BAB I
P E N G A N T A R
1.1. Latar Belakang Masalah
Wawasan kebangsaan merupakan gagasan yang dinamis mengikuti konteks ruang dan waktu yang berlaku. Gagasan kebangsaan menjadi sarana pengikat bagi adanya kesadaran tentang perasaan senasib dan sepenanggungan sebagai bangsa yang terjajah dan mendambakan adanya perubahan melalui jalan kemerdekaan dan penentuan nasib sendiri. Seiring perubahan zaman pasca kemerdekaan itu, makna kebangsaan seolah mengalami dekontekstualisasi dan kehilangan relevansi. Seolah kebangsaan hanyalah identitas yang menjadi garis demarkasi antara bangsa Indonesia dengan pemerintah colonial sebelumnya. Akibatnya ketika era pemerintahan colonial berakhir dan Indonesia telah merdeka maka yang terjadi adalah kegamangan dalam memandang nilai-nilai kebangsaan tersebut
Terkait dengan permasalahan bangsa saat ini, seperti adanya berbagai gejala disintegritasi bangsa, konflik sosial, tindakan kesewenang-wenangan, korupsi, dan berbagai bentuk penyalahgunaan wewenang ataupun jabatan, ini membuktikan ketidak konsistenan bangsa Indonesia terhadap nilai-nilai dan cita-cita bangsa Indonesia itu sendiri. Konflik-konflik yang terjadi dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya maupun hukum antar kelompok dalam masyarakat maupun antara masyarakat dengan pemerintah, menunjukkan lemahnya ikatan kebersamaan persatuan sebagai sebuah bangsa. Semakin banyak masyarakat atau kelompok masyarakat yang dikecewakan dalam kehidupan akan menjadi sumber 1
dan pemicu konflik di masa datang. Sekarang ini, pada era reformasi, ikatan-ikatan dan nilai-nilai kebangsaan Indonesia itu cenderung mengendur karena pada era demokrasi sebagai bagian dari isu global yang diartikan sebagai the right of self determination atau bebas menentukan nasib sendiri memunculkan perilaku, sikap dan idealism fragmental yang mengabaikan kepentingan nasional sebagai kepentingan bersama. Pemahaman tentang kehidupan berbangsa dan bernegara yang digali dari budaya bangsa sudah dibuktikan keampuhannya dan telah dituangkan dalam semboyan Negara Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika yang berarti walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu (Fakhrurrazi, 2012:3).
Permasalahan yang muncul di atas, maka bangsa Indonesia harus kembali meningkatkan wawasan kebangsaannya. Peningkatan ini dapat dilakukan melalui perbaikan disetiap lini dan di setiap elemen masyarakat. Perlu langkah kongkrit dengan berbagai sumber daya yang sudah Indonesia miliki. Salah satu modal terbaik untuk mempersiapkan masa depan bangsa lebih baik adalah pemuda, lebih spesifik lagi mereka adalah mahasiswa.
Mahasiswa memiliki sifat berpikir logis, sistematis, rasional dan memperjuangkan idealisme yang berpihak pada nilai-nilai kebenaran. Sifat-sifat yang dimiliki mahasiswa, juga menjadi modal dalam menjaga keberlangsungan perjalanan negeri ini dengan caranya sendiri sesuai zamannya dari waktu ke waktu. Gerakan mahasiswa adalah gerakan moral dan intelektual. Karena itu, gerakan mahasiswa tidak boleh berhenti, agar arah perubahan reformasi tidak dipelintir oleh kepentingan sesaat kekuasaan. Mahasiswa harus selalu mengokohkan kekuatan moral dan kecendikiawanan dalam menjalani hari-hari
sebagai mahasiswa. Pergerakan mahasiswa juga harus selalu mewariskan kepada generasi berikut dengan spirit dan semangat yang sama (Bahri, 2013:15).
Mahasiswa pada dasarnya merupakan individu-individu yang tidak pernah puas dalam menerima kenyataan sebagaimana adanya. Mereka akan selalu mempertanyakan kebenaran yang berlaku pada suatu saat, dalam hubungannya dengan kebenaran yang lebih tinggi dan lebih luas. Selain itu, mahasiswa juga merupakan salah satu kaum intelektual muda yang dilatih untuk berfikir kritis dalam segala kegiatannya. Mahasiswa dalam kesehariannya (belajar di kampus) dilatih untuk mampu dan peka dalam memahami berbagai gejala-gejala sosial yang terjadi di lingkungan sekitarnya secara tajam. Akibatnya, tak jarang kemudian mereka melahirkan sifat-sifat yang kritis dalam mengkritisi berbagai kebijakan baik itu yang bersumber dari pimpinan di kampus, pemerintah daerah hingga pemerintah pusat (Iriansyah, 2013:6).
Begitu pentingnya masa menjadi mahasiswa, membuat calon mahasiswa memberanikan diri meninggalkan kota kelahiran ke daerah lain untuk memilih program studi atau spesifikasi keahlian yang lebih baik menurut mereka. (Agustine,2012:3) menyebutkan dalam artikelnya bahwa ada beberapa alasan positif mengapa seorang siswa lebih memilih berkuliah di perguruan tinggi di luar kota. Pertama, karena perguruan tinggi tersebut memiliki program studi yang memang sangat diminatinya dengan kualitas yang dipandang terbaik. Kedua, karena di kota tempat tinggalnya tidak tersedia program studi yang dicita-citakan. Ketiga, karena selain belajar, ia juga ingin mendapatkan pengalaman hidup baru
yang akan memberinya kesempatan untuk melatih kemandirian diri dan sebagainya.
Kecendrungan manusia untuk saling melindungi dengan kesamaan ras, bahasa, adat dan latar belakang akan muncul ketika mereka jauh dari daerah asal, begitu pula yang terjadi dengan pelajar dan mahasiswa yang pergi jauh ke daerah lain (merantau). Kecendrungan untuk mencari teman/saudara dengan latar belakang daerah yang sama akan kental terjadi di daerah-daerah yang banyak menjadi tujuan. Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satunya. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang dijuluki Kota Pelajar adalah salah satu dari beberapa provinsi atau daerah yang pada setiap ajaran baru menjadi lokasi tujuan pelajar dan mahasiswa untuk melanjutkan jenjang pendidikan lebih tinggi. Pelajar dan mahasiswa yang dating tidak hanya berasal dari dalam pulau Jawa, bahkan dari pulau-pulau Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, Irian Jaya pun tidak kalah banyaknya mengirimkan putra putri daerah mereka ke Yogyakarta. Data dari IKPMDIY mencatat semua di DIY terdapat organisasi kedaerahan yang menjadi wadah berkumpulnya pelajar dan mahasiswa dari beragam daerah di Indonesia, bahkan dari satu provinsi bisa memiliki hingga 2 (dua) organisasi kedaerahan. Provinsi Yogyakarta menjadi rentan terjadi konflik SARA (Suku, Agama dan Ras) karena banyaknya pendatang dari banyak daerah. Tahun 2013 tercatat sedikitnya enam (6) kali terjadi konflik SARA di Kabupaten Sleman DIY (HarianKompas, 27 November 2013).
Sekian banyak Provinsi di Indonesia, cukup menarik perhatian bagi peneliti untuk memilih satu provinsi di Sumatra, yaitu Provinsi Bengkulu.
Provinsi ini memiliki Sembilan (9) Kabupaten dan Satu (1) Kota. Kabupaten dan Kota di Provinsi ini jika dilihat dari nilai ketahanan sosial dan budaya menjadi rentan untuk terjadi konflik, karena jelas masing-masing daerah memiliki potensi khas yang ingin dipertahankan. Egosentrisme masyarakat Bengkulu begitu kuat dari kesukuan tiap-tiap daerah sehingga masyarakat Bengkulu pada dasarnya sangat sensitif mengenai suku, adanya blok-blok kedaerahan justru memperuncing persoalan yang menjauhkan masyarakat dari semangat persatuan dan nasionalisme. Kehadiran generasi muda dari provinsi Bengkulu untuk melanjutkan pendidikan di Yogyakarta sebagai Kota Pelajar diharapkan mampu menjadi agen perubahan pemersatu masyarakat di lokal provinsi Bengkulu khususnya maupun memberikan warna persatuan dan nasionalisme pada tingkat nasional maupun internasional, untuk itulah pentingnya penanaman nilai-niai wawasan kebangsaan dan ketahanan nasional bagi mahasiswa yang berasal dari Provinsi Bengkulu untuk dapat menjadi uswah hasanah bagi masyarakat dari daerah tempat mereka berasal.
Pemilihan IKPMBY sebagai studi penelitian dikarenakan munculnya penonjolan kesukuan di IKPMBY sendiri. Hasil wawancara pada anggota dewan senior organisasi bahwa terjadi penguasaan asrama IKPMBY oleh IKPM Manna. Asrama yang berjumlah 11 kamar, digunakan 1 untuk sekretariat IKPMBY, 9 kamar digunakan oleh mahasiswa asal Kabupaten Manna, dan 1 kamar digunakan oleh mahasiswa asal Bengkulu Utara. Masalah lainnya adalah, ditutupnya kesempatan untuk mahasiswa asal Kabupaten/Kota lain selain Kabupaten Manna untuk menempati sekretariat IKPMBY, yang harusnya menjadi fasilitas untuk
ketua umum. Hasil musyarah terakhir tahun 2010 menempatkan mahasiswa asal Bengkulu Utara sebagai Ketua Umum dan berhak menempati sekretariat IKPMBY. Penolakan yang diberikan oleh pengurus lama IKPMBY, menempatkan Saudara Melky Antoni tetap sebagai penanggung jawab IKPMBY. Permasalahan intern IKPMBY ini kemudian menjadi perhatian peneliti tentang bagaimana mereka memahami konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bhineka Tunggal Ika, Pancasila dan amanat Undang-Undang Dasar 1945 yang tercakup dalam wawasan kebangsaan.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pemahaman mahasiswa anggota IKPMBY tentang wawasan
kebangsaan?
2. Bagaimana implikasi pemahaman mahasiswa anggota IKPMBY tentang wawasan kebangsaan terhadap ketahanan pribadi ?
1.3. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai pemahaman wawasan kebangsaan pada mahasiswa anggota organisasi mahasiswa daerah dan implikasinya terhadap ketahanan sosial budaya dengan subjek penelitian anggota Ikatan Pelajar Mahasiswa Bengkulu Yogyakarta (IKPMBY), sepanjang pengetahuan peneliti belum pernah dilakukan. Namun, penelitian dengan variabel yang sama pernah dilakukan oleh beberapa peneliti lain, hal tersebut seperti yang tertera dalam tabel berikut :
No Nama Tahun Judul Tujuan Hasil Penelitian 1 Desim
Budimansyah
2010 Tantangan Globaliasi Terhadap Pembinaan Wawasan Kebangsaan dan Cinta Tanah Air di Sekolah
Mengungkapkan
sejumlah persoalan yang muncul di sekolah-sekolah seiring derasnya arus globalisasi
Globalisasi menantang kekuatan penerapan unsur jati diri dan memporak-porandakan nilai-nilai luhur bangsa melalui agennya televisi.
2 Kurniati 2010 Wawasan Kebangsaan Dalam Pembangunan Daerah
Peran Wawasan Kebangsaan dalam Pembangunan Daerah
Wawasan Kebangsaan tidak berpengaruh penuh dalam pembangunan daerah 3 Mahifal 2011 Membangun Keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia Melalui Pembinaan Ideologi dan Wawasan Kebangsaan (Building Integrity of the Republic of Indonesia through the Ideology Development and Natiaonal Insights)
Peningkatan Ideologi dan wawasan kebangsaaan
Membangun keutuhan NKRI tidak bisa dilakukan secara parsial melainkan membutuhkan peran segenap komponen bangsa
4 Fakhrurrazi 2012 Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan Masyarakat dan Penanggulangan Bencana (BAKESBANGLINMAS dan PB) Dalam Peningkatan Pemahaman Wawasan Kebangsaan dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Wilayah.
Peran dan Impilikasi Bakesbanglinmas dan PB dalam peningkatan wawasan kebangsaan dan implikasnya terhadap ketahanan wilayah
Peran Baskenbanglinmas dan PB dalam meningkatkan wawasan kebangsaan masyarakat berjalan dengan baik, walaupun tetap ditemui beberapa kendala.
5 Direktorat Pengkajian Bidang Politik Lemhannas
2013 Aktualisasi Semangat Kebangkitan Nasional Guna Memantapkan Wawasan Kebangsaan Lintas Generasi Dalam Rangka Ketahanan Nasional
Melihat semangat kebangkitan nasional dari wawasan kebangsaan dilihat dari semua aspek (geografi, demografi, ekonomi, sosial, budaya, sumber daya alam, ideologi, dan hankam)
Semangat kebangkitan nasional di era demokratis sekarang, dihadapkan pada kondisi melemahnya nasionalisme, memudarnya jati diri bangsa serta kebutuhan akan keteladanan sosok pemimpin.
1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, menurut peneliti tujuan yang diharapkan adalah :
1.4.1. Mengetahui pemahaman wawasan kebangsaan pada mahasiswa anggota Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Bengkulu Yogyakarta (IKPMBY) 1.4.2. Mengetahui implikasi dari pemahaman wawasan kebangsaan terhadap
ketahanan pribadi anggota Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Bengkulu Yogyakarta (IKPMBY)
1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber bagi penelitian – penelitian berikutnya yang membahas mengenai wawasan kebangsaan (NKRI, Bhineka Tunggal Ika, Pancasila dan UUD 1945), organisasi mahasiswa daerah dan ketahanan sosial budaya.
1.5.2. Manfaat Pragmatis
a) Bagi Pihak Pemerintah Daerah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi Pemerintah Daerah untuk lebih peduli dan mengoptimalkan keberadaan mahasiswa yang sedang menimba ilmu di luar daerah untuk bisa disiapkan sebagai kader-kader yang mampu memahami wawasan kebangsaan secara penuh.
b) Bagi Pihak Organisasi Mahasiswa/Organisasi Kedaerahan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi organisasi kemahasiswaan, para aktivis dan peneliti dalam menjaga ketahanan nasional. Hasil akhir yang diharapkan adalah dapat diciptakannya para penerus bangsa yang memiliki nilai-nilai cinta tanah air.