• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jati Unggul Purwobinangun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jati Unggul Purwobinangun"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pembangunan hutan tanaman industri telah

dikembang-kan secara luas untuk menghasildikembang-kan bahan baku pulp dan

kertas seperti

Acacia

dan

Eucalyptus

, sedangkan untuk kayu

pertukangan masih ketinggalan, kecuali di Jawa terutama

untuk jenis jati yang sudah dilakukan sejak lama. Namun

demikian sampai saat ini produksinya masih kurang apabila

dibandingkan dengan jumlah kebutuhan kayu jati di sektor

industri di Jawa yang mencapai 8.2 juta m³, sementara

pasokan kayu jati hanya sebesar 2.7 juta m³ (ITTO, 2006).

Kesenjangan antara jumlah kebutuhan dengan pasokan

kayu tersebut disebabkan karena secara umum produktvitas

hutan tanaman jati pada saat ini masih relatif rendah ber-

kisar antara 2-5 m3/ha/tahun. Dengan adanya penggunaan

materi tanaman yang baik dapat ditingkatkan menjadi 8-12

m3/ha/tahun. Akhir-akhir ini produktivitas jati terus di-

tingkatkan menjadi 15-20 m3/ha/tahun dengan rotasi

yang lebih pendek yaitu 20 tahun (Kaosa-ard, 1999; Enters,

2000). Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

RI pun telah menetapkan bahwa dalam rangka penelitan

pemuliaan jenis jati diharapkan produktivitas hutan

ta-naman jenis penghasil kayu pertukangan daur panjang

yaitu >15 m3/ha/tahun.

Sejalan dengan kebijakan tersebut Balai Besar Penelitian

Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogjakarta

melakukan upaya perbaikan genetik jati melalui kegiatan

pemuliaan melalui uji keturunan, uji klon dan pengem-

bangan teknik DNA untuk mengetahui keragaman genetik

dan gen-gen yang berpengaruh pada sifat pertumbuhan

pada jati. Melalui serangkaian kegiatan pemuliaan tanaman

jati tersebut diharapkan akan tersedia materi genetik

ung-gul yang dapat meningkatkan produktivitas hutan rakyat.

Saat ini hasil uji klon ditemukan 5 klon terbaik dengan

tak-siran volume pohon rata-rata 0,205 m3 dengan potensi riap

volume 24,38 m3/ha/tahun. Kelima klon tersebut telah

dapat diperbanyak secara vegetatif baik dengan stek pucuk

maupun kultur jaringan.

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN

BALAI BESAR PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN

PEMULIAAN TANAMAN HUTAN

Jln. Palagan Tentara Pelajar Km. 15; Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta 55582 Telp. (0274) 895954, 896080 fax (0274) 896080

Gambar Tegakan Jati Purwobinangun Umur dua tahun

(2)

Minyak kayu putih sudah sangat akrab bagi masyarakat.

Tak hanya untuk minyak oles guna mengatasi berbagai

gangguan kesehatan, minyak hasil pengilangan daun

tanaman ”

Melaleuca cajuputi

subspecies cajuputi” ini

juga dimanfaatkan untuk produk permen, kosmetik,

dan obat herbal.

M

asalahnya, kebutuhan minyak kayu putih masih jauh dari

pasokan yang dihasilkan dari seluruh kebun kayu putih di Indonesia. Kebutuhan sekitar 1.500 ton minyak kayu putih tiap tahun, baru terpenuhi sekitar 450 ton, yang berasal dari 24.000 hektar areal tanaman kayu putih. Kekurangan lebih dari 1.000 ton dipenuhi dari

impor minyak eukaliptus dari Tiongkok.

Tanaman eukaliptus dan tanaman kayu putih memiliki kesamaan dapat menghasilkan minyak dan mengandung sineol. Senyawa 1,8 cineole ini yang membuat minyak kayu putih beraroma kuat dan khas (aromatik) serta menimbulkan rasa hangat. Hanya saja, kandungan seneol eukaliptus yang sebesar 8-10 persen jauh lebih rendah dibandingkan kandungan seneol kayu putih yang mencapai lebih dari 50 persen. Artinya, campuran minyak eukaliptus membuat khasiat produk di pasaran yang diklaim sebagai ”minyak kayu putih” lebih rendah dibandingkan minyak kayu putih murni. Kandungan sineol tertinggi pada kemasan minyak kayu putih di pasaran hanya 10-20 persen.

Untuk meningkatkan khasiat minyak kayu putih, produktivitas minyak atsiri ini harus ditingkatkan. Caranya, dengan meningkatkan produktivitas biomassa/daun dan rendemen.

Peneliti Bioteknologi dari Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (B2PBPTH) Yogyakarta, Anto Rimbawanto, berupaya menemukan solusi melalui

pemuliaan.Kebutuhan minyak kayu putih Indonesia 1.500 ton per tahun baru terpenuhi sekitar 450 ton. Peneliti dari Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta membuat bibit unggul kayu putih dengan rendemen minyak dan

kandungan zat aromatik tinggi. Tanaman kayu putih menjanjikan untuk dikembangkan masyarakat pengelola hutan tanaman rakyat.

tanaman kayu putih. Pada tahun 1995, ia memburu tanaman kayu putih unggul dari daerah endemik, seperti Pulau Maluku, Pulau Seram, dan Pulau Buru.

Daun dan biji dari sekitar 300 pohon diuji di laboratorium kemudian dianalisis kandungan sineol dan rendemen dari dedaunan serta diuji keturunan biji-bijinya. Dari persilangan tanaman unggul, dihasilkan benih berkualitas unggul. Ini dilakukan demi mendapatkan galur tanaman yang memiliki rendemen (kandungan minyak) tinggi serta sineol tinggi. Kedua faktor ini yang menentukan kualitas dan kuantitas produk minyak kayu putih. Produktivitas biomassa atau jumlah daun yang bisa dipanen dipengaruhi oleh cara budidaya dan pemberian pupuk.

Adapun kuantitas kandungan rendemen dikendalikan unsur genetika. Benih yang didapat kemudian diperbanyak di empat kebun benih di Indramayu, Purwodadi, Ponorogo, dan Mojokerto. Meningkat pesat Hasil pemuliaan yang dilakukan bertahun-tahun membuat kebun benih itu berpotensi menghasilkan tanaman kayu putih dengan kadar sineol 65-73 persen dan rendemen minyak 2,05-4,7 persen. Ini jauh lebih tinggi dibandingkan tanaman kayu putih pada umumnya yang mempunyai kandungan sineol 50-60 persen dan rendemen 0,6-1 persen.

Saat ini, kebun benih mampu memproduksi benih 3 kilogram per hektar per tahun. Dengan potensi hidup atau viabilitas sebesar 80 persen, setiap gram benih mampu menghasilkan 6.000-8.000 bibit kayu putih. Dengan penemuan benih unggul ini, pengembangan kayu putih dengan produktivitas tinggi bukan menjadi kendala lagi.

Di Jawa, kebun tanaman kayu putih dikelola Perum Perhutani seluas 18.000 hektar dengan produktivitas 300 ton minyak per tahun dan Dinas Kehutanan Daerah Istimewa Yogyakarta yang seluas 4.000 hektar dengan produksi 50 ton per tahun. Benih unggul telah diaplikasikan di lahan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Yogyakarta seluas 4.000 hektar.

KOMPASS I A N G

S A B T U , 9 A G U S T U S 2 0 1 4

11

S

ains

Minyak kayu putih sudah sangat akrab bagi masyarakat. Tak hanya untuk minyak oles guna mengatasi berbagai gangguan kesehatan, minyak hasil pengilangan daun tanaman ”Melaleuca cajuputi subspecies cajuputi” ini juga dimanfaatkan untuk produk permen, kosmetik, dan obat herbal. OLEH ICHWAN SUSANTO

M

asalahnya, kebutuhan minyak kayu putih ma-sih jauh dari pasokan yang dihasilkan dari seluruh ke-bun kayu putih di Indonesia. Kebutuhan sekitar 1.500 ton mi-nyak kayu putih tiap tahun, ba-ru terpenuhi sekitar 450 ton, yang berasal dari 24.000 hektar areal tanaman kayu putih. Ke-kurangan lebih dari 1.000 ton dipenuhi dari impor minyak eu-kaliptus dari Tiongkok.

Tanaman eukaliptus dan ta-naman kayu putih memiliki ke-samaan dapat menghasilkan mi-nyak dan mengandung sineol. Senyawa 1,8 cineole ini yang membuat minyak kayu putih beraroma kuat dan khas (aro-matik) serta menimbulkan rasa hangat. Hanya saja, kandungan seneol eukaliptus yang sebesar 8-10 persen jauh lebih rendah

dibandingkan kandungan seneol kayu putih yang mencapai lebih dari 50 persen.

Artinya, campuran minyak eukaliptus membuat khasiat produk di pasaran yang diklaim sebagai ”minyak kayu putih” le-bih rendah dibandingkan mi-nyak kayu putih murni. Kan-dungan sineol tertinggi pada ke-masan minyak kayu putih di pa-saran hanya 10-20 persen.

Untuk meningkatkan khasiat minyak kayu putih, produktivi-tas minyak atsiri ini harus di-tingkatkan. Caranya, dengan meningkatkan produktivitas biomassa/daun dan rendemen.

Peneliti Bioteknologi dari Ba-lai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (B2PBPTH) Yogyakarta, Anto Rimbawanto, berupaya mene-mukan solusi melalui pemuliaan

Memuliakan

Pohon Kayu Putih

Kebutuhan minyak kayu putih Indonesia 1.500 ton per tahun baru terpenuhi sekitar 450 ton.

Peneliti dari Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta membuat bibit unggul kayu putih dengan rendemen minyak dan kandungan zat aromatik tinggi.Tanaman kayu putih menjanjikan untuk dikembangkan masyarakat pengelola hutan tanaman rakyat. tanaman kayu putih. Pada tahun

1995, ia memburu tanaman ka-yu putih unggul dari daerah en-demik, seperti Pulau Maluku, Pulau Seram, dan Pulau Buru.

”Kami ambil daun dan biji dari sekitar 300 pohon untuk diuji di laboratorium,” kata An-to, Jumat (8/8), di Yogyakarta.

Peneliti lalu menganalisis kandungan sineol dan rende-men dari dedaunan serta rende- meng-uji keturunan biji-bijinya. Dari persilangan tanaman unggul, di-hasilkan benih berkualitas ung-gul.

Ini dilakukan demi menda-patkan galur tanaman yang me-miliki rendemen (kandungan minyak) tinggi serta sineol ting-gi. Kedua faktor ini yang me-nentukan kualitas dan kuantitas produk minyak kayu putih.

Produktivitas biomassa atau jumlah daun yang bisa dipanen dipengaruhi oleh cara budidaya dan pemberian pupuk. Adapun kuantitas kandungan rendemen dikendalikan unsur genetika. Benih yang didapat kemudian diperbanyak di empat kebun be-nih di Indramayu, Purwodadi, Ponorogo, dan Mojokerto.

Meningkat pesat

Hasil pemuliaan yang

dilaku-kan bertahun-tahun membuat kebun benih itu berpotensi menghasilkan tanaman kayu putih dengan kadar sineol 65-73 persen dan rendemen minyak 2,05-4,7 persen. Ini jauh lebih tinggi dibandingkan tanaman kayu putih pada umumnya yang mempunyai kandungan sineol 50-60 persen dan rendemen 0,6-1 persen.

Saat ini, kebun benih mampu memproduksi benih 3 kilogram per hektar per tahun. Dengan potensi hidup atau viabilitas se-besar 80 persen, setiap gram be-nih mampu menghasilkan 6.000-8.000 bibit kayu putih.

”Dengan penemuan benih unggul ini, pengembangan kayu putih dengan produktivitas ting-gi bukan menjadi kendala lating-gi,” kata Anto.

Di Indonesia, luas kebun alam kayu putih di Maluku se-kitar 120.000 hektar. Pengelo-laan kebun alam masih ala ka-darnya. Tanaman dibiarkan tumbuh tanpa sentuhan tekno-logi atau perawatan intensif. Pe-nyulingannya pun masih skala kecil dan sederhana. Tak heran, produktivitas minyak kayu putih hanya 100 ton per hektar.

Di Jawa, kebun tanaman ka-yu putih dikelola Perum

Per-hutani seluas 18.000 hektar de-ngan produktivitas 300 ton mi-nyak per tahun dan Dinas Ke-hutanan Daerah Istimewa Yog-yakarta yang seluas 4.000 hek-tar dengan produksi 50 ton per tahun.

Benih unggul telah diaplika-sikan di lahan Kesatuan Penge-lolaan Hutan (KPH) Yogyakarta seluas 4.000 hektar. Kini, pe-nanaman benih unggul itu di-kembangkan pula di KPH Sum-ba dan KPH Rinjani. Perema-jaan tanaman oleh KPH Yog-yakarta dilakukan karena pro-duktivitas minyak kayu putih sangat rendah. Sumber benih hanya dari Pulau Buru, Ambon, yang ditanam Belanda pada ta-hun 1926.

Layak dikembangkan

Situs Badan Litbang Kemen-terian Kehutanan menyebutkan, industri minyak kayu putih me-rupakan usaha agrobisnis yang layak untuk dikembangkan. Ke-untungan yang diperoleh indus-tri minyak kayu putih lebih be-sar daripada hanya menyedia-kan bahan baku.

Harga komoditas minyak ka-yu putih cukup menjanjikan, ya-itu Rp 211.000 per liter (2014), meningkat Rp 46.000 dibanding

tahun 2013. ”Sebagian besar mi-nyak putih dihasilkan Perum Perhutani dikirim ke sejumlah industri farmasi,” kata Anto.

Dengan potensi ini, pengusa-haan tanaman kayu putih sangat menjanjikan untuk

dikembang-kan masyarakat pengelola hak hutan tanaman rakyat (HTR) yang saat ini didominasi tanam-an penghasil kayu. Ttanam-anamtanam-an ka-yu putih bisa dipanen setiap ta-hun dengan interval 9-12 bulan dan bisa dilakukan tumpang sari hampir sepanjang waktu.

Tanaman kayu putih sudah bisa dipanen pada usia 2 tahun. Pada usia itu, pemangkasan per-tama dilakukan untuk menjaga tinggi tanaman setinggi 1,5 me-ter. Setelah itu, tanaman bisa dipanen setahun sekali saat musim kemarau. Kalau pada musim hujan, kandungan air pada daun terlalu tinggi dan mi-nyak terlalu sedikit.

Dengan ketinggian tanaman hanya 1,5 meter dan jarak ta-nam 3 x 1 meter persegi (bah-kan ada yang menanam 1 hektar untuk 5.000 tanaman), warga bisa menanam palawija di se-la-sela tanaman pokok.

Lahan kayu putih berbeda dengan lahan yang ditanami jati. Setelah usia dua tahun, lahan yang ditanami jati tak bisa di-lakukan tumpang sari karena kurang sinar matahari. Jika ta-naman kayu putih dijaga seting-gi 1,5 meter, cahaya matahari masih bisa memapar tanaman sampingan.

1

2

3

4

Memasang

5

segel Minyak kayu putihsiap dipasarkan

Daun kayu putih siap dimasak Menampung minyak hasil penyulingan Mengemas dalam botol PROSES PENYULINGAN MINYAK KAYU PUTIH

Sumber: Litbang ”Kompas”/LUP, diolah dari laman www.henri-ettes-herb.com, Intisari, dan pemberitaan ”Kompas”

KAYU PUTIH

Nama latin:”Melaleuca cajuputi” Asal:Maluku

Ciri-ciri:

• batang dengan cabang yang banyak • ujung daun tajam, 3-5 inci, warna

hijau tua, halus, dan berbau harum • bunganya kecil-kecil Penggunaan:

Daun pohon kayu putih bisa meng-hasilkan sejenis minyak cair yang mudah menguap, berwarna hijau transparan, berbau, dan berasa tajam. Biasanya digunakan sebagai minyak yang dioles di bagian tubuh untuk mengurangi rasa sakit pada rematik, juga untuk menghangatkan perut.

Manfaat:

• Digunakan dalam sabun, deodoran, losion, parfum, dan produk kesehatan lainnya. Minyak kayu putih, memiliki sifat antibakteri dan antimikroba.

• Memberikan warna pacar/inai lebih cerah dengan mencampurkan minyak ke campuran pacar. • Bisa untuk mengobati masalah kulit, seperti memar dan gangguan kulit.

• Untuk mengobati kasus sakit gigi karena minyak ini merupakan bahan umum dalam produk perawatan gigi seperti pasta gigi dan obat kumur.

• Campur beberapa tetes minyak dalam air untuk mandi anjing peliharaan agar dapat melindungi anjing dari kutu dan parasit lainnya.

• Untuk minyak pijat karena memiliki efek menenangkan pada tubuh dan pikiran. • Minyak kayu putih adalah stimulan yang sangat baik dan membantu meningkatkan sirkulasi

darah dengan meningkatkan aktivitas jantung.

• Digunakan sebagai penyedap dalam produk makanan seperti permen atau makanan panggang. • Untuk mengusir nyamuk.

• Minyak kayu putih bila dicampur dengan air dapat menjadi disinfektan.

• Untuk mengurangi rasa sakit tenggorakan dan batuk. Caranya campur beberapa tetes minyak kayu putih dengan segelas air hangat dan gunakan untuk berkumur.

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN

BALAI BESAR PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN

PEMULIAAN TANAMAN HUTAN

Jln. Palagan Tentara Pelajar Km. 15; Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta 55582 Telp. (0274) 895954, 896080 fax (0274) 896080

(3)

Acacia mangium” merupakan salah satu jenis pohon andalan dalam pembangunan Hutan Tanaman Industri di Indonesia. Saat ini telah dibangun lebih dari 1 juta hektar HTI ”Acacia mangium” yang banyak tersebar di Sumatera dan Kalimantan. ”A. mangium” telah mendorong jenis tanaman ini menjadi salah satu andalan dalam pengembangan

hutan rakyat.

Hal itu sejalan dengan perkembangan teknologi pengolahan kayu. Diversifikasi produk industri kehutanan berbahan baku kayu Acacia mangium

itu bisa untuk suplai bahan baku industri kayu pertukangan. Peningkatan ke-butuhan bahan baku berbasis kayu A. mangium yang cukup tinggi, baik untuk industri pulp, kertas, maupun pertukangan, telah mendorong perlunya upaya peningkatan produktivitas tegakan.Dalam hal ini pemanfaatan benih unggul dipadukan dengan penerapan teknik silvikultur. Selain itu, pola tanam yang baik akan menjadi faktor penting dalam peningkatan produktivitas tegakan.

Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (BB-PBPTH), Yogyakarta, sejak 1994 secara intensif memiliki kegiatan pemuliaan tanaman A. mangium dan saat ini sudah memasuki pemuliaan generasi ketiga (F-3). Benih unggul A. mangium yang dihasilkan telah memberikan kontribu-si nyata dalam mendorong peningkatan produktivitas dan percepatan pemba-ngunan hutan tanaman di Indonesia. Tanaman A. mangium yang berdiameter besar kini banyak dimanfaatkan untuk kayu pertukangan, sedangkan kayu berdiameter kecil dimanfaatkan sebagai ba-han bubur kertas (pulp and paper).

Pemanfaatan A. mangium yang sebaran aslinya ditemukan di Pa-pua, Papua Niugini, dan Australia ini bisa diperoleh maksimal dengan menemukan bibitnya yang unggul. Berdasarkan karakter spesifik dari A. mangium dan keragaman genetik antar populasinya, strategi pemuliaan BBPBPTH dengan memanfaatkan sistem sub galur (sub-line).

Sistem ini mengelompokkan jenis tanaman berdasarkan informasi sumber provenansinya (sumber populasi awal) dan metode seleksi berulang pada beberapa generasi (recurrent selection). Materi dasar genetik yang digunakan dalam pemuliaan generasi pertama (F-1)A. mangium dikoleksi dari pohon induk terpilih (pohon plus)dari beberapa provenan terbaik di hutan alam.

Setelah serangkaian proses pengujian F-1 selesai, dengan menggunakan materi genetik terpilih pada generasi ini selanjutnya dilakukan pemuliaan generasi kedua (F-2) dengan metode yang sama sebagaimana generasi pertama. Ini diharapkan bisa mendapatkan keturunan tanaman yang unggul.

Proses selanjutnya menguji keturunan A. mangium melalui pembangunan Kebun Benih Semai Uji Keturunan (KBSUK). Dalam plot KBSUK,

pengujian keturunan dikombinasikan dengan fungsinya sebagai kebun benih (breeding seedling orchard). KBSUK dari masing-masing sub galur dibangun di beberapa lokasi. Selama proses itu dilakukan pengamatan dan pengukuran pertumbuhan tanaman di KBSUK serta analisis data secara periodik.

Pengamatan dan pencatatan data secara cermat menjadi dasar pelaksa-naan seleksi secara bertahap di KBSUK, yang meliputi seleksi dalam plot, seleksi famili atau kombinasi dengan seleksi dalam famili, serta seleksi pohon plus. Seleksi diarahkan untuk mendapatkan tanaman A. mangium yang ung-gul dalam pertumbuhan riap, berbatang tunggal, lurus, dan silindris dengan kualitas kayu yang lebih baik.

Diharapkan, melalui KBSUK didapatkan benih unggul yang memiliki keunggulan ini. Disamping itu, melalui sistem sub galur yang diterapkan, produksi benih unggul juga akan dihasilkan dari kebun benih komposit yang dibangun menggunakan kumpulan pohon induk benih terbaik dari mas-ing-masing sub galur.

Dengan rata-rata pohon induk benih terpilih setelah seleksi sebanyak 300 pohon per hektar, kebun benih A. mangium mampumemproduksi benih unggul dengan kapasitas produksi rata-ratas ebanyak 50 kilogram per hektar per tahun. Untuk melihat besarnya peningkatan produktivitas tegakan dari penggunaan benih unggul A. mangium yang dihasilkan, selanjutnya dilakukan verifikasi melalui uji perolehan genetik (genetic gain trial) di beberapa lokasi.

Pengujian dilakukan dengan pola tanam dan teknik silvikultur sebagaima-na pesebagaima-nasebagaima-naman dalam skala operasiosebagaima-nal. Hasil verifikasi melalui pengujian di lapangan menunjukkan bahwa benih unggul A. mangium mampu mening-katkan produktivitas tegakan mencapai 30-50 persen dibandingkan dengan benih biasa yang tidak dimuliakan, dengan volume tegakan mencapai 290-325 meter kubik perhektar.

Benih unggul Acacia mangium hasil pemuliaan generasi ke-dua (F-2) mampu meningkatkan produktivitas tegakan sebesar 13 persen diatas benih unggul F1. ”Dengan penggunaan benih unggul ini, masa panen tegakan A. mangium bisa dilakukan 1,5-2 tahun lebih cepat. (Arif Nirsatmato, peneliti akasia BBPBPTH Yogyakarta).

Kalau semua HTI menggunakan benih unggul saya kira kita bisa surplus kayu. Penggunaan bibit unggul sangat diperlukan mengingat isu deforestasi atau pembukaan hutan yang menuding HTI dan kebun sawit sebagai penye-babnya sangat kencang. Apalagi, Kementerian Kehutanan menargetkan dib-ukanya 15 juta hektar dari 9 juta hektar HTI yang kini telah terbentuk. Dari pada membuka hutan dan menambah kompleks masalah lingkungan serta sosial, intensifikasi berupa pemanfaatan bibit unggul menjadi solusi yang baik. Target produksi tercapai, deforestasi pun dapat ditekan. (Mahfudz Mochtar, Kepala BBPBPTH Yogyakarta).

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN

BALAI BESAR PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN

PEMULIAAN TANAMAN HUTAN

Jln. Palagan Tentara Pelajar Km. 15; Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta 55582 Telp. (0274) 895954, 896080 fax (0274) 896080

(4)

Emas Hijau

Penghasil

Biodiesel

Aktivitas manusia tak bisa lepas dari bahan bakar untuk menggerakkan

mesin transportasi dan industri. Namun, 90 persen bahan bakar

minyak kita bersumber dari energi fosil yang sebagian besar diimpor

sehingga membebani keuangan negara. Kalau tak ditemukan sumur

baru, minyak bumi diprediksi habis kurang dari 20 tahun mendatang.

Mau tak mau, Indonesia mulai berpaling pada sumber energi terbaru-kan. Berbagai riset menunjukkan, beragam tanaman bisa menghasilkan min-yak nabati untuk pembuatan biodiesel atau tanaman penghasil karbohidrat untuk produksi bioetanol. Tanaman nyamplung belakangan disebut sebagai sumber potensial penghasil biodiesel. Itu karena produktivitas dan rendemen minyak bijinya tinggi sehingga menjanjikan bagi masa depan bioenergi.

Produktivitas biji nyamplung tinggi, 40-150 kilogram per pohon per tahun atau 20 ton per hektar per tahun. Angka itu lebih tinggi dari pada tanaman lain, seperti jarak pagar (5 ton per hektar per tahun) dan sawit (6 ton per hektar per tahun).

Rendemen minyak nyamplung dari sejumlah daerah di Indonesia bervariasi, 37-58 persen. Angka itu lebih tinggi dibandingkan berbagai publikasi riset yang menyebut rendemen jarak pagar 25-40 persen, saga hutan 14-28 persen, kepuh 24-40 persen, kesambi 30-40 persen, dan kelor 39-40 persen. Dengan rendemen tinggi, 1 liter minyak nyamplung bisa dihasilkan dari 2-2,5 kg biji, sedangkan jarak pagar butuh 4 kg untuk menghasilkan 1 liter minyak.

Di Indonesia, habitat nyamplung bisa ditemui di semua pulau utama, terutama di daerah marjinal atau miskin hara dan tepi pantai. Biasanya, tanaman itu hidup di pinggir pantai, ketinggian 0-200 meter di atas permukaan laut sebagai ”tanaman liar”, belum dibudidayakan.

Buah nyamplung dengan rendemen tinggi ditemukan di Gunung Kidul, Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Barat. Nilai rendemennya 58 persen, lebih tinggi daripada buah jarak yang dikenal sebagai sumber biodiesel sejak masa penjajahan Jepang. Bagi mesin, minyak biodiesel nyamplung bisa dicampur minyak solar atau digunakan murni. (Kajian peneliti nyamplung dari Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta, Budi Leksono).

Minyak nyamplung teruji aman serta bersih dari timbal dan logam berat lain. Salah satu kriteria aman dan tak merusak mesin adalah korosivitas mesin. ”Tujuh sampel bersumber dari nyamplung sejumlah pulau (Jawa, Madura, NTB, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua) lolos uji di Lemigas (Lembaga Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral),” kata Budi yang lima tahun meneliti nyamplung.

Namun, pengembangan biodiesel nyamplung terkendala harga yang belum ekonomis dibandingkan minyak diesel atau solar. Untuk 1 liter biodiesel nyamplung, harga bahan kimia untuk pembuatannya Rp 10.350. Jika ditambah bahan baku dan biaya produksi, harga 1 liter biodiesel dari nyamplung Rp 20.000. Itu lebih tinggi daripada harga minyak diesel (solar) sekelas Pertamina Dex yang harganya Rp 13.000-an per liter. ”Bahan bakar alternatif belum ada yang bisa menyaingi bahan bakar fosil dari sisi harga. Namun, saat bahan bakar fosil habis dan pasti akan habis, biodiesel dibutuhkan.

Dengan temuan dan inovasi baru, harga biodiesel dari nyamplung berpotensi diturunkan. Contohnya, pemakaian bahan metanol untuk produksi biodiesel lebih murah jika dihasilkan dari ekstrak tanaman.

Selain itu, pengembangan teknologi pemerasan minyak lebih efisien. Teknologi pemerasan cara lama dengan sistem screw press expeller lebih efisien 5 persen dibandingkan vertical hot press dalam menghasilkan minyak nyamplung (crude calophyllum oil/CCO). ”Dengan kerja bareng, harga biodiesel dari nyamplung bisa turun,”

Memanfaatkan limbah

Pengolahan biji nyamplung menjadi biodiesel juga bisa dimanfaatkan limbahnya bagi bahan medis, pengawet makanan, dan pakan ternak. Bahan medis berupa zat kumarin didapat dari proses memisahkan minyak dari getah (degumming). Kumarin bisa dimanfaatkan untuk membantu mengatasi radang dan masalah kesehatan lain serta bisa sebagai anti oksidan, anti koagulan, dan anti bakteri. Di Indonesia, kadar kumarin tertinggi ada pada nyamplung dari Selayar, Sulawesi Selatan, yakni 1 persen.

Limbah lain berupa cangkang atau tempurung biji bisa diubah jadi briket arang memakai alat ”tanur dan kondensator”. Sementara bubuk arang dan bubuk gergaji untuk briket. Asap dari proses pengarangan bisa dikumpulkan sebagai asap cair untuk dijadikan bahan pengawet, pupuk cair, dan pestisida ramah lingkungan.

Limbah padat dari perasan biji nyamplung menghasilkan bungkil atau ampas kering. Menurut hasil analisis Laboratorium Biokimia Nutrisi Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, bungkil nyamplung mengandung protein kasar 21,67-23,59 persen.

Terkait hal itu, Kementerian Kehutanan (kini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) menandatangani nota kesepahaman dengan Kementerian ESDM Juli 2014. Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Bambang Hendroyono mencadangkan lahan 400.000 hektar bagi hutan tanaman energi. Pengelolaan hutan tanaman energi, termasuk nyamplung, dan industri pengolahnya diharapkan menggairahkan pelaku usaha untuk menyediakan bahan baku. Di sisi hilir, Kementerian ESDM menargetkan kandungan minyak nabati dalam solar 20 persen pada 2016. Jangan sampai nyamplung dan sumber biodiesel lain bernasib seperti buah jarak yang ditanam tanpa disiapkan industri dan pasarnya. Perlu kesiapan budidaya dan pengolahan sebelum sumber energi fosil habis.

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN

BALAI BESAR PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN

PEMULIAAN TANAMAN HUTAN

Jln. Palagan Tentara Pelajar Km. 15; Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta 55582 Telp. (0274) 895954, 896080 fax (0274) 896080

14

KOMPAS, KAMIS, 4 DESEMBER 2 014

BIODIESEL NYAMPLUNG

Proses Pembuatan Biodiesel Nyamplung

Buah kering Pohon Nyamplung

Bunga Nyamplung

Buah Nyamplung

Manfaat:

Pemecahan buah Pengeringan biji Pengepresan ”Degumming”

Esterifikasi Transester

Penyucian Pengeringan

Biodiesel

Sumber: FORDA INFOGRAFIK: GUNAWAN

Divisi: Spermatophyla Subdivisi: Angiospermae Kelas: Dicotyledonae Bangsa: Guttiferales Suku: Guttiferae Marga: Calophyllum

Jenis: Calophyllum inophyllum L

Nama umum: Nyamplung

Prasyarat tumbuh nyamplung:

tanah mineral dan pantai berpasir marjinal, toleran terhadap kadar garam, ketinggian 0-200 meter dpl, curah hujan 1.000–3.000 mm/th dengan 4–5 bulan kering, suhu rata-rata 18oC-33oC, pH 4-7,4.

Kayu: bahan pembuat perahu, balok, tiang, papan lantai dan papan pada bangunan perumahan, serta bahan konstruksi ringan.

Daun: obat (luka bakar dan luka potong) serta bahan kosmetik (perawatan kulit).

Bunga: campuran pengharum minyak rambut.

Biji: bahan baku bioenergi/biofuel (biodiesel dan biokerosin) dengan rendemen minyak dapat mencapai >50%.

IPTEK

LINGKUNGAN & KESEHATAN

K I L A S I P T E K

Talking ATM dan ATM Braille untuk Tunanetra

Kementerian Sosial bekerja sama dengan empat bank beren-cana menyediakan anjungan tunai mandiri (ATM) Braille dan ATM yang bisa diakses dengan suara atau Talking ATM. ATM itu disediakan khusus bagi para penyandang tunanetra. ”Ka m i menargetkan mulai ada dalam triwulan pertama 2015,” kata Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial Sam-sudi ditemui di sela peringatan Hari Disabilitas Internasional di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Rabu (3/12). Ke-sepakatan penyediaan fasilitas itu dituangkan dalam piagam kesepakatan penyediaan akses bagi penyandang disabilitas net-ra di Pendapa Pengayoman, Kabupaten Temanggung. Piagam ditandatangani Samsudi dan perwakilan dari empat bank, yaitu BNI, BRI, Bank Mandiri, dan BCA. Selain menyediakan ATM khusus, bank diharapkan juga turut membantu para penyan-dang tunanetra untuk membuka rekening dengan menyediakan formulir dengan huruf braille. CEO Region BNI Kantor Wi-layah Semarang Iwan Abdi mengatakan, saat ini BNI telah merancang dan memiliki sistem pengoperasian Talking ATM dan ATM Braille. Sistem tersebut nantinya bisa langsung di-tambahkan pada ATM-ATM yang sudah ada. Lokasi Talking ATM dan ATM Braille masih dalam survei. (EGI)

TANAMAN NYAMPLUNG

Emas Hijau Penghasil Biodiesel

Aktivitas manusia tak bisa lepas dari bahan bakar

untuk menggerakkan mesin transportasi dan industri.

Namun, 90 persen bahan bakar minyak kita

bersumber dari energi fosil yang sebagian besar

diimpor sehingga membebani keuangan negara.

Kalau tak ditemukan sumur baru, minyak bumi

diprediksi habis kurang dari 20 tahun mendatang.

Oleh ICHWAN SUSANTO

M

au tak mau, Indonesia

mulai berpaling pada sumber energi terbaru-kan. Berbagai riset menunjuk-kan, beragam tanaman bisa menghasilkan minyak nabati untuk pembuatan biodiesel atau tanaman penghasil karbohidrat untuk produksi bioet a n o l .

Tanaman nyamplung bela-kangan disebut sebagai sumber potensial penghasil biodiesel. Itu karena produktivitas dan rendemen minyak bijinya tinggi sehingga menjanjikan bagi masa depan bioenergi.

Buku Budidaya Tanaman

Nyamplung (Calophyllum ino-phyllum L.) untuk Bioenergi dan Prospek Pemanfaatan Lain (No

-vember 2014) menyebut, pro-duktivitas biji nyamplung tinggi, 40-150 kilogram per pohon per tahun atau 20 ton per hektar per tahun. Angka itu lebih tinggi daripada tanaman lain, seperti jarak pagar (5 ton per hektar per tahun) dan sawit (6 ton per hektar per tahun).

Rendemen minyak nyam-plung dari sejumlah daerah di Indonesia bervariasi, 37-58 per-sen. Angka itu lebih tinggi di-bandingkan berbagai publikasi riset yang menyebut rendemen jarak pagar 25-40 persen, saga hutan 14-28 persen, kepuh 24-40 persen, kesambi 30-40 persen, dan kelor 39-40 persen. Dengan rendemen tinggi, 1 liter minyak nyamplung bisa dihasil-kan dari 2-2,5 kg biji, sedangdihasil-kan jarak pagar butuh 4 kg untuk menghasilkan 1 liter minyak. Di Indonesia, habitat nyam-plung bisa ditemui di semua pu-lau utama, terutama di daerah marjinal atau miskin hara dan tepi pantai. Biasanya, tanaman itu hidup di pinggir pantai,

ke-tinggian 0-200 meter di atas permukaan laut sebagai ”tanam -an liar”, belum dibudidayak-an.

Kajian peneliti nyamplung dari Balai Besar Penelitian Bi-oteknologi dan Pemuliaan Ta-naman Hutan Yogyakarta, Budi Leksono, menunjukkan, buah nyamplung dengan rendemen tinggi ditemukan di Gunung Ki-dul, Yogyakarta, dan Nusa Teng-gara Barat. Nilai rend e m e n ny a 58 persen, lebih tinggi daripada buah jarak yang dikenal sebagai sumber biodiesel sejak masa penjajahan Jepang.

Bagi mesin, minyak biodiesel nyamplung bisa dicampur mi-nyak solar atau digunakan mur-ni. Minyak nyamplung teruji aman serta bersih dari timbal dan logam berat lain. Salah satu kriteria aman dan tak merusak mesin adalah korosivitas mesin.

”Tujuh sampel bersumber dari nyamplung sejumlah pulau (Jawa, Madura, NTB, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Pa-pua) lolos uji di Lemigas (Lem-baga Minyak dan Gas Bumi Ke-menterian Energi dan Sumber Daya Mineral),” kata Budi yang lima tahun meneliti nyamplung.

Namun, pengembangan bio-diesel nyamplung terkendala harga yang belum ekonomis di-bandingkan minyak diesel atau solar. Untuk 1 liter biodiesel nyamplung, harga bahan kimia untuk pembuatannya Rp 10.350.

Jika ditambah bahan baku dan biaya produksi, harga 1 liter bio-diesel dari nyamplung Rp 20.000. Itu lebih tinggi daripada harga minyak diesel (solar) sekelas Per-tamina Dex yang harganya Rp 13.000-an per liter.

”Bahan bakar alternatif be-lum ada yang bisa menyaingi bahan bakar fosil dari sisi harga.

Namun, saat bahan bakar fosil habis dan pasti akan habis, bio-diesel dibutuhkan,” k a t a ny a .

Dengan temuan dan inovasi baru, harga biodiesel dari nyam-plung berpotensi diturunkan. Contohnya, pemakaian bahan metanol untuk produksi biodie-sel lebih murah jika dihasilkan dari ekstrak tanaman.

Selain itu, pengembangan teknologi pemerasan minyak le-bih efisien. Teknologi pemeras-an cara lama dengpemeras-an sistem

screw press expeller lebih efisien

5 persen dibandingkan ve r t i c a l

hot press dalam menghasilkan

minyak nyamplung (crude

calo-phyllum oil/CCO). ”Dengan

ker-ja bareng, harga biodiesel dari nyamplung bisa turun,” u j a r ny a .

Memanfaatkan limbah

Pengolahan biji nyamplung menjadi biodiesel juga bisa di-manfaatkan limbahnya bagi ba-han medis, pengawet makanan, dan pakan ternak. Bahan medis berupa zat kumarin didapat dari

proses memisahkan minyak dari getah (degumming).

Kumarin bisa dimanfaatkan untuk membantu mengatasi ra-dang dan masalah kesehatan la-in serta bisa sebagai anti oksi-dan, anti koagulan, dan anti bakteri. Di Indonesia, kadar ku-marin tertinggi ada pada nyam-plung dari Selayar, Sulawesi Se-latan, yakni 1 persen.

Limbah lain berupa cangkang atau tempurung biji bisa diubah jadi briket arang memakai alat ”tanur dan kondensator”. Se-mentara bubuk arang dan bu-buk gergaji untuk briket. Asap dari proses pengarangan bisa di-kumpulkan sebagai asap cair untuk dijadikan bahan penga-wet, pupuk cair, dan pestisida ramah lingkungan.

Limbah padat dari perasan biji nyamplung menghasilkan bungkil atau ampas kering. Me-nurut hasil analisis Laboratori-um Biokimia Nutrisi Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas

Gadjah Mada, bungkil nyam-plung mengandung protein ka-sar 21,67-23,59 persen.

Terkait hal itu, Kementerian Kehutanan (kini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehu-tanan) menandatangani nota kesepahaman dengan Kemente-rian ESDM Juli lalu. Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Bambang Hendroyono menca-dangkan lahan 400.000 hektar bagi hutan tanaman energi.

Pengelolaan hutan tanaman energi, termasuk nyamplung, dan industri pengolahnya diha-rapkan menggairahkan pelaku usaha untuk menyediakan ba-han baku. Di sisi hilir, Kemen-terian ESDM menargetkan kan-dungan minyak nabati dalam solar 20 persen pada 2016.

Jangan sampai nyamplung dan sumber biodiesel lain ber-nasib seperti buah jarak yang ditanam tanpa disiapkan indus-tri dan pasarnya. Perlu kesiapan budidaya dan pengolahan sebe-lum sumber energi fosil habis.

PENYAKIT TROPIS

Infeksi Saluran Pernapasan dan Pencernaan Perlu Diwaspadai

JAKARTA, KOMPAS —

Pergantian musim menyebabkan perubahan suhu dan kelembaban udara yang kadang ekstrem. Jika kondisi badan tak bugar, sese-orang berisiko tinggi terkena in-feksi virus, bakteri, ataupun ja-mur. Hal itu bisa mengakibatkan infeksi saluran pernapasan atas dan gangguan pencernaan.

Dokter spesialis telinga, hi-dung, tenggorokan (THT) dari Rumah Sakit Gandaria, Rusdian Utama Roeslani, pada seminar media tentang gangguan hidung tersumbat, Rabu (3/12), di

Ja-karta, mengatakan, pada musim pancaroba, saluran pernapasan rentan terganggu. Penyakit yang banyak muncul ialah influenza.

Ketika perubahan suhu akibat peralihan musim terjadi, tubuh sehat akan beradaptasi dengan baik. Namun, jika badan tak bu-gar berisiko mengalami masalah kesehatan. ”Saluran napas atas akan terpengaruh perubahan su-hu. Ketika dingin, konka membe-sar agar udara hangat masuk pa-ru-paru dan muncul lendir. Jika badan tak bugar, lendir yang ke-luar tak seimbang sehingga

hi-dung tersumbat,” kata Rusdian. Gejala flu timbul setelah 2-3 hari terinfeksi. Awalnya, tenggo-rokan terasa kering. Setelah 2-3 hari, pilek dan ingus keluar. Se-telah empat hari, muncul batuk dan kerap disertai dahak.

Infeksi virus influenza umum-nya tak berbahaya dan bisa sem-buh sendiri sehingga tak perlu konsumsi antibiotik pada 5-7 hari pertama terinfeksi. Jika di atas seminggu flu tak sembuh, perlu diobati. Saat itu, selain virus, bak-teri pada saluran napas juga menginfeksi saluran napas.

Rusdian memaparkan, kon-sumsi vitamin C dosis tinggi un-tuk meningkatkan kekebalan tu-buh masih diperdebatkan di ka-langan klinisi. Untuk mencegah flu cukup mengonsumsi makan-an bergizi seimbmakan-ang, bmakan-anyak ma-kan buah, banyak minum air, dan istirahat. Vitamin C banyak ter-kandung dalam buah, tak selalu harus vitamin C dosis tinggi.

Menurut ahli gastroenterologi dari Departemen Penyakit Da-lam Fakultas Kedokteran Univer-sitas Indonesia, Ari Fahrial Syam, saat perubahan suhu terjadi,

sa-luran pencernaan amat rentan kena infeksi virus, bakteri, dan parasit. Itu bisa menyebabkan diare, muntaber, atau disentri. ”Yang paling umum terjadi saat pergantian musim adalah diare,” k a t a ny a .

Perubahan suhu udara menye-babkan daya tahan tubuh me-nurun. Sementara mutu air dan lingkungan sekitar umumnya tak sehat. Karena itu, saat daya tahan tubuh turun, infeksi pada usus rentan terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan dan

mi-numan tercemar. (ADH)

Seratusan Penelitian IPB Tunggu Penerapan

Sebanyak 384 hasil penelitian dosen Institut Pertanian Bogor diseminarkan, Selasa (2/12). Sebanyak 162 judul penelitian di antaranya siap dikembangkan. Dari 162 judul itu antara lain mengenai budidaya udang di laut, varietas padi IPB prima, kedelai, pengolahan hasil laut, peternakan sapi, dan agraria. Seluruh hasil penelitian akan diseleksi Pusat Inovasi Kolabo-ratif (CIC) untuk diwujudkan dan dikembangkan di tengah masyarakat. ”Selama ini hasil penelitian dianggap arsip, sedang-kan masyarakat membutuhsedang-kan. Jurang ini harus dihapus de-ngan banyak penelitian yang diperlukan publik,” kata Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB Prastowo di sela seminar di Bogor. Lewat CIC, IPB bekerja sama dengan delapan kabupaten untuk pengem-bangan produk pertanian, seperti produksi rumput laut di Nunukan, Kalimantan Utara, dan peningkatan produksi jeruk kintamani di lahan 5.000 hektar di Bangli, Bali. Di Bojonegoro, Jawa Timur, dikembangkan Sekolah Peternakan Rakyat untuk budidaya 3.000 sapi. Di Karawang, Jawa Barat, dikembangkan padi varietas IPB prima dengan produktivitas 7 ton per hektar

sekali panen. Penelitian juga dilakukan di Jawa Tengah. (BR O)

ANGGARAN RISET

Target 0,5 Persen PDB

Tunggu Dua Tahun

JAKARTA, KOMPAS — Ang -garan penelitian dan pengem-bangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada 2013 tercatat se-besar 0,09 persen dari produk domestik bruto atau setara de-ngan Rp 9.083,97 triliun. Besaran itu masih jauh dari ideal, yakni 1 persen PDB.

Sebelum angka 1 persen terse-but terwujud, pemerintah meng-anggarkan kenaikan dana riset iptek hingga 0,5 persen PDB pada 2016. ”Pemerintah saat ini akan menaikkan menjadi 0,5 persen PDB pada 2016,” kata Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir seusai peluncuran buku saku I n d i ka t o r

Iptek Indonesia 2014 yang

di-susun Lembaga Ilmu Pengeta-huan Indonesia (LIPI), Rabu (3/12), di Jakarta.

Demi mencapai target terse-but, Nasir akan menggalang kerja

sama dengan Kementerian

BUMN dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) guna menaikkan alokasi anggaran un-tuk litbang iptek dan peman-faatannya. Bantuan itu dapat di-salurkan untuk penerapan hasil litbang di dunia usaha melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

re s p o n s i b i l i t y /CSR).

Selain itu, Nasir juga akan me-naikkan 10-15 persen alokasi ang-garan untuk riset dari Ditjen Pendidikan Tinggi yang sekarang digabungkan di Kemenristek.

Menurut Kepala Biro Peren-canaan Kemenristek-Dikti Erry Ricardo, total anggaran yang di-terima Ditjen Dikti pada 2015 sekitar Rp 45 triliun, naik dari Rp 41 triliun. Adapun Rp 1,6 triliun dialokasikan untuk riset.

Kemenristek total mendapat dana Rp 747 miliar pada tahun depan. Jumlah itu naik dari Rp 615 miliar pada tahun 2014.

Secara nasional, anggaran ip-tek untuk 2013-2014 berdasarkan nota keuangan sebesar Rp 12 triliun. Dari besaran anggaran iptek di tingkat nasional tersebut, sebagian besar atau 80 persennya dari pemerintah, sementara kon-tribusi swasta hanya 20 persen.

Nantinya dana riset dari swas-ta diharapkan lebih besar. ”Di Malaysia saja dana riset dari swasta sudah mencapai 80

per-sen,” urai Muhammad Dimyati, Deputi Menteri Bidang Sumber Daya Iptek Kemenristek-Dikti.

Hasil litbang

Menristek-Dikti mendorong memperbesar pemanfaatan hasil riset dari perguruan tinggi oleh industri. Sekarang diperkirakan ada sekitar 11.000 hasil penelitian yang dihasilkan perguruan ting-gi.

Hasil itu akan dievaluasi untuk melihat pencapaian tingkat pe-ngembangan, yaitu tahap riset dasar atau tahap penerapan. Un-tuk yang telah masuk tahap ap-likasi akan diupayakan disam-paikan ke kalangan industri.

JANTUNG BORNEO

Ekonomi Berwawasan Lingkungan untuk Selamatkan Kawasan

PALANGKARAYA, KOMPAS

— Jantung Borneo atau Heart of Borneo sebagai kawasan konser-vasi keanekaragaman hayati, me-nara air Pulau Kalimantan, yang juga pengatur gas rumah kaca di atmosfer, terancam rusak. Indi-kator keberhasilan pembangun-an diukur berdasarkpembangun-an pertum-buhan ekonomi tanpa memper-timbangkan keberlanjutan jasa lingkungan. Perlu pembangunan dengan pendekatan ekonomi hi-jau.

”Ekonomi hijau adalah para-digma ekonomi baru yang dapat

mendorong pertumbuhan pen-dapatan dan lapangan kerja, se-kaligus mengurangi risiko keru-sakan lingkungan,” kata Ketua Kelompok Kerja Nasional Heart of Borneo Prabianto Wibowo Mukti, Selasa (2/12), dalam pe-luncuran dokumen ”Strategi Im-plementasi Pembangunan di Heart of Borneo melalui Pende-katan Ekonomi Hijau” di Palang-karaya, Kalteng.

Heart of Borneo adalah inisia-tif tiga negara, yaitu Brunei, In-donesia, dan Malaysia, untuk me-ngelola kawasan hutan tropis

da-taran tinggi di Borneo seluas 23.250.289,11 hektar. Area di In-donesia seluas 16.794.300,78 ha

(72,23 persen), Malaysia

6.031.911,67 ha (25,94 persen), dan Brunei 424.076,66 ha (1,82 persen).

Pengelolaan itu didasarkan pada prinsip konservasi dan

pembangunan berkelanjutan

melalui deklarasi bersama 12 Februari 2007. Tujuan inisiatif Heart of Borneo adalah mem-pertahankan dan memelihara ke-berlanjutan manfaat salah satu kawasan hutan hujan terbaik

ter-sisa di Borneo bagi kesejahteraan generasi kini dan masa datang.

Mantan Menteri Lingkungan Hidup yang juga ekonom senior Emil Salim mengatakan, eksploi-tasi Heart of Borneo mengkha-watirkan. ”Degradasi lingkungan, deforestasi, kehilangan keaneka-ragaman hayati, dan perubahan peruntukan lahan merupakan ancaman riil,” u j a r ny a .

Selama beberapa dekade,

pembangunan lebih menekan-kan pertumbuhan ekonomi de-ngan eksploitasi hasil sumber da-ya alam, seperti tambang dan

hutan, tanpa memperhatikan nilai intrinsik dari sumber daya dan jasa lingkungan. Alih fungsi lahan di kawasan Heart of Borneo dan pengalihan lahan gambut berdampak kebakaran lahan di Kalbar dan Kalteng yang menaikkan emisi gas rumah ka-ca.

Wakil Gubernur Kalteng Ach-mad Diran mengatakan, peme-rintah provinsi telah mengeluar-kan moratorium perizinan tam-bang dan perkebunan pada 2013 untuk mencegah terjadinya

an-caman kerusakan alam. (DKA)

‘’

Pemerintah akan

menaikkan dana riset

pada

tahun 2016.

Muhammad Nasir

Roket Jepang untuk Penelitian Asteroid

AFP/JIJI PRESS

Roket H-IIA milik Jepang meluncur dari anjungan peluncuran Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) Tanegashima Space Center di Prefektur Kagaoshima, selatan Kyushu, Rabu (3/12). Roket membawa wahana luar angkasa Hayabusa2 untuk penelitian asteroid jarak jauh. Penelitian itu untuk menjawab pertanyaan mendasar tentang asal mula kehidupan dan alam semesta.

Upaya mendorong ketertarik-an dunia industri, ujar Erry, telah diusulkan kepada Kementerian Keuangan guna memberlakukan deduksi pajak berganda (double

tax deduction) bagi industri yang

mengalokasikan dana untuk ke-giatan riset iptek dan peman-f a a t a n ny a .

Minimnya anggaran riset di Indonesia sudah disinggung para peneliti sejak dulu. Secara poten-si, dari sisi kekayaan hayati, In-donesia adalah negara kedua ter-kaya setelah Brasil.

Namun, kekayaan alam terse-but belum banyak dinikmati pe-neliti dalam negeri. Kekayaan alam Tanah Air menjadi surga penelitian peneliti asing, baik da-ri kalangan swasta maupun per-guruan tinggi, yang bekerja sama meneliti hingga pelosok Nusan-tara. Adapun para peneliti dalam negeri sering kali menjadi mitra

(5)

Falcataria moluccana

(Sengon) merupakan jenis cepat tumbuh

dan menjadi salah satu andalan hutan rakyat khususnya dalam

pemenuhan kayu pertukangan. Industri yang mengolah

kayu sengon sangat berkembang saat ini khususnya di Pulau

Jawa. Budidaya kayu sengon memiliki prospek pasar yang

cukup tinggi. Permintaan akan kayu sengon bukan hanya di

dalam negeri, namun juga  dari mancanegara. Permintaan

ekspor kayu lapis berbahan baku sengon terus meningkat.

Permintaan kayu  sengon, baik dari dalam negeri maupun

dari luar negeri semakin meningkat.

Namun demikian, beberapa tahun terakhir dilaporkan

terjadi serangan penyakit karat tumor pada Sengon yang

sangat merugikan. Penyakit yang disebabkan oleh jamur

karat (

Uromycladium tepperianum

Sacc. McAlp) dapat

menghambat pertumbuhan Sengon, bahkan mematikan

tanaman. Untuk mendapatkan benih Sengon yang lebih

tahan toleran terhadap serangan karat tumor, maka Besar

Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan

telah melakukan pemuliaan tanaman Sengon.

(Falcataria moluccana)

UNGGUL

Sebanyak 43 family (pohon indukan) sengon yang toleran

terhadap penyakit karat tumor telah teridentifikasi.

Identifikasi dilakukan pada 3 (tiga) kebun benih uji

keturunan sengon yang berada di Lumajang, Bondowoso dan

Jember (Jawa Timur). Hasil seleksi dari 100 family di tiap

lokasi dengan total jumlah pohon 7.200 pada saat tanaman

umur 18 bulan menunjukkan bahwa 43 family tidak terserang

penyakit karat tumor (dengan intensitas serangan 0%) di 3

lokasi percobaan. Famili-famili tersebut berasal dari Wamena.

Penggunaan benih sengon dari family-family toleran tersebut

akan menurunkan resiko kehilangan pohon karena serangan

penyakit, sehingga akan meningkatkan produktivitas hasil.

Riap volume sengon toleran karat tumor pada umur 2 tahun

dengan jarak tanam 4x3m adalah 66m3/ha/tahun. Teknologi

pengembangan kultur jaringan sengon toleran karat tumor

juga telah berhasil dilakukan untuk memproduks bibit

unggul skala besar.

Sengon toleran karat tumor umur 2 tahun di plot uji coba

Toleran

K a r a t

Tu m o r

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN

BALAI BESAR PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN

PEMULIAAN TANAMAN HUTAN

Jln. Palagan Tentara Pelajar Km. 15; Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta 55582 Telp. (0274) 895954, 896080 fax (0274) 896080

(6)

PENDAHULUAN

Oleh:

Sri Sunarti, M. Na'iem, E. B. Hardiyanto,

S. Indrioko, dan A. Nirsatmanto

Pengembangan Varietas Baru

Acacia Hibrida

(Acacia mangium × A. auriculiformis)

A. mangium

Akasia hibrida adalah tanaman kehutanan barietas baru hasil persilangan antara

Acacia mangium dan Acacia auriculiformis.

Bebera keunggulan Akasia Hibrida dibandingkan dengan kedua jenis induknya adalah memiliki pertumbuhan cepat berbatang lurus dan bulat serta mempunyai sifat-sifat kayu yang lebih baik sebagai bahan pulp dan kertas. Selain itu Akasia Hibrida juga lebih toleran terhadap serangan hama/penyakit serta mampu tumbuh baik pada lahan-lahan marginal. Pengembangan varietas baru Akasia ini dilakukan melalui persilangan buatan

(control pollination) dan persilangan alami

(natural pollination). Akasia Hibrida untuul

diperoleh melalui serangkaian uji di lapangan dan diperbanyak melalui vegetatif propagasi baik menggunakan teknik stek pucuk (mini cutting) maupun kultur jaringan (tissue culture).

Pertumbuhan Akasia Hibrida pada berbagai umur dan lokasi

2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun

Identifikasi dan verifikasi

Perbanyakan dan Multiplikasi Klon

10 months A.mangium Acacia hybrid 1.5 years Uji Klon Persilangan buatan

pada breeding garden pada kebun benih hibridPersilangan Alami

Seleksi semai Pemangkasan dan Sprouting

Acacia hybrid

Wood Properties

Basic Density

536 kg/M3

Extractive Content

1.61%

Cellulosa Content

59.91 %

Lignin Content

25%

Pulp Yield

54.55%

Wood Consumption 3.52 m3/ton

pulp

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN

BALAI BESAR PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN

PEMULIAAN TANAMAN HUTAN

Jln. Palagan Tentara Pelajar Km. 15; Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta 55582 Telp. (0274) 895954, 896080 fax (0274) 896080

Gambar

Gambar Tegakan Jati Purwobinangun Umur dua tahun

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dilakukan di Laboratorium Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan di Sleman, Yogyakarta pada bulan November 2008 sampai Januari 2009.

Peningkatan genetik yang terjadi pada sifat kadar 1,8 cineole dan rendemen minyak menunjukkan bahwa benih unggul hasil program pemuliaan yang dilakukan ini

2010, Pemuliaan nyamplung (Calophyllum inophylum L) untuk bahan baku biofuel. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Evaluasi Beberapa Klon

Hasil penelitian pada RPI Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan telah menghasilkan beberapa IPTEK: o IPTEK pengadaan benih unggul untuk meningkatkan. produktivitas hutan

Kerjasama Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perum Perhutani. Organisasi

Pembibitan secara generatif telah coba dilakukan oleh Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta untuk pembangunan populasi dasar Shorea

Rendemen Kayu Olahan Industri Primer Hasil Hutan Kayu bahwa rendemen kayu gergajian yang diolah dari kayu bulat hutan tanaman adalah sebesar 56 – 73%. Dengan demikian

Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan telah melakukan pembangunan plot uji provenan jenis merbau (Intsia bijuga) di KHDTK (Kawasan Hutan Dengan