A-75
PENGARUH BEBAN KERJA MENTAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE NASA-TASK LOAD IINDEX (TLX) TERHADAP STRES KERJA
Joko Susetyo, Risma A. Simanjuntak, Roki C. Wibisono
Jurusan Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta e-mail : joko_sty@akprind.ac.id
ABSTRAK
Pada umumnya perusahaan home industry, semua prosesnya masih dilakukan dengan cara manual sehingga beban kerja fisik karyawan sangat dominan, ditambah dengan tuntutan target produksi membuat karyawan mengalami tekanan (pressure) yang tinggi sehingga menimbulkan beban kerja mental. Jika seorang karyawan mengalami beban mental yang berlebih maka akan mengalami stres kerja. Dalam kaitannya dengan pekerjaan, dampak dari stres kerja akan menjurus pada menurunnya performansi, efisiensi, dan produktivitas kerja yang bersangkutan. Beban kerja mental karyawan dapat diukur menggunakan metode NASA-Task Load Index (TLX). Selain mengukur beban kerja mental karyawan tingkat stres kerja karyawan juga dapat diukur dengan menggunakan metode Scoring. Untuk mengetahui pengaruh beban kerja mental terhadap stres kerja, maka dilakukan uji statistik dengan metode korelasi dan regresi dengan menggunakan software SPSS 19.0.Dari hasil penelitian dan pembahasan beban kerja mental, maka dapat diketahui 91% dari jumlah karyawan mengalami tingkat beban kerja mental tinggi dan 9% mengalami beban kerja mental sangat tinggi. Sedangkan stres kerja, dapat diketahui 36% dari jumlah karyawan mengalami stres kerja tinggi dan 64% mengalami stres kerja sedang. Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan software SPSS 19.0, diketahui nilai korelasi antara variabel rata-rata WWL dengan variabel skor stres individu adalah sebesar -0,428. Berdasarkan hipotesis dari persamaan regresi Y = 157.940 + 0,656 X, dengan demikian dapat dibuktikan bahwa beban kerja mental berpengaruh terhadap stres kerja karyawan.
Kata kunci : Beban kerja mental, NASA-Task Load Index (TLX), Scoring, Korelasi, Regresi.
ABSTRACT
In general, companies home industry, all the process is still done by hand so that the physical workload of employees is very dominant, coupled with the demands of the production target making employees experience stress (pressure) is high, causing mental workload. If an employee is experiencing excessive mental burden it will experience job stress. In relation to employment, the impact of work stress will lead to decreased performance, efficiency, and productivity are concerned. Employeemental workload can be measured using the NASA-Task Load Index (TLX). In addition to measuring the mental workload of employees employee stress levels can also be measured using methods Scoring. To determine the effect of mental workload on work stress, then do a statistical test of correlation and regression method using SPSS 19.0 software. From the results of the study and discussion of mental workload, it can be seen 91% of the employee had a high level of mental workload and 9% had very high mental workload. While the results of data processing job stress, it can be seen 36% of employee experiencing high job stress and 64% experienced moderate job stress. Based on the statistical test using the SPSS 19.0 software, note the correlation between the average variable WWL individual stress scores of variables is equal to -0.428. Based on the hypothesis of the regression equation Y = 157,940 + 0.656 X, it can be proven that mental workload affects job stress responders.
Keywords : Mental workload, NASA-Task Load Index (TLX), Scoring, Correlation, Regression. PENDAHULUAN
Salah satu kebudayaan yang masih dipegang teguh oleh masyarakat adalah seni membatik. Batik sudah lama menjadi ciri khas bangsa yang sangat tinggi nilainya. Batik digunakan oleh masyarakat untuk pakaian sehari-hari dan dipakai pula sebagai busana dalam upacara-upacara tertentu. Tujuan penggunaan kain batik tersebut berkaitan dengan makna simbolis seperti yang terkandung pada masing-masing motif kain batik, yakni berupa pengharapan-pengharapan dimasa dating (Prawira, S.H., 2009).
Industri batik merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional yang mengandung nilai seni. Kerajinan ini banyak dilakukan di rumah-rumah sebagai pekerjaan pokok maupun pekerjaan sampingan, setelah melakukan pekerjaan di luar rumah, sehingga dikenal sebagai salah satu industri
A-76
rumah tangga (home industry). Dalam pembuatan batik tulis dibutuhkan keterampilan khusus
pembatiknya untuk memperoleh kain batik yang bagus dan unik.
Rumah Batik NS merupakan salah satu perusahaan home industry yang bergerak dibidang
pembuatan kain batik. Perusahaan ini menghasilkan beberapa produk batik, yaitu batik tulis, batik
cetak, dan lain-lain. Seperti pada umumnya perusahaan home industry, semua proses pabrik ini masih
dilakukan dengan cara manual, sehingga beban kerja fisik jelas terlihat pada karyawan, apalagi ditambah dengan tuntutan target yang cukup tinggi membuat karyawan mempunyai tekanan
(preasure) yang tinggi sehingga menimbulkan beban kerja mental. Apabila seorang karyawan
mengalami beban mental yang berlebihan maka karyawan tersebut akan mengalami stres kerja. Dalam kaitannya dengan pekerjaan, dampak dari stres akan menjurus pada menurunnya performansi, efisiensi dan produktivitas kerja yang bersangkutan. Tujuan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi tingkat beban kerja mental dan tingkat stres kerja, serta mengetahui penyebab timbulnya stres kerja di lingkungan kerja.
METODE
Untuk pengukuran beban kerja mental ini menggunakan metode NASA-Task Load Index (TLX).
Ada 6 deskriptor yang diukur untuk mengetahui seberapa besar beban kerja mental yang dialami oleh karyawan (Hart, S.G. 1988).
a. Pembobotan (weighted)
Tahap pemberian bobot adalah tahap yang menyajikan 15 pasangan deskriptor yang kemudian akan diisi oleh karyawan dengan cara melingkari pasangan deskriptor yang menurut karyawan lebih dominan mereka alami. Deskriptor tersebut yaitu : Kebutuhan mental (KM), Kebutuhan fisik (KF), Kebutuhan waktu (KW), Performansi (P), Usaha (U), Tingkat frustrasi (TF).
b. Peringkat (rating)
Tahap ini adalah lanjutan setelah dilakukannya pembobotan (weighted). Pada tahap ini peringkat
(rating) pada masing-masing deskriptor diberikan skala 1-100, kemudian karyawan akan
memberikan skala sesuai dengan beban kerja yang telah dialami dalam pekerjaannya.
Untuk pengukuran stres kerja digunakan metode scoring. Ada 35 pertanyaan yang masing-masing skor mempunyai bobot nilai yang berbeda-beda untuk mengetahui seberapa besar stres kerja yang dialami oleh karyawan. Dalam kuisioner terdapat 5 kolom skor yang dinilai,yaitu : TP : Tidak pernah, J : Jarang, As : Agak Sering, Sr : Sering, Sl : Selalu.
Dari hasil pengamatan pada karyawan, maka didapat nilai untuk masing-masing kolom skor seperti pada table berikut.
Tabel 1. Skor Pada Stasiun Kerja Pembatikan
Karyawan Skor TP J As S Sl Karyawan 1 21 36 15 40 15 Karyawan 2 5 38 24 32 0 Karyawan 3 8 40 18 30 5 Karyawan 4 8 44 18 30 10 Karyawan 5 12 38 18 30 5 Karyawan 6 11 30 27 42 10 Karyawan 7 1 42 33 26 10
Tabel 2. Skor Pada Stasiun Kerja Pewarnaan
Karyawan Skor
TP J As S Sl
Karyawan 8 1 22 39 30 12
A-77
Tabel 3. Skor Pada Stasiun Kerja Penglorotan
Karyawan Kolom Skor
TP J As S Sl
Karyawan 10 8 38 24 34 5
Karyawan 11 0 38 30 22 21
PEMBAHASAN
Beban kerja mental, dari data pengamatan, langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan, yaitu dengan cara mengkombinasikan data antara data pembobotan dengan data peringkat. Dengan mengunakan rumus NASA-Task Load index (TLX) (1) dan (2), adalah sebagai berikut (Prihatini, L.D., 2007).
WWL =
Tabel 4. Weighted Workload (WWL) Pada Stasiun Kerja Pembatikan
Karyawan Deskriptor WWL Rata-rata
WWL KM KF KW P U TF Karyawan 1 80 90 100 210 360 120 960 64 Karyawan 2 270 200 50 360 320 0 1200 80 Karyawan 3 270 140 0 400 210 120 1140 76 Karyawan 4 160 100 40 500 320 60 1180 78,67 Karyawan 5 180 40 120 270 400 120 1130 75,33 Karyawan 6 210 60 50 360 360 140 1180 78,67 Karyawan 7 180 320 140 240 180 50 1110 74
Tabel 5. Weighted Workload (WWL) Pada Stasiun Kerja Pewarnaan
Karyawan Deskriptor WWL Rata-rata
WWL
KM KF KW P U TF
Karyawan 8 240 270 180 40 140 270 1140 76
Karyawan 9 150 320 40 320 180 0 1010 67,33
Tabel 6. Weighted Workload (WWL) Pada Stasiun Kerja Penglorotan
Karyawan Deskriptor WWL Rata-rata
WWL
KM KF KW P U TF
Karyawan 10 60 240 100 280 160 240 1080 72
Karyawan 11 140 240 0 180 210 360 1130 75,33
Untuk memudahkan penelitian dan mengklasifikasi tingkatan beban kerja mental maka digolongkan menjadi empat kategori seperti pada tabel berikut:
Stres kerja, berdasarkan Tabel 1. di atas, maka dapat dihitung skor stres masing-masing karyawan. Untuk karyawan 1 adalah sebagai berikut :
A-78 Tabel 7. Klasifikasi Skala Beban Kerja Mental
Kategori Skala
Rendah 10 – 33
Sedang 34 – 56
Tinggi 57 – 79
Sangat tinggi 80 – 100
Tabel 8. Skor Stres Individu Pada Stasiun Kerja Pembatikan
Reponden Skor Stres Individu
Karyawan 1 112 Karyawan 2 99 Karyawan 3 101 Karyawan 4 110 Karyawan 5 103 Karyawan 6 120 Karyawan 7 112
Tabel 9. Skor Stres Individu Pada Stasiun Kerja Pewarnaan
Karyawan Skor Stres Individu
Karyawan 8 102
Karyawan 9 122
Tabel 10. Skor Stres Individu Pada Stasiun Kerja Penglorotan
Karyawan Skor Stres Individu
Karyawan 10 109
Karyawan 11 111
Uji Statistik, dalam penelitian ini, ingin mengetahui hubungan yang terjadi antara nilai
rata-rata Weighted Workload (WWL) dengan skor stres kerja karyawan. Hubungan yang didapat pada
umumnya dinyatakan dalam bentuk persamaan matematika yang menyatakkan hubungan fungsional antar variabel-variabel. Langkah-langkah yang dilakukan untuk uji statistik adalah sebagai berikut :
a. Menentukan hipotesis dengan uji dua sisi, dimana :
H0 = Beban kerja mental berpengaruh terhadap stres kerja.
H1≠ Beban kerja mental tidak berpengaruh terhadap stres kerja.
α = 5%
b. Menentukan kriteria pengambilan keputusan dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel, yaitu
:
Nilai Fhitung > nilai Ftabel, maka H0 ditolak
Nilai Fhitung < nilai Ftabel, maka H0 diterima
Nilai thitung > nilai ttabel, maka H0 ditolak.
Nilai thitung < nilai ttabel, maka H0 diterima.
Dalam menentukan thitung digunakan uji satu sisi :
Jika Sig. (2-tailed) ≤ α maka H0 ditolak.
A-79 c. Uji korelasi dan regresi
Pengujian korelasi dan regresi yang diolah dengan menggunakan software SPSS 19.0 diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 12. Uji Korelasi
Rata-Rata WWL Skor Stres
Rata-Rata
WWL Korelasi Pearson 1 -0,428
Sig. (2 sisi) 0,189
N 11 11
Skor Stres Korelasi Pearson -0,428 1
Sig. (2 sisi) 0,189
N 11 11
Tabel 13. Model Summary
Model R R2 Adjusted R2 Estimasi Standar Kesalahan
1 0,428a 0,183 0,092 7,14047 Tabel 14. ANOVA Model Jumlah Kuadrat df Rata-rata Kuadrat F Sig. 1 Regresi 102,759 1 102,759 2,015 0,189 Residual 458,877 9 50,986 Total 561,636 10 Tabel 15. Koefisiensi Model Koefisien tidak Terstandariasi Koefisien Terstandarisasi t Sig. B Std. Kesalahan Beta 1 (Konstan) 157,940 34,412 4,590 0,001 Rata-Rata WWL -0,656 0,462 -0,428 -1,420 0,189
Analisis Beban Kerja Mental
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, untuk mengukur tingkat beban kerja mental
digunakan metode NASA-Task Load Index (TLX). Perdasarkan hasil pengolahan data penelitian,
maka dapat diketahui tingkat beban kerja mental pada karyawan yaitu dapat dilihat di bawah ini :
1. Pewarnaan
Tabel 17. Analisis Weighted Workload (WWL) Stasiun Kerja Pewarnaan
Reponden Rata-rata
WWL Kategori
Karyawan 8 76 Tinggi
A-80
2. Pembatikan
Tabel 16. Analisis Weighted Workload (WWL) Stasiun Kerja Pembatikan
Reponden Rata-rata
WWL Kategori
Karyawan 1 64 Tinggi
Karyawan 2 80 Sangat Tinggi
Karyawan 3 76 Tinggi Karyawan 4 78,67 Tinggi Karyawan 5 75,33 Tinggi Karyawan 6 78,67 Tinggi Karyawan 7 74 Tinggi 3. Penglorotan
Tabel 18. Analisis Weighted Workload (WWL) Stasiun Kerja Penglorotan
Reponden Rata-rata WWL Kategori
Karyawan 10 72 Tinggi
Karyawan 11 75,33 Tinggi
Dari tabel-tabel di atas dapat di sederhanakan dalam bentuk diagram berikut ini :
Gambar 1. Persentase Beban Kerja Mental
Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui jumlah karyawan yang mengalami beban kerja mental tinggi adalah (91%). Hal ini disebabkan besarnya aktivitas beban kerja mental seperti besarnya konsentrasi yang dibutuhkan, melakukan pekerjaan yang sama selama berjam-jam (tekanan waktu), serta tingkat ketelitian yang tinggi. Sedangkan untuk karyawan stasiun kerja pewarnaan dan penglorotan (finishing) tidak hanya disebabkan besarnya aktivitas beban kerja mental tetapi juga besarnya aktivitas beban kerja fisik.
Analisis Stres Kerja
1. Pewarnaan
Tabel 20. Analisis Skor Stres Individu Stasiun Kerja Pewarnaan
Reponden Skor Stres
Individu
Tingkat Stres
Karyawan 8 102 Tinggi
A-81
2. Pembatikan
Untuk analisis stres kerja pada stasiun kerja pembatikan bisa dilihat dapat berikut : Tabel 19. Analisis Skor Stres Individu Stasiun Kerja Pembatikan
Reponden Skor Stres Individu Tingkat Stres Karyawan 1 112 Sedang Karyawan 2 99 Tinggi Karyawan 3 101 Tinggi Karyawan 4 110 Sedang Karyawan 5 103 Tinggi Karyawan 6 120 Sedang Karyawan 7 112 Sedang 3. Penglorotan
Tabel 21. Analisis Skor Stres Individu Stasiun Kerja Penglorotan
Reponden Skor Stres
Individu
Tingkat Stres
Karyawan 10 109 Sedang
Karyawan 11 111 Sedang
Dari tabel-tabel di atas dapat di sederhanakan dalam bentuk diagram berikut ini :
Gambar 2. Persentase Stres Kerja
Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui jumlah karyawan yang mengalami stres kerja tinggi adalah 36% dari jumlah keseluruhan karyawan. Hal ini disebabkan waktu kerja yang terbilang santai dan didukung rasa kekeluargaan yang tinggi. Stres kerja pada karyawan disebabkan karena kurangnya keperdulian pimpinan perusahaan kepada karyawanya.
Analisis Uji Statistik, berdasarkan hasil uji korelasi dengan menggunakan software SPSS 19.0,
maka dapat diketahui nilai koefisien korelasi antara rata-rata WWL dengan skor stres individu adalah sebesar -0,428. Nilai korelasi memiliki rentang antara 0 sampai 1 atau 0 sampai -1. Nilai yang diperoleh dari pengolahan SPSS 19.0 tersebut mempunyai arti semakin tinggi nilai korelasi, semakin tinggi keeratan hubungan kedua variabel tersebut.
Tanda negatif menujukkan arah hubungan berlawanan. Jika satu variabel naik, maka variabel yang lain turun. Dari hasil uji regresi linier dengan menggunakan software SPSS 19.0 diperoleh nilai R sebesar 0,428. Nilai R tersebut mempunyai arti bahwa 42,8% stres keja karyawan dipengaruhi oleh beban kerja mental, sedangkan 57,2% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai Fhitung
(2,015) < Ftabel(1; 9; 0,05) (5,12). Sehingga berdasarkan hipotesis pengambilan keputusan dinyatakan H0
A-82
Dari tabel koefisien pengolahan SPSS 19.00, memaparkan nilai konstanta a dan b dari persamaan linear : Y = 157,940 + (-0,656) X
Hipotesis : Uji koefisien a H0 : Koefisien a signifikan H1 : Koefisien a tidak signifikan
thitung mutlak (4,590) < ttabel (1; 0,05) (6,31), maka H0 diterima, koefisien a signifikan.
Hipotesis : Uji koefisien b H0 : Koefisien b signifikan H1 : Koefisien b tidak signifikan
thitung mutlak (1,420) < ttabel (1; 0,05) (6,31), maka H0 diterima, koefisien b signifikan.
Bedasarkan hasil-hasil uji hipotesis diatas, maka dapat diketahui bahwa beban kerja mental berpengaruh terhadap stres kerja karyawan.
KESIMPULAN
Dari hasil analisis, maka dapat disimpulan bahwa : Karyawan yang mengalami beban kerja mental tinggi adalah 91% dan 9% mengalami beban kerja mental sangat tinggi. Karyawan yang mengalami stres kerja tinggi adalah 36%, dan 64% mengalami stres sedang. Stres kerja karyawan dipengaruhi oleh beban kerja mental sebesar 42,8% dan 57,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hart, S. G. & Staveland, L. E., 1988, Development of multi-dimensional workload rating scale; Result of Empirical & Theoretical Research, In P. A. Hancock & N. Meshkati (Eds.), Human Mental Workload, The Netherlands Elsever, Amsterdam.
NASA-Task Load Index (TLX) v. 1.0 Computerized Version
Prawira, S.H., 2009, Batik Tulis Warna Alam Di Perusahaan Nakula Sadewa, Triharjo, Sleman,
Yogyakarta; Ditinjau Dari Proses Pembuatan dan Ornamen, Skripsi, Program Studi
Pendidikan Seni Kerajinan, Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Prihatini, L.D., 2007, Analisis Hubungan Beban Kerja Dengan Stres Kerja Perawat Di Tiap Ruang
Rawat Inap RSUD Sidikalang, Tesis, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan
Kesehatan Kerja, Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Tarwaka, 2010, Ergonomi Industri: Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat