• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara dukungan emosional orangtua dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan antara dukungan emosional orangtua dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

1

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN EMOSIONAL

ORANGTUA DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK

PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh:

Florianus Bryan Aji Nugroho NIM: 099114058

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

“GUSTI MESTI PARING DALAN!”

(5)

v

Halaman persembahan:

Karya ini kupersembahkan untuk

Tuhan Yesus.

Bunda Maria, Santo Florianus, Santo Matias.

Keluargaku Bapak, Ibuk dan adik-adik.

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah

Yogyakarta, 17 Maret 2014

Penulis,

(7)

vii

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN EMOSIONAL ORANGTUA DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK

Studi Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Florianus Bryan Aji Nugroho

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan emosional dari orangtua dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang sedang menghadapi tugas. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara dukungan emosional orangtua dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang sedang menghadapi tugas. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode korelasional. Subjek yang digunakan berjumlah 72 mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma semester V dan VII serta bertempat tinggal bersama dengan orangtua. Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pengukuran yang dijumlahkan atau model Likert. Skala yang digunakan terdiri dari skala dukungan emosional orangtua dan skala prokrastinasi akademik yang disusun oleh peneliti. Koefisien reliabilitas dari skala dukungan emosional orangtua adalah sebesar 0,941 sedangkan dari skala prokrastinasi akademik adalah sebesar 0,945. Validitas yang digunakan dalam penelitian adalah validitas isi yaitu diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau melalui professional judgement. Analisis data menggunakan teknik korelasi product moment

Pearson dengan program SPSS for Windows versi 15. Hasil analisis data menunjukkan adanya korelasi signifikan antara variabel dukungan emosional orangtua dengan prokrastinasi akademik yaitu sebesar r= -0,368 (taraf signifikansi 0,01), sehingga hipotesis penelitian ini dapat diterima. Kesimpulannya, terdapat hubungan negatif antara kedua variabel yang berarti semakin tinggi dukungan emosional yang diberikan orangtua maka semakin rendah tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang sedang menghadapi tugas di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

(8)

viii

THE RELATION BETWEEN PARENTAL EMOTIONAL SUPPORTS AND ACADEMIC PROCRASTINATION

Study in Psychology Students in Sanata Dharma University

Florianus Bryan Aji Nugroho ABSTRACT

This study aims to know the relationship between parental emotional supports and academic procrastination on the Psychology Faculty students of Sanata Dharma University. The hypothesis was that there was a negative relationship between parental emotional supports and academic procrastination on the Psychology Faculty students of Sanata Dharma University. This study was a quantitative correlative study. The participants of this study were 72 Psychology Faculty students of Sanata Dharma University who were in semester five and seven. All of the participants lived with their parents. This study employed the summated measure test or Likert model. The researcher composed the scale used in this study, namely the parental emotional supports scale, and the academic procrastination scale. The coefficient reliability of the parental emotional supports scale was 0, 941. Meanwhile, the coefficient reliability of the academic procrastination scale was 0, 945. In this study, the researcher employed a content validity to establish the validity. In the content validity, the researcher estimated the validity by testing the questionnaire using rational analysis or professional judgment. The data analysis was done by employing Pearson product moment correlation technique with SPSS version 15 program for Windows. The data analysis result showed that there was a significant correlation between the parental supports variable and the academic procrastination variable in which the value of r = -0,368 (significance level 0, 01). Therefore, the hypothesis was accepted. In conclusion, there was a negative correlation between the parental supports and the academic procrastination on the Psychology Faculty students of Sanata Dharma University.

(9)

ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Florianus Bryan Aji Nugroho

Nomor Mahasiswa : 099114058

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Hubungan antara Dukungan Emosional Orangtua

dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 17 Maret 2014 Yang menyatakan,

(10)

x

KATA PENGANTAR

Beribu-ribu syukur dan pujian penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas karunia dan kasih sayang-Nya sehingga dengan penuh perjuangan penulis dapat menyelesaikan dengan baik skripsi yang berjudul “Hubungan antara Dukungan Emosional Orangtua dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta”.

Perjuangan penulis melewati proses berliku sampai skripsi ini selesai telah membuahkan banyak pengalaman dan pembelajaran yang sangat bermanfaat bagi kehidupan penulis. Keberhasilan penulis ini tidak luput dari campur tangan pihak yang dengan senang hati memberikan bantuan, dorongan semangat, bimbingan, nasehat ataupun saran. Dalam hal ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Seluruh jajaran pengurus Dekanat dan Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Dr. C. Priyo Widiyanto, M.Si. selaku pembimbing skripsi yang telah memberi ilmu, masukan, nasehat, pengalaman dan dorongan semangat kepada penulis.

3. Bapak Agung Santoso yang telah meluangkan waktu untuk sekedar mendengarkan keluh kesah penulis dan atas segala masukannya.

(11)

xi

5. Staf karyawan Sekretariat Fakultas Psikologi : Bu Nanik dan Mas Gandung atas bantuan urusan administrasinya sehingga mulus lancar. Kepada Mas Muji dan Mas Doni atas segala candaan dan “sindiran” semangatnya sehingga penulis semakin terpacu.

6. Bapak dan Ibuk yang tak henti-hentinya mendoakan, menyemangati, membimbing, menghibur, dan segalanya sehingga penulis mempunyai alasan untuk berjuang demi mendapatkan keberhasilan hidup.

7. Keluarga besar (Simbah, Budhe, dll) yang selalu mendoakan penulis.

8. Adikku Clarin dan Nugi yang selalu memberi keceriaan ketika penulis jenuh. 9. Maria Evita Sari, calon teman hidup yang selalu meluangkan waktu dan tenaga

menyemangati penulis ketika menemui hambatan. Kamu luar biasa!

10. Teman-teman eks dan alumni-Seminari Mertoyudan yang selalu menguatkan penulis dengan segala pengalaman hidup bersama. Hidup Friendsheep!

11. Teman- teman Psikologi angkatan 2009 atas segala nasehat, semangat, tempat curhat dan galau penulis. Terutama grup „konco kenthel‟ (Vero, Riri, Sherly, Ovin, Ayuk, Pingkan, Gatyo, Putra dll) yang dengan berat hati dan terpaksa bersedia menjadi tempat curahan hati penulis. Terima kasih atas segala diskusi dan brainstorming-nya, dolan-dolannya sehingga penulis menjadi segar kembali untuk mengerjakan skripsi.

12. Teman-teman kelompok psikologi pendidikan (Albert, Cacha, Ruthie, Lala),

(12)

xii

13. Eks panitia LIVE IN 2010 dan 2011 atas segala pengalaman kekeluargaannya. Agnes dan Stanis terima kasih atas sepak terjangnya di Div. Eksternal. Mas Ochi dan Baskoro atas segala nasehat, masukan dan teman satu perguruannya. 15. Orang-orang yang telah memberikan bantuan secara teknis maupun non-teknis

dalam pengerjaan skripsi penulis.

16. Semua pihak yang memberikan kontribusi positif yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis benar-benar menyadari penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan sehingga jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, penulis sangat berharap mendapatkan kritik dan saran yang membangun demi kebaikan penulis. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi segala pihak yang membaca. Terima Kasih

Yogyakarta, 17 Maret 2014

(13)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL…...……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING……… ii

HALAMAN PENGESAHAN……….. iii

HALAMAN MOTTO………... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN………... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………... vi

ABSTRAK……….... vii

ABSTRACT……….. viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………... ix

KATA PENGANTAR……….. x

DAFTAR ISI……… xiii

DAFTAR BAGAN………... xvii

DAFTAR TABEL………. xviii

DAFTAR LAMPIRAN………. xix

BAB I PENDAHULUAN………. 1

A. Latar Belakang………...……….. 1

B. Rumusan Masalah………..…….………. 7

C. Tujuan Penelitian……….. 8

D. Manfaat Penelitian……… 8

1. Manfaat Teoretis……….……… 8

(14)

xiv

BAB II LANDASAN TEORI……….. 9

A. Prokrastinasi Akademik……….…… 9

1. Pengertian Prokrastinasi Akademik……….. 9

2. Dasar Teori Prokrastinasi Akademik……… 10

3. Penyebab Prokrastinasi Akademik……… 13

4. Dampak Prokrastinasi Akademik……….. 16

5. Aspek Prokrastinasi Akademik ……….... 18

B. Dukungan Emosional……….. 19

1. Pengertian Dukungan Emosional………... 19

2. Aspek Dukungan Emosional………. 20

3. Manfaat Dukungan Emosional……….. 21

C. Dukungan Emosional dari Orangtua……….. 22

1. Peran Orangtua………... 22

2. Pengertian Dukungan Emosional dari Orangtua…………... 23

D. Hubungan antara Dukungan Emosional Orangtua dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa yang sedang Berhadapan dengan Tugas ………..……… 24

E. Hipotesis Penelitian……….. 26

BAB III METODE PENELITIAN……… 28

A. Jenis Penelitian……… 28

B. Variabel Penelitian……….. 28

C. Definisi Operasional……… 28

(15)

xv

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data……….. 31

1. Skala Dukungan Emosional dari Orangtua…….………….. 31

2. Skala Prokrastinasi Akademik………... 33

F. Pertanggung Jawaban Alat Ukur………. 34

1. Validitas………. 35

2. Reliabilitas……….. 38

G. Metode Analisis Data………. 39

BAB IV METODE ANALISIS DAN PEMBAHASAN……….. 40

A. Pelaksanaan Penelitian……… 40

B. Deskripsi Data Penelitian……… 40

C. Uji Hipotesis……… 44

1. Uji Asumsi………. 44

1.1. Uji Normalitas………... 45

1.2. Uji Linearitas………. 46

2. Uji Hipotesis………... 46

D. Pembahasan………. 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 52

A. Kesimpulan……….. 52

B. Saran……… 52

DAFTAR PUSTAKA……… 55

(16)

xvi

DAFTAR BAGAN

Halaman Gambar 2.1 : Skema Definisi Dukungan Emosional……… 20 Gambar 2.2 : Skema Hubungan Antara Dukungan Emosional dari

Orangtua dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa yang

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Skor berdasarkan kategori jawaban untuk skala dukungan emosional

Dari orangtua………... 32

2. Blue Print distribusi item skala dukungan emosional dari orangtua Sebelum ujicoba………. 32

3. Skor berdasarkan kategori jawaban untuk skala prokrastinasi Akademik……….…. 33

4. Blue Print distribusi item skala Prokrastinasi Akademik Sebelum Ujicoba……… 34

5. Distribusi item skala dukungan emosional dari orangtua setelah Ujicoba……… 37

6. Distribusi item skala Prokrastinasi Akademik setelah ujicoba………… 38

7. Hasil Analisis Deskriptif………. 40

8. Kategori Subjek untuk Skala Dukungan Emosional Orangtua………... 42

9. Kategori Subjek untuk Skala Prokrastinasi Akademik……… 42

10. Kategori Subjek berdasarkan Angkatan……… 43

11. Hasil Uji Normalitas……….. 45

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Skala Uji Coba Dukungan Emosional Orangtua ……….. 61 2. Skala Uji Coba Prokrastinasi Akademik ……….. 66 3. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Uji Coba Dukungan

Emosional Orangtua……….. 70 4. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Uji Coba Prokrastinasi

Akademik………... 72

5. Skala Penelitian Dukungan Emosional Orangtua……….. 75 6. Skala Penelitian Prokrastinasi Akademik……….. 78 7. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Penelitian Dukungan

Emosional Orangtua……….. 82 8. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Penelitian Prokrastinasi

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia tidak terlepas dari proses belajar. Dalam belajar, manusia dituntut untuk melatih diri dalam proses dan mengarahkan diri pada hasil. Berkaitan dengan hal tersebut, salah satu pelaku kegiatan belajar adalah mahasiswa. Mahasiswa merupakan sebutan untuk orang yang menjalani pendidikan di perguruan tinggi. Kegiatan belajar mahasiswa meliputi praktikum, eksperimen, pertemuan formal dengan dosen, belajar mandiri dan lainnya.

(20)

Fenomena di atas berkaitan dengan penelitian dari Ferrari (2005) yang menjelaskan dinamika psikologis pelajar dalam menghadapi tugas sekolahnya. Berhadapan dengan tugas yang dianggap tidak menyenangkan, membosankan atau menekan seringkali memunculkan kecemasan dan ketakutan bagi pelajar atau dalam hal ini mahasiswa sehingga secara teori respon yang muncul adalah berhenti sejenak atau berpaling ke kegiatan lain yang dianggap lebih menyenangkan. Akibatnya ketika mendekati ujian, mahasiswa merasa waktu untuk belajar kurang sehingga hasilnya menjadi tidak maksimal.

Perilaku penundaan terhadap tugas disebut dengan istilah prokrastinasi. Prokrastinasi dikatakan sebagai perilaku yang mengarah pada trait dan berkaitan dengan struktur mental (Ferrari, 2005). Prokrastinasi juga dapat diartikan sebagai perilaku penundaan dalam mengerjakan tugas dan membuat keputusan (Millgram, 1998). Dalam bidang pendidikan, istilah yang digunakan adalah prokrastinasi akademik dengan pelajar sebagai prokrastinator. Ada berbagai macam faktor internal dan eksternal penyebab munculnya prokrastinasi. Rosario dkk., (2009) menyatakan faktor internal melibatkan dinamika psikologis dimana pelaku merasa cemas dan tidak mendapatkan ide, sedangkan faktor eksternal meliputi tingkat kesulitan , jumlah tugas yang diberikan, kondusifitas lingkungan belajar, persepsi terhadap pengajar dan interaksi sosial.

(21)

dukungan emosional yang memadai bagi pelajar akan menimbulkan kegagalan proses belajar. Dukungan emosional adalah kesediaan seseorang untuk memenuhi kebutuhan orang lain berupa ekspresi dari afeksi, kepercayaan, perhatian dan perasaan didengarkan (Cohen, 1991). Dukungan emosional dimanifestasikan dalam aspek-aspek seperti pemberian perhatian atau kasih sayang, ungkapan rasa simpati dan penghargaan atau penilaian. Permasalahan yang terjadi selain kegagalan manajemen kognitif pelajar adalah kurangnya porsi dukungan secara emosi dari orangtua dibandingkan dengan tingkat kecemasan pelajar ketika berhadapan dengan tugas yang sulit (Ferrari, 2000). Ariely, D. dkk., (2002) mengemukakan bahwa kesalahan penanganan perilaku prokrastinasi akademik oleh pengajar dikarenakan tidak memiliki pengetahuan akan dinamika psikologis peserta ajar sehingga tidak muncul usaha untuk meningkatkan kemauan belajar dan mengurangi perilaku prokrastinasi. Akibatnya, pelajar akan terus mengulangi perilaku tersebut.

(22)

pelajar sehingga tidak memunculkan rasa nyaman dan dorongan semangat untuk mengerjakan tugas tepat waktu.

Penelitian yang relevan menyatakan bahwa prokrastinasi merupakan salah satu manifestasi dari kecemasan pelajar akan lingkungan belajarnya (Burka & Yuen, 1993). Solomon, J.L. (1994) menjelaskan bahwa pelajar yang merasa cemas akan cenderung mencari kegiatan lain yang tidak membuat cemas walaupun kegiatan tersebut tidak relevan. Pedro & Costra (2007) dalam penelitiannya menjelaskan prokrastinasi berkorelasi dengan penyebab kemunculannya yaitu self regulated learning dan dukungan sosial yang di dalamnya mencakup dukungan emosional. Selain itu, penelitian lain mengenai prokrastinasi akademik juga menunjukkan terdapat hubungan antara motivasional belief dan aspek-aspek penting dalam dukungan emosional (Wolters, 2003). Dalam penelitian tersebut terdapat indikasi bahwa seseorang melakukan prokrastinasi ketika mereka mempunyai waktu untuk melakukan usaha tetapi mereka belum tentu mampu menyelesaikan tugas sesuai standar yang telah ditetapkan. Di samping itu, prokrastinasi akademik juga dihubungkan pada aspek-aspek dukungan emosional dari orangtua seperti memberi perhatian, semangat, saran, nasehat dan rasa nyaman.

(23)

Rosario, P. (2009) menunjukkan bahwa peran guru dan orangtua memiliki hubungan yang signifikan dengan prokrastinasi akademik. Dalam penelitiannya dijelaskan seharusnya pengajar mampu menciptakan lingkungan belajar yang mampu memunculkan kemauan pelajar mengerjakan tugas dan membuat keputusan sehingga prokrastinasi akademik dapat dicegah. Hal ini dapat tercipta dengan persepsi akan dukungan emosional yang baik dari mahasiswa terhadap dosen dan orangtuanya.

Berdasarkan penelitian-penelitan sebelumnya, peneliti menyimpulakan belum ada penjelasan secara langsung hubungan antara dukungan emosional dengan prokrastinasi akademik. Penelitian Ferrari tidak menjelaskan mendalam mengenai dukungan secara afektif dalam telaah penyebab munculnya prokrastinasi akademik. Sedangkan, penelitian dukungan emosional lebih menjelaskan dampak situasi emosional yaitu mengenai kecemasan dan tidak menjelaskan secara langsung kaitan dengan perilaku penundaan. Maka, peneliti mengkaitkan penelitian-penelitian sebelumnya untuk menemukan hubungan logis antara kedua variabel yang menjadi fokus penelitian yaitu dukungan emosional orangtua dan prokrastinasi akademik dalam skema kaitan sebab akibat.

(24)

sebagai mahasiswa cenderung mengabaikan dan menunda penyelesaian tugas yang dianggap tidak menyenangkan. Akibatnya, banyak ditemui mahasiswa yang gagal menyelesaikan tugas pembuatan laporan, makalah dan karya ilmiah lainnya sesuai rencana ataupun deadline yang sudah ditentukan sehingga hasilnya tidak maksimal, bahkan ada yang tidak berhasil menyelesaikan kuliahnya dikarenakan penundaan terhadap segala tugas yang diberikan sehingga seringkali terlambat mengumpulkannya. Oleh karena itu, masalah utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah kecemasan yang muncul dari mahasiswa yang menghadapi tugas yang dianggap tidak menyenangkan namun orangtua selaku pengajar kurang memberi dukungan secara emosional sehingga mahasiswa berulang-ulang mengalami kegagalan belajar.

Berdasarkan penelitian-penelitan sebelumnya, peneliti menyimpulkan belum ada penjelasan secara langsung hubungan antara dukungan emosional dengan prokrastinasi akademik. Referensi penelitian prokrastinasi akademik tidak menjelaskan mengenai dukungan secara afektif dalam telaah penyebab munculnya prokrastinasi akademik. Sedangkan, penelitian dukungan emosional lebih menjelaskan dampak situasi emosional yaitu mengenai kecemasan dan tidak menjelaskan secara langsung kaitan dengan perilaku penundaan. Maka, peneliti mengkaitkan penelitian-penelitian sebelumnya untuk menemukan hubungan logis antara kedua variabel yang menjadi fokus penelitian yaitu dukungan emosional orangtua dan prokrastinasi akademik dalam skema kaitan sebab akibat.

(25)

Cohen dianggap peneliti mempunyai penjelasan paling lengkap dalam mengurai masalah utama penelitian dan dapat membantu menciptakan pembahasan yang komprehensif. Metode pengambilan data yang digunakan adalah metode skala karena dirasa sesuai dengan pendekatannya yaitu survei serta berkaitan dengan jumlah subjek yang relatif banyak. Alasan penggunaan metode skala didasarkan pada asas bahwa subjek adalah orang yang paling tahu dirinya, apa yang dinyatakan subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya, serta interpretasi subjek tentang pernyataan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan yang dimaksud peneliti (Hadi, S., 1992). Subjek penelitian diambil dari mahasiswa semester VII Universitas Sanata Dharma yang tinggal bersama dengan orangtua. Hal ini didasarkan bahwa mahasiswa pada semester tersebut masih aktif mengikuti kuliah, sedang berhadapan dengan tugas yang cukup banyak seperti pembuatan makalah, laporan pengetesan dan penyusunan mata kuliah seminar serta sudah beradaptasi dengan pola belajar di perguruan tinggi. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melihat hubungan antara dukungan emosional dari orangtua dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

(26)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat adanya hubungan antara dukungan emosional orangtua dengan tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang sedang menghadapi tugas.

D. Manfaat penelitian 1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan referensi kepustakaan dalam bidang psikologi pendidikan, khususnya menyangkut hubungan antara dukungan emosional dengan tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa khususnya pada tugas yang dianggap sulit dan tidak menyenangkan. 2. Manfaat Praktis

(27)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Prokrastinasi Akademik

1. Pengertian Prokrastinasi Akademik

Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastinare yang berarti proses berhenti sejenak. Dalam praktek akademis, hal ini sering terjadi dalam perspektif pengajar maupun peserta ajar. Prokrastinasi akademik dapat menghambat pencapaian tujuan sehingga menimbulkan permasalahan sosial maupun prestasi akademik. Millgram (1998) menjelaskan prokrastinasi akademik adalah sikap, perilaku menunda tugas atau membuat suatu keputusan. Sikap atau perilaku ini menjadi menyimpang karena Akerlof (2001) menegaskan pada dasarnya prokrastinasi dilandaskan pada sikap atau perilaku penundaan yang irrasional.

Pengertian lainnya mengatakan bahwa prokrastinasi merupakan segala perilaku penundaan terlepas dari tujuan penundaan itu sendiri (Ferrari, Johnson, & McCown, 2005). Ferrari, Johnson & McCown (2005) menerangkan adanya batasan prokrastinasi meliputi; kebiasaan yang mengarah pada trait dan biasanya disertai keyakinan irrasional serta melibatkan komponen perilaku atau struktur mental tertentu.

(28)

sehingga pencapaian tujuan menjadi terhambat. Hal ini disertai proses struktur mental sehingga dapat dikaji secara psikologis.

2. Dasar Teori Prokrastinasi Akademik

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori utama dari Ferrari dkk (1995) yang menjelaskan bahwa prokrastinasi akademik merupakan perilaku penundaan atau penghindaran terhadap tugas formal seperti tugas sekolah, tugas kuliah atau tugas kursus.

Prokrastinasi akademik dapat dijelaskan dengan beberapa teori psikologis seperti Psikodinamika, Behaviorisme dan Cognitif-Behavioral.

2.1. Psikodinamika

Teori psikodinamika memiliki pemahaman mengenai perkembangan kognitif manusia dipengaruhi oleh keadaan di masa lalu. Aitken (1992) menjelaskan bahwa ketika seseorang pernah mengalami kegagalan di masa lalu, misalnya gagal menyelesaikan tugas akademik, maka akan cenderung prokrastinasi saat dihadapkan dengan tugas yang sama (dikutip dari Rosario et al, 2009). Hal tersebut dikarenakan orang akan teringat akan pengalaman kegagalannya sehingga berusaha menghindari atau menunda pekerjaannya, yang dipersepsikan akan memunculkan perasaan seperti di masa lalu (Ferrari et al, dalam Romano,1996).

(29)

mengancam ego, maka akan muncul kecemasan dan ketakutan. Akibatnya, seseorang akan cenderung menghindari atau menunda tugas tersebut agar ego tidak terancam (Ferrari et al, 2005).

2.2. Behaviorisme

Teori ini menjelaskan mengenai proses pembelajaran seseorang hingga dapat memunculkan prokrastinasi akademik. Bijou (1995) menjelaskan ketika seseorang merasa sukses dalam menyelesaikan tugasnya melalui tindakan penundaan, maka cenderung akan mengulangi perbuatannya. Hal ini dirasa sebagai metode paling tepat sehingga merasa nyaman dengan penundaan. Dalam teori lainnya mengenai reinforcement, adanya obyek lain yang memberikan hadiah lebih menyenangkan daripada obyek yang diprokrastinasi juga dapat memunculkan prokrastinasi akademik (McCown & Johnson, 1995). Sebagai contoh, ketika seseorang berhadapan dengan tugas yang dianggap sulit dan tidak menyenangkan, maka akan lebih memilih pergi jalan-jalan karena dianggap lebih menyenangkan dan mengabaikan tugas tersebut. Di samping itu, punishment juga mempunyai peran di dalamnya. Van Eerde (2000) mengemukakan bahwa kecenderungan prokrastinasi akan lebih kecil ketika resiko atau konsekuensi lebih cepat diterima.

2.3. Cognitive- Behavioral

(30)

disebabkan oleh suatu kesalahan dalam mempersepsikan tugas, seperti misalnya menganggap tugas sebagai beban dan sangat membosankan, serta takut akan kegagalan dalam menyelesaikan tugas. Akibat keyakinan irrasional ini, seseorang merasa tidak mampu menyelesaikan tugasnya sehingga memilih tindakan penundaan atan penghindaran.

(31)

Dalam mekanisme kognitif lainnya, prokrastinasi dikatakan sebagai hasil perencanaan yang keliru atau dampak dari terlalu optimis dalam penggunaan waktu saat beraktifitas (Steel, 2007). Relasi antara keinginan untuk menyelesaikan tugas secara cepat dan prediksi penyelesaian tugas yang terlalu optimis adalah: (a) berfokus pada masa depan dan mengabaikan segala hambatan, dan (b) melupakan pengalaman masa lalu sehingga sulit untuk belajar dan pada akhirnya memunculkan perilaku yang sama berulang-ulang.

3. PENYEBAB PROKRASTINASI AKADEMIK

Relevansi teori prokrastinasi akademik meliputi motivasi, perilaku menghindar dan perilaku impulsif akan dijabarkan sebagai faktor penyebab munculnya prokrastinasi akademik.

3.1. Person: Avoidance

(32)

Akibatnya, akan muncul kecemasan dan ketakutan sehingga akan meninggalkan pekerjaan tersebut.

Selain itu, perilaku penundaan juga terjadi karena rendahnya self-confidence. Karena takut penolakan dari orang lain, seseorang terkadang lebih memilih menahan ide-ide yang dimiliki. Sebaliknya, ketika seseorang terlalu optimis dan perfeksionis maka juga akan memunculkan penundaan. Rosario, dkk., (2009) mengemukakan bahwa seseorang lebih memilih menunda karena menunggu waktu yang tepat untuk bertindak agar memperoleh hasil yang maksimal.

3.2. Person: Impulsiveness

(33)

3.3. Faktor Tugas

Ada beberapa dimensi tertentu dalam tugas yang menjadikan prokrastinasi akademik dapat muncul. Hal ini dikarenakan tugas tersebut dianggap mengancam sehingga proses penundaan terjadi. Keseimbangan antara kesempatan dan kemampuan seseorang menjadi penting dalam meningkatkan konsentrasi dan keterlibatan dengan orientasi pencapaian tujuan (Moneta & Csikszwntmihalyi, 1996). Berdasarkan hal tersebut, maka tugas digolongkan menjadi dua yaitu tugas yang terlalu sulit sehingga dianggap kurang menarik dan tugas yang cukup mudah. Penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa tugas yang kompleks atau sulit dikerjakan seringkali dianggap sebagai ancaman (Drach-Zahavy & Erez, 1997).

3.4. Faktor organisasi

(34)

4. Dampak Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi dapat menyebabkan seseorang tertekan dan terganggu atau bahkan seseorang tidak terganggu sama sekali, tergantung masing-masing orang dan situasinya.

4.1. Efek Psikologis

Dinamika perilaku menghindar secara negatif membawa konsekuensi. Ariely & Wertenbroch (2002) menjelaskan bahwa prokrastinasi membentuk pola pikir seseorang menjadi tidak terkontrol dalam hal perencanaan dan apa yang sebaiknya dikerjakan saat ini. Dampaknya akan muncul rasa bersalah, penyesalan, kekecewaan terhadap diri sendiri dan beberapa emosi yang terkait. Ditemukan korelasi antara prokrastinasi dengan gejala-gejala lower mental well-being seperti depresi dan kecemasan (Flett, Blankstein, & Martin, 1995).

4. 2. Konsekuensi Eksternal 4.2.1. Performansi tugas

(35)

2000). Dalam penelitiannya, Wegner & Kanfer (1994) mengemukakan bahwa prokrastinasi tidak sepenuhnya merugikan. Prokrastinasi mungkin dapat memunculkan performasi yang lebih baik dalam tugas-tugas kreatif atau tugas yang melibatkan pencarian informasi. Dalam hal ini, penundaan dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dan insight sehingga dapat menunjang performasi seseorang.

4.2.2. Perilaku menyimpang

Dampak dari dinamika perilaku menghindari penyelesaian tugas akan membawa kemalasan dalam bekerja atau bahkan dapat menjadikan seseorang menarik diri dalam jangka waktu yang lama.

4.2.3. Interaksi Sosial

(36)

5. Aspek Prokrastinasi Akademik

Ferrari (1995) mengemukakan bahwa dinamika psikologis yang memunculkan prokrastinasi akademik dapat termanifestasikan dalam aspek-aspek seperti:

a. Penundaan dalam proses memulai

Ketika seseorang tahu bahwa tugas sangat penting bagi dirinya sehingga harus segera diselesaikan, namun memilih menunda-nunda dalam proses memulai atau saat proses pengerjaan.

b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas.

Prokrastinator cenderung lebih membutuhkan waktu lama ketika mengerjakan suatu tugas. Waktu digunakan untuk mempersiapkan dan melakukan hal-hal yang berlebihan, seringkali tidak berhubungan dengan tugas itu sendiri.

c. Ketidakserasian antara batas waktu target dengan kinerja lapangan. Prokrastinator sering mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan deadline. Batas waktu target penyelesaian tugas sudah dipahami namun seseorang tidak segera melakukannya sehingga menyebabkan kegagalan dan keterlambatan.

d. Prokrastinator lebih memilih kegiatan lain yang dirasa lebih menyenangkan.

(37)

B. DUKUNGAN EMOSIONAL 1. Pengertian Dukungan Emosional

Dukungan emosional merupakan salah satu bentuk dari dukungan sosial. Cohen (1991) menjelaskan dukungan emosional adalah kesediaan seseorang untuk memenuhi kebutuhan orang lain berupa ekspresi dari afeksi, kepercayaan, perhatiaan dan perasaan didengarkan. Selain itu, Thoits (1983) juga mendefinisikan dukungan emosional sebagai perasaan sosial dasar yang dibutuhkan individu secara terus menerus yang dipuaskan melalui interaksi dengan orang lain. Dari interaksi tersebut individu menjadi tahu bahwa orang lain memperhatikan, menghargai, dan mencintai dirinya.

Dukungan emosional dimanifestasikan dalam bentuk tindakan pemberian perhatian, ungkapan rasa simpati akan kegagalan dan penghargaan atau penilaian akan keberhasilan. Dukungan emosional diberikan untuk meningkatkan motivasi pelajar dalam memberikan kenyamanan dan perhatian sehingga ada pencapaian yang baik. Dalam hal ini, dukungan emosional juga dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkahlaku penerimanya (Kuntjoro, 2002).

(38)

Onwuebuzie (2000) menambahkan bahwa kondisi psikologis dan perilaku pengajar membawa dampak afektif tidak langsung dalam keberhasilan belajar siswa. Maka dapat disimpulkan bahwa dukungan emosional dapat berupa kenyamanan, penerimaan, dorongan semangat, serta penilaian dari orang lain baik individu maupun kelompok yang membuat seseorang merasa dihargai dan dicintai sehingga memunculkan perasaan nyaman. Berikut skema teori dukungan emosional (Sheridan & Radmacl, 1992).

DUKUNGAN SOSIAL

Ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan FISIK dan PSIKOLOGIS yang didapat dari interaksi dengan orang lain

2. Aspek Dukungan Emosional

Dalam penelitiannya, Cohen (1991) menjelaskan bentuk manifestasi dari dukungan emosional menjadi beberapa aspek seperti berikut:

(39)

a. Ungkapan kasih sayang.

Dukungan emosional dapat diberikan dengan ungkapan yang menjadikan individu merasa dicintai dan dikasihi misalnya seperti dorongan semangat, perhatian dan keterbukaan untuk mendengarkan.

b. Ungkapan rasa simpati.

Dapat diberikan ketika individu dalam keadaan yang tidak menyenangkan misalnya seperti ungkapan untuk membesarkan hati, mendengarkan keluhan dan penerimaan terhadap keadaan individu.

c. Penghargaan atau penilaian.

Diberikan ketika individu mampu menyelesaikan suatu tugas seperti misalnya memberikan pujian atau apresiasi, dorongan maju, dan memberikan motivasi.

3. Manfaat Dukungan Emosional

(40)

lingkungan (Self of Acceptance) yang dapat menumbuhkan perasaan emosi yang positif.

Manfaat lain dari dukungan emosional adalah bagi individu yang mengalami dukungan interpersonal ini akan mengalami hal-hal positif dalam hidupnya, memiliki harga diri, dan mempunyai pandangan yang optimis (Cohen, 1991). Kahn (1995) menambahkan bahwa dukungan emosional mampu membantu individu mengurangi pengaruh yang negatif dari stressor. Ketika berhadapan dengan situasi yang penuh tekanan, individu seringkali mengalami tekanan emosional yang dapat berlanjut pada tingkat depresi, kesedihan, kecemasan dan kurangnya harga diri. Maka dari itu, dengan dukungan emosional yang efektif akan menjadikan individu tersebut merasa nyaman dan merasa ada orang lain yang dapat membantu dan mendukunganya.

C. Dukungan Emosional dari Orangtua 1. Peran Orangtua

(41)

seharusnya memiliki pengetahuan tentang pendidikan anak sehingga mampu menciptakan lingkungan yang nyaman dalam belajar sehingga anak merasa diperhatikan dan dicintai (Aly, 1999). Maka dari itu, Sabri A. (1999) mengungkapkan bahwa selain memperhatikan fungsi biologis dan sosial anak, orangtua juga mampu menjalankan fungsi afeksi yaitu menciptakan hubungan sosial yang penuh kasih sayang dan rasa aman.

2. Pengertian Dukungan Emosional dari Orangtua

(42)

D. Hubungan antara Dukungan Emosional Orangtua dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa yang Sedang Berhadapan dengan Tugas

Individu yang berhadapan dengan situasi tertekan akan menimbulkan perasaan stres dan tidak nyaman. Dalam lingkup pendidikan di perguruan tinggi, mahasiswa seringkali berhadapan dengan situasi tersebut. Salah satunya adalah tugas yang dianggap sulit dan tidak menyenangkan dimana membutuhkan lebih banyak waktu dan proses dalam penyelesaiannya. Mahasiswa menganggap tugas tersebut mengancam dan tidak menyenangkan sehingga memilih untuk menghindari dan menundanya sehingga ketika batas pengumpulan tiba hasilnya tidak maksimal. Faktor emosional mahasiswa menjadi salah satu faktor penyebab terjadi fenomena tersebut.

Manusia pada dasarnya adalah mahluk sosial sehingga akan selalu berinteraksi dengan orang lain. Menurut Baron dan Bryne (2005), interaksi manusia dengan orang lain dapat berupa bantuan langsung maupun tidak langsung. Demikian pula dengan dukungan yang diterima. Dukungan emosional memberikan kenyamanan secara psikologis yang bermanfaat ketika individu mengalami stres. Taylor, Peplau dan Sears (2000) menjelaskan bahwa dukungan emosional yang paling berpengaruh berasal dari keluarga sebagai significant other. Dalam hal ini orangtua sebagai pengajar dan pendidik.

(43)

menulis lainnya, akan muncul rasa cemas dan merasa tidak mampu mengerjakannya dengan baik sehingga memilih untuk menundanya saja. Hal ini disebabkan rasa tidak percaya diri, cemas, dan terancam akan tugas tersebut sehingga memilih kegiatan yang lebih menyenangkan lainnya.

Hal di atas dapat dihilangkan dengan adanya lingkungan belajar yang kondusif. Dalam hal ini adanya dukungan dari orangtua sehingga mahasiswa merasa dirinya dibantu dan didorong untuk dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik (Burka dan Yuen, 2000). Orangtua yang mampu memberikan perhatian dan kasih sayang akan berdampak pada perasaan emosional anak sehingga merasa nyaman dan dicintai. Maka akan muncul perasaan optimisme, percaya diri dan perasaan didukung sehingga mahasiswa dapat mengerjakan tugas yang sulit sekalipun tanpa penundaan dan penghindaran.

(44)

melihat tugas yang dihadapi sebagai suatu hal yang mengancam. Berikut skema korelasi teori.

Gb 1. Skema Korelasi Teori

E. Hipotesa Penelitian

Dari uraian di atas, peneliti memiliki dugaan adanya hubungan negatif antara dukungan emosional orangtua dengan tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Artinya, bahwa ketika dukungan emosional dari orangtua yang diberikan semakin tinggi maka tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang sedang berhadapan dengan tugas akan berkurang. Begitu juga sebaliknya,

(45)
(46)

28 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasional. Penelitian korelasional bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel. Dalam hal ini, penelitian korelasional digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel tersebut.

B. Variabel Penelitian

Menurut Arikunto (2002), variabel adalah obyek penelitian atau suatu hal yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Maka variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi:

1. Variabel bebas : Dukungan emosional orangtua 2. Variabel tergantung : Prokrastinasi akademik

C. Definisi Operasional 1. Prokrastinasi akademik

(47)

b. Kelambanan dalam mengerjakan tugas

c. Pemilihan untuk melakukan aktivitas lain yang dianggap lebih menyenangkan d. Penundaan untuk memulai atau menyelesaikan tugas

Tingkat prokrastinasi akademik mahasiswa dapat dilihat dari besarnya skor total dari skala yang diisi oleh mahasiswa. Semakin besar skor total yang diperoleh maka semakin tinggi tingkat prokrastinasi akademik mahasiswa. Demikian sebaliknya, semakin rendah skor total maka semakin rendah tingkat prokrastinasi akademik yang dimiliki mahasiswa.

2. Dukungan emosional orangtua

Dukungan emosional orangtua adalah bantuan yang diberikan oleh orangtua, dapat berupa saran, dukungan semangat, dukungan dalam memecahkan masalah, perhatian, dan atau penghargaan sehingga penerima bantuan merasa nyaman, bahagia dan dicintai. Terdiri dari tiga aspek, yaitu:

a. Ungkapan kasih sayang, yaitu berupa dorongan semangat, perhatian dan keterbukaan untuk mendengarkan.

b. Ungkapan rasa simpati, yaitu berupa ungkapan untuk membesarkan hati, mendengarkan keluhan dan penerimaan terhadap keadaan individu.

c. Penghargaan atau penilaian, yaitu berupa pujian atau apresiasi, dorongan maju, dan memberikan motivasi.

(48)

yang diberikan orangtua terhadap mahasiswa. Demikian sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh maka semakin rendah dukungan emosional dari orangtua yang diterima mahasiswa.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Hal ini didasarkan pada penilaian dan upaya cermat untuk memperoleh sampel yang representatif dengan cara meliputi wilayah atau kelompok yang diduga sebagai anggota sampelnya (Kerlinger, 2004).

Dalam penelitian ini, subjek yang digunakan adalah mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2010 dan 2011. Diambil semester tersebut dikarenakan mahasiswa sedang banyak menghadapi tugas. Mahasiswa yang dipilih adalah mahasiswa yang tinggal bersama dengan orangtua. Subjek penelitian berjumlah 72 orang. Variasi pemilihan mahasiswa dari dua angkatan diharapkan akan memberikan gambaran dukungan emosional orangtua dan prokrastinasi akademik dalam menghadapi tugas yang lebih beragam.

(49)

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala. Skala merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan yang ditulis, disusun dan dianalisis sedemikian rupa sehingga respon subjek terhadap pernyataan tersebut dapat diberi skor dan kemudian diinterpretasikan (Azwar, 2001). Skor berbentuk angka-angka yang merepresentasikan banyaknya atribut yang dimiliki subjek sehingga memiliki arti kuantitas.

Dalam penelitian ini, skala yang digunakan adalah skala persepsi dukungan emosional dan skala prokrastinasi akademik. Keduanya disusun berdasarkan metode yang dijumlahkan yaitu metode skala penentuan sikap yang menggunakan distribusi respon subjek sebagai dasar penentuan skala.

Dalam skala persepsi dukungan emosional orangtua terdiri dari empat

kategori jawaban yaitu; “Sangat Sesuai” (SS), “Sesuai” (S), “Tidak Sesuai” (TS) dan “Sangat TidakSesuai” (STS). Sedangkan dalam skala prokrastinasi akademik diberikan empat kategori jawaban yaitu; “Tidak Pernah” (TP), “Jarang” (J), “Sering” (S) dan “Selalu” (SL).

Di bawah ini akan diuraikan penyusunan item, pemberian skor skala serta distribusi item sebelum uji coba.

1. Skala dukungan emosional dari orangtua

(50)

Demikian sebaliknya, item yang bersifat unfavorabel adalah item yang isinya tidak mendukung atau tidak menggambarkan ciri atribut yang diukur.

Pada skala ini, penilaian pernyataan untuk item yang bersifat favorabel bergerak dari angka 4 sampai 1 dan untuk item unfavorabel bergerak dari angka 1 sampai 4. Skor setiap item kemudian saling dijumlahkan sehingga membentuk skor total. dukungan emosional yang diterima orangtua dan sebaliknya, semakin rendah skor maka semakin rendah pula dukungan emosional yang diterima dari orangtua. Berikut ini disajukan blue print skala persepsi dukungan emosional orangtua.

(51)

simpati 15,46, 60, 51 4, 36, 59, 52, 53

Skala ini terdiri dari 40 butir item yang terdiri dari 20 butir item favorabel dan 20 item unfavorabel. Item yang bersifat favorabel adalah item yang isinya mendukung, memihak atau menunjukkan ciri adanya atribut yang diukur. Demikian sebaliknya, item yang bersifat unfavorabel adalah item yang isinya tidak mendukung atau tidak menggambarkan ciri atribut yang diukur.

(52)

Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek maka semakin tinggi pula tingkat prokrastinasi yang dimiliki subjek dan sebaliknya, semakin rendah skor maka semakin rendah tingkat prokrastinasi yang dimiliki subjek. Berikut ini disajukan blue print skala prokrastinasi akademik.

Aspek Jumlah %

F. Pertanggung Jawaban Alat Ukur

(53)

1. Validitas

Menurut Azwar (2005), validitas adalah karakteristik utama yang harus dimiliki oleh setiap skala. Validitas adalah ketepatan dan kecermatan skala dalam menjalankan fungsi ukurnya, artinya sejauh mana suatu skala mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Azwar, 2005; Supratiknya, 1998). Validitas dalam penelitian ini meliputi:

1.1. Validitas isi

Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement (Azwar, 2005). Salah satu caranya adalah dengan mengkonsultasikan item-item yang telah dibuat pada skala kepada pihak yang berkompeten, dalam hal ini yang dimaksud adalah dosen pembimbing penelitian.

1.2. Seleksi item

Dalam hal ini yang penting adalah daya beda atau daya diskriminasi item yang berarti sejauh mana item mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang akan diukur (Azwar, 2005: 59). Suatu item dikatakan baik jika mampu membedakan subjek yang bersikap positif dan subjek yang bersikap negatif.

(54)

mencukupi jumlah yang diinginkan maka dapat dipertimbangkan dengan menurunkan batasan koefisien korelasi menjadi = 0,25. Item yang memiliki koefisien korelasi dibawah batasan dapat dikatakan memiliki daya beda yang rendah (Azwar, 2005: 65).

1) Skala Dukungan Emosional Orangtua

Uji skala ini menggunakan program SPSS for Windows versi 15.0 dengan cara mengukur korelasi antara skor item dengan skor item total. Skala ini memiliki jumlah item total sebanyak 48 butir yang terdiri dari 24 item favourabel dan 24 item unfavourabel. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan mana koefisien item total berkisar antara -0,597 sampai 0,707. Item-item tersebut lalu diseleksi dengan cara menggugurkan item yang memiliki koefisien korelasi item total kurang dari 0,25.

(55)

penggunaan hasil ukur skala dan komposisi aspek-aspek atau komponen yang

(56)

Aspek Jumlah

Reliabilitas menunjuk pada taraf kepercayaan atau konsistensi hasil ukur (Azwar, 2005). Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan data jawaban respon yang dihasilkan dari uji coba item. Reliabilitas dinyatakan dengan koefisien reliabilitas (rxx) yang memiliki rentang dari 0 hingga 1,00. Dalam hal ini artinya semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 maka semakin tinggi pula reliabilitasnya. Pada penelitian ini, digunakan pendekatan konsistensi internal untuk memperkirakan tinggi rendahnya reliabilitas dengan

menggunakan teknik estimasi Alpha (α) dari Cronbach. Data untuk menghitung

(57)

sekali saja pada sekelompok responden (Azwar, 2005: 87). Hasil perhitungan koefisien reliabilitas skala dukungan emosional orangtua sebesar 0,941 dan pada skala prokrastinasi akademik sebesar 0,945.

G. Metode Analisis Data

(58)

40 BAB IV

METODE ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 7 November 2013 sampai dengan 24 November 2013. Penelitian ini dilaksanakan di Kampus III Fakultas Psikologi Sanata Dharma Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi yang sedang menghadapi tugas-tugas menulis seperti laporan tes, pembuatan makalah atau artikel dan tugas seminar. Peneliti mengambil subjek mahasiswa angkatan 2011 semester 5 dan angkatan 2010 semester7 dengan jumlah total 72 mahasiswa. Subjek terdiri dari angkatan 2011 berjumlah 37 subjek dan angkatan 2010 berjumlah 35 subjek.

B. Deskripsi Data Penelitian

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dapat diperoleh gambaran mengenai skor skala dukungan emosional orangtua dan skor skala prokrastinasi akademik sebagai berikut.

Variabel Xmin Xmax SD

Mean Teoritik

Mean Empirik Dukungan

Emosional Orangtua

(59)

Prokrastinasi Akademik

105 174 17.31858 112.5 146.58

Berdasarkan data di atas, variabel dukungan emosional orangtua memiliki mean empirik sebesar 100.56 dan mean teoritik sebesar 115. Mean empirik lebih rendah dari mean teoritik menunjukkan bahwa subjek penelitian ini yaitu mahasiswa Fakultas Psikologi Sanata Dharma mendapatkan dukungan emosional dari orangtua yang cenderung rendah.

Pada variabel prokrastinasi akademik, dapat dilihat bahwa variabel ini memiliki mean empirik sebesar 146,58 dan mean teoritik sebesar 112,5. Mean empirik lebih tinggi daripada mean teoritik menunjukkan bahwa subjek peneiltian ini yaitu mahasiswa Fakultas Psikologi Sanata Dharma memiliki perilaku prokrastinasi yang cenderung tinggi.

(60)

1. Dukungan emosional orangtua

Kategori Norma Skor F %

Sangat tinggi 149,5 < x 0 0

Tinggi 126,5 < x < 149,5 1 1,3889 Sedang 103,5 < x < 126,5 26 36,111 Rendah 80,5 < x < 103,5 42 58,333

Sangat rendah x < 80,5 3 4,1667

Berdasarkan data di atas, jumlah total subjek penelitian sebanyak 72 mahasiswa, terdapat 42 subjek (58,33%) berada dalam kategori rendah, 26 subjek (36,11%) berada dalam kategori sedang, 3 subjek (4,17%) berada dalam kategori sangat rendah, dan 1 subjek (1,39%) berada dalam kategori tinggi. Sedangkan F dan persentase subjek yang merasakan dukungan emosional sangat tinggi adalah 0 subjek (0%).

2. Prokrastinasi akademik

Kategori Norma Skor F %

Sangat tinggi 146,5 < x 40 55,556 Tinggi 123,75 < x < 146,25 25 34,722

Sedang 101 < x < 123,75 7 9,722

Rendah 78,75 < x < 101 0 0

(61)

Berdasarkan data di atas, jumlah total subjek penelitian sebanyak 72 mahasiswa, terdapat 40 subjek (55,56%) berada dalam kategori sangat tinggi, 25 subjek (34,72%) berada dalam kategori tinggi, dan 7 subjek (9,72%) berada dalam kategori sedang. Sedangkan F dan persentase subjek yang merasakan dukungan emosional rendah dan sangat rendah adalah 0 subjek (0%).

Angkatan/

Kategori Jumlah Kategori Jumlah

(62)

subjek (2,7%) berada dalam kategori sangat rendah. Sedangkan untuk mahasiswa yang memiliki tingkat prokrastinasi sangat tinggi ada 19 subjek (51,35%), 14 subjek (37,84%) berada dalam kategori tinggi, dan 4 subjek (10,81%) berada dalam kategori sedang. Sedangkan untuk mahasiswa yang memiliki kecenderungan prokrastinasi akademik dalam kategori rendah dan sangat rendah tidak ada.

Selain itu, dapat diketahi bahwa subjek angkatan 2010 semester VII yang mendapatkan dukungan emosional dari orangtua dalam kategori sangat tinggi ada 0 subjek (0%), 1 subjek (2,86%) berada dalam kategori tinggi, 7 subjek (20%) berada dalam kategori sedang, 25 subjek (71,43%) berada dalam kategori rendah, dan 2 subjek (5,71%) berada dalam kategori sangat rendah. Sedangkan untuk mahasiswa yang memiliki tingkat prokrastinasi sangat tinggi ada 21 subjek (60%), 11 subjek (31,43%) berada dalam kategori tinggi, dan 3 subjek (8,57%) berada dalam kategori sedang. Sedangkan untuk mahasiswa yang memiliki kecenderungan prokrastinasi akademik dalam kategori rendah dan sangat rendah tidak ada.

C. Uji Hipotesis 1. Uji Asumsi

(63)

1.1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sebaran variabel bebas dan variabel tergantung bersifat normal atau tidak. Menurut Triton (2006), jika nilai probabilitas atau p>0,05 berarti distribusi data penelitian tersebut dapat dikatakan normal. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test dari program Windows SPSS versi 15.0. Berikut disajikan uji normalitas kedua variabel.

Variabel

(64)

1.2. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas dan tergantung membentuk kurva linear atau bergaris lurus atau tidak. Asumsi uji linearitas adalah ketika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 (p<0,05). Berikut hasil uji normalitas kedua variabel.

Variabel F Signifikasi P Keterangan Dukungan Emosional

Orangtua dengan Prokrastinasi Akademik

4,373 0,03 p<0,05 LINEAR

Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa nilai p lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,03. Oleh karena itu, hasil uji linearitas menunjukkan bahwa variabel dukungan emosional orangtua dengan prokrastinasi akademik bersifat linear.

2. Uji Hipotesis

(65)

Data ini menunjukkan adanya hubungan negatif antara dukungan emosional orangtua dengan prokrastinasi akademik. Kesimpulannya adalah bahwa semakin tinggi dukungan emosional dari orangtua yang diterima mahasiswa maka semakin rendah tingkat kecenderungan prokrastinasi akademik yang muncul. Sebaliknya, semakin rendah dukungan emosional yang diberikan orangtua maka semakin tinggi tingkat prokrastinasi akademik yang dilakukan mahasiswa. Dengan demikian, hipotesis penelitian ini dapat diterima.

D. Pembahasan

Dalam penelitian ini, dapat dilihat bahwa rerata skor pada variabel dukungan emosional orangtua lebih rendah dari rerata teoritiknya yaitu 100,56 < 115. Hal ini menunjukkan bahwa subjek penelitian ini yaitu mahasiswa Fakultas Psikologi Sanata Dharma cenderung kurang mendapat dukungan emosional dari orangtuanya. Alasan yang didapatkan peneliti dari wawancara dalam hal ini dikarenakan kurangnya waktu bertemu antara orangtua dengan anak, kurangnya pengetahuan orangtua terhadap kondisi anak, kebiasaan menyendiri, dan lain sebagainya. Sedangkan pada variabel prokrastinasi akademik, skor rerata empiriknya lebih tinggi dari rerata teoritiknya yaitu 146,58 > 112,5. Hal ini menunjukkan bahwa subjek penelitian ini memiliki tingkat prokrastinasi dalam menghadapi tugas yang cukup tinggi.

(66)

kedua varibel. Maka, hipotesis penelitian ini yang berbunyi dukungan emosional dari orangtua yang diberikan semakin tinggi maka tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang sedang berhadapan dengan tugas akan berkurang dapat diterima. Demikian juga sebaliknya, semakin rendah dukungan emosional yang diberikan oleh orangtua kepada mahasiswa maka semakin tinggi kecenderungan prokrastinasi akademik mahasiswa muncul.

Dengan diterimanya hipotesis penelitian ini, maka dapat dinyatakan bahwa dukungan emosional orangtua berhubungan terhadap tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi yang sedang menghadapi tugas. Dukungan emosional merupakan proses aktif terhadap individu dimana seseorang bersedia memberi dorongan semangat dan keterbukaan akan keluhan sehingga secara afektif seseorang yang menerimanya merasa nyaman dan dicintai. Para ahli membuat klasifikasi komponen utama dari berbagai kepentingan yang diperoleh seorang dalam suatu hubungan (House, dalam Sears, 1988). Weiss (1994) menyebut komponen atau dimensi merupakan bentuk-bentuk bantuan yang dapat diperoleh dari hubungan dengan orang lain.

(67)

yang diberikan orangtua mahasiswa Fakultas Psikologi Sanata Dharma berkaitan dengan perilaku mereka dalam menghadapi tugas-tugas. Subjek memiliki dukungan emosional dari orangtuanya cenderung rendah dan tingkat prokrastinasi dalam mengerjakan tugas-tugas cenderung tinggi.

Seseorang yang mendapatkan dukungan emosional dari orangtua secara efektif mempunyai ketenangan dalam proses berpikir dan belajar serta mempunyai strategi dan kemampuan untuk mengendalikan aspek-aspek penting dalam perilaku belajarnya (Weiss, 1994). Ketika seseorang kurang mendapat dukungan emosional dari orangtua, maka akan sulit memotivasi diri sendiri dan kurang menggunakan strategi yang memungkinkan mereka gagal dalam tujuan belajar. Dalam hal ini tujuan belajar subjek adalah menyelesaikan tugas-tugas dengan berbagai tingkat kesulitan. Dapat dikatakan bahwa mahasiswa menjadi kurang mampu mengatur dirinya dalam menghadapi tugas-tugas sulit sehingga tidak dapat menggunakan ketrampilan mengenai strategi kognitif yang dapat digunakan untuk meningkatkan performasi belajarnya.

(68)

Pada dasarnya, jika seseorang kurang memaksimalkan strategi kognitifnya maka prokrastinasi akan cenderung muncul (Wolter, 2003).

Tingkat prokrastinasi yang cenderung tinggi juga disebabkan oleh tertekannya mahasiswa secara afektif. Perasaan tidak mampu dan tidak berdaya akan tugas yang dikerjakan menimbulkan perilaku penghindaran dan penundaan. Menurut Burka & Yuen (2008), dukungan emosional dari orang terdekat membantu seseorang untuk merasa nyaman dan menjadi optimis sehingga mampu mengendalikan diri dengan baik. Dalam hal ini, mahasiswa menjadi optimis dan kecemasan dalam pengerjaan tugas menjadi berkurang.

Berdasarkan uraian di atas, ketika seseorang telah mendapatkan dukungan afeksi dari orang terdekat maka kecenderungan avoidance yang dapat menyebabkan prokrastinasi akademik dapat dicegah. Orang terdekat dalam hal ini orangtua dapat menjadi kontrol sosial bagi prokrastinator. Keadaan atau situasi yang dimunculkan dapat mempengaruhi munculnya prokrastinasi. Dalam teori behaviorisme dijelaskan bahwa ketika seseorang mendapatkan reward atas usahanya maka perilaku tersebut akan diulangi. Dalam konteks ini, orangtua dapat memberikan pujian dan bentuk apresiasi lainnya sebagai bentuk reward, sehingga ketika mahasiswa berhasil menyelesaikan tugasnya tepat waktu maka perilaku tersebut akan diulangi. Kondisi ini dapat menekan munculnya kecenderungan avoidance yang menyebabkan prokrastinasi akademik.

(69)

tugas tersebut dinilai atau dipersepsikan tidak menyenangkan maka akan muncul kecemasan dan akhirnya muncul perilaku menghindar. Dukungan afeksi dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan tersebut sehingga perilaku menghindar tidak muncul. Orangtua berusaha mengubah persepsi negatif mahasiswa terhadap tugas dengan berbagai cara seperti dorongan untuk menyemangati, pujian, nasehat maupun saran. Hal ini dilakukan agar mahasiswa dapat berpikir optimis dalam menghadapi tugas.

(70)

52 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan yang didapatkan adalah bahwa terdapat hubungan yang negatif antara dukungan emosional dari orangtua dengan tingkat prokrastinasi akademik mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma saat berhadapan dengan tugas. Hal tersebut ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar -0,368. Artinya, semakin tinggi dukungan emosional yang diberikan orangtua kepada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, maka semakin rendah tingkat prokrastinasi akademik yang muncul saat berhadapan dengan tugas. Demikian sebaliknya, semakin rendah dukungan dukungan emosional yang diberikan orangtua kepada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, maka semakin tinggi tingkat prokrastinasi akademik yang muncul saat berhadapan dengan tugas.

B. Saran

(71)

apresiasi afektif terhadap segala perkembangan dari pengerjaan tugas para mahasiswa. Peran orangtua diharapkan mampu untuk membantu mahasiswa antara lain dengan memberi dorongan semangat ketika mengalami kegagalan, memberi pujian atau apresiasi ketika mahasiswa berhasil dan kesediaan mendengarkan keluhan mahasiswa mengenai perkembangan perkuliahannya. Dengan begitu, mahasiswa ketika berhadapan dengan tugas yang notabene menimbulkan kecemasan dapat lebih tenang karena merasa dikuatkan dan dimotivasi oleh orangtua. Hal tersebut dapat membantu mahasiswa mendapatkan kenyamanan dan dapat mengurangi kecenderungan mahasiswa untuk menghindari pengerjaan tugas yang menimbulkan kecemasan dan ketakutan.

2. Bagi mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang sedang mengerjakan tugas:

(72)

3. Bagi peneliti selanjutnya:

Pada skala penelitian dukungan emosional orangtua, jumlah item pada aspek tidak merata. Hal ini dikarenakan banyaknya item yang gugur ketika melakukan uji coba skala. Maka dari itu, untuk peneliti selanjutnya diharapkan lebih memperhatikan pembuatan item pada skala ini dengan mempertimbangkan sisi kualitas dan juga kuantitas.

(73)

55

DAFTAR PUSTAKA

Ainslie, G. 1975. Specious Reward: A behavioral thepry of impulsiveness and impulsive control. Psychological Bulletin, 82, 463-496. Diunduh pada tanggal 5 Juni 2013 di http://pss.sagepub.com/content/14/4/22

Aitken, M. 1992. A Personality Profile of the College Student Procrastinator. Doctoral Disertation. University of Pittsburgh. Diunduh pada tanggal 5 Mei 2013 di psycnet.apa.org/index.cfm?fa=main.doiLanding&uid=2006-23058-004.

Akerlof, G. A. 2001. Procrastination and Obedience. American Economic Review, 81, 1-19.

Aly. 1999. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Ariely, D., & Wertenbroch, K. 2002. Procrastination, Deadlines, and

Performance: Self-Control by Precommitment. Research Article, 13 (3). Diunduh pada tanggal 5 Juni 2013 di http://pss.sagepub.com/content/13/3/219.

Arikuntom, S. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Azwar, S. 2001. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. 2004. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bar-Tal, Kishon, M., & Tabak. 1997. A Grounded Theory of Academic Procrastination. Bulletin of Educational Psychology. Vol. 80.

Baron & Byrne, K. 2005. Family background, individual, and environmental influences, aspirations and young adults educational attainment: A follow-up study. Journal of Personality and Social Psychology, 74, 1421-1436. Burka, J. B. & Yuen L. M. 2008. Procrastination: Why you do it, what to do it?.

Perseus Books.

Chaplin, J.P. 1993. Kamus Lengkap Psikologi.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Cohen, S. 1991. Emotional Support: Theory and Practice. London: John Wiley

(74)

Drach-Zahavy, S., & Erez, M. 1997. Scholl Variables: Tasks. New York: Centerpoint. Diunduh pada tanggal 12 Juni 2013 di http://revistas.ucm.es/index.php/SJOP/journal/view/42928

Ferrari, J. R. 1991. Self Handicapping by Procrastination: Protecting Self Esteem, Social Esteem or Both. Journal of Research in Personality.

Ferrari, J.R. 2000. Procrastination and attention: Factor analysis of attention deficit, boredomness, intelligence, self-esteem, and task delay frequencies. Journal of Social Behaviour and Personality, 15, 185-196.

Ferrari, J.R. 2001. Procrastination as self-regulation failure of performance: Effect of cognitive load, self-awareness, and time limits on “working best under

pressure.” Europan Journal of Personality, 15, 391-406.

Ferrari, J.R., & Beck, B. 1998. Affective responses before and after fraudulent excuses by academic procrastinator. Education, 118, 529-537.

Ferrari, J.R., & Diaz-Morales, J.F. 2007. Perseptions of concept and Self-presentation by Procrastinators: Further Evidence. The Spanish Journal of Psychology, 10 (1), 91-96. Diunduh pada tanggal 12 Juni 2013 di http://revistas.ucm.es/index.php/SJOP/article/view/30085

Ferrari, J.R., & Dovidio, J.F. 2000. Examining behavioral processes in indecision: Decisional Procrastination and decision-making style. Journal of Research in Personality, 34, 127-137.

Ferrari, J.R., & Patel, T. 2004. Social comparisons by procrastinators: Rating peers with similar or dissimilar tendencies. Personality and Individual Differences, 37, 359-366.

Flett, G., Blankstein, P., & Martin, T. 1995. Dimensions of Perfectionism and Procrastination. Dalam J. R. Ferrari, J. Johnson & W. McCown, (Eds.), Procrastination and Task Avoidance: Theory, Research and Practice, (113-136). New York: Plenum Press.

Gottlieb, B.H. 1993. Emotional Support Strategies Guidelines for Mental Health Pratice. Baverly Hills: Sage Publications.

Hadi, S. 1991. Analisis Butir untuk Instrumen (Angket, Tes, dan Skala Nilai dengan BASICA). Yogyakarta: Andi Offset.

(75)

Hurlock, D.B. 1994. Psikologi Perkembangan: Suatu Pengantar Sepanjang Rentang Kehidupan (terjemahan Istiwidayanti dan Soedjarwo). Jakarta: Erlangga.

Janssen, T. & Carton, J.S. 1999. The Effect of Locus of Control and Task Difficulty on Procrastination. The Journal of Genetic Psychology, 160 (4). 436-442.

Kahn, M.J. 1995. Emotional Social Support and achievement in adolescence: A multi-cultural study. Journal of Applied Development Psychology, 15, 201-212.

Kartono, K. 1992. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: Mandar Maju.

Kimbrough, C. 2007. Procrastination: The Death of Opportunity. Faculty Publications, College of Journalism & Mass Communications, 37. Diunduh pada tanggal 5 Mei 2013 di http://digitalcommons.unl.edu/journalismfacpub/37.

Kuntjoro, Z.S. 2002. Dukungan Emosional pada Anak. Diunduh pada tanggal 12 Agustus 2013 di http://www.e-psikologi.com.

Lazarus, R.S., & Folkman. 1984. Pattern of Adjustment and Human Effetiveness. Tokyo: McGraw-Hill Kogakushu Ltd.

Locke, W. 1975. Introduction to Personalty Structure. CBS College Publishing. Loewenstein & Elster. 1992. Behavioral self-control in treating procrastination in

studying. Psychological Reports, 42, 59-69. Diunduh pada tanggal 5 Juni 2013 di http://pss.sagepub.com/content/9/4/121.

MacDonald, A. P, Buehler R. G., & Griffin. 1997. Ellis‟s irrational values: A

validation study. Rational Living, 7, 87-91.

McCown, W., & Johnson, J. 1989. Validation of An Adult Inventory of

Procrastination. Dipresentasikan pada Society for Personality

Assessement, New York. Diunduh pada tanggal 5 Juni 2013 di http://www.forumsains.com/artikel/paper-presented/.

Millgram, N. 1998. Procrastination Things. New York: Centerpoint.

Gambar

Gambar 2.2 : Skema Hubungan Antara Dukungan Emosional dari
Tabel

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Antara Dukungan Sosial Orangtua dengan Prokrastinasi Akademik dalam Menyelesaikan Skripsi pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro

Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang pentingnya orientasi tujuan dalam proses belajar dan membuat orientasi tujuan yang tepat

pemeriksaaan aitem skala psikologi dalam skripsi yang berjudul &#34;Prokrastinasi Akademik dan Dukungan Sosial Teman Sebaya Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas

Berdasarkan hasil penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan semua mahasiswa Fakultas Psikologi UBAYA melakukan prokrastinasi akademik, namun setiap

Salah salah satu penyebab keterlambatan dalam menyelesaikan skripsi dikarenakan adanya perilaku menunda-nunda dalam area akademik atau yang dikenal dengan istilah

Penelitian ini dengan judul “Hubungan antara Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya”

Sangat rendahnya dukungan keluarga inti terlihat implisitnya dukungan keluarga inti pada faktor eksternal prokrastinasi akademik, tidak disebutkan secara

Sangat rendahnya dukungan keluarga inti terlihat implisitnya dukungan keluarga inti pada faktor eksternal prokrastinasi akademik, tidak disebutkan secara