• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN INOVASI PADA BUDIDAYA NILAM DI DESA KUALA BAKONG KECAMATAN SAMPOINET KABUPATEN ACEH JAYA. District Of Aceh Jaya Sampoinet)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN INOVASI PADA BUDIDAYA NILAM DI DESA KUALA BAKONG KECAMATAN SAMPOINET KABUPATEN ACEH JAYA. District Of Aceh Jaya Sampoinet)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN INOVASI PADA BUDIDAYA NILAM DI DESA KUALA BAKONG KECAMATAN SAMPOINET KABUPATEN ACEH JAYA

(The Study Of Innovation

T. Miftakhul 1

Program Studi

Abstrak – Inovasi budidaya nilam adalah suatu ide, gagasan, atau tindakan yang dapat diterapkan pada budidaya nilam yang berdampak terhadap pendapatan.

inovasi berdampak terhadap meningkatnya pendapatan dibandingkan dengan budidaya sebelum inovasi yang menyebabkan kerugian dan kerusakan ekosistem

bertujuan untuk mengidentifikasi sistem usahatani nilam, mengetahui inovasi apa saja yang dapat diterapkan untuk meningkatkan budidaya nilam, dan dampak inovasi terhadap pendapatan petani pada budidaya nilam di Desa Kuala Bakong Kecamatan Sampoinet Kabupaten Aceh Jaya. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem budidaya nilam yang dilakukan petani

periode tanam, bibit dipetik dari stek tanaman nilam sebelumnya ditanam, penyiangan gulma menggunakan pestisida, pemupukan dengan pupuk anorganik, pengendalian peyakit tidak intensif dan tradisional, dan pemanenan dilakukan sekali dalam satu periode tanam

yang dapat diberikan berupa

sistem tanam tetap, pupuk organik, pengendalian penyakit budog, dan inovasi panen kali, dan dampak inovasi terhadap pendapatan

kering Rp 193.089.652 secara keseluruhan 50%. Kata Kunci: Inovasi, Budidaya,

Abstract – Patchouli cultivation innovation is an idea, or actions

cultivation of patchouli impact on revenue. Cultivation after the innovation impact on the increase in revenues compared to prior cultivation of innovation that caused losses and damage to ecosystems. Where this research aims to

knowing what innovation can be applied fatherly improve patchouli cultivation, and the impact of innovation on the income of farmers in the cultivation of patchouli in the village Sampoinet Kuala Bakong subdistrict of Ac

secondary data. The analytical method used is quantitative descriptive analysis. The results showed that the system patchouli cultivation by the farmers with the stages of the transfer of land every planting period, the seeds are picked from cuttings patchouli before planting, weeding use of pesticides, fertilizers with inorganic fertilizer, control peyakit not intensive and traditional, and harvesting is done once in a planting period

provided in the form of innovative use of quality seeds and manufacture of nurseries, planting system remains, organic fertilizers, disease control budog and innovation harvest up to 8 times, and the impact of innovation on revenue in wet patchouli

patchouli Rp 193.089.652 overall 50% Keywords:Innovation, Cultivation, Income.

AJIAN INOVASI PADA BUDIDAYA NILAM DI DESA KUALA BAKONG KECAMATAN SAMPOINET KABUPATEN ACEH JAYA

nnovation In Patchouli Cultivation In The Village Of Kuala Bakong District Of Aceh Jaya Sampoinet)

T. Miftakhul Rizki1,, Agussabti1, Indra1*

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Inovasi budidaya nilam adalah suatu ide, gagasan, atau tindakan yang dapat diterapkan pada budidaya nilam yang berdampak terhadap pendapatan.

inovasi berdampak terhadap meningkatnya pendapatan dibandingkan dengan budidaya ang menyebabkan kerugian dan kerusakan ekosistem.

gidentifikasi sistem usahatani nilam, mengetahui inovasi apa saja yang dapat diterapkan untuk meningkatkan budidaya nilam, dan dampak inovasi terhadap ani pada budidaya nilam di Desa Kuala Bakong Kecamatan Sampoinet Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan budidaya nilam yang dilakukan petani dengan tahapan perpindahan lahan setiap periode tanam, bibit dipetik dari stek tanaman nilam sebelumnya ditanam, penyiangan gulma menggunakan pestisida, pemupukan dengan pupuk anorganik, pengendalian peyakit tidak

nsif dan tradisional, dan pemanenan dilakukan sekali dalam satu periode tanam

yang dapat diberikan berupa inovasi penggunaan bibit unggul dan pembuatan kebun bibit, sistem tanam tetap, pupuk organik, pengendalian penyakit budog, dan inovasi panen

i, dan dampak inovasi terhadap pendapatan pada nilam basah Rp 168.465.652 dan nilam secara keseluruhan 50%.

Budidaya, Pendapatan.

Patchouli cultivation innovation is an idea, or actions that can be applied to the cultivation of patchouli impact on revenue. Cultivation after the innovation impact on the increase in revenues compared to prior cultivation of innovation that caused losses and damage to ecosystems. Where this research aims to identify farming systems patchouli, knowing what innovation can be applied fatherly improve patchouli cultivation, and the impact of innovation on the income of farmers in the cultivation of patchouli in the village Sampoinet Kuala Bakong subdistrict of Aceh Jaya district. The data used are primary data and secondary data. The analytical method used is quantitative descriptive analysis. The results showed that the system patchouli cultivation by the farmers with the stages of the transfer of ting period, the seeds are picked from cuttings patchouli before planting, weeding use of pesticides, fertilizers with inorganic fertilizer, control peyakit not intensive and traditional, and harvesting is done once in a planting period, innovations that c provided in the form of innovative use of quality seeds and manufacture of nurseries, planting system remains, organic fertilizers, disease control budog and innovation harvest up to 8 and the impact of innovation on revenue in wet patchouli Rp 168.465.652 and dry

overall 50% Innovation, Cultivation, Income.

AJIAN INOVASI PADA BUDIDAYA NILAM DI DESA KUALA BAKONG KECAMATAN SAMPOINET KABUPATEN ACEH JAYA

f Kuala Bakong

Sub-Syiah Kuala

Inovasi budidaya nilam adalah suatu ide, gagasan, atau tindakan yang dapat diterapkan pada budidaya nilam yang berdampak terhadap pendapatan. Budidaya setelah inovasi berdampak terhadap meningkatnya pendapatan dibandingkan dengan budidaya . Dimana penelitian ini gidentifikasi sistem usahatani nilam, mengetahui inovasi apa saja yang dapat diterapkan untuk meningkatkan budidaya nilam, dan dampak inovasi terhadap ani pada budidaya nilam di Desa Kuala Bakong Kecamatan Sampoinet Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan dengan tahapan perpindahan lahan setiap periode tanam, bibit dipetik dari stek tanaman nilam sebelumnya ditanam, penyiangan gulma menggunakan pestisida, pemupukan dengan pupuk anorganik, pengendalian peyakit tidak nsif dan tradisional, dan pemanenan dilakukan sekali dalam satu periode tanam, inovasi inovasi penggunaan bibit unggul dan pembuatan kebun bibit, sistem tanam tetap, pupuk organik, pengendalian penyakit budog, dan inovasi panen sampai 8 pada nilam basah Rp 168.465.652 dan nilam

that can be applied to the cultivation of patchouli impact on revenue. Cultivation after the innovation impact on the increase in revenues compared to prior cultivation of innovation that caused losses and identify farming systems patchouli, knowing what innovation can be applied fatherly improve patchouli cultivation, and the impact of innovation on the income of farmers in the cultivation of patchouli in the village eh Jaya district. The data used are primary data and secondary data. The analytical method used is quantitative descriptive analysis. The results showed that the system patchouli cultivation by the farmers with the stages of the transfer of ting period, the seeds are picked from cuttings patchouli before planting, weeding use of pesticides, fertilizers with inorganic fertilizer, control peyakit not intensive , innovations that can be provided in the form of innovative use of quality seeds and manufacture of nurseries, planting system remains, organic fertilizers, disease control budog and innovation harvest up to 8 p 168.465.652 and dry

(2)

Tanaman nilam (Pogostemon cablin benth

halus dan berbatang segiempat. Daun kering tanaman ini disuling

nilam (patchouli oil), minyak nilam banyak digunakan sebagai zat pengikat pada industri parfum, kosmetik, farmasi, pengawetan barang dan bahan baku industri lainnya.

Budidaya tanaman nilam di Desa Kuala Bakong Kecamatan Sampoinet

Aceh Jaya telah lama diusahakan, tetapi perkembangan budidayanya masih dilakukan secara tradisional. Minat masyarakat di desa tersebut terhadap budidaya nilam masih sangat terpengaruhi oleh tingkat harga minyak di pasar lokal.

Tanaman nilam (Pog

minyak atsiri yang cukup penting peranannya dalam menghasilkan devisa. Dalam perdagangan dunia, minyak nilam dikenal dengan nama

dengan 14 jenis minyak atsiri lainnya adalah komoditi ekspor yang menghasilkan devisa. Volume ekspor minyak atsiri dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, tahun 2001 mencapai 5080 ton dan nilai US $52,97 juta atau 4,4 %

dunia, Indonesia pemasok utama minyak nilam dunia (90 %). Sementara kebutuhan dunia berkisar 1200 ton per tahun dari pertumbuhan sebesar 5 % (Mauludi, 2005).

Inovasi berasal dari bahasa latin yiaitu nova yang artinya b

gagasan, metode, atau objek yang dapat dianggap sebagai sesuatu yang baru, tetapi tidak selalu merupakan hasil dari penelitian mutakhir. Inovasi sering berkembang dari penelitian dan juga dari petani (Van den Ban dan H.S. Hawkins,

inovasi adalah cara baru dalam mengerjakan sesuatu. Sejauh dalam penyuluhan pertanian, inovasi merupakan sesuatu yang dapat mengubah kebiasaan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sistem usahatani nila

Kuala Bakong Kecamatan Sampoinet Kabupaten Aceh Jaya, Tujuan kedua adalah untuk menegetahu inovasi apa saja yang dapat diterapkan unutk meningkatkan budidaya nilam di Desa Kuala Bakong Kecamatan Sampoinet Kabupaten Aceh Jaya. Tujuan ketiga untuk mengetahui dampak inovasi terhadap pendapatan petani pada budidaya nilam di Desa Kuala Bakong Kecamatan Sampoinet Kabupaten Aceh Jaya. Hasil dari penelitian ini diharapakan dapat berguna dan memberikan sumbangan yang positif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang agribisnis

dapat dijadikan landasan dan bahan pertimbangan bagi petani atau instansi pemerintah yang terkait dalam budidaya tanaman nilam.

Metode yang digunakan

langsung ke tempat budidaya tanaman

Kabupaten Aceh Jaya. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan alat bantu yaitu wawancara dengan pemili

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari data di lapangan atau lokasi budidaya yang berupa wawancara dengan petani. Sedangkan data sekunder

dan mengambil kesimpulan dari penelitian terdahulu dan sumber dengan penelitian ini.

PENDAHULUAN

Pogostemon cablin benth) merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan berbatang segiempat. Daun kering tanaman ini disuling untuk mendapatkan minyak nilam (patchouli oil), minyak nilam banyak digunakan sebagai zat pengikat pada industri parfum, kosmetik, farmasi, pengawetan barang dan bahan baku industri lainnya.

Budidaya tanaman nilam di Desa Kuala Bakong Kecamatan Sampoinet

Aceh Jaya telah lama diusahakan, tetapi perkembangan budidayanya masih dilakukan secara tradisional. Minat masyarakat di desa tersebut terhadap budidaya nilam masih sangat terpengaruhi oleh tingkat harga minyak di pasar lokal.

Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup penting peranannya dalam menghasilkan devisa. Dalam perdagangan dunia, minyak nilam dikenal dengan nama Patchouly oil. Minyak nilam bersama dengan 14 jenis minyak atsiri lainnya adalah komoditi ekspor yang menghasilkan devisa. Volume ekspor minyak atsiri dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, tahun 2001 mencapai 5080 ton dan nilai US $52,97 juta atau 4,4 % dari nilai perdagangan minyak atsiri dunia, Indonesia pemasok utama minyak nilam dunia (90 %). Sementara kebutuhan dunia berkisar 1200 ton per tahun dari pertumbuhan sebesar 5 % (Mauludi, 2005).

Inovasi berasal dari bahasa latin yiaitu nova yang artinya baru. Inovasi adalah suatu gagasan, metode, atau objek yang dapat dianggap sebagai sesuatu yang baru, tetapi tidak selalu merupakan hasil dari penelitian mutakhir. Inovasi sering berkembang dari penelitian dan juga dari petani (Van den Ban dan H.S. Hawkins, 1999). Mosher (1978) menyebutkan inovasi adalah cara baru dalam mengerjakan sesuatu. Sejauh dalam penyuluhan pertanian, inovasi merupakan sesuatu yang dapat mengubah kebiasaan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sistem usahatani nila

Kuala Bakong Kecamatan Sampoinet Kabupaten Aceh Jaya, Tujuan kedua adalah untuk menegetahu inovasi apa saja yang dapat diterapkan unutk meningkatkan budidaya nilam di Desa Kuala Bakong Kecamatan Sampoinet Kabupaten Aceh Jaya. Tujuan ketiga untuk mengetahui dampak inovasi terhadap pendapatan petani pada budidaya nilam di Desa Kuala Bakong Kecamatan Sampoinet Kabupaten Aceh Jaya. Hasil dari penelitian ini diharapakan dapat berguna dan memberikan sumbangan yang positif terhadap perkembangan ilmu etahuan khususnya di bidang agribisnis dan juga agar hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan landasan dan bahan pertimbangan bagi petani atau instansi pemerintah yang terkait dalam budidaya tanaman nilam.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei, yaitu melihat langsung ke tempat budidaya tanaman nilam di Desa Kuala Bakong Kecamatan Sampoinet . Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan alat bantu yaitu wawancara dengan pemilik budidaya tanaman nilam.

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari data di lapangan atau lokasi budidaya yang berupa . Sedangkan data sekunder diperoleh dari membaca, mempelajari dan mengambil kesimpulan dari penelitian terdahulu dan sumber-sumber yang berkaitan ) merupakan tanaman perdu wangi berdaun untuk mendapatkan minyak nilam (patchouli oil), minyak nilam banyak digunakan sebagai zat pengikat pada industri parfum, kosmetik, farmasi, pengawetan barang dan bahan baku industri lainnya.

Budidaya tanaman nilam di Desa Kuala Bakong Kecamatan Sampoinet Kabupaten Aceh Jaya telah lama diusahakan, tetapi perkembangan budidayanya masih dilakukan secara tradisional. Minat masyarakat di desa tersebut terhadap budidaya nilam masih sangat Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup penting peranannya dalam menghasilkan devisa. Dalam oil. Minyak nilam bersama dengan 14 jenis minyak atsiri lainnya adalah komoditi ekspor yang menghasilkan devisa. Volume ekspor minyak atsiri dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, tahun 2001 dari nilai perdagangan minyak atsiri dunia, Indonesia pemasok utama minyak nilam dunia (90 %). Sementara kebutuhan dunia berkisar 1200 ton per tahun dari pertumbuhan sebesar 5 % (Mauludi, 2005).

aru. Inovasi adalah suatu gagasan, metode, atau objek yang dapat dianggap sebagai sesuatu yang baru, tetapi tidak selalu merupakan hasil dari penelitian mutakhir. Inovasi sering berkembang dari penelitian 1999). Mosher (1978) menyebutkan inovasi adalah cara baru dalam mengerjakan sesuatu. Sejauh dalam penyuluhan pertanian, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sistem usahatani nilam di Desa Kuala Bakong Kecamatan Sampoinet Kabupaten Aceh Jaya, Tujuan kedua adalah untuk menegetahu inovasi apa saja yang dapat diterapkan unutk meningkatkan budidaya nilam di Desa Kuala Bakong Kecamatan Sampoinet Kabupaten Aceh Jaya. Tujuan ketiga untuk mengetahui dampak inovasi terhadap pendapatan petani pada budidaya nilam di Desa Kuala Bakong Kecamatan Sampoinet Kabupaten Aceh Jaya. Hasil dari penelitian ini diharapakan dapat berguna dan memberikan sumbangan yang positif terhadap perkembangan ilmu dan juga agar hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan landasan dan bahan pertimbangan bagi petani atau instansi pemerintah yang

pada penelitian ini adalah metode survei, yaitu melihat nilam di Desa Kuala Bakong Kecamatan Sampoinet . Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan alat bantu Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari data di lapangan atau lokasi budidaya yang berupa diperoleh dari membaca, mempelajari sumber yang berkaitan

(3)

Populasi pada penelitian ini adalah nilam. Untuk menentukan sampel dil

(2010) teknik sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel dan dikenal juga dengan istilah sensus. Jadi sampel dalam penelitian ini adalah 25 orang petani

Sampoinet kabupaten Aceh Jaya.

Metode analisis yang digunakan penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kuantitatif dan analisis pendapatan

wawancara serta observasi di lapangan, ditabulasikan terlebih dahulu kemudian dianalisis dengan alat uji yang sesuai. Sehubungan dengan hipotesis yang telah diturunkan, maka diformulasikan model pengujian hipotesis sebagai berikut :

Pengujian Hipotesis 1 kuantitatif memaparkan beberapa

yang dapat diterapkan di daerah penelitian.

Pengujian Hipotesis 3, dianalisis dengan menggunakan metode analisis yakni menggunakan rumus sebegai berikut:

a. Biaya

Total biaya merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel yang harus dikeluarkan. Secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut :

TC = TFC + TVC ………. (Soekartawi, 1993) Dimana :

TC = Total biaya yang dikeluarkan (Rupiah) TFC = Total biaya tetap yang dikeluarkan (Rupiah) TVC = Total biaya variabel (Rupiah)

b. Penerimaan

Total penerimaan merupakan nilai uang dari total produk atau hasil perkalian antara jumlah produksi (Q) dan harga jual (P). Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

TR = Q X P ………. (Soekartawi, 1993) Dimana :

TR = Total penerimaan (Rupiah) Q = Jumlah produksi (Kg) P = Harga jual (Rupiah) c. Pendapatan

Pendapatan merupakan pengurangan pener matematis dapat ditulis sebagai berikut :

ߨ

Dimana :

ߨ = Pendapatan TR = Total penerimaan TC = Total biaya

Populasi pada penelitian ini adalah petani yang membudidayakan tanaman . Untuk menentukan sampel dilakukan secara sampling jenuh yaitu

(2010) teknik sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel dan dikenal juga dengan istilah sensus. Jadi sampel dalam penelitian ini adalah 25 orang petani nilam yang berada di Desa Kuala Bakong Kecamatan Sampoinet kabupaten Aceh Jaya.

Metode analisis yang digunakan penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan analisis pendapatan Berbagai jenis data yang telah dikumpulkan melalui serta observasi di lapangan, ditabulasikan terlebih dahulu kemudian dianalisis dengan alat uji yang sesuai. Sehubungan dengan hipotesis yang telah diturunkan, maka diformulasikan model pengujian hipotesis sebagai berikut :

Pengujian Hipotesis 1 dan 2, dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif memaparkan beberapa sistem budidaya nilam yang terjadi dan inovasi apa saja

di daerah penelitian.

Pengujian Hipotesis 3, dianalisis dengan menggunakan metode analisis yakni menggunakan rumus sebegai berikut:

Total biaya merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel yang harus dikeluarkan. Secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut :

TC = TFC + TVC ………. (Soekartawi, 1993) TC = Total biaya yang dikeluarkan (Rupiah)

TFC = Total biaya tetap yang dikeluarkan (Rupiah) TVC = Total biaya variabel (Rupiah)

Total penerimaan merupakan nilai uang dari total produk atau hasil perkalian antara arga jual (P). Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : TR = Q X P ………. (Soekartawi, 1993)

TR = Total penerimaan (Rupiah) Q = Jumlah produksi (Kg) P = Harga jual (Rupiah)

Pendapatan merupakan pengurangan penerimaan total dengan biaya total. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

= TR – TC ………. (Soekartawi, 1993)

membudidayakan tanaman tanaman yaitu Menurut Riduwan (2010) teknik sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel dan dikenal juga dengan istilah sensus. Jadi sampel dalam nilam yang berada di Desa Kuala Bakong Kecamatan Metode analisis yang digunakan penelitian ini adalah metode analisis deskriptif Berbagai jenis data yang telah dikumpulkan melalui serta observasi di lapangan, ditabulasikan terlebih dahulu kemudian dianalisis dengan alat uji yang sesuai. Sehubungan dengan hipotesis yang telah diturunkan, maka analisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif sistem budidaya nilam yang terjadi dan inovasi apa saja Pengujian Hipotesis 3, dianalisis dengan menggunakan metode analisis pendapatan,

Total biaya merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel yang harus

Total penerimaan merupakan nilai uang dari total produk atau hasil perkalian antara arga jual (P). Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

(4)

Sistem Usahatani Budidaya Tanaman Nilam Nilam (Pogostemon cablin

mempunyai prospek yang baik, nilam dapat tumbuh dengan baik pada lahan kering dengan tinggi tanaman mencapai 60 cm menurut varietasnya.

daun terdapat bulu-bulu rambut dan warnanya sedikit pucat. Ketinggisn tumbuh nilam uadalah 400 - 700 m dari permukaan laut, curah hujan 2500

dengan kelembaban di atas 75%. Persiapan Lahan dan Sistem Tanam

Pembukaan lahan dan pengolahan tanah dilakukan petani dengan cara di cangkul, tujuannya pengolahan tanah selain untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur, sekaligus sebagai pengendalian gulma. Waktu yang dibutuhkan unutk persiapan lahan

Sistem Tanam yang dilakukan petani dilokasi penelitian berpindah Bibit

Usahatani budidaya nilam di dengan menggunakan cabang

menggunakan bibit lokal, mereka berangapan bahwa nilam lokal penghasilkan tingkat

Patchouli Alcohol(PA) yang sama dengan varietas bibit lain. Penanaman

Bibit nilam ditanam menggunakan stek batang, satu lubang tanam bisa diisi 2 pada lahan yang telah di persiapkan, cara seperti digunakan petani di

mereka berangapan penanaman dengan menggunakan stek lebih mudah langsung di dan tidak mengeluarkan biaya banyak. dalam 1 Ha membutuhkan 12.800 batang untuk ditanam. Penanaman tanaman nilam mengunakan tenaga kerja sebanyak 17 HOK dan biaya sebesar Rp 1.360.000/Ha.

Penyiangan Gulma

Gulma (rumput pengganggu tanaman) di sekelil

waktu penyiangan dilakukan sebelum pemupukan. Dalam satu kali penyiangan petani membutuhkan 6 Orang tenaga kerja dengan biaya Rp 80.000/HOK/Satu Kali penyiangan. Total biaya yang harus dikeluarkan petani untuk penyianga

adalah Rp 480.000/Ha. Pemupukan

Pemupukan berguna untuk penambahan unsur hara, usaha memelihara serta mempertinggi kesuburan tanah dan pengendalian penyakit, pupuk yang digunakan di lokasi penelitian yaitu pupuk kimia, Urea, Sp36, NPK, KCL dan Gandasil. Dalam melakukan pemupukan petani membutuhkan

pemupukan dalam satu periode maka yang harus dikeluarkan petani sebesar Rp 560.000/Ha. Pengendalian Penyakit Budog/Pakuk

Gejala serangannya terdapat bintik

dan, selanjutmya batang semakin lama bintik

tanaman sehingga batangnya berubah menjadi kaku atau membengkak seperti kena budog dan HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Usahatani Budidaya Tanaman Nilam

Pogostemon cablin benth) merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang mempunyai prospek yang baik, nilam dapat tumbuh dengan baik pada lahan kering dengan tinggi tanaman mencapai 60 cm menurut varietasnya. Daun agak kebulatan, bagian bawah bulu rambut dan warnanya sedikit pucat. Ketinggisn tumbuh nilam 700 m dari permukaan laut, curah hujan 2500 – 3000, temperatur 24

dengan kelembaban di atas 75%. Sistem Tanam

dan pengolahan tanah dilakukan petani dengan cara di cangkul, tujuannya pengolahan tanah selain untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur, sekaligus sebagai pengendalian gulma. Waktu yang dibutuhkan unutk persiapan lahan

Sistem Tanam yang dilakukan petani dilokasi penelitian berpindah-pindah setelah panen.

Usahatani budidaya nilam di daerah penelitian umumnya ditanam secara vegetatif yakni dengan menggunakan cabang-cabang yang telah di potong, petani nilam lebih banyak menggunakan bibit lokal, mereka berangapan bahwa nilam lokal penghasilkan tingkat

(PA) yang sama dengan varietas bibit lain.

Bibit nilam ditanam menggunakan stek batang, satu lubang tanam bisa diisi 2 pada lahan yang telah di persiapkan, cara seperti digunakan petani di daerah penelitian mereka berangapan penanaman dengan menggunakan stek lebih mudah langsung di dan tidak mengeluarkan biaya banyak. dalam 1 Ha membutuhkan 12.800 batang untuk ditanam. Penanaman tanaman nilam mengunakan tenaga kerja sebanyak 17 HOK dan biaya

Gulma (rumput pengganggu tanaman) di sekeliling tanaman nilam harus dibersihkan, waktu penyiangan dilakukan sebelum pemupukan. Dalam satu kali penyiangan petani membutuhkan 6 Orang tenaga kerja dengan biaya Rp 80.000/HOK/Satu Kali penyiangan. Total biaya yang harus dikeluarkan petani untuk penyiangan gulma selama satu periode

Pemupukan berguna untuk penambahan unsur hara, usaha memelihara serta mempertinggi kesuburan tanah dan pengendalian penyakit, pupuk yang digunakan di lokasi penelitian yaitu pupuk kimia, Urea, Sp36, NPK, KCL dan Gandasil. Dalam melakukan embutuhkan 7 HOK dengan biaya Rp 80.000/HOK/Ha. Biaya pemupukan dalam satu periode maka yang harus dikeluarkan petani sebesar Rp 560.000/Ha. Pengendalian Penyakit Budog/Pakuk

Gejala serangannya terdapat bintik-bintik kecil coklat pada daun nilam, permuka

dan, selanjutmya batang semakin lama bintik-bintik tersebut menjalar keseluruh bagian tanaman sehingga batangnya berubah menjadi kaku atau membengkak seperti kena budog dan ) merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang mempunyai prospek yang baik, nilam dapat tumbuh dengan baik pada lahan kering dengan Daun agak kebulatan, bagian bawah bulu rambut dan warnanya sedikit pucat. Ketinggisn tumbuh nilam 3000, temperatur 24 – 28ᵒC

dan pengolahan tanah dilakukan petani dengan cara di cangkul, tujuannya pengolahan tanah selain untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur, sekaligus sebagai pengendalian gulma. Waktu yang dibutuhkan unutk persiapan lahan yaitu 1-2 bulan.

pindah setelah panen.

umumnya ditanam secara vegetatif yakni i nilam lebih banyak menggunakan bibit lokal, mereka berangapan bahwa nilam lokal penghasilkan tingkat

Bibit nilam ditanam menggunakan stek batang, satu lubang tanam bisa diisi 2 – 3 stek daerah penelitian karena mereka berangapan penanaman dengan menggunakan stek lebih mudah langsung ditanam dan tidak mengeluarkan biaya banyak. dalam 1 Ha membutuhkan 12.800 batang untuk ditanam. Penanaman tanaman nilam mengunakan tenaga kerja sebanyak 17 HOK dan biaya

ing tanaman nilam harus dibersihkan, waktu penyiangan dilakukan sebelum pemupukan. Dalam satu kali penyiangan petani membutuhkan 6 Orang tenaga kerja dengan biaya Rp 80.000/HOK/Satu Kali penyiangan. n gulma selama satu periode

Pemupukan berguna untuk penambahan unsur hara, usaha memelihara serta mempertinggi kesuburan tanah dan pengendalian penyakit, pupuk yang digunakan di lokasi penelitian yaitu pupuk kimia, Urea, Sp36, NPK, KCL dan Gandasil. Dalam melakukan a Rp 80.000/HOK/Ha. Biaya pemupukan dalam satu periode maka yang harus dikeluarkan petani sebesar Rp 560.000/Ha.

bintik kecil coklat pada daun nilam, permukaan atas, bintik tersebut menjalar keseluruh bagian tanaman sehingga batangnya berubah menjadi kaku atau membengkak seperti kena budog dan

(5)

daunnya tidak berkembang melainkan keriput atau kerinting. budog di daerah penelitian tidak di lakukan intensif.

Panen

Petani di daerah penelitian

dilakukan sekali panen. Pemanenan didaerah penelitian dilakukan dengan cara memotong batang tanaman nilam sampai dengan akarnya dan sebagian akar tanaman nilam tidak di panen sampai akar untuk digunkan selanjutnya sebagai bibit. Kemudian hasilnya di jemur selama 2 hari (jika matahari penuh). Setelah kering, nilam ini dicacah dengan menggunakan sabit atau parang.

Inovasi Yang Dapat Dilakukan Untuk Memperbaiki Budidaya Nilam

Inovasi merupakan suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap/dirasa baru oleh individu atau kelompok perani.

pendapatan petani pada budidaya nilam

Inovasi Penggunaan Bibit Unggul dan Pembuatan Kebun Bibit

Penggunaan bibit yang di gunakan pada daerah penelitian yaitu bibit lokal nilam Aceh Jaya, kadar pachoully alkohol yang diperoleh rata

pada nyatanya pada banyak penelitian bibit nilam yang baik yaitu Sidikalang, Tapak Tuan, Cisaroni dan Lhokseumawe yang memiliki kadar minyak dan mutu yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan klon lain. Berikut ini keempa

beda sebagai berikut:

Tabel 1. Klon Unggul Bibit Nilam

No Klon 1 Cisaroni 2 Lhokseumawe 3 Sidikalang 4 Tapak Tuan 5 Standar Sumber: Rusli, 2003.

Berdasarkan tabel diatas

nilam sidikalang 37.3, Tapak Tuan 35.0, Cisaroni 33.1, Lhokseumawe 30.5 dan standar >30, varieatas cisaroni tidak dipakai oleh petani nilam Aceh, tetapi untuk varietas lai digunakan karena cocok unutk di budidaya di Aceh. Inovasi pada pembibitan sebaiknya digunakan bibit dengan kualitas PA (

tersebut sehingga meningkatkan kualitas minyak dan menghemat pengeluaran membeli bibit.

Inovasi Sistem Tanam Tetap

Sistem tanam di daerah penelitian berpindah

tanam tetap setelah panen zat hara atau kesuburan tanah tidak lagi mencukupi untuk menghasilkan minyak nilam yang berkualitas. Pembukaan lahan baru dengan cara menebas juga dapat menyebabkan kerusakan ekosistem.

Petani menanam nilam dengan sistem budidaya berpindah

hutan. Cara tersebut secara teori lebih aman untuk menghindari kerugian akibat penyakit, namun cara tersebut akan merusak lingkungan, karena areal hutan primer dan hutan sekunder menjadi berkurang dan setelah ditanami nilam kemudian ditin

ladang alang-alang (Asman dkk, 1998). Inovasi yang bisa diterapkan berupa penanaman pada daunnya tidak berkembang melainkan keriput atau kerinting. Pengendalian pa

penelitian tidak di lakukan intensif.

daerah penelitian panen dilakukan saat umur tanaman 6 bulan dan hanya Pemanenan didaerah penelitian dilakukan dengan cara memotong ilam sampai dengan akarnya dan sebagian akar tanaman nilam tidak di panen sampai akar untuk digunkan selanjutnya sebagai bibit. Kemudian hasilnya di jemur selama 2 hari (jika matahari penuh). Setelah kering, nilam ini dicacah dengan menggunakan

Inovasi Yang Dapat Dilakukan Untuk Memperbaiki Budidaya Nilam

Inovasi merupakan suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap/dirasa baru oleh individu atau kelompok perani. Adapun beberapa inovasi yang dapat

pada budidaya nilam di lokasi penelitian ini adalah:

Inovasi Penggunaan Bibit Unggul dan Pembuatan Kebun Bibit

Penggunaan bibit yang di gunakan pada daerah penelitian yaitu bibit lokal nilam Aceh Jaya, kadar pachoully alkohol yang diperoleh rata-rata rendah kurang dari 30%, sedangkan pada nyatanya pada banyak penelitian bibit nilam yang baik yaitu Sidikalang, Tapak Tuan, Cisaroni dan Lhokseumawe yang memiliki kadar minyak dan mutu yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan klon lain. Berikut ini keempat klon unggul dengan tingkat

1. Klon Unggul Bibit Nilam

Kandungan Patchouli Alkohol (%) 33.1

30.5 37.3 35.0 >30

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kandungan PA tinggi pada varietas bibit nilam sidikalang 37.3, Tapak Tuan 35.0, Cisaroni 33.1, Lhokseumawe 30.5 dan standar >30, varieatas cisaroni tidak dipakai oleh petani nilam Aceh, tetapi untuk varietas lai digunakan karena cocok unutk di budidaya di Aceh. Inovasi pada pembibitan sebaiknya digunakan bibit dengan kualitas PA (Patchouli oil) tinggi dan pembuatan kebun bibit di desa tersebut sehingga meningkatkan kualitas minyak dan menghemat pengeluaran membeli bibit.

Inovasi Sistem Tanam Tetap

Sistem tanam di daerah penelitian berpindah-pindah, petani menyakini bahwa sistem telah panen zat hara atau kesuburan tanah tidak lagi mencukupi untuk menghasilkan minyak nilam yang berkualitas. Pembukaan lahan baru dengan cara menebas juga dapat menyebabkan kerusakan ekosistem.

Petani menanam nilam dengan sistem budidaya berpindah-pind

hutan. Cara tersebut secara teori lebih aman untuk menghindari kerugian akibat penyakit, namun cara tersebut akan merusak lingkungan, karena areal hutan primer dan hutan sekunder menjadi berkurang dan setelah ditanami nilam kemudian ditinggalkan dan dibiarkan menjadi alang (Asman dkk, 1998). Inovasi yang bisa diterapkan berupa penanaman pada Pengendalian pada penyakit

panen dilakukan saat umur tanaman 6 bulan dan hanya Pemanenan didaerah penelitian dilakukan dengan cara memotong ilam sampai dengan akarnya dan sebagian akar tanaman nilam tidak di panen sampai akar untuk digunkan selanjutnya sebagai bibit. Kemudian hasilnya di jemur selama 2 hari (jika matahari penuh). Setelah kering, nilam ini dicacah dengan menggunakan

Inovasi Yang Dapat Dilakukan Untuk Memperbaiki Budidaya Nilam

Inovasi merupakan suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap/dirasa baru oleh Adapun beberapa inovasi yang dapat meningkatkan

Penggunaan bibit yang di gunakan pada daerah penelitian yaitu bibit lokal nilam Aceh ah kurang dari 30%, sedangkan pada nyatanya pada banyak penelitian bibit nilam yang baik yaitu Sidikalang, Tapak Tuan, Cisaroni dan Lhokseumawe yang memiliki kadar minyak dan mutu yang relatif lebih tinggi t klon unggul dengan tingkat PA

berbeda-Kandungan Patchouli Alkohol (%)

dapat dilihat bahwa kandungan PA tinggi pada varietas bibit nilam sidikalang 37.3, Tapak Tuan 35.0, Cisaroni 33.1, Lhokseumawe 30.5 dan standar >30, varieatas cisaroni tidak dipakai oleh petani nilam Aceh, tetapi untuk varietas lain ada digunakan karena cocok unutk di budidaya di Aceh. Inovasi pada pembibitan sebaiknya ) tinggi dan pembuatan kebun bibit di desa tersebut sehingga meningkatkan kualitas minyak dan menghemat pengeluaran membeli bibit.

pindah, petani menyakini bahwa sistem telah panen zat hara atau kesuburan tanah tidak lagi mencukupi untuk menghasilkan minyak nilam yang berkualitas. Pembukaan lahan baru dengan cara menebas pindah dengan membuka hutan. Cara tersebut secara teori lebih aman untuk menghindari kerugian akibat penyakit, namun cara tersebut akan merusak lingkungan, karena areal hutan primer dan hutan sekunder ggalkan dan dibiarkan menjadi alang (Asman dkk, 1998). Inovasi yang bisa diterapkan berupa penanaman pada

(6)

sistem tanam tetap sehingga terhindar dari kerusakan ekosistem dan segi perhitungan pengeluran sistem tanam berpindah pasti mengeluarakan

tanam tetap.

Penggunaan Pupuk Organik

Tanaman nilam membutuhkan unsur hara dalam tanah, tanpa adanya penambahan unsur hara ke dalam tanah. Oleh karena itu penambahan unsur hara, usaha memelihara serta mempertinggi kesuburan tanah perlu dilakukan, salah satunya diantaranya adalah dengan cara pemupukan. Penelitian (Sadaryani, 1999; Santi, 2010) jika volume minyak nilam yang dihasilkan tinggi, kuantitas limbah nilam pada industri penyulingan minyak nilam pun semakin banyak. Dengan demikian perlu upaya pemanfaatan limbah nilam secara tepat dan efisien. Tanaman nilam banyak mengangkut unsur hara dari dalam tanah limbah hasil penyulingan daun masih mempunyai kadar hara yang tinggi dan berpotensi sebagai bahan baku pupuk organik yang baik. Teknologi pengomposan yang cepat dan efisien akan menghasilkan pupuk organik kompos yang bermutu tinggi (Harizamry, 2008; Santi, 2010)

Pengkomposan limbah nilam dengan cara menggunakan pupuk kandang atau pupuk kompos + kapur + EM4 1% selama 3

status hara dan tingkat dekomposisi yang baik (Djazuli, 2002).

Inovasi Pengendalian Penyakit Budog/ Pakuk (Synchytrium pogostemonis)

Penularan penyakit ini sangat cepat sekali dan penyebab dari penyakit ini

berpendapat disebabkan oleh cendawan, ada juga penyebabnya adalah virus yang dibawa oleh vektor penghisap daun (Hemoptera). Pada proses pengendalian penyakit budok/pakuk petani dianjurkan dengan cara eradikasi virus yaitu mencabut atau memusnahkan

terserang, tanaman yang terserang dikumpulkan lalu dibakar supaya tidak tercemar ke tanaman nilam yang masih sehat dan mengatur lahan sehingga ideal bagi pertumbuhan nilam.

Inovasi Panen

Inovasi yang dapat diterapkan pada pemanenan, bila pe

keuntungan yang di peroleh petani sampai 8 kali. Panen pertama dilakukan saat umur tanaman 6 bulan dan panen berikutnya dilakukan setiap 4 bulan sampai tanaman berumur tiga tahun setelah itu tanaman nilam harus diremajakan.

Kandungan minyak tertinggi terdapat pada 3 pasang daun termuda yang masih berwarna hijau. Alat untuk panen bisa dipergunakan sabit dengan cara memangkas tanaman pada ketinggian 20 cm dari permukaan tanah. Ada baiknya kalau setiap kali panen ditinggalkan satu - dua cabang untuk merangsang tumbuhnya tunas

(Dinas Perkebunan Jawa Timur, 2013). Pada Penelitian Bapedda Aceh, 2015, pemanenan dalam tiga tahun sampai 8 kali bisa dilakukan karena kandungan minyak nilam terbesar pada daunya (5-6%) sedangkan kandungan pada batang sangat rendah (0,4

Dampak Inovasi Terhadap Pendapatan Usahatani Nilam

Pendapatan usahatani nilam merupakan selisih antara pendapatan kotor dan biaya produksi yang dihitung perdelapan bulan periode tanam. D

meningkatkan pendapatan dalam penelitian ini dilihat dengan cara simulasi asumsi berdasarkan teori, dikarenakan inovasi tersebut belum di terapkan pada budidaya nilam di lokasi penelitian.

sistem tanam tetap sehingga terhindar dari kerusakan ekosistem dan segi perhitungan pengeluran sistem tanam berpindah pasti mengeluarakan biaya lebih banyak dari pada sistem

Penggunaan Pupuk Organik

Tanaman nilam membutuhkan unsur hara dalam tanah, tanpa adanya penambahan unsur hara ke dalam tanah. Oleh karena itu penambahan unsur hara, usaha memelihara serta uburan tanah perlu dilakukan, salah satunya diantaranya adalah dengan cara Penelitian (Sadaryani, 1999; Santi, 2010) jika volume minyak nilam yang dihasilkan tinggi, kuantitas limbah nilam pada industri penyulingan minyak nilam pun Dengan demikian perlu upaya pemanfaatan limbah nilam secara tepat dan efisien. Tanaman nilam banyak mengangkut unsur hara dari dalam tanah limbah hasil penyulingan daun masih mempunyai kadar hara yang tinggi dan berpotensi sebagai bahan ik yang baik. Teknologi pengomposan yang cepat dan efisien akan menghasilkan pupuk organik kompos yang bermutu tinggi (Harizamry, 2008; Santi, 2010)

Pengkomposan limbah nilam dengan cara menggunakan pupuk kandang atau pupuk kompos + kapur + EM4 1% selama 3 minggu menghasilkan kompos limbah nilam dengan status hara dan tingkat dekomposisi yang baik (Djazuli, 2002).

Inovasi Pengendalian Penyakit Budog/ Pakuk (Synchytrium pogostemonis)

Penularan penyakit ini sangat cepat sekali dan penyebab dari penyakit ini

berpendapat disebabkan oleh cendawan, ada juga penyebabnya adalah virus yang dibawa oleh vektor penghisap daun (Hemoptera). Pada proses pengendalian penyakit budok/pakuk petani dianjurkan dengan cara eradikasi virus yaitu mencabut atau memusnahkan

terserang, tanaman yang terserang dikumpulkan lalu dibakar supaya tidak tercemar ke tanaman nilam yang masih sehat dan mengatur lahan sehingga ideal bagi pertumbuhan nilam.

Inovasi yang dapat diterapkan pada pemanenan, bila pemanen bisa dilakukan 8 kali keuntungan yang di peroleh petani sampai 8 kali. Panen pertama dilakukan saat umur tanaman 6 bulan dan panen berikutnya dilakukan setiap 4 bulan sampai tanaman berumur tiga tahun setelah itu tanaman nilam harus diremajakan.

dungan minyak tertinggi terdapat pada 3 pasang daun termuda yang masih berwarna hijau. Alat untuk panen bisa dipergunakan sabit dengan cara memangkas tanaman pada ketinggian 20 cm dari permukaan tanah. Ada baiknya kalau setiap kali panen ditinggalkan dua cabang untuk merangsang tumbuhnya tunas-tunas baru pada fase selanjutnya (Dinas Perkebunan Jawa Timur, 2013). Pada Penelitian Bapedda Aceh, 2015, pemanenan dalam tiga tahun sampai 8 kali bisa dilakukan karena kandungan minyak nilam terbesar pada

6%) sedangkan kandungan pada batang sangat rendah (0,4-0,5%). Dampak Inovasi Terhadap Pendapatan Usahatani Nilam

Pendapatan usahatani nilam merupakan selisih antara pendapatan kotor dan biaya produksi yang dihitung perdelapan bulan periode tanam. Dikatakan Inovasi dapat meningkatkan pendapatan dalam penelitian ini dilihat dengan cara simulasi asumsi berdasarkan teori, dikarenakan inovasi tersebut belum di terapkan pada budidaya nilam di sistem tanam tetap sehingga terhindar dari kerusakan ekosistem dan segi perhitungan biaya lebih banyak dari pada sistem

Tanaman nilam membutuhkan unsur hara dalam tanah, tanpa adanya penambahan unsur hara ke dalam tanah. Oleh karena itu penambahan unsur hara, usaha memelihara serta uburan tanah perlu dilakukan, salah satunya diantaranya adalah dengan cara Penelitian (Sadaryani, 1999; Santi, 2010) jika volume minyak nilam yang dihasilkan tinggi, kuantitas limbah nilam pada industri penyulingan minyak nilam pun Dengan demikian perlu upaya pemanfaatan limbah nilam secara tepat dan efisien. Tanaman nilam banyak mengangkut unsur hara dari dalam tanah limbah hasil penyulingan daun masih mempunyai kadar hara yang tinggi dan berpotensi sebagai bahan ik yang baik. Teknologi pengomposan yang cepat dan efisien akan menghasilkan pupuk organik kompos yang bermutu tinggi (Harizamry, 2008; Santi, 2010)

Pengkomposan limbah nilam dengan cara menggunakan pupuk kandang atau pupuk minggu menghasilkan kompos limbah nilam dengan

Inovasi Pengendalian Penyakit Budog/ Pakuk (Synchytrium pogostemonis)

Penularan penyakit ini sangat cepat sekali dan penyebab dari penyakit ini ada yang berpendapat disebabkan oleh cendawan, ada juga penyebabnya adalah virus yang dibawa oleh vektor penghisap daun (Hemoptera). Pada proses pengendalian penyakit budok/pakuk petani dianjurkan dengan cara eradikasi virus yaitu mencabut atau memusnahkan tanaman yang terserang, tanaman yang terserang dikumpulkan lalu dibakar supaya tidak tercemar ke tanaman nilam yang masih sehat dan mengatur lahan sehingga ideal bagi pertumbuhan nilam.

manen bisa dilakukan 8 kali keuntungan yang di peroleh petani sampai 8 kali. Panen pertama dilakukan saat umur tanaman 6 bulan dan panen berikutnya dilakukan setiap 4 bulan sampai tanaman berumur tiga dungan minyak tertinggi terdapat pada 3 pasang daun termuda yang masih berwarna hijau. Alat untuk panen bisa dipergunakan sabit dengan cara memangkas tanaman pada ketinggian 20 cm dari permukaan tanah. Ada baiknya kalau setiap kali panen ditinggalkan tunas baru pada fase selanjutnya (Dinas Perkebunan Jawa Timur, 2013). Pada Penelitian Bapedda Aceh, 2015, pemanenan dalam tiga tahun sampai 8 kali bisa dilakukan karena kandungan minyak nilam terbesar pada

0,5%).

Pendapatan usahatani nilam merupakan selisih antara pendapatan kotor dan biaya ikatakan Inovasi dapat meningkatkan pendapatan dalam penelitian ini dilihat dengan cara simulasi asumsi berdasarkan teori, dikarenakan inovasi tersebut belum di terapkan pada budidaya nilam di

(7)

Dampak Inovasi Terhadap Pendapatan Pada Bi

Petani nilam di lokasi penelitian untuk mendapatkan bibit hanya mengandalkan tanaman nilam sebelumnya dengan cara ranting

perlubang. Berikut data hasil perhitungan pendapatan jika penggunaan bibit unggul pembuatan kebun bibit dalam

Tabel 2. Rincian Harga Bibit Ungul Sebelum Inovasi Periode/Ha No Varietas Satuan

1 Sidikalang Bibit 2 Tapak Tuan Bibit 3 Lhokseumawe Bibit

4 Lokal Bibit

Sumber: Data Primer (Diolah), Tahun 2016

Berdasarkan tabel diatas

varietas bibit Sidikalang harga satuannya Rp 1500,

Tapak Tuan harga satuannya Rp 1000, total sebesar Rp 12.800.000, varietas Lhokseumawe harga satuaanya Rp 800, total sebesar Rp 10.240.000 dan varietas lokal Rp 600, total sebesar Rp 7.680.000. Inovasi pada bibit jika d

sendiri di daerah penelitian dapat memangkas biaya 10% setiap harga pembelian bibit varietas. Berikut ini tabel Inovasi Kebun bibit :

Tabel 3. Rincian Harga Bibit Unggul Setelah Inovasi

No Varietas Satuan

1 Sidikalang Bibit

2 Tapak Tuan Bibit

3 Lhokseumawe Bibit

4 Lokal Bibit

Sumber: Data Primer (Diolah),

Berdasarkan tabel diatas pada bibit unggul tanaman nilam setelah dilakukan inovasi berdasarkan asumsi dapat menhemat biaya 10% varietas bibit Sidikalang harga satuannya Rp 1.350, total sebesar Rp 17.280.000, varietas Tapak Tuan harga satuannya R

sebesar Rp 11.520.000, varietas Lhokseumawe harga satuaanya Rp 720, total sebesar Rp 9.210.000 dan varietas lokal Rp 540, total sebesar Rp 6.912.000 periode/Ha.

Dampak Inovasi Terhadap Pendapatan Pada Bibit

Petani nilam di lokasi penelitian untuk mendapatkan bibit hanya mengandalkan tanaman nilam sebelumnya dengan cara ranting-ranting dipotong dan langsung ditanam 2

perlubang. Berikut data hasil perhitungan pendapatan jika penggunaan bibit unggul pembuatan kebun bibit dalam 1 Ha.

Tabel 2. Rincian Harga Bibit Ungul Sebelum Inovasi Periode/Ha Satuan Jumlah Harga

Bibit 12.800 Rp 1.500 Bibit 12.800 Rp 1.000 Bibit 12.800 Rp 800 Bibit 12.800 Rp 600

Sumber: Data Primer (Diolah), Tahun 2016

Berdasarkan tabel diatas pada bibit unggul tanaman nilam sebelum dilakukan inovasi, varietas bibit Sidikalang harga satuannya Rp 1500, total sebesar Rp 19.200.000, varietas Tapak Tuan harga satuannya Rp 1000, total sebesar Rp 12.800.000, varietas Lhokseumawe harga satuaanya Rp 800, total sebesar Rp 10.240.000 dan varietas lokal Rp 600, total sebesar Rp 7.680.000. Inovasi pada bibit jika dilakukan pembibitan dengan cara dibuatkan kebun bibit sendiri di daerah penelitian dapat memangkas biaya 10% setiap harga pembelian bibit varietas. Berikut ini tabel Inovasi Kebun bibit :

Tabel 3. Rincian Harga Bibit Unggul Setelah Inovasi Periode/Ha Satuan Jumlah Harga

Bibit 12.800 Rp 1.350

Bibit 12.800 Rp 900

Bibit 12.800 Rp 720

Bibit 12.800 Rp 540

Sumber: Data Primer (Diolah), Tahun 2016

Berdasarkan tabel diatas pada bibit unggul tanaman nilam setelah dilakukan inovasi berdasarkan asumsi dapat menhemat biaya 10% varietas bibit Sidikalang harga satuannya Rp 1.350, total sebesar Rp 17.280.000, varietas Tapak Tuan harga satuannya R

sebesar Rp 11.520.000, varietas Lhokseumawe harga satuaanya Rp 720, total sebesar Rp 9.210.000 dan varietas lokal Rp 540, total sebesar Rp 6.912.000 periode/Ha.

Petani nilam di lokasi penelitian untuk mendapatkan bibit hanya mengandalkan tanaman ranting dipotong dan langsung ditanam 2-3 batang perlubang. Berikut data hasil perhitungan pendapatan jika penggunaan bibit unggul dan

Total

Rp 19.200.000 Rp 12.800.000 Rp 10.240.000 Rp 7.680.000

pada bibit unggul tanaman nilam sebelum dilakukan inovasi, total sebesar Rp 19.200.000, varietas Tapak Tuan harga satuannya Rp 1000, total sebesar Rp 12.800.000, varietas Lhokseumawe harga satuaanya Rp 800, total sebesar Rp 10.240.000 dan varietas lokal Rp 600, total sebesar ilakukan pembibitan dengan cara dibuatkan kebun bibit sendiri di daerah penelitian dapat memangkas biaya 10% setiap harga pembelian bibit

Total

Rp 17.280.000

Rp 11.520.000

Rp 9.216.000

Rp 6.912.000

Berdasarkan tabel diatas pada bibit unggul tanaman nilam setelah dilakukan inovasi berdasarkan asumsi dapat menhemat biaya 10% varietas bibit Sidikalang harga satuannya Rp 1.350, total sebesar Rp 17.280.000, varietas Tapak Tuan harga satuannya Rp 900, total sebesar Rp 11.520.000, varietas Lhokseumawe harga satuaanya Rp 720, total sebesar Rp 9.210.000 dan varietas lokal Rp 540, total sebesar Rp 6.912.000 periode/Ha.

(8)

Dampak Inovasi Terhadap Pendapatan Pada Sistem Tanam Penanaman yang dilakukan

periode setelah panen, penanaman berpindah

penanaman berpindah-pindah mengeluarkan biaya lebih banyak dari penanaman di tempat yang sama. Inovasi bila di terapaka

pembukaan lahan dan olah tanah sebesar 50%. Berikut Tabel sebelum dilakukan inovasi : Tabel 4. Rincian Sistem Tanam Berpindah

No Rincian 1 Sewa Lahan 2 Pembukaan Lahan 3 Olah Tanah

Jumlah

Sumber: Data Primer (Diolah), Tahun 2016

Berdasarkan tabel diatas pada sistem tanam berpindah untuk sewa lahan 1 ha mengeluarkan

biaya dalam bentuk upah sebesar Rp 2.000.000, dan olah tanah mengeluarkan biaya Rp 1.520.000. Jumlah biaya yang harus dikeluarkan petani setiap melakukan sistem tanam berpindah-pindah yaitu Rp 6.648.000. Pad

penghematan pengeluaran sebesar 50%. Jadi jumlah yang dapat ditekan oleh petani pada sistem tanam tetap sebesar Rp 3.324.327 periode/Ha.

Dampak Inovasi Terhadap Pendapatan Pada Pupuk organik adalah

sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia.

yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. mengandung banyak bahan

Tabel 5. Rincian Dampak Inovasi Terhadap Pendapatan Pada No Jenis Pupuk 1 Pupuk Kompos Tenaga Kerja Em4 Kapur Pertanian 2 Pupuk Kandang a. Tenaga Kerja b. EM4 c. Kotoran Hewan d. Kapur Pertanian 3 Pupuk Anorganik

Sumber: Data Primer (Diolah), Tahun 2016

Dampak Inovasi Terhadap Pendapatan Pada Sistem Tanam

Penanaman yang dilakukan petani di daerah penelitian dengan cara berpindah setiap periode setelah panen, penanaman berpindah-pindah dapat merusak lingkungan, dan pindah mengeluarkan biaya lebih banyak dari penanaman di tempat yang sama. Inovasi bila di terapakan sistem tanam tetap dapat mengehemat biaya sewa lahan, pembukaan lahan dan olah tanah sebesar 50%. Berikut Tabel sebelum dilakukan inovasi : Tabel 4. Rincian Sistem Tanam Berpindah-Pindah Periode/Ha

Satuan Biaya

1 Ha Upah 19 HOK Jumlah

Sumber: Data Primer (Diolah), Tahun 2016

Berdasarkan tabel diatas pada sistem tanam berpindah-pindah biaya yang dikeluarkan untuk sewa lahan 1 ha mengeluarkan biaya Rp 3.128.655, pembukaan lahan mengeluarkan biaya dalam bentuk upah sebesar Rp 2.000.000, dan olah tanah mengeluarkan biaya Rp 1.520.000. Jumlah biaya yang harus dikeluarkan petani setiap melakukan sistem tanam pindah yaitu Rp 6.648.000. Pada inovasi sistem tanam tetap diasumsikan penghematan pengeluaran sebesar 50%. Jadi jumlah yang dapat ditekan oleh petani pada sistem tanam tetap sebesar Rp 3.324.327 periode/Ha.

Dampak Inovasi Terhadap Pendapatan Pada

adalah pupuk yang terbuat dari makhluk hidup, seperti pelapukan sisa sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk cair atau padat yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.

mengandung banyak bahan organik dari pada kadar haranya.

Dampak Inovasi Terhadap Pendapatan Pada Pupuk Organik Periode/Ha Satuan Jumlah Biaya

HOK 5 Rp 80.000 Liter 2 Rp 50.000 Kg 116 Rp 160.000 HOK 5 Rp 80.0000 Liter 2 Rp 50.0000 Kg 3995 Rp 214.269 Kg 116 Rp 160.000 Total Total

Sumber: Data Primer (Diolah), Tahun 2016

petani di daerah penelitian dengan cara berpindah setiap pindah dapat merusak lingkungan, dan pindah mengeluarkan biaya lebih banyak dari penanaman di tempat n sistem tanam tetap dapat mengehemat biaya sewa lahan, pembukaan lahan dan olah tanah sebesar 50%. Berikut Tabel sebelum dilakukan inovasi :

Rp 3.128.655 Rp 2.000.000 Rp 1.520.000 Rp 6.648.655

pindah biaya yang dikeluarkan biaya Rp 3.128.655, pembukaan lahan mengeluarkan biaya dalam bentuk upah sebesar Rp 2.000.000, dan olah tanah mengeluarkan biaya Rp 1.520.000. Jumlah biaya yang harus dikeluarkan petani setiap melakukan sistem tanam a inovasi sistem tanam tetap diasumsikan penghematan pengeluaran sebesar 50%. Jadi jumlah yang dapat ditekan oleh petani pada

terbuat dari makhluk hidup, seperti pelapukan sisa-dapat berbentuk cair atau padat yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik

Pupuk Organik Periode/Ha Total Rp 80.000 Rp 400.000 Rp 50.000 Rp 100.000 Rp 160.000 Rp 374.269 Rp 80.0000 Rp 400.000 Rp 50.0000 Rp 100.000 Rp 214.269 Rp 214.269 Rp 160.000 Rp 374.269 Rp 1.962.807 Rp 3.368.934

(9)

Berdasarkan Tabel 5

banyak mengeluarkan biaya dari pada pemupukan organik, selain dapat mengehat biaya juga dapat menjaga kualitas minyak nilam. Bahan utama untuk pembuatan pupuk kompos dimanfaatkan dari hasil tana

pemupukan organik tersebut dapat diterapkan dapat menghemat biaya sebesar 50% yaitu Rp 703.063 periode/Ha.

Dampak Inovasi Terhadap Pendapatan Pada Pengendalian Penyakit Pada pengendalian pe

dikarenakan tidak ada obat yang tersedia dibeli petani untuk mengendalikan penyakit tersebut, petani di lokasi penelitian pengendalian dilakukan dengan cara mencabut tanaman yang terkena penyakit budog/pakuk. Jika tidak dilakukan pengendalian penyakit budog/pakuk dapat mengurangi hasil panen sebesar 50%, pengurangan hasil panen pada nilam basah, 10.260 Kg, nilam kering 4.104 Kg dan kerugian pada nilam basah sebesar Rp 25.650.000, kerugian pada nilam kering sebesar Rp 28.728.000/periode.

Dampak Inovasi Terhadap Pendapatan Pada Panen

Pada lokasi penelitian petani hanya sekali melakukan pemanenan, Untuk meningkatkan pendapatan petani tanaman nilam di lokasi penelitian di anjurkan pemanenan

sampai 8 kali, berikut data hasil perhitungan jika pemanenan di terapkan sampai 8 kali sebagai berikut; Berikut data hasil Inovasi jika dilakukan Pemanenan 1 sampai delapan kali dapat meningkatkan pendapatan dalam 1 Ha:

Rincian Pendapatan Pada Inovasi Panen No Pemanenan Jlh Panen 1 Panen Sebelum Inovasi 1 2 Panen Sesudah Inovasi 8

Sumber: Data Primer (Diolah), Tahun 2016

Berdasarkan tabel diatas pemanenan sebelum dilakukan inovasi petani memperoleh nilam basah 20.520 Kg dengan harga jual perkilo Rp 2.500 maka pendapatan petani Rp 51.300.00/Periode, nilam kering 8.208 Kg dengan harga jual p

pendapatan petani Rp 57.456.000/Periode. Inovasi disini dengan asumsi 50% penambahan pendapatan setiap panen sampai delapan kali. Total pendapatan petani dari inovasi pemanenan sampai 8 kali untuk nilam basah sebesar Rp 205.200.000 dan

Rp 229.824.000/Periode. Pada pendapatan petani dalam 1 Ha setelah inovasi sebagai berikut : 1. Pendapatan Nilam Basah : Rp

= Rp 168.465.652

Tabel 5 inovasi pemupukan secara anorganik pada budidaya nilam lebih banyak mengeluarkan biaya dari pada pemupukan organik, selain dapat mengehat biaya juga dapat menjaga kualitas minyak nilam. Bahan utama untuk pembuatan pupuk kompos dimanfaatkan dari hasil tanaman nilam yang tidak digunakan jadi tidak dihitung. Jika inovasi pemupukan organik tersebut dapat diterapkan dapat menghemat biaya sebesar 50% yaitu Rp

Dampak Inovasi Terhadap Pendapatan Pada Pengendalian Penyakit

Pada pengendalian penyakit Budog/pakuk tidak dilakukan pengendalian khusus, hal ini dikarenakan tidak ada obat yang tersedia dibeli petani untuk mengendalikan penyakit tersebut, petani di lokasi penelitian pengendalian dilakukan dengan cara mencabut tanaman yang kit budog/pakuk. Jika tidak dilakukan pengendalian penyakit budog/pakuk dapat mengurangi hasil panen sebesar 50%, pengurangan hasil panen pada nilam basah, 10.260 Kg, nilam kering 4.104 Kg dan kerugian pada nilam basah sebesar Rp 25.650.000,

nilam kering sebesar Rp 28.728.000/periode. Dampak Inovasi Terhadap Pendapatan Pada Panen

Pada lokasi penelitian petani hanya sekali melakukan pemanenan, Untuk meningkatkan pendapatan petani tanaman nilam di lokasi penelitian di anjurkan pemanenan

sampai 8 kali, berikut data hasil perhitungan jika pemanenan di terapkan sampai 8 kali Berikut data hasil Inovasi jika dilakukan Pemanenan 1 sampai delapan kali dapat meningkatkan pendapatan dalam 1 Ha:

novasi Panen Jlh Panen Nilam Basah Nilam Kerin g Sat uan Total Biaya NB 1 20.520 8.208 Kg Rp 51.300.000 8 82.080 32.83 2 Kg Rp 205.200.000

Data Primer (Diolah), Tahun 2016

Berdasarkan tabel diatas pemanenan sebelum dilakukan inovasi petani memperoleh nilam basah 20.520 Kg dengan harga jual perkilo Rp 2.500 maka pendapatan petani Rp 51.300.00/Periode, nilam kering 8.208 Kg dengan harga jual perkilo Rp 7.000 maka pendapatan petani Rp 57.456.000/Periode. Inovasi disini dengan asumsi 50% penambahan pendapatan setiap panen sampai delapan kali. Total pendapatan petani dari inovasi pemanenan sampai 8 kali untuk nilam basah sebesar Rp 205.200.000 dan

Pada pendapatan petani dalam 1 Ha setelah inovasi sebagai berikut : Pendapatan Nilam Basah : Rp 205.200.000 – Rp 36.734.348

inovasi pemupukan secara anorganik pada budidaya nilam lebih banyak mengeluarkan biaya dari pada pemupukan organik, selain dapat mengehat biaya juga dapat menjaga kualitas minyak nilam. Bahan utama untuk pembuatan pupuk kompos man nilam yang tidak digunakan jadi tidak dihitung. Jika inovasi pemupukan organik tersebut dapat diterapkan dapat menghemat biaya sebesar 50% yaitu Rp

Dampak Inovasi Terhadap Pendapatan Pada Pengendalian Penyakit

nyakit Budog/pakuk tidak dilakukan pengendalian khusus, hal ini dikarenakan tidak ada obat yang tersedia dibeli petani untuk mengendalikan penyakit tersebut, petani di lokasi penelitian pengendalian dilakukan dengan cara mencabut tanaman yang kit budog/pakuk. Jika tidak dilakukan pengendalian penyakit budog/pakuk dapat mengurangi hasil panen sebesar 50%, pengurangan hasil panen pada nilam basah, 10.260 Kg, nilam kering 4.104 Kg dan kerugian pada nilam basah sebesar Rp 25.650.000,

Pada lokasi penelitian petani hanya sekali melakukan pemanenan, Untuk meningkatkan pendapatan petani tanaman nilam di lokasi penelitian di anjurkan pemanenan dilakukan sampai 8 kali, berikut data hasil perhitungan jika pemanenan di terapkan sampai 8 kali Berikut data hasil Inovasi jika dilakukan Pemanenan 1 sampai delapan kali

Total Biaya NB Total Biaya NK

Rp 51.300.000 Rp 57.456.000

Rp 205.200.000 Rp 229.824.000

Berdasarkan tabel diatas pemanenan sebelum dilakukan inovasi petani memperoleh nilam basah 20.520 Kg dengan harga jual perkilo Rp 2.500 maka pendapatan petani Rp erkilo Rp 7.000 maka pendapatan petani Rp 57.456.000/Periode. Inovasi disini dengan asumsi 50% penambahan pendapatan setiap panen sampai delapan kali. Total pendapatan petani dari inovasi pemanenan sampai 8 kali untuk nilam basah sebesar Rp 205.200.000 dan untuk nilam kering Pada pendapatan petani dalam 1 Ha setelah inovasi sebagai berikut :

(10)

2. Pendapatan Nilam Kering : Rp = Rp 193.089.652

Rata-rata pendapatan usahatani budidaya nilam setelah inovasi yang diterima oleh petani responden di Desa Kuala Bakong Kecamatan Sampoinet Kabupaten Aceh Jaya adalah nilam basah sebesar Rp 168.465.652

193.089.652/Ha.

Berdasarkan hasil penelitian dan pemabahasan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

Sistem budidaya nilam di

dengan tahapan perpindahan lahan setiap periode tanam, bibit dipetik dari stek tanaman nilam sebelumnya ditanam, penyiangan gulma menggunakan pestisida, pemupukan dengan pupuk anorganik, pengendalian peyakit tidak intensif dan tradisional, dan pemanenan dilakukan sekali dalam satu periode tanam.

Inovasi yang dapat diberikan pada budidaya nilam

pembibitan dengan cara dibuat kebun bibit, sistem tanam tetap, pemupukan organik, pengendalian penyakit dengan cara eradivikasi virus dan Biopes

dilakukan berkali-kali sampai delapan kali dalam 1 periode tanam.

Dampak Inovasi terhadap pendapatan pada nilam basah Rp 168.465.652 dan nilam kering Rp 193.089.652, secara kesuluruhan 50% dengan rincian sebagai berikut :

a. Pendapatan petani pada bibit setelah menghemat biaya yang didapat dari pengurangan 10% dari asumsi inovasi dari varietas bibit Sidikalang sebesar Rp 1.920.000, Tapak Tuan sebesar Rp 1.280.000, Lhokseumawe sebesar Rp 1.024.000, dan Lokal sebesar Rp 768.000 Ha/periode

b. Pada inovasi sistem tanam tetap diasumsikan penghematan pengeluaran sebesar 50%, yaitu Rp 3.324.327 periode/Ha

c. Pada inovasi pemupukan mengunakan organik diasumsikan penghematan pengeluaran sebesar 50%, yaitu Rp 840.000 periode/Ha.

d. Pengendalian penyakit b

panen sebesar 50%, pengurangan hasil panen pada nilam basah, 10.260 Kg, nilam kering 4.104 Kg dan kerugian pada nilam basah sebesar Rp 25.650.000, kerugian pada nilam kering sebesar Rp 28.728.000 p

e. Pada Pemanenan di asumsikan pendapatan meningkat 50% setiap periode tanam. Total pendapatan petani setelah inovasi pemanenan sampai 8 kali untuk nilam basah sebesar Rp 205.200.000 dan untuk nilam kering Rp 229.824.000 periode/Ha.

Petani disarankan tidak lagi melakukan sistem budidaya yang

dikarenakan bibit yang di petik dari tanaman sebelumnya dan langsung tanam mudah terserang penyakit, sistem tanam berpindah

anorganik dapat mencemari mi

pengendalian pada penyakit budog dapat mengurangi kerugian, dan pemanenan sekali dalam satu periode tanam tidak efi

Disarankan kepada petani nilam untuk melakukan budidaya be

pembuatan kebun bibit, inovasi sistem tanam tetap, inovasi penggunaan pupuk organik, inovasi lakukan pengendalian pada penyakit budog dan inovasi panen sampai 8 kali.

Pendapatan Nilam Kering : Rp 229.824.000 – Rp 36.734.348

rata pendapatan usahatani budidaya nilam setelah inovasi yang diterima oleh petani responden di Desa Kuala Bakong Kecamatan Sampoinet Kabupaten Aceh Jaya adalah

Rp 168.465.652 dan pendapatan dari nilam kering

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pemabahasan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

Sistem budidaya nilam di daerah penelitian masih di lakukan dengan cara sederhana perpindahan lahan setiap periode tanam, bibit dipetik dari stek tanaman nilam sebelumnya ditanam, penyiangan gulma menggunakan pestisida, pemupukan dengan pupuk anorganik, pengendalian peyakit tidak intensif dan tradisional, dan pemanenan dilakukan

dalam satu periode tanam.

Inovasi yang dapat diberikan pada budidaya nilam di daerah penelitian

pembibitan dengan cara dibuat kebun bibit, sistem tanam tetap, pemupukan organik, pengendalian penyakit dengan cara eradivikasi virus dan Biopestisida, dan pemanenan

kali sampai delapan kali dalam 1 periode tanam.

Dampak Inovasi terhadap pendapatan pada nilam basah Rp 168.465.652 dan nilam kering Rp 193.089.652, secara kesuluruhan 50% dengan rincian sebagai berikut :

petani pada bibit setelah menghemat biaya yang didapat dari pengurangan 10% dari asumsi inovasi dari varietas bibit Sidikalang sebesar Rp 1.920.000, Tapak Tuan sebesar Rp 1.280.000, Lhokseumawe sebesar Rp 1.024.000, dan Lokal sebesar Rp 768.000 Ha/periode.

Pada inovasi sistem tanam tetap diasumsikan penghematan pengeluaran sebesar 50%, yaitu Rp 3.324.327 periode/Ha

Pada inovasi pemupukan mengunakan organik diasumsikan penghematan pengeluaran sebesar 50%, yaitu Rp 840.000 periode/Ha.

Pengendalian penyakit budog/pakuk tidak dilakukan intensif dapat mengurangi hasil panen sebesar 50%, pengurangan hasil panen pada nilam basah, 10.260 Kg, nilam kering 4.104 Kg dan kerugian pada nilam basah sebesar Rp 25.650.000, kerugian pada nilam kering sebesar Rp 28.728.000 periode/Ha.

Pada Pemanenan di asumsikan pendapatan meningkat 50% setiap periode tanam. Total pendapatan petani setelah inovasi pemanenan sampai 8 kali untuk nilam basah sebesar Rp 205.200.000 dan untuk nilam kering Rp 229.824.000 periode/Ha.

an tidak lagi melakukan sistem budidaya yang

dikarenakan bibit yang di petik dari tanaman sebelumnya dan langsung tanam mudah terserang penyakit, sistem tanam berpindah-pindah dapat merusak lingkungan, pupuk anorganik dapat mencemari minyak nilam dan merusak kandungan tanah, melakukan pengendalian pada penyakit budog dapat mengurangi kerugian, dan pemanenan sekali dalam satu periode tanam tidak efisien karena nilam tanaman perdu.

Disarankan kepada petani nilam untuk melakukan budidaya be

pembuatan kebun bibit, inovasi sistem tanam tetap, inovasi penggunaan pupuk organik, inovasi lakukan pengendalian pada penyakit budog dan inovasi panen sampai 8 kali.

rata pendapatan usahatani budidaya nilam setelah inovasi yang diterima oleh petani responden di Desa Kuala Bakong Kecamatan Sampoinet Kabupaten Aceh Jaya adalah dan pendapatan dari nilam kering sebesar Rp

Berdasarkan hasil penelitian dan pemabahasan, maka dapat diambil beberapa masih di lakukan dengan cara sederhana perpindahan lahan setiap periode tanam, bibit dipetik dari stek tanaman nilam sebelumnya ditanam, penyiangan gulma menggunakan pestisida, pemupukan dengan pupuk anorganik, pengendalian peyakit tidak intensif dan tradisional, dan pemanenan dilakukan di daerah penelitian yaitu : inovasi pembibitan dengan cara dibuat kebun bibit, sistem tanam tetap, pemupukan organik, tisida, dan pemanenan Dampak Inovasi terhadap pendapatan pada nilam basah Rp 168.465.652 dan nilam kering Rp 193.089.652, secara kesuluruhan 50% dengan rincian sebagai berikut :

petani pada bibit setelah menghemat biaya yang didapat dari pengurangan 10% dari asumsi inovasi dari varietas bibit Sidikalang sebesar Rp 1.920.000, Tapak Tuan sebesar Rp 1.280.000, Lhokseumawe sebesar Rp 1.024.000, dan Lokal sebesar Pada inovasi sistem tanam tetap diasumsikan penghematan pengeluaran sebesar 50%, Pada inovasi pemupukan mengunakan organik diasumsikan penghematan pengeluaran udog/pakuk tidak dilakukan intensif dapat mengurangi hasil panen sebesar 50%, pengurangan hasil panen pada nilam basah, 10.260 Kg, nilam kering 4.104 Kg dan kerugian pada nilam basah sebesar Rp 25.650.000, kerugian pada Pada Pemanenan di asumsikan pendapatan meningkat 50% setiap periode tanam. Total pendapatan petani setelah inovasi pemanenan sampai 8 kali untuk nilam basah sebesar Rp 205.200.000 dan untuk nilam kering Rp 229.824.000 periode/Ha.

an tidak lagi melakukan sistem budidaya yang biasanya dilakukan, dikarenakan bibit yang di petik dari tanaman sebelumnya dan langsung tanam mudah pindah dapat merusak lingkungan, pupuk nyak nilam dan merusak kandungan tanah, melakukan pengendalian pada penyakit budog dapat mengurangi kerugian, dan pemanenan sekali dalam Disarankan kepada petani nilam untuk melakukan budidaya berdasarkan inovasi pembuatan kebun bibit, inovasi sistem tanam tetap, inovasi penggunaan pupuk organik, inovasi lakukan pengendalian pada penyakit budog dan inovasi panen sampai 8 kali.

(11)

Disarankan kepada Dinas Pertanian, BPTP, dan Bapedda Aceh ataupun daera bantuan ataupun kerja sama dengan

untuk dapat membantu melakukan penyuluhan budidaya nilam, membangun industri atsiri secara berkelanjutan dengan tetap menjaga alam, sert

untuk melakukannusahatani

percontohan yang dapat meningkatkan pengetahuan petani tentang budidaya nilam.

Bapedda Aceh. 2015. Sistem Inovasi Industri Nilam Aceh.

Dinas Perkebunan Jawa Timur, 2013.

Djazuli, M. 2002.Pengaruh Aplikasi Kompos Limbah Penyulingan Minyak Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Nilam

Seminar Nasional dan Pa

Mauludi, L. 2005.Profil Investasi Pengusahaan Nilam

Pengembangan Pertanian, Bogor.

Mosher, A.T. 1978.Getting Agriculture Moving

Riduwan, 2010.Metode dan Teknik

Rusli, S. 2003.Pengolahan Hasil Tanaman Minyak Atsiri

Hasil Tanaman Perkebunan. Puslit bangbun.

Santi, S,S. 2010.Kajian Pemanfaatan limbah Nilam Untuk Pupuk Cair Organik Proses Fermentasi.UPN Veteran, Jawa Timur.

Soekartawi. 1993.Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian

Van den ban, A.W and Hawkins, H.S. 1996 John Wiley & Son, Inc, New York.

kepada Dinas Pertanian, BPTP, dan Bapedda Aceh ataupun daera

ataupun kerja sama dengan pihak terkait baik dari sektor pemerintahan atau swasta untuk dapat membantu melakukan penyuluhan budidaya nilam, membangun industri atsiri secara berkelanjutan dengan tetap menjaga alam, serta memberi pemahaman

untuk melakukannusahatani yang bersih dan ramah lingkungan, dan adanya projek percontohan yang dapat meningkatkan pengetahuan petani tentang budidaya nilam.

DAFTAR PUSTAKA

. Sistem Inovasi Industri Nilam Aceh.Aceh.

Dinas Perkebunan Jawa Timur, 2013.Budidaya Tanaman Nilam. Jawa Timur

Pengaruh Aplikasi Kompos Limbah Penyulingan Minyak Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Nilam (Pogostemon Cablin L)

Seminar Nasional dan Pameran Pertanian Organik. Jakarta.

Profil Investasi Pengusahaan Nilam. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.

Getting Agriculture Moving. Pyramid Book. New York.

Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta : Bandung.

Pengolahan Hasil Tanaman Minyak Atsiri. Prosiding Teknologi Hasil Tanaman Perkebunan. Puslit bangbun.

Kajian Pemanfaatan limbah Nilam Untuk Pupuk Cair Organik

UPN Veteran, Jawa Timur.

Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. PT. Raja GrafindoPersada. Van den ban, A.W and Hawkins, H.S. 1996. Agricultural Extension. Second

John Wiley & Son, Inc, New York.

kepada Dinas Pertanian, BPTP, dan Bapedda Aceh ataupun daerah adanya sektor pemerintahan atau swasta untuk dapat membantu melakukan penyuluhan budidaya nilam, membangun industri atsiri memberi pemahaman kepada petani yang bersih dan ramah lingkungan, dan adanya projek percontohan yang dapat meningkatkan pengetahuan petani tentang budidaya nilam.

. Jawa Timur.

Pengaruh Aplikasi Kompos Limbah Penyulingan Minyak Nilam Terhadap Cablin L). Prosiding Jakarta.

. Badan Penelitian dan

. Pyramid Book. New York. . Alfabeta : Bandung.

. Prosiding Teknologi Pengolahan

Kajian Pemanfaatan limbah Nilam Untuk Pupuk Cair Organik Dengan

. PT. Raja GrafindoPersada. Jakarta.

Gambar

Tabel 2. Rincian Harga Bibit Ungul Sebelum Inovasi Periode/Ha
Tabel 5. Rincian Dampak Inovasi Terhadap Pendapatan Pada
Tabel 5 inovasi pemupukan secara anorganik pada budidaya nilam lebih banyak mengeluarkan biaya dari pada pemupukan organik, selain dapat mengehat biaya juga dapat menjaga kualitas minyak nilam

Referensi

Dokumen terkait

- obavlja komunikaciju i interakciju s ljudima i drugim robotima u prostoru. Uslužni roboti izvršavaju sve postavljene zadatke najčešće u prostorima u kojima borave ljudi pa je zbog

melaksanakan pembinaan kepada #uskesmas tentunya tidak terlepas terlepas dari peran dinas kesehatan proinsi dalam melakukan pembinaan dari peran dinas kesehatan proinsi

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dimana perlakuan pengolahan buah pisang dengan cara bakar dan pengolahan buah pisang dengan cara goreng mengalami penurunan

0,334; dan nilai siginifikan 0,000 (3) Ketersediaan Sumber Belajar terhadap Penyelesaian Tugas Akhir Skripsi yang ditunjukkan dengan nilai rhitung sebesar 0,239; dan nilai

e) Kerugian akan ditanggung sendiri 2. Badan Usaha Firma.. Firma adalah persekutuan dua orang atau lebih untuk mendirikan dan menjalankan suatu perusahaan di bawah nama bersama,

1.5.2 Ayu W uryanti, t elah m elakukan pe nelitian s ebelumnya pa da t ahun 2010 dengan j udul “ Hubungan A nemia da lam ke hamilan de ngan p erdarahan postpartum karena atonia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa retailing mix dan kualitas layanan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan Freshmart Superstore Bahu Manado baik secara

Hasil pengamatan dan pengujian pengaruh perubahan tekanan pengompakan dan suhu sinter terhadap karakteristik pelet sinter UO2 serbuk halus 1 – 75 μm terutama