1
PENGARUH POLA SUH OTORITER ORANG TUA
TERHADAP PERILAKU KEAGAMAAN SISWA
KELAS VIII MTs NEGERI SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
Oleh
EVA INTAN SARI
NIM 111 11 153
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
6 MOTTO
“Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan. Karena itu bila kau sudah selesai (mengerjakan yang lain). Dan berharaplah kepada
7
PERSEMBAHAN
Skripsi Ini Penulis Persembahkan Untuk:
1. Kepada kedua orangtua tercinta, Ayahanda Slamet Riyanto dan Ibunda
Sugiyanti yang karena atas segala limpahan kasih sayang, pengorbanan
dan doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan penulisan
skripsi ini dengan baik dan lancar.
2. Adik tercinta yang selalu memberi inspirasi dalam hari-hari penulis.
3. Dra. Sri Suparwi, M.A yang membimbing dan memotifasi penulis dengan
sabar dari bangku studi sampai terselesaikannya skripsi ini.
4. Seluruh dosen di IAIN Salatiga yang telah memberika hikmah dan
pengajaran, motifasi dan apresiai, sehingga penulis selalu bersemangat
untuk terus maju dan berkembang.
5. Seseorang yang telah mengisi hatiku yang selalu memotivasi &
menyemangati terimakasih sudah menemani hari-hariku dengan penuh
kasih sayang.
6. Teman, rekan, sahabat selama studi di IAIN Salatiga semua angkatan,
terkhusus angkatan 2011, dan semua yang rekan yang mendukung dan
8
KATA PENGANTAR
Terucap syukur kepada Allah SWT Yang Maha Sempurna beserta Asmaul
HusnaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu
persyaratan wajib untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Srata Satu Pendidikan
Islam (S.Pd.I) Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Tak lupa sholawat serta
salam semoga tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menemui hambatan, tetapi
dengan rahmat-Nya dan perjuangan penulis serta bantuan berbagain pihak
sehingga skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
banyak terimakasih atas segala nasehat, bimbingan, dukungan, dan bantuannya
kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Kajur PAI IAIN Salatiga.
4. Ibu Dra. Sri Suparwi, M.A. selaku pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu, fikiran, dan tenaga dalam membimbing dan memberi
10 ABSTRAK
Intan sari, Eva. 2015. Pengaruh Pola Asuh Otoriter Orang Tua terhadap Perilaku Keagamaan Siswa kelas VIII MTs Negeri Salatiga. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam.Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Sri Suparwi, M.A
Kata Kunci: Pola Asuh Otoriter Orang Tua, Perilaku Keagamaan
Latar belakang masalah penelitian ini adalah banyaknya orang tua yang mengharap anaknya untuk berprestasi juga mempunyai perilaku keagamaan yang baik. Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang Pengaruh Pola Asuh Otoriter Orang Tua terhadap Perilaku Keagamaan Siswa Kelas VIII MTs Negeri Salatiga.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Untuk mengetahui pola asuh otoriter orang tua siswa MTs Negeri Salatiga. (2) Untuk mengetahui perilaku keagamaan siswa MTs Negeri Salatiga. (3) Untuk mengetahui pengaruh pola asuh otoriter orang tua terhadap perilaku keagamaan siswa MTs Negeri Salatiga.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yakni dengan teknik pengumpulan data menggunakan angket dengan skala likert adapun populasinya siswa kelas VIII MTs Negeri Salatiga dengan jumlah siswa 255 dan di ambil sampel 50 siswa dengan ramdom sampling (acak). Analisis data menggunakan analisis awal dengan rumus presentase sedang analisis lanjutan menggunakan product moment.
11 DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ...i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
DEKLARASI KEASLIAN TULISAN ... v
MOTTO... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..1
B. Rumusan Masalah………5
C. Tujuan Penelitian………5
D. Manfaat Penelitian………..5
E. Hipotesis……….6
F. Definisi Operasional………7
12 2. Perilaku Keagamaan 7
G. ... M etode Penelitian ... 8
1. ... P endekatan dan Rancangan Penelitian ... 9
2. ... L okasi Penelitian ... 9
3. ... P opulasi dan Sampel ... 9
4. ... T eknik Pengumpulan Data ... 10
5. ... I nstrumen Penelitian ... 11
6. ... A nalisis Data ... 15
H. ... S istematika Penulisan ... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. ... P
ola Asuh Otoriter Orang Tua ... 17 1. ... P
13
2. ... T ipe-tipe Pola Asuh ... 18
a. ... P ola Asuh Otoriter ... 19
b... P ola Asuh otoritatif ... 19
c. ... P ola Asuh Permissive Indulgent... 20
d.... P ola Asuh Permissive Indiffent ... 20
B.... P erilaku Keagamaan ... 23
1. ... P engertian Perilaku Keagamaan ... 23
2. ... F aktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Keagamaan ... 26
C.... P engaruh Pola Asuh Otoriter Orang Tua terhadap Perilaku Keagamaan .... 27
BAB III HASIL PENELITIAN
A. ... G ambaran Umum Lokasi Penelitian ... 29
14
2. ... L etak Geografis MTs Negeri Salatiga ... 32
3. ... V isi Misi MTs Negeri Salatiga ... 32
4. ... S truktur Organisasi ... 33
5. ... D ata Keadaan Guru ... 34
6. ... K eadaan Siswa ... 35
7. ...D ata Fasilitas Pendukung Belajar Mengajar...36
B... P enyajian Data ... 36
BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisis Data... ... 39
B. Interpretasi Data ...53
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...55
B. Saran-saran...56
DAFTAR PUSTAKA
15
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Indikator Pola Asuh Otoriter Orang Tua ... 13
Tabel 1.2 Indikator Perilaku Keagamaan ... 14
Tabel 3.1 Struktur Organisasi MTs Negeri Salatiga ... 33
Tabel 3.2 Data Guru MTs Negeri Salatiga... 34
Tabel 3.3 Data Keadaan Siswa MTs Negeri Salatiga ... 35
Tabel 3.4 Data sarana dan prasarana MTs Negeri Salatiga... 36
Tabel 3.5 Daftar Responden MTs Negeri Salatiga... 37
Tabel 4.1 Interval Pola Asuh Otoriter Orang Tua... 41
Tabel 4.2 Nilai Nominasi Pola Asuh Otoriter Orang Tua ... 42
Tabel 4.3 Presentase Pola Asuh Otoriter Orang Tua... 44
Tabel 4.4 Interval Perilaku Keagamaan ... 46
Tabel 4.5 Nilai Nominasi Perilaku Keagamaan ... 47
Tabel 4.6 Presentase Perilaku Keagamaan ... 49
Tabel 4.8 Tabel Kerja untuk Mencari Korelasi antara Pola Asu Otoriter
16 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keluarga adalah faktor pertama dan utama yang mempengaruhi
kehidupan, pertumbuhan dan pengembangan seseorang. Lingkungan pertama
yang mempunyai peran penting adalah lingkungan keluarga. Di sinilah, anak
dilahirkan, dirawat, dan dibesarkan. Di sini juga proses pendidikan berawal.
Orang tua adalah guru pertama dan utama bagi anak. Karena, orang tua (ayah)
adalah orang yang pertama kali melafazhkan adzan dan iqamah di telinga anak di
awal kelahirannya. Orang tua adalah orang pertama kali mengajarkan anak
berbahasa dengan mengajari anak mengucapkan kata ayah, ibu, nenek, dan
anggota keluarga lainnya. Orang tua adalah orang yang pertama mengajarkan
anak bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya (Musbikin, 2009: 111). Bahkan
lebih di tegas kan lagi dalam hadits Nabi yaitu:
ٍدوُلْوَم ْنِم اَم َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُوَّللا ىَّلَص ِوَّللا ُلوُسَر َلاَق َلاَق ُوْنَع ُوَّللا َيِضَر َةَرْ يَرُى ِبَِأ ْنَع
َلَع ُدَلوُي َّلَِّإ
ى
ِوِناَسِّجَُيُ ْوَأ ِوِناَرِّصَنُ ي ْوَأ ِوِناَدِّوَهُ ي ُهاَوَ بَأَف ِةَرْطِفْلا
“Dari Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tiadalah seorang dilahirkan melainkan dalam keadaan fitrah, maka ayah ibunyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Bukhari)
Hadits di atas menjelaskan bahwa orang tualah yang pertama kali
17
pola asuh orang tua dalam mendidik anak sangatlah penting. Dengan mengajarkan
keagamaan anak dan juga bersikap atau berperilaku yang baik.
Fungsi dan Peran Orang Tua dalam keluarga bahwa orang tua merupakan
orang pertama yang bertanggung jawab terhadap proses hubungan dalam
keluarga, antara lain sebagai tauladan bagi anak, mengarahkan tata cara bergaul
dan pendidikan bagi anak-anaknya. Dan untuk melaksanakan semua itu orang tua
harus memerankan fungsi sebagai pelindung, pemelihara dan juga sebagai
pendidik.
Kepribadian tumbuh dan berkembang sepanjang hidup manusia, terutama
sejak lahir sampai masa remaja yang selalu berada dilingkungan keluarga, diasuh
oleh orang tua, dan bergaul dengan anggota keluarga lainnya. Setiap hari berada
di rumah dan hanya beberapa jam saja berada di sekolah atau tempat lainnya di
luar rumah. Karena itu, dapat dipahami cukup besar pengaruh dan peranan
keluarga serta orang tua dalam membentuk pribadi seorang anak (Ahmadi, 2005:
167).
Pembinaan perilaku keagamaan anak sangat berpengaruh kepada
kepribadian anak jika memandang sifat anak yang suka meniru perilaku orang
lain. Seperti dalam teori belajar sosial dari Albert Bandura menurutnya sebagian
besar perilaku individu diperoleh sebagai hasil belajar melalui pengamatan atas
tingkah laku yang ditampilkan oleh orang lain yang dijadikan sebagai model.
Maka dari itu membutuhkan peran dari semua kalangan tidak hanya guru yang
mengajarkan pendidikan agama islam namun peran orang tua juga sangat
18
ditiru anak, orang tua berperan mendorong prestasi anak dan perkembangan
perilaku anak.
Baumrind dalam (Santrock, 2002: 257) menyatakan bahwa pola asuh
otoriter adalah suatu gaya pengasuhan yang membatasi dan menghukum yang
menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua dan menghormati
pekerjaan dan usaha.
Melihat dari gaya pengasuhan tersebut maka cenderung anak akan tertekan
dalam mengerjakan sesuatu karena selalu didesak orang tua. Dalam hal ini anak
tidak diberi kesempatan untuk bermusyawarah dengan orang tua. Orang tua
menerapkan peraturan-peraturan yang tegas dan tidak memberi peluang kepada
anak untuk memutuskan sendiri keinginannya. Dan seringkali orang tua akan
menerapkan kekerasan dalam mendidik anak. Pola asuh otoriter ini akan
mengakibatkan tidak adanya kebebasan anak, inisiatif anak dan juga aktivitasnya
menjadi berkurang, cenderung anak menjadi tidak percaya diri pada
kemampuannya.
Perkembangan anak dalam belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah faktor internal dan eksternal (Sholeh, 2005: 47) seperti unsur
fisiologis atau faktor keturunan (warisan) hal ini seperti orang tuanya memiliki
sifat pemarah maka anaknya pun besar kemungkinan anak itu akan memiliki sifat
yang pemarah. dan psikologis hal ini adalah faktor kecerdasan anak dan juga
faktor eksternal salah satunya adalah faktor keluarga hal ini seperti anak yang
pengasuhan orang tua menggunakan pola asuh otoriter dengan kekerasan maka
19
Banyak orang tua yang mengharapkan anak untuk berprestasi juga
memiliki perilaku keagamaan yang baik. Oleh karena itu orang tua banyak
menerapkan pola asuh otoriter yang kurang sesuai dengan kondisi anak. Sehingga
hal ini justru akan membawa hubungan antara orang tua dengan anak menjadi
kurang baik.
Sedangkan seorang anak mengharapkan lingkungan keluarga yang hangat,
terjalin komunikasi yang baik, kebersamaan, dan juga keteladan dari orang tua
yang dapat dicontoh oleh anak. Hal ini dapat dicontoh seorang anak yang terbiasa
dengan pola asuh orang tua yang memaksa dan keras maka anak cenderung anak
mengikuti hal itu dikemudian harinya.
Oleh karena itu dengan adanya pemahaman tentang pola asuh otoriter
orang tua diharapkan dapat mencegah perilaku orang tua yang kurang sesuai
dalam mendidik anak.
Berdasarkan dari uraian diatas, maka penulis tertarik mengadakan
penelitian dan pembahasan yang terkait dengan judul “PENGARUH POLA
ASUH OTORITER ORANG TUA TERHADAP PERILAKU KEAGAMAAN
20 B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan di teliti adalah:
1. Bagaimana pola asuh otoriter orang tua siswa MTs Negeri Salatiga?
2. Bagaimana perilaku keagamaan siswa MTs Negeri Salatiga?
3. Adakah pengaruh pola asuh otoriter orang tua terhadap perilaku keagamaan
siswa MTs Negeri Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pola asuh otoriter orang tua siswa MTs Negeri Salatiga.
2. Untuk mengetahui perilaku keagamaan siswa MTs Negeri Salatiga.
3. Untuk mengetahui pengaruh pola asuh otoriter orang tua terhadap perilaku
keagamaan siswa MTs Negeri Salatiga.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka dapat diketahui manfaat
penelitian ini adalah:
1. Secara teori
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas
tentang ada tidaknya pengaruh pola asuh otoriter orang tua terhadap perilaku
keagamaan siswa. Dan juga bisa memberikan sumbangan bagi pengembangan
21 2. Secara praktis
Hasil Penelitian ini dapat dijadikan ilmu bagi pembaca dan khususnya
bagi orang tua dalam menerapkan pola asuh kepada anaknya, jadi orang tua
dapat memilih dan menerapkan pola asuh yang sesuai dengan keadaan anak
sehingga anak tersebut akan menjadi generasi penerus yang berperilaku
keagamaan yang baik.
E. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang
dihadapi. Oleh karenanya, hipotesis akan merupakan pengarah dalam penelitian.
Jika penelitian berbijak dari hipotesis maka tujuan penelitian jelas akan menguji
hipotesis. Data digali untuk menguji. Kesimpulan akan menyatakan apakah
hipotesis itu benar atau salah (Wirartha, 2006: 25).
Adapun hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian adalah “ada
pengaruh negatif pola asuh otoriter orang tua terhadap perilaku keagamaan pada
siswa MTs Negeri Salatiga”.
Semakin tinggi pola asuh otoriter orang tua maka perilaku keagamaan
siswa akan semakin memburuk. Sebaliknya semakin rendah pola asuh otoriter
22 F. Definisi Operasional
1. Pola asuh otoriter
Pola asuh merupakan pola interaksi orang tua dengan anak dalam
rangka pendidikan karakter anak (Muslich, 2011:100). Baumrind Dalam
(Santrock, 2002: 257) menyatakan bahwa pola asuh otoriter adalah suatu gaya
pengasuhan yang membatasi dan menghukum yang menuntut anak untuk
mengikuti perintah-perintah orang tua dan menghormati pekerjaan dan usaha.
pola asuh otoriter orang tua adalah sesuatu cara, interaksi atau
komunikasi orang terhadap anak yang menerapkan sistem pengasuhan yang
kaku dan memaksa anak agar mengikuti perintah orang tua.
Adapun indikator dari pola asuh otoriter adalah :
a. Kedisiplinan yaitu orang tua menerapkan disiplin dan kontrol yang ketat
b. Kepatuhan yaitu anak harus tunduk dan patuh kepada aturan orang tua, dan
orang tua akan menghukum jika anak menglanggar
c. orang tua menilai sikap dan perilaku anak dengan standar mutlak
(Suparwi, 2013: 25).
2. Perilaku Keagamaan
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan
atau lingkungan (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 859), sedangkan
menurut A. Bandura bahwa perilaku terbentuk bergantung pada pengaruh
23
suatu tindakan yang dilakukan terwujud dalam bentuk sikap tidak hanya
ucapan saja.
Keagamaan merupakan kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan
dan kumpulan aturan-aturan yang terangkum dalam kitab suci (Faridi, 2002:
19). Perilaku dalam konteks islam indikatornya adalah akhlak yang
sempurna. Akhlak yang sempurna mesti dilandasi oleh ajaran Islam (Tohirin,
2005: 61).
Perilaku keagamaan dalam penelitian ini adalah tentang nilai-nilai
agama dan ke dalam kepercayaan yang diekspresikan dengan melakukan
ibadah sehari-hari, berdoa, dan membaca kitab suci (Hawari, 1996:5).
Perilaku keagamaan adalah suatu tindakan yang bertujuan untuk
mendekatkan diri kepada Allah yakni dengan melakukan ibadah, berdo‟a dll.
Adapun indikator dari perilaku keagamaan adalah:
a. Melaksanakan shalat wajib lima waktu dengan baik
b. Melaksanakan shalat sunah dengan baik
c. Membaca doa sehari-hari dengan baik
d. Membaca Al-Quran dengan baik (Sodikin, 2014: 9).
G. Metode Penelitian
Metodologi penelitian ialah ilmu tentang metode-metode yang akan
digunakan dalam melakukan suatu penelitian (Fathoni, 2011: 98). Adapun metode
24 1. Pendekatan dan rancangan penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dan
metode korelasional. Untuk mencari hubungan variabel yang satu dengan
variabel yang lain.
2. Lokasi penelitian
Lokasi Penelitian ini adalah MTs Negeri Salatiga, yang beralamatkan
di jalan Tegalrejo 1 Salatiga. Sekolah ini Pada tahun ajaran 2015/2016
memiliki siswa yang berjumlah 786 siswa, total kelas sebanyak 24 kelas yang
terdiri dari 8 kelas VII, 8 kelas di kelas VIII dan 8 kelas di kelas IX. Jumlah
siswa setiap kelasnya antara 30-35 siswa.
3. Populasi dan sampel
Menurut kamus riset karangan Drs. Komaruddin yang dimaksud
dengan populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan
sampel. Pada kenyataanya populasi itu adalah sekumpulan kasus yang perlu
memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian
(Mardalis, 1995:59).
Dalam penelitian yang penulis lakukan di MTs Negeri Salatiga,
peneliti menetapkan bahwa, populasinya adalah siswa MTs Negeri Salatiga
pada tahun pelajaran 2015/ 2016 yang berjumlah 786 siswa, dari kelas VII
terdiri dari 273 siswa, kelas VIII terdiri dari 255 siswa, dan kelas IX 258
siswa.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
25
adalah siswa MTs Negeri Salatiga Tahun Ajaran 2015/2016 kelas VIII terdiri
dari 255 siswa yang terdiri dari 8 kelas. Jumlah siswa setiap kelasnya antara
30-35 siswa.
Untuk selanjutnya yang menjadi sampel dalam penelitian, penulis
menetapkan sejumlah 50 siswa, yakni 20% dari 255 siswa.
Ketetapan yang penulis ambil sampel tersebut adalah berdasarkan
teori yang dikemukaan oleh Suharsimi Arikunto bahwa untuk sekedar
ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua,
sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi, selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil
antara 10-15% atau 20-25% atau lebih (Arikunto, 2006: 131).
Dalam penelitian ini menggunakan teknik dalam pengambilan sampel
yang dengan cara random sampling (acak) maksudnya penelitian mencampur
26 4. Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut:
a. Angket
Angket merupakan pertanyaan yang disusun dalam kalimat
pernyataan dengan opsi jawaban yang tersedia. Sehubungan dengan itu
metode angket yaitu daftar pertanyaan yang dikirim kepada responden.
Angket digunakan untuk mengukur indikator-indikator dari
penelitian yakni pola asuh otoriter orang tua dan perilaku keagamaan
antara siswa di MTs Negeri Salatiga
Angket penelitian ini sebagai instrument pengumpulan data dibuat
untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian.
Model angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket
tertutup, yaitu peneliti telah membatasi jawaban yang telah ditentukan
sehingga responden hanya tinggal memilih salah satu jawaban yang paling
benar.
Metode angket ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang
pola asuh otoriter orang tua dan perilaku keagamaan antara siswa di MTs
27 5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah, hasilnya
lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga lebih
mudah diolah (Arikunto, 2006:160).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa angket
yang berisi soal-soal untuk menjaring data tentang pola asuh otoriter orang
tua. Instrumen ini diberikan kepada siswa yang digunakan sebagai alat
untuk mengetahui data pola asuh otoriter orang tuanya dan perilaku
keagamaan siswa kelas VIII MTs Negeri Salatiga.
Skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan minat seseorang terhadap fenomena pendidikan. Pada skala
ini responden diminta untuk menjawab satu dari lima kemungkinan
jawaban yang tersedia. (Arikunto, 2005: 190). Untuk memudahkan dalam
proses penelitian peneliti menyingkat menjadi empat tingkatan yaitu
sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Penelitian ini menggunakan angket skala Likert untuk pola asuh
otoriter orang tua, tersedia empat alternative jawaban yaitu SS, (Sangat
Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju) dan STS (Sangat tidak Setuju).
Dengan skor masing-masing jawaban yaitu: SS memiliki nilai 4, alternatif
S memiliki nilai 3, alternatif TS memiliki nilai 2, alternatif STS memiliki
28
Angket yang kedua yaitu angket perilaku keagamaan dengan
menggunakan angket skala Likert, tersedia empat alternative jawaban
yaitu A=Ya, B=Sering, C=Kadang-kadang, D=Tidak Pernah. Dengan skor
masing-masing jawaban masing adalah 4,3,2,1.
Penelitian ini menggunakan instrument dari penelitian Sri Suparwi
dengan judul Hubungan Antara Persepsi Pola Asuh Otoriter dan
Kemampuan Berempati dengan Perilaku Bullying Pada Siswa SMP
Muhammadiyah Salatiga. Dan juga Penelitian dari Anwar Sodikin dengan
judul Studi Komparasi Perilaku Keagamaan Remaja Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Orang Tua Desa Bandungan Kab. Semarang.
Tabel 1.1
Adapun Indikator Pola Asuh Otoriter Orang Tua adalah :
No Aspek Definisi Indikator Item
Pertanyaan Jml 1. Kedisiplinan Yaitu
29
Adapun Indikator Perilaku Keagamaan adalah :
No Aspek Indikator Item
Pertanyaan
Jml
1. Aspek Perilaku Keagamaan
a. Melaksanakan shalat wajib lima waktu dengan baik.
1,2,3,4,5,6,7 ,8
8
b. Melaksanakan shalat sunnah dengan baik.
9,10,11, 23,24
5
c. Membaca doa sehari-hari dengan baik
12,13,14,15, 16, 21,22
7
d. Membaca Al-Quran dengan baik. 17,18,19,20, 25
5
e. Metode Dokumentasi
Dokumen adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau
peristiwa pada waktu yag lalu. Semua kategori dokumen yang mendukung
penelitian. Semua dokumen yang berhubungan dengan penelitian yang
30
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang kegiatan
pelaksanaan pendidikan agama Islam, struktur organisasi, keadaan guru,
keadaan siswa, keadaan karyawan, dan dokumen lain yang dibutuhkan.
6. Analisa Data
Menurut (Mardalis, 1995: 83) Analisa data sesuai dengan pendekatan
dimaksudkan bahwa setiap analisa disesuaikan dengan pendekatan yang
digunakan.
Dalam analisis data penulis menggunakan rumus korelasi product
moment dapat dilihat sebagai berikut (Arikunto, 2005:327).
Supaya penelitian ini memenuhi syarat, maka perlu disusun sedemikian
rupa sehingga sesuai dengan kaidah penulisan. Adapun sistematika penulisan
31
Penelitian ini memuat lima BAB, yaitu: BAB I yang berisi pendahuluan.
Bab ini meliputi : Latar Belakang Masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian,
Manfaat penelitian, Hipotesis, Definisi Operasional, Metode penelitian,
Sistematika penulisan.
Bab kedua ini terdiri dari dua sub bab, sub bab pertama yaitu pola asuh
otoriter orang tua yang meliput: pengertian pola asuh otoriter orang tua, tipe- tipe
pola asuh orang tua Sub bab kedua yaitu perilaku keagamaan yang meliputi:
pengertian perilaku keagamaan, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
keagamaan.
Bab ketiga berisi tentang hasil penelitian Pengaruh Pola Asuh Otoriter
Orang Tua terhadap Perilaku Keagamaan Siswa. Bab ini terdiri dari dua sub bab.
Pertama yaitu kondisi umum MTs Negeri Salatiga yang terdiri dari sejarah
berdirinya MTs Negeri Salatiga, letak geografis MTs Negeri Salatiga, Visi Misi
MTs Negeri Salatiga, Data Keadaan guru MTs Negeri Salatiga, Data Keadaan
Siswa MTs Negeri Salatiga, sarana dan prasarana MTs Negeri Salatiga. Sub bab
kedua yaitu Tentang penyajian data yang berisi nama-nama responden.
Bab keempat ini merupakan analisis data yang terdiri dari: analisis data
dan interprestasi data
Bab kelima ini dari kesimpulan, saran-saran dan penutup. Pada bagian ini
32 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pola Asuh Orang Tua
1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Keluarga merupakan tempat pertama bagi seseorang untuk
memperoleh pendidikan dan mengenal nilai-nilai keagamaan, sedangkan
orang tua adalah orang pertama yang memberikan pengetahuan dasar kepada
anak. Maka daripada itu pola asuh yang tepat sangat berpengaruh kepada
anak agar tumbuh kembangnya dapat optimal. Pengaruh keluarga dalam
pembentukan dan perkembangan serta kepribadian sangat besar.
Perkembangan siswa akan berjalan baik apabila orang tua menerapkan pola
asuh yang sesuai. Dalam hal ini, menurut Mansur (2005: 350) menyatakan
bahwa Pola asuh adalah suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua
dalam mendidik anak-anaknya. Orang tua akan menentukan cara tertentu
dalam mendidik anak sesuai dengan cara dan pengalaman mereka
masing-masing. Kemudian pendapat Masnur Muslich mendefinisikan pola asuh
adalah pola interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi pemenuhan
kebutuhan fisik dan kebutuhan psikologis (Muslich, 2011: 100).
Menurut Moh Shochib Pola Asuh adalah keterkaitan orang tua dengan
anak berdisplin diri dimaksudkan sebagai upaya orang tua dalam meletakkan
dasar-dasar displin diri kepada anak dan membantu mengembangkannya
33
Pengertian diatas maka pola asuh adalah sesuatu interaksi yang
dilakukan oleh orang tua dalam proses mendidik anak yang bertujuan dalam
mendisplinkan anak, mendisiplinkan disini yaitu mendorong anak untuk
berperilaku yang baik.
Kemudian pola otoriter adalah suatu gaya pengasuhan yang
membatasi dan menghukum yang menuntut anak untuk mengikuti
perintah-perintah orang tua dan menghormati pekerjaan dan usaha. (Santrock, 2002:
257)
Pemaparan tersebut dapat di simpulkan bahwa pola asuh otoriter
orang tua adalah sesuatu cara, interaksi atau komunikasi orang terhadap anak
yang menerapkan sistem pengasuhan yang kaku dan memaksa anak agar
mengikuti perintah orang tua. Dan dalam hal ini orang tua tidak menutup
kemungkinan menerapkan hukuman fisik dan aturan-aturan yang sangat ketat
terhadap anak.
2. Tipe-tipe Pola Asuh
Pola asuh orang tua yang baik dalam pembentukan kepribadian anak
adalah pola asuh yang mengutamakan kepentingan anak tapi orang tua juga
harus mengendalikan dan juga mengawasi anak.
Baumrind, Papalia dalam (Suparwi, 2002: 257) menyatakan bahwa
ada tiga jenis pola asuh yaitu pola asuh otoriter, otoritatif dan permisif,
34
martin menjadi empat yaitu pola asuh otoriter, pola asuh otoritatif dan pola
asuh permissive indulgent serta pola asuh indefferent.
a) Pola Asuh Otoriter (Authoritarium Parenting)
Pola asuh Otoriter adalah suatu gaya yang membatasi dan
menghukum yang menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang
tua dan menghormati pekerjaan dan usaha. Orang tua yang yang otoriter
menetapkan batas-batas yang tegas dan tidak memberi peluang yang besar
kepada anak untuk berbicara (bermusyawarah). Orang tua dengan pola
asuh ini menerapkan keterlibatan yang tinggi kepada anak serta
menerapkan tingkat kekekatan dan pengawasan yang tinggi. Cenderung
anak pada pola asuh ini akan memiliki kesulitan dalam memulai kegiatan
dan berkomunikasi yang kurang baik.
pola asuh otoriter orang tua adalah sesuatu cara, interaksi atau
komunikasi orang terhadap anak yang menerapkan sistem pengasuhan
yang kaku dan memaksa anak agar mengikuti perintah orang tua.
b) Pola Asuh yang otoritatif (Authoritative Parenting)
Pola Asuh yang otoritatif adalah mendorong anak-anak agar mandiri
tetapi masih menerapkan batas-batas dan pengendalian atas
tindakan-tindakan mereka. Orang tua memperlihatkan kehangatan serta kasih
sayang kepada anak. Orang tua dalam pola asuh ini menerapkan tingkat
35
Pola asuh otoritatif adalah suatu cara interaksi orang tua dengan anak
yakni orang tua mendorong anak untuk mandiri serta menerapkan batasan
dan juga kontrol
c) Pola Asuh Permissive Indulgent
Pola asuh permissive-indulgent adalah suatu gaya pengasuhan
dimana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka tetapi
menetapkan sedikit batas atau kendali terhadap mereka. Orang tua yang
menerapkan tipe pola asuh ini cenderung mencintai anak-anaknya tetapi
tidak menerapkan aturan-aturan yang kuat dalam keluarga. Dalam
kehidupan anak keterlibatan dan penerimaan
Pola asuh permissive indulgent adalah suatu cara interaksi orang
tua pada anak yakni orang tua sangat terlibat dan menerima namun hanya
menerapkan sedikit kontrol dan pengawasan. Orang tua menganggap
kebebasan yang diberikan bagian dari perkembangan anak.
d) Pola Asuh Permissive Indeffent
Pola Asuh Permissive Indeffent adalah suatu gaya asuh dimana
orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Orang tua yang
menerapkan pola asuh ini memberikan hanya sedikit perhatian kepada
anak dan tidak memberikan aturan serta pengawasan kepada anak. Tingkat
pengawasan dan penerimaan kepada anak pun sangat rendah pada pola
36
Pola asuh Permissive Indeffent adalah suatu cara interaksi orang
terhadap anak yakni orang tua menerapkan kebebasan kepada anak dan
tidak terlibat sama sekali dengan kehidupan anak.
Melihat tipe-tipe pola asuh, peneliti mengacu pada pendapat yang
dikemukakan oleh Baumrind yang mengatakan bahwa tipe-tipe pola asuh
yang terdiri dari empat macam antara lain pola asuh otoriter, otoritatif,
permissive indulgent dan permissive indiferrent.
Menurut Hurlock (1999: 204) ada beberapa sikap orang tua yang khas
dalam mengasuh anaknya, antara lain :
a. Melindungi secara berlebihan
Perlindungan orang tua yang berlebihan mencakup pengasuhan dan
pengendalian anak yang berlebihan.
b. Permisivitas
Permisivitas terlihat pada orang tua yang membiarkan anak berbuat
sesuka hati, dengan sedikit kekangan.
c. Memanjakan
Permisivitas yang berlebihan–memanjakan–membuat anak egois,
menuntut dan sering tiranik.
d. Penolakan
Penolakan dapat dinyatakan dengan mengabaikan kesejahteraan
anak atau dengan menuntut terlalu banyak dari anak dan sikap bermusuhan
37 e. Penerimaan
Penerimaan orang tua ditandai oleh perhatian besar dan kasih
sayang pada anak, orang tua yang menerima memperhatikan
perkembangan kemampuan anak dan memperhitungkan minat anak.
f. Dominasi
Anak yang didominasi oleh salah satu atau kedua orang tua bersifat
jujur, sopan dan berhati-hati tetapi cenderung malu, patuh dan mudah
dipengaruhi orang lain, mengalah dan sangat sensitif.
g. Tunduk pada anak
Orang tua yang tunduk kepada anaknya membiarkan anak
mendominasi mereka dan rumah mereka.
h. Favoritisme
Meskipun mereka berkata bahwa mereka mencintai semua anak
dengan sama rata, kebanyakan orang tua mempunyai favorit. Hal ini
membuat mereka lebih menuruti dan mencintai anak favoritnya daripada
anak lain dalam keluarga.
i. Ambisi orang tua
Hampir semua orang tua mempunyai ambisi bagi anak mereka –
sering kali sangat tinggi sehingga tidak realistis. Ambisi ini sering
dipengaruhi oleh ambisi orang tua yang tidak tercapai dan hasrat orang tua
supaya anak mereka naik di tangga status sosial.
Pengertian-pengertian dari tipe pola asuh disimpulkan bahwa pola
38
didalam rumah. Dan kemampuan anak dalam mengekspresikan dan
mengaktualisasikan potensinya jadi terhambat oleh peraturan yang dibuat
oleh orang tua.
Berbagai macam pola asuh yang dikemukakan di atas, hanya akan
mengemukakan satu macam pola asuh saja, yaitu pola asuh otoriter. Hal
tersebut dilakukan dengan tujuan agar pembahasan menjadi terfokus dan
jelas. Dikarenakan sesuai dengan judul penelitian yaitu pengaruh pola asuh
otoriter orang tua terhadap perilaku keagamaan.
B. Perilaku Keagamaan
1. Pengertian Perilaku Keagamaan
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan
atau lingkungan (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 859), sedangkan
menurut A. Bandura bahwa perilaku terbentuk bergantung pada pengaruh
orang lain dan kondisi stimulus (Muhibbin, 1995: 107). Maka perilaku adalah
suatu tindakan yang dilakukan terwujud dalam bentuk sikap tidak hanya
ucapan saja. Perilaku dalam konteks islam adalah sebagai cerminan dari
pengalaman terhadap seluruh ajaran islam. Perilaku merupakan hasil dari
pengalaman dari kehidupan sehari-hari.
Keagamaan merupakan kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan
dan kumpulan aturan-aturan yang terangkum dalam kitab suci. (Faridi, 2002:
19). Perilaku dalam konteks islam indikatornya adalah akhlak yang
sempurna. Akhlak yang sempurna mesti dilandasi oleh ajaran islam (Tohirin,
39
Melihat dari keterangan tersebut maka akhlak yakni perbuatan yang
baik atau takwanya dan seberapa jauh nilai-nilai etika menjiwai dan
mewarnai segala tindakannya (Mansur, 2005: 224). Perilaku dalam konteks
ini peneliti lebih menekankan pada perilaku atau akhlak yang terbentuk dari
seseorang siswa
Pembinaan akhlak anak sangat berpengaruh kepada kepribadian anak
jika memandang sifat anak yang suka meniru perilaku orang lain. Seperti
dalam teori belajar sosial dari Albert Bandura menurutnya dalam (Sriyanti,
2013: 87) sebagian besar perilaku individu diperoleh sebagai hasil belajar
melalui pengamatan atas tingkah laku yang ditampilkan oleh orang lain yang
dijadikan sebagai model. Maka dari itu membutuhkan peran dari semua
kalangan tidak hanya guru yang mengajarkan pendidikan akhlak namun peran
orang tua juga sangat berpengaruh pada perkembangan anak. Orang tua
berperan sebagai model yang ditiru anak, orang tua berperan mendorong
prestasi anak dan perkembangan perilaku anak.
Kemudian diperjelas lagi oleh Freud yang meyakini bahwa tingkah
laku didorong oleh motif-motif diluar alam sadar (Desmita, 2010: 41) Dari
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku bisa timbul karena
faktor dari luar individu. Orang tua dalam hal ini berkewajiban untuk
mendorong anak agar mempunyai perilaku yang baik.
40
manusia yang menuju kepada keridhaan Allah (Ahmadi & Salimi, 1991: 4)
Pengertian tersebut agama sebagai pedoman untuk manusia dalam
berperilaku keagamaan. Orang tua bertangung jawab dalam mendidik dan
mengarahkan anak untuk berperilaku untuk menuju kepada jalan Allah.
Perilaku keagamaan dalam penelitian ini adalah tentang nilai-nilai
agama dan ke dalam kepercayaan yang diekspresikan dengan melakukan
ibadah sehari-hari, berdoa, dan membaca kitab suci. (Hawari, 1998: 5). Maka
perilaku keagamaan berarti suatu tingkah sebagai reaksi atau tanggapan
seseorang terhadap situasi yang dihadapinya atas dasar kesadaran adanya
tuhan Yang Maha Esa. (sodikin, 2014: 27)
Menurut Fauzi (2015: 18) Perilaku Keagamaan adalah segala tindakan
perbuatan atau ucapan yang dilakukan seseorang, sedangkan perbuatan atau
tindakan serta ucapan tadi akan terkaitannya dengan agama semuanya
dilakukan karena adanya kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran, kebaktian
dan kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan kepercayaan.
Pengertian perilaku keagamaan dapat disimpulkan bahwa perilaku
keagamaan merupakan suatu tindakan atau yang bertujuan untuk lebih
mendekatkan diri kepada Allah dan perilaku keagamaan dipengaruhi oleh
faktor dari dalam diri maupun dari luar. Perilaku keagamaan merupakan suatu
kondisi yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah
41
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Keagamaan
Perilaku keagamaan terhadap anak akan membawa pengaruh besar
pada perkembangan anak. Keberhasilan perkembangan ini tentunya terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Maka daripada itu faktor tersebut
haruslah dikembangkan sebagai dasar dalam pembinaan perilaku keagamaan
anak. Menurut aliran empirisme peranan lingkungan sebagai penyebab
timbulnya suatu tingkah laku. Kemudian aliran ini mengemukakan bahwa
setiap manusia itu lahir dalam keadaan netral, tidak memiliki pembawaan.
Hal itu seperti kertas putih yang dapat ditulisi apa saja yang dikehendaki.
Jadi, perwujudan perilaku keagamaan ditentukan dari luar atau lingkungan.
Oleh karena itu peranan orang tua dalam pembentuk perilaku keagamaan
sangat berpengaruh. Faktor yang berpengaruh, secara garis besar dapat dibagi
dalam klasifikasi yaitu faktor intern (dari dalam) diri subyek perilaku. Dan
faktor ekstern (dari luar) diri subyek perilaku (Sardiman, 1986:39) faktor
intern meliputi faktor-faktor fisiologis dan Psikologis sedangkan faktor
ekstern meliputi faktor meliputi faktor keluarga dan lingkungan.
Hal ini sependapat dengan Sunarto dan Agung Hartono yang
menyatakan bahwa dalam membentuk tingkah laku sebagai cerminan
nilai-nilai hidup tertentu ternyata bahwa faktor lingkungan memegang peranan
penting (Sunarto & hartono, 1999: 175). Faktor pembentuk perilaku anak
pada hakikatnya adalah faktor pola asuh orang tua karena siswa tinggal
42
C. Pengaruh Pola Asuh Otoriter Orang Tua terhadap Perilaku Keagamaan
Sudah di jelaskan di atas bahwa “bentuk komunikasi dan interaksi yang
dilaksanakan dalam kehidupan keluarganya, akan sangat memengaruhi bentuk
sikap dan perilaku serta kepribadian anak.” (Ahid, 2010: 63). Dari sini dapat
diketahui bahwa pola asuh otoriter orang tua mempengaruhi terhadap perilaku
keagamaan anak.
Karakter orang tua akan berdampak besar pada perkembangan karakter
anak dan juga pertumbahan anak. Kualitas tidaknya anak dalam berperilaku
keagamaan merupakan hasil didikan dari orang tua.
Baumrind Dalam (Santrock, 2002: 257) menyatakan bahwa pola asuh
otoriter adalah suatu gaya pengasuhan yang membatasi dan menghukum yang
menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua dan menghormati
pekerjaan dan usaha.
Pengertian dari pola asuh otoriter tersebut dapat disimpulkan bahwa
dampak positif pola asuh otoriter orang tua adalah cenderung anak menjadi
seorang yang patuh terhadap orang tuanya. Anak akan mendengarkan aturan dan
perintah dari orang tuanya. Seperti halnya dalam mendidik anak untuk berperilaku
keagamaan bagi anak yang terbiasa diperintah maka akan lebih mudah
menerapkan pola asuh otoriter.
Pola asuh otoriter orang tua juga membawa dampak negatif kepada anak,
43
orang lain. (Papalia, 2013: 410). Dapat disimpulkan bahwa dampak negatif dari
pola asuh otoriter orang tua maka anak cenderung susah dalam bergaul dengan
anak lain karena terlalu banyaknya perintah dan aturan dari orang tua. Kemudian
dalam pola asuh otoriter ini maka orang tua selalu menetapkan aturan dan
panduan agar anak mengikutinya tanpa mempertanyakan baik dan buruknya. Dan
biasanya jika anak melakukan kegagalan maka orang tua akan menghukum.
Melihat dari dampak dari pola asuh otoriter ini kepada anak maka dapat
diambil kesimpulan bahwa pola asuh ini hanya bisa diterapkan kepada anak yang
terbiasa dengan perintah-perintah dari orang tua atau orang lain. Namun jika pada
salah diterapkan pada anak maka akan membawa pada hubungan yang buruk.
Karena anak akan tertekan dengan aturan dan tuntutan dari orang tua kalaupun
anak mengikuti perintah orang tua, anak akan merasa tidak bahagia.
Pola asuh orang tua dalam mendidik perilaku keagamaan anak harus
diperhatikan oleh orang tua. Sebaiknya pola asuh harus sesuai dengan kondisi
anak, ada anak yang sukses dengan pola asuh otoriter, demokrasi maupun
permissive.
Kesalahan orang tua dalam mendidik anak akan berakibat buruk dengan
kelangsungan aktivitas anak dalam mengembangkan diri. penulis akan meneliti
perilaku keagamaan anak. banyak sekali perilaku yang ditimbulkan dari pola asuh
orang tua tapi penulis akan mencoba meneliti pengaruh pola asuh otoriter orang
44 BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Data Umum MTs Negeri Salatiga
1. Sejarah Berdirinya MTs Negeri Salatiga
Pada awal berdirinya, MTs Negeri Salatiga merupakan perubahan dari
kelas 1,2,3 Pendidikan Agama Negeri (PGAN) 6 (enam) tahun di Salatiga
berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI (KMA RI) nomor 16 Tahun 1978
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Madrasah Tsanawiyah Negeri,
sedangkan kurikulum yang digunakan pada saat itu menggunakan Kurikulum
Madrasah Tsanawiyah yang ditetapkan dengan KMA No. 74 Tahun 1976.
MTs Negeri Salatiga merupakan satu-satunya MTs Negeri di Kota
Salatiga, sedang Kota Salatiga merupakan sebuah kota kecil yang berada
tepat di tengah-tengah wilayah Kebupaten Semarang, dan hanya ada 4
Kecamatan, dengan penduduk dengan taraf kehidupan menengah keatas.
Secara umum kondisi siswa MTs Negeri Salatiga sangat beragam,
kegeragaman tersebut dilihat dari mulai aspek latar belakang ekonomi
keluarga, pekerjaan orang tua ( nelayan, petani, pedagang, wiraswasta, buruh
dan PNS), faktor perbedaan kemampuan beragama, perbedaan latar belakang
sekolah.
Prosentase terbanyak siswa MTs Negeri Salatiga justru dari kalangan
ekonomi menengah kebawah, dan dari luar kota seperti Ambarawa, Bawen,
45
ini disebabkan oleh pemahaman masyarakat bila menyekolahkan putra
putrinya di Madrasah akan mengeluarkan biaya sedikit atau gratis sama
sekali, dengan fasilitis lengkap dan mutu pendidikan yang mampu bersaing
dengan sekolah lain serta tempat yang strategis berada dekat dengan Jalan
Raya.
Selain itu jika ditinjau dari segi latar belakang semangat masyarakat
Kota Salatiga dalam menjalankan agama Islam secara umum belum seratus
persen. Namun demikian masih ada beberapa kalangan masyarakat yang
masih peduli dengan dunia pendidikan dan peduli perkembangan syiar Islam.
Oleh karena itu Tim Pengembang MTs Negeri Salatiga bersama dengan
pemerintah dalam hal ini Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Prov.
Jawa Tengah, Kantor Kementerian Agama Kota Salatiga, Pemerintah Kota
Salatiga beserta jajarannya, tokoh agama Islam Kota Salatiga, Masyarakat
Salatiga, instansi terkait, dunia usaha, dan komite MTs Negeri Salatiga
berupaya selalu meningkatkan mutu pendidikan khususnyanya pada MTs
Negeri Salatiga berbagai dukungan dari kalangan tersebut diatas berupa
bantuan dana Pengembangan Madrasah dan Bantuan sarana prasarana belajar
lainnya seperti LCD, Lab. Bahasa, rehab ringan, bantuan pemeliharaan
gedung sarana pendidikan dan lain-lain, sampai pada upaya peningkatan mutu
Guru berupa MGMP dan diklat, serta Workshop.
Kurun waktu Lima Tahun kedepan insyaallah, Tim Pengembang
Madrasah kami mentargetkan berbagai fasilitas dan instrumen dalam
46
Belajar Mengajar (KBM) saja, tetapi lewat kegiatan Ekstrakurikuler, Prestasi
Olahraga, Prestasi Seni, Kepramukaan, Life Skill, Kemandirian,
Kemasyarakatan, ritual ibadah juga mentargetkan bahwa nilai-nilai Islam
merasuk dan tertancap dengan kuat dalam hati peserta didik. Sehingga
diharapkan mereka bisa menjadi penerus generasi Islam yang unggul dalam
prestasi berpijak pada budaya bangsa dan nilai-nilai Islami.
Jika ditinjau dari Tujuan Pendidikan Nasional dan program Wajib
Belajar (WAJAR) sembilan tahun yang dicanangkan oleh Pemerintah pusat
maka sesungguhnya MTs Negeri Salatiga memiliki peran dan posisi yang
sangat penting dalam mewujudkan dan mensukseskan sistem pendidikan
nasional terutama dalam konteks di masyarakat Kota Salatiga bagi sistem
Pendidikan Nasional dari segi praktis adalah mewujudkan dan menuntaskan
program WAJAR DIKNAS 9 tahun. Dan jika ditinjau dari aspek moralitas
MTs Negeri Salatiga memiliki peran terutama untuk generasi mudanya yang
berakhlaqul Karimah. Efek lainnya secara umum karena hadirnya MTs
Negeri Salatiga di tengah-tengah masyarakat yang majemuk adalah
diupayakan untuk menyadarkan dan memberikan pencerahan kepada
masyarakat dalam menghadapi permasalahan kehidupan baik dengan
menggunakan pendekatan spritualitas maupun ilmu pengetahuan. Sehingga
bisa membentuk masyarakat madani yang demokratis, terbuka, dan
47 2. Letak Geografis MTs Negeri Salatiga
MTs Negeri Salatiga beralamatkan di jalan Tegalrejo 1. Salatiga.
Telepon 0298-323950
3. Visi Dan Misi MTs Negeri Salatiga
a. Visi
Unggul Dalam Prestasi, Berpijak pada Budaya Bangsa dan Nilai-Nilai Islami.
b. Misi
1) Meningkatkan pengetahuan dan profesionalisme tenaga pendidik.
2) Menyelenggarakan kegiatan ekstrakulikuler bidang olahraga dan
kesenian.
3) Mengikutsertakan tampil serta berbagai lomba olympiade MIPA,
lomba seni dan olahraga.
4) Mewujudkan rasa nasionalisme lewat Kegiatan Belajar Mengajar dan
Pembiasaan.
5) Menjalin kerjasama yang baik, diantaranya stake holder, instansi lain
dan masyarakat, serta dunia usaha.
6) Mewujudkan pembelajaran dan pembiasaan dalam mempelajari
Al-Qur‟an dalam menjalankan Agama Islam.
7) Mewujudkan pembentukan karakter Islami yang mampu
mengaktualisasikan Akhlaqul Karimah.
48
9) Memanfaatkan sumberdaya pendukung kegiatan pendidikan dan non
kependidikan secara efektif dan efisien.
10)Mengembangkan prasarana pendukung kegiatan pendidikan dan non
kependidikan.
11)Melengkapi sarana dan prasarana pendidikan.
12)Menyelenggarakan kegiatan proses penddikan secara tertib dan
berkualitas.
4. Struktur Organisasi MTs Negeri Salatiga
Adapun struktur organisasi MTs Negeri Salatiga tahun ajaran
2015/2016 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Struktur Organisasi MTs Negeri Salatiga
Tahun 2015/2016
No Jabatan Nama
1 Kepala Madrasah Dra.Hj. Zayinatun, M.Pd
49
25 Wali Kelas IX D Miftah Syarifudin, S.Si 26 Wali Kelas IX E Atik Prasetyowati, S.Pd
27 Wali Kelas IX F Suyanto, S.pd
28 Wali Kelas IX G Munjayanah, S.Pd
29 Wali Kelas IX H Dra. Syariful Hadi
5. Data Keadaan Guru
Tabel 3.2
Daftar Guru Mata Pelajaran MTs Negeri Salatiga
Tahun 2015/2016
12 Supangat,S.Pd S1 Matematika, BK
13 Dra. Nunuk Samiasih S1 IPS (Geografi, Sosiologi)
14 Umar faruq,S.Pd.I S1 Aqidah Akhlak
15 Ainy Dharyati,S.Pd S1 IPS (Ekonomi, Sejarah)
16 Dra. Arini S1 PKn
17 Hj. Sri Hidayati,S.Pd S1 Penjaskes
18 Dra. Hj. Dihliz Zuna‟im S1 Qur‟an Hadis
19 Miftah Syarifudin,S.Si S1 Matematika, TIK
20 Mutiah Setyowati,S.Ag S1 SKI, Aqidah Akhlak
21 Rita Budiarti,S.Pd S1 BK
50
23 Heni Haswarini,S.Pd S1 Bhs. Indonesia
24 Nova Zaeni.N,S.Pd.I S1 Bhs. Inggris
25 Siti Riayah,S.Pd S1 IPS (Geografi, Sosiologi) 26 Ida Widminingsih,S.Ag S1 Bhs. Arab, Muhadatsah, Fiqih
27 Muhammad Taufiq,S.Pd S1 Matematika, BK
28 Nida Usholha,S.Si S1 Matematika, BK
29 Feviana Sofia.I,S.Pd S1 BK
30 Munawar, S.Ag S1 Bhs. Arab, Muhadatsah,
Aqidah Akhlak 31 Dra. Ernawati Susanti S1 Bhs. Arab, Muhadatsah,
Aqidah Akhlak
32 Ismiyati, S.Pd.I S1 SKI, Qur‟an Hadis
33 Lis Arifah, S.Ag S1 SKI, Fiqih
34 Budi Latiful T,SE S1 TIK, Prakarya
35 Khoirul Rakhman. A,S.Pd.I S1 Bhs. Inggris
36 Farida. N, S.Pd.I S1 Bhs. Inggris
37 Sri Hariyati, S.Pd S1 Bhs. Indonesia
38 Eko Firatno, A. Md D3 IPA( Fisika, Kimia)
39 Suyanto, S.Pd S1 IPA (Biologi, Kimia)
40 Nuning Widyani, S.Pd S1 IPS (Sejarah, Ekonomi)
41 Atik Prasetyowati, S.Pd S1 Bhs. Indonesia
42 Kartini, S.S S1 Bhs. Jawa
43 Nur Khamim, S.Pd.I S1 Bhs. Inggris
44 Fajar Ardiansyah, S.Pd S1 Seni Budaya, TIK
6. Keadaan Siswa
Tabel 3.3
Keadaan Siswa MTs Negeri Salatiga
Tahun 2015/2016
Kelas Jml. Kelas Jml. Siswa Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
VII 8 273 124 148
VIII 8 255 115 140
IX 8 258 112 136
51 7. Data Fasilitas Pendukung Belajar Mengajar
Tabel 3.4
Sarana dan Prasarana MTs Negeri Salatiga
Tahun 2015/2016
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data mengenai
pengaruh pola asuh otoriter orang tua terhadap perilaku keagamaan anak. Untuk
pertama tentang pola asuh otoriter orang tua peneliti memberikan angket yang
berisi 25 pertanyaan berisi tentang pertanyaan variabel X (pola asuh otoriter orang
tua). Dengan pilihan jawaban yang telah disediakan adalah: SS (Sangat Sesuai
dengan dirimu), S (Sesuai dengan dirimu), TS (Tidak Sesuai dengan dirimu), STS
( Sangat tidak sesuai dengan dirimu). Yang diberikan kepada siswa kelas VIII.
Kemudian untuk angket yang kedua yaitu tentang perilaku keagamaan
52
Keagamaan). Dengan pilihan jawaban yang telah disediakan adalah: A (Ya), B
(Sering), C (Kadang-kadang), D (Tidak Pernah). Yang diberikan kepada siswa
kelas VIII sebanyak 50 siswa.
Adapun responden yang penulis ambil dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
12 Febrinna Hannis Faradilla VIII A
13 Ilham Dwi Atmojo VIII A
14 Lina Radhiyatun Nikmah VIII A
15 Maulana Azriel. H VIII A
16 Maulida Khoirotun Nisa‟ VIII A
17 Maya Lesady VIII A
18 Muhammad Akbar Angga Agarta VIII A
19 Muhammad Ircham Sholahudin VIII A
20 Muhammad Nur Yasin VIII A
21 Ratna Intan K VIII A
22 Ratna Nur Masyfuah VIII A
23 Rizadhatul dhiya „ulhaq VIII A
24 Tiara Nur Rakhmawati VIII A
53
31 Firman Abas Fauzan VIII B
32 Harish Fakhruddin VIII B
33 Hecifa Fairuz Ghaisani VIII B
34 ijlal Zakia VIII B
35 Mira Adelia Shafira VIII B
36 Muhammad Abiyyu Ma'aly VIII B
37 M. Avib Pratama VIII B
38 M. Farkhan Farid VIII B
39 M. Rifqi Anggoro VIII B
40 M. Sutan Abrar. D VIII B
41 Musa Ali Sodiqin VIII B
42 Nicha Ayunanda Utami VIII B
43 Nidaa Ussa'adah VIII B
44 Nurul Hidayah VIII B
45 Restu Septian Ayu Vita Evendi VIII B
46 Rima Ayu Aslamiyah VIII B
47 Rista Cahyawati VIII B
48 Siti Munadhiroh VIII B
49 Siti Zaidatul VIII B
50 Yeni Sulistiawati VIII B
54 BAB IV
ANALISIS DATA
A. Analisis Data
Peneliti akan menganalisis data yang telah terkumpul sehingga diketahui
ada tidaknya Pengaruh antara Pengaruh Pola Asuh Otoriter Orang Tua Terhadap
Perilaku Keagamaan Siswa Kelas VIII MTs Negeri Salatiga. Analisis ini
diperlukan untuk mengetahui tujuan penelitian.
Maka data yang diperoleh akan dianalisis statistik dan analisa kuantitatif.
Dalam menganalisis data tersebut peneliti menggunakan teknik product moment
55
Langkah selanjutnya yaitu menyiapkan tabel nilai pola asuh Otoriter orang
tua dan tabel nilai perilaku keagamaan dan tabel kerja untuk mencari koefisien
korelasi antara variabel pola asuh Otoriter orang tua dan Perilaku keagamaan.
1. Data Tentang Pola Asuh Otoriter Orang Tua
Setelah data terkumpul yakni angket pola asuh otoriter orang tua yang
terdiri dari 25 pertanyaan. Dan masing-masing pertanyaan disediakan empat
alternatif jawaban yakni:
a. Alternatif jawaban SS (Sangat Setuju) memiliki nilai 4
b. Alternatif jawaban S (Setuju) memiliki nilai 3
c. Alternatif jawaban TS (Tidak Setuju) memiliki nilai 2
d. Alternatif jawaban STS (Sangat Tidak Setuju) memiliki nilai 1
Kemudian untuk mengetahui pola asuh otoriter orang tua dengan 25
pertanyaan diketahui nilai tertinggi adalah 82 dan nilai terendah adalah 42, maka
berdasarkan rumus interval sebagai berikut:
i = (Xt-Xr)+1
Ki
keterangan:
i = interval item
Xt = nilai tertinggi ideal
Xr = nilai terendah ideal
56
Kemudian dimasukkan dalam tabel untuk mengetahui berapa banyak
siswa dipengaruhi pola asuh otoriter orang tua: Tinggi, Sedang, maupun Rendah.
i = (Xt-Xr)+1
Ki
= 100-25+1
3
=
=25
Tabel 4.1
Pola Asuh Otoriter Orang Tua
Interval Jumlah Siswa Nilai Nominasi
76-100 12 A
51-75 37 B
25-50 1 C
Jumlah 50 -
Maka dari pada itu dapat diketahui:
a. Pola asuh otoriter orang tua yang mendapatkan nilai tinggi antara 76-100
adalah 12 siswa.
b. Pola asuh otoriter orang tua yang mendapatkan nilai Sedang antara 51-75
adalah 37 siswa.
c. Pola asuh otoriter orang tua yang mendapatkan nilai Rendah antara 25-50
57 Tabel 4.2
Nilai Nominasi Pola Asuh Otoriter Orang Tua
No Nilai Nilai
Nominasi No Nilai Nilai Nominasi
1 66 B 26 72 B
Setelah diketahui berapa banyak siswa yang memperoleh nilai tinggi,
sedang dan rendah, kemudian masing-masing variabel diprosentasekan dengan
rumus:
58 Keterangan:
P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah responden
100 = Bilangan Konstan
a. Untuk mengetahui pola asuh otoriter orang tua, siswa yang mendapat nilai A
sebanyak 12 siswa :
P=
P=
P=24%
b. Untuk mengetahui pola asuh otoriter orang tua, siswa yang mendapat nilai B
sebanyak 37 siswa :
P=
P=
P= 74%
c. Untuk mengetahui pola asuh otoriter orang tua, siswa yang mendapat nilai C
sebanyak 1 siswa :
P=
P=
59 Tabel 4.3
Daftar Prosentase Pola Asuh Otoriter Orang Tua
No Kategori Interval Frekuensi Prosentase Nilai
1 Tinggi (A) 76-100 12 24%
2 Sedang (B) 51-75 37 74%
3 Rendah (C) 25-50 1 2%
Jumlah 50 100%
Dari tabel tersebut kemudian diketahui bahwa:
a. Siswa yang mendapat nilai A pada pola asuh otoriter orang tua sebanyak 12
siswa dengan prosentase 24%
b. Siswa yang mendapat nilai B pada pola asuh otoriter orang tua sebanyak 37
siswa dengan prosentase 74%
c. Siswa yang mendapat nilai c pada pola asuh otoriter orang tua sebanyak 1
siswa dengan prosentase 2%
2. Data Tentang Perilaku Keagamaan
Setelah data terkumpul yakni angket perilaku keagamaan yang terdiri
dari 25 pertanyaan. Dan masing-masing pertanyaan disediakan empat
alternatif jawaban yakni:
a. Alternatif jawaban A memiliki nilai 4
b. Alternatif jawaban B memiliki nilai 3
c. Alternatif jawaban C memiliki nilai 2
60
Kemudian untuk mengetahui perilaku keagamaan dengan 25 pertanyaan
diketahui nilai tertinggi adalah 89 dan nilai terendah adalah 45, maka berdasarkan
rumus interval sebagai berikut:
i = (Xt-Xr)+1
Ki
keterangan:
i = interval item
Xt = nilai tertinggi ideal
Xr = nilai terendah ideal
Ki = kelas inteval
Kemudian dimasukkan dalam tabel untuk mengetahui berapa banyak
siswa dipengaruhi perilaku keagamaan : Tinggi, Sedang, maupun Rendah.
i = (Xt-Xr)+1
Ki
= 100-25+1
3
=
61 Tabel 4.4
Perilaku Kegamaan
Interval Jumlah Siswa Nilai Nominasi
76-100 25 A
51-75 24 B
25-50 1 C
Jumlah 50 -
Maka dari pada itu dapat diketahui:
a. Perilaku Keagamaan yang mendapatkan nilai tinggi antara 76-100 adalah 25
siswa.
b. Perilaku Keagamaan yang mendapatkan nilai Sedang antara 51-75 adalah 24
siswa.
c. Perilaku Keagamaan yang mendapatkan nilai Rendah antara 25-50 adalah 1
62
Setelah diketahui berapa banyak siswa yang memperoleh nilai tinggi,
sedang dan rendah, kemudian masing-masing variabel diprosentasekan dengan
rumus:
63 Keterangan:
P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah responden
100 = Bilangan Konstan
a. Untuk mengetahui perilaku keagamaan, siswa yang mendapat nilai A
sebanyak 25 siswa :
P=
P=
P=50%
b. Untuk mengetahui perilaku keagamaan, siswa yang mendapat nilai B
sebanyak 24 siswa :
P=
P=
P= 48%
c. Untuk mengetahui perilaku keagamaan, siswa yang mendapat nilai C
sebanyak 1 siswa :
P=
P=
64 Tabel 4.6
Daftar Prosentase Perilaku Keagamaan
No Kategori Interval Frekuensi Prosentase Nilai
1 Tinggi (A) 76-100 25 50%
2 Sedang (B) 51-75 24 48%
3 Rendah (C) 25-50 1 2%
Jumlah 50 100%
Dari tabel tersebut kemudian diketahui bahwa:
a. Siswa yang mendapat nilai A pada pola asuh otoriter orang tua sebanyak 12
siswa dengan prosentase 24%
b. Siswa yang mendapat nilai B pada pola asuh otoriter orang tua sebanyak 37
siswa dengan prosentase 74%
c. Siswa yang mendapat nilai C pada pola asuh otoriter orang tua sebanyak 1
65 Tabel 4.7
Persiapan Untuk Mencari Korelasi Antara Pola Asuh Otoriter Orang Tua Dengan
66
36 59 65 3481 4225 3835
37 73 81 5329 6561 5913
38 74 69 5476 4761 5106
39 64 72 4096 5184 4608
40 66 61 4356 3721 4026
41 69 76 4761 5776 5244
42 58 76 3364 5776 4408
43 81 67 6561 4489 5427
44 52 77 2704 5929 4004
45 73 55 5329 3025 4015
46 59 76 3481 5776 4484
47 78 45 6084 2025 3510
48 63 72 3969 5184 4536
49 66 77 4356 5929 5082
50 65 75 4225 5625 4875
Jumlah 3.308 3.620 222.856 266.360 237.928
Diketahui:
N = 50
ΣX = 3.308
Σ Y = 3.620
Σ X2 = 222.856
Σ Y2 = 266.360
67
Selanjutnya dimasukkan ke dalam rumus product moment sebagai berikut:
rxy : koefisien korelasi
N :jumlah
X :Nilai variabel 1
Y :Nilai variabel 2
68 B. Interpretasi Data
Setelah diperoleh nilai tersebut, langkah selanjutnya adalah mengadakan
konsultasi hasil perhitungan (rxy) dengan tabel statistik sebagai berikut:
- Jika rxy < tabel r product moment: maka Ha diterima
- Jika rxy > tabel r product moment: maka Ho ditolak
Keterangan:
Ha: Ada pengaruh negatif yang signifikan antara variabel x dan y
Ho: Tidak ada pengaruh negatif yang signifikan antara variabel xdan y
Kemudian hasil tersebut dikonsultasikan dengan tabel r, dengan N
(responden)50.r tabel taraf signifikan 5% adalah 0,279, dan signifikan 1%
diperoleh 0,361 dari hasil penelitian diketahui rxy adalah -0,380 lebih kecil.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh pola asuh otoriter
orang tua terhadap perilaku keagamaan berada pada kategori rendah. Maka
hipotesis penelitian ini diterima dengan tingkat hubungan yang rendah. Koefisien
korelasi yang negatif memperlihatkan bahwa variabel Pola Asuh Otoriter Orang
Tua menunjukkan semakin tinggi pola asuh otoriter orang tua maka semakin
rendah perilaku keagamaan siswa. Dan sebaliknya semakin rendah pola asuh
otoriter orang tua maka semakin tinggi perilaku keagamaan siswa.
Hasil pemaparan tersebut menunjukkan bahwa ada korelasi negatif antara
pola asuh otoriter orang tua terhadap perilaku keagamaan siswa kelas VIII MTs
Negeri Salatiga. Hubungan negatif antara variabel pola asuh otoriter orang tua
dengan Perilaku Keagamaan siswa hal ini disebabkan karena sikap orang tua yang
69
perilaku keagamaan siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Baumrind (Santrock,
2002: 257) orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter cenderung yang
membatasi dan menghukum yang menuntut anak untuk mengikuti
perintah-perintah orang tua. Tingginya dalam menerapkan aturan-aturan dalam keluarga
namun rendah dalam penerimaan dan kehangatan yang jarang ditampakkan oleh
orang tua. Cenderung anak tidak bahagia dengan apa yang dia lakukan, karena
perhatian orang tua yang berlebihan maka akan menimbulkan sifat pembangkang
dalam diri anak. Maka dari itu menjadikan perilaku keagamaan siswa menjadikan
rendah.
Berdasarkan hasil koefisien korelasi yang diperoleh yakni berupa
hubungan negatif bahwa semakin tinggi pola asuh otoriter orang tua semakin
rendah perilaku keagamaan siswa. Sebaliknya semakin rendah pola asuh otoriter
orang tua maka semakin tinggi perilaku keagamaan siswa. Orang tua menerapkan
tingkat pengawasan dan kontrol yang tinggi namun rendah penerimaan dan kasih
sayang terhadap siswa. Keadaan seperti ini akan menyebabkan perilaku
keagamaan siswa menurun.
Berdasarkan hasil statistik tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
negatif antara pola asuh otoriter orang tua terhadap perilaku keagamaan siswa
70 BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang lakukan tentang Pengaruh Pola
Asuh Otoriter Orang Tua terhadap Perilaku Keagamaan siswa kelas VIII MTs
Negeri Salatiga, maka peneliti dapat simpulkan sebagai berikut :
1. Pola asuh otoriter orang tua menunjukkan kategori dengan rincian sebagai
berikut prosentase tinggi 24%, sedang 74% dan rendah 2%.
2. Perilaku keagamaan menunjukkan kategori dengan rincian sebagai berikut
prosentase tinggi 50%, sedang 48% dan rendah 2%.
3. Pengaruh negatif antara pola asuh otoriter orang tua dengan perilaku
keagamaan diperoleh rxy sebesar -0,380 setelah dikonsultasikan dengan
tabel product moment denganN 50 pada taraf signifikansi 1% (0,361) maka
to<tabel (-0,380<0,361),
Dengan demikian harga r observasi lebih kecil dari r tabel, baik taraf
signifikan 1%. Dinyatakan apabila r observasi lebih kecil dari r tabel maka
ada hubungan yang negatif dan hipotesis yang menyatakan pengaruh negatif