• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENYULUHAN GIZI DAN STIMULASI PSIKOSOSIAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH YULIANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENYULUHAN GIZI DAN STIMULASI PSIKOSOSIAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH YULIANA"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENYULUHAN GIZI DAN STIMULASI

PSIKOSOSIAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH

YULIANA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2007

(2)

PENGARUH PENYULUHAN GIZI DAN STIMULASI

PSIKOSOSIAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH

YULIANA

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2007

(3)

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul: Pengaruh Penyuluhan Gizi dan Stimulasi Psikososial terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Prasekolah adalah karya saya sendiri di bawah arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Maret 2007 Yuliana NIM A561024011

(4)

to Preschool Growth and Development. Supervised by: ALI KHOMSAN,

SOEMIARTI PATMONODEWO, HADI RIYADI and DEDDY

MUCHTADI.

The big attention in effort to improve human quality is effort draw up the rising generation through early on start of nutrition construction, health and development stimulation. This research aimed to: 1) analyze influence of nutrition-health education and other factors to preschool growth, and 2) analyze influence of psychosocial stimulation to preschool parenting environment and development. The study design was a quasi experiment designed, non randomized control group pre-test – post test and carried out in Bogor. The locations were purposively selected at Desa Sinarsari and Desa Neglasari Kecamatan Dramaga and Desa Cibanteng Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Total study samples were 70 preschools and their families. Analysis of t-test was applied to compare variables among the two groups, while analysis of regression was applied to analyze factors influenced to preschool growth. Analysis of covariance was used to analyzed factors influenced to preschool development among group 1 and group 2 while variance of stimulation was treated as fixed factor. The nutrition-health education can significant improve nutrition-nutrition-health knowledge of mother (3.4 - 4.9 point). There are 51.3% preschool growth determined by family factor and child. Psychosocial stimulation was given completely significant effect to quality of parenting environment and preschool development (parenting environment to 6.2 point, child cognate to 12.6 point, psychomotor to 20.9 point and social-emotional to 10.2 point). While psychosocial stimulation was given incompletely improving parenting environment to 1.6 point, child cognate to 4.3 point, psychomotor to 6.3 point and social-emotional to 2.0 point.

(5)

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Prasekolah. Di Bimbingan oleh ALI

KHOMSAN, SOEMIARTI PATMONODEWO, HADI RIYADI DAN DEDDY MUCHTADI.

Perhatian besar dalam usaha meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dewasa ini adalah usaha mempersiapkan generasi muda melalui pembinaan gizi, kesehatan dan stimulasi perkembangan. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk: 1) menganalisis pengaruh penyuluhan gizi-kesehatan dan faktor lainnya terhadap pertumbuhan anak usia prasekolah, dan 2) menganalisis pengaruh stimulasi psikososial terhadap lingkungan pengasuhan anak dan perkembangan anak usia prasekolah. Penelitian menggunakan disain quasi experiment non randomized control group pre-test – post test yang dilakukan di Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposif yaitu Desa Sinarsari dan Desa Neglasari Kecamatan Dramaga dan Desa Cibanteng Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Total contoh 70 anak beserta ibunya. Analisis data yang dilakukan yaitu analisis deskriptif dan analisis statistik. Untuk menganalisis perbedaan dilakukan analisis uji beda ( t-test). Untuk melihat faktor-faktor yang pengaruh digunakan analisis regresi linier berganda. Guna melihat efek dari perlakuan stimulasi terhadap lingkungan pengasuhan dan perkembangan anak, dilakukan analisis kovarian dengan data tes awal sebagai kovariat dan grup perlakuan sebagai fixed factor.

Penyuluhan kesehatan mampu meningkatkan pengetahuan gizi-kesehatan ibu secara signifikan (berkisar dari 3.4 – 4.9 poin). Rata-rata pertumbuhan anak sebelum dan setelah intervensi berdasarkan indikator berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) termasuk normal. Namun terdapat sekitar 11.5% - 14.3% tergolong wasting/kurus. Sebanyak 51.3% pertumbuhan anak (BB/TB) ditentukan oleh faktor keluarga (besar keluarga, pendapatan, pengetahuan gizi-kes ibu), faktor anak (urutan anak, BB lahir, PB lahir, morbiditas, NRTKG) dan intervensi. Panjang badan lahir dan pengetahuan gizi-kes ibu berpengaruh positif pada pertumbuhan anak.

Stimulasi psikososial yang diberikan berupa diklat dan disertai pelaksanaan program Ibuku Guru Kami dengan metode kelompok belajar di rumah berpengaruh positif signifikan terhadap lingkungan pengasuhan dan perkembangan anak. Stimulasi psikososisal yang diberikan tersebut dapat meningkatkan lingkungan pengasuhan sebesar 6.2 poin, perkembangan kognitif anak meningkat 12.6 poin, psikomotor meningkat 20.9 poin dan sosial emosional meningkat 10.2 poin. Sedangkan stimulasi psikososial tidak lengkap hanya meningkatkan lingkungan pengasuhan sebesar 1.6 poin, kognitif meningkat sebesar 4.3 poin, psikomotor meningkat 6.3 poin dan sosial emosional meningkat 2.0 poin. Pendapatan perkapita merupakan faktor lain yang berpengaruh positif signifikan terhadap perkembangan kognitif, psikomotor dan sosial emosional anak. Disamping itu, kepribadian anak juga turut berpengaruh positif signifikan terhadap perkembangan psikomotor anak.

(6)

Nama : Yuliana

Nomor Pokok : A561024011

Program Studi : Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, M.S. Dr. Soemiarti Patmonodewo

Ketua Anggota

Dr. Ir. Hadi Riyadi, M.S. Prof. Dr. Ir. Deddy Muchtadi, M.S.

Anggota Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Ilmu Gizi Dekan Sekolah Pascasarjana Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, M.S. Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S.

(7)

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan disertasi ini. Shalawat beserta salam tak lupa penulis kirimkan kepada junjungan dan suri tauladan kita yakni Nabi Besar Muhammad SAW.

Karya tulis ini dapat diselesaikan dengan bantuan do’a, dukungan, semangat, arahan serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan terimakasih yang setulusnya atas semua keikhlasan bantuan yang telah diberikan dan semoga Allah SWT mencatat sebagai amal soleh, kepada:

1. Prof. Dr.Ir. Ali Khomsan, M.S selaku ketua komisi pembimbing atas pengarahan, bimbingan, dan saran yang diberikan dengan penuh kesabaran mulai dari penulisan proposal hingga penulisan disertasi ini.

2. Dr. Soemiarti Patmonodewo, selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan banyak ilmu tentang perkembangan anak dan bimbingan serta jaringan ke Puskur Diknas, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan disertasi ini.

3. Dr. Ir. Hadi Riyadi, M.S. selaku anggota komisi pembimbing atas bimbingan dan masukan yang membangun dalam penyelesaian tulisan ini.

4. Prof. Dr. Ir. Deddy Muchtadi, M.S. selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, kesempatan, kepercayaan dan penghargaan kepada penulis dalam membangun dedikasi penulis sebagai ahli gizi masyarakat nantinya.

5. Dr. Ir. Faisal Anwar, M.S. selaku dosen penguji dalam Preliminary Lisan dan sebagai Penguji luar komisi dalam ujian tertutup

6. Dr. Gutama dan Dr. Ir. Siti Madanijah, M.S. selaku dosen penguji luar komisi dalam sidang terbuka yang telah memberikan masukan-masukan yang berarti bagi penyelesaian disertasi ini.

7. Dra Diah Heryanti, M.S., staf Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional yang telah memberikan masukan, meminjamkan buku-buku dan alat ukur perkembangan yang sangat bermanfaat.

8. Dr. Ir. Rina Yenrina, M.Si selaku guru, kakak, dan saudara bagi penulis yang telah memberikan bantuan dengan ikhlas selama ini.

9. Drs. Deni Ardiana (Camat Kecamatan Dramaga) dan Bapak Camat Kecamatan Ciampea beserta seluruh staf kecamatan, Kepala Desa Sinarsari, Kepala Desa Neglasari, dan Kepala Desa Cibanteng beserta seluruh staf desa dan kader posyandu

(8)

10. Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Ekologi Manusia beserta seluruh staf pengajar dan karyawan khususnya Departeman Gizi Masyarakat dan Ilmu Keluarga dan Konsumen atas bekal ilmu yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan di IPB.

11. Dekan dan Wakil Dekan Sekolah Pascasarjana IPB beserta seluruh staf yang banyak membantu selama saya mengikuti kuliah di Program Pascasarjana IPB.

12. Rektor, Dekan Fakultas Teknik dan Ketua Jurusan IKK Universitas Negeri Padang beserta staf dan tata usaha, atas kesempatan berharga yang telah diberikan pada penulis untuk mengembangkan potensi diri.

13. Pengelola program bantuan dana pendidikan (BPPS) dari Direktorat Pendidikan Tinggi RI yang telah memberikan bantuan dana pendidikan selama penulis menempuh pendidikan di IPB.

14. Rekan-rekan pengurus el-Diina Pusat yaitu Ir. Hj. Emmi Khairani, Ir. Reskiana Rahmayanti, Dra Zulia Ilmawati (Psi), Dra Ratna Soeminar, Ir. Eko Pujiastuti, Hj Saleha Hanum M.Si, Dewi, D S. Sp.K, Marliana, S.Pd dan Dini Aminarti, A.Md. atas kerjasama, kekompakan, kerja keras dan dorongannya selama ini. Azizah, Sugih, Novi, Dini Safitri dan Nining atas bantuan dan kerjasamanya dalam pengumpulan data penelitian ini.

15. Seluruh keluarga besar Amarijal St Basa (Alm), ibunda Rosmi Rasyid, Kakanda Dra. Ratnayulis serta Uda, Abang dan Adinda di Padang serta keluarga besar Wizarni Alwi (Alm) dan Ibu Fatimah Hayatun Nufus (Alm) beserta adik-adik yang telah memberikan bantuan moril dan materil demi penyelesaian pendidikan S3 ini. 16. Suamiku yang penuh pengertian dan pengorbanan, Drs Andriwifa, dan anak-anakku

tercinta: Afifah, Shiddiq, Ahmad dan Fathon, terimakasih atas kesabaran, doa yang selalu dipanjatkan dan dorongan semangat dan keikhlasan selama ini.

Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan pada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala bantuan yang diberikan. Semoga Allah SWT menghitung sebagai amal saleh setiap kebaikan yang diberikan selama ini. Terakhir penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak yang tidak ingin meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka khawatir terhadapnya. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar (TQS An-Nisa:9).

Bogor, Maret 2007 Yuliana

(9)

sebagai anak kelima dari tujuh bersaudara pasangan Amarijal St. Basa (alm) dan Rosmi Rasyid. Pendidikan dasar sampai menengah atas diselesaikan di Maninjau Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam Sumatera Barat pada tahun 1989. Pada tahun yang sama Penulis diterima sebagai mahasiswa IPB melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian IPB dan lulus pada tahun 1994. Selama pendidikan S1 penulis mendapatkan beasiswa dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi selama 2 tahun dan Women International Club (WIC) selama 2 tahun.

Setelah lulus S1 sampai 1996 penulis bekerja di Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi, Lembaga Penelitian IPB Bogor dan sebagai asisten dosen di Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, IPB Bogor. Penulis menikah dengan Drs. Andriwifa pada tahun 1996 dan dikaruniai empat orang anak yaitu Afifah Nur Hasanah, Muhammad Shiddiq, Muhammad Amin dan Muhammad Fathoni.

Mulai bulan Maret 1997 sampai sekarang penulis menjadi dosen tetap di Jurusan Ilmu Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang (UNP). Pada tahun ajaran 1999 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan S2 pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) dan lulus pada tahun 2002 dengan biaya dari BPPS Dikti, Depdiknas. Pada tahun ajaran 2002/2003 semester genap penulis memperoleh kesempatan kembali untuk melanjutkan pendidikan S3 pada program studi yang sama di Sekolah Pascasarjana IPB Bogor dengan biaya dari BPPS Dikti, Depdiknas.

Selama mengikuti program S3, penulis ikut dalam beberapa penelitian yang disponsori dari dalam dan luar negeri serta aktif sebagai pengisi seminar, talk show dan pelatihan-pelatihan di bidang pendidikan dan penelitian. Karya ilmiah yang berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Bayi Usia 8-11 Bulan di Kota Bogor telah diterbitkan pada Jurnal Media Gizi dan Keluarga, Fakultas Pertanian IPB bulan Desember 2002. Artikel yang berjudul Dampak Anemia Gizi Besi terhadap Kualitas Sumberdaya Manusia dan Keterkaitan antara

(10)

Temu Karya XIII FT/FPTK/JPTK Universitas/IKIP Se-Indonesia di Jakarta pada bulan Februari 2004. Artikel yang berjudul Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di Perguruan Tinggi telah diterbitkan pada Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta pada bulan September 2004. Karya ilmiah berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Perkembangan Mental, Psikomotor dan Perilaku Bayi Usia 8-11 Bulan di Kota Bogor telah diterbitkan pada Jurnal Media Gizi dan Keluarga, Fakultas Pertanian IPB bulan Desember 2004. Artikel yang berjudul Penanganan Anak Autis Melalui Terapi Gizi dan Pendidikan telah diterbitkan pada Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta pada bulan Juli 2006. Artikel yang berjudul ”Atur Sendiri Mainanmu Nak” telah diterbitkan dalam Rubrik True Parenting Female Readers, Edisi IV/Vol I, Juli 2006, Jakarta. Karya ilmiah yang berjudul Analisis Pola Pengasuhan, Morbiditas, Konsumsi Gizi dan Status Gizi Anak Usia Prasekolah di Pedesaan dan Perkotaan Pulau Jawa akan segera diterbitkan dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pendidikan Nasional. Karya-karya ilmiah tersebut merupakan bagian dari program S3 penulis.

Dari bulan September sampai Desember 2006, penulis aktif sebagai pemateri seminar yang bertema Kedelai Ditinjau dari Aspek Gizi dan Kesehatan yang diadakan di Universitas Pasundan Bandung Jawa Barat, Universitas Katolik Soegijapranata, Politeknik Kesehatan Jakarta II Depkes RI dan Universitas Andalas Padang Sumatera Barat. Pada bulan September 2006 juga penulis bersama rekan-rekan lain mendirikan Yayasan el-Diina dengan konsep Pendidikan Integral Anak Usia Dini Berbasis Aqidah Islam, Program Ibuku Guru Kami dengan Metode Home Schooling Group dalam rangka mewujudkan Ibu Tangguh dan Generasi Pemimpin. Dalam kepengurusan yayasan, penulis sebagai ketua umum.

(11)

DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan Penelitian ... 7 Manfaat Penelitian ... 7 TINJAUAN PUSTAKA ... 8

Pertumbuhan Anak dan Penilaiannya ... 8

Perkembangan Anak dan Penilaiannya ... 14

Pentingnya Berinvestasi pada Perkembangan Anak Usia Dini (Prasekolah) ... 19

Kerangka Teoritis Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Prasekolah ... 20

Pengaruh Zat Gizi terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Prasekolah ... 23

Pengaruh Pengasuhan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Prasekolah... 29

Pengaruh Morbiditas terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Prasekolah... 47

Dampak Stimulasi terhadap Perkembangan Anak ... 49

Berbagai Rancangan Program Pendidikan Anak Usia Prasekolah... 52

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 67

Kerangka Pemikiran ... 67

Hipotesis ... 68

METODE PENELITIAN ... 70

Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ... 70

Ukuran Contoh, Unit Observasi , Unit Analisis dan Pemilihan Contoh 70

Pelaksanaan Intervensi ... 72

(12)

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 82

Keadaan Umum Lokasi Penelitian ... 82

Karakteristik Keluarga ... 84

Karakteristik Anak ... 88

Konsumsi Zat Gizi Anak ... 94

Pengetahuan Gizi-Kesehatan Ibu ... 95

Pola Pengasuhan Gizi-Kesehatan ... 96

Lingkungan Pengasuhan ... 97

Perkembangan Anak ... 99

Pengaruh Penyuluhan Kesehatan terhadap Pengetahuan Gizi-Kesehatan Ibu dan Pola Pengasuhan Gizi-Gizi-Kesehatan ... 101

Pengaruh Berbagai Faktor terhadap Pertumbuhan Anak Usia Prasekolah ... 102

Pengaruh Stimulasi Psikososial terhadap Lingkungan Pengasuhan ... 104

Pengaruh Stimulasi Psikososial terhadap Perkembangan Anak Usia Prasekolah ... 108

Konsep Pendidikan Integral Anak Usia Dini Berbasis Aqidah Islam Melalui Program Ibuku Guru Kami dan Metode Kelompok Belajar di Rumah (Home Shooling Group) ... 118

SIMPULAN DAN SARAN ... 128

DAFTAR PUSTAKA ... 132

(13)

1 Perkembangan Anak Usia Prasekolah ... 16

2 Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Anak yang berusia 0-6 Tahun ... 24

3 Prinsip Teoritis Perkembangan dan Belajar Anak ... 44

4 Model Pembelajaran dan Pengajaran ... 46

5 Hasil Penelitian Intervensi Stimulasi Psikososial pada Anak ... 51

6 Peubah, Cara, Waktu Pengukuran dan Pengolahan Data ... 76

7 Uji Kesetaraan Karakteristik Keluarga Antar Kelompok I (KT) dan Kelompok II (KTP) ... 84

8 Tingkat Pendidikan Ayah dan Ibu menurut Kelompok Stimulasi ... 85

9 Sebaran Ayah dan Ibu menurut Jenis Pekerjaan dan Kelompok Stimulasi... 86

10 Rata-Rata dan Standar Deviasi Pendapatan Keluarga menurut Sumber Pendapatan dan Kelompok Stimulasi ... 87

11 Uji kesetaraan Karakteristik anak antar Kelompok Stimulasi ... 89

12 Rata-Rata Konsumsi, kecukupan dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi Anak Menurut Kelompok Stimulasi ... 95

13 Sebaran Anak Usia Prasekolah menurut Nilai Rata-Rata Tingkat Kecukupan Gizi (NRTKG) dan Kelompok Stimulasi ... 95

14 Sebaran Ibu menurut Kategori Pengetahuan Gizi-Kesehatan Ibu dan Kelompok Stimulasi ... 96

15 Sebaran Ibu menurut Kategori Pengasuhan Gizi-Kesehatan Ibu dan Kelompok Stimulasi ... 97

16 Sebaran Ibu menurut Kategori Lingkungan Pengasuhan dan Kelompok Stimulasi... 99

17 Sebaran Anak menurut Aspek Perkembangan dan Kelompok Stimulasi... 100

18 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Anak... 103

19 Rataan Skor dan Hasil Uji Beda Lingkungan Pengasuhan menurut Kelompok dan Periode Pengukuran... 105

20 Hasil Uji Analisis Kovarian terhadap Lingkungan Pengasuhan ... 106

21 Hasil Uji Analisis Kovarian Beragam Faktor terhadap Lingkungan Pengasuhan Anak Usia Prasekolah ... 107

22 Rataan Skor dan Hasil Uji Beda Perkembangan Anak menurut Kelompok dan Periode Pengukuran... 108

(14)

25 Hasil Uji Analisis Kovarian terhadap Perkembangan Psikomotor ... 113 26 Hasil Uji Analisis Kovarian Beragam Variabel terhadap

Perkembangan Psikomotor... 113 27 Hasil Uji Analisis Kovarian terhadap Perkembangan Sosial

Emosional... 115 28 Hasil Uji Analisis Kovarian Beragam Variabel terhadap

(15)

1 Dampak Jangka Pendek dan Panjang dari Keadaan Gizi pada

Masa Janin dan Usia Dini ... 11 2 Diagram Kerangka Konseptual Proses Tumbuh Kembang Anak ... 21 3 Model Interelasi Tumbuh Kembang Anak... 22 4 Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Usia

Prasekolah ... 23 5 Peran Pola Asuh (Care) pada Pertumbuhan dan Perkembangan

Anak ... 35 6 Kerangka Pemikiran Penelitian Pengaruh Penyuluhan Gizi, dan

Stimulasi terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia

Prasekolah ... 69 7 Teknik Penarikan Contoh Penelitian... 71 8 Kerangka Tahapan Penelitian ... 74 9 Rataan Skor Morbiditas Anak Kelompok I (KT) dan Kelompok II

(KTP) Sebelum dan Setelah Dilakukan Stimulasi Psikososial ... 91 10 Rataan Skor-Z Pertumbuhan Anak (BB/TB) Kelompok I (KT)

dan Kelompok II (KTP) Sebelum dan Setelah Dilakukan Stimulasi

Psikososial... 93 11 Rataan Skor Kepribadian Anak Kelompok I (KT) dan Kelompok

II (KTP) Sebelum dan Setelah Dilakukan Stimulasi Psikososial... 94 12 Rataan Skor Pengetahuan Gizi-Kesehatan Ibu Kelompok I (KT)

dan Kelompok II (KTP) Sebelum dan Setelah Dilakukan

Penyuluhan Gizi-Kesehatan ... 101 13 Rataan Skor Pola Pengasuhan Gizi-Kesehatan Ibu Kelompok I

(KT) dan Kelompok II (KTP) Sebelum dan Setelah Dilakukan

Stimulasi Psikososial... 102 14 Rataan Skor Lingkungan Pengasuhan Kelompok I (KT) dan

Kelompok II (KTP) Sebelum dan Setelah Dilakukan Stimulasi

Psikososial... 105 15 Rataan Skor Perkembangan Kognitif Kelompok I (KT) dan

Kelompok II (KTP) Sebelum dan Setelah Dilakukan Stimulasi

Psikososial... 109 16 Rataan Skor Perkembangan Psikomotor Kelompok I (KT) dan

Kelompok II (KTP) Sebelum dan Setelah Dilakukan Stimulasi

Psikososial... 112 17 Rataan Skor Perkembangan Sosial Emosional Kelompok I (KT)

dan Kelompok II (KTP) Sebelum dan Setelah Dilakukan Stimulasi

(16)

1 Peta Lokasi Penelitian ... 138

2 Kuesioner Pengaruh Penyuluhan Gizi dan Stimulasi Psikososial terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Prasekolah... 139

3 Materi Penyuluhan Gizi-Kesehatan ... 159

4 Materi Diklat Stimulasi Psikososial ... 160

5 Instrumen Perkembangan Anak ... 161

6 Lingkungan Pengasuhan Anak (Home Inventory) ... 171

7 Deskripsi Modul Diklat Stimulasi Psikososial Anak Usia Prasekolah Program Ibuku Guru Kami dengan Metode Home Schooling Group ... 174

(17)

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses perubahan yang terjadi pada setiap makhluk hidup. Perubahan yang terjadi pada seseorang tidak hanya meliputi apa yang kelihatan seperti perubahan fisik dengan bertambahnya berat badan dan tinggi badan, tetapi juga perubahan (perkembangan) dalam segi lain seperti berfikir, emosi, dan bertingkah laku.

Pertumbuhan dan perkembangan adalah dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Sedangkan perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih 1998).

Myers (1995) mendefinisikan pertumbuhan sebagai perubahan secara kuantitatif pada aspek fisik, yaitu merupakan proses pertambahan jumlah dan ukuran sel. Ukuran pertumbuhan anak bisa dilihat dari penambahan berat badan atau tinggi badan atau kedua-duanya. Perkembangan anak merupakan proses perubahan dimana anak belajar pada tingkatan yang lebih kompleks dalam bergerak, berpikir, berperasaan, dan berhubungan dengan yang lain. Perkembangan dalam arti sempit bisa disebut sebagai proses pematangan fungsi-fungsi non fisik atau perubahan kuantitatif dan kualitatif sebagai suatu proses perubahan yang progresif, koheren, dan berurutan. Kartono (1990) mengemukakan bahwa perkembangan bisa didefinisikan sebagai hasil proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik pada diri anak, yang ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam waktu tertentu menuju kedewasaan.

Perkembangan anak usia dini (early child development, ECD) adalah periode perkembangan yang paling cepat pada kehidupan manusia. Pada masa ini, pertumbuhan anak berlangsung dengan cepat. Selain itu, kompetensi kognitif, emosi, dan sosial mulai dibentuk dan diperluas (Jalal 2003a). Perkembangan anak

(18)

meliputi perkembangan perilaku tidak matang menjadi matang; dari pola yang sederhana menjadi kompleks; dan evolusi manusia dari keterikatan menjadi masa dewasa yang otonom (Theresia & Caplan 1983).

Semua anak-anak tumbuh melalui suatu tahapan pertumbuhan dan perubahan fisik, kognitif, dan emosional yang dapat diidentifikasi. Pendekatan perkembangan anak usia dini didasarkan pada fakta bahwa anak-anak merespon paling baik ketika pengasuh (caregivers) menggunakan teknik khusus (spesifik) yang dirancang untuk mendorong dan merangsang pencapaian kemajuan ke taraf perkembangan berikutnya.

Masa kanak-kanak dini adalah tahun-tahun kritis untuk berspekulasi, bereksplorasi, bermain, dan berkreasi tanpa takut gagal untuk menguji ide, belajar menyelesaikan masalah, memperluas kepercayaan pada masa dewasa, dan membangun hubungan dengan orang seusia. Pada masa ini, rentang perhatian diperluas dan mereka meningkatkan pengetahuannya (Theresia & Caplan 1983).

Masa usia prasekolah merupakan masa anak usia dini yang sangat khusus. Anak pada usia prasekolah berada pada proses perkembangan penting: perubahan dari terikat menjadi lebih bebas; dari koordinasi yang kaku menjadi lebih teratur dan terampil; dari bahasa tubuh ke bahasa verbal; dari ketaatan yang kuat terhadap kendali dari luar ke perkembangan kendali dari diri sendiri (inner control); dan dari kepedulian personal ke tumbuhnya kepedulian sosial (Theresia & Caplan 1983).

Patmonodewo (2003) mendefinisikan bahwa yang dimaksudkan dengan anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun. Kelompok usia ini biasanya mengikuti program prasekolah atau kindergarten. Sedangkan di Indonesia, umumnya mereka mengikuti program Tempat Penitipan Anak (3 bulan – 5 tahun) dan Kelompok Bermain (usia 3 tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti program Taman Kanak-Kanak.

Pada usia 3-6 tahun ini anak berbeda dari anak-anak pada usia lainnya. Mereka sangat aktif. Aktivitas yang lazim adalah membuat keributan. Mereka mengucapkan apa yang ada di pikirannya, dan memiliki keinginan yang besar untuk berbicara dengan temannya. Anak pada usia 3-6 tahun, secara alami, juga dicirikan oleh sifat yang sangat pemalu. Patmonodewo (2001) mengatakan bahwa

(19)

masa ini adalah masa peka. Ini merupakan suatu teori yang sangat khas dan banyak diterima oleh para tokoh pendidik anak lainnya. Dalam rentang perkembangan anak usia 3-6 tahun akan muncul keadaan dimana suatu potensi menunjukkan kepekaan (sensitif) untuk berkembang.

Setiap anak adalah pribadi yang unik dengan temperamen, gaya belajar, latar belakang keluarga, pola dan waktu pertumbuhan yang individual. Namun, terdapat tahapan pertumbuhan universal dan perubahan yang terjadi selama 9 (sembilan) tahun pertama kehidupan. Dengan berkembangnya anak, mereka membutuhkan tipe rangsangan dan interaksi yang berbeda untuk melatih keahlian mereka dan untuk mengembangkan hal yang baru. Pada setiap usia, kebutuhan dasar kesehatan dan gizi adalah esensial (Jalal 2003a).

Peran dan tanggungjawab orang tua pada proses pembimbingan dan pengasuhan pada anak sangat besar, terutama dalam membantu anak melewati masa penting dalam rentang usia 3-6 tahun. Namun kenyataannya, banyak orang tua yang belum sepenuhnya memiliki pemahaman yang benar tentang pertumbuhan dan perkembangan anak usia ini.

Minimnya pemahaman orang tua, tentunya akan berakibat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak yaitu dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan mengendapkan the hidden potency yang telah dimiliki oleh anak, yang pada akhirnya berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Hasil kajian terhadap data pertumbuhan anak balita di Pakistan, Swedia dan Hongkong di desa dan kota yang dilakukan oleh Kalberg, Jalal, Lam, Low, dan Yeung (1994) menyimpulkan bahwa gangguan pertumbuhan lebih disebabkan karena lingkungan. Lingkungan yang dimaksud adalah gizi, infeksi, kualitas ibu dan interaksinya. Terjadinya gangguan pertumbuhan yang menyebabkan pertumbuhan mendatar (gangguan tumbuh kembang) berkaitan erat dengan dua faktor langsung yaitu: 1) intake gizi dan 2) infeksi. Kedua faktor langsung tersebut dipengaruhi oleh ketersediaan pangan, pola asuh dan pelayanan kesehatan.

Gangguan tumbuh kembang dapat dicegah dan diperbaiki melalui: perbaikan konsumsi, suplemen dan penyuluhan gizi, peningkatan kualitas pola asuh, pelayanan kesehatan dan pencegahan terhadap infeksi. Menurut Husaini (1999) peningkatan pola asuh dapat dilakukan dengan empat pendekatan yaitu

(20)

pendekatan motorik anak dengan KMS perkembangan motorik, pendekatan informasi, pendekatan keterampilan dan pendekatan sumberdaya keluarga.

Menurut Jalal (2003a), cukup banyak alasan mengapa pendidikan sejak dini berperan besar dalam pengembangan sumberdaya manusia dan pembentukan manusia seutuhnya. Mulai dari rendahnya rata-rata Nilai Ebtanas Murni (NEM) SD-SLTP, tingginya angka mengulang pada kelas SD awal sampai dengan rendahnya peringkat Human Development Index (HDI). Pada tahun 2005 Indonesia termasuk urutan HDI ke-111 dari 176 Negara. Penelitian neurologi dan kajian pendidikan anak usia dini juga cukup memberikan bukti betapa pentingnya stimulasi sejak usia dini dalam mengoptimalkan seluruh potensi anak guna mewujudkan generasi mendatang yang berkualitas dan mampu bersaing dalam percaturan dunia yang mengglobal pada milenium ke tiga ini.

Kualitas manusia dari pandangan gizi dijabarkan dalam bentuk peningkatan kemampuan intelektual dan kesehatan yang bisa diukur dengan terwujudnya kemampuan fisik dan produktivitas kerja. Hadju, Meutusalach dan Karyadi (1998) mengemukakan bahwa perhatian besar dalam usaha meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dewasa ini adalah usaha mempersiapkan generasi muda melalui pembinaan gizi dan kesehatan sejak dini mulai dari pembinaan wanita calon ibu, pemeliharaan janin, bayi, anak balita, dan anak sekolah. Hal ini dimaksudkan dengan semakin dini dan berkesinambungan pembinaan gizi dan kesehatan serta stimulasi yang dilakukan maka pembentukan generasi berkualitas semakin cepat terwujud.

Pemerintah Indonesia telah memperkenalkan panduan stimulasi dalam program Bina Keluarga Balita (BKB) sejak tahun 1980, namun implementasinya belum memasyarakat. Hasil penelitian Herawati (2002) di Bogor menemukan bahwa dari 265 keluarga yang diteliti, hanya terdapat 15% yang mengetahui program BKB. Faktor penentu lain dari kurang memasyarakatnya program BKB adalah rendahnya tingkat partisipasi orang tua. Kemudian pada tahun 2001, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda mengeluarkan program PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Namun keberadaan program tersebut belum menjangkau tingkat pedesaan secara merata.

(21)

Keberadaannya baru terbatas satu dalam setiap kecamatan, sehingga belum dapat diakses langsung oleh masyarakat yang berlokasi jauh dari pusat kecamatan.

Gutama (2005) dan Jalal (2005) mengemukakan bahwa permasalahan mendasar dalam pelaksanaan dan pengembangan pendidikan anak usia dini di tanah-air antara lain adalah: (1) Masih banyaknya anak usia dini yang belum tersentuh oleh layanan pendidikan dini apapun. Sampai tahun 2001 jumlah mereka (anak usia 0-6 tahun) yang belum terlayani diperkirakan sebanyak 19 juta anak atau 73%. Artinya baru sekitar 27% yang mendapatkan layanan pendidikan dini. Dalam kondisi inipun terdapat kesenjangan yang lebar antara anak-anak di daerah perkotaan dan pedesaan dalam akses layanan pendidikan anak usia dini. Akses layanan pendidikan anak usia dini di daerah pedesaan hanya 33,4% dan untuk daerah perkotaan telah mencapai 63,4%, padahal populasi anak usia dini sebagian besar berada di pedesaan (60%). Khusus anak usia prasekolah, akses layanan pendidikan anak usia dini masih rendah (sekitar 20.0%). Artinya sebanyak 80.0% lainnya belum terlayani di pusat-pusat pendidikan anak usia dini. Kesenjangan antara pedesaan dan perkotaan juga terjadi (Jalal 2002). Hasil yang serupa juga ditemui pada penelitian yang dilakukan di penghujung tahun 2004 dan awal tahun 2005 di Pulau Jawa, bahwa sebagian besar (86.3% di pedesaan dan 73.2% di perkotaan) anak usia prasekolah belum mengakses program-program pendidikan yang ada baik jalur formal maupun non formal (Yuliana, Khomsan, Patmonodewo, Riyadi dan Muchtadi 2007); (2) Masih sangat rendahnya kesadaran orang tua dan masyarakat terhadap pentingnya pendidikan anak usia dini, sehingga kurang memberikan perhatian kepada anak untuk mendapatkan pendidikan; (3) Masih rendahnya tingkat sosial ekonomi masyarakat sehingga tidak mampu membiayai pendidikan anaknya; (4) Belum adanya sistem yang menjamin keterpaduan dalam penanganan anak usia dini yang bersifat holistik; (5) Masih terbatasnya jumlah tenaga pendidik untuk anak usia dini, serta masih relatif rendahnya kualitas tenaga yang sudah ada; (6) Sangat terpencarnya keberadaan anak-anak usia dini yang harus dilayani, terutama yang ada di daerah-daerah yang sulit dijangkau karena kendala geografis dan transportasi; (7) Masih minimnya ketersediaan prasarana dan sarana pendidikan bagi anak usia dini, terutama mereka yang berusia di bawah 4 tahun; (8) Masih terbatasnya jumlah perguruan

(22)

tinggi yang memiliki jurusan khusus untuk pendidikan anak usia dini dan terbatasnya penelitian di bidang pendidikan dini.

Upaya untuk melakukan menyuluhan gizi-kesehatan dan pemberian stimulasi psikososial pada orang tua sangat penting dilakukan. Upaya tersebut dalam rangka meningkatkan pengetahuan gizi-kesehatan ibu serta keterampilan ibu dalam melakukan pengasuhan dan pendidikan anak sendiri yang dilengkapi dengan metode pelaksanaannya, guna menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak.

Sudah ada beberapa penelitian yang dilakukan di Indonesia terkait dengan pengaruh pemberian penyuluhan gizi-kesehatan dan atau stimulasi psikososial terhadap tumbuh-kembang anak yang menunjukkan hasil secara umum bahwa pemberian penyuluhan gizi-kesehatan dan atau stimulasi psikososial dapat meningkatkan pengetahuan gizi dan pertumbuhan anak serta peningkatan skor perkembangan anak. Penelitian-penelitian tersebut antara lain adalah: (1) Intervensi Dini Sebagai Sarana Peningkatan Perkembangan Anak yang diteliti oleh Patmonodewo (1993) terhadap anak usia 12-24 bulan di Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul Yogyakarta; (2) Model Pengasuhan Anak Bawah Dua Tahun dalam Meningkatkan Status Gizi dan Perkembangan Psikososial yang diteliti oleh Anwar (2002) terhadap anak usia 12-18 bulan di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor Jawa Barat; (3) Model pendidikan ”Gi-Psi-Sehat” bagi Ibu serta dampaknya terhadap Perilaku Ibu, Lingkungan Pembelajaran, Konsumsi Pangan dan Status Gizi Anak Usia Dini yang diteliti oleh Madanijah (2003) terhadap bayi 0-11 bulan di Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor; (4) Pengaruh Suplemen MPASI, Penyuluhan Gizi dan Stimulasi terhadap Tumbuh-Kembang Anak Bawah Dua Tahun yang diteliti oleh Herawati (2005) terhadap anak usia 6-12 bulan di Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi, Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor dan Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor. Semua penelitian yang dilakukan oleh peneliti tersebut diatas dilakukan pada anak-anak dibawah usia dua tahun dan pendekatan stimulasi diberikan melalui ibu. Unsur kebaruan dari penelitian yang dilakukan ini adalah kepada sasaran yang berbeda yaitu kepada anak usia prasekolah (3-6 tahun) dengan pendekatan pemberian stimulasi diberikan kepada ibu dan juga anak.

(23)

Dalam penelitian ini, kepada para ibu dari anak usia prasekolah diberikan intervensi berupa penyuluhan gizi-kesehatan dan stimulasi psikososial berupa pendidikan dan latihan (diklat) serta praktek pelaksanaan stimulasi psikososial pada anak usia prasekolah dengan menggunakan Program Ibuku Guru Kami melalui metode kelompok belajar di rumah (Home Schooling Group). Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka pertanyaan penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana pengaruh penyuluhan gizi-kesehatan dan faktor lainnya terhadap pertumbuhan anak usia prasekolah? (2) Bagaimana pengaruh stimulasi psikososial dan faktor lainnya terhadap lingkungan pengasuhan dan perkembangan anak usia prasekolah?

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penyuluhan gizi dan stimulasi psikososial terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak usia prasekolah

Tujuan Khusus

1. Menganalisis pengaruh penyuluhan gizi-kesehatan dan faktor lainnya terhadap pertumbuhan anak usia prasekolah.

2. Menganalisis pengaruh stimulasi psikososial dan faktor lainnya terhadap lingkungan pengasuhan dan perkembangan anak usia prasekolah.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini secara umum diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang pengaruh penyuluhan gizi-kesehatan dan stimulasi psikososial terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak usia prasekolah khususnya di Kabupaten Bogor serta dapat mengetahui faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak usia prasekolah.

Secara khusus bermanfaat untuk mengidentifikasi pertumbuhan dan perkembangan anak usia prasekolah di Kabupaten Bogor serta diharapkan dapat menghasilkan suatu pendekatan praktis dan sederhana dalam penanganan anak usia prasekolah dari keluarga secara terpadu sehingga menjadi motivasi dan pedoman bagi pemerintah, masyarakat, dan keluarga.

(24)

Pertumbuhan Anak

Tumbuh berarti meningkatnya ukuran. Pertumbuhan terjadi apabila sel bertambah banyak atau bertambah besar ukurannya. Pertumbuhan anak (child growth) adalah proses perubahan jasmani secara kuantitatif pada tubuh seorang anak sejak pembuahan, berupa pertambahan ukuran dan struktur tubuh (Satoto 1990). Pertumbuhan yang dimaksud tidak hanya pada bagian luar tubuh saja tetapi juga pada organ dalam tubuh, termasuk jantung, hati dan otak. Berdasarkan definisi dalam The British Medical Dictionary, pertumbuhan merupakan perkembangan progresif mahluk hidup atau bagian organisme mulai dari tahap paling awal sampai dewasa, termasuk pertambahan dalam ukuran (Hurlock 1997). Pertumbuhan melibatkan suatu rangkaian perubahan, tidak hanya peningkatan dalam ukuran tetapi juga spesialisasi berbagai bagian tubuh untuk melakukan fungsi-fungsi yang berbeda.

Proses pertumbuhan anak berlangsung pada sel, organ dan tubuh. Pertumbuhan tersebut terjadi dalam tiga tahap, yaitu hiperplasia (bertambahnya jumlah sel), hiperplasia dan hipertrofi (bertambahnya jumlah dan kematangan sel), dan hipertrofi (bertambahnya ukuran dan kematangan sel). Selanjutnya, setiap organ atau bagian tubuh lain mengikuti pola pertumbuhan yang berbeda dalam setiap tahapan tersebut (Solihin 1993, Anwar 2002).

Pertumbuhan berlangsung sejak konsepsi sampai anak berusia 18 tahun. Tahapan pertumbuhan anak sejak konsepsi sampai berusia 18 tahun adalah sebagai berikut:

• Masa pralahir, yaitu masa mudigah (sejak pembuahan sampai dengan kehamilan 8 minggu) dan masa janin (usia kehamilan 8 minggu sampai dengan full term).

• Masa bayi, yaitu masa sejak lahir sampai dengan usia 1 tahun. • Masa batita, yaitu bayi berusia 1-3 tahun.

• Masa prasekolah, yaitu anak yang berusia 3-6 tahun. • Masa sekolah, yaitu anak yang berusia 6-12 tahun.

(25)

• Masa remaja, yaitu masa pada saat anak berusia 12,5-18 tahun (pria) dan 10,5-18 tahun (wanita).

Pertumbuhan pada usia 2 (dua) tahun pertama dicirikan oleh pertambahan gradual baik pada kecepatan pertumbuhan linier maupun laju pertambahan berat badan. Pada masa inilah anak memunculkan pola pertumbuhan yang konsisten dengan latar belakang genetiknya. Pertumbuhan cepat (catch-up growth) dimulai pada usia 3 (tiga) bulan dan berakhir pada usia 12-18 bulan, sementara pertumbuhan lambat (lag-down growth) sedikit lebih belakangan dan dapat belum berakhir hingga usia 24 bulan (2 tahun).

Satoto (1990) mengemukakan bahwa fase pertumbuhan lambat terjadi pada awal pertumbuhan, berupa hasil sintesis enzimatis awal dan perubahan faal dalam sel. Panjang pendeknya fase ini sangat tergantung pada masukan zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan keadaan faal ses-sel dalam tubuh. Sedangkan dalam fase eksponensial terjadi peningkatan jumlah sel yang berlipat ganda dalam setiap proliferasi. Keadaan ini terjadi bila masukan gizi optimal dan tidak ada faktor lain yang mengganggu. Fase pertumbuhan tetap (stationer) terjadi akibat pembatasan-pembatasan yang ada termasuk kemungkinan keterbatasan masukan zat gizi dan adanya gangguan lain.

Pola pertumbuhan dibatasi oleh dua hal utama yaitu faktor genetis dan faktor lingkungan (Margen 1984). Kemampuan genetis dapat muncul secara optimal jika didukung oleh faktor lingkungan yang kondusif. Pertumbuhan akan berlangsung optimal jika kebutuhan zat gizi untuk pertumbuhan organ tubuh tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang tepat dan tubuh tidak terpapar infeksi yang dapat mengganggu proses pertumbuhan. Jika ada hal yang tidak mendukung pertumbuhan maka akan terjadi gangguan pertumbuhan. Gangguan pertumbuhan dalam jangka waktu lama akan menyebabkan terjadinya gagal tubuh.

Gangguan tumbuh kembang dapat diartikan sebagai pertumbuhan mendatar yang menyimpang dari standar baku pertumbuhan WHO. Gangguan pertumbuhan banyak ditemui di negara berkembang termasuk Indonesia. Di Asia Selatan sejak tahun 1975 sampai 1990 terdapat lebih 50% anak balita yang diklasifikasikan underwegiht dan stunted. Hampir selama 10 tahun pertumbuhan anak balita di Indonesia relatif tidak mengalami perbaikan. Meskipun pada saat

(26)

lahir status gizi anak baik yang ditunjukkan dengan ZBBU > 0 namun semakin meningkat umur anak semakin menjauh dari standar ZBBU seharusnya. Setelah umur 12 bulan terjadi pertumbuhan mendatar pada ZBBU antara –1 sampai –2.

Hasil kajian Jahari et al. (2000) terhadap data SUSENAS menunjukkan tingginya prevalensi gizi kurang di Indonesia sekitar 28% pada tahun 1998 dan terjadi peningkatan prevalensi gizi buruk dari 6% pada tahun tahun 1989 menjadi 9.5% pada tahun 1999. Penelitian tersebut juga menunjukkan masalah gangguan pertumbuhan sudah mulai muncul pada usia dini.

Gangguan tumbuh kembang pada anak balita terjadi baik pada anak perempuan maupun anak laki-laki. Dari data Survei Gizi dan Kesehatan HAKI, tinggi badan rata-rata anak balita pada umumnya mendekati rujukan hanya sampai dengan usia 5-6 bulan, kemudian perbedaan tinggi badan menjadi melebar setelah usia 6 bulan, baik pada anak laki-laki maupun perempuan. Kondisinya sama dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2002.

Gangguan pertumbuhan yang dicerminkan dengan rendahnya tinggi badan menurut umur (stunting) erat kaitannya dengan kualitas anak tesebut. Kurang gizi yang dimanifestasikan dalam bentuk gangguan pertumbuhan akan berpengaruh terhadap perilaku dan kecerdasan anak (Dasen 1988). Pengaruh langsung adalah terganggunya fungsi sistem neuron dan susunan pusat syaraf; pengaruh tidak langsung adalah rendahnya aktivitas anak untuk melakukan eksplorasi sebagai adaptasi menghemat penggunaan energi. Hasil-hasil penelitian di Jamaica, Nepal dan West Bengal mengungkapkan bahwa anak yang kurang gizi selalu mendekap dengan ibunya dan lebih sedikit bermain dibanding dengan anak-anak yang gizinya baik (Grantham, McGregor, Walker, Chang, & Powel 1997). Walka dan Pollit (2000) menemukan tinggi badan berhubungan nyata dengan perkembangan motorik anak.

Berbagai hasil penelitian menunjukkan kekurangan gizi pada usia dini berdampak pada terganggunya tumbuh kembang, rendahnya kemampuan kognitif yang tercermin dari IQ, rendahnya kematangan sosial pada saat usia sekolah yang ditunjukkan dengan rendahnya perhatian. Kemampuan belajar dan pencapaian prestasi di sekolah (Martorell 1995). Disisi lain imunitas tumbuh anak juga rendah sehingga lebih rentan terhadap serangan penyakit infeksi. Dampak jangka pendek

(27)

dan jangka panjang dari keadaan gizi pada masa janin dan usia dini seperti terlihat pada Gambar 1.

Dampak Jangka Pendek Dampak Jangka Panjang

Gambar 1. Dampak Jangka Pendek dan Panjang dari Keadaan Gizi pada Masa Janin dan Usia Dini (Sumber: ACC/SCN 2000).

Berdasarkan Gambar 1 tersebut dapat dipahami bahwa masalah gizi tidak saja berdampak jangka pendek tapi berbekas sampai masa depan. Dampak jangka pendek gizi kurang dapat mengakibatkan hambatan pertumbuhan panjang badan sekitar 10 cm, berat badan sekitar 2 kg dan hambatan mental yang berpotensi turun sampai 10 poin, meningkatnya anemia dan kematian anak (Woodshouse dalam Kartika, Prihartini, Syafrudin, dan Jahari 2000). Gizi kurang dan buruk tidak hanya meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas prenatal dan bayi tapi juga mempengaruhi pertumbuhan fisik jangka panjang, perkembangan kognitif, kapasitas belajar, prestasi sekolah dan prestasi kerja di masa depan. Sehubungan dengan hal itu, Barker (1994) berhipotetis bahwa masalah gizi pada umur satu tahun dapat berdampak pada keterlambatan perkembangan kognitif dan meningkatnya kejadian penyakit degenarif atau penyakit non infeksi yang dikenal sebagai implikasi double burden.

Pada awalnya orang masih beranggapan pertumbuhan dipengaruhi oleh tempat, budaya, etnik dan genetik. Namun dari hasil kajian terhadap data pertumbuhan anak balita di Pakistan, Swedia dan Hongkong di desa dan kota,

Keadaan gizi pada masa janin

dan usia dini

Perkembangan otak Kognitif dan

performans pendidikan Imunitas Kapasitas Kerja Diabetes, obesitas, jantung, hipertensi, kanker stroke dan penuaan dini Program metabolisme:

glukosa, lemak, protein, hormon/reseptor/gen Pertumbuhan dan masa otot serta

(28)

Kalberg, Jalal, Lam, Low, dan Yeung (1994) menyimpulkan bahwa gangguan pertumbuhan tidak disebabkan oleh genetik dan etnik tapi lebih disebabkan karena lingkungan. Lingkungan yang dimaksud adalah gizi, infeksi, kualitas ibu dan interaksinya. Dalam hal ini Husaini (1999) menyatakan bahwa praktek pengasuhan berbeda antara budaya dan tempat namun kebutuhan anak terhadap makanan, kesehatan, perlindungan dan kasih sayang bersifat universal. Terjadinya gangguan pertumbuhan yang menyebabkan pertumbuhan mendatar (gangguan tumbuh kembang) berkaitan erat dengan dua faktor langsung yaitu: 1) intake gizi dan 2) infeksi. Kedua faktor langsung tersebut dipengaruhi oleh ketersediaan pangan, pola asuh dan pelayanan kesehatan.

Menurut Soekirman (2000) terdapat empat alasan mengapa terjadi gagal pertumbuhan pada anak yaitu : 1) Anak tidak cukup mendapat makan, khususnya makanan pendamping; 2) Anak bertambah aktif ketika mulai belajar berjalan sehingga kebutuhan makanan perlu ditambah, namun banyak ibu tidak memberikan tambahan. Hal ini mengakibatkan output tidak sesuai dengan input; 3) Penyakit dan infeksi mempengaruhi penggunaan zat gizi dalam makanan. Selain itu, juga menyebabkan nafsu makan berkurang sehingga zat makanan yang masuk dalam tubuh sedikit dan 4) Anak-anak memerlukan kata-kata lembut dan sentuhan-sentuhan penuh kasih sayang yang dapat merangsang peningkatan hormon pertumbuhan dan daya tahan tubuh.

Gangguan tumbuh kembang dapat dicegah dan diperbaiki melalui: perbaikan konsumsi, suplemen dan penyuluhan gizi, peningkatan kualitas pola asuh, pelayanan kesehatan dan pencegahan terhadap infeksi. Menurut Husaini (1999) peningkatan pola asuh dapat dilakukan dengan empat pendekatan yaitu pendekatan motorik anak dengan KMS perkembangan motorik, pendekatan informasi, pendekatan keterampilan dan pendekatan sumberdaya keluarga.

Penilaian Pertumbuhan

Penilaian pertumbuhan dapat dilakukan dengan menggunakan metode antropometri melalui pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, dan tebal lemak kulit. Berat badan digunakan untuk mengukur pertumbuhan menyeluruh dan tinggi badan atau panjang badan dipakai untuk mengukur pertumbuhan linier. Lingkaran organ tubuh tertentu (lengan atas,

(29)

kepala, dada, paha) atau panjang organ tertentu (tulang belakang, tulang paha, tulang lengan, rentang tangan, tinggi duduk) atau tebal lemak dibawah kulit dipakai sebagai ukuran pengganti tak langsung (Gibson 1990).

Menurut Myers (1992), ukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat adalah bobot badan atau tinggi badan. Pertumbuhan pada masa kanak-kanak adalah proses yang relatif stabil. Pertumbuhan yang dilihat dari kenaikan berat badan rata-rata pada 6 (enam) bulan pertama naik sebesar 0,5-1,0 kg per bulan. Peningkatan berat badan sampai akhir tahun pertama berkisar dari 0,35-0,50 kg per bulan. Selama tahun kedua, angka penambahan berat badan sekitar 0,25 kg per bulan, kemudian pada usia pra sekolah menjadi sekitar 2 kg per tahun sampai berusia 10 tahun (Jelliffe 1994). Pertumbuhan yang dilihat dari tinggi badan pada akhir tahun pertama bertambah 50% dari panjang badan ketika lahir. Dan menjadi dua kali lipat pada akhir tahun keempat. Hingga pada usia 4 tahun, wanita tumbuh sedikit lebih cepat daripada pria dan keduanya kemudian tumbuh dengan laju rata-rata 5-6 cm/tahun dan 2,5 kg/tahun sampai munculnya masa pubertas. Menurut Soetjiningsih (1998), rata-rata kenaikan tinggi badan pada anak usia prasekolah adalah 6-8 cm/tahun.

Penilaian status gizi masyarakat dalam kegiatan yang berkaitan dengan program gizi di Indonesia, dianjurkan menggunakan secara seragam baku rujukan WHO-NCHS sebagai pembanding dalam penilain status gizi dan pertumbuhan perorangan maupun masyarakat. Kesepakatan pakar gizi Indonesia yang bekerjasama dengan UNICEF (WHO 1995) memberikan keseragaman istilah status gizi baku antropometri berdasarkan baku antropometri WHO-NCHS :

a. BB/U : Gizi Lebih : > 2 SD

Gizi Baik : -2 SD < z-skor < 2 SD

Gizi Kurang : -3 SD < z-skor <-2 SD

Gizi Buruk : < -3 SD b. TB/U : Normal : > -2 SD Pendek/Stunted : < -2 SD c. BB/TB : Gemuk : > 2 SD Normal : -2 SD < z-skor < 2 SD Kurus/Wasted : -3 SD < z-skor <-2 SD Sangat kurus : < -3,0 SD

(30)

Perkembangan Anak dan Penilaiannya Perkembangan Anak

Menurut Monks, Knoers, dan Haditono (1992), perkembangan menunjuk pada suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak dapat begitu saja diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat berputar kembali. Sedangkan Papalia dan Olds (1989) menyatakan bahwa perkembangan manusia adalah perubahan secara kualitatif dan kuantitatif pada seseorang. Perubahan kuatitatif adalah perubahan yang terjadi seperti tinggi badan, berat badan dan ukuran pada perbendaharaan kata. Sedangkan kualitatif adalah perubahan pada berbagai macam struktur atau organisasi, seperti perubahan alami pada intelegensi atau dalam cara berfikir.

Menurut Yusuf (2000), ada beberapa prinsip perkembangan yaitu:

1. Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (never ending process). Manusia secara terus menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya. Perkembangan berlangsung secara terus-menerus sejak masa konsepsi sampai mencapai kematangan atau masa tua.

2. Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi. Setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi, intelegensi maupun sosial, satu sama lainnya saling mempengaruhi. Terdapat hubungan atau korelasi yang positif diantara aspek tersebut. Apabila seseorang anak dalam pertumbuhan fisiknya mengalami gangguan (sering sakit-sakitan), maka dia akan mengalami kelambatan dalam perkembangan aspek lainnya, seperti kecerdasannya kurang berkembang dan mengalami kelabilan emosional. 3. Perkembangan itu mengikuti pola atau arah tertentu. Perkembangan terjadi

secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap tahap perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya yang merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya. Contohnya, untuk dapat berjalan, seorang anak harus dapat berdiri terlebih dahulu dan berjalan merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya, yaitu berlari atau meloncat.

4. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan. Perkembangan fisik dan mental mencapai kematangannya terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda

(31)

(ada yang cepat dan ada yang lambat). Umpamanya, (a) otak mencapai bentuk ukurannya yang sempurna pada umur 6-8 tahun; (b) tangan, kaki, dan hidung mencapai perkembangan yang maksimum pada masa remaja; dan (c) imajinasi kreatif berkembang dengan cepat pada masa kanak-kanak dan mencapai puncaknya pada usia remaja.

5. Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas. Prinsip ini dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut: (a) Sampai usia dua tahun, anak memusatkan untuk mengenal lingkungannya, menguasai gerak-gerik fisik dan belajar berbicara; (b) Pada usia tiga sampai enam tahun, perkembangan dipusatkan untuk menjadi manusia sosial (belajar bergaul dengan orang lain).

6. Setiap individu yang normal akan mengalami tahapan/fase perkembangan. Prinsip ini berarti bahwa dalam menjalani hidup yang normal dan berusia panjang, individu akan mengalami fase-fase perkembangan: bayi, kanak-kanak, anak, remaja, dewasa, dan masa tua. Perkembangan anak usia pra sekolah terlihat pada Tabel 1.

Ada empat aspek perkembangan yang perlu dibina dalam menghadapi masa depan anak (Yusuf 2000), yaitu:

1. Perkembangan gerakan (motorik) kasar dan halus. Gerakan kasar bila yang dilakukan melibatkan sebagaian besar bagian tubuh dan memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar. Gerakan halus bila hanya melibatkan bagian tubuh tertentu, dilakukan oleh otot kecil dan itu tidak memerlukan tenaga. Perkembangan motorik sangat penting bagi perkembangan aspek-aspek lainnya. Gangguan dalam perkembangan motorik dapat menghambat penyesuaian diri sehingga dapat mengakibatkan perasaan rendah diri. Gangguan motorik ini dapat disebabkan oleh kurang berfungsinya organ-organ fisik, tapi juga oleh gangguan psikis, seperti gangguan emosi, karena mendapat bentakan-bentakan dari orang tua yang sangat mengejutkan anak.

2. Bahasa/komunikasi pasif dan aktif. Komunikasi pasif adalah kesanggupan mengerti dan melakukan apa yang diperintahkan oleh orang lain, sedangkan komunikasi aktif adalah kemampuan dalam berkata-kata.

(32)

3. Perkembangan kecerdasan (kognitif). Perkembangan kemampuan mengenai konsep atau pengertian, mulai dari mengenal warna, suara, rasa, nama hingga konsep yang lebih abstrak dan majemuk.

4. Perkembangan kemampuan menolong diri sendiri dan tingkah laku sosial. Anak perlu berkawan, pergaulan yang luas, diajar aturan disiplin, sopan-santun dan sebagainya agar tidak canggung dalam memasuki lingkungan baru.

Tabel 1. Perkembangan Anak Usia Prasekolah

a. Perkembangan Motorik

Motorik Kasar

Kebanyakan dapat meloncat dengan satu kaki dari 4-6 langkah

Berlari, berputar, memanjat pohon dan tangga

Duduk dengan kaki menyilang

Dapat melompat turun dari ketinggian 2x tinggi kaki dengan kedua kaki mencapai tanah

bersama-sama

Motorik Halus

Sudah dapat menggunakan gunting dengan baik

Dapat melukis gambar manusia: kepala, tubuh, kaki, dan tangan

Dapat mengopi huruf kapital berikut: O, V, H, dan T

b. Perkembangan Sosial

Perasaan yang kuat kepada keluarga

Memberi perhatian pada saudara yang lebih muda

Dapat lebih agresif pada saudara yang lebih tua

Kerjasama yang kabur

Tertarik pada aktivitas kelompok

Kelompok bermain menjadi lebih besar; timbul persaingan di dalam kelompok

Suka berbisik dan memiliki rahasia

Cenderung bermain dengan kelompok sejenis, misalnya laki-laki dengan laki laki

c. Perkembangan Kepribadian/Psikologis

Sensitif kepada pujian dan cemoohan (disalahkan)

Sangat ribut (berisik)

Dapat mengambil benda yang bukan miliknya

Tertarik pada ‘perkawinan’

Suka bertanya bagaimana bayi keluar dari perut ibunya

Mulai memperhatikan hal baik atau buruk

Mulai mengkritik diri sendiri

d. Perkembangan Bermain

Menyukai bermain di luar rumah

Menyukai bermain dengan air atau pasir

Suka mengenakan pakaian orang dewasa

Melukis dan mewarnai lebih baik

Suka bermain dengan kartu, boneka

e. Perkembangan Bahasa

Pada usia 4 tahun dapat berbicara dengan perbendaharaan kata mencapai 1.500an

Dapat mengatakan : “halo”, “terimakasih”, “selamat tinggal”, atau “silahkan”

Ketertarikan menonton TV meningkat

Dapat menyatakan dengan jelas namanya

Dapat mengetahui jenis kelaminnya

Menggunakan kalimat dengan 5-6 kata.

Suka bertanya

(33)

Penilaian Perkembangan Anak

Para ahli psikologi telah mengembangkan alat untuk menilai tingkat perkembangan dan sudah digunakan dalam berbagai penelitian ilmiah. Pengukuran outcome ini berdasarkan pengamatan terhadap milestone perkembangan. Menurut Pediatrics Neurologi terdapat enam kelompok milestone dalam developmental milestone yaitu cognitive milestone, language milestone, social milestone, social and emotional milestone, gross motor milestones, fine motor milestones, dan self help milestones.

Skala Bayley merupakan alat pengukuran perkembangan yang cukup populer digunakan di banyak penelitian. Pada mulanya Bayley mengembangkan pengukuran perkembangan untuk berumur 3-24 bulan, kemudian Bayley mengembangkannya menjadi Bayley II Developmental Assesment untuk mengukur perkembangan anak berumur 1-42 bulan (Bayley 1993). Skala-skala Bayley dibagi dalam tiga bagian yang saling melengkapi, yaitu:

1. Skala Perkembangan Mental atau Mental Developmental Index (MDI) yaitu skala untuk diagnostik kemampuan intelektual, terdiri dari 163 tugas terbagi dalam kelompok-kelompok, masing-masing kelompok mempunyai rentang 10 bulan. Pengukuran kecerdasan anak usia bayi ditekankan pada keterampilan sensorimotor. Skala tersebut mengevaluasi berbagai kegiatan dan proses yang meliputi ketajaman membedakan stimulus, perhatian, kemampuan memanipulasi benda, imitasi, vokalisasi, daya ingat, mengatasi masalah dan menyebutkan nama objek. Contohnya adalah untuk menguji kemampuan memperhatikan rangsangan visual dan akuistik maka test yang dilakukan adalah memperlihatkan reaksi terhadap cahaya.

2. Skala Perkembangan Psikomotorik atau PDI (Psichomotor Developmental Index); terdiri dari 81 tugas meliputi kemampuan melakukan motorik kasar dan halus antara lain mengukur perkembangan kemampuan motorik serta pengendalian gerak kepala, memutar tubuh, duduk, merangkak, berjalan, memanjat dan naik tangga. Juga diperiksa motorik halus (misalnya sikap ibu jari terhadap jari-jari lainnya pada gerakan meraih) dan motorik kasar (misalnya melempar bola, meloncat).

(34)

Waktu yang diperlukan untuk mengetes anak, rata-rata membutuhkan 45 menit untuk setiap anak. Biasanya 10 persen dari sampel membutuhkan waktu 50 menit atau lebih.

3. Rekaman Perilaku Anak (Infant Behaviour Record) disini dicatat secara kualitatif perilaku anak selama pemeriksaan berlangsung. Pencatatan ini dikelompokkan ke dalam 27 kategori. Faktor-faktor prilaku yang dicacat dan yang dinilai pada pencatatan perilaku ini antara lain cara menjalin kontak sosial, verbalisasi, rasa takut, sikap bertahan dalm permainan, perhatian terhadap alat-alat permainan, kemampuan bekerjasama dan sebagainya. Penilaian perilaku ini menggunakan sebuah tabel yang menunjukkan persentase angka-angka dari setiap penggolongan perilaku anak. Dengan cara ini dapat diketahui apakah seorang anak menunjukkan perilaku yang sesuai atau tidak dengan hasil standar.

Instrumen penilaian perkembangan anak usia prasekolah, mulai yang berusia 2,5 tahun sampai 6,5 tahun telah dikembangkan Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departeman Pendidikan Nasional (Puskur Diknas 2004), yang mencakup instrumen penilaian perkembangan kognitif, bahasa, motorik halus, motorik kasar, menolong diri sendiri, dan sosial emosional. Penilaian perkembangan kognitif untuk kelompok usia 3-6 bulan ini terdiri dari 17 tugas. Tugas tersebut mengevaluasi berbagai kegiatan dan proses yang meliputi ketajaman membedakan stimulus, perhatian, kemampuan memanipulasi benda, imitasi, vokalisasi, daya ingat, mengatasi masalah, dan menyebutkan nama objek. Penilaian perkembangan psikomotorik meliputi kemampuan melakukan motorik halus dan motorik kasar. Motorik halus terdiri dari 11 tugas dan motorik kasar terdiri dari 21 tugas. Penilaian motorik halus antara lain mengukur kemampuan membangun menara, meremas, menggambar, menciplak, melipat, dan menggunting, sedangkan penilaian motorik kasar antara lain mengukur kemampuan berjalan di atas garis lurus, berlari, melompat, membungkukkan badan, gerak koordinasi mata dan kaki, gerak koordinasi mata dan tangan, melambungkan bola, berdiri satu kaki, dan berjalan diatas papan titian. Penilaian perkembangan sosial anak terdiri dari 8 tugas yang meliputi pengetahuan anak

(35)

tentang diri sendiri dan keluarganya serta pengetahuan anak dengan orang lain, peran, dan perasaan.

Pentingnya Berinvestasi pada Perkembangan Anak Usia Dini (Prasekolah)

Terdapat berbagai alasan untuk berinvestasi pada masa anak usia dini. Kemampuan anak-anak untuk berpikir, membentuk hubungan sosial, dan berbuat sesuai dengan potensinya secara langsung berkaitan dengan efek sinergistis dari kesehatan yang baik, gizi yang baik, dan rangsangan yang memadai dan interaksi dengan yang lain. Berbagai penelitian telah membuktikan pentingnya perkembangan otak sejak dini dan perlunya gizi dan kesehatan yang baik.

Selain itu, menurut Van der Gaag dan Tan (1999), salah satu tujuan utama program perkembangan anak usia dini adalah untuk menyiapkan anak untuk memasuki sekolah dasar. Beberapa manfaat dari investasi usia dini, antara lain, adalah peningkatan keikutsertaan dan capaian anak pada masa pendidikan sekolah dasar. Tingginya angka tidak sekolah atau drop-out pada masa pendidikan sekolah dasar di Indonesia diduga karena kurangya perhatian pada perkembangan anak usia dini. Menurut Syarief (2003), sebanyak lebih kurang 930 ribu anak-anak drop-out pada tingkat SD/MI. Penyebab utamanya adalah kemiskinan yang selanjutnya berdampak pada kurangnya perhatian pada anak pada usia dini. Syarief (2003) menambahkan apabila biaya pendidikan di SD/MI rata-rata Rp500.000 per anak (termasuk gaji guru), maka dengan jumlah anak yang putus sekolah sebesar 930 ribu orang, biaya yang mubazir setiap tahunnya hampir Rp500 miliar.

Choi (2003) dalam tulisannya Chief Early Childhood and Family Education Section UNESCO, mengemukakan bahwa pendidikan bermutu tinggi akan sulit dicapai jika pendidikan anak usia dini tidak diperhatikan dengan serius. Berkaitan dengan itu, Indonesia, menurut Jalal (2003), perlu memperbaiki sistem pendidikan anak usia dini (PAUD). Data tahun 2000 mengungkapkan bahwa dari 26 juta anak berusia 0-6 tahun, baru sekitar 4,4 juta (17%) yang memperoleh berbagai program PAUD.

Berbagai penelitian juga telah membuktikan manfaat ekonomi dari investasi pada masa usia dini. Young (1999) telah merangkum beberapa literatur mengenai

(36)

alasan untuk investasi pada masa usia dini. Investasi dini, melalui pendidikan anak usia dini, dapat meningkatkan pengembalian investasi pada sekolah dasar dan menengah. Investasi usia dini dapat meningkatkan mutu modal manusia melalui peningkatan produktivitas dan pendapatan, serta penurunan pengeluaran publik (pada tingkat negara).

Kerangka Teoritis Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Prasekolah

Menurut Kaptiningsih et al. (1988), ada dua faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan optimal seorang anak, yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam merupakan faktor-faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri baik faktor bawaan maupun faktor yang diperoleh, antara lain: (1) Hal-hal yang diturunkan orang tua, kakek nenek atau generasi sebelumnya, (2) Unsur berfikir dan kemampuan intelektual, (3) Keadaan kelenjar zat-zat dalam tubuh, (4) Emosi atau sifat-sifat tempramen tertentu. Sedangkan faktor luar meliputi: (1) Sikap dan kebiasaan keluarga dalam mengasuh dan mendidik anak, hubungan orang tua dengan anak, hubungan antar saudara, (2) Gizi, kekurangan gizi dalam makanan menyebabkan pertumbuhan anak terganggu yang akan mempengaruhi perkembangan seluruh dirinya, (3) Budaya setempat, yaitu asuhan dan kebiasaan dari suatu masyarakat, (4) Teman bermain dan sekolah, yaitu ada tidaknya teman bermain, tempat dan alat bermain serta kesempatan pendidikan di sekolah.

Jellife (1994) mengemukakan bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh determinan biologis dan faktor lingkungan. Dimensi-dimensi fisik sebagai ukuran pertumbuhan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan terutama masukan gizi daripada oleh faktor genetik. Hurlock (1997) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pola perkembangan adalah kondisi lingkungan atau fisik, kondisi psikologis dan rangsangan (stimulasi). Kondisi lingkungan yang dapat menghambat terhadap perkembangan adalah kekurangan gizi dan penyakit, yang mengakibatkan ukuran kepala lebih kecil dan kemampuan kognitif lebih rendah, serta mempengaruhi kepribadian yang menyebabkan mereka apatis. Kondisi psikologis seperti gangguan emosional yang disebabkan oleh penolakan orang tua, kehilangan orang tua atau dimasukkan dalam lembaga dapat menghambat pola perkembangan fisik dan psikologis. Rangsangan

(37)

perkembangan fisik dan mental yang telah berkembang sebelumnya dapat mempercepat pola perkembangan. Kesehatan, dorongan dan kesempatan belajar yang baik ditambah motivasi yang kuat dalam diri anak, akan mempercepat perkembangan di semua bidang.

Ismael (1991) dalam Soetjiningsih (1998) mengungkapkan kerangka konseptual dalam tumbuh kembang anak (Gambar 2). Pada model tersebut ekosistem dibagi menjadi mikro, mini, meso dan makro yang mengacu pada keterdekatan dan kelangsungan pengaruh masing-masing terhadap tumbuh kembang anak. Pada model tersebut juga dijabarkan kebutuhan anak pada ASAH, ASIH dan ASUH.

Gambar 2. Diagram Kerangka Konseptual Proses Tumbuh Kembang Anak (Sumber: Ismael (1991) dalam Soetjiningsih (1998))

Sementara itu Unicef (1998) mengajukan model lain mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu dibedakan sebab yang langsung, tidak langsung dan dasar (Gambar 3).

INDIVIDU

GENETIK/HEREDOKONSTITUSIONAL

NEONATUS BAYI ANAK REMAJA

LINGKUNGAN • Ibu • Pendidikan • Gizi • KB • Nutrisi (ASI) • Imunisasi • Pengobatan sederhana (oralit) MIKRO • Kebijakan Pemerintah • Depkes • Depdikbud • Depag, dll. • Sosial budaya masyarakat • Lembaga non pemerintah • Nasional • Internasional MAKRO • Anggota Keluarga • Ayah • Saudara • Rumah • Suasana rumah MINI • Lingkungan tetangga • Sarana bermain • Pelayanan kesehatan • Pendidikan sekolah MESO KEBUTUHAN DASAR ANAK

(38)

Gambar 3. Model Interelasi Tumbuh Kembang Anak (Sumber : Unicef ,1998)

Margen (1984) mengemukakan bahwa ada dua faktor dominan yang mempengaruhi pertumbuhan anak, yaitu genetik dan lingkungan. Faktor genetik menjadi modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses pertumbuhan (Margen, 1984). Tinggi badan pada saat dewasa, misalnya, sangat tergantung pada tinggi badan orang tua. Sementara itu, faktor lingkungan, seperti gizi, berpengaruh pada pertumbuhan fisik selama proses pertumbuhan. Kekurangan mineral kalsium,

Manifestasi

Sebab Tak Langsung Sebab Langsung

Sebab Dasar TUMBUH KEMBANG ANAK

Kecukupan Keadaan Makanan Kesehatan Ketahanan makanan keluarga Asuhan bagi ibu dan anak Pemanfaatan Yankes dan Sanit.Ling.

Keberadaan dan Kontrol Sumberdaya Keluarga :

Manusia, Ekonomi dan Organisasi

P e n d i d i k a n k e l u a r g a

Potensi Sumberdaya Supra Struktur Politik dan Ideologi

Gambar

Gambar  1.  Dampak  Jangka  Pendek  dan  Panjang  dari  Keadaan  Gizi  pada  Masa  Janin dan Usia Dini (Sumber: ACC/SCN 2000)
Tabel 1. Perkembangan Anak Usia Prasekolah
Gambar 2.  Diagram Kerangka Konseptual Proses Tumbuh Kembang Anak    (Sumber: Ismael (1991) dalam Soetjiningsih (1998))
Tabel 2. Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Anak yang berusia 0-6 Tahun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pertanyaan dan anggapan tentang ketidak-netralan hukum tersebut kemudian mengantar para pemikir hukum feminis ke perdebatan bermutu tentang “mungkin tidaknya

Terdapat 64 siswa yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas V yang terdiri dari 32 siswa di kelas V A (Kelas eksperimen) dan 32 siswa

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka peneliti akan melakukan penelitian lebih lanjut dengan skripsi yang berjudul “PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL,

Para remaja harus mempunyai mental yang kuat untuk menghadapi cabaran agar kecamukan minda dapat dihindari. Selain itu, remaja harus sentiasa berpandangan jauh agar

Tujuan Prodi Pendidikan Kimia PPs UM adalah menghasilkan tenaga pengajar dan peneliti pendidikan kimia yang handal—untuk jenjang pendidikan menengah dan pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan estimasi karbon tersimpan pada tegakan mangrove Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur adalah

TRANSMIGRASI RI NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI.7. MISI KE II DISNAKERTRANS

Jika beberapa referensi menambahkan nada ilmiah ke bagian &#34;pernyataan masalah&#34;, mana yang artikel, studi keterlibatan orang tua atau ibu kepercayaan dalam