• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI KABUPATENKOTA - DOCRPIJM a329879de1 BAB VIBAB 6

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB VI KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI KABUPATENKOTA - DOCRPIJM a329879de1 BAB VIBAB 6"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI

KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI KABUPATEN/KOTA

6.1 Kerangka Kelembagaan Kota Tomohon

Penanganan prasarana dan sarana bidang keciptakaryaan di Kota Tomohon dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya Kota Tomohon yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya Kota Tomohon sesuai dengan kewenangan desentralisasi di daerah.

Untuk mendukung dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, semua tugas tersebut telah terbagi habis dalam bidang dan seksi serta unit pelaksana teknis. Susunan organisasi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya Kota Tomohon terdiri dari:

a.

Kepala Dinas;

b.

Bagian Sekretariat:

1)

Sub Bagian Umum dan Perlengkapan;

2)

Sub Bagian Keuangan dan Aset;

3)

Sub Bagian Kepegawaian dan Hukum

c.

Bidang Cipta Karya:

1)

Seksi Perencanaan dan Pengaturan;

2)

Seksi Pengelolaan dan Pembangunan;

3)

Seksi Pengendalian dan Pembinaan.

d.

Bidang Bina Marga:

1)

Seksi Perencanaan dan Pengaturan;

2)

Seksi Pengelolaan dan Pembangunan;

3)

Seksi Pengendalian dan Pembinaan

4)

Seksi Operasi dan Pemeliharaan Peralatan

e.

Sumber Daya Air:

1)

Seksi Perencanaan dan Pengaturan;

2)

Seksi Pengelolaan dan Pembangunan;

3)

Seksi Pengendalian dan Pembinaan

f.

Bidang Kebersihan dan Pertamanan:

1)

Seksi Kebersihan dan Persampahan;

(2)

g.

Unit Pelaksana Teknis Dinas:

1)

UPTD Wilayah I Manado

Bitung - Minut;

2)

UPTD Wilayah II Tomohon

Minahasa

Minsel - Mitra;

3)

UPTD Wilayah III Bolaang Mongondow;

4)

UPTD Wilayah IV Sangihe;

5)

UPTD Wilayah V Talaud;

Struktur Organisasi

Kepala Dinas : JOICE C. L. TAROREH, ST, MSi/NIP. 19710926 199603 2 005

Sekretaris : Drs. G. E. M TANGKAWAROW/NIP. 19660527 199703 1 004

Kabid CK : YETTY M. R. SARUAN, ST/NIP. 19720907 200212 2 005

IR. ENOS A. A. PONTORORING, MSi NIP. 19630418 199603 1 001

KEPALA BIDANG CIPTA KARYA

DEBBY CH. KOJONGIAN, ST NIP. 19711205 200212 2 005

SEKRETARIS

MARTHEN T. WENUR, ST

NIP. 19650306 199803 1 006

KEPALA SEKSI

PENGELOLAAN DAN PEMBANGUNAN

IVONNE G. J. PALIT, ST

NIP. 560 016 910

KEPALA SEKSI

PENGENDALIAN DAN PEMBINAAN ALEX PONTOH, AMd

NIP. 19580907 198909 1 002

P E L A K S A N A

JERRY E. ITEM, ST NIP. 19770328 200802 1 001

YOANE M. I. PITOY, ST NIP. 19810129 201001 2 002

P E L A K S A N A

TARCISIUS N.I. TUJU, SST NIP. 19680627 198909 1 002

WULAN M. D. KALESARAN, ST NIP. 19831206 201001 2 007

P E L A K S A N A

ARGEMIRO S.L TULANDI, ST NIP.19820614 201101 1 001

ALEX KALALO NIP. 19620910 199403 1 005

(3)

Kasie Perencanaan dan Pengaturan : JOHNNEDDY H. ERING, SST/NIP. 19690128 198909 1 001

Pelaksana : 1. ARGEMIRO S. L. TULANDI, ST/NIP. 19820416 201102 1 001

Kasie Pengelolaan dan Pembangunan : MARIANA K. KOJONGIAN, ST/NIP. 19720914 201001 2 002

Pelaksana : YOANE M. I. PITOY, ST/NIP. 19810129 201001 2 002

Kasie Pengendalian dan Pembinaan : TARCISIUS N. I. TUJU, SST/NIP. 19680627 198909 1 002

Pelaksana : 1. WULAN M. D. KALESARAN, ST/NIP. 19831206 201001 2 007

2.

ALEX KALALO/NIP. 19620910 199403 1 005

Tabel 6.1 Jumlah, Kualitas Karyawan dan Kebutuhan Pelatihan

Nama

(4)

Nama

Tabel Error! No text of specified style in document..2 Latar Belakang Manajemen yang Menduduki

Jabatan Struktural di BAPPEDA, Dinas PU, Dinas Kebersihan, BPLH & PDAM Kota Tomohon

Nama

Struktural Golongan Umur

Tingkat

Tabel 6.3 Peralatan Kantor dan Kendaraan Bermotor

Jenis Peralatan Kantor dan Kendaraan Bermotor

Jumlah (Unit)

Kondisi Pemanfaatan Keterangan Baik Kurang Cukup

Padat

(5)

Peralatan Kantor

Luas Lantai Ruang Kantor (m2)

7.4.1

Kondisi Kelembagaan Non Pemerintah

Upaya memperkuat tugas dan fungsi regulator dan operator penyelenggaraan SPM (Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya Daerah, UPT, kelompok masyarakat) di Kota Tomohon dilakukan dengan cara meningkatkan sumber daya manusia yang ada melalui: pelatihan; peningkatan kualitas air minum, memperkuat fungsi dinas-dinas terkait, memperkuat PDAM, membentuk UPT/ BLU, memberdayakan kelompok masyarakat, dst.

Upaya memperkuat prinsip kepengusahaan pada lembaga penyelenggaraan (PDAM) di Kota Tomohon dilakukan melalui penyehatan PDAM, regionalisasi PDAM, penyesuaian tarif, peningkatan SDM, dst.

Upaya penyusunan peraturan perundang-undangan (Perda, dll) yang berkaitan dengan penyelenggaraan SPAM di Kota Tomohon dilakukan dengan cara penyusunan PERDA/ mengimplementasikan Peraturan Menteri (Permen) yang ada menjadi PERDA dan mengimplementasikan NSPM,dst.

Tabel 6.4 Kondisi Kelembagaan Non Pemerintah Terkait dengan RPIJM

(6)

Drainase

7.1

Masalah, Analisa dan Usulan Program

7.3.1

Masalah yang Dihadapi

Masalah yang dihadapi dalam kelompok-kelompok lembaga antara lain:

Belum optimalisasi pelaksanaan fungsi organisasi dari lembaga penyelenggara

RPIJM yang meliputi tugas dan wewenang dan tanggung jawab instansi. Selain

itu masih-masing instansi yang terlibat dalam penyelenggaraan RPIJM di Kota,

yaitu BAPPEDA, Dinas PU, Dinas Kebersihan, PDAM dan BPLH minim dalam

melakukan koordinasi;

Ketatalaksanaan penyelenggaraan RPIJM di instansi pemerintah Kota

Tomohon masih belum efektif dan kurang jelas;

Sumber daya manusia yang penyelenggara RPIJM kualitasnya sudah baik

namun kurangnya kuantitas dalam hal pembinaan dan pelatihan;

Sarana penunjang berupa prasarana kantor baik dari segi kualitas dan

kuantitas dirasa masih kurang dalam menunjang kegiatan.

6.3.2

Analisis Permasalahan

Analisis permasalahan yang dipergunakan dalam mengakji masalah kelembagaan di Kabupaten Minahasa antara lain menyangkut:

Analisis organisasi yang digunakan adalah analisis SWOT (Strenght, Weakness,

Opportunity, Threat);

Analisis mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku;

Analisis mengacu kepada kebutuhan penyelenggaraan RPIJM.

Tabel 6.5 Analisis SWOT

STRATEGI

Strength (Kekuatan) (S) Weakness (Kelemahan) (W)

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Threats (T) Strategi ST Strategi WT

(7)

7.4.2

Usulan Program

Usulan program untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan ini antara lain dengan:

Optimalisasi Pelaksanaan Fungsi Organisasi, dimana setiap instansi terkait

penyelenggaraan

RPIJM

sudah

dapat

menguraikan

tentang

rincian

kewenangan, tugas dan tanggung jawab instansi yang terkait dengan

penyelenggaraan pembangunan prasarana kota.

Ketatalaksanan Penyelenggaraan RPIJM di instansi pemerintah, menguraikan

kebutuhan pembentukan peraturan daerah baru untuk mendukung

penyelenggaraan program pembangunan prasarana kota di Kota Tomohon.

Peningkatan Sumber Daya Manusia

Untuk mewujudkan pelaksanaan pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) di bidang keciptakaryaan perlu disiapkan sumber daya manusia (SDM) dari aparatur yang menangani bidang keciptakaryaan tersebut.Peningkatan SDM dapat melalui pendidikan formal maupun non formal atau pelatihan singkat dan kursus-kursus teknis yang mendukung tugas pokok dan fungsi sehingga mendapatkan SDM yang profesional sesuai dengan bidangnya.Untuk mendukung peningkatan SDM ini perlu didukung oleh komitmen Pemerintah Daerah dalam peningkatan profesionalisme aparatur sehingga pelaksanaan program yang tertuang dalam RPIJM dapat terlaksana sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Selain itu juga menguraikan tentang usulan penambahan tenaga atau mengusulkan kebutuhan training.

Peningkatan Prasarana dan Sarana Kerja

Dimana program kegiatan peningkatan prasarana dan sarana kerja merupakan

usulan tentang penambahan kebutuhan akan prasarana dan peralatan yang

dibutuhkan di Kota Tomohon.

i.

Potensi dan persoalan terkait dengan organisasi dan tata laksana

pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya

Penataan dan penguatan organisasi merupakan Program ke-3 dari

Sembilan ProgramReformasi Birokrasi. Keorganisasian yang dimaksud

dalam pedoman ini adalahstruktur, tugas, dan fungsi pemerintah daerah

yang menangani bidang Cipta Karya.

Untuk mengetahui kondisi dari keorganisasian bidang cipta karya,

(8)

1. Peraturan Daerah yang menjadi dasar penetapan Struktur Organisasi

Pemerintah Kabupaten/Kota.

2. Gambaran struktur organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota saat ini.

3. Gambaran struktur organisasi instansi yang menangani urusan bidang

Cipta Karya saat ini.

4. Penjelasan tentang tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya

dalam Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota.

Penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk

peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu

dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat

daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan

dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan

produktifitas dan kinerja.

Secara internal, keorganisasian urusan pemerintah bidang keciptakaryaan,

perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi

dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk

masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan

hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam

keorganisasian urusan keciptakaryaan, maupun untuk hubungan kerja

lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau

duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin

keselarasan program dankegiatan antar perangkat daerah.

Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di

dalam Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah

Kabupaten/kota, khususnyamenyangkut tupoksi dari masing-masing

instansi pemerintah bidang keciptakaryaan.

Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja,

perlu dilengkapi dengan tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan

kerja, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan

tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan

tugasnya. Dengan mengisi table berikut bisa dicantumkan inventarisasi

(9)

ii.

Analisis kebutuhan SDM dibandingkan dengan kondisi eksisting

Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem

manajemen SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan

Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari

segi kuantitas tetapi juga kualitas. Bagian ini menguraikan kondisi SDM di

keorganisasian instansi yang menangani bidang Cipta Karya.

Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui

permasalahan SDM bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja

organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya.

Dalam proses analisis SDM, beberapa pertanyaan kunci yang dapat

dijawab adalah sebagai berikut :

1. Apakah SDM yang tersedia sudah memenuhi kebutuhan baik dari segi

jumlah maupun kualitas dalam perangkat daerah, khususnya di bidang

Cipta Karya?

2. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam manajemen SDM perangkat

kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

3. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi

kualitas dan kuantitas SDM organisasi, khususnya yang terkait dengan

bidang cipta karya?

6.2 Kerangka Regulasi

Bagian ini berisikan gambaran umum kerangka regulasi yang sudah ada dan

regulasi yang diperlukan Daerah dalam pelaksanaan tugas, fungsi, serta

kewenangannya pada pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya.

Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan

dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPI2-JM pada pemerintahan

kabupaten/kota.

1.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya,

(10)

daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi,

maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui

Pemerintah Daerah.

Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah

adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri.

Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan

faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupantugas yang meliputi

sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah

kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang

bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana

penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah

bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

2.

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan

PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang

wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban

untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.

PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada

Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta

Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi

“(1) Urusan wajib

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusanpemerintahan yang

wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan

daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar.(2) Urusan wajib

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang

pekerjaan umum”.

Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang

wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPI2-JM

sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah,

pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

3.

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi

(11)

Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan,

Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang

diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan

paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 subbagian dan

masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

Gambar 6.1 Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota

4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014

Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya.

Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi.Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand

Design Reformasi Birokrasi 2010-2025

(12)

2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada

pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap danberkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini

memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.

Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar

birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM).

Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :

1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;

2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;

3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;

4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;

5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan system rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;

6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);

(13)

8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.

9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

(14)

Gambar 6.2 Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010-2014 Cipta Karya

6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.

Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Keciptakaryaan. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPI2-JM Bidang Cipta Karya.

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum

(15)

Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU.Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah

Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah.Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda).Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.

9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasaruntuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standarpelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang keciptakaryaan, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.

10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil

(16)

Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya.

Gambar

Gambar 6.1 Struktur Organisasi Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum
Tabel 6.1 Jumlah, Kualitas Karyawan dan Kebutuhan Pelatihan
Tabel Error! No text of specified style in document..2 Latar Belakang Manajemen yang Menduduki Jabatan Struktural di BAPPEDA, Dinas PU, Dinas Kebersihan, BPLH & PDAM Kota Tomohon
Tabel 6.4 Kondisi Kelembagaan Non Pemerintah Terkait dengan RPIJM
+4

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran SKI di MA Walisongo Kayen adalah dengan menerapkan metode investigasi kelompok membuat diskusi kelompok sesuai dengan

Persepsi etis dalam penelitian ini didefinisikan sebagai sikap atau pandangan yang diberikan oleh mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis dalam merespon maupun

“ BagaimanaTingkat pengetahuan masyarakat Surabaya mengenai Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan melalui Iklan Layanan Masyarakat

Kohesi adalah gaya tarik menarik antarpartikel zat sejenis. Adhesi adalah gaya tarik menarik antar partikel yang tidak sejenis. Cembung dan cekungnya permukaan zat cair di dalam

Komunikasi pemimpin merupakan aktifitas penyampaian pesan, informasi, dan tugas (secara verbal maupun non verbal) melalui cara tertentu atau yang disebut dengan

dengan teknik yang berbeda. 24 Dalam penelitian ini, data yang diperoleh melalui wawancara dengan kepala madrasah, guru mapel. Fiqih, dan peserta didik dicek

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh biaya promosi yang terdiri dari biaya periklanan, biaya penjualan pribadi, biaya promosi penjualan, biaya

Yang dimaksud dengan asas adalah “transparansi” adalah bahwa penyelenggaraan Pelayanan kesehatan dilakukan secara terbuka, baik berkaitan dengan lingkup Pelayanan,