BAB IV
RENCANA PROGRAM INVESTASI
INFRASTRUKTUR
4.1 RENCANA PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia. Pemerintah berusaha
memberikan akses kepada masyarakat untuk memperoleh permukiman yang
layak, aman, nyaman, damai, sejahtera dan berkelanjutan. Sehingga Pemerintah
Kabupaten Sintang telah merencanakan dan mempersiapkan beberapa Kawasan
Siap Bangun (Kasiba) dan telah ditindaklanjuti dengan mengundang Perusahaan
Pengembang Perumahan dan Permukiman.
Pertumbuhan penduduk telah menimbulkan tekanan terhadap ruang dan
lingkungan untuk kebutuhan perumahan permukiman. Masih banyaknya
masyarakat yang belum mempunyai rumah tinggal membuat Pemerintah
Kabupaten Sintang menyusun rencana pengembangan permukiman baru dengan
mempersiapkan beberapa Kasiba berikut kelengkapan sarana dan prasarana
dasar seperti perumahan yang layak, sehat, terjangkau sarana dan prasarana
pendukung seperti jalan, drainase, jaringan air bersih, dll dengan tetap
memperhatikan tata guna lahan dan rencana tata ruang wilayah pada beberapa
kecamatan, khususnya bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah, Pegawai Negeri
Sipil (PNS/TNI/Polri).
Selain itu masih terdapat ratusan desa tertinggal dan terisolir yang
membutuhkan perhatian besar dengan upaya percepatan pembangunan untuk
menyeimbangkan pembangunan dan mengurangi kesenjangan antar wilayah
serta meningkatkan kualitas kehidupan.
4.1.1 Petunjuk Umum
Pengembangan perumahan permukiman di Kabupaten Sintang pada hakekatnya
adalah untuk mewujudkan kondisi yang layak huni (livable), aman, nyaman,
damai, sejahtera, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan
bagi desa tertinggal dan terisolir di daerah yang perlu melalui pembangunan
prasarana dan sarana dasar dan penyehatan lingkungan perumahan terutama
untuk wilayah strategis, cepat tumbuh potensial perkembangan optimal untuk
menggerakkan semua sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhannya
dalam maningkatkan pertumbuhan ekonomi, penangulanggan kemiskinan
melalui penciptaan lapangan kerja di lingkungan yang sehat.
4.1.2. Profil Pembangunan Permukiman
4.1.2.1. Kondisi Umum
4.1.2.1.1 Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman
Infrastruktur darah Kabupaten Sintang saat ini masih belum terbangun dengan
baik sehingga jaringan jalan merupakan salah satu prioritas pembangunan di
Kabupaten Sintang. Kondisi jalan kabupaten yang beraspal baru sekitar 404,12
km dari total panjang jalan 2.428,93 km, sisanya merupakan jalan berbatu
(924,78 km) dan jalan tanah (574,16 km). Kondisi jalan ini kontribusi bagi
peningkatan perekonomian Kabupaten Sintang.
Panjang jalan kecamatan dan jalan desa seluruhnya sepanjang 1761,79 km
namun yang baru sekitar 169,45 yang beraspal. Sebagian besar prasarana jalan
yang ada merupakan jalan tanah. Rata-rata jalan untuk menuju ibu kota
kecamatan sudah dibangun, tetapi kondisi cukup memprihatinkan. Jaringan
jalan untuk menuju desa-desa strategis pada saat ini masih banyak yang belum
dibangun.
Demikian pula dengan infrastruktur pertanian dan pengairan yang belum
berfungsi secara maksimal. Di Kota Sintang infrastruktur air bersih yang dikelola
PDAM Sintang juga belum memadai, dimana tempat pengelolaan air tidak
berfungsi secara efektif.
Tabel 4.1: Panjang Jalan Negara, Propinsi dan Kabupaten Tahun 2015 (km)
Keadaan Negara Propinsi Kabupaten Jumlah
Jenis Permukaan
a. Aspal 201,07 94,1 390,25 715,32
b. Kerikil - 3 86,50 86,50
c. Tanah - 83,17 1.984,02 2.067,19
d. Tidak diperinci - - 13,85 13,85
Keadaan Negara Propinsi Kabupaten Jumlah
a. Baik 149,94 50,5 404,12 604,56
b. Sedang 28,81 68,3 924,78 1021,89
c. Rusak 10,02 54,8 574,16 987,32
Kelas Jalan
a. Kelas I - - - -
b. Kelas II - - - -
c. Kelas III
Kelas 3A 100 - 90 190
Kelas 3B 50 - 40 90
Kelas 3C 44,86 - 1000 1044,86
d. Tidak diperinci - - - -
Sumber: Kabupaten Sintang Dalam Angka, 2015
Juga kebutuhan listrik untuk saat ini upaya pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan tenaga listrik melalui fasilitas PLN masih belum terpenuhi secara
merata bagi seluruh masyarakat di 391 desa di Kabupaten Sintang. Sampai tahun
2015 jumlah Desa yang mempunyai aliran listrik baru mencapai 171 Desa
(38,80%). Hal ini, selain disebabkan oleh lokasi desa yang terpencar dan
terpencil, juga oleh kemampuan pasokan listrik yang terbatas di akibatkan
persoalan pendanaan PLN.
Pemakai angkutan darat di Kabupaten Sintang dari tahun ke tahun semakin
meningkat. Namun demikian, peningkatan kebutuhan angkutan darat tersebut
tidak diiringi dengan peningkatan jumlah, kualitas prasarana dan sarana yang
memadai.
Sedangkan untuk angkutan udara di Kabupaten Sintang sebenarnya sudah
memiliki Bandar udara Susilo yang selama ini melayani rute penerbangan yang
menuju ke Pontianak atau Ibukota Provinsi. Mengingat fasilitas dan kapasitas
bandara akan ditingkatkan, maka sekarang ini bandara Susilo akan direlokasi ke
Pelayanan air bersih di Kabupaten Sintang masih belum sepenuhnya
terpenuhi dan terkonsentrasi di kawasan kota Sintang dan ibu kota kecamatan.
Sedangkan di kawasan pedesaan masih banyak desa yang belum terjangkau
pelayanan air bersih. Pada tabel berikut ini adalah kondisi PSD Air Minum di
Kabupaten Sintang.
Tabel 4.2. Kondisi PSD Air Minum
No Kecamatan
10 Sungai Tebelian
No Kecamatan
13 Ketungau Tengah
- Gut Jaya Bakti 14 Ketungau Hilir
- Setungkup
Infrastruktur bidang pendidikan, hingga tahun 2015 sarana pendidikan yang
tersedia jumlah murid (negeri dan swasta) adalah sebagai berikut: TK sebanyak
86 unit dengan murid 3.048 orang, SD 421 Unit denga murid sebanyak 60.485
orang, SLTP 121 unit dengan murid sebanyak 21.026 orang dan SLTA 42 unit
dengan jumlah murid sebanyak 12.902 orang. Di Kabupaten Sintang terdapat
tujuh Perguruan Tinggi, yaitu; Univeritas Kapuas, Universitas Terbuka, Sekolah
Tinggi Theologia Khatulistiwa (STTK), Akademi Keperawatan (Akper), Sekolah
Tinggi Agama Islam Al-Ma’arif (STAIMA), Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Kapuas Raya (STIKARA) serta Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(STKIP) Persada Khatulistiwa Sintang.
Tabel 4.3. Jumlah Sekolah Menurut Jenjang Sekolah
Jenjang Sekolah 2011/2012 2012/2013 2013/2014 2014/2015
SD 389 389 412 421
SMP/MTs 91 98 92 121
SMU/MA 41 42 36 42
SMK 5 6 5 7
Sumber : Kabupaten Dalam Angka, 2015
Tabel 4.4. Perguruan Tinggi di Kabupaten Sintang tahun 2014/2015
No Perguruan Tinggi Jumlah Mahasiswa Tenaga Edukatif
1 Universitas Kapuas 2070 31
2 STKIP 959 97
No Perguruan Tinggi Jumlah Mahasiswa Tenaga Edukatif
4 STTK 56 26
5 STAIMA 18 27
6 STIKARA 112 33
Sumber : Kabupaten Dalam Angka, 2015
Infrastruktur dibidang kesehatan, sarana kesehatan yang ada di Kabupaten
Sintang hingga tahun 2015 terdiri dari 2 buah Rumah Sakit, 16 unit puskesmas (6
puskesmas rawat inap dan 10 puskesmas biasa), 80 puskesmas pembantu, 5 unit
balai Pengobatan dan 177 Polindes.
Tabel 4.5. Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Jenisnya di Setiap Kecamatan
Kecamatan RSU
Puskesmas
Pustu Bersalin Pondok Posyandu Biasa Rawat Inap
Sintang 3 3 - 1 10 -
Sei Tebelian 1 - 10 18 -
Kelam Permai - 2 - 5 10 -
Ketungau Hilir - 2 - 8 10 -
Ketungau Tengah - - 1 7 13 -
Ketungau Hulu - - 1 7 9 -
Binjai Hulu - 1 - 2 8 -
Serawai - - 1 3 12 -
Ambalau - - 1 6 10 -
Kayan Hilir - 1 1 5 13 -
Kayan Hulu - 1 - 5 14 -
Dedai - 2 - 5 17 -
Sepauk - - 1 10 16 -
Tempunak - 2 - 9 18 -
Jumlah 3 14 6 83 180 -
Sumber : Kabupaten Dalam Angka, 2015
Sedangkan Infrastruktur keagamaan khususnya sarana ibadah berjumlah 1.401
unit dengan rincian sebagai berikut: Mesjid sebanyak 217 unit, surau 346 unit,
Gereja Katolik 582 unit, Kapel 11 Unit, Gereja Protestan 404 Unit, Vihara 4 unit
dan Pure 3 Unit.
4.1.2.1.2 Parameter Teknis Wilayah
Hal-hal yang menjadi parameter teknis wilayah pada bidang
pengembangan/pembangunan permukiman adalah:
• Luas daerah pengembangan permukiman
• Jumlah Penduduk
• Jumlah Penduduk yang sudah memiliki rumah tinggal dan belum memilik rumah tinggal
• Ketersediaan jaringan prasarana dan sarana dasar seperti air minum dan listrik
• Kelengkapan prasarana dan sarana pendukung
• Lapangan pekerjaan yang mungkin dapat diperoleh di sekitar lokasi pengembangan permukiman
4.1.2.1.3 Aspek Pendanaan
Kemampuan masyarakat di Kabupaten Sintang yang secara umum
berpenghasilan rendah dengan tingkat pendapatan perkapita Rp. 8.261.923,00
(2010) meningkat menjadi Rp. 9.430.734,00 (2015) membuat masyarakat
memerlukan bantuan pembangunan sarana dan prasarana dasar permukiman.
Pemerintah Kabupaten Sintang menyediakan dana pendamping untuk setiap
usulan program dan kegiatan bidang Keciptakaryaan yang bersumber dari dana
Pemerintah Pusat, Provinsi dan bantuan pihak swasta.
4.1.2.1.4 Aspek Kelembagaan
Pengelolaan Prasarana dan Sarana Dasar Bidang Permukiman di Pemerintahan
Kabupaten Sintang oleh Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah bekerja sama
dengan Kantor Kebersihan dan Kebakaran dan Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Sintang. Pemerintah Kabupaten Sintang juga telah menjalin
kerjasama dengan Perumnas, Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat dan
swasta untuk berpartisipasi dalam penanganan PSD permukiman.
4.1.2.2 Sasaran
Pengembangan Perumahan dan Permukiman ditujukan bagi masyarakat yang
membutuhkan dan berpenghasilan rendah dan bagi PNS/TNI/ Polisi yang belum
mempunyai rumah tinggal, sehingga:
• Meningkatkan kondisi perumahan permukiman yang layak huni
• Meningkatkan jumlah penduduk yang memiliki rumah tinggal sehat
• Meningkatkan pemanfaatan dan pengendalian ruang
• Terintegrasikannya rencana tata ruang wilayah/kawasan untuk menjamin keterpaduan dan keberlanjutan pembangunan
• Tersusunnya rencana tata ruang wilayah/kawasan strategis bagi pengembangan wilayah
• Terciptanya Pengembangan kawasan agropolitan, agribisnis, penguatan rantai pasokan bagi industri perdesaan
4.1.3 Permasalahan Pembangunan Permukiman
4.1.3.1 Analisa Permasalahan, Alternatif Pemecahan dan
Rekomendasi
4.1.3.1.1 Permasalahan Pembangunan Permukiman
Permasalahan yang dijumpai dalam hal penyediaan rumah tinggal di
Kabupaten Sintang yakni:
• Kemampuan ekonomi masyarakat di Kabupaten Sintang yang masih rendah.
• Pembebasan lahan yang belum selesai
4.1.3.1.2 Alternatif Pemecahan Masalah
Beberapa altematif pemecahan Masalah dan Rekomendasi yang mungkin dapat
dilaksanakan yakni:
• Usaha untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat
• Penciptaan lapangan kerja baru
• Mengupayakan pembebasan lahan
• Pengadaan subsidi untuk pengadaan rumah tinggal
• Mempermudah ijin pendirian rumah tinggal di kawasan pengembangan permukiman
4.1.4 Usulan Pembangunan Permukiman
Mengingat besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan prasarana dan
sarana dasar bagi kawasan permukiman dan dengan kemampuan keuangan
pemerintah daerah yang terbatas, maka Pemerintah Kabupaten Sintang
mengusulkan realisasi pembangunan permukiman khususnya bagi masyarakat
tertinggal dan terisolir agar dapat dibantu oleh Pemerintah Pusat dan
4.1.4.1 Sistem Infrastruktur Permukiman yang Diusulkan
Sistem yang diusulkan bagi pengembangan permukiman yakni; Suatu sistem
Infrastruktur Permukiman yang pembangunan prasarana dan sarana dasar yang
layak, sehat, berwawasan lingkungan yang dilengkapi dengan infrastruktur
pendukung seperti rumah ibadah, sekolah, rumah sakit/puskesmas, dan dekat
dengan transportasi jalan.
4.1.4.2 Usulan dan Prioritas Program Pembangunan PS Permukiman
Untuk mewujudkan Pembangunan Prasarana dan Sarana Permukiman maka
Pemerintah Kabupaten Sintang telah memprogramkan pembangunan
permukiman yang meliputi:
• Program Pembangunan Infrastruktur perdesaan;
• Program Perbaikan Perumahan akibat Bencana Alam/Sosial; • Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan;
• Program Tanggap Darurat Jalan dan Jembatan; • Program Pembangunan Jalan dan Jembatan; • Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan; • Program Kerjasama Pembangunan
4.1.4.3 Usulan dan Prioritas Proyek Infrastruktur Pembangunan
Usulan dan prioritas program pembangunan permukiman disusun berdasarkan
paket-paket fungsional dan sesuai dengan prioritas penanganan yang meliputi
kegiatan:
• Pembangunan Prasarana dan Sarana Jalan,
• Pembangunan Prasarana dan Sarana Saluran Air Hujan/Drainase
• Pembangunan Prasarana dan Sarana Jaringan Air Minum
• Pembangunan Prasarana dan Sarana Sistem Pengelolaan Air Limbah. Seperti yang diperlihatkan pada lampiran.
4.2 RENCANA PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang
diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang,
terutama untuk mewujudkan terselenggaranya penataan bangunan yang tertib,
sehingga dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi tanpa
meninggalkan arsitektur budaya lokal pada bangunan gedung yang dilindungi
dan dilestarikan dengan tetap memanfaatkan dan mengembangkan teknologi
dan rekayasa bangunan gedung untuk menunjang pembangunan yang
berkelanjutan di Kabupaten Sintang.
Rencana Investasi Penataan Bangunan harus mengacu kepada Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Sintang yang merupakan acuan spasial bagi
pengembangan wilayah yang diwujudkan dalam rencana struktur dan pola
pemanfaatan ruang kabupaten Sintang sebagai wilayah perencanaan dan juga
mengacu pada pedoman penyusunan RTRW Kabupaten dalam
Kepmenkimpraswil No 327 Tahun 2002.
Rencana Struktur Penataan Bangunan menggambarkan susunan unsur-unsur
pembentuk bangunan dan lingkungan dalam struktur ruang kabupaten. Rencana
Pola Penataan Bangunan menggambarkan letak, ukuran, fungsi dari kegiatan
pembangunan terhadap individu, sosial masyarakat dan lingkungan.
4.2.1 Petunjuk Umum
Visi Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung
dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri, dengan misi memberdayakan
masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, layak huni,
berjati diri, serasi dan selaras dengan lingkungan, sehingga masyarakat lebih
mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan.
Rencana Investasi Penataan Bangunan dan Lingkungan ini meliputi:
• Penyelenggaraan penataan bangunan gedung dan lingkungan yang tertib, fungsional, andal dan efisien
• Penyelenggaraan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan berjati diri
• Penyelenggaraan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi
• Penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan dan melestasrikan arsitektur dan ciri khas budaya lokal
4.2.1.1 Penataan Bangunan
Konsep penataan bangunan dilakukan melalui pendekatan perbaikan kawasan
tertinggal dan kumuh dengan peningkatan kualitas bangunan permukiman yang
terdiri dari 2 (dua) model, yakni:
• Konsep Preventif (Pencegahan), dengan mengurangi/ menghambat bertambahnya bangunan di lokasi perumahan kumuh, yang
mencakup:
➢ Pengendalian migrasi dari desa ke kota dengan mendorong pembangunan dan penciptaan lapangan kerja di pedesaan
➢ Penegakan hukum/regulasi yang terkait dengan IMB
➢ Penertiban, revitalisasi, dan pemindahan dengan cara yang manusiawi dan partisipatif
• Konsep Kuratif (Penanggulangan), dengan memecahkan persoalan bangunan pada permukiman kumuh secara fisik maupun sosial ekonomi
masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, yang mencakup:
➢ Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan
➢ Pemberdayaan usaha pengembangan ekonomi lokal dan penciptaan lapangan kerja.
Penataan bangunan dilakukan dengan tetap mempertahankan jati diri beberapa
bangunan bernilai historis. Penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan
untuk merevitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai
tambah fisik, sosial dan ekonomi masyarakat agar tercapai kesejahteraan yang
lebih baik.
4.2.1.1.1 Permasalahan Penataan Bangunan
Permasalahan dan tantangan yang sering dihadapi Pemerintah Kabupaten
Sintang dalam Penataan Bangunan yakni:
• Pemerintah Kabupaten Sintang belum memiliki Perda yang lengkap tentang Bangunan Gedung, Sehingga tidak ada landasan hukum yang kuat untuk
diterapkan kepada pemilik bangunan yang tidak layak/tidak memenuhi
syarat.
• Belum adanya penataan ulang untuk kawasan-kawasan yang telah terdegradasi.
• Belum adanya konsep detail rencana detail penanganan kawasan kumuh dan kawasan permukiman.
4.2.1.1.2 Landasan Hukum
Peraturan yang digunakan sebagai landasan hukum Penataan Bangunan:
• UU No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung
• UU No. 4/1992 tentang Perumahan dan Permukiman, yang menggariskan bahwa peningkatan kualitas lingkungan permukiman secara menyeluruh,
terpadu, bertahap dan mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW)
• PP No. 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No.28/2002, bahwa semua bangunan Gedung harus layak fungsi tahun 2010 dan mengamanatkan
penyelenggaraan Bangunan Gedung merupakan kewenangan Pemerintah
Daerah dan hanya bangunan gedung Negara yang merupakan kewenangan
pusat
4.2.1.2 Penataan Lingkungan
Hampir disetiap pedesaan diwilayah Kabupaten Sintang terdapat kawasan
kumuh yang berdampak pada lingkungan tidak sehat sehingga perlu ditata ulang
diantaranya terdapat permukiman tradisional yang bersejarah agar tampak asri
dan selaras dengan lingkungan. Penataan lingkungan perumahan permukiman
dikembangkan dengan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat sehingga
bernilai ekonomis dan berpotensi wisata dan tetap menyediakan kawasan hijau
sebagai daerah resapan air dan daerah tangkapan gas karbon dioksida di udara.
4.2.1.3 Kebijakan, Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan di
Kabupaten Sintang
Pemerintah Kabupaten Sintang menyaring dan memperketat pembangunan
bangunan gedung yang andal dan layak huni saat pengusulan Ijin Mendirikan
Bangunan (IMB). Kebijakan lain yang diambil Pemerintah Kabupaten Sintang
diantaranya:
• Pengembangan Kasiba dan Lisiba untuk daerah yang berpotensi strategis bagi pertumbuhan kota di beberapa kecamatan
• Meningkatkan kualitas lingkungan dengan program reboisasi
• Menjalin kemitraan dengan kabupaten tetangga dan dengan pihak swasta dalam penataan lingkungan
• Mempertahankan bangunan berciri khas dan karakteristik arsitektur yang menunjukkan jati diri daerah
4.2.2 Rincian Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
4.2.2.1 Kondisi Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Penataan Bangunan dan Gedung masih banyak diiaksanakan tidak menurut
aturan yang berlaku terutama di daerah rawan bencana. Sebagian bangunan
gedung yang berdiri di Kabupaten Sintang saat ini merupakan bangunan lama
yang sebagian diantaranya ada yang sudah direvitalisasi dan direnovasi. Tetapi
kebanyakan bangunan yang berdiri sekarang merupakan bangunan baru.
Bangunan lama yang sudah ketinggalan dan tidak bernilai ekonomis dan tidak
sejalan dengan perkembangan permukiman dan perluasan lahan dibiarkan tidak
tertata karena banyak dihuni masyarakat yang tidak mampu dan berpenghasilan
rendah.
4.2.3 Permasalahan yang Dihadapi
4.2.3.1 Sasaran Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Sasaran Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan di Kabupaten Sintang
ditujukan untuk bangunan-bangunan yang tidak mengacu kepada RTRW
Kabupaten Sintang di kawasan kumuh, tertinggal dan terisolir dengan tetap
melestarikan budaya lokal sehingga tercipta lingkungan yang sehat, asri, aman,
nyaman, lestari dan berwawasan lingkungan.
4.2.3.2 Rumusan Masalah
Permasalahan di Bidang Penataan Bangunan Gedung:
• Perda pendukung dalam penataan tentang Bangunan Gedung sebagai landasan hukum untuk menilai dan menata bangunan yang tidak layak dan
• Banyak pembangunan bangunan gedung tanpa memperhatikan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
• Pemerintah memerlukan dana untuk penataan bangunan dalam skala besar
Permasalahan di Bidang Penataan Lingkungan
• Pembebasan lahan yang bermasalah untuk penataan lingkungan
• Terjadinya degradasi kawasan strategis dan bernilai ekonomis
• Permukiman tradisional yang berpotensi ekonomi dan wisata untuk dikembangkan tetapi dibiarkan kumuh
Permasalahan di Bidang Pemberdayaan Masyarakat:
• Kondisi kelembagaan komunitas yang masih mengandalkan kekerabatan dan nilai sejarah kadang jadi kendala bagi masyarakat yang ikut berperan serta
tetapi diluar komunitas tersebut
• Secara umum masyarakat masih berperan pasif dan menunggu
• Ketidaksanggupan pembiayaan penataan bangunan oleh masyarakat berkemampuan rendah
4.2.4 Analisis Permasalahan dan Rekomendasi
4.2.4.1 Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Setelah ditelusuri dan dianaiisa lebih dalam, didapat bahwa permasalahan
penataan bangunan gedung dan lingkungan yang sesungguhnya adalah:
• Pemerintah Kabupaten Sintang memerlukan dana yang besar untuk penataan dan revitalisasi kawasan akibat ketidakmampuan masyarakat daerah hunian
yang secara umum tidak mampu. Dilain pihak Pemerintah cuma punya dana
yang terbatas
• Tidak adanya dasar hukum yang jelas untuk digunakan Pemerintah Kabupaten Sintang sebagai dasar dalam menata/merevitalisasi
bangunan-bangunan dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat
• Kondisi masyarakat yang masih banyak yang tertinggal dari segi ekonomi dan pendidikan, sehingga masyarakat tidak bersedia ikut program penataan dan
revitalisasi mengingat nilai sejarah kekerabatan yang masih tinggi yang
diwarisi turun temurun
Dari analisis permasalahan yang ada di Kabupaten Sintang:
• Sosialisasi pemahaman tentang Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan kepada masyarakat terutama masyarakat pemilik gedung dan lahan yang
akan ditata untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
• Perlunya pengusulan dana kepada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi perihal bantuan dana untuk penataan bangunan gedung dan
lingkungan di Kabupaten Sintang
4.2.5 Program Usulan
4.2.5.1 Usulan dan Prioritas Program
Agar terwujud Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan di Kabupaten
Sintang, maka pemerintah telah memprogramkan penataan permukiman yang
meliputi:
• Program Lingkungan Sehat Perumahan
• Program Pengendalian Banjir
• Program Perencanaan Tata Ruang
• Program Pemanfaatan Tata Ruang
• Program Pengendalian Pemanfaatan Tata Ruang
4.2.5.2 Usulan dan Prioritas Proyek Penataan Bangunan Gedung dan
Lingkungan
Usulan dan prioritas Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan di Kabupaten
Sintang disusun setelah memperhatikan fungsionalisasi proyek dan urutan
prioritas penanganan yang terprogram dalam setiap kegiatan yang diperlihatkan
pada lampiran.
4.2.5.3 Pembiayaan Proyek Penataan Bangunan Lingkungan
Rencana pembiayaan Proyek Penataan Bangunan dan Lingkungan TA 2015
seperti disajikan pada lampiran.
4.3 RENCANA SUB BIDANG PERSAMPAHAN
Dalam rangka mencapai masyarakat hidup sehat, sejahtera, dan lingkungan yang
bersih dari sampan maka Pemerintah kabupaten Sintang ingin meningkatkan
Pembuangan Akhir (TPA) Sampah yang berwawasan ramah lingkungan di
beberapa titik setiap kecamatan seperti di TPA Sintang.
4.3.1 Petunjuk Umum
Berdasarkan Permen PU No. 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP) dapat
meliputi:
• Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya
• Peningkatan peran aktif masyarakat umum terutama masyarakat di sekitar TPS dan TPA dan usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan
• Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas system pengelolaan persampahan.
• Pengembangan dan pembangunan system pengelolaan persampahan yang terpadu
Berdasarkan standar Cipta Karya bahwa 2-3 liter/orang/hari adalah yang
dihasilkan oleh tiap orang sehingga perlu diperhatikan ketersediaan lahan bagi
penempatan TPS atau TPA. Berdasarkan standar tersebut untuk 3000 jiwa
penduduk dibutuhkan 400m2 lahan persampahan.
4.3.2 Rincian Pengelolaan Persampahan
Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Sintang meliputi;
• Pengelolaan berskala individual, biasanya sampah organik rumah tangga dan sampah pabrik/perusahaan yang mempunyai mesin pengolah sampah
seperti pada pabrik pengolahan kelapa sawit
• Skala Kawasan/Lingkungan. Pemerintah Kabupaten Sintang sudah mentargetkan membangun Tempat Penampungan Sementara (TPS) Untuk
Setiap Kawasan
Limbah
Gambar 4.4 Contoh Pada Kasus TPA Sintang;
4.3.2.1 Kondisi yang Ada
Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Sintang dilaksanakan oleh Dinas
Kebersihan dan Kebakaran Kabupaten Sintang sesuai dengan tupoksinya dengan
melibatkan peran serta masyarakat.
Untuk efektifitas kerja dan efisiensi pemanfaatan maka dibentuk 5 daerah
pelayanan dengan 3 TPA, yakni:
1. TPA Kec. Sintang, dengan pelayanan 6 kecamatan
2. TPA Kec. Ketungau Tengah dengan pelayanan 4 kecamatan
3. TPA Kec. Kayan Hulu dengan pelayanan 4 kecamatan
Dengan jumlah TPS permanen sebanyak 75 buah, TPS non permanen sebanyak
567 buah, dan jumlah armada persampahan sebanyak 2 unit Truck Sampah, 1
unit Arm Roll Truk dengan 4 Gerobak Arm Roll, 1 Unit Truck Tinja, 2 unit Truck
Penyiram, 4 unit Becak Sampah dan 6 unit Kereta Sampah. Dengan rata-rata
kapasitas pelayanan persampahan mencapai 50,4 ton sampah perhari.
4.3.2.1.1 Pola operasional secara umum
4.3.2.1.2 Sistem Pengelolaan Prasarana yang Ada
Sampah
4.3.2.2 Sistem Pengelolaan Prasarana Persampahan Yang Ada
Tabel 4.6 Sistem pengelolaan Persampahan di Kabupaten Sintang
No Uraian Satuan Volume Keterangan
1 Pengelolaan
Sistem pengelolaan Persampahan di
Kabupaten Sintang ditangani oleh Kantor Kebersihan dan Kebakaran Kabupaten Sintang
2 Teknik Operasional
a. Cakupan Pelayanan % 25
b. Perkiraan Timbunan Sampah M3/hari 1000,28
c. Timbunan Sampah Yang Terangkut M3/hari 98,10
- Pemukiman M3/hari 80,00
- Non Pemukiman M3/hari 18,00
- Total M3/hari 98,00
d. Kapasitas Pelayanan TPA M3/hari 125,10 (kapasitas total
25000 m3)
e. Kapasitas Pelayanan TPS (TPS, Tong Plat, Bin Kontainer
M3/hari 100,10
f. Kapasitas Pelayanan Pengumpulan Sampah
M3/hari 44,00 2 Truck sampah
1 Arm Roll 4 Kontainer
3 Pembiayaan
a. Biaya pengelolaan
- Pengumpulan Sampah Rp/thn 2 milyard
- Pengelolaan Sampah Rp/thn 500 juta
b. Pendapatan Retribusi Rp/thn 250 juta
4.3.2.3 Evaluasi Kondisi Sistem Prasarana Yang Ada
Dengan kondisi Prasarana yang ada dan melihat kecukupan dan kapasitasnya
terlihat seperti dibawah:
Tabel 4.7 Evaluasi Kondisi Sistem Prasarana Persampahan tahun 2015
Tabel 4.8 Evaluasi Kondisi Sistem Sarana Persampahan tahun 2015
No Pengelolaan Prasarana dan Sarana Satuan Volume (unit) Kapasitas (m3) Keterangan
I MASYARAKAT
1. Perwadahan
a. Tong Plat unit - -
b. TPS unit - -
c. Kontainer unit - -
II PEMERINTAH
1. Perwadahan
a. Tong Plat unit 10 0,05 m3/unit
b. TPS unit 16 1,00 m3/unit
c. Kontainer unit 3 0,05 m3/unit
2. Pengumpulan
a. Beca Sampah unit 10 1,00 m3/unit
b. Beca Motor unit - -
3. Penampungan Sementara
a. Kontainer unit 3 6,00 m3/unit
4. Pengangkutan
a. Dump Truck (DT) unit 2 6,00 m3/unit
b. Arm Roll Truck unit 1 6,00 m3/unit
5. Pembuangan Akhir
a. Luas TPA unit 10 Ha
b. Alat Berat unit 3 unit
6. Pengolahan
a. Pengomposan unit 10 Unit
b. Daur ulang unit - -
7. Pengendalian Pencemaran di TPA
a. Leachate treatment Ha 5 10 ton
b. Buffer Zone Ha 10 -
c. Saluran Pengumpul Air
Limbah m’
25 100.000 liter
8. Sarana Penunjang
a. Kantor unit 2
b. Bengkel unit 1
4.3.3 Permasalahan Yang Dihadapi
Pertambuhan penduduk yang terus tiada henti dan kemajuan teknologi ikut
memacu pertambahan volume sampah yang dihasilkan akibat peningkatan
kebutuhan/konsumsi masyarakat seperti makanan instan., makanan kaleng, atau
bahan-bahan non organik yang tidak dapat membusuk telah menambah
kesulitan tersendiri dalam pengolahan sampah karena bungkus atau buangan
sisa pembungkus tidak dapat terolah dengan baik sehingga manjadi sampah yang
tidak bermanfaat tanpa adanya upaya untuk mendaur ulang menjadi
barang-barang serba guna yang menguntungkan dan dapat menjadi sumber penghasilan
4.3.3.1 Sasaran Penyediaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan
Sampah
Perlunya pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat kabupaten Sintang akan
hidup bersih, sehat , nyaman dan berkelanjutan, sehingga masyarakat dapat
berkerja dengan baik untuk memenuhi kebutuhan ekonominya khususnya di
lingkungan kumuh dan tertingga! khususnya pada pengelolaan persampahan di
setiap Ibu Kota Kecamatan.
4.3.3.2 Rumusan Masalah
1. Keterbatasan dana APBD Kabupaten Sintang
2. Keterbatasan alat dan personil pengelola persampahan
3. Lokasi/medan yang beragam membuat kendala pengelolaan sampah
4.3.4 Analisis Permasalahan dan Rekomendasi
4.3.4.1 Analisis Permasalahan
Kemajuan teknologi ikut memacu pertambahan volume sampah yang dihasilkan
akibat peningkatan kebutuhan masyarakat kabupaten Sintang. Semakin
banyaknya konsumsi masyarakat seperti makanan instan, makanan kaleng, atau
bahan-bahan non organik yang tidak dapat membusuk menambah kesulitan
tersendiri dalam hal pengolahan sampah. Mengingat bungkus atau buangan sisa
pembungkus yang tidak dapat terolah dengan baik akan berubah fungsi menjadi
sampah yang tidak bermanfaat.
Selama ini sampah-sampah tersebut terbuang percuma begitu saja menjadi
limbah tanpa ada yang perduli atau memanfaatkannya menjadi industi daur
ulang, dimana sebahagian sampah masih dapat diolah kembali menjadi
barang-barang serba guna yang menguntungkan dan dapat menjadi sumber penghasilan
baru bagi masyakat.
Tabel 4.9 Jumlah Produk Sampah per-Hari
No
Kecamatan Wilayah Luas
(km2)
Penduduk (jiwa)
(2006)
Perkiraan Penduduk
(jiwa) (2009)
Produk Sampah
L/hari (2006)
Perkiraan Produk Sampah L/hari (2009)
1 Serawai 2.127,50 21.293 25.000 25.028 25.666
2 Ambalau 6.386,40 14.566 16.000 26.014 26.676
No
Kecamatan Luas
Wilayah
Jumlah Simulasi 21.635,00 346.857 371.500 525.284 538.652
Jumlah Real Pelayanan
66.100 201.994
Dari 525.284 liter atau 525,284 m3 produk sampah yang dihasilkan setiap hari,
yang dapat dilayani baru sebanyak 66,10 m3 per hari (2015) yang artinya hanya
mencapai 12,58% dari total sampah yang dihasilkan per hari.
4.3.4.2 Rekomendasi
Mempertimbangkan kemampuan dan kebutuhan pengelolaan persampahan
maka perlu diupayakan penambahan dana kepada pemerintah pusat dan
propinsi untuk membantu pendanaan penyediaan PS persampahan di Kabupaten
Sintang karena PS persampahan yang ada hanya mampu melayani 12,58% dari
total jumlah sampah yang dihasilkan setiap hari. Untuk mencapai target 32,30%
pelayanan persampahan pada tahun 2010 maka perlu membangun dan
menambah PS persampahan terutama di daerah yang belum terlayani pengelola
persampahan.
4.3.5 Program Usulan
Operasi pengelolaan sampah di permukiman masyarakat adanya keterlibatan
aktif masyarakat, pengelola sampah dan pengembang perumahan terutama
dalam mengelola dan mengadakan sarana persampahan di lingkungan
permukiman. Ketentuan pengelolaan sampah:
1. Perencanaan, dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah rumah,
jumlah penduduk jumlah dan luas bagunan /fasilitas umum, besaran
timbunan sampah berdasarkan sumbernya.
2. Teknik Operasional, diusulkan dengan pengelolaan terpadu dengan
partisipasi masyarakat sesuai daerah pelayanan, linkungan, sosial
ekonomi, jumlah dan jenis timbunan sampah, melalui perwadahan,
pengumpulan, pemindahan di transfer depo, dan pengangkutan ke TPA.
Tabel 4.10 Sistem Pengelolaan Persampahan Yang Diusulkan
No Uraian Satuan Volume Keterangan
1 Pemgelolaan
Sistem pengelolaan Persampahan di
Kabupaten Sintang ditangani oleh Kantor Kebersihan dan Kebakaran Kabupaten Sintang dengan 14 buah sektor pelayanan untuk setiap kecamatan
2 Teknik Operasional
a. Cakupan Pelayanan % 50
b. Perkiraan Timbunan Sampah M3/hari 5000
c. Timbunan Sampah Yang Terangkut M3/hari
- Pemukiman M3/hari 5000
- Non Pemukiman M3/hari 5000
- Total M3/hari 10000
d. Kapasitas Pelayanan TPA M3/hari 25.000 (kapasitas total
25.000 m3)
e. Kapasitas Pelayanan TPS (TPS, Tong Plat, Bin Kontainer
M3/hari 10.000
f. Kapasitas Pelayanan Pengumpulan Sampah
M3/hari 10.000 2 DT
1 Arm Roll 4 Kontainer
3 Pembiayaan
a. Biaya pengelolaan
- Pengumpulan Sampah Rp/thn 2 milyard
- Pengelolaan Sampah Rp/thn 500 juta
b. Pendapatan Retribusi Rp/thn 250 juta
Tabel 4.11 Sistem Pengelolaan Persampahan yang Diusulkan
No
II PEMERINTAH
No
Pengelolaan Prasarana dan
Sarana Persampahan
Satuan Volume (Unit)
5. Pembuangan Akhir
a. Luas TPA Unit 14 100
8. Sarana Penunjang
a. Kantor Unit 14 7 7
b. Bengkel Unit 14 7 7
Tabel 4.12 Rincian Kebutuhan PS Persampahan Yang Diusulkan
4.3.5.1 Usulan dan Prioritas Program Pengelolaan Persampahan
Usulan dan prioritas Program Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Sintang
disusun setelah memperhatikan fungsionalisasi program dan urutan prioritas
penanganan yang diprogramkan dalam setiap kegiatan yang diperlihatkan pada
lampiran.
4.3.5.2 Usulan dan Prioritas Proyek Penyediaan Pengelolaan
Persampahan
Usulan dan prioritas proyek Penyediaan dan Pengelolaan Persampahan di
Kabupaten Sintang disusun setelah memperhatikan fungsionalisasi
proyek/urutan prioritas penanganan yang diprogramkan dalam setiap kegiatan
yang diperlihatkan pada lampiran.
4.3.5.3 Pembiayaan Proyek Penyediaan Pengelolaan
Pembiayaan proyek pengelolaan persampahan ini direncanakan meliputi seluruh
biaya pembangunan prasarana dan sarana persampahan yang baru oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten Sintang
melalui dana pendamping. Sedangkan biaya operasional dan pemeliharaan serta
penggantian alat dibiayai oleh Pemerintah Kabupaten Sintang - Kantor
Kebersihan dan Kebakaran Kabupaten Sintang melalui retribusi yang dipungut
dari masyarakat untuk PAD meliputi iuran yang ditentukan berdasarkan biaya
operasional harian rata-rata.
4.4 RENCANA SUB BIDANG AIR LIMBAH
4.4.1 Petunjuk Umum
4.4.1.1 Umum
Beban limbah yang semakin tidak terkontrol yang terus bertambah seiring
bertambahnya jumlah penduduk kelak dapat berubah menjadi kerawanan sosial,
menurunkan kualitas lingkungan hidup dan menurunkan produktifitas
masyarakat, sehingga perlu pembangunan dan pengolahan air limbah terpadu
Secara umum produksi air limbah di Kabupaten Sintang dihasilkan dari limbah
rumah tangga, karena masih sedikit industri di Kabupaten Sintang yang
beroperasi dengan memperhatikan Analisa Mengenai Darnpak Lingkungan
(AMDAL).
4.4.1.2 Pencapaian Pengelolaan Air Limbah dalam Rencana
Kabupaten Sintang
Pencapaian Pengelolaan Air Limbah di Kabupaten Sintang selama ini terbatas
hanya di Rumah Sakit Umum Ade M. Djoen. Selain itu belum ada pengelolaan air
limbah, sehingga selama ini air limbah dialirkan menyatu ke saluran drainase.
4.4.1.3 Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah
dalam Rencana Kabupaten Sintang
Industri yang ada saat ini di Kabupaten Sintang hanya industri/pabrik nenas dan
kopi yang limbahnya nyata-nyata adalah limbah organik, sehingga belum banyak
terjadi pencemaran lingkungan akibat air limbah industri, selain akibat air
limbah rumah tangga.
Mengingat terbatasnya alokasi dana Kabupaten Sintang, maka Pemerintah
Kabupaten Sintang mencoba mengusulkan ke Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Provinsi untuk membangun IPLT dan IPAL di beberapa lokasi IKK Kecamatan.
4.4.2 Rincian Pengelolaan Air Limbah
4.4.2.1 Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah
Sistem Sarana dan Prasarana Air Limbah yang ada sebanyak 1 (satu) unit Mobil
Truk Penyedot Tinja untuk melayani Kabupaten Sintang dan 1 (satu) unit IPAL
untuk melayani air limbah RSU Sintang dengan biaya operasional dan
pemeliharaan rutin oleh RSUD Sintang masih dalam keadaaan baik.
Tabel 4.13 Kondisi Sistem PS Pengelolaan Air Limbah
No Uraian Satuan Volume Keterangan
1 Pngelolaan
Dikelola oleh Kantor
Kebersihan & Kebakaran Kab. Sintang
2 Teknik Operasional
a. Cakupan layanan % 10
No Uraian Satuan Volume Keterangan c. Kapasitas layanan truk
sedot tinja
m3/hari 100
d. Kapasitas layanan IPAL m3/hari 100
3 Pembiayaan Biaya Kelola
a. Kelola Truk Rp/thn 50.000.000
b. Kelola IPAL Rp/thn 1.000.000.000
4.4.2.2 Aspek Pendanaan
Pembangunan sistem Sarana dan Prasarana Air Limbah yang ada 1 (satu) unit
IPAL bersumbar dari dana Pemerintah Provinsi yang ditujukan untuk melayani
air limbah RSUD dengan biaya operasional dan pemeliharaan oleh RSU Ade M.
Djoen.
4.4.2.3 Aspek kelembagaan Pelayanan Air Limbah
Pelayanan dan Pengelolaan Air Limbah, termasuk Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) di Kabupaten Siantang ditangani oleh kantor Lingkungan
Hidup Kabupaten Sintang.
4.4.3 Permasalahan
Selama ini pembuangan air limbah di Kabupaten Sintang menyatu melalui
saluran drainase dan terbuang ke sungai. Sekalipun banyak rumah tangga tidak
meimpunyai pengolah limbah sederhana, seperti septik tank, tetapi mengingat
limbah yang dikeluarkan banyak yang masih dapat hancur oleh alam maka
limbah itu masih dapat dikendalikan sekalipun air limbah itu menimbulkan bau
yang tidak sedap. Tetapi melihat pertambahan penduduk di Kabupaten Sintang
yang terus meningkat maka dipandang perlu mempersiapkan pembangunan
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dan Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) di beberapa titik lokasi permukiman penduduk, sehingga lingkungan
permukiman tetap sehat, tanpa mengganggu pembangunan perekonomian
dengan tetap meningkatkan keberlanjutan lingkungan yang sudah ada.
4.4.3.1 Sasaran Pengelolaan Prasarana dan Sarana Air Limbah
Sasaran Pengelolaan Prasarana dan Sarana Air Limbah berupa pembangunan
IPLT dan IPAL di Kabupaten Sintang diarahkan ke wilayah permukiman
beberapa wilayah yang belum memperoleh pelayanan pengolahan air limbah
untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.
4.4.3.2 Rumusan Masalah
Pembangunan dan Pengelolaan air limbah belum terarah dan terpadu karena air
limbah menyatu dengan air limpasan ke saluran drainase. Apabila saluran
drainase meluap, maka akan ikut serta meluapkan air limbah ke sekitarnya
sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap dan menjadikan lingkungan tidak
sehat.
4.4.4 Analisis Permasalahan dan Rekomendasi
4.4.4.1 Analisis Permasalahan
Selama ini air limbah yang dihasilkan oleh Kabupaten Sintang masih terkendali,
tetapi air limbah buangan ini dimasa akan datang akan menjadi masalah serius di
kabupaten ini yang dapat menimbulkan gejolak sosial di masyarakat. Sehingga
perlu segera dipersiapkan Suatu Sistem Pengolahan Air Limbah yang terpadu
dan terkoordinir.
Dengan anggapan semua air bersih terpakai akan menjadi air limbah, maka
Kabupaten Sintang menghasilkan air limbah sebanyak 19.698,15 ton (2010) dan
diperkirakan akan meningkat menjadi 20.199,450 ton per hari.
Dengan perkiraan jumlah penduduk sebesar 383.000 jiwa lebih dan anggapan
setiap jiwa menghasilkan limbah rumah tangga sekitar 75 liter per hari dan
sebahagian besar produksi limbah dihasilkan dari limbah rumah tangga, maka
diperkirakan produksi air limbah di Kabupaten Sintang sekitar 19.500 ton per
hari.
4.4.4.2 Alternatif Pemecahan Persoalan
Berdasarkan permasalahan yang timbul diatas maka Pemerintah Kabupaten
Sintang memandang perlu membangun Sistem-Sistem Pengelolaan Air Limbah
di Kabupaten Sintang, yang dalam hal ini diserahkan pengoperasiannya kepada
Badan Lingkungan Hidup dan Kantor Kebersihan dan Kebakaran Kabupaten
4.4.4.3 Rekomendasi
Melihat permasalahan air limbah pada Pemerintah Kabupaten Sintang maka
direkomendasikan agar:
• Dibuat sistem Pengelolaan air limbah yang terpadu dan terkoordinasi di bawah 1 (satu) badan pengelola air limbah.
• Pembangunan Prasarana dan Sarana Air Limbah
• Memisahkan saluran pembuangan air limbah dan saluran drainase
4.4.5 Program Usulan
Untuk mewujudkan Pembangunan Prasarana dan Sarana Air Limbah maka
Pemerintah Kabupaten Sintang telah memprogramkan pembangunan PS Air
Limbah yang meliputi:
1. Program Pengembangan Perencanaan Pengelolaan Air Limbah
2. Program perluasan Cakupan Pelayanan Air Limbah
3. Program Peningkatan Sistem Pengolahan Lumpur Tinja
4. Program Pengembangan Pembangunan PS Air Limbah Yang Bertumpu Pada
Partisipasi Masyarakat
5. Program pengelolaan Sistem Air Limbah terpadu Mendukung Perlindungan
Sumber Daya Air
6. Program Pengembangan Kapasitas Masyarakat dan Swasta
7. Program Pembangunan Kapasitas Pendanaan
8. Program Promosi Pengelolaan Air Limbah
9. Program Peningkatan Pengendalian Polusi
10.Program Pengembangan Kinerja Air Limbah
11. Program Pengembangan Inovasi Teknologi
4.4.5.1 Usulan dan Prioritas Proyek Pengelolaan Air Limbah
Tata Cara Penilaian Prioritas Proyek Pengelolaan Air Limbah dilihat dari:
• Pembangunan PS air limbah skala komunitas yang rawan sanitasi, seperti Pembangunan PS air limbah pada kawasan kumuh
• Pengembangan pelayanan sistem off-site (terpusat)/sewerage, seperti pada lokasi yang mempunyai sistem off-site, sehingga layanannya dapat
diperluas dan ditingkatkan
• Pengembangan pengelolaan sanitasi sistem on-site dengan instalasi pengolahan endapan lumpur tinja pada tangki septik
4.4.5.2 Pembiayaan Proyek Pengelolaan
Pembiayaan proyek pengelolaan prasarana dan sarana air limbah direncanakan
dibiayai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten
Sintang melalui dana pendamping. Sedangkan biaya operasional dan
pemeliharaan direncanakan dibiayai oleh Pemerintah Kabupaten Sintang - Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Sintang.
4.5 RENCANA INVESTASI SUB BIDANG DRAINASE
4.5.1 Petunjuk Umum
Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Sintang menimbulkan tekanan terhadap
ruang dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan, yang sebanding dengan
peningkatan volume buangan limbah rumah tangga. Hal ini mengakibatkan
perlunya pembangunan saluran drainase baru untuk dapat menyalurkan
peningkatan volume buangan akibat pertumbuhan penduduk. Belum lagi
pertambahan penduduk yang mengakibatkan pertambahan kawasann
permukiman yang mengakibatkan bertambahnya tekanan air tanah
Sehingga sebagian volume air akan masuk ke saluran drainase dan sungai yang
mengakibatkan semakin rendahnya kemampuan drainase yang sudah ada untuk
mengalirkan air.
Khususnya di Kota Sintang secara geografis merupakan pertemuan antara dua
sungai besar yaitu sungai Kapuas dan Sungai Melawi. Akibat dari keadaan itu
sering terjadi banjir di kawasan bantaran sungai dan kawasan perkotaan yang
memiliki elevasi permukaan tanah yang rendah. Genangan banjir yang sering
4.5.1.1 Pencapaian Drainase dalam RPIJMKabupaten Sintang
Pembangunan Drainase di Kabupaten Sintang dilaksanakan dan diutamakan
pada wilayah/kawasan yang padat penduduk terutama di Ibukota Kecamatan
dan pada kawasan tertentu yang memiliki tangkapan/ genangan. Muara dari
Pembuangan saluran Drainase tersebut diarahkan ke Aliran Sungai yang ada di
Kabupaten Sintang.
4.5.1.2 Kebijakan, Program dan Kegiatan Drainase dalam RPIJM
Kabupaten Sintang
Dalam rangka pengelolaan drainase maka Pemerintah Kabupaten Sintang
mengambil kebijakan yakni:
• Pelaksanaan sosialisasi tentang pentingnya saluran drainase bagi lingkungan sehingga masyarakat mau ikut serta memelihara dan membersihkan saluran
drainase
• Mencanangkan sistem gotong royong untuk pembersihan drainase
• Membangun saluran drainase baru khususnya di lokasi yang memiliki potensi menimbulkan genangan
• Melakukan pemeliharaan bangunan drainase
4.5.2 Rincian Penyediaan Drainase
Pembangunan Saluran Drainase beton di Kabupaten Sintang selama ini terbatas
sebagian besar Cuma berada diinti kota, IKK kecamatan dan disebelah
kiri/kanan jalan dari beberapa jalan menuju IKK kecamatan dan saluran
drainase tanah dan dibeberapa jalan menuju IKK kecamatan yang sebagian
diantaranya ada yang sudah rusak karena beban penyaluran yang melebihi
kapasitas dan akibat bencana alam.
4.5.2.1 Kondisi Sistem Drainase yang Ada
Drainase yang ada di Kabupaten Sintang banyak yang telah rusak dan tidak
tersistem dengan baik akibat sistem tercampur yakni limpasan air hujan,
rembesan air tanah dan buangan air limbah yang menyatu dan akibat seringnya
4.5.2.2 Kelembagaan
Pembangunan drainase permukiman di Kabupaten Sintang selama ini dikelola
oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Sintang untuk
seluruh kawasan, sedangkan pembersihannya dilakukan oleh Dinas Kebersihan
dan Kebakaran Kabupaten Sintang.
4.5.2.3 Keuangan
Mengingat keterbatasan dana, maka Pemerintah Kabupaten Sintang selama ini
membangun saluran drainase di lokasi/daerah yang banyak genangan khususnya
diinti kota, dengan tetap mengusulkan tambahan dana dari pemerintah pusat
dan pemerintah provinsi.
4.5.3 Permasalahan yang Dihadapi
Secara umum permasalahan yang sering dihadapi dalam penanganan drainase
adalah menurunnya perhatian pengelola pembangunan bidang drainase
khususnya mengenai masalah operasi dan pemeliharaan drainase yang sudah
ada, pola pikir dan kesadaran masyarakat yang rendah.
Permasalahan drainase yang sudah ada yakni:
• Muka Air tanah yang rendah di Kabupaten Sintang, sehingga limpahan air tanah masuk ke saluran drainase sehingga memperkecil volume dan
kapasitas saluran drainase yang sudah ada.
• Operasional dan pemeliharaan drainase tidak ada
• Peningkatan daya tampung dan pertambahan saluran drainase tidak sebanding dengan pertumbuhan jumlah penduduk
• Pola pikir dan kesadaran masyarakat yang rendah, diantaranya masyarakat sering membuang sampah di saluran drainase sehingga mengakibatkan
pengaliran air di saluran drainase tersumbat
4.5.3.1 Permasalahan Sistem Drainase yang Ada
Permasalahan system drainase yang sudah ada yakni:
• Belum adanya suatu system yang terpadu untuk system pengelolaan drainase, karena selama ini sistem yang digunakan adalah sistem drainase tercampur
• Perlunya dana yang besar diluar kemampuan Pemerintah Kabupaten Sintang untuk melakukan penataan ulang sistem drainase yang sudah ada
4.5.3.2 Sasaran Drainase
Sasaran Pengembangan drainase yakni: Saluran Drainase Utama, Sekunder,
Tersier dan Pembagi di Wilayah Permukiman.
4.5.3.3 Rumusan Masalah
Permasalahan utama perihal drainase di Kabupaten Sintang yakni:
• Kapasitas saluran dratnase lama tidak mencukupi untuk penyaluran air buangan dari air tanah dan air limbah
• Kurangnya dana untuk membangun dan merevitalisasi saluran drainase
• Kurangnya dana untuk membangun dan merevilitasi saluran darainase
• Kurangnya pemeliharaan saluran drainase akibat tidak ada dana pemeliharaan saluran setelah pembangunan drainase
• Kurangnya kesadaran dan peran serta masyarakat dalam pemeliharaan dan pengelolaan saluran drainase di sekitarnya
• Permukiman yang padat sehingga tidak adanya lahan di sisi kiri/kanan jalan yang bisa dimanfaatkan untuk pembangunan saluran drainase
4.5.4 Analisis Permasalahan dan Rekomendasi
4.5.4.1 Analisis Kebutuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kebutuhan drainase yakni:
• Jumlah Penduduk : 390.776 jiwa
• Tingkat pertumbuhan penduduk : 1,74%
• Sebaran Penduduk dan permukiman : 17 jiwa/km2
• Kemiringan tanah : bervariasi
• Ketinggian lokasi/daerah : 100 – 900 m
• Ketinggian muka air tanah : 5 – 100 m
• Daya resapan air :
4.5.4.2 Analisis Sistem Drainase
Gambar 4.7: Sistem Drainase Yang Sudah Ada
Gambar 4.8: Sistem Drainase Yang Diusulkan
4.5.4.3 Analisis Jaringan Drainase
Belum adanya jaringan yang terpadu dan terpola dengan baik membuat
banyaknya kesembrawutan pola pembangunan sistem jaringan drainase di
Kabupaten Sintang. Sehingga dipandang perlu dibuat suatu masterplan baru
untuk penataan ulang kembali sistem pengelolaan drainase. Selain itu perlu
dibangun permukian baru untuk mengantisipasi panyaluran air buangan dan air
limpasan
Pengelolaan Pembangunan: Dinas Kimpraswil, Dinas PU
Pemeliharaan/Operasional Kantor Kebersihan dan Pertambangan
Pengelola Pembangunan: Pemerintah rovinsi Pemerintah Pusat
Limpasan Air Hujan,
Air Tanah,
Pemerintah Kabupaten, Provinsi Pemerintah PusatPemeliharaan/Operasional Kantor Kebersihan dan Pertambangan
Pengelola Pembangunan: Pemerintah rovinsi Pemerintah Pusat
Limpasan Air Hujan,
Air Tanah,
Air Limbah
Saluran
Drainase
Sungai
Saluran Drainase Permukiman
(Tertier)
Saluran Drainase (Sekunder)
Saluran Drainase
(Primer) Sungai Danau/
Laut Pengelola Pembangunan
Pemerintah Propinsi, Pemkab, Pemerintah Pusat
Pengelola Pembangunan
Pemerintah Propinsi & Pemerintah Pusat
Pemeliharaan / operasional KKDK Kab. Sintang
Pemeliharaan / operasional
Pemkab, Pemprop, Pemerintah Pusat
Gambar 4.9 Jaringan drainase yang sudah ada
4.5.4.4 Analisis Ekonomi
Ekonomi positif yang timbul akibat pembangunan dan perbaikan drainase, baik
akibat langsung maupun akibat tidak langsung yakni:
• Pengaliran air buangan menjadi lancar
• Lalu lintas menjadi lancar
• Prasarana transportasi jalan lebih terawat
• Terlaksananya pergerakan ekonomi masyarakat
• Terselenggarakannya pemerintahan, dll
4.5.4.5 Alternatif Penyelesaian Masalah
Beberapa alternatif penyelesaian masalah drainase di Kabupaten Sintang, yakni:
• Dilakukannya Kajian Penyusunan Rencana Induk Sistem dan Jaringan Drainase di Kabupaten Sintang
• Pembangunan sistem dan jaringan drainase baru dengan tetap memanfaatkan sistem dan jaringan drainase lama
4.5.4.6 Rekomendasi
Perlunya Pembuatan Master Plan Sistem dan Jaringan Drainase yang Baru
menata ulang Sistem dan Jaringan Drainase di Kabupaten Sintang dan karena
perlunya dana yang sangat besar dalam penataan ulang PS drainase maka
diperlukan pembangunan yang bertahap.
Melanjutkan Sistem dan Pengelolaan drainase lama memperluas cakupan
4.5.4.7 Upaya Kelola Lingkungan/Upaya Pemantauan Lingkungan
(UKL/UPL)
Selama Perencanaan dan Pengeloiaan Sistem dan Jaringan Drainase haruslah
tetap memperhatikan Kondisi Lingkungan dan mengikutsertakan partisipasi
masyarakat disekitar lokasi agar terpantau dengan jelas sehingga pembangunan
lebih terarah dan lebih bermanfaat bagi masyarakat Kabupaten Sintang.
4.5.5 Sistem Drainase yang Diusulkan
4.5.5.1 Usulan dan Prioritas Program
Untuk mewujudkan Pembangunan Prasarana dan Sarana Drainase maka
Pemerintah Kabupaten Sintang memprogramkan pembangunan permukiman
yang meliputi:
• Program Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-gorong
• Program Pengendalian Banjir
4.5.5.2 Usulan dan Prioritas Proyek Penyediaan Drainase
Usulan dan prioritas proyek Penyediaan Drainase di Kabupaten Sintang disusun
setelah memperhatikan fungsionalisasi proyek dan urutan prioritas penanganan
kegiatan seperti diperfihatkan pada lampiran.
4.5.5.3 Pembiayaan Proyek Penyediaan Drainase
Pembiayaan Proyek Penyediaan Drainase di Kabupaten Sintang untuk Tahun
Anggaran 2015-2019 direncanakan bersumber dari dana APBD Kabupaten, dana
Provinsi dan Pusat
4.6 RENCANA INVESTASI PENGEMBANGAN AIR MINUM
Air Minum merupakan kebutuhan dasar manusia, tetapi pertambahan jumlah
penduduk membuat kebutuhan air minum juga semakin bertambah dan
mendesak untuk segera dibangun. Kewajiban Pemerintah dalam pemenuhan
hak-hak dasar manusia seperti air minum, sehingga Pemerintah perlu
memfasilitasi Pembangunan dan Pengembangan Sistem Air Minum (SPAM)
khususnya bagi masyarakat pedesaan yang selama ini memperoleh pelayanan
otomatis akan mengangakat derajat kesehatan dan tingkat kehidupan
masyarakat, sehingga dapat menggerakkan perekonomiannya.
Adanya Millenium Development Goal (2010-2015) memacu Pemerintah untuk
meningkatkan pelayanan SPAM di wilayah perkotaan hingga mencapai 98%, di
wilayah IKK mencapai 95%, dan di wilayah Pedesaan mencapai 70%.
Untuk itu Pemerintah Kabupaten Sintang secara bertahap telah memprogramkan
Pembangunan Prasarana dan Sarana Air Bersih yang direncanakan
pendanaannya melalui Dana Pusat, Propinsi maupun Dana Alokasi Umum
Kabupaten Sintang khususnya bagi masyarakat yang belum memperoleh layanan
air bersih dan kawasan pemukiman pedesaan yang umumnya tinggal di dataran
tinggi dan berbukit harus mengambil air bersih jauh ke sumber air.
4.6.1 Petunjuk Umum
Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) bidang Prasarana
dan Sarana Air Minum ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan
air minum untuk hidup sehari-hari dan meningkatkan akses pelayanan air
minum guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Sintang
khususnya di pemukiman masyarakat kumuh dan tertinggal di Kabupaten
Sintang yang kesulitan atau belum dapat memperoleh dan menikmati air bersih.
Yang pengelolaannya dapat dikelola oleh masyarakat pengguna SPAM itu sendiri
dalam skala komunal, operasional dan pemeliharaan yang mudah dan ekonomis,
khususnya bagi desa/kelurahan yang belum pernah mendapat pelayanan air
minum.
Sesuai Millenium Development Goals (MDGs), Ditjen Cipta Karya Kementrian
PUPR bersama Pemerintah Kabupaten Sintang berusaha mewujudkan dan
mengurangi jumlah masyarakat yang belum mempunyai akses air minum dengan
meningkatkan pelayanan air minum di perdesaan dan perkotaan khususnya
masyarakat miskin di daerah rawan air yang direncanakan bertahap serta
meningkatkan keikutsertaan swasta dalam investasi pembangunan SPAM.
4.6.2 Kondisi Pelayanan Air Minum
4.6.2.1 Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Prasarana dan
Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Prasarana dan Sarana (PS) Air Minum di
Kabupaten Sintang dilakukan dengan Sistem Perpipaan dan Sistem Non
Perpipaan
Table 4.1 Kondisi SPAM di Kabupaten Sintang
No Tolok Ukur Keterangan
1 Tingkat Pelayanan Kurang
2 Kualitas air minum Kurang
3 Kuantitas air minum Kurang
4 Kontinuitas air minum Tidak dapat dijamin
5 Pendanaan DAK, BKP-Prov, APBD Kab
6 Lembaga pengelola air minum PDAM dan Swadaya masyarakat
pedesaan
Cakupan layanan air minum pada derah perkotaan di Kabupaten Sintang baru
mncapai 42,47%. Adapun data Sumber Air Baku dan SPAM di Kabupaten
Sintang dapat dilihat pada lampiran.
4.6.2.2 Sistem Non Perpipaan
Akses air minum non perpipaan terlindung di Kabupaten Sintang diupayakan di
sejumlah desa/ kelurahan atau sekitar ibu kota kecamatan dengan cara
kampanye/percontohan / stimulan dan dana bergulir. Pelayanan air minum
dengan sistem non perpipaan yang terlindungi baru mencapai 2,25%.
4.6.2.2.1 Aspek Teknis
Aspek teknis yang dipengaruhi oleh:
• Panjang dan jarak sumber
• Kapasitas sumber
• Higienis
4.6.2.2.2 Aspek Pendanaan
Aspek pendanaan yang dipengaruhi oleh:
• Kemampuan/tingkat ekonomi masyarakat
• Kemampuan dana pemerintah
4.6.2.2.3 Aspek Kelembagaan dan Peraturan
Aspek Kelembagaan dan Peraturan yang dipengaruhi oleh:
• Badan Pengelolan Air Minum
4.6.2.3 Sistem Perpipaan
Sistem penyediaan air minum perpipaan dilaksanakan oleh PDAM
Sintang dan telah dilakukan penambahan unit pelayanan dan diupayakan
meningkat untuk wilayah perkotaan menjadi 98%, wilayah IKK menjadi 95%,
dan wilayah pedesaan menjadi 70% (sesuai MDGs). Pelayanan air minum
dengan sistem non perpipaan yang terlindungi baru mencapai 20,22%.
4.6.2.3.1 Aspek Teknis
Aspek teknis yang dipengaruhi oleh:
• Panjang dan jarak sumber
• Kapasitas sumber
• Higienis
4.6.2.3.2 Aspek Pendanaan
Aspek pendanaan yang dipengaruhi oleh:
• Kemampuan/tingkat ekonomi masyarakat
• Kemampuan dana pemerintah
4.6.2.3.3 Aspek Kelembagaan dan Peraturan
Aspek Kelembagaan dan Peraturan yang dipengaruhi oleh:
• Badan Pengelolan Air Minum
• Kebijakan pemerintah
4.6.3 Permasalahan
Permasalahan SPAM yang terjadi di Kabupaten Sintang yakni:
• Keterbatasan dana pemerintah dalam mengelolan dan membangun sistem pembangunan dan pengelolaan air bersih berskala besar
• Kemampuan pengelolan air minum PDAM masih terbatas perihal pengembangan pelayanan air minum di Kabupaten Sintang
• Adanya sumber air yang berlimpah tetapi tidal dapat diolah dengan baik untuk dijadikan air minum mengingat selama ini pengolahan air minum
dilakukan dengan cara konvensional
• Untuk memenuhi kebutuhan air di pedesaan, masyarakat berupaya dengan cara swadana untuk membangun sumur bor bagi keluarga yang mampu, ada
secara berkelompok dan dengan bantuan putra daerah yang telah berhasil di
daerah perantauan
4.6.3.1 Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Prasarana dan Sarana
(PS) Air Minum
Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Prasarana dan Sarana (PS) Air Minum di
Kabupaten Sintang dilakukan dengan Sistem Perpipaan dan Sistem Non
Perpipaan
4.6.3.2 Rumusan Masalah
Masalah Utama perihal Air Minum adalah kurangnya pembiayaan pembangunan
sarana dan prasarana Air Minum di tengah berlimpahannya sumber air yang
dapat diolah dan dimanfaatkan, sehingga banyak masyarakat Kabupaten Sintang
yang tidak dapat menikmati Air Minum (Air Bersih yang layak dikonsumsi sesuai
standard kesehatan) yang dapat mengakibatkan semakin rendahnya tingkat
kesehatan masyarakat Sintang.
4.6.4 Analisis dan Rekomendasi
4.6.4.1 Analisis Kebutuhan Prasarana Air Minum
Sesuai standar kesehatan bahwa kebutuhan air bersih sebanyak 60
Ltr/orang/hari, maka dari tabel diperoleh bahwa kebutuhan air bersih di
Kabupaten Sintang saat ini mencapai 4.151.704 liter/hari atau 48 liter/det dan
kebutuhan air bersih hingga tahun 2015 diperkirakan mencapai 4.231.912
liter/hari atau 48,98 liter/det dengan asumsi bahwa tidak ada air bersih
terbuang.
Tabel 4.15 Analisa Kebutuhan Air Minum Tahun 2015
No Kecamatan
Luas Wilayah Daratan
(km2)
RT
Penduduk 2015 (jiwa)
Kebutuhan air minum 12
ltr/hr (2015)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Serawai 2.127,50 4905 22.976 255.516
No Kecamatan
Total 21.635,00 78.596 390.796 4.154.532
4.6.4.1.1 Analisis Kondisi Pelayanan Air Minum
Tabel 4.16 Analisis Kondisi Pelayanan Air Minum
No /Sumber Air Kecamatan 10 Sungai Tebelian
- Rarai
13 Ketungau Tengah
- Gut Jaya Bakti 14 Ketungau Hilir
- Setungkup
beberapa kecamatan di Kabupaten Sintang telah rusak, sehingga perlu
perbaikan sedangkan masyarakat di beberapa kecamatan lain tidak
memperolah pelayanan SPAM.
4.6.4.1.2 Analisis Kebutuhan Air Bersih
Tabel 4.17 Analisis Kebutuhan Air Bersih Tahun 2015
No Kecamatan
12 Ketungau Hilir 21.674 23.183 1.480.050 1.518.750
13 Ketungau Tengah 29.264 31.301 1.983.300 2.062.500
14 Ketungau Hulu 21.087 22.555 1.413.750 1.518.750
Total 390.796 419.065 25.965.825 27.862.500
Sesuai standar kesehatan bahwa kebutuhan air bersih sebanyak 75/ltr/org/hari,
maka dari tabel diatas diperoleh bahwa kebutuhan air bersih sebanyak
25.965.825 ltr/hari atau 300 ltr/det dan kebutuhan air bersih hingga tahun 2019
diperkirakan 27.862.500 ltr/hari atau 322,48 ltr/det dengan asumsi bahwa tidak
ada air bersih yang terbuang.
4.6.4.2 Analisis Sistem Prasarana dan Sarana Air Minum
Dari tabel dapat dilihat besar kapasitas sumber dan besar target kapasitas
masyarakat yang dilayani. Bahwa untuk beberapa kecamatan diperlukan
penambahan unit produksi pada sumber air yang telah terpasang dan untuk
beberapa kecamatan lagi diperlukan rehabilitasi SPAM untuk peningkatan
produksi air minum dan sebagian perlu Pembangunan Unit Produksi SPAM
baru.
Tabel 4.19: Analisa SPAM