• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar - BAB II INDAH NURUL FATMANINGTYAS BIOLOGI'17

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar - BAB II INDAH NURUL FATMANINGTYAS BIOLOGI'17"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Belajar

Menurut Gagne dalam kutipan Dahar (2006), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Hanafiah dan Suhana (2009) menyatakan bahwa belajar pada hakekatnya merupakan proses kegiatan secara berkelanjutan dalam rangka perubahan perilaku peserta didik secara konstruktif.

Hamalik (2001) merumuskan pengertian belajar menjadi dua, yaitu (1) Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan; (2) Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Lebih lanjut Djamarah (2000) berpendapat bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

(2)

perilaku. Perubahan perilaku tersebut diperoleh melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya berdasarkan usaha pada diri setiap individu. 2.2. Pengertian Pembelajaran

Suprijono (2009) menyatakan bahwa pembelajaran adalah dialog interaktif yang berpusat pada peserta didik. Pembelajaran merupakan proses organic dan konstruktif, bukan mekanis seperti halnya pengajaran. Lebih lanjut Hamdani (2011) berpendapat bahwa pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara perbuatan mempelajari. Menurut aliran behavioristik pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus. Aliran kognitif mendefinisikan pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar mengenal dan memahami sesuatu yang sedang dipelajari. Isjoni (2011) mengungkapkan bahwa pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan siswa.

(3)

2.3. Model Pembelajaran Kreatif-Produktif

2.3.1. Pengertian Model Pembelajaran Kreatif-Produktif

Kreativitas terkait langsung dengan produktivitas dan merupakan bagian esensial dalam pemecahan masalah. Kreativitas dan produktivitas merupakan hal yang saling berkaitan, dan dalam proses pembelajaran hal tersebut harus ditumbuhkan secara bersamaan (Wena, 2010). Menurut Suryosubroto (2009), pembelajaran kreatif-produktif merupakan model yang dikembangkan dengan mengacu kepada berbagai pendekatan pembelajaran yang diasumsikan mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Pendekatan tersebut antara lain belajar kreatif, konstruktif, serta kolaboratif dan kooperatif. 2.3.2. Karakteristik Model Pembelajaran Kreatif-Produktif

Model pembelajaran kreatif-produktif memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan model pembelajaran lainnya. Karakteristik model pembelajaran kreatif-produktif menurut Suryosubroto (2009) antara lain sebagai berikut:

(4)

interaksi dengan lingkungan dan pengalamannya sendiri, sebagai media untuk mengonstruksi pengetahuan.

2. Siswa didorong untuk menemukan/ mengonstruksi sendiri konsep yang sedang dikaji melalui penafsiran yang dilakukan dengan berbagai cara, seperti observasi, diskusi, atau percobaan. Dengan cara ini, konsep tidak ditransfer oleh guru kepada siswa, tetapi dibentuk sendiri oleh siswa berdasarkan pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang terjadi ketika melakukan eksplorasi serta interpretasi. Dengan kata lain, siswa didorong untuk memberikan makna dari pengalamannya, sehingga pemahamannya terhadap fenomena yang sedang dikaji menjadi meningkat. Disamping itu, siswa didorong untuk memunculkan berbagai sudut pandang terhadap topik/ konsep/ masalah yang sama, dan untuk mempertahankan sudut pandangannya dengan menggunakan argumentasi yang relevan. Hal-hal ini merupakan salah satu realisasi hakikat konstruktiviance dalam pembelajaran.

(5)

Pada dasarnya untuk menjadi kreatif, seseorang harus bekerja keras, berdedikasi tinggi, antusias, serta percaya diri. Dalam konteks pembelajaran, kreativitas dapat ditumbuhkan dengan menciptakan suasana kelas yang memungkinkan siswa dan guru merasa bebas mengkaji dan mengeksplorasi topik-topik penting kurikulum. Guru mengajukan pertanyaan yang membuat siswa berpikir keras, kemudian mengejar pendapat siswa tentang ide-ide besar dari berbagai perspektif. Guru juga mendorong siswa untuk menunjukkan/ mendemonstrasikan pemahamannya tentang topik-topik dalam kurikulum menurut caranya sendiri.

Dengan mengacu pada karakteristik tersebut, model pembelajaran kreatif-produktif diasumsikan mampu meningkatkan aktivitas siswa dalam

melaksanakan berbagai kegiatan, sehingga mereka merasa tertantang untuk menyelesaikan tugas-tugasnya secara kreatif. Dengan karakteristik seperti itu, model pembelajaran ini dapat diterapkan dalam pembelajaran berbagai bidang studi, baik untuk topik-topik yang bersifat abstrak maupun yang bersifat konkret.

2.3.3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kreatif-Produktif

(6)

1. Orientasi

Sebagaimana halnya dalam setiap pembelajaran, setiap kegiatan pembelajaran diawali dengan orientasi untuk mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah, hasil akhir, yang diharapkan dari siswa, serta penilaian yang akan diterapkan. Pada kesempatan ini siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya tentang langkah/ cara kerja serta hasil akhir yang diharapkan dan penilaian. Negosisasi tentang aspek-aspek tersebut dapat terjadi antara guru dan siswa, namun pada akhir orientasi diharapkan sudah terjadi kesepakatan antara guru dan siswa.

2. Eksplorasi

(7)

3. Interpretasi

Dalam tahap interpretasi, hasil eksplorasi diinterpretasikan melalui kegiatan analisis, diskusi, tanya jawab, atau bahkan berupa percobaan kembali, jika hal itu memang diperlukan. Interpretasi sebaiknya dilakukan pada jam tatap muka, meskipun persiapannya sudah dilakukan oleh siswa di luar jam tatap muka. Jika eksplorasi dilakukan oleh kelompok, sikap kelompok selanjutnya diharapkan menyajikan hasil pemahamannya tersebut di depan kelas dengan caranya masing-masing, diikuti tanggapan dari siswa lain. Pada akhir tahap interpretasi, dihaapkan semua siswa sudah memahami konsep/ topik/ masalah yang dikaji.

4. Rekreasi

Pada tahap rekreasi, siswa ditugaskan untuk menghasilkan sesuatu yang mencerminkan pemahamannya terhadap konsep/ topik/ masalah yang dikaji menurut kreasinya masing-masing. Rekreasi dapat dilakukan secara individual atau kelompok sesuai dengan pilihan siswa. hasil rekreasi merupakan produk kreatif dapat dipresentasikan, dipajang, atau ditindaklanjuti.

5. Evaluasi

(8)

memikul tanggung jawab bersama, merupakan aspek-aspek yang dapat dinilai selama proses pembelajaran. Evaluasi pada akhir pembelajaran adalah evaluasi terhadap produk kreatif yang dihasilkan siswa.karena penilaian dapat disepakati bersama pada waktu orientasi.

Secara operasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran dapat digambarkan sebagai berikut.

Tabel 2.1. Kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran menurut Wena (2010)

No Tahap Kegiatan Guru Kegiatan siswa 1 Orientasi Mengkomunikasikan

tujuan, waktu, langkah

2 Eksplorasi Fasilitator, motivator, mengarahkan dan

3 Interpretasi Membimbing,

fasilitator, mengarahkan

5 Evaluasi Mengevaluasi, memberi balikan

(9)

2.4. Pengertian Aktivitas

Proses pembelajaran dikatakan sedang berlangsung apabila ada aktivitas didalamnya. Aktivitas merupakan segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh seseorang. Aktivitas belajar merupakan faktor yang menentukan keberhasilan proses belajar siswa.

Hanafiah dan Suhana (2009) mengungkapkan bahwa proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek psikofisis peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.

Keaktifan anak dalam belajar merupakan persoalan penting dan dan mendasar yang harus dipahami, disadari dan dikembangkan oleh setiap guru di dalam proses pembelajaran. Demikian pula berarti harus dapat diterapkan oleh siswa dalam setiap bentuk kegiatan belajar. Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional dan fisik jika dibutuhkan (Aunurrahman, 2010).

Paul D. Dierich dalam kutipan Hamalik (2001) membagi aktivitas belajar dalam 8 kelompok, yaitu:

1. kegiatan-kegiatan visual, yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain,

(10)

memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi dan interupsi,

3. kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan atau mendengarkan radio,

4. kegiatan-kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes, serta mengisi angket,

5. kegiatan-kegiatan menggambar, yaitu menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta, dan pola,

6. kegiatan-kegiatan metrik, yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan pemainan, serta menari dan berkebun,

7. kegiatan-kegiatan mental, yaitu merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan,

8. kegiatan-kegiatan emosional, yaitu minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.

2.5. Kognitif

(11)

memperoleh perubahan persepsi dan pemahaman yang kemudian akan menjadi pengetahuan. Pengetahuan dibangun dalam pikiran oleh setiap individu baik dalam bentuk pengetahuan fisik, pengetahuan logika, dan pengetahuan sosial melalui tiga fase yaitu fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan apikasi konsep.

Menurut Bloom (Aunurrahman, 2011), kompetensi pada ranah kognitif terdiri atas 6 jenis perilaku, yaitu:

1. Pengetahuan, mencakup kemampuan ingatan tentang hal-hal yang telah dipelajari dan tersimpan di dalam ingatan. Pengetahuan tersebut dapat berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip dan metode.

2. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap sari dan makna hal-hal yang dipelajari.

3. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode, kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Perilaku ini misalnya tampak dalam kemampuan menggunakan prinsip.

4. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

5. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru misalnya tampak di dalam kemampuan menyusun suatu program kerja.

(12)

2.6. Psikomotor

Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Aktivitas belajar psikomotor merupakan kelanjutan dari aktivitas kognitif (memahami sesuatu) dan aktivitas belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Aktivitas kognitif dan aktivitas afektif akan menjadi aktivitas psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif. Penilaian psikomotor dapat dilakukan dengan menggunakan observasi atau pengamatan. Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar psikomotor.

Indikator aspek psikomotor menurut Bloom dkk dalam Hanafiah & Suhana (2009) mencakup:

1. Persepsi, yaitu pemakaian alat-alat perasa untuk membimbing efektifitas gerak.

2. Kesiapan, kesediaan untuk mengambil tindakan.

3. Respon terbimbing, yaitu tahap awal belajar keterampilan lebih kompleks.

(13)

5. Respons nyata kompleks, yaitu penampilan gerakan secara mahir dan cermat dalam bentuk gerakan yang rumit, aktivitas motoric berkadar tinggi.

6. Penyesuaian, yaitu keterampilan yang telah dikembangkan secara lebih baik sehingga tampak dapat mengolah gerakan dan menyesuaikannya dengan tuntutan dan kondisi yang khusus dalam suasana yang lebih problematis.

7. Penciptaan, yaitu penciptaan pola gerakan baru yang sesuai dengan situasi dan masalah tertentu sebagai kreativitas.

2.7. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu hasil dari proses pembelajaran yang terjadi antara guru dan siswa. Hasil belajar dapat dilihat dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut Hamalik (2001) menyatakan bahwa hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abelitas, dan keterampilan. Hamalik menambahkan “hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek – aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti, dan sikap.” Merujuk pemikiran Gagne dalam Suprijono (2009), hasil

belajar berupa:

(14)

2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Ketrampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

3) Strategi kognitif yaitu kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri, kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerakan jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Menurut Sanjaya (2006) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan gambaran kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar. Melalui hasil belajar yang diperoleh siswa, guru mendapatkan gambaran pencapaian siswa selama proses pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil belajar tiap individu tidak sama karena dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya.

(15)

2.8. Pembelajaran Biologi

Biologi berasal dari dua kata bahasa Yunani, yaitu „bios‟ yang artinya hidup dan „logos‟ yang artinya hidup. Jadi biologi adalah ilmu yang

mempelajari tentang makhluk hidup. Biologi menjadi bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dan segala isinya (Trianto, 2010).

Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami alam secara sistematis sehingga biologi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip-prinsip tetapi juga suatu proses penemuan. Berdasarkan hal itu, dalam mempelajari biologitidak hanya cukup dengan penguasaan konsep tapi juga harus berbasis penemuan karena biologi berkembang berdasarkan informasi dan eksperimen (Dewi, 2015).

(16)

Sastrodinoto (1985) menyatakan bahwa tujuan dari mempelajari biologi yaitu mengembangkan cara berpikir ilmiah melalui suatu penelitian dan percobaan, mengembangkan pengetahuan praktis dan metode biologi untuk memecahkan masalah kehidupan individu dan sosial, merangsang studi lanjut di bidang biologi, serta membangkitkan pengertian dan rasa sayang terhadap makhluk hidup.

2.9. Penelitian Terkait

Menurut Oya & Budiningsih (2014) dalam jurnalnya bahwa model pembelajaran kreatif dan produktif dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V SD Negeri Bhayangkara Yogyakarta. Sementara Fitriah (2014) menyimpulkan bahwa model kreatif-produktif berbasis scientific dapat meningkatan aktivitas kognitif siswa kelas xi pada pembelajaran biologi di SMA Negeri Sokaraja. Penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kreatif-produktif yang lain dilakukan oleh Rahmawati (2016) bahwa model pembelajaran kreatif-produktif berpengaruh positif terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa

Gambar

Tabel 2.1. Kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran menurut

Referensi

Dokumen terkait

Riasa (2003) dan Den Daas (2002) dalam penelitiannya menyatakan bahwa konsentrasi spermatozoa pada lapisan bawah lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan atas dikarenakan

Bahwa Pimpinan STIESIA dalam Rapat Pleno tanggal 14 September 2012 telah menerima konsep Rencana Strategis (Renstra) Prodi S3 Ilmu Manajemen Tahun 2012-2016, dan sesuai

Bahan-bahan yang digunakan dalam kajian ini meliputi benih sayuran sebagai tanaman uji, pupuk organik cair asal limbah pasar (Hasil uji Balitbangda Kabupaten

Setelah melakukan studi literatur, tinjauan langsung ke lapangan dan sejumlah studi pada aspek-aspek pendukung, disimpulkan bahwa produk yang akan dirancang

sahnya jual beli telah terpenuhi, untuk menjual kepada Pihak Kedua, yang --- berjanji dan mengikat diri untuk membeli dari Pihak Pertama: --- Sebidang tanah Hak Guna Bangunan Nomor

Investor mengkaji langkah-langkah China untuk memangkas target pertumbuhan ekonomi dan lonjakan sistem perekrutan AS yang mendorong optimisme terhadap prospek ekonomi terbesar

tahannya kurang. Kebugaran organik dan dinamik, kedua-duanya harus dipertimbangkan dalam mengadakan evaluasi kebugaran jasmani, karena keduanya sangat penting. Selanjutnya

bahwa di pasar ASEAN Indonesia tidak mengalami dampak negatif dari perdagangan bebas tersebut yang ditunjukkan oleh peningkatan pangsa pasar untuk produk tertentu. Namun