baru dengan cara menjanjikan hasil yang besar dan menjaga konsumen yang telah ada dengan cara memberikan kepuasan. Pemasaraan juga merupakan proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka perlukan dan mendapatkan produk dengan cara saling menukar.
Gambar 2.5 Konsep inti pemasaran ( Kotler dan Amstrong, 2001, p7 )
Produk dan jasa Nilai, kepuasan dan mutu Pasar Kebutuhan, Keinginan dan permintaan Pertukaran, transaksi, dan hubungan
2.3.2 Perbedaan Penjualan dan Pemasaran
Perbedaan antara penjualan dan pemasaran dapat dilihat lebih jelas pada tabel 2.2.
Penjualan Pemasaran 1. Tekanan pada produk 1. Tekanan pada keinginan
konsumen 2. Perusahaan pertama-tama
membuat produk dan kemudian mereka-reka bagaimana
menjualnya
2. Perusahaan pertama-tama
menentukan apa yang diinginkan konsumen dan mereka-reka bagaimana menyerahkan produknya untuk memenuhi keinginan itu
3. Manajemen berorientasi ke volume penjualan
3. Manajemen berorientasi ke laba usaha
4. Perencanaan berorientasi ke hasil jangka pendek berdasarkan produk dan pasar
4. Perencanaan berorientasi ke hasil jangka panjang, berdasarkan produk-produk baru, pasar hari esok dan pertumbuhan yang akan datang
Konsep penjualan
Konsep pemasaran
Gambar 2.6 Perbedaan antara konsep penjualan dan pemasaran ( Kotler dan Amstrong, 2001, p23 )
2.3.3 Bauran Pemasaran
Menurut McLeod (2001, p449) berpendapat bahwa strategi pemasaran terdiri dari campuran unsur-unsur yang dinamakan bauran pemasaran (marketing mix) : produk (product) adalah apa yang dibeli oleh konsumen untuk memuaskan keinginannya atau kebutuhannya. Produk dapat berupa barang fisik, berbagai jenis jasa atau suatu gagasan. Promosi (promotion) berhubungan dengan semua cara yang dapat meningkatkan penjualan produk termasuk periklanan dan penjualan langsung. Tempat (place) berhubungan dengan cara mendistribusikan produk secara fisik kepada pelanggan melalui saluran distribusi. Harga (price) terdiri dari semua elemen yang berhubungan dengan apa yang dibayar pelanggan untuk harga produk itu.
Pabrik Produk yang sudah ada dan promosi Penjualan Laba lewat volume penjualan
Pasar Kebutuhan pelanggan Pemasaran terpadu
Laba lewat kepuasan pelanggan Titik
Kotler (2001, p71) berpendapat bahwa bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran taktis, produk, harga, promosi, distribusi yang dipadukan untuk menghasilkan respon yang diinginkan pasar. Bauran pemasaran terdiri atas segala sesuatu yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya. Kemungkinan-kemungkinan itu dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok yang dikenal dengan 4p : product, price, place, promotion.
Produk (product)
Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan didalam suatu pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan dan dikonsumsi sehingga dapat memuaskan konsumen.
Harga (price)
Jumlah uang yang dibayarkan pelanggan untuk jumlah tertentu. Harga harus sebanding dengan nilai penawaran kepada pelanggan jika tidak maka pembeli akan berpaling ke produk pesaing.
Tempat (place)
Termasuk berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk dapat diperoleh dan tersedia bagi pelanggan sasaran. Kita harus menentukan, mengajak dan menghubungkan berbagai perantara pemasaran untuk menyediakan produk dan pelayanan secara efisien kepada pasar sasaran.
Promosi (promotion)
Meliputi semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk memperkirakan produknya kepada pasar sasaran dan dapat meningkatkan penjualan. Perusahaan juga memperkenalkan, melatih dan memotivasi tenaga penjualannya dan menyiapkan
program-program promosi yang terdiri dari iklan, pemasaran langsung, promosi penjualan dan hubungan masyarakat.
Gambar 2.7 Empat P dari bauran pemasaran ( Kotler dan Amstrong, 2001, p74 )
Pelanggan Sasaran Posisi yang diharapkan Product Jenis product Mutu Rancangan Ciri-ciri Nama merek Kemasan Ukuran Pelayanan Garansi Kembali Price Harga tercantum Potongan harga Kelonggaran Periode pembayaran Batas kredit Promotion Periklanan Penjualan personal Promosi penjualan Hubungan masyarakat Place Saluran Cakupan Pilihan Lokasi Persediaan Pengangkutan Logistik
2.3.4 Sistem Informasi Pemasaran
Menurut Laudon dan Laudon (2002, p47), sistem informasi pemasaran adalah sistem yang membantu perusahaan mengidentifikasikan jenis konsumen yang menggunakan produk atau jasa perusahaan, mengembangkan produk atau jasa yang sesuai kebutuhan konsumen, mempromosikan produk atau jasa, menjual produk atau jasa dan menyediakan fasilitas layanan konsumen.
McLeod (2001, p450) berpendapat bahwa sistem informasi pemasaran sebagai suatu sistem berbasis komputer yang bekerjasama dengan sistem informasi fungsional lain untuk mendukung manajemen perusahaan dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan pemasaran produk perusahaan. Dua elemen data definisi tersebut merupakan pokok penting. Pertama, semua sistem informasi funsional harus bekerjasama. Kedua, dukungan pemecahan masalah tidak terbatas pada manager pemasaran.
Kotler dan Amstrong (2001, p144) berpendapat sistem informasi pemasaran terdiri dari orang-orang, peralatan-peralatan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan, menganalisa, mengevaluasi dan mendistribusikan informasi yang dibutuhkan secara tepat sehingga berakibat kepada para pengambil keputusan pemasaran.
2.3.5 Peramalan (Forecasting)
Secara umum peramalan adalah seni memperkirakan permintaan di masa depan mengantisipasi apa yang tampaknya akan dilakukan pembeli dibawah kondisi masa depan tertentu.
Menurut Handoko (1999, p275) peramalan dengan menggunakan metode rata-rata bergerak (moving average) diperoleh melalui penjumlahan dan pencarian nilai rata-rata
dari sejumlah periode tertentu. Perhitungan rata-rata dilakukan dengan bergerak ke depan untuk memperkirakan penjualaan periode yang akan datang dan dicatat dalam posisi terpusat pada data rata-ratanya. Rata-rata bergerak secara efektif meratakan atau menghaluskan fluktuasi pola data yang ada. Tentu saja semakin panjang periodenya, semakin rata kurvanya. Kebaikan lainnya adalah bahwa metode rata-rata bergerak dapat diterapkan pada jenis data apapun juga, apakah data sesuai dengan suatu kurva matematik atau tidak.
Menurut McLeod (2001, p349) ada dua metode dalam melakukan peramalan yaitu:
1. Metode Non kuantitatif
Metode ini adalah metode konvensional, dimana metode ini tidak melibatkan perhitungan data tetapi berdasarkan pada penafsiran subyektif. Peramalan semacam ini mungkin tampak seolah-olah manager mencari mudahnya saja, tetapi peramalan semacam ini merupakan hasil dari pengertian yang mendalam mengenai bisnis bertahun-tahun. Banyak manajer sangat baik dalam hal pendekatan non kuantitatif. 2. Metode kuantitatif
Metode ini dengan menggunakan analisis regresi, dengan melibatkan pembuatan suatu hubungan antara kegiatan yang akan diramal disebut variable terikat (dependent variable) dengan kegiatan yang lain disebut variable bebas (independent variable). Kegiatan yang akan diramal tergantung pada kegiatan yang lain.
Jadi ramalan penjualaan adalah tingkat penjualaan perusahaan yang diharapkan yang didasarkan rencana pemasaran yang dipilih dan lingkungan pemasaran yang diasumsikan.
Namun ada juga metode yang digunakan dalam peramalan penjualaan adalah metode rata-rata bergerak (moving average). Metode ini digunakan untuk meratakan deret berkala yang bergelombang. Dasar cara menghitung rata-rata bergerak ialah mencari nilai rata-rata dari beberapa tahun atau bulan secara berturut-turut, sehingga kita memperoleh nilai rata-rata yang bergerak secara teratur atas dasar jumlah tahun atau bulan yang tertentu.
Metode rata-rata bergerak ini tidak memberi ketentuan tentang jumlah tahun yang digunakan sebagai dasar pernyataan.
Rumus : Dimana :
Fn : ramalan untuk periode selanjutnya S : penjualaan dalam periode (bulan / tahun) n : jumlah periode
Jadi ramalan penjualaan adalah tingkat penjualaan perusahaan yang didasarkan pada rencana pemasaran yang dipilih dan lingkungan pemasaran yang diasumsikan.
2.4 CSF ( Critical Success Factor )
Menurut Laudon dan Laudon (2002, p307) CSF adalah tujuan operasional yang mudah diidentifikasi untuk dibentuk oleh industri, perusahaan, manajer, lingkungan yang diyakini dapat memastikan kesuksesan organisasi.
Menurut McLeod (2001, p434) CSF adalah faktor yang menentukan keberhasilan atau kegagalan segala jenis organisasi dan CSF bervariasi dari satu perusahaan dengan perusahaan lainnya.
Menurut O’Brien (2003, p307) pendekatan CSF merupakan metodologi penting lain untuk perencanaan sistem informasi. CSF dapat digunakan tersendiri atau digunakan bersama-sama dengan metodologi perencanaan lainnya sebagai kunci komponen dari proses rencana mereka.
CSF merupakan metode yang dapat membantu manager dalam mendefinisikan area bisnis yang kritis terhadap suksesnya operasi bisnis. Penerapan CSF akan membawa pengaruh pada eksekutif dalam menerapkan aktifitas yang paling penting dan membantu mereka untuk memikirkan lagi kebutuhan akan informasi dan selain itu juga akan membantu dalam perencanaan dan prioritas pembangunan sistem.
Ada 3 hal penting yang harus diperhatikan dalam CSF, yaitu : 1. Informasi yang bersifat kritis
Adalah informasi yang berhubungan dengan CSF. Informasi ini dapat diperoleh dari data internal, eksternal, database dan dikembangkan sendiri secara khusus atau dapat dibeli dari penyedia informasi publik.
2. Asumsi kritis
Adalah para anggaran yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan dari CSF suatu perusahaan berkembang atau tercapai. Asumsi-asumsi yang diberikan dapat berdasarkan kondisi atau keadaan tertentu.
3. Keputusan kritis
Adalah sekumpulan keputusan yang bersifat kritis. Di dalam menjalankan suatu perusahaan, kebanyakan dari keputusan kritis ini digunakan sebagai dasar untuk membangun suatu DSS.
2.5 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi
2.5.1 Metode Analisis dan Perancangan Berbasiskan Objek ( Metode Object Oriented Analysis and Design)
Metode Object Oriented Analysis and Design bermula dari Object Oriented Programming yang kemudian berkembang lagi menjadi Object Oriented Design dan akhirnya menjadi Object Oriented Analysis and Design.
Keuntungan penggunaan metode Object Oriented Analysis and Design: 1. Tahap Analysis Design sampai implementasi menggunakan notasi yang sama
2. Merupakan konsep umum yang dapat digunakan untuk memodel hampir semua fenomena dan dapat dinyatakan dalam bahasa umum.
3. Memberikan informasi yang jelas tentang konteks dari sistem 4. Mengurangi biaya pemeliharaan
2.5.2 Empat Kegiatan Utama Dalam OOAD
Gambar 2.8 Kegiatan Utama dalam OOAD ( Mathiassen, et al, 2000, p15 )
Menurut Mathiassen, et al ( 2000, p15 ) terdapat empat kegiatan utama yang dilakukan pada Object Oriented Analysis and Design adalah:
1) Analisa Problem Domain
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan memodel Problem Domain. Menurut Mathiassen, et al ( 2000, p45 ) Problem Domain adalah bagian dari konteks yang dikontrol, dimonitor, dan diadministrasikan oleh sistem. Sedangkan pengertian Model menurut Mathiassen, et al ( 2000, p45 ) adalah deskripsi dari kelas, struktur, dan behaviour di problem domain.
a) Classes
Mendefinisikan dan mengkarakterisasi problem domain dengan menentukan :
● Object, adalah suatu entitas yang memiliki identitas, state, dan behaviour. ● Events, adalah kejadian terus-menerus yang melibatkan satu atau lebih
object.
● Class, adalah deskripsi dari kumpulan object yang mempunyai struktur, behaviourpattern, dan attribute yang sama.
b) Structure
Mendefinisikan relasi structural antara class dan object pada problem domain. Hasil dari menentukan structure adalah class diagram.
Konsep relasi structural yaitu:
● Struktur antar class, dibedakan atas 2 tipe : a. Generalization
Mendefinisikan General Class (super class) yang menjelaskan properties pada suatu group specialized (sub class). Atau dengan kata lain, terjadi penurunan attributes dan behaviour dari superclass, akan tetapi subclass juga diperkenankan untuk memiliki attributes dan behaviour tambahan b. Cluster
Sekumpulan class yang saling berhubungan. ● Struktur antar object, dibedakan atas 2 tipe :
a. Aggregation
b. Association
Relasi yang penting antara sejumlah objek
Appointment
Employee
Apprentice Time Period
Other Work Free Day Schedule Customer Assistant -1 0..* -1 0..* -1 -1..* -1 -1..* -1 -1
Gambar 2.9 Class Diagram ( Mathiassen, et al, 2000, p70 )
2) Application Domain Analysis
Tujuannya adalah untuk menganalisis kebutuhan dari pengguna sistem. Menurut Mathiassen, et al (2000, p6) Application Domain adalah organisasi yang mengatur, memonitor, dan mengontrol problem domain.
a) Usage
Hasil dari aktifitas ini adalah membuat deskripsi dari actors dan use cases, dimana relasinya diekspresikan dengan menggunakan actor table atau use case diagram, yaitu mendefinisikan bagaimana actor berinteraksi dengan sistem. Actor adalah user yang abstrak atau sistem lain yang berinteraksi dengan target sistem. Sedangkan Use Case adalah aturan untuk berinteraksi antara sistem dengan actor pada ApplicationDomain.
b) Interface
Menurut Mathiassen, et al (2000, p151) tujuan dari aktifitas ini adalahMendefinisikan interface dari sistem yang sedang dikembangkan. Interface adalah fasilitas yang memungkinkan model sistem dan functions dapat digunakan oleh user.
3) Architectural design
Tujuannya adalah untuk menstruktur sistem terkomputerisasi. Aktivitas yang dilakukan pada desain arsitektur adalah:
a) Criterion
Criterion adalah property dari arsitektur. Tujuannya untuk mendefinisikan apa saja kondisi dan criteria yang digunakan pada desain.
Tabel 2.3 Criterion ( Mathiassen, et al, 2000, p176 ) Kriteria Ukuran
Usable Kemampuan sistem beradaptasi dengan organisasi, berkaitan dengan kerja dan secara teknis.
Secure Tindakan pencegahan terhadap akses tidak terotorisasi ke data dan fasilitas.
Efficient Efisiensi dari eksploitasi ekonomis. Correct Pemenuhan kebutuhan dengan user.
Reliable Pemenuhan dari kebutuhan untuk ketelitian fungsi pada saat dijalankan.
Maintainable Biaya penempatan dan memperbaiki sistem yang rusak.
Testable Biaya untuk memastikan bahwa sistem yang dikembangkan berfungsi dengan baik.
Flexible Biaya untuk memodifikasi sistem yang disebar.
Comprehensible Usaha yang diperlukan untuk memperoleh suatu pemahaman atas sistem.
Reusable Kemampuan untuk menggunakan bagian sebuah sistem ke sistem lain yang terhubung.
Portable Biaya memindahkan sistem ke techical platform lain. Interoperable Biaya menggabungkan sistem ke sistem lain.
b) Components
Menurut Mathiassen, et al ( 2000, p190 ), Component Architecture adalah struktur sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan. Component adalah kumpulan bagian-bagian program yang membentuk sistem dan memiliki tanggung jawab yang telah terdefinisikan dengan jelas.
4) Component Design
Tujuannya untuk mendefinisikan implementasi dari kebutuhan pada kerangka arsitektur. Tahapan untuk merancang komponen sistem adalah:
a) ModelComponent
Menurut Mathiassen, et al ( 2000, p235 ), Model Component adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan problem domain. Tujuannya adalah untuk memberikan data sekarang dan data historis ke user dan sistem yang lainnya. Informasi yang disimpan berhubungan dengan sistem yang ada di dalam problem domain. Hasil dari aktifitas model komponen adalah class diagram dari aktifitas analisis yang direvisi (revised class diagram).
b) Function Component
Menurut Mathiassen, et al ( 2000, p252 ), Function Component adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan kebutuhan function. Tujuannya untuk memberikan kepada user interface dan komponen dari sistem lain akses ke model.