A. Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dari derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. Data kematian ibu yang digunakan saat ini masih menggunakan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012. SDKI 2012 menyebutkan AKI di Indonesia masih tinggi sekitar 359 per 100.000 kelahiran hidup (Suryamin, 2013).
1.000 kelahiran hidup (Supriyantoro, 2013). Data SDKI 2012 menunjukkan kematian bayi untuk periode lima tahun sebelum survei (2008-2012) adalah 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian balita dan kematian anak masing-masing sebesar 40 dan 9 kematian per 1.000 kelahiran.
AKB di kabupaten Banyumas tahun 2014 adalah sebesar 9,04 per 1000 kelahiran hidup, kondisi tersebut mengalami penurunan dibanding tahun 2013 sebesar 12,34 per 1000 kelahiran hidup. AKB tahun 2014 jika dibandingkan dengan target Millineium Development Goals (MDGS) tahun 2015 sebesar 17/1000 kelahiran hidup maka AKB di Kabupaten Banyumas sudah baik karena telah melampaui target. Sedangkan AKI di Kabupaten Banyumas tahun 2014 sebesar 114.73 Per 100.000 kelahiran hidup, menurun dibanding tahun 2013 sebesar 124,13 per 100.000 kelahiran hidup. Target dari AKI di Provinsi Jawa Tengah, yaitu 60 per 100.000 kelahiran hidup, Maka Kabupaten Banyumas melebihi target. Melihat kondisi diatas dapat dikatakan bahwa program Kesehatan Ibu belum berjalan optimal.
Pemerintah membentuk program untuk mengatasi permasalahan AKI & AKB yaitu dengan cara membentuk program Sustainable Development Goals atau SDGs (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan). Mulai tahun 2016,
Sustainable Development Goals atau SDGs (Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan) 2015–2030 secara resmi menggantikan Tujuan Pembangunan Millennium (MDGs) 2000–2015. SDGs berisi seperangkat tujuan transformatif yang disepakati dan berlaku bagi seluruh bangsa tanpa terkecuali. SDGs berisi 17 Tujuan, salah satu tujuannya adalah mengatur tata cara dan prosedur yaitu masyarakat yang damai tanpa kekerasan, nondiskriminasi, partisipasi, tata pemerintahan yang terbuka serta kerja sama kemitraan multi–
pihak
(
Hoelman M.B, 2016).Bidan memiliki kedudukan dalam program pemerintah untuk menurunkan AKI & AKB yang sangat penting yaitu sebagai ujung tombak dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia melalui kamampuannya untuk melakukan pengawasan, pertolongan, dan pengawasan neonatus dan pada persalinan ibu postpartum. Disamping itu, upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia dapat dibebankan kepada bidan melalui pendekatan kepada dukun beranak dengan memberikan bimbingan pada kasus yang memerlukan rujukan medis (Manuaba, 2013).
hamil, masa persalinan, nifas, bayi, setelah lahir serta keluarga berencana. Dengan dilakukannya asuhan tersebut, diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan maupun kematian pada ibu dan bayi yaitu dengan menekan angka kelahiran dan kehamilan yaitu dengan cara ikut serta dalam program KB.
Penulis mengambil pasien di daerah Puskesmas II Sokaraja dikarenakan angka ibu yang mendapatkan pelayanan pada masa nifas hanya 627 orang dari jumlah ibu yang bersalin 640 orang. Kemudian dilakukan pendampingan pada pasien karena jarak kehamilan yang terlalu jauh sehingga memerlukan pendampingan, untuk membantu dalam mempersiapkan proses persalinannya (DKK Banyumas, 2016). Maka dari itu penulis merasa tertarik untuk memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada pasien. Karena melalui asuhan tersebut kita dapat mempelajari asuhan komprehensif dan dapat menerapkan asuhan kemprehensif pada pasien.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan kebidanan komprehensif dan berkelanjutan pada kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, dan perencanaan keluarga berencana berdasarkan standar kompetensi bidan.
2. Tujuan Khusus
b. Mampu melakukan Asuhan persalinan pada Ny. W usia 28 tahun G1P0A0 dengan melakukan : pengkajian, merumuskan diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi serta mendokumentasikan dengan metode SOAP.
c. Mampu melakukan Asuhan bayi baru lahir pada By. Ny. W usia 28 tahun dengan melakukan : pengkajian, merumuskan diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi serta mendokumentasikan dengan metode SOAP.
d. Mampu melakukan Asuhan nifas pada Ny. W usia 28 tahun dengan melakukan : pengkajian, merumuskan diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi serta mendokumentasikan dengan metode SOAP.
e. Mampu melakukan Asuhan perencanaan keluarga berencana pada Ny. W usia 28 tahun dengan melakukan : pengkajian, merumuskan diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi serta mendokumentasikan dengan metode SOAP.
f. Mampu menilai adanya kesenjangan antara teori dan pendokumentasian menggunakan SOAP pada Ny. W umur 28 tahun.
C. Pembatasan Kasus
1. Sasaran
2. Tempat
Pengambilan kasus ini dilaksanakan di Pusmesmas II Sokaraja Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas.
3. Waktu
Pembuatan Proposal : Januari 2017-Februari 2017 Pengambilan Kasus : Februari 2017-Mei 2017 Penyusunan Laporan : Mei 2017
D. Metode Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara mewawancarai langsung responden yang di teliti, sehingga metode ini memberikan hasil secara langsung (Notoatmodjo, 2012).
2. Observasi
Observasi ialah suatu hasil pembuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Mula-mula rangsangan dari luar mengenai indra dan terjadilah pengindraan kemudian apabila rangsangan tersebut menarik perhatian akan dilanjutkan dengan adanya pengamatan (Notoatmodjo, 2012).
3. Pemeriksaan fisik a. Inspeksi
b. Palpasi
Palpasi merupakan pemeriksaan dengan cara meraba menggunakan telapak tangan dan memanfaatkan alat peraba (Matondang, 2009). c. Perkusi
Perkusi merupakan pemeriksaan dengan melakukan pengetukan yang menggunakan ujung-ujung jari pada bagian tubuh untuk mengetahui ukuran, batas, konsistensi organ-organ tubuh dan menentukan adanya cairan dalam rongga tubuh (Matondang, 2009).
d. Auskultasi
Auskultasi merupakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh dengan stetoskop (Matondang, 2009).
4. Studi pustaka
Penulis menggunakan beberapa buku yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan KB (Aziz, 2014)
5. Media elektronik
Dengan membuka situs/website yang ada kaitannya dengan studi kasus yang dilakukan (Aziz, 2014).
E. Sistematika Penulisan
1. BAB I: PENDAHULUAN
2. BAB II: TINJAUAN TEORI Pada bab ini terdiri dari: a. Konsep Dasar Teori
Berisi tentang asuhan kebidanan komprehensif pada kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana yang meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, faktor resiko, tanda dan gejala, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaaan medis.
b. Konsep dasar manajemen asuhan kebidanan
Berisi tentang manajemen kebidanan dengan menggunakan kerangka berfikir varney yang terdiri dari 7 langkah yaitu : pengkajian, intreprestasi data (diagnosa dan masalah), identifikasi diagnose/masalah potensial, identifikasi kebutuhan tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
c. Landasan hukum
Berisi tentang undang-undang maupun kepmenkes dan standar pelayanan kebidanan yang mengatur tugas pokok dan kompetensi bidan serta wewenang bidan dalam asuhan kebidanan komprehensif pada kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana. 3. BAB III: TINJAUAN KASUS
4. BAB IV: PEMBAHASAN
Berisi tentang menjelaskan tentang masalah atau kesenjangan antara teori dan kasus yang penulis temukan dilapangan tentang asuhan komprehensif dari hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana.
5. PENUTUP
Berisikan tentang kesimpulan dan saran mengenai hasil yang di dapat setelah melakukan asuhan kebidanan komprehensif.