• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - AKTIVITAS ANTIBAKTERI KANGEN WATER TERHADAP BAKTERI Propionibacterium acnes DAN Staphylococcus epidermidis - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - AKTIVITAS ANTIBAKTERI KANGEN WATER TERHADAP BAKTERI Propionibacterium acnes DAN Staphylococcus epidermidis - repository perpustakaan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Pada penelitian Kumar et al. (1999), EOW sangat efektif dalam

membunuh Eschecrichia coli O157: H7, Salmonella enteritidis, dan

Listeria monocytogenes. Dimana EOW merupakan produk dari sebuah

konsep baru yang dikembangkan di Jepang. Sedangkan di Indonesia

sendiri EOW dikenal dengan kangen water. Dimana pada penelitian kali

ini akan menguji kangen water yang berada di pasaran dengan 6 variasi pH

terhadap bakteri P. acnes dan S. epidermidis.

B. Landasan Teori

1. Kangen water

Kangen water adalah air yang dihasilkan dari mesin ionisasi

menggunakan proses elektrolisis. Mesin kangen water dapat

merestrukturisasi air biasa dan mengubahnya menjadi air yang bersifat

asam, basa, dan netral. Pada pH asam kuat, air memiliki potensi

reduksi oksidasi (ORP) yang lebih besar dari 1.100 mV. Sehingga

memiliki sifat antimikroba yang baik. Pada pH basa kuat, air memiliki

potensi reduksi oksidasi (ORP) dari -700 sampai -850 mV, sehingga

dapat menangkal radikal bebas dan mengurangi peradangan. Ada

beberapa pH yang dihasilkan oleh mesin kangen water di antaranya

yaitu pH 2,5; 6,0; 7,0; 8,5; 9,0; dan 9,5. Pada produk kangen water,

jenis-jenisnya terbagi menjadi 4 jenis, yaitu:

Strong Acidic Water (pH 2,5)

Beauty Water (pH 6,0)

Clean Water (pH 7,0)

Alkali Water (pH 8,5; pH 9,0; pH 9,5)

Produk kangen water ini dimanfaatkan untuk kegunaan yang

berbeda-beda, di antaranya pH 2,5 atau dikenal dengan strong acidic

water ini cocok digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan

(2)

beauty water, sangat bagus dan cocok digunakan untuk merawat kulit

wajah dan tubuh. Pada pH 7,0 atau dikenal dengan clean water,

digunakan untuk keperluan minum obat. Dan pada pH 8,5; 9,0; dan

9,5 dikenal dengan alkali water yang digunakan untuk kebutuhan

minum sehari-hari.

Urutan teoritis reaksi kimia yang terlibat dalam produksi air EO

ditunjukkan pada Gambar 2.1. Selama elektrolisis, natrium klorida

dilarutkan dalam air deionisasi di ruang elektrolisis yang terdisosiasi

menjadi ion klorida (Cl-) dan hidroksi (OH-) bermuatan negatif dan natrium (Na+) dan hidrogen (H+) bermuatan positif. Ion klorida dan hidroksi diadsorbsi ke anoda, dengan masing-masing ion melepaskan

elektron menjadi radikal. Radikal klorat dan hidroksi bergabung,

membentuk asam hipoklorida (HOCl), yang memisahkan dari anoda.

Dua radikal klor juga bisa digabungkan untuk menghasilkan gas

klorin. Di bagian katoda, masing-masing ion natrium bermuatan

positif menerima elektron dan menjadi natrium metalik. Natrium

metalik bergabung dengan molekul air, membentuk natrium

hidroksida dan gas hidrogen. Selaput bipolar yang memisahkan

elektroda meningkatkan elektrolisis air untuk menghasilkan air asam

dan alkali yang kuat dari anoda dan katoda. Air asam elektrolisis pada

pH 2,7 mengandung klorin yang tersedia sebagai bentuk asam

hipoklorida (HOCl), yang lebih efektif dalam desinfeksi daripada

hipoklorit (ClO-) (Bari et al., 2003).

(3)

2. Infeksi kulit

Manusia adalah host alami bagi banyak spesies bakteri yang

mendiami pada suatu permukaan di kulit sebagai flora normal. Bakteri

juga dapat dikelompokkan dari beberapa flora bakteri dari kulit.

Kelompok flora normal yaitu Resident flora yang bermaksud

mikroorganisme tertentu yang hidup menetap dan selalu dijumpai

pada bagian tubuh tertentu dan pada usia tertentu. Kemudian

Temporary resident flora yang dimaksudkan sebagai bakteri yang

kontaminasi, berkembang biak dan dijumpai pada bagian tubuh

tertentu tetapi hanya sementara. Dan Trasient flora yang dikenali

sebagai bakteri yang mengkontaminasi pada bagian kulit tertentu,

tetapi tidak berkembang biak pada permukaan tersebut (Brook, 2002).

Rintangan utama terhadap invasi mikroba adalah kulit yang dapat

juga disebut sebagai flora normal yang patogen maupun non patogen.

Mikroba tersebut terus-menerus berinteraksi dengan lingkungan

eksternal dan mendiami di suatu tempat tertentu dengan populasi yang

beragam. Sebagian besar flora yang mendiami suatu tempat tertentu

adalah bakteri. Organisme khas yang mendiami pada permukaan kulit

biasanya spesies Gram-positif seperti Staphylococcus epidermidis,

spesies Corynebacterium, Staphylococcus aureus dan Streptococcus

pyogenes. Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes adalah

spesies yang sangat signifikan karena mengkontribusi secara

mayoritas (Djuanda et al., 2007).

3. Bakteri

Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dan berkembang biak

dengan membelah diri (aseksual). Ukuran bakteri bervariasi baik

penampang maupun panjangnya, tetapi pada umumnya penampang

bakteri adalah sekitar 0,7-1,5 µm dan panjangnya sekitar 1-6 µm

(Jawetz et al., 2001).

Bakteri dibagi dalam golongan Gram-positif dan Gram-negatif

berdasarkan reaksinya terhadap pewarnaan Gram. Perbedaan antara

(4)

Streptococcus sp sebagian besar terdiri atas beberapa lapisan

peptidoglikan yang membentuk struktur yang tebal dan kaku.

Kekakuan pada dinding sel bakteri yang disebabkan karena lapisan

peptidoglikan dan ketebalan peptidoglikan ini membuat bakteri

Gram-positif resisten terhadap lisis osmotik (Jawetz et al., 2001). Dinding

sel bakteri Gram-positif mengandung lapisan peptidoglikan yang tebal

dan asam teikoat. Dinding sel bakteri Gram-negatif mengandung

lapisan peptidoglikan yang tipis, membran luar yang terdiri dari

protein, lipoprotein dan lipopolisakarida, daerah periplasma dan

membran dalam. Bakteri Gram-negatif Escherichia coli, dan

Pseudomonas sp terdiri atas satu atau sedikit lapisan peptidoglikan

pada dinding selnya (Jawetz et al., 2001).

a. Bakteri Propionibacterium acnes

P. acnes merupakan bakteri flora normal pada kulit, biasanya

bakteri ini terdapat pada folikel sabasea. Tidak hanya itu, P. acnes

juga dapat ditemukan pada jaringan manusia, paru-paru, dan

jaringan prostat. Kulit merupakan habitat utama dari P. acnes,

namun dapat juga diisolasi dari rongga mulut, saluran pernafasan

bagian atas, saluran telinga eksternal, konjungtiva, usus besar,

uretra, dan vagina (Cristina, 2006).

P. acnes termasuk bakteri Gram-positif, pleomorfik, dan

bersifat anaerob aerotoleran (Brooks et al., 2008). P. acnes

memiliki lebar 0,5-0,8 µm dan panjang 3-4 µm, bakteri ini

berbentuk batang dengan ujung meruncing atau bulat (Cristina,

2006).

Klasifikasi dari P. acnes adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Bacteria

Filum : Actinobacteria

Kelas : Actinomycetales

Ordo : Propionibacterineae

Famili : Propionibacteriaceae

(5)

Spesies : Propionibacterium acnes (Khan et al., 2009).

Pada acne vulgaris, ketika terjadi akumulasi sebum pada unit

polisebasea, maka akan memfasilitasi P. acnes untuk

berproliferasi, karena trigliserida yang terdapat pada sebum akan

diubah dengan bantuan enzim lipase yang dihasilkan oleh P.

acnes menjadi digliserida, monogliserida, dan asam lemak bebas,

kemudian ketiga zat tersebut diubah menjadi gliserol yang akan

digunakan untuk metabolisme P. acnes (Tahir, 2010). Unit

polisebasea yang terinfeksi oleh P. acnes akan menyebabkan

timbulnya respon inflamasi, sehingga gambaran klinis yang

timbul berupa papula, pustula, nodula, dan kista (Amro, 2013).

Selain acne vulgaris, P. acnes juga terlibat dalam beberapa

penyakit seperti osteomielitis, peritonitis, infeksi gigi, reumatoid

artritis, abses otak, empiema subdural, keratitis, ulkus kornea,

endoftalmitis, sarkoidosis, dan radang prostat. Sedangkan

penyakit yang melibatkan infeksi P. acnes dan terkait alat-alat

medis (kateter, prosthetic joints, implants, dan lain-lain) yaitu

konjungtivitis akibat lensa kontak, shunt nephritis,

shunt-associated central nervous system infection, dan anareobic

arthritis (Bruggemann, 2010).

b. Bakteri Staphylococcus epidermidis

Klasifikasi dari S. epidermidis adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Protista

Divisi : Schizophyta

Kelas : Schyzomycetes

Bangsa : Eubacteriales

Suku : Enterobacteriaceae

Marga : Staphylococcus

Jenis : Staphylococcus epidermidis (Salle, 1961).

S. epidermidis adalah kuman bakteri Gram-positif yang

bersifat aerob. Sel berbentuk bola dengan diameter 1 µm yang

(6)

berupa kokus tunggal, berpasangan, dan berbentuk rantai juga

tampak dalam biakan cair. Bakteri pembentuk spora yang banyak

terdapat di udara, air, dan tanah. Koloni biasanya berwarna

abu-abu hingga putih terutama pada isolasi primer. Beberapa koloni

menghasilkan pigmen hanya pada inkubasi yang diperpanjang.

Tidak ada pigmen yang dihasilkan secara anaerobik atau pada

media cair. S. epidermidis merupakan flora normal pada kulit

manusia, saluran respirasi, dan gastrointestinal. S. epidermidis

tidak bersifat invasif menghasilkan koagulase negatif dan

cenderung menjadi nonhemolitik (Jawetz et al., 2005). S.

epidermidis umumnya dapat menimbulkan penyakit

pembengkakan (abses) seperti jerawat, infeksi kulit, infeksi

saluran kemih, dan infeksi ginjal (Radji, 2011).

4. Antibakteri

Antibakteri adalah suatu bahan yang mematikan bentuk-bentuk

vegetatif bakteri (Pelczar dan Chan, 1988). Antibakteri adalah zat

yang menghambat pertumbuhan bakteri dan digunakan secara khusus

untuk mengobati infeksi. Berdasarkan cara kerjanya, antibakteri

dibedakan menjadi bakteriostatik dan bakteriosidal. Antibakteri

bakteriostatik adalah zat yang dapan menghambat pertumbuhan

bakteri, sedangkan antibakteri bakteriosidal adalah zat yang bekerja

mematikan bakteri. Beberapa zat antibakteri bersifat bakteriostatik

pada konsentrasi rendah dan bersifat bakteriosidal pada konsentrasi

tinggi (Gani, 2007). Mekanisme kerja antibakteri dapat terjadi melalui

lima cara, yaitu hambatan sintesis dinding sel, perubahan

permeabilitas sel, perubahan molekul asam nukleat, penghambatan

kerja enzim, dan penghambatan sintesis asam nukleat dan protein

(Sunanti, 2007).

5. Uji aktivitas antibakteri

Uji aktivitas antibakteri mempunyai tujuan mengukur aktivitas

daya antibakteri dari suatu senyawa kimia terhadap bakteri,

(7)

jaringan, dan kepekaan suatu antibiotik terhadap

konsentrasi-konsentrasi obat yang dikenal (Jawetz et al., 2001). Uji aktivitas

antibakteri untuk menentukan kepekaan suatu bakteri patogen dapat

dilakukan dengan dua metode antara lain:

a. Metode dilusi

Keuntungan utama dari metode dilusi dapat memperkirakan

konsentrasi senyawa uji dalam medium agar atau suspensi broth,

biasanya digunakan untuk menentukan nilai KHM. Pada metode

dilusi agar, medium diinokulasi dengan organisme uji dan sampel

yang di uji dicampur dengan inokulum. Material yang diinokulasi

dan pertumbuhan mikroorganisme dapat terlihat dan dibandingkan

dengan kultur kontrol yang tidak mengandung sampel uji.

Pengujian diulang dengan variasi dilusi sampel uji dalam medium

kultur dan menentukan dilusi yang paling tinggi dapat mencegah

pertumbuhan mikroorganisme sampel (Rahman et al., 2010).

Dalam tabung uji, berbagai konsentrasi senyawa uji dicampur

dengan suspensi bakteri pada beberapa tabung, konsentrasi

terendah menyebabkan penghambatan pertumbuhan

mikroorganisme sesuai dengan nilai KHM. Pada uji mikrodilusi

cair, mikroorganisme yang tumbuh di sumur plat, dimana berbagai

konsentrasi senyawa uji ditambahkan. Pertumbuhan

mikroorganisme ditunjukkan oleh adanya kekeruhan dalam sumur

(Choma et al., 2010).

b. Metode difusi

Prinsip dari metode difusi adalah kemampuan suatu agen

antibakteri berdifusi ke dalam media agar yang telah

diinokulasikan dengan bakteri uji. Beberapa metode difusi yang

sering digunakan untuk uji aktivitas antibakteri adalah tes Kirby

Bauer (disc diffusion), e-test, ditch-plate technique, cup-plate

technique dan gradient-plate technique (Pratiwi, 2008).

Metode disc diffusion atau tes Kirby Bauer adalah metode

(8)

Metode ini termasuk ke dalam metode difusi agar yang dilakukan

dengan cara mengambil beberapa koloni bakteri uji yang telah

ditumbuhkan selama 24 jam sebelumnya dan disuspensikan ke

dalam 0,5 mL media cair kemudian diinkubasi selama 5-8 jam.

Suspensi bakteri uji tersebut ditambahkan akuades steril hingga

mencapai kekeruhan tertentu yang memenuhi standar Mc. Farland

dimana standar konsentrasi bakteri 108 CFU/ml. Selanjutnya, dengan menggunakan lidi steril suspensi bakteri dioleskan secara

merata pada media agar, kemudian kertas samir (paper disc) yang

berisi agen antibakteri diletakan di atas media agar tersebut dan

inkubasi pada 37 oC selama 24 jam. Pengamatan dilakukan dengan mengamati ada tidaknya zona hambatan di sekeliling kertas samir

dimana adanya zona hambat menunjukkan adanya aktivitas

antibakteri terhadap bakteri uji (Lorian, 1980).

Selain tes Kirby Bauer, uji yang dapat dilakukan untuk

mengamati ada tidaknya zona hambat terhadap bakteri uji adalah

metode sumuran dengan cara mengoleskan bakteri uji pada

permukaan media agar seperti yang dilakukan pada tes Kirby

Bauer atau dapat juga dilakukan dengan menanam bakteri uji pada

media agar. Selanjutnya dilakukan pembuatan sumuran pada

media agar dengan diameter tertentu yang kemudian di isi dengan

agen antibakteri. Setelah di inkubasi selama 24 jam pada suhu 37

o

C pengamatan dilakukan dengan melihat ada tidaknya diameter

hambat di sekitar sumuran (Lorian, 1980).

Zona hambat yang ditimbulkan oleh adanya aktivitas

antibakteri terhadap bakteri uji dapat dikatakan memiliki zona

hambatan total (radikal) jika zona hambatan yang terbentuk di

sekitar sumuran atau kertas samir terlihat jernih, zona hambatan

parsial (irradikal) jika masih ada koloni bakteri yang tumbuh pada

zona hambatan, dan zona hambatan nol jika tidak terbentuk zona

hambatan di sekitar sumuran atau kertas samir yang berisi

(9)

C. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Air deionisasi yang mangandung natrium klorida

dalam konsentrasi rendah memiliki sifat

bakterisida dan virusidal (Kim et al., 2000)

Kangen water adalah air yang

telah mengalami proses elektrolisis.

Dipasaran tersedia dengan berbagai pH

pH 2,5 pH 6,0 pH 7,0 pH 8,5 pH 9,0 pH 9,5

Uji aktivitas antibakteri

menggunakan metode makrodilusi

Kangen water dengan pH yang berbeda

memiliki aktivitas antibakteri yang berbeda-beda

Gambar 2.2. Kerangka konsep penelitian

D. Hipotesis

Kangen water dengan pH yang berbeda (2,5; 6,0; 7,0; 8,5; 9,0 dan 9,5)

diduga memiliki aktivitas antibakteri yang berbeda-beda terhadap P. acnes

Gambar

Gambar 2.1. Prinsip electrolyzed oxidizing water (Bari et al., 2003)
Gambar 2.2. Kerangka konsep penelitian

Referensi

Dokumen terkait

paling berkuasa adalah siapa yang memegang kedaulatan, kedaulatan itu ada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR, setelah perubahan berbunyi kedaulatan berada di

Kepenarian tokoh Lesmana Mandrakumara dilihami oleh ceritera wayang purwa Mahabharata, Lesmana Mandrakumara yang memiliki karakter Alus Gecul Lanyap mempunyai permasalahan cintanya

Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar pada Bab I Pasal 1 Ayat (1) berbunyi : “wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang. harus diikuti

Based on the data gathered, the majority of the students perceived the implementation of weekly tests positively. The researcher identified a link which correlated the

Adapun yang termasuk dalam biaya terbenam (sunk cost) adalah biaya penyusutan aktiva tetap. Meskipun jumlah biaya penyusutan aktiva tetap pada masing-masing alternatif berbeda,

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul ” PROSEDUR PENERIMAAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASA PPh PASAL 21 DI KANTOR PELAYANAN PENYULUHAN DAN

Western Australian Food Monitoring Program (WAFMP).2005.Microbiological Quality Of Fruit And Vegetables In Western Australian Retail Outlets.Western Australian Food

rekomendasi. temuan bagian hasil dari pengawasan pelaksanaan merupakan.. pengawasan yang berupa laporan awal dari suatu rangkaian kegiatan pengawasan yang disampaikan