• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT USAHA TANI (JITUT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN MEUREBO KABUPATEN ACEH BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT USAHA TANI (JITUT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN MEUREBO KABUPATEN ACEH BARAT"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT

USAHA TANI (JITUT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI

PADI DI KECAMATAN MEUREBO

KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

SUWARNI 06C10404057

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

(2)

PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT

USAHA TANI (JITUT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI

PADI DI KECAMATAN MEUREBO

KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

SUWARNI 06C10404057

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

(3)

LEMBARAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Pengaruh Pembangunan Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani (Jitut) Terhadap Pendapatan Petani Padi Di

Kecamatan Meureubo Kecamatan Aceh Barat. Nama Mahasiswa : Suwarni

NIM : 06C10404057

Program Studi : Agribisnis

Menyetujui; Komisi Pembimbing

Ketua

Ir. Said Mahjali,MM NIDN.0110116582

Anggota

Yoga Nugroho,SP,.MM NIDN.0106018801

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Ir. Rusdi Faizin,MSi NIP.196308111992031001

Ketua Prodi Agribisnis

Yoga Nugroho,SP,.MM NIDN.0106018801

(4)

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Skripsi dengan judul :

PENGARUH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TINGKAT USAHATANI (JITUT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN

MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT

Yang Disusun Oleh :

Nama Mahasiswa : Suwarni

NIM : 06C10404057

Fakultas : Pertanian

Program Studi : Agribisnis

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 24 Agustus 2015 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

1. Ir.Said Mahjali, MM ……….. (Dosen Pembimbing Ketua)

2. Yoga Nugroho,SP,.MM ……….. (Dosen Pembimbing Anggota)

3. Khairu Nisa,SP,.MP ……….. (Dosen Penguji I)

4. Meiza Aulia,SP ……….. (Dosen Penguji II)

Alue Peunyareng, 24 Agustus 2015 Ketua Prodi Agribisnis

(5)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beberapa kajian empiris menunjukkan bahwa salah satu kendala terpenting yang dihadapi untuk memacu pertumbuhan produksi pangan khususnya padi adalah turunnya kapasitas lahan. Turunnya kapasitas lahan merupakan akibat dari sindroma over intensifikasi pada lahan sawah dan penurunan kualitas irigasi (Simatupang, 2000).

Lebih dari 80 persen produksi padi di Indonesia berasal dari lahan irigasi. Oleh karena itu degradasi kinerja irigasi merupakan ancaman nyata terhadap masa depan pasokan pangan nasional. Dampak kemunduran kinerja irigasi bersifat langsung dan tidak langsung. Dampak langsung adalah turunnya produktivitas, turunnya intensitas tanam, dan meningkatnya risiko usahatani. Dampak tidak langsung adalah melemahnya komitmen petani untuk mempertahankan ekosistem sawah karena buruknya kinerja irigasi mengakibatkan lahan tersebut kurang kondusif untuk usahatani padi (Sumaryanto dkk, 2003).

Infrastruktur dan sarana merupakan salah satu faktor penting dalam proses usahatani, diantaranya infrastruktur irigasi. Infrastruktur irigasi sangat menentukan ketersediaan air yang berdampak langsung terhadap kualitas dan kuantitas tanaman khususnya tanaman padi yang diusahakan oleh sebahagian besar masyarakat Aceh Barat terutama di Kecamatan Meurebo.

(6)

2

irigasi sangat menentukan ketersediaan air yang berdampak langsung terhadap kualitas dan kuantitas tanaman khususnya padi. Namun demikian, infrastruktur yang telah dibangun dengan biaya tidak murah tersebut sering kali tidak dimanfaatkan secara optimal oleh para petani. Hai ini karena peran petani selama ini dalam pembangunan infrastruktur tersebut relative fasif dan akan hanya merupakan objek pembangunan.

(7)

3

dalam hal ini Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP) berusaha untuk membantu meningkatkan pemberdayaan petani pemakai air dalam pengelolaan jaringan irigasi melalui kegiatan pengembangan jaringan.

Peningkatan produksi beras dilakukan melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi. Sesuai dengan tujuan pembangunan pertanian dalam pembangunan nasional, usaha peningkatan produksi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, yaitu menjamin ketersediaan pangan serta untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Perbaikan pendapatan petani diharapkan dapat meningkatkan daya beli mereka dan secara berkesinambungan akan menunjang sektor lainnya.

(8)

4

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pembangunan jaringan irigasi tingkat usahatani (Jitut) terhadap pendapatan petani padi di Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh ketersedian jaringan irigasi tingkat usaha tani (jitut) terhadap pendapatan petani padi di Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat.

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas maka kegunaan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petani setempat untuk menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan pengelolaan dan perawatan jaringan jitut sehingga dengan tersedia dan mudahnya ketersedian jaringan air dapat memudahkan masyarakat dalam melakukan proses budidaya tanaman padi dengan intensitas minimal 2 kali dalam setahun.

(9)

5

1.4 Hipotesis

(10)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Pembangunan Jitut

Tahun anggaran 2013 diambil suatu kebijakan bahwa pelaksanaan pembangunan infrastruktur sarana pertanian terutama jaringan irigasi tingkat usahatani lingkup Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Aceh Barat yang dibiayai dengan DPA-SKPD tahun 2013, sejauh tidak memerlukan teknologi canggih dan alat-alat berat, dilakukan dengan pola padat karya misalnya pembangunan jaringan irigasi tingkat usaha tani (jitut). Kebijakan pelaksanaan pola padat karya ini disamping merupakan wujud kepedulian dan keberpihakan sektor pertanian terhadap petani dan buruh juga merupakan upaya untuk mereposisikan petani sebagai pelaku atau subjek pembangunan. Diharapkan kebijakan ini akan menciptakan kebersamaan dan rasa tan ggung jawab secara kolektif terhadap infrastruktur sarana pertanian yang telah mereka bangun. Disamping itu, dengan pola padat karya akan membuka lapangan pekerjaan baru saat tidak ada kegiatan atau pekerjaan yang berarti dalam di lahan usaha taninya (Dinas Pertanian dan Peternakan Aceh Barat, 2013).

2.2 Irigasi

(11)

6 yang mendorong degradasi tanah hanya dapat berlangsung apabila terdapat kehadiran air. Oleh karena itu, tepat kalau dikatakan air merupakan sumber kehidupan (Fuad Bustomi, 2002).

Irigasi berarti mengalirkan air secara buatan dari sumber air yang tersedia kepada sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Dengan demikian tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara teratur sesuai kebutuhan tanaman pada saat persediaan lengas tanah tidak mencukupi untuk mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara normal. Pemberian air irigasi yang efisien selain dipengaruhi oleh tatacara aplikasi, juga ditentukan oleh kebutuhan air guna mencapai kondisi air tersedia yang dibutuhkan tanaman (Sudjarwadi, 2003).

2.2.1 Fungsi Irigasi

Fungsi umum irigasi secara garis besarnya dapat di bagi atas beberapa macam :

1. Memasok kebutuhan air tanaman

2. Menjamin ketersediaan air apabila terjadi betatan 3. Menurunkan suhu tanah

4. Mengurangi kerusakan akibat frost

5. Melunakkan lapis keras pada saat pengolahan tanah (Sudjarwadi, 2007).

2.1.2 Tujuan Irigasi

(12)

7 Menurut Sumaryanto 2003, Irigasi bertujuan untuk membantu para petani dalam mengolah lahan pertaniannya, terutama bagi para petani di pedesaan yang sering kekurangan air.

1. Meningkatkan Produksi Pangan terutama beras

2. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan air irigasi 3. Meningkatkan intensitas tanam

4. Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat desa dalam pembangunan jaringan irigasi perdesaan.

2.2.3 Manfaat Irigasi

Irigasi sangat bermanfaat bagi pertanian, terutama di pedesaan. Dengan irigasi, sawah dapat digarap tiap tahunnya, dapat dipergunakan untuk peternakan, dan keperluan lain yang bermanfaat.

Adapun manfaat dari suatu sistem irigasi, adalah :

1. Untuk membasahi tanah, yaitu pembasahan tanah pada daerah yang curah hujannya kurang atau tidak menentu.

2. Untuk mengatur pembasahan tanah, agar daerah pertanian dapat diairi sepanjang waktu pada saat dibutuhkan, baik pada musim kemarau maupun musim penghujan.

3. Untuk menyuburkan tanah, dengan mengalirkan air yang mengandung lumpur & zat – zat hara penyubur tanaman pada daerah pertanian tersebut, sehingga tanah menjadi subur.

4. Untuk kolmatase, yaitu meninggikan tanah yang rendah / rawa dengan pengendapan lumpur yang dikandung oleh air irigasi.

(13)

8 tanah dapat digelontor ketempat yang telah disediakan ( saluran drainase ) untuk diproses penjernihan secara teknis atau alamiah.

6. Pada daerah dingin, dengan mengalirkan air yang suhunya lebih tinggi dari pada tanah, sehingga dimungkinkan untuk mengadakan proses pertanian pada musim tersebut (Fuad Bustomi, 2004).

2.3 Usahatani

Menurut Adiwilaga (2002), ilmu usahatani adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan orang melakukan pertanian dan permasalahan yang ditinjau secara khusus dari kedudukan pengusahanya sendiri atau ilmu usahatani yaitu menyelidiki cara-cara seorang petani sebagai pengusaha dalam menyusun, mengatur dan menjalankan perusahaan itu.

Menurut Mosher (2001) usahatani adalah suatu tempat atau sebagian dari permukaan bumi dimana pertanian diselenggarakan seorang petani tertentu, apakah ia seorang pemilik, penyakap atau manajer yang digaji dari sumber- sumber alam yang terdapat pada tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah itu dan sebagainya.

Menurut Kadarsan (2003) dalam Kamaluddin, usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga kerja, modal dan ketrampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian.

(14)

9 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Sumberdaya itu adalah lahan, tenaga kerja dan modal.

2.3.1 Penerimaan

Penerimaan usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jumlah tertentu yang dijual, diberikan kepada orang lain dan yang dikomsumsi yang diperoleh dari jumlah produk secara keseluruhan dikalikan dengan harga yang berlaku ditingkat petani. Soekartawi (1995) menyatakan bahwa penerimaan usahatani adalah perkalian antar produk dengan harga jual. Secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut :

TR = Py. Y Dimana :

TR = Total penerimaan Py = Harga

Y = Produksi

2.3.2 Biaya

(15)

10 atas lahan milik sendiri, penggunaan tenaga kerja dalam keluarga, penggunaan benih dari hasil produksi dan penyusutan dari sarana produksi. Pengeluaran usahatani secara umum meliputi biaya tetap (fixed cost ) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan. Biaya tetap dapat berupa biaya sewa lahan, pajak dan bunga pinjaman. Biaya variabel adalah biaya yang sifatnya dipengaruhi jumlah produksi yag dihasilkan. Biaya variabel dapat berupa biaya yang dikeluarkan unt uk benih, pupuk, pestisida dan upah tenaga kerja.

Lebih lanjut Soekartawi (1995) mengklasifikasikan biaya produksi usahatni menjadi 2 yaitu :

1. Biaya tetap (fixed cost)adalah biaya yang dipergunakan tidak habis dalam satu proses produksi dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit, besar biaya tidak tergantung pada besar kecilnya biaya produksi yang diperoleh. Biaya tetap meliputi sewa tanah, pajak, biaya alat pertanian dan penyusutan alat pertanian.

2. Biaya Variabel (variable cost) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh hasil produksi. Biaya variabel ini meliputi: biaya bibit, biaya pupuk, biaya pengolahan tanah dan biaya tenaga kerja. Biaya usahatani dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:

(16)

11 b. Biaya mengusahakan yaitu biaya alat-alat luar ditambah dengan upah tenaga keluarga sendiri, yang diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga luar.

c. Biaya menghasilkan yaitu biaya mengusahakan ditambah dengan bunga dari aktiva yang dipergunakan dalam usahatani.

Dalam ilmu ekonomi dikatakan bahwa petani membandingkan antara hasil yang diharapkan akan diterima pada waktu panen (penerimaan, revenue) dengan biaya (pengorbanan, cost) yang harus dikeluarkannya. Hasil yang diperoleh petani pada saat panen disebut produksi dan biaya yang dikeluarkan disebut biaya produksi, sedangkan total penerimaan diperoleh dari produksi fisik dikalikan dengan harga produksi (Wijaya, 2002).

2.3.3 Pendapatan

Pemenuhan kebutuhan hidup rumah tangga usahatani dicukupi dari pendapatan usahatani. Soeharjo dan Patong (2003) menyatakan bahwa pendapatan adalah balas jasa dari kerjasama faktor- faktor produksi lahan, tenaga kerja, modal dan jasa pengelolaan. Pendapatan usahatani tidak hanya berasal dari kegiatan produksi saja tetapi dapat juga diperoleh dari hasil menyewakan atau menjual unsur- unsur produksi, misalnya menjual kelebihan alat-alat produksi, menyewakan lahan dan lain sebagainya. Berkaitan dengan ukuran pendapatan dan keuntungan, Soekartawi (1986)mengemukakan beberapa definisi :

1. Penerimaan tunai usahatani merupakan nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani.

2. Pengeluaran tunai usahatani adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani.

(17)

12 tertentu, baik yang dijual maupun tidak dijual.

4. Penerimaan total usahatani merupakan nilai semua yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam produksi termasuk biaya yang diperhitungkan.

5. Pengeluaran total usahatani merupakan selisih antara penerimaan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani.

Secara harfiah pendapatan dapat didefenisikan sebagai sisa dari pengurangan nilai penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang diharapkan tentu saja memiliki nilai positif dan semakin besar nilainya semakin baik, meskipun besar pendapatan tidak selalu mencerminkan efisiensi yang tinggi karena pendapatan yang besar mungkin juga diperoleh dari investasi yang jumlahnya besar pula.

(18)

13 usahatani dengan biaya tunai usahatani. Sedangkan pendapatan bersih usahatani mengukur pendapatan kerja petani dari seluruh biaya usahatani yang dikeluarkan. Pendapatan bersih usahatani diperoleh dari selisih penerimaan usahatani dengan biaya total usahatani.

Dalam teori ekonomi pertanian tingkat pendapatan pertanian menjadi fokus dari setiap tujuan aktivitas usahatani, tinggi rendahnya modal usaha akan berpengaruh terhadap pruduksi yang akhirnya kembali berdampak pada pandapatan petani. Menurut Tjakrawiralaksana (2003) Pendapatan usahatani adalah sisa beda dari pada penggunaan nilai penerimaan usahatani dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Ada beberapa ukuran untuk menghitung pendapatan usahatani yaitu :

1. Pendapatan usahatani diperoleh dengan menghitung semua penerimaan dikurangi dengan semua pengeluaran

2. Pendapatan keluarga tani diperoleh dari menambah pendapatan tenaga kerja keluarga dengan bungan modal milik sendiri dan nilai sewa.

3. Pendapatan petani diperoleh dari menambah pendapatan tenaga kerja biaya modal sendiri.

Soekarawi (1995) Pendapatan usahatani adalah selisih antara total penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan.Selanjutnya dikatakan bahwa pendapatan rumah tangga petani adalah keseluruhan pendapatan petani,tidak saja dari usaha bidang pertanian dari usaha non pertanian juga.secara matematis pendapatan usahatani diformulasikan sebagai berikut :

Pd = TR – TC Dimana :

(19)

14 TC = Total biaya

Menurut Sukirno (2006), pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu baik harian, mingguan, bulanan maupun tahunan.

Besar kecilnya pendapatan dipengaruhi oleh mata pencaharian/ pekerjaan yang dilakukan. Pendapatan seorang individu dapat diartikan sebagai semua jenis pendapatan termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan sesuatu kegiatan apapun yang diterima oleh penduduk suatu negara (Su’ud, 2007) Pendapatan adalah perolehan aktiva/sumber ekonomi dari pihak lain sebagai imbalan atas penyerahan barang dagangan, jasa/aktivitas-aktivitas usaha. Pendapatan sebagai jumlah balas jasa berupa upah atau gaji keuntungan yang diterima berbagai faktor produksi (BPS, 2005).

Pendapatan kotor adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari semua cabang dan sumber di dalam usaha tani selama satu tahun, yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan, pertukaran atau penaksiran kembali. Sedangkan pendapatan bersih (net return) usaha tani dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor dengan biaya mengusahakan.

(20)

15 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2015 di Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat. Pemilihan lokasi dan pemilihan waktu penelitian dilakukan dengan cara sengaja, dengan pertimbangan karena pada saat tersebut petani mulai melakukan aktifitas panen pada tanaman padi.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan orang, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi (Sekaran, 2006). Menurut Cooper (2009) populasi adalah total kumpulan elemen atau unsur yang kita harapkan membuat kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah petani padi di wilayah Kecamatan Meurebo sejumlah petani.

Sampel adalah sebagian dari populasi atau sejumlah anggota yang dipilih dari populasi (Sekaran, 2006). Penelitian ini mengambil sampel di 3 (tiga) gampong yaitu gampong Ujung Tanoh Darat, Ujong Tanjong dan Rantau Panjang Timur dengan jumlah sebanyak 15 orang petani pergampong, jadi total keseluruhan 45 petani. Pemilihan ke tiga gampong tersebut berdasarkan penjelasan dari Dinas Penyuluh Pertanian setempat bahwa sebahagian besar masyarakat di ketiga lokasi tersebut berprofesi sebagai petani.

(21)

16

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden yang dipandu dengan kuisioner. Wawancara dilakukan dengan petani, Sedangkan data sekunder diperoleh melalui penelusuran karya-karya ilmiah dan data-data yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga pemerintah yang memberikan informasi dan data yang relevan dengan topik yang dikaji.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Penelitian Lapangan ( Field Research )

Penelitian lapangan, yaitu metode penelitian lapangan untuk mendapatkan data dan informasi yang dapat dipercaya .

2. Penelitian Perpustakaan( Library Research )

Penelitian perpustakaan, yaitu mengumpulkan data dan keterangan yang dapat mempertajam orientasi dan dasar teoritis tentang masalah penelitian yang dikaji melalui buku-buku yang berhubungan dengan karya skripsi dalam penelitian ini.

3.5 Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Data yang diperoleh, baik data primer maupun data sekunder diolah dan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif yang dianalisis yaitu pendapatan petani padi.

(22)

17

dengan menggunakan quisioner atau daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

Untuk mengetahui adanya pengaruh diolah dengan melihat adanya perbedaan pendapatan petani Sebelum dan Sesudah Jitut digunakan uji t “sampel

tidak berhubungan” dengan formulanya (Sudjana,1992) sebagai berikut :

tcari =

Dimana :

X1 = Rata-rata pendapatan petani Sesudah jitut X2 = Rata-rata pendapatan petani Sebelum jitut S12 = Varians pendapatan petani Sesudah jitut S22 = Varians pendapatan Petani Sebelum Jitut n1 = Jumlah sampel petani Sesudah jitut n2 = Jumlah Sampel petani Sebelum jitut Sedangkan varians dihitung dengan mengunakan rumus :

S2 =

Dengan hipotesis yang diformulasi sebagai berikut :

Ha : X1 > X2 = Pendapatan usahatani padi sesudah jitut lebih besar dibandingkan sebelum jitut

H0 : X1< X2 = Pendapatan usahatani padi sesudah jitut sama dengan atau lebih kecil dibanding dari pendapatan petani sebelum jitut. Dengan kaidah pengambilan keputusan melalui metode analisis sebagai berikut : Bila tcari > ttabel maka terima Ha dan tolak H0

Bila tcari < ttabel maka terima H0 dan tolak Ha

(23)
(24)

18 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Petani Padi

Identifikasi karakteristik produksi dan pendapatan petani padi anggota jitut di Gampong Ujong Tanoh Darat, Ujong Tanjong dan Gampong Ranto Panyang Timur yang menjadi lokasi penelitian, dianalisis berdasarkan karakteristik sosial ekonomi, karakteristik usahatani, produksi, pendapatan dan karakteristik tenaga kerja lokal. Identifikasi ini dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai tingkat pendapatan, budidaya usahatani, dan tenaga kerja yang digunakan oleh petani anggota jitut di ketiga lokasi penelitian dilakukan.

Petani responden dalam penelitian ini yaitu petani padi yang tergabung dalam Kelompok Tani Jitut di Gampong Ujong Tanoh Darat, Ujong Tanjong dan Gampong Ranto Panyang Timur. Karakteristik sosial ekonomi petani padi jitut dapat dianalisis dalam beberapa kriteria yaitu meliputi usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan petani padi dan pengalaman usahatani dari pelaku pertanian di ketiga lokasi penelitian.

4.1.1 Umur

(25)

19

Tabel 1. Jumlah Petani Jitut Berdasarkan Sebaran Umur Petani Jitut Gampong Ujong Tanoh Darat, Ujong Tanjong dan Gampong Ranto Panyang Sumber : Hasil Analisis Data (2015)

(26)

20

Hal ini dikarenakan Gampong Ujong Tanoh Darat, Ujong Tanjong dan Gampong Ranto Panyang Timur miliki lahan pertanian yang masih luas dan beberapa masyarakat desa ini bermata pencaharian pokok sebagai petani, penyerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan dalam pengelolaan lahan pertanian. Responden pada lokasi-lokasi penelitian ini sebagian besar telah mengenyam pendidikan formal, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), hingga tingkat perguruan Tinggi (PT). Sebaran petani responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2.

(27)

21

Sedangkan persentase terendah sebesar 4% dari total tani responden merupakan petani dengan tingkat pendidikan terakhir Sekolah menengah Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi (PT). Hal yang sama terjadi pada petani jitut Gampong Ujong Tanjong, petani dengan tingkat pendidikan terakhir SMP menjadi persentase tertinggi sebesar 14,7%. Sedangkan persentase terendah yaitu petani dengan tingkat pendidikan terakhir SMA dan D3 dengan jumlah masing-masing sebesar 2%. Pola pendidikan yang dijalani oleh petani jitut relatif rendah, sehingga banyak dari masyarakat Gampong Ujong Tanoh Darat, Ranto Panyang Timur serta Ujong Tanjong hanya mengenyam pendidikan hingga tingkat SD dan SMP saja. Hal ini mengakibatkan tingkat penyerapan teknologi dalam mengembangkan usahatani petani jitut sangat rendah.

4.1.3 Tanggungan Keluarga Petani Padi

Masyarakat Gampong Ujong Tanoh Darat, Ujong Tanjong dan Ranto Panyang Timur pada umumnya menjadikan usahatani sebagai mata pencaharian pokok atau utama untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga petani. Tabel 3 menyajikan sebaran petani responden berdasarkan Tanggungan keluarga Petani padi jitut Gampong Ujong Tanoh Darat, Ujong Tanjong dan Ranto Panyang Timur.

(28)

22

Berdasarkan Tabel 3.Total rata-rata Tanggungan keluarga sebanyak 6 orang Per/KK Petani anggota jitut di Gampong Ujong Tanoh Darat, Ujong Tanjong dan Ranto Panyang Timur bermata pencaharian pokok sebagai petani dan sisanya sebesar 8,16 % memilih usahatani sebagai mata pencaharian sampingan. Tanggungan petani jitut di Gampong Ujong Tanoh Darat sebanyak 23,97 % petani menjadikan usahatani sebagai mata pencaharian utama mereka dan 2,5 % dari total petani responden memilih usahatani menjadi mata pencaharian sampingan. Tanggungan Petani Padi memperlihatkan sejauh mana waktu dan perhatian petani terhadap pekerjaannya. Jika petani menjadikan usahatani sebagai mata pencaharian pokok, maka seluruh waktu dan perhatiannya akan tertuju pada usahatani tersebut. Begitupun sebaliknya, jika petani menjadikan usahatani sebagai mata pencaharian sampingan, waktu dan perhatian petani tidak akan tercurah maksimal untuk kegiatan pertanian. Hal ini berpengaruh terhadap fokus usaha tidaknya pengawasan petani terhadap segala kegiatan pertanian, sehingga akan berimplikasi terhadap produksi padi dan pendapatan yang akan diterima oleh usaha tani jitut.

4.1.4 Pengalaman Usahatani

(29)

23

Tabel 4. Jumlah Petani Anggota Jitut Berdasarkan Pengalaman Usahatani Padi di Kec.Meureubo Kab.Aceh Barat 2015.

(30)

24

4.1.5 Teknik Budidaya Padi

Keberadaan sistem irigasi jitut memberikan dampak positif yang secara langsung dapat dirasakan berupa perubahan masa tanam padi dalam satu tahun dan hal lain yang sangat dirasakan adalah meningkatnya produksi dan kualitas produk pertanian serta berpengaruh langsung terhadap tingkat pendapatan dan kesejahteraan masyarakat tani di daerah penelitian. Lokasi lahan pertanian yang teraliri saluran jitut tidak pernah Mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan air, baik ketika musim hujan ataupun musim kemarau, kebutuhan air untuk sarana pengairan lahan pertanian selalu terpenuhi. Ketersediaan air yang melimpah dan keberadaan kelembagaan perkumpulan petani jitut mengakibatkan pola tanam petani jitut miliki dua kali masa tanam dalam satu tahun.

(31)

25

Hal inilah yang menyebabkan masa tanam padi petani jitut Gampong Ujong Tanoh darat, Ujong Tanjong dan Ranto Panyang Timur memiliki dua kali masa tanam dalam satu tahun dibandingkan dengan petani-petani lain yang tidak mendapatkan air jitut yang hanya memiliki masa tanam dua kali dalam satu tahun.

Petani non jitut disekitar ketiga gampong tersebut juga memiliki masa tanam dua kali dalam satu tahun. Sarana pengairan petani non jitut disekitar gampong tersebut hanya mengandalkan ketersediaan air pada musim penghujan. Perbedaan kebutuhan air yang digunakan untuk pengelolaan usahatani di petani jitut dan non jitut yaitu ketika pengairan untuk menggenangi tanaman di mulai dari mulai tandur hingga tanaman padi dewasa. Jika petani jitut menggenangi padi dengan ketinggian 3-5 cm dari permukaan lahan maka petani non jitut menggenangi lahan sesuai dengan ketersediaan air pada saat tersebut. 4.2 Biaya Usahatani

Biaya produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mencakup keseluruhan modal yang dioperasikan sebagai biaya produksi selama proses produksi berlangsung baik yang dibayar tunai maupun yang tidak dibayar tunai, tetapi diperhitungkan. Biaya produksi yang digunakan dalam uasahatani petani meliputi penggunaan biaya tetap dan biaya tidak tetap.

4.1.2 Biaya Tetap

(32)

26

Adapun penggunaan biaya tetap yang meliputi pengadaan peralatan pada proses kegiatan usahatani padi dikecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat pada Tabel 5. berikut :

Tabel 5.Perincian Penggunaan Peralatan pada Usahatani Sebelum Jitut dan Sesudah Jitut di Kec.Meureubo Kab.Aceh Barat,Tahun 2015.

No. Uraian Jumlah

Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan bahwa Penggunaan Biaya tetap sebelum Jitut dan sesudah Jitu adalah sama rata-rata sebesar Rp.591.389,- adapun peralatan tersebut adalah cangkul,arit/sabit, parang,karung dan alat semprot hama. Cangkul digunakan untuk untuk mengemburkan tanah,arit/sabit digunakan untuk menyiangi ilalang yang ada disekitar lahan sawah,alat semprot hama digunakan sebagai wadah penyemprotan pestisida untuk memberantas hama yang menganggu tanaman. Sementara itu goni digunakan sebagai media untuk mengumpulkan hasil panen. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani di lokasi penelitian, diketahui bahwa peralatan yang digunakan oleh petani rata-rata merupakan milik pribadi. Walaupun demikian, dalam hal penelitian usahatani ini, biaya peralatan tersebut tetap dimasukkan dalam perhitungan.

(33)

27

maka nilai peralatan tersebut semakin berkurang. Untuk lebih jelasnya mengenai biaya penyusutan dapat dilihat pada Tabel 6. berikut ini :

Tabel 6. Perincian Biaya Penyusutan pada Usahatani Padi Sebelum Jitut dan Sesudah Jitut Dikecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat, 2015.

No. Uraian Umur

Sumber : Hasil Data Diolah 2015

Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah biaya penyusutan pada usahatani padi diperkirakan sebesar Rp. 259.889,- untuk setiap tahun.

4.1.3 Biaya Tidak Tetap

Biaya Tidak Tetap atau biaya variable adalah biaya yang habis dipakai dalam satu kali proses produksi dan besar kecilnya biaya yang dikeluarkan sangat mempergaruhi hasil produksi. Biaya tidak tetap yang digunakan dalam usaha tani padi yaitu biaya yang dikeluarkan untuk input produksi berupa Benih, Pupuk dan Pestisida dan lain-lain.

(34)

28

4.1.4 Biaya Sebelum Jitut

Pada penelitian ini faktor produksi yang dianalisis yaitu penggunaan benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan air.

Benih merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam usaha tani padi. Hasil produksi usahatani akan baik jika menggunakan benih yang unggul disertai dengan pola tanam yang teratur. Benih padi yang digunakan oleh usaha tani petani jitut umumnya menggunakan varietas Ciherang. Benih sebagai faktor produksi usaha tani petani di Gampoeng Ujung Tanoh Darat, Ujong Tanjong dan Ranto Panyang Timur.

(35)

29 Sumber : Hasil olah Data (2015)

Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan Penggunaan total rata-rata pupuk urea untuk petani jitut di Gampong Ujong Tanoh Darat, Ujong Tanjong dan Ranto Panyang Timur dengan rata-rata yaitu sebesar 699.517 kg/ha. Penggunaan total rata-rata untuk pupuk SP36 98 kg dan NPK 168.667 kg.

Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan oleh petani jitut yaitu dengan melakukan penyemprotan pestisida kimia. Pestisida yang digunakan yaitu berupa pestisida cair tergantung aplikasi penggunaan dari pestisida tersebut. Pestisida cair digunakan dengan cara melarutkan pestisida dengan air, kemudian dilakukan penyemprotan terhadap tanaman padi. Penyemprotan pestisida sebagai pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan handsprayer.

(36)

30

(37)

31

4.2.2 Biaya Sesudah Jitut

Setelah berjalannya jitut, petani padi di ketiga daerah penelitian banyak mendapatkan masukan dari Dinas Pertanian setempat melalui penyuluh pertanian.

(38)

32

Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan bahwa sesudah adanya Jitut petani penggunaan input usaha tani sama dengan penggunaaan sebelum Jitut seperti Pupuk urea yaitu kisaran sebesar 198.000 kg/ha.

Penggunaan total rata-rata pupuk SP36 sebesar 98.917 kg, dan NPK 168.667 kg dengan total pengeluaran input usahatani sebesar Rp.699.517,- tidak terjadi peningkatan dari sebelum penggunaan jaringan jitut yang mana biaya yang diluarkan sama dengan sebelum Jitut.

Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan oleh petani Jitut yaitu dengan melakukan penyemprotan pestisida kimia. Pestisida yang digunakan yaitu berupa pestisida cair, tergantung aplikasi penggunaan dari pestisida tersebut. Pestisida cair digunakan dengan cara melarutkan pestisida dengan air, kemudian dilakukan penyemprotan terhadap tanaman padi, sedangkan pestisida padat digunakan dengan cara mencampurkan pestisida dengan pupuk urea, NPK yang kemudian ditaburkan dilahan sawah. Penyemprotan pestisida sebagai pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan handsprayer.

(39)

33

4.3 Produksi dan Nilai Produksi

Produksi merupakan aktivitas yang menghasilkan barang dan jasa atau suatu proses menstransformasikan input-input menjadi output-output yang bermanfaat dan dengan demikian menambah nilai pada usaha dalam menghasilkan produksi yaitu besarnya hasil panen pada usahatani padi. Sedang kan nilai produksi adalah penerimaan kotor yang diperoleh dari rata-rata hasil produksi perhektar, yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

Besar kecilnya nilai produksi yang diperoleh perhektar dari usahataninya sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya produksi dan tingkat harga produksi yang akan mencermikan besarnya pendapatan. Rata-rata produksi dan nilai produksi perhektar perproduksi, pada Tabel 9. berikut :

Tabel 9. Rata-rata Jumlah Produksi, Harga dan Nilai Produksi pada Usahatani Padi Sebelum Jitut dan sesudah Jitut,Tahun 2014 – 2015.

Uraian Harga (Rp) Sumber : Hasil Olah Data (2015)

(40)

34

4.4 Pendapatan Usaha tani

Tujuan utama suatu aktivitas ekonomi yaitu untuk memperoleh keuntungan yang maksimum.

Suatu usahatani dikatakan menguntungkan jika selisih antara penerimaan dengan pengeluaran bersifat positif.

Pendapatan usahatani dianalisis berdasarkan pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan biaya tunai, sedangkan pendapatan atas biaya total diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan biaya total. Pendapatan atas biaya total akan lebih rendah dari pada pendapatan atas biaya tunai, karena dalam analisis pendapatan biaya total memperhitungkan biaya tenaga kerja dalam rumah tangga, sedangkan pada analisis pendapatan atas biaya tunai tidak memperhitungkan hal sebut. Secara rinci pendapatan usahatani petani anggota jitut dan dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.

Tabel 10. Pendapatan Usaha tani Petani Gampong Ujong Tanoh Darat, Ujong Tanjong dan Gampong Ranto Panyang Timur Tahun 2015.

(41)

35

tunai. Biaya tunai terdiri atas pengeluaran biaya untuk pembelian input produksi berupa benih, pupuk, pestisida, pemberian upah terhadap tenaga kerja, yaitu pemenuhan air untuk irigasi, sewa lahan, dan penyusutan alat-alat pertanian.

Biaya non tunai yang harus diperhitungkan dalam struktur biaya usahatani yaitu berupa pemberian upah terhadap tenaga kerja dalam keluarga.

4.5 Pengaruh Pendapatan Usahatani Padi Sebelum Jitut dan sesudah Jitut Pendapatan merupakan tujuan pokok dan motivasi petani dalam melakukan kegiatan usahatani. Peningkatan pendapatan merupakan salah satu usaha petani untuk menuju arah peningkatan kesejahteraan petani dan keluarganya, sekaligus meningkatkan perkapita.

Petani sebelum Jitut adalah merupakan petani yang dulunya belum adanya prasarana irigasi dalam proses Budidaya Padi mengalami kendala kekurangan air pada proses budidaya padi. Sedangkan usahatani sesudah jitut dalam proses budidaya padi tidak lagi mengalami kendala seperti kekurangan air.

Terjadi perbedaaan pendapatan antara petani sebelum jitut dengan petani sesudah jitut banyak hal, diantaranya jumlah produksi, yang dihasilkan dari usaha tani padi sesudah jitut lebih besar dibandingkan usahatani sebelum jitut.

(42)

36

Tabel 11. Rata-rata Perbandingan Antara Pendapatan Usatani Padi sebelum Jitut dan Sesudah Jitut di kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2015.

No Uraian Jumlah

Responden

Pendapatan Bersih (Rp) 1 Pendapatan Petani Sebelum Jitut 45 15.066.852 2 Pendapatan Petani Sesudah Jitut 45 21.763.363

tcari = 4,72 t.tabel 0,05 = 1,81 Sumber : Data Primer diolah tahun 2015

Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat kondisi pendapatan rata-rata petani sebelum Jitut baik sesudah jitut di Gampong Ujong Tanjong, Ujong Tanoh Darat dan Rantau panyang Timur Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat. Adapun besarnya pendapatan yang diterima oleh petani sebelum Rp. 15.066.852,- per produksi, sedangkan untuk usahatani sesudah jitut sebesar Rp. 21.763.363,- per produksi.

Terdapat perbedaan pendapatan antara petani sebelum jitut dan sesudah

jitut. Hal ini juga diperkuat oleh hasil analisis menggunakan analisis uji “t”

(43)

37

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dari penelitian yaitu melihat Pengaruh pendapatan antara usahatani padi sebelum jitut dan sesudah jitut di Gampong Ujong Tanjong, Ujong Tanoh Darat dan Rantau Panyang Timur Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat. Hasil penelitian diperoleh kesimpulan yaitu Jitut berpengaruh secara nyata dalam meningkatkan pendapatan Petani. Adapun perbedaan rata-rata pendapatan per proses produksi usahatani sebelum jitut sebesar Rp.15.066.830,- dan sesudah jitut mencapai sebesar 21.763.363,- per produksi.

2. Saran – saran

Adapun beberapa saran yang dapat penulis berikan terhadap kesimpulan yang telah diperoleh diantaranya sebagai berikut :

1. Guna mencapai hasil produksi padi yang lebih baik, maka perlu dikembangkan kelembagaan organisasi Perkumpulan Petani Pemakai air (jitut) agar segala urusan keirigasikan dapat dioptimalkan.

(44)

38

DAFTAR PUSTAKA

Assauri, 2003. Seuntai Pengetahuan Usaha Tani Indonesia. Penerbit Renika Cipta.

Cooper, 2009 Production Economics Theory With Applications. John Wiley & Sons, Inc. United States of America.

Direktorat Jenderal Pengairan, 2006. Standar Perencanaan Irigasi (KP. 01.05). Dinas Pertanian Aceh Barat, 2013

Fuad Bustomi, 2002. Sistem Irigasi : Suatu Pengantar Pemahaman, Tugas Kuliah Sistem Irigasi. Program Pascasarjana Program Studi Teknik Sipil UGM, Yogyakarta .

Fuad Bustomi, 2004. Simulasi Tujuh Teknik Pemberian Air Irigasi Untuk Padi di Sawah dan Konsekuensi Kebutuhan Air Satu Masa Tanam. Tesis Program Pascasarjana Program Studi Teknik Sipil UGM, Yogyakarta.

Kadarsan , 2003 Mengatasi Permasalahan Budidaya Padi. Jakarta. 13-22 hlm. Mosher, A. T, 2001. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Yasaguna.

Jakarta.

Noor, Henry Fayzal. 2007. Ekononomi Manajerial. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Mubyarto, 2004 Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.

Soekartawi, 2005 Analisis Usahatani. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. Sukirno, 2000. Analisis Perbandingan Usahatani Padi Oganik Metode System

of Rice Intensification (SRI) dengan Padi Konvensional. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Su’ud, Hasan. 2007. Pengantar Ilmu Pertanian. Yayasan PENA. Banda Aceh

Sudjarwadi, 2007. Teknik Sumberdaya Air. Diktat kuliah Jurusan Teknik Sipil UGM, Yogyakarta.

Sudarman, 2011 dalam Kurnia Sari Paradigma Baru Pembangunan Pertanian. Yogyakarta:Kanisius.

(45)

39

Suryananto, Galih. 2005. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatn Pedagang Konveksi. Skripsi Universitas Islam Indonesia. Di publikasikan. Di download. 24 Agustus 2014.

Sumaryanto dkk 2003 Pembangunan Irigasi, Usahatani Berkelanjutan dan Gerakan Hemat Air. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Yogyakarta.

Simatupang, 2000 Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Jumlah Petani Jitut Berdasarkan Sebaran Umur Petani Jitut Gampong               Ujong Tanoh Darat, Ujong Tanjong  dan Gampong Ranto Panyang               Timur  tahun 2015
Tabel 2. Jumlah Petani Jitut Berdasarkan Tingkat Pendidikan Gampong Ujong                        Tanoh Darat dan Ranto Panyang Timur 2015
Tabel 3. Rata-rata Tanggungan Keluarga Petani Jitut .
Tabel 4.   Jumlah   Petani   Anggota   Jitut   Berdasarkan Pengalaman Usahatani
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pelaksanaan sistem tanam SRI (System of Rice Intensification) pada Petani Padi Sawah Terhadap Pendapatan Usaha Tani, (2)

Dengan demikian, sistem mawah tipe dua tidak hanya memberikan proporsi penerimaan pendapatan yang tertinggi dalam hubungan kerjasama petani, namun juga

Biaya Penyusutan Peralatan Per Petani Per Musim Tanam Pada Usahatani Padi

Penelitian ini menggunakan data sekunder (time series) berupa data luas tanam, luas panen, serangan OPT, data dampak perubahan iklim berupa banjir dan kekeringan yang

5) Program kelompok tani merupakan kegiatan-kegiatan yang telah diagendakan untuk bisa dijalankan dengan harapan dapat memberikan perubahan kehidupan petani padi yang

5) Program kelompok tani merupakan kegiatan-kegiatan yang telah diagendakan untuk bisa dijalankan dengan harapan dapat memberikan perubahan kehidupan petani padi yang