BAB VI
KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI KABUPATEN/KOTA
6.1 Kerangka Kelembagaan Kota Tomohon
Penanganan prasarana dan sarana bidang keciptakaryaan di Kota Tomohon dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya Kota Tomohon yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya Kota Tomohon sesuai dengan kewenangan desentralisasi di daerah.
Untuk mendukung dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, semua tugas tersebut telah terbagi habis dalam bidang dan seksi serta unit pelaksana teknis. Susunan organisasi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya Kota Tomohon terdiri dari:
a.
Kepala Dinas;
b.
Bagian Sekretariat:
1)
Sub Bagian Umum dan Perlengkapan;
2)
Sub Bagian Keuangan dan Aset;
3)
Sub Bagian Kepegawaian dan Hukum
c.
Bidang Cipta Karya:
1)
Seksi Perencanaan dan Pengaturan;
2)
Seksi Pengelolaan dan Pembangunan;
3)
Seksi Pengendalian dan Pembinaan.
d.
Bidang Bina Marga:
1)
Seksi Perencanaan dan Pengaturan;
2)
Seksi Pengelolaan dan Pembangunan;
3)
Seksi Pengendalian dan Pembinaan
4)
Seksi Operasi dan Pemeliharaan Peralatan
e.
Sumber Daya Air:
1)
Seksi Perencanaan dan Pengaturan;
2)
Seksi Pengelolaan dan Pembangunan;
3)
Seksi Pengendalian dan Pembinaan
f.
Bidang Kebersihan dan Pertamanan:
1)
Seksi Kebersihan dan Persampahan;
g.
Unit Pelaksana Teknis Dinas:
1)
UPTD Wilayah I Manado
–
Bitung - Minut;
2)
UPTD Wilayah II Tomohon
–
Minahasa
–
Minsel - Mitra;
3)
UPTD Wilayah III Bolaang Mongondow;
4)
UPTD Wilayah IV Sangihe;
5)
UPTD Wilayah V Talaud;
Struktur Organisasi
Kepala Dinas : JOICE C. L. TAROREH, ST, MSi/NIP. 19710926 199603 2 005
Sekretaris : Drs. G. E. M TANGKAWAROW/NIP. 19660527 199703 1 004
Kabid CK : YETTY M. R. SARUAN, ST/NIP. 19720907 200212 2 005
IR. ENOS A. A. PONTORORING, MSi NIP. 19630418 199603 1 001
KEPALA BIDANG CIPTA KARYA
DEBBY CH. KOJONGIAN, ST NIP. 19711205 200212 2 005
SEKRETARIS
MARTHEN T. WENUR, ST
NIP. 19650306 199803 1 006
KEPALA SEKSI
PENGELOLAAN DAN PEMBANGUNAN
IVONNE G. J. PALIT, ST
NIP. 560 016 910
KEPALA SEKSI
PENGENDALIAN DAN PEMBINAAN ALEX PONTOH, AMd
NIP. 19580907 198909 1 002
P E L A K S A N A
JERRY E. ITEM, ST NIP. 19770328 200802 1 001
YOANE M. I. PITOY, ST NIP. 19810129 201001 2 002
P E L A K S A N A
TARCISIUS N.I. TUJU, SST NIP. 19680627 198909 1 002
WULAN M. D. KALESARAN, ST NIP. 19831206 201001 2 007
P E L A K S A N A
ARGEMIRO S.L TULANDI, ST NIP.19820614 201101 1 001
ALEX KALALO NIP. 19620910 199403 1 005
Kasie Perencanaan dan Pengaturan : JOHNNEDDY H. ERING, SST/NIP. 19690128 198909 1 001
Pelaksana : 1. ARGEMIRO S. L. TULANDI, ST/NIP. 19820416 201102 1 001
Kasie Pengelolaan dan Pembangunan : MARIANA K. KOJONGIAN, ST/NIP. 19720914 201001 2 002
Pelaksana : YOANE M. I. PITOY, ST/NIP. 19810129 201001 2 002
Kasie Pengendalian dan Pembinaan : TARCISIUS N. I. TUJU, SST/NIP. 19680627 198909 1 002
Pelaksana : 1. WULAN M. D. KALESARAN, ST/NIP. 19831206 201001 2 007
2.
ALEX KALALO/NIP. 19620910 199403 1 005
Tabel 6.1 Jumlah, Kualitas Karyawan dan Kebutuhan Pelatihan
Nama
Nama
Tabel Error! No text of specified style in document..2 Latar Belakang Manajemen yang Menduduki
Jabatan Struktural di BAPPEDA, Dinas PU, Dinas Kebersihan, BPLH & PDAM Kota Tomohon
Nama
Struktural Golongan Umur
Tingkat
Tabel 6.3 Peralatan Kantor dan Kendaraan Bermotor
Jenis Peralatan Kantor dan Kendaraan Bermotor
Jumlah (Unit)
Kondisi Pemanfaatan Keterangan Baik Kurang Cukup
Padat
Peralatan Kantor
Luas Lantai Ruang Kantor (m2)
7.4.1
Kondisi Kelembagaan Non Pemerintah
Upaya memperkuat tugas dan fungsi regulator dan operator penyelenggaraan SPM (Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya Daerah, UPT, kelompok masyarakat) di Kota Tomohon dilakukan dengan cara meningkatkan sumber daya manusia yang ada melalui: pelatihan; peningkatan kualitas air minum, memperkuat fungsi dinas-dinas terkait, memperkuat PDAM, membentuk UPT/ BLU, memberdayakan kelompok masyarakat, dst.
Upaya memperkuat prinsip kepengusahaan pada lembaga penyelenggaraan (PDAM) di Kota Tomohon dilakukan melalui penyehatan PDAM, regionalisasi PDAM, penyesuaian tarif, peningkatan SDM, dst.
Upaya penyusunan peraturan perundang-undangan (Perda, dll) yang berkaitan dengan penyelenggaraan SPAM di Kota Tomohon dilakukan dengan cara penyusunan PERDA/ mengimplementasikan Peraturan Menteri (Permen) yang ada menjadi PERDA dan mengimplementasikan NSPM,dst.
Tabel 6.4 Kondisi Kelembagaan Non Pemerintah Terkait dengan RPIJM
Drainase
7.1
Masalah, Analisa dan Usulan Program
7.3.1
Masalah yang Dihadapi
Masalah yang dihadapi dalam kelompok-kelompok lembaga antara lain:
➢
Belum optimalisasi pelaksanaan fungsi organisasi dari lembaga penyelenggara
RPIJM yang meliputi tugas dan wewenang dan tanggung jawab instansi. Selain
itu masih-masing instansi yang terlibat dalam penyelenggaraan RPIJM di Kota,
yaitu BAPPEDA, Dinas PU, Dinas Kebersihan, PDAM dan BPLH minim dalam
melakukan koordinasi;
➢
Ketatalaksanaan penyelenggaraan RPIJM di instansi pemerintah Kota
Tomohon masih belum efektif dan kurang jelas;
➢
Sumber daya manusia yang penyelenggara RPIJM kualitasnya sudah baik
namun kurangnya kuantitas dalam hal pembinaan dan pelatihan;
➢
Sarana penunjang berupa prasarana kantor baik dari segi kualitas dan
kuantitas dirasa masih kurang dalam menunjang kegiatan.
6.3.2
Analisis Permasalahan
Analisis permasalahan yang dipergunakan dalam mengakji masalah kelembagaan di Kabupaten Minahasa antara lain menyangkut:
➢
Analisis organisasi yang digunakan adalah analisis SWOT (Strenght, Weakness,
Opportunity, Threat);
➢
Analisis mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku;
➢
Analisis mengacu kepada kebutuhan penyelenggaraan RPIJM.
Tabel 6.5 Analisis SWOT
STRATEGI
Strength (Kekuatan) (S) Weakness (Kelemahan) (W)
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Threats (T) Strategi ST Strategi WT
7.4.2
Usulan Program
Usulan program untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan ini antara lain dengan:
➢
Optimalisasi Pelaksanaan Fungsi Organisasi, dimana setiap instansi terkait
penyelenggaraan
RPIJM
sudah
dapat
menguraikan
tentang
rincian
kewenangan, tugas dan tanggung jawab instansi yang terkait dengan
penyelenggaraan pembangunan prasarana kota.
➢
Ketatalaksanan Penyelenggaraan RPIJM di instansi pemerintah, menguraikan
kebutuhan pembentukan peraturan daerah baru untuk mendukung
penyelenggaraan program pembangunan prasarana kota di Kota Tomohon.
➢
Peningkatan Sumber Daya Manusia
Untuk mewujudkan pelaksanaan pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) di bidang keciptakaryaan perlu disiapkan sumber daya manusia (SDM) dari aparatur yang menangani bidang keciptakaryaan tersebut.Peningkatan SDM dapat melalui pendidikan formal maupun non formal atau pelatihan singkat dan kursus-kursus teknis yang mendukung tugas pokok dan fungsi sehingga mendapatkan SDM yang profesional sesuai dengan bidangnya.Untuk mendukung peningkatan SDM ini perlu didukung oleh komitmen Pemerintah Daerah dalam peningkatan profesionalisme aparatur sehingga pelaksanaan program yang tertuang dalam RPIJM dapat terlaksana sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Selain itu juga menguraikan tentang usulan penambahan tenaga atau mengusulkan kebutuhan training.
➢
Peningkatan Prasarana dan Sarana Kerja
Dimana program kegiatan peningkatan prasarana dan sarana kerja merupakan
usulan tentang penambahan kebutuhan akan prasarana dan peralatan yang
dibutuhkan di Kota Tomohon.
i.
Potensi dan persoalan terkait dengan organisasi dan tata laksana
pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya
Penataan dan penguatan organisasi merupakan Program ke-3 dari
Sembilan ProgramReformasi Birokrasi. Keorganisasian yang dimaksud
dalam pedoman ini adalahstruktur, tugas, dan fungsi pemerintah daerah
yang menangani bidang Cipta Karya.
Untuk mengetahui kondisi dari keorganisasian bidang cipta karya,
1. Peraturan Daerah yang menjadi dasar penetapan Struktur Organisasi
Pemerintah Kabupaten/Kota.
2. Gambaran struktur organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota saat ini.
3. Gambaran struktur organisasi instansi yang menangani urusan bidang
Cipta Karya saat ini.
4. Penjelasan tentang tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya
dalam Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota.
Penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk
peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu
dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat
daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan
dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan
produktifitas dan kinerja.
Secara internal, keorganisasian urusan pemerintah bidang keciptakaryaan,
perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi
dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk
masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan
hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam
keorganisasian urusan keciptakaryaan, maupun untuk hubungan kerja
lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau
duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin
keselarasan program dankegiatan antar perangkat daerah.
Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di
dalam Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah
Kabupaten/kota, khususnyamenyangkut tupoksi dari masing-masing
instansi pemerintah bidang keciptakaryaan.
Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja,
perlu dilengkapi dengan tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan
kerja, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan
tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan
tugasnya. Dengan mengisi table berikut bisa dicantumkan inventarisasi
ii.
Analisis kebutuhan SDM dibandingkan dengan kondisi eksisting
Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem
manajemen SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan
Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari
segi kuantitas tetapi juga kualitas. Bagian ini menguraikan kondisi SDM di
keorganisasian instansi yang menangani bidang Cipta Karya.
Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui
permasalahan SDM bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja
organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya.
Dalam proses analisis SDM, beberapa pertanyaan kunci yang dapat
dijawab adalah sebagai berikut :
1. Apakah SDM yang tersedia sudah memenuhi kebutuhan baik dari segi
jumlah maupun kualitas dalam perangkat daerah, khususnya di bidang
Cipta Karya?
2. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam manajemen SDM perangkat
kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?
3. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
kualitas dan kuantitas SDM organisasi, khususnya yang terkait dengan
bidang cipta karya?
6.2 Kerangka Regulasi
Bagian ini berisikan gambaran umum kerangka regulasi yang sudah ada dan
regulasi yang diperlukan Daerah dalam pelaksanaan tugas, fungsi, serta
kewenangannya pada pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya.
Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan
dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPI2-JM pada pemerintahan
kabupaten/kota.
1.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya,
daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi,
maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui
Pemerintah Daerah.
Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah
adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri.
Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan
faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupantugas yang meliputi
sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah
kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang
bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana
penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah
bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.
2.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan
PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang
wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban
untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.
PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada
Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta
Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi
“(1) Urusan wajib
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusanpemerintahan yang
wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan
daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar.(2) Urusan wajib
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang
pekerjaan umum”.
Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang
wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPI2-JM
sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah,
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
3.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi
Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan,
Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang
diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan
paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 subbagian dan
masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.
Gambar 6.1 Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota
4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014
Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya.
Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi.Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand
Design Reformasi Birokrasi 2010-2025
2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada
pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap danberkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini
memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.
Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar
birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM).
Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :
1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;
2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;
3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;
4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;
5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan system rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;
6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);
8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.
9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.
Gambar 6.2 Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010-2014 Cipta Karya
6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional
Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.
Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Keciptakaryaan. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPI2-JM Bidang Cipta Karya.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum
Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU.Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah
Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah.Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda).Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.
9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasaruntuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standarpelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang keciptakaryaan, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.
10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil
Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya.