Skripsi
Diajukan untuk melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat- syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Oleh :
YURNA ARIANTIKA NPM : 1411100280
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Skripsi
Diajukan untuk melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat- syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Oleh :
YURNA ARIANTIKA NPM : 1411100280
Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Pembimbing Akademik 1 : Drs. H. Badrul Kamil, M.Pd Pembimbing Akademik II : Hasan Sastra Negara, M.Pd
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
ii Oleh:
Yurna Ariantika
Berdasarkan hasil observasi di kelas IV SDN 1 Harapan Jaya, menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran guru belum menggunakan metode pembelajaran yang tepat sehingga pembelajaran kurang menarik dan peserta didik menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit. Peserta didik sulit menyelesaikan soal-soal dan kurang aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Berdasarkan hal diatas, maka peneliti ingin mencoba menggunakan pendekatan kontekstual berbantuan media realia untuk melihat hasil belajar
matematika pada peserta didik kelas IV SDN 1 Harapan Jaya Bandar Lampung. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif jenis Quasy Eksperimental
Design. Populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas IV SDN 1 Harapan Jaya Bandar Lampung. Sampel dalam penelitian ini yaitu kelas IV A sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan pendekatan kontekstual berbantuan media realia, kelas IV B sebagai kelas kontrol dengan menggunakan pendekatan kontekstual berbantuan media gambar. Teknik analisis data menggunakan uji normalitas dengan uji Lilifors dan uji homogenitas dengan uji Bartlett. Dilanjutkan dengan uji hipotesis yaitu menggunakan uji–tindependent.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari data penelitian diperoleh hasil uji hipotesis secara manual dengan thitung = 3,145 dan t(0,025;55) = 1,960,
sehingga thitung > t(0,025;55) maka HO ditolak. Berdasarkan hasil tersebut bahwa
terdapat pengaruh hasil belajar antara peserta didik yang diajar dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual berbantuan Media Realia dibanding berbantuan Media Gambar di SDN 1 Harapan Jaya Bandar Lampung, peserta didik dengan perlakuan pembelajaran menggunakan Pendekatan Kontekstual berbantuan Media Realia, memiliki hasil belajar lebih baik dibandingkan dengan peserta didik dengan perlakuan pembelajaran menggunakan Pendekatan Kontekstual berbantuan Media Gambar. Dengan menggunakan uji N-Gain didapat nilai rata-rata sebesar 0,700 sehingga tingkat keberhasilan peserta didik setelah belajar mengajar dikategorikan pada tingkat tinggi.
vi
Artinya: “Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus” (Q.S. Al-Maa’idah: 16)1
1
vii
kesehatan dalam menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Dengan penuh rasa syukur dan tulus ikhlas maka skripsi ini kupersembahkan kepada:
1. Ayahanda Juwarsyah, S.IP, M.M dan Ibunda Zairida yang telah banyak berjuang memberikan dukungan moral dan materi, memberikan motivasi serta selalu mendo’akan untuk keberhasilanku, terimakasih untuk untaian do’a yang mengiringi setiap langkahku dengan kasih sayang hingga menghantarkanku menyelesaikan pendidikan S1 di UIN Raden Intan Lampung.
2. Adikku Yenti Meilianda dan Yela Afriliana yang telah memberikan semangat, do’a dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.
viii
Kabupaten Lampung Utara pada tanggal 21 Agustus 1996. Putri dari pasangan Ayahanda Juwarsyah dan Ibunda Zairida. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, memiliki adik bernama Yenti Meilianda dan Yela Afriliana.
Penulis mengawali proses pendidikan formal yang dimulai dari Taman Kanak-Kanak Pembina Lampung Barat dan lulus pada tahun 2002. Kemudian melanjutkan sekolah di SD Negeri 1 Way Mengaku dan lulus pada tahun 2008. Kemudian melanjutkan lagi di SMP Negeri 1 Liwa dan lulus pada tahun 2011. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Liwa dan lulus pada tahun 2014. Setelah itu melanjutkan pendidikan kejenjang Perguruan Tinggi pada tahun 2014 dan diterima sebagai mahasiswi Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah (PGMI) di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.
ix
Alhamdulilah puji syukur kepada Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat teriring salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang selalu kita nantikan syafaatnya di akhirat kelak. Skripsi yang penulis angkat berjudul” Pengaruh Penggunaan Pendekatan Kontekstual Berbantuan Media Realia Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Peserta Didik Kelas IV SDN 1 Harapan JayaBandar Lampung”, merupakan tugas akhir studi untuk melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Ilmu PGMI.
Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan semua pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.
2. Ibu Syofnidah Ifrianti, M.Pd selaku Ketua Prodi dan Ibu Nurul Hidayah, M.Pd selaku Sekretaris Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.
x
Lampung yang telah memberikan izinnya dalam membantu kelancaran penelitian skripsi ini.
6. Ibu Rahayu Fatmaningsih, S.Pd selaku wali kelas IV A dan Ibu Fatmah, S.Pd selaku wali kelas IV B SDN 1 Harapan Jaya Bandar Lampung
7. Sahabat PGMI Angkatan 2014 khususnya kelas E Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan dukungan kepadaku serta teman-teman semua yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu.
8. Teman-teman KKN kelompok 78 dan PPL kelompok 105 yang senantiasa memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.
9. Kepada semua pihak tidak bisa disebutkan namanya satu persatu yang telah berjasa membantu penyelesaian penulisan skripsi ini.
Semoga bantuan dari semua pihak tersebut menjadi amal dan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca.
Bandar Lampung, 2018
Penulis,
xi A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Identifikasi Masalah...9
C. Batasan Masalah ...9
D. Rumusan Masalah...10
E. Tujuan Penelitian ...10
F. Manfaat Penelitian ...10
BAB II LANDASAN TEORI A. Pendekatan Kontekstual...12
1. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Kontekstual...12
2. Komponen Pendekatan Kontekstual ...14
3. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual ...16
4. Langkah-Langkah Pendekatan Kontekstual ...17
5. Kelebihan Pendekatan Kontekstual ...17
6. Kekurangan Pendekatan Kontekstual ...18
B. Media Realia ...19
1. Pengertian Media Pembelajaran ...19
2. Manfaat Media Pembelajaran ...22
3. Fungsi Media Pembelajaran...23
4. Jenis-Jenis Media Pembelajaran ...24
5. Media Pembelajaran Realia ...28
a. Pengertian Media Realia ...28
b. Contoh Media Realia...30
c. Tahapan-Tahapan Penggunaan Media Realia...32
d. Kelebihan Dan Kelemahan Media Realia ...34
C. Pembelajaran Matematika di SD ...35
xii
G. Hipotesis Penelitian ...46
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ...48
B. Tempat dan Waktu Penelitian...49
C. Variabel Penelitian...49
G. Uji Coba Instrumen Penelitian...55
1. Uji Validitas...55
2. Uji Reliabilitas ...55
3. Uji Tingkat Kesukaran...57
H. Teknik Analisis Data ...58
1. Uji Prasyarat...58
a. Uji Normalitas...58
b. Uji Homogenitas ...58
2. Uji Hipotesis...59
3. Uji Normalitas Gain (N-Gain) ...61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 62
B. Hasil Uji Coba Tes ... 63
1. Uji Validitas... 63
2. Uji Reliabilitas ... 64
3. Uji Tingkat Kesukaran... 65
4. Hasil Kesimpulan Uji Coba tes... 66
C. Hasil Analisis Uji Pra Syarat ... 67
1. Uji Normalitas... 67
2. Uji Homogenitas...67
D. Uji Hipotesis ... 68
E. Uji Normalitas Gain (N-Gain) ... 69
F. Pembahasan... 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 75
xiv
Tabel 2 Pengelompokan Media Pembelajaran...27
Tabel 3 Desain Penelitian Quasi Eksperimen ...48
Tabel 4 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian...53
Tabel 5 Pedoman Tes Penelitian ...54
Tabel 6 Kriteria Tingkat Reliabilitas ...56
Tabel 7 Klasifikasi Tingkat Kesukaran...57
Tabel 8 Interpretasi Uji N-Gain ...61
Tabel 9 Distribusi Frekuensi Nilai PostestMatematika Kelas Eksperimen ...62
Tabel 10 Distribusi Frekuensi Nilai PostestMatematika Kelas Kontrol...63
Tabel 11 Hasil Uji Validitas Soal ...64
Tabel 12 Tingkat Kesukaran ...65
Tabel 13 Kesimpulan Instrument Soal...66
Tabel 14 Hasil Uji Normalitas ...67
Tabel 15 Hasil Uji Homogenitas...68
Tabel 16 Uji T ...69
xvi
Lampiran 2 Daftar Nama Dan Nilai Peserta Didik Untuk Uji Coba instrumen
tes kelas V A ... 83
Lampiran 3 Kisi-Kisi Soal Uji Coba... 84
Lampiran 4 Soal Uji Coba Tes Matematika... 85
Lampiran 5 Kunci Jawaban Uji Coba ... 88
Lampiran 6 Hasil Validitas Tiap Butir Soal... 90
Lampiran 7 Analisis Reliabilitas Uji Coba Soal Tes Peserta Didik...96
Lampiran 8 Analisis Tingkat Kesukaran Uji Coba Soal Tes Peserta Didik ...100
Lampiran 9 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen...106
Lampiran 10 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol ...109
Lampiran 11 Uji Homogenitas...112
Lampiran 12 Uji Hipotesis Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ...113
Lampiran 13 Uji Normalitas Gain (N-Gain)...117
Lampiran 14 Silabus Pembelajaran Matematika...119
Lampiran 15 RPP Kelas Eksperimen...122
Lampiran 16 RPP Kelas Kontrol...142
Lampiran 17 Materi Pembelajaran...161
Lampiran 18 Soal Tes Matematika ...168
Lampiran 19 Kunci Jawaban Soal Matematika ...170
xvii
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dalam pengertian yang sederhana dan umum adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskan kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan.1 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”2
Menurut John Dewey, tujuan pendidikan ialah untuk memperoleh pengalaman yang berguna untuk memecahkan masalah-masalah baru dalam kehidupan perorangan maupun masyarakat. Tujuan pendidikan tidaklah
1
Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan(Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h.1-2. 2
ditentukan oleh kegiatan di pendidikan, tetapi terdapat dalam setiap proses pendidikan.3
Berdasarkan pendapat diatas maka, pendidikan mempunyai pengaruh yang luar biasa dalam kehidupan manusia. Dalam perspektif agama Islam mewajibkan kepada umatnya untuk selalu belajar agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka untuk meningkatkan derajat kehidupan mereka, firman Allah SWT dalam al-Quran, diantaranya terdapat dalam surat Al- Mujaadilah (58) ayat: 11, yang berbunyi:
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS.Al-Mujaadilah: 11)
Ilmu yang dimaksud adalah ilmu yang bermanfaat bagi dirinya dan tidak merugikan orang lain. Dengan ilmu pengetahuan dapat meningkatkan kemuliaan dan derajat manusia dibandingkan orang yang tidak berilmu pengetahuan.
3
Terdapat dalam hadist yang berbunyi:
) ٍﻢِﻠْﺴُﻣ ﱢﻞُﻛ ﻰَﻠَﻋ ٌﺔَﻀْﯾِﺮَﻓ ِﻢْﻠِﻌﻟْا ُﺐَﻠَط
ﮫﺟﺎﻣ ﻦﺑا هاور
(
Rasulullah bersabda:”Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim (H.R. Ibnu Majah)
ِﺔﱠﻨَﺠْﻟا ﻰَﻟِإ ﺎًﻘﯾِﺮَط ِﮫِﺑ ُﮫَﻟ ُ ﱠﷲ َﻞﱠﮭَﺳ ﺎًﻤْﻠِﻋ ِﮫﯿِﻓ ُﺲِﻤَﺘْﻠَﯾ ﺎًﻘﯾِﺮَط َﻚَﻠَﺳ ْﻦَﻣَو
Rasulullah bersabda: “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)pembelajaran merupakan sudut pandang pendidik terhadap proses pembelajaran secara umum berdasarkan teori tertentu.4 Banyak sekali pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan pendidik dalam proses belajar mengajar salah satunya Pendekatan Kontekstual.
Pendekatan Kontekstual adalah konsep belajar yang membantu pendidik mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.5 Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual merupakan pendekatan dengan konsep belajar mengajar yang mengaitkan antara materi yang diajarkan oleh pendidik dengan situasi dunia nyata peserta didik, dan mendorong peserta didik untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang di milikinya dengan penerapannya dalam kehidupan nyata.
Dalam mengaitkan antara materi pelajaran dengan situasi nyata peserta didik, pendidik biasanya menggunakan sebuah media pembelajaran untuk membantu pendidik dalam menyampaikan suatu materi pembelajaran. Media pembelajaran adalah sarana prasarana dalam mengajar dan merupakan alat bantu untuk memudahkan pendidik dalam mengaplikasikan isi kurikulum agar lebih mudah dimengerti oleh peserta didik. Banyak sekali media pembelajaran yang dapat digunakan pendidik dalam proses belajar mengajar seperti, media visual, media audio, media audio visual, dan media realia.
4
Ridwan Abdul Sani, Inovasi Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 91. 5
Dalam konteks ini media pembelajaran matematika yang digunakan diharapkan dapat berguna secara nyata, disebut dengan media realia. Media realia merupakan model objek nyata dari suatu benda. Peserta didik belajar secara langsung dari objek yang sedang dipelajari. Media realia dapat membantu peserta didik untuk lebih bisa memahami materi yang dipelajari. Dengan menggunakan media realia diharapkan peserta didik dapat memahami materi yang disampaikan oleh pendidik karena peserta didik mendapatkan pengalaman langsung dalam proses belajar mengajar sehingga pembelajaran lebih bermakna.
Matematika menurut Soedjadi yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif. Peserta didik Sekolah Dasar menurut Piaget mereka berada dalam fase operasional konkrit. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berfikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret.6 Pentingnya peranan matematika dalam dunia pendidikan perlu dilakukan usaha untuk menguasai pengetahuan matematika. Pembelajaran matematika akan menarik dan menyenangkan apabila pendidik dapat mensituasikan proses pembelajaran di kelas dengan tepat. Banyak cara yang dapat digunakan untuk menjadikan pembelajaran matematika menarik serta peserta didik yang pasif menjadi aktif dan meningkatkan hasil belajar, salah satunya dengan penggunaan pendekatan kontekstual berbantuan media realia. Peserta
6
didik diharapkan memiliki motivasi tinggi sehingga dapat menguasai matematika dengan baik.
Matematika sangat penting untuk dipelajari, diharapkan pembelajaran matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang menyenangkan dan dimengerti oleh peserta didik. Namun, pada kenyataannya dalam menyampaikan pembelajaran pendidik masih menggunakan metode konvensional dan tidak menggunakan media pembelajaran sehingga peserta didik kurang aktif dan terlihat tidak fokus karena pembelajaran kurang menyenangkan. Metode konvensional digunakan karena dapat menghemat waktu, tidak menggunakan media pembelajaran serta materi dapat lebih cepat diselesaikan. Pembelajaran terlihat monoton sehingga peserta didik merasa bosan dan merasa kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan. Kondisi ini mengakibatkan hasil belajar matematika yang kurang optimal.
dalam pembelajaran dan diharapkan dapat berpengaruh pada peningkatan hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan ibu Fatmawati selaku guru matematika kelas IV di SDN 1 Harapan Jaya Bandar Lampung ditemukan masalah yaitu banyak peserta didik yang menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit, kurangnya penggunaan media pembelajaran pada proses pembelajaran mata pelajaran matematika menyebabkan kurangnya pemahaman anak terhadap materi yang disampaikan oleh pendidik. Dalam pembelajaran pendidik hanya menggunakan media buku dan papan tulis sehingga pembelajaran terlihat monoton dan membuat peserta didik jenuh dan tidak aktif. Dalam pembelajaran ini peserta didik masih kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan dan mampu memahami materi yang disampaikan oleh pendidik dengan baik, sehingga berpengaruh pada hasil belajar peserta didik tidak sesuai apa yang diharapkan.
keaktifan peserta didik dalam mengolah materi yang disampaikan dan menjadikan mereka sangat pasif sehingga berpengaruh pada hasil belajar peserta didik tidak sesuai apa yang diharapkan.7
Tabel 1
Data Hasil Belajar Matematika Kelas IV SDN 1 Harapan Jaya Bandar Lampung
Sumber: Dokumentasi guru kelas IV SDN 1 Harapan Jaya Bandar Lampung
Berdasarkan tabel diatas diketahui hasil belajar matematika kelas IV A saat ulangan harian tergolong rendah yaitu hanya 46,42% yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM), sedangkan 53,58% belum memenuhi KKM. Artinya 53,58% dari 28 peserta didik belum memenuhi KKM. Dari data tersebut menunjukkan bahwa masih banyak peserta didik kelas IV A yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal. Ini menunjukkan bahwa hasil belajar pada mata pelajaran Matematika masih rendah.
Berdasarkan paparan di atas, perlu dilakukan penelitian terkait dengan upaya untuk meningkatkan hasil belajar matematika, khususnya pada jenjang SD. Masalah-masalah yang akan diteliti dirumuskan terkait dengan pengaruh pendekatan kontekstual berbantuan media realia terhadap hasil belajar matematika
7
peserta didik, perbedaan hasil belajar matematika yang diberikan menggunakan media realia dengan yang diberikan menggunakan media buku dan papan tulis.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan dapat di identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran masih berpusat pada pendidik.
2. Penggunaan pendekatan pembelajaran yang belum bervariasi.
3. Penggunaan media atau objek dalam pembelajaran yang belum maksimal. 4. Terdapat peserta didik yang belum mencapai KKM yang ditentukan.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang diperoleh peneliti maka adapun pembatasan masalah dilakukan agar tidak terjadi penyimpangan dan penafsiran yang tidak sesuai, maka penelitian memberikan pembatasan dalam masalah penelitian sebagai berikut:
1. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan Kontekstual.
2. Media yang digunakan adalah dengan berbantuan media realia.
3. Penelitian ini dibatasi pada pengukuran hasil belajar Matematika yang meliputi ranah kognitif.
D. Rumusan Masalah
Rumusan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah Ada Pengaruh Penggunaan Pendekatan Kontekstual Berbantuan Media Realia Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Peserta Didik Kelas IV SDN 1 Harapan Jaya Bandar Lampung?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana Pengaruh Penggunaan Pendekatan Kontekstual Berbantuan Media Realia Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Peserta Didik Kelas IV SDN 1 Harapan Jaya Bandar Lampung.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: 1. Bagi sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk memperbaiki praktik-praktik pembelajaran pendidik agar menjadi lebih efektif dan efisien sehingga meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik.
2. Bagi pendidik
3. Bagi peserta didik
Mendapat pengalaman belajar yang berbeda dalam pembelajaran guna meningkatkan kemampuan dalam memahami materi pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar Matematika.
4. Bagi peneliti
A. Pendekatan Kontekstual
1. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan pembelajaran adalah sekumpulan asumsi yang saling
berhubungan dan terkait dengan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran
mengacu pada sebuah teori belajar yang digunakan sebagai prinsip dalam proses
belajar mengajar. Sebuah pendekatan pembelajaran memaparkan bagaimana
orang memperoleh pengetahuan dalam pelajaran tertentu. Pendekatan
pembelajaran merupakan sudut pandang pendidik terhadap proses pembelajaran
secara umum berdasarkan teori tertentu.1
Elaine B. Johnson mengatakan pembelajaran kontekstual adalah sebuah
sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan
makna. Lebih lanjut Elaine mengatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah
suatu sistem pembelajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna
yang menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan
sehari-hari peserta didik. Jadi, pembelajaran kontekstual adalah usaha yang membuat
peserta didik aktif dalam memompa kemampuan diri tanpa merugi dari segi
manfaat, sebab peserta didik berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan
dan mengaitkan dengan dunia nyata (model profesional). Howey R. Keneth
mendefinisikan pembelajaran kontekstual sebagai pembelajaran yang
1
memungkinkan terjadinya proses belajar dimana peserta didik menggunakan
pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam berbagai konteks dalam dan
luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat simulatif maupun nyata,
baik individu maupun kelompok.2
Pendekatan Kontekstual adalah konsep belajar yang membantu pendidik
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta
didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.3 Dengan
konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi peserta didik
karna proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan
peserta didik bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari
pendidik ke peserta didik.4 Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar
yang membantu pendidik mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat.5 Berdasarkan uraian di atas dengan
pendekatan kontekstual hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi
peserta didik, proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk
kegiatan peserta didik mengalami bukan mentransfer pengetahuan dari pendidik
ke peserta didik.
2
Rusman, Model-Model Pembelajaran (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014), h.187-190.
3
Ibid, h. 190. 4
Daryanto, Inovasi Pembelajaran Efektif (Bandung: CV Yrama Widya, 2013), h. 320-321.
5
2. Komponen Pendekatan Kontekstual
Ada tujuh komponen yang harus dikembangkan oleh guru pada
pembelajaran kontekstual atau CTL. Ketujuh komponen tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Konstruktivisme (Constructivism)
Yaitu kegiatan yang mengembangkan pemikiran bahwa pembelajaran akan
lebih bermakna apabila peserta didik bekerja sendiri, menemukan, dan
membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
b. Bertanya (Questioning)
Yaitu strategi utama pembelajaran berbasis kontekstual. Bertanya dalam
pembelajaran merupakan kegiatan pendidik untuk mendorong sikap
keingintahuan peserta didik lewat bertanya tentang topik atau permasalahan
yang akan dipelajari, membimbing, dan menilai kemampuan peserta didik,
yang mana bertanya dapat diterapkan antara peserta didik dengan peserta
didik, antara pendidik dan peserta didik, antara peserta didik dengan orang
lain yang didatangkan ke kelas, dan lain sebagainya..
c. Menyelidiki (Inquiry)
Yaitu kegiatan belajar yang bisa mengondisikan peserta didik untuk
mengamati, menyelidiki, menganalisa topik atau permasalahan yang
dihadapi sehingga ia berhasil menemukan sesuatu.
d. Masyarakat belajar (Learning Community)
Yaitu kegiatan belajar yang bisa menciptakan suasana belajar bersama atau
saling membantu dengan teman lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing
antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu kepada yang belum tahu.
Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah.
Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberikan
informasi yang dibutuhkan oleh teman bicaranya, sekaligus meminta
informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.
e. Pemodelan (Modeling)
Yaitu proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh
yang dapat ditiru oleh setiap peserta didik. Dalam suatu pembelajaran
keterampilan atau pengetahuan tertentu, perlu adanya model yang dapat
ditiru oleh peserta didik. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan
merupakan satu-satunya model. Pemodelan dapat dengan melibatkan
peserta didik dalam pembelajarannya.
f. Refleksi (Reflection)
Yaitu kegiatan belajar yang memberikan refleksi atau umpan balik dalam
bentuk tanya jawab dengan peserta didik tentang kesulitan yang dihadapi
dan pemecahannya, merekontruksi kegiatan yang telah dilakukan, kesan
peserta didik selama melakukan kegiatan, dan saran atau harapan peserta
didik.
g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Yaitu proses pengumpulan data yang bisa memberikan gambaran tentang
perkembangan belajar peserta didik. Gambaran tersebut perlu diketahui
mengalami proses belajar dengan benar. Penilaian bukan untuk mencari
informasi mengenai hasil belajar peserta didik saja, tetapi bagaimana pula
prosesnya. Dengan demikian, kemajuan belajar peserta didik dinilai dari
prosesnya, bukan semata-mata dari hasil.6
Sehubungan dengan ketujuh komponen pembelajaran kontekstual tersebut
di atas, maka dalam proses pelaksanaan pembelajaran di kelas juga harus
mengacu kepada tujuh komponen tersebut.
3. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual a. Kerjasama;
b. Saling menunjang;
c. Menyenangkan, tidak membosankan;
d. Belajar dengan semangat;
e. Pembelajaran terintegrasi;
f. Menggunakan berbagai sumber;
g. Peserta didik aktif;
h. Sharing dengan teman;
i. Peserta didik kritis dan pendidik kreatif;
j. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya peserta didik;
k. Laporan kepada orangtua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya peserta
didik.7
6
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran(Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013), h. 264-268.
7
4. Langkah-Langkah Pendekatan Kontekstual
Setiap pendekatan, model, atau teknik pembelajaran memiliki prosedur
pelaksanaan yang terstruktur sesuai dengan karakteristiknya. Begitupun dengan
pendekatan kontekstual, berikut ini langkah-langkah penerapan pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran:
a. Kembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya.
b. Laksanakan seefektif mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
c. Kembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya.
d. Ciptakan masyarakat belajar.
e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
f. Lakukan refleksi diakhir pertemuan
g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.8
5. Kelebihan Pendekatan Kontekstual
Kelebihan pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya peserta didik
dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar
disekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, karena dapat
menghubungkan materi yang ditemukan dalam kehidupan nyata, bukan
8
saja bagi peserta didik materi ini akan berfungsi secara fungsional, akan
tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori peserta
didik sehingga tidak akan mudah dilupakan.
b. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep
kepada peserta didik karena pendekatan kontekstual menganut aliran
konsruktivisme, dimana seorang peserta didik dituntun untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme peserta
didik diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal.
c. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk dapat maju terus sesuai
dengan potensi yang dimilikinya sehingga peserta didik terlibat aktif dalam
proses belajar mengajar.
d. Peserta didik dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data,
memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan pendidik dapat lebih
kreatif.
e. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
6. Kekurangan Pendekatan Kontekstual
Kelemahan pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut:
a. Jika pendidik tidak pandai mengaitkan materi pembelajaran dengan
kehidupan nyata peserta didik, maka pembelajaran akan menjadi monoton.
b. Jika pendidik tidak membimbing dan memberikan perhatian yang ekstra,
peserta didik sulit untuk melakukan kegiatan inkuiri, dan membangun
c. Pengetahuan yang didapat oleh setiap peserta didik akan berbeda-beda dan
tidak merata.9
B. Media Realia
1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medium yang secara harfiah berarti
“tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Dalam bahasa Arab wasail, media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima. Sedangkan Gerlach
dan Ely mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah
manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat peserta
didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.10Media sendiri
ialah sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar
mengajar.11 Media yang dapat digunakan dalam pembelajaran biasanya disebut
media pembelajaran. Menurut Hamalik, media pembelajaran adalah alat, metode,
dan teknik yang digunakan dalam rangka mengefektifkan komunikasi yang terjadi
antara peserta didik dan pendidik dalam pembelajaran di sekolah.12
Menurut AECT (Association of Education and Communication Technology)
media pembelajaran ialah sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan
9
Mohamad Syarif Sumantri, Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan Dasar (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 106-107.
10
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 3 11
Sohibun dan Filza Yulina Ade,”Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Virtual Class BerbantuanGoogle Drive”. Jurnal Tadris Keguruan dan Ilmu Tarbiyah 02 (2) (2017), h.121-122.
12
untuk menyampaikan pesan atau informasi. Jadi, media adalah alat yang
menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.13
Media pembelajaran adalah suatu alat untuk menyampaikan pesan-pesan
pembelajaran kepada peserta didik. Penggunaan media tidak hanya dilihat dari
kecanggihannya saja, tetapi juga dilihat dari fungsi dan keefektifan pada saat
digunakan. Pada proses pembelajaran media harus mampu menarik perhatian
peserta didik, sehingga dibutuhkan media pembelajaran yang tepat dan menarik
motivasi peserta didik dalam belajar. Media pembelajaran merupakan segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan menstimulasi
terjadinya proses pembelajaran kepada si pembelajar (peserta didik).14Burden dan
Byrd mendefinisikan media pembelajaran adalah sebagai alat yang menyediakan
fungsi-fungsi pembelajaran dalam pendidikan terutama dalam mengantarkan
informasi dari sumber ke penerima, yang dapat memfasilitasi dan meningkatkan
kualitas belajar peserta didik. Sejalan dengan pendapat tersebut, Brown juga
mendefinisikan media pembelajaran sebagai tekhnologi dalam pembelajaran yang
merupakan sebuah cara yang tersusun dari perancangan, penggunaan dan evaluasi
dari keseluruhan proses pembelajaran pada subjek tertentu dengan
mengkombinasikan berbagai sumber daya manusia dan non manusia.15
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah alat perantara yang digunakan untuk membantu proses
13
Azhar Arsyad, Op.Cit, h. 3 14
Zainal Aqib, Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif), (Bandung: Yrama Media, 2013), h.50.
15
pembelajaran dalam memudahkan dan memperlancar interaksi antara pendidik
dan peserta didik sehingga proses pembelajaran berlangsung secara optimal dan
berhasil dengan baik.
Media pembelajaran sangat penting dalam proses pembelajaran guna
memberikan pengalaman dan kebermaknaan belajar peserta didik, hal ini akan
memberikan kemudahan kepada pendidik untuk mendorong peserta didik
mencapai tujuan belajarnya. Media pembelajaran yang ada di sekolah dasar sangat
beraneka ragam dan dapat dijadikan pola pilihan, artinya para pendidik boleh
memilih media pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Allah berfirman dalam Surat Al-Alaq ayat 3-5:
Artinya: “Bacalah, Dan Tuhanmu-Lah Yang Maha Mulia, Yang mengajar (manusia) dengan pena, Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya” (QS. Al-Alaq:3-5)
Ayat tersebut mengandung makna bahwa pada dasarnya media pengajaran
berfungsi untuk menyampaikan informasi dan mempermudah dalam pencapaian
tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar pendidik dapat membuat
rancangan sedemikian rupa, yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan
situasi lingkungan yang memungkinkan peserta didik berinteraksi sehingga terjadi
untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, maka tujuan dari pembelajaran tersebut
akan lebih mudah dicapai.
2. Manfaat Media Pembelajaran.
Secara umum, manfaat media pembelajaran ialah untuk memperlancar
interaksi antara guru dengan peserta didik sehingga dalam proses pembelajaran
akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebih khusus, ada beberapa manfaat
media yang lebih rinci. Kemp dan Dayton mengidentifikasi beberapa manfaat
media dalam pembelajaran, yaitu:
1) Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar.
2) Pembelajaran dapat lebih menarik.
3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif.
4) Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek.
5) Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.
6) Proses pembelajaran dapat berlangsung kapan pun dan di mana pun
diperlukan.
7) Sikap positif peserta didik terhadap materi pembelajaran serta proses
pembelajaran dapat ditingkatkan.
8) Peran pendidik berubah ke arah yang positif, artinya pendidik tidak
menempatkan diri sebagai satu-satunya sumber belajar.16
16
Sudjana dan Rivai juga mengemukakan manfaat media pembelajaran
dalam proses belajar peserta didik, yaitu:
1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar;
2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh peserta didik dan memungkinkan peserta didik menguasai
dan mencapai tujuan pembelajaran;
3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh pendidik, sehingga peserta didik
tidak bosan dan pendidik tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau pendidik
mengajar pada setiap jam pelajaran;
4) Peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak
hanya mendengarkan uraian pendidik, tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.17
3. Fungsi Media Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsinya yaitu sebagai
pembawa informasi dari sumber (guru) kepada penerima pesan (peserta didik).
Sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar, media mempunyai beberapa
fungsi. Menurut Degeng, secara garis besar media pembelajaran memiliki fungsi :
1) Menghindari terjadinya verbalisme
2) Membangkitkan minat/motivasi
17
3) Menarik perhatian peserta didik
4) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan ukuran
5) Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran, dan
6) Mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar
Ibrahim mengungkapkan bahwa fungsi media pembelajaran ditinjau dari
dua hal, yaitu proses pembelajaran sebagai proses komunikasi dan kegiatan
interaksi antara peserta didik dan lingkungannya. Ditinjau dari proses
pembelajaran sebagai kegiatan proses komunikasi, maka fungsi media adalah
sebagai pembawa informasi dari sumber (pendidik) ke penerima (peserta didik).
Dari paparan di atas, media memiliki fungsi yang jelas, yaitu memperjelas,
memudahkan, dan membuat pesan yang akan disampaikan oleh guru menjadi
menarik perhatian peserta didik sehingga dapat memotivasi belajar peserta didik
dan mengefisienkan proses pembelajaran.
4. Jenis-jenis Media Pembelajaran.
Menurut Bretz dan Briggs mengemukakan bahwa klasifikasi media
digolongkan menjadi 4 kelompok yaitu media audio, media visual, media audio
visual, dan media serbaneka.
a. Media audio
Media audio berfungsi untuk menyalurkan pesan audio dari sumber pesan
Contohnya media yang dapat dikelompokkan dalam media audio diantaranya :
radio, tape recorder, telepon, laboratorium bahasa, dll.
b. Media visual
Media visual yaitu media yang mengandalkan indra penglihatan. Media
visual dibedakan menjadi dua yaitu media visual diam dan media visual gerak.
1) Media visual diam contohnya foto, ilustrasi, flashcard,gambar pilihan
dan potongan gambar, film bingkai, film rangkai, OHP, grafik, bagan,
diagram, poster, peta, dan lain- lain.
2) Media visual gerak contohnya gambar-gambar proyeksi bergerak
seperti film bisu dan sebagainya.
c. Media audio visual
Media audiovisual merupakan media yang mampu menampilkan suara dan
gambar. Ditinjau dari karakteristiknya media audio visual dibedakan menjadi 2
yaitu media audio visual diam dan media audio visual gerak.
1) Media audiovisual diam diantaranya TV diam, film rangkai bersuara,
halaman bersuara, buku bersuara.
2) Media audio visual gerak diantaranya film TV, TV, film bersuara,
gambar bersuara, dll.
d. Media serbaneka
Media serbaneka merupakan suatu media yang disesuaikan dengan potensi
di suatu daerah, di sekitar sekolah atau di lokasi lain atau di masyarakat yang
Contoh media serbaneka diantaranya : Papan tulis, media tiga dimensi, realita, dan
sumber belajar pada masyarakat.
1) Papan (board) yang termasuk dalam media ini diantaranya : papan
tulis, papan buletin, papan flanel, papan magnetik, papan listrik, dan
papan paku.
2) Media tiga dimensi diantaranya : model, mock up, dan diorama.
3) Realita adalah benda-benda nyata seperti apa adanya atau aslinya.
contoh pemanfaatan realita misalnya pendidik membawa kelinci,
burung, ikan atau dengan mengajak peserta didik langsung ke kebun
sekolah.
4) Sumber belajar pada masyarakat diantaranya dengan karya wisata dan
berkemah.
Menurut Seels & Glasgow pengelompokkan berbagai jenis media
pembelajaran dilihat dari segi perkembangan teknologi dibagi dalam dua kategori,
yaitu:
a. Pilihan Media Tradisional
1) Visual diam yang di proyeksikan: proyeksi opaque, proyeksi overhead,
slides, filmstrips.
2) Visual tak di proyeksikan: gambar, poster, foto, charts,grafik, diagram,
pameran, papan info.
3) Audio: rekaman piringan, reel, cartridge.
4) Penyajian multimedia: slide plus suara (tape), multi image.
6) Cetak: buku teks, modul, workbook, majalah ilmiah, lembaran lepas
(hand out).
7) Permainan: teka-teki, simulasi, permainan papan.
8) Realia: model, specimen (contoh), manipulatif (peta, boneka).
b. Pilihan Media Teknologi Mutakhir
1) Media berbasis telekomunikasi: telekonferen, kuliah jarak jauh.
2) Media berbasis mikroprosesor: computer-assisted intruction, permainan
komputer, hypermedia, compact(video) disc.18
Sedangkan Anderson mengelompokkan media menjadi 9 golongan, yaitu:19
Tabel 2
Pengelompokan Media
No Golongan Media Contoh dalam Pembelajaran 1. Audio Pita audio (kaset), piringan audio, radio
2. Cetak Buku pelajaran, modul, brosur, leaflet,
gambar
3. Audio-Cetak Buku latihan dilengkapi kaset,
gambar/poster (dilengkapi audio)
4. Proyeksi Visual Diam Film bingkai (slide), film rangkai (berisi
pesan verbal
5. Proyeksi Audio Visual Diam
Dengan Audio
6. Visual Gerak Film bisu dengan judul (caption)
7. Visual Gerak Dengan Audio Film suara, video/VCD, televisi
8 Objek Fisik Benda nyata, model, spesimen
9. Komputer Media berbasis komputer, CAI
(Computer Assisted Instructional) &
CMI (Computer Managed Instructional
Berdasarkan berbagai jenis media di atas peneliti menyimpulkan seorang
pendidik dituntut untuk mengetahui karakteristik media pembelajaran yang akan
digunakan di sekolah, karena dengan mengetahui karakteristik media, pendidik
dapat memilih media mana yang tepat digunakan untuk menyampaikan
pembelajaran kepada peserta didik, hal ini dimaksudkan agar proses belajar
mangajar yang dilakukan dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
5. Media Pembelajaran Realia a. Pengertian Media Realia
Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat
didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari
pengirim menuju penerima.20 Menurut Sanjaya media realia adalah benda nyata
yang digunakan sebagai bahan belajar atau yang biasa disebut benda yang
20
sebenarnya. Menurut Daryanto benda asli ketika akan difungsikan sebagai media
pembelajaran dapat dibawa langsung ke kelas, atau peserta didik sekelas
dikerahkan langsung ke dunia sesungguhnya di mana benda asli itu berada.
Apabila benda aslinya sulit untuk dibawa ke kelas atau kelas tidak mungkin
dihadapkan langsung ke tempat di mana benda itu berada, maka benda tiruannya
dapat pula berfungsi sebagai media pembelajaran yang efektif.
Menurut Rusman menjelaskan model dan realia adalah alat bantu visual
dalam pembelajaran yang berfungsi memberikan pengalaman langsung. Realia
merupakan model objek nyata dari suatu benda. Peserta didik belajar secara
langsung dari objek yang sedang dipelajari.21 Hal tersebut juga diperkuat oleh
beberapa teori, Piaget berpendapat bahwa peserta didik yang tahap berfikirnya
masih berada pada tahap operasional konkret (sebaran umur dari sekitar 7 tahun
sampai 11/12 tahun atau 13 tahun kadang-kadang labil), yaitu tahap umur pada
anak SD tidak dapat memahami operasi (logis) dalam konsep matematika tanpa
dibantu oleh benda-benda konkret.22
Berdasarkan pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa media realia
adalah media yang bersifat langsung dalam bentuk benda nyata dari suatu benda
yang digunakan pendidik sebagai alat bantu dalam proses penyampaian
pembelajaran dan memberikan pengalaman langsung pada peserta didik agar
peserta didik lebih aktif dalam memahami materi pembelajaran.
21
Rusman, Belajar dan Pembelajaran,(Jakarta: Kencana, 2017), h. 229. 22
b. Contoh Media Realia 1) Media tiruan
Daryanto mengemukakan media tiruan sering disebut sebagai model.
Belajar melalui model dilakukan melalui pengalaman langsung atau melalui benda
sebenarnya. Ditinjau dari cara membuat, menurut Daryanto bentuk dan tujuan
penggunaan model dapat dibedakan atas: model perbandingan (misalnya globe),
model yang disederhanakan, model irisan, model susunan, model terbuka, model
utuh, boneka, dan topeng.
2) Specimen(contoh)
Menurut Daryanto specimen adalah benda-benda asli atau berbagai benda
asli yang digunakan sebagai contoh ada juga benda asli tidak alami atau benda asli
buatan, yaitu jenis benda asli yang telah dimodifikasi bentuknya oleh manusia.
Contoh-contoh specimen benda yang masih hidup adalah: akuarium, terrarium,
kebun binatang, kebun percobaan, dan insektarium. Contoh-contoh specimen
benda yang sudah mati adalah herbarium, awetan dalam botol, awetan dalam
cairan plastik. Contoh-contoh specimen benda yang tak hidup adalah: berbagai
benda yang berasal dari batuan dan mineral.
3) Peta
Menurut Daryanto peta timbul yang secara fisik termasuk model lapangan,
adalah peta yang dapat menunjukkan tinggi rendahnya permukaan bumi. Peta
timbul memiliki ukuran panjang, lebar, dan dalam. Dengan melihat peta timbul,
4) Boneka
Menurut Daryanto boneka yang merupakan salah satu model perbandingan
adalah benda tiruan dari bentuk manusia dan atau binatang. Sebagai media
pendidikan, dalam penggunaannya boneka di mainkan dalam bentuk sandiwara
boneka.
5) Peraga Matematika
Berdasarkan definisi contoh media realia dapat disimpulkan bahwa contoh
media yang akan digunakan bewujud sebagai benda asli, baik hidup maupun mati
dan dapat pula berwujud tiruan yang dapat mewakili aslinya.
c. Tahapan-tahapan Penggunaan Media Realia
Media pembelajaran merupakan alat bantu guru untuk membantu tugasnya
dalam pembelajaran. Menurut Sadiman, supaya media dapat digunakan secara
efektif dan efisien ada tiga langkah utama yang perlu diikuti dalam menggunakan
media:
1) Tahap persiapan sebelum menggunakan media
Dalam rangka agar penggunaan media dapat berjalan dengan baik, maka
perlu membuat persiapan yang baik pula. Peralatan yang diperlukan untuk
menggunakan media itu juga perlu dipersiapkan sebelumnya. Peralatan media
perlu ditempatkan dengan baik sehingga kita dapat melihat atau mendengar
programnya dengan enak. Lebih-lebih apabila media itu digunakan secara
berkelompok. Sedapat mungkin, semua anggota kelompok dapat memperoleh
kesempatan yang sama dalam mendengarkan dan atau melihat program media itu.
2) Kegiatan selama menggunakan media
Hal yang perlu diperhatikan selama menggunakan media ialah suasana
ketenangan. Gangguan-gangguan yang dapat mengganggu perhatian dan
3) Kegiatan tindak lanjut
Maksud kegiatan tindak lanjut ini ialah untuk mengetahui apakah tujuan
telah tercapai. Selain itu, memantapkan pemahaman terhadap materi instruksional
yang disampaikan melalui media bersangkutan. Apabila belajar secara
berkelompok, perlu diadakan diskusi kelompok. Tindak lanjut lainnya adalah
melakukan percobaan, melakukan observasi, menyusun sesuatu, dan sebagainya.23
Berdasarkan pemaparan di atas dapat dijabarkan langkah-langkah
penggunaan media realia:
a) Guru merumuskan terlebih dahulu materi yang mau disampaikan
kepada peserta didik.
b) Persiapan pendidik pada saat pembelajaran belum dimulai pendidik
mempunyai persiapan, agar peserta didik dapat menerima materi
dengan menggunakan media realia.
c) Persiapan kelas. Sebelum pembelajaran dimulai pendidik penting
mempersiapkan kelas agar peserta didik dapat termotivasi dan proses
pembelajaran berjalan efektif.
d) Langkah penyajian materi dan pemanfaatan media realia. Dalam hal ini
keahlian pendidik dalam memanfaatkan media realia sangat diperlukan
guna menjalankan tugasnya.
23
e) Langkah kegiatan peserta didik. Peserta didik belajar menggunakan
media realia guna mendapatkan hasil yang maksimal.
f) Langkah evaluasi pengajaran. Pada langkah ini kegiatan pembelajaran
harus dievaluasi, sampai tujuan pembelajaran tercapai, sekaligus dapat
dinilai pengaruh penggunaan media realia terhadap hasil belajar.24
d. Kelebihan dan Kelemahan Media Realia
Alat peraga yang berupa benda-benda real itu memiliki keuntungan dan
kelemahan. Ibrahim mengungkapkan bahwa ada beberapa keuntungan dan
kelemahan dalam menggunakan objek nyata ini:
1) Kelebihan Media Realia
a) Dapat memberikan kesempatan semaksimal mungkin pada peserta didik
untuk mempelajari sesuatu ataupun melaksanakan tugas-tugas dalam
situasi nyata.
b) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengalami sendiri
situasi yang sesungguhnya dan melatih keterampilan mereka dengan
menggunakan sebanyak mungkin alat indera.
2) Kelemahan Media Realia
a) Membawa peserta didik ke berbagai tempat di luar sekolah
kadang-kadang mengandung resiko dalam bentuk kecelakaan dan sejenisnya.
24
b) Biaya yang diperlukan untuk mengadakan berbagai objek nyata
kadang-kadang tidak sedikit, apalagi ditambah dengan kemungkinan kerusakan
dalam menggunakannya.
c) Tidak selalu dapat memberikan semua gambaran dari objek yang
sebenarnya, seperti pembesaran, pemotongan, dan gambar bagian demi
bagian, sehingga pengajaran harus didukung pula dengan media lain.25
Peneliti menyimpulkan bahwa dalam media realia terdapat keuntungan
dan kelemahan. Keuntungan dari benda-benda nyata itu dapat dipindah-pindahkan
atau dimanipulasi, sedangkan kelemahanya tidak dapat disajikan dalam bentuk
tulisan atau buku, karenanya untuk bentuk tulisan kita buat gambarnya atau
diagramnya, tetapi masih memiliki kelemahan karena tidak dapat dimanipulasikan
berbeda dengan benda-benda nyata.
C. Pembelajaran Matematika di SD 1. Pengertian Matematika
Matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang awalnya
diambil dari bahasa Yunani mathematike yang berarti mempelajari, kata tersebut
mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu
(knowledge, science).26 Ruseffendi menyatakan bahwa matematika adalah bahasa
simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu
tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang
25
Asngadah, Zainuddin, Tahmid Sabri. Op.Cit. 26
tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan
akhirnya ke dalil.27 Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat
meningkatkan kemampuan dalam berfikir dan berargumentasi, memberikan
kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta
memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.28
Untuk mengembangkan kemampuan berfikir peserta didik dalam pembelajaran,
aktivitas yang dikembangkan oleh pendidik harus memperhatikan karakterisktik
dari mata pelajaran matematika agar matematika mudah di pahami dan dimengerti
oleh peserta didik.
2. Pembelajaran Matematika di SD/MI
Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang
dibangun oleh pendidik untuk mengembangkan kreatifitas berfikir peserta didik
yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir peserta didik, serta dapat
meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya
meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi matematika.29 Tahap
perkembangan kognitif peserta didik di Sekolah Dasar (SD) berbeda dengan
jenjang yang berikutnya. Pembelajaran matematika perlu disesuaikan dengan
kemampuan kognitif peserta didik di mulai dari yang konkrit menuju abstrak.
Tetapi, mengingat pada jenjang Sekolah Dasar masih dalam fase operasional
konkrit maka untuk memahami konsep dan prinsip masih memerlukan
27
Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 1.
28
Ahmad Susanto, Op.Cit. h. 185. 29
pengalaman melalui objek konkrit. Matematika tidak hanya berhubungan dengan
angka-angka saja tetapi juga suatu proses pemantapan logika berfikir rasional dan
kritis dalam berbagai hal di kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran matematika di SD merupakan suatu pelajaran yang sangat
berguna dalam kehidupan karena pelajaran matematika berhubungan dengan
kegiatan atau aktivitas dalam sehari-hari. Berdasarkan permasalahan diatas
tampak perlu adanya inovasi pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar
matematika peserta didik. Oleh karena itu, pendidik harus mampu memilih atau
menggunakan model atau pendekatan atau metode pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
3. Tujuan Pembelajaran Matematika
Tujuan secara khusus pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah
sebagai berikut:
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan
dan pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
e. Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan
sehari-hari.30
Tujuan pembelajaran matematika diatas akan tecapai jika pendidik dapat
menciptakan situasi dan kondisi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
untuk aktif dalam membentuk, menemukan dan mengembangkan
pengetahuannya. Melalui suatu proses belajar peserta didik dapat membentuk
makna dari materi-materi pelajaran lalu mengkonstruksinya dalam ingatan
sehingga pembelajaran lebih bermakna.
D. Hasil Belajar
Belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan yang mencakup
pengetahuan, kecakapan, tingkah laku yang diperoleh melalui latihan, dan bukan
perubahan dengan sendirinya.31 R. Gagne menyatakan bahwa belajar di
definisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya
sebagai akibat pengalaman. Bagi Gagne belajar dimaknai sebagai suatu proses
untuk memperoleh suatu motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan,
tingkat laku.32 Sedangkan menurut E.R. Hilgard belajar adalah suatu perubahan
kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan ini mencakup pengetahuan,
kecakapan, tingkah laku, dan ini diperoleh melalui latihan (pengalaman). Hilgard
30
Ibid,h. 190.. 31
Esti Ismawati, Belajar Bahasa Di Kelas Awal(Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2016), h. 1.
32
menegaskan bahwa belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam
diri sesorang melalui latihan, pembiasaan, pengalaman dan sebagainya.33
Tujuan pembelajaran adalah untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu
cara yang dapat melatih kemampuan intelektual siswa dan merangsang
keingintahuan serta memotivasi kemampuan mereka bentuknya tujuan
pembelajaran dibagi menjadi tiga kategori yaitu kognitif, afektif, psikomotorik.34
Jadi kesimpulan dari beberapa pendapat diatas belajar adalah suatu aktivitas yang
dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh
suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan
seseorang untuk terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam
berfikir, merasa maupun dalam bertindak.
Dalam proses pembelajaran, hasil belajar merupakan aspek yang sangat
penting. Salah satu indikator keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari tinggi
dan rendahnya hasil belajar yang diperoleh oleh peserta didik. Dalam hal ini hasil
belajar berkaitan dengan proses penyampaian pengetahuan yang disampaikan oleh
pendidik kepada peserta didik. Seperti yang dijelaskan dalam Qur’an Surah
Al-Baqarah (2) ayat: 31, yang berbunyi:
33
Ibid,h. 3. 34
Artinya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" (QS. Al-Baqarah: 31)
Susanto menjelaskan hasil belajar adalah perubahan perilaku yang berupa
pengetahuan atau pemahaman, keterampilan dan sikap yang diperoleh peserta
didik selama berlangsungnya proses belajar mengajar atau yang lazim disebut
dengan pembelajaran. Oemar Hamalik berpendapat bahwa hasil belajar dapat
terlihat dari terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga
perbaikan perilaku.35 Hasil belajar menurut Nawawi dalam K. Ibrahim
menyatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat keberhasilan peserta didik dalam
mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang
diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Secara
sederhana hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh peserta didik melalui
kegiatan belajar.36
Firman Allah dalam Surah Az-Zumar ayat 9:
Artinya: Katakanlah,”Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar: 9)
35
Rusman, Pembelajaran Tematik Terpadu,(Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 67 36
Ayat tersebut mengandung makna bahwa orang yang memiliki ilmu pengetahuan
berbeda dengan yang tidak memiliki ilmu pengetahuan. Peserta didik yang
menguasi materi akan cenderung memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan peserta didik yang tidak menguasai materi pelajaran.
Benyamin Bloom secara garis besar mengklasifikasikan hasil belajar
menjadi 3 ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik:
a. Ranah kognitif. Ranah ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis dan evaluasi.
b. Ranah afektif. Ranah ini berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari
penerimaan, jawaban, reaksi dan organisasi.
c. Ranah psikomotorik. Ranah ini berkenaan dengan hasil belajar keterampilan
dan kemampuan bertindak individu yang terdiri dari lima aspek, yaitu gerakan
refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan keharmonisan atau
ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif.
Walisman berpendapat bahwa hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik
merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang memengaruhi baik faktor
internal maupun eksternal. (a). Faktor internal merupakan faktor yang bersumber
dari dalam diri peserta didik, yang memengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor
internal meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan,
sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan; (b). Faktor eksternal
merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang memengaruhi hasil
terhadap hasil belajar peserta didik. Kurangnya perhatian orang tua terhadap
anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berprilaku yang kurang baik dari orang tua
dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.37
Penilaian yang dilakukan oleh pendidik terhadap hasil pembelajaran untuk
mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik dan digunakan sebagai
bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, serta memperbaiki proses
pembelajaran. Untuk memperoleh hasil belajar dilakukan evaluasi atau penilaian
yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan
peserta didik. Kemajuan prestasi peserta didik tidak hanya diukur dari tingkat
penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan keterampilan.38
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima
pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup tiga aspek
yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui
kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan
menunjukkan tingkat kemampuan peserta didik dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Fokus dalam penelitian ini adalah hasil belajar pada aspek kognitif
yang dilihat dari nilai peserta didik yang diperoleh pada tes yang dilakukan pada
akhir pembelajaran
Berdasarkan uraian diatas untuk dapat mengetahui pengaruh pendekatan
kontekstual berbantuan media realia terhadap hasil belajar peserta didik maka
37
Ahmad Susanto, Op.Cit.h. 12-13. 38
perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui hasil pembelajaran. Hasil belajar
adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses
pembelajaran. Kemampuan tersebut mencakup pada ranah kognitif yang meliputi
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, dan penilaian. Peneliti melakukan
berupa tes subjektif pada ranah kognitif. Tes ini berbentuk pemberian tugas baik
berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab maupun perintah-perintah yang
harus dikerjakan. Sehingga dapat diperoleh data dari hasil pengukuran tersebut
dapat menghasilkan nilai yang merupakan lambang dari hasil belajar, karena hasil
belajar merupakan salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran.
E. Penelitian Yang Relevan
Kajian teori perlu didukung dengan penelitian yang relevan. Penelitian
yang relevan berdasarkan kajian teori. Penelitian yang relevan dengan penelitian
ini adalah:
1. Teresia Dita Riyanti
Penelitian ini dilakukan oleh Teresia Dita Riyanti dalam skripsi yang
berjudul “Pengaruh Pendekatan Kontekstual Pada Pembelajaran Matematika
Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 02 Rasau Jaya” menyimpulkan
bahwa metode kontekstual memberi pengaruh yang tinggi terhadap hasil belajar
siswa pada pembelajaran matematika di kelas V Sekolah Dasar Negeri 02 Rasau
Jaya.39
39
2. Retno Kurnia
Penelitian yang dilakukan oleh Retno Kurnia dalam skripsi yang berjudul
“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Pembelajaran
Contextual Teaching And Learning (CTL) Berbantuan Media Realia Pada Siswa
Kelas V SD Negeri 02 Ngadisepi Kabupaten Temanggung Semester II Tahun
Pelajaran 2015/2016” menyimpulkan bahwa penerapan pendekatan CTL
(Contextual Teaching And Learning) berhasil, karena dapat meningkatkan hasil
belajar siswa yang rendah menjadi tuntas dengan indikator hasil > 70%.40
3. Jariatun
Penelitian yang dilakukan oleh Jariatun dalam skripsi yang berjudul
“Pengaruh Penggunaan Media Realia Terhadap Hasil Belajar Matematika Di
Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Bandar Lampung” menyimpulkan bahwa
terdapat pengaruh media realia terhadap hasil belajar matematika di kelas IV MIN
2 Bandar Lampung.41
F. Kerangka Berfikir
Proses pembelajaran matematika disekolah terkadang hasilnya tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena peserta didik menganggap
Pembelajaran, Vol. 2 No. 10 (On-Line), tersedia di: http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/3671 (07 Maret 2018)
40
Retno Kurnia, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Berbantuan Media Realia Pada Siswa Kelas V SD Negeri 02 Ngadisepi Kabupaten Temanggung Semester II Tahun Pelajaran
2015/2016” (On-Line), tersedia di http:
http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10978/2/T1_292012198_Full%20text.pdf (07 Maret 2018)
41