SID O R E JO K O TA SA L A T IG A T A H U N 2010
S K R IP S I
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
E M M H KURNIAWATI 111 06 048
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM N EG ERI (STAIN)
SID O R E JO K O T A SA L A T IG A T A H U N 201 0
JURUSAN TARBIYAH
PROG RA M STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TIN G G I AGAMA ISLA M N EG ERI (STAIN)
SALATIGA 2010 SK R IP S I
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
ENDAH KURNIAWATI 111 06 048
Lampiran : 3 eksemplar Hal : Naskah Skripsi
Sdr. END AH KURNIAW A TI N IM : 11106048
Kepada
Y th. K etua STAIN Salatiga di Tempat
Assalam u'alaikum Wr. Wb
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara:
Nama : ENDAH KURNIAWATI
NIM : 11106048
Jurusan/prodi : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam
Judul : PERA N M A SJID DALAM PEM BERDAYAAN
K ESEJA H TER A A N MASYARAKAT D I M A SJID NURUS SA’ADAH D LIK O INDAH KECAM ATAN S ID O R E JO K O TA SALA TIGA TAHUN 2010 Dengan ini kami mohon agar naskah skripsi tersebut di atas segera di munaqosahkan.
Demikian harap menjadi periksa. Assalam u'alaikum Wr. Wb
Salatiga, 31 Agustus 2010 Pembimbing
S uw ardi. M . Pd
SALATIGA
P E N G E S A H A N
SK R IPSI Saudari ; Endah K um iawati dengan N om or In d n k M ahasisw a : 111 06 048 y a n g berjudul PER A N M A SJID DA LAM PEM BER D A Y A A N K ESEJA H TER A A N M ASY ARA K A T D I M A SJID N U R U S SA ’AD AH DLIK O IN D A H K ECAM ATA N SID O R EJO K O TA SA LA TIG A TA H U N 2010 telah dintunaqosahkan dalam Sid ang P an itia U jian , Jurusan T arbiyah Sekolah T in ggi A gam a Islam N egeri S alatiga, p ad a h ari S ela sa , ta n g g a l 31 A gu stus 2010. D an telah diterim a seb agai bagian d a ri syarat-syarat un tuk m em peroleh gela r Sarjana dalam Ilm u T arbiyah.
Salatiga, 31 A gustus 2010 21 Ramadhan 1431 H Panitia Ujian
K etua Sidang Sekretaris Sid ang
D ra. S iti A sdiuoh . M .Si N IP : 19680812 199403 2 003
P en rS u san ti. M .Si NIP : 19700403 200003 2 003
Pembimbing
Suw ardL M .Pd NIP. 19670121 199903 1 002
Saya yang bertaiKia tangan di bawah ini:
Nam a Endah K um iawati
NIM 11106048
Jurusan Tarbiyah
Program Studi Pendidikan Agam a Islam
M enyatakan bahwa skripsi yang saya tu lis in i benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tu lis orang lain. Pendapat atau tem uan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilm iah.
Salatiga, A gustus 2010 Yang M enyatakan,
Endah K um iawati
H a siln ya a k a n m en yeka r.
J fid u p a d d la k p e rju a n g a n , p e rju a n g a n u n tu k jn e m u la i k e k id u p a n , p e rju a n g a n
u n tu k m e m p e r ta k a n k g n H idup, d a n p e rju a n g a n u n tu k jm e n g a k k ir i H idup.
Ucapan Syukur Alham duiillahirobbil ‘aiaminy sebab Allah-lah yang menguasai semua benda yang ada di langit maupun di bumi, baik yang terlihat maupun yang ghaib, sehingga Allah SWT., telah melapangkan jalan kepada kita semua untuk menyelesaikan tugas dalam perjalanan hidup ini dan kepada penulis khususnya untuk menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., sebagai teladan ummat, tak lupa kepada keluarganya, sahabat dan orang-orang yang mnegikuti petunjuk dan arahnya.
c%ri£cu£ujtr
<7ZtiCcu/G*fr
Berkat karunia yang Allah berikan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini yang bertujuan untuk mendapatkan gelar sazjana di STAIN Salatiga.
Ungkapan terima kasih, jazakallah khoiron kastiro dan penghargaan yang
1. Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku ketua STAIN Salatiga
2. Fatchurrohman, M.Ag selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan pengarahannya
3. Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Ketua Progdi STAIN
skripsi ini
5. Seluruh Bapak Ibu dosen STAIN Salatiga. 6. Seluruh civitas akademika STAIN Salatiga.
7. Bapak Busri Suparto dan Ibu Surami sebagai pendidik sejati hingga akhir hayat.
8. Kepada saudara-saudaraku yang telah memberikan dukungan baik moril maupun material.
9. Bp. Indriyatno selaku Ketua Pengurus Masjid yang telah memberikan izin untuk penelitian.
10. Seluruh anggota masjid yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
membantu terselesaikannya skripsi ini.
Semoga Allah membalas amal kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dengan limpahan keberkahan di dunia dan di akherat.
Semoga srkipsi yang sederhana ini mampu memberikan manfaat untuk menuju kebaikan dalam hidup ini. Penulis menyadari akan banyaknya kekurangan maka saran kritik sangat diharapkan ar penulisan skripsi ini lebih baik.
Salatiga, Agustus 2010 Penulis
K um iaw ati, Endah. 2010.
Perm
M asjid D alam Pem berdayaan K esejahteraan M asyarakat di M asjid N uras Sa’adah D lik o Indah K ecam atan Sidorejo K ota Salatiga Tahun 2010. Srkipsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agam a Islam . Sekolah T inggi A gam a Islam N egeri Salatiga. Pem bim bing: Suwardi, M .Pd.Kata K ifflci: peran m ag id dan pem berdayaan kesejahteraan m asyarakat
Penelitian ini merupakan upaya untuk m engetahui peran m asjid N uras Sa’adah D liko Indah dalam pem berdayaan kesejahteraan m asyarakat Pertanyaan utama yang ingin diketahui m elalui penelitian ini adalah (1 ) bagaim ana peran M ag id N tm is Sa’adah? (2 ) bagaim ana pem berdayaan kesejahteraan masyarakatnya?
Untuk m enjawab pertanyaan tersebut m aka penelitian ini m enggunakan pendekatan kualitatif.
Tem uan penelitian ini menunjukkan bahwa peran M asjid N uras Sa’adah dalam memberdayakan taraf kesejahteraan m asyarakat,
a) M asjid yang m em iliki fungsi yang m ultifim gsi. M asjid bukan hanya tem pat untuk m enjalankan ibadah saja, namun digunakan untuk kegiatan kem asyarakatan.
b) Pem berdayaan masyarakat m elalui program-program yang ada pada m asjid ini baik dari segi keislam annya, so sia l, pendidikan, dan pelayanan kesehatannya yang bertujuan untuk kemakmuran masyarakat.
c ) Pem berdayaan kesejahteraan m asyarakat dalam so sia l berupa beasisw a, bidang kesehatan berupa pengobatan gratis dan bidang pendidikan berapa perpustakaan.
d) M enanggulangi m asalah yang ada dengan tetap m enyesuaikan kebutuhan masyarakat.
SAMPUI... i
LEMBAR BERLOGO ... -HALAMAN JU D UL... m PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv
PENGASAHAN KELULUSAN... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... vi
HALAMAN MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN... viii
KATA PENGANTAR... ix
ABSTRAK ... xi
DAFTAR ISI... xu DARAR TABEL DAN BAGAN... xix
DAFTAR LAMPIRAN... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... I B. Rumusan Masalah...,... 5
C. Fokus Penelitian ... 6
D. Tujuan Penelitian... ... 6
D. Kegunaan Peneltitan... r... 7
E. Penegasan Istilah... 7
F. Metode Penelitian... 9
A. Pengertian Masj id... 18 B. Urgensi Peran dan Fungsi Masjid ... ... 24 C. Aplikasi Peran dan Fungsi Masjid... 30 D. Peran Dan Fungsi Masjid Dalam Pemberdayaan Masyarakat .... 39 BAB JIJ PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Masjid Nurussa’adab Dliko Indah Salatiga .... 43 B. Peran Masjid Nurussa’adah Dliko Indah Salatiga Dalam
Pemberdayaan Kesejahteraan Masyarakat ... 48 G. Program PemPcrdayaan Masyarakat... 51 D. Hambatan-Hambatan Yang Dialami Masjid Nurussa'adah Dalam
Pemberdayaan Kesejahteraan Masyarakat... 55 E. Cara Pemecahan Masalah Yang Diambil Masjid Nurussa’adah Dalam
Pemberdayaan Kesejahteraan Masyarakat... 57 BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan... 59
B. Penutup... 60 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Bagan I Struktur Organisasi... 46
Tabel I Susunan Pengurus... 46
l abel 11 Sarana Dan Prasarana... 47
Tabel IH Penyaiurm Zakat Fitrah... 49
Fable IV Penyaluran Zakat MaaL Iniaq Dan Shadaqah ... 50
Lampiran II Hasil Observasi Lampiran III Surat Ijin Penelitian Lampiran IV Surat Keterangan Penelitian
Lampiran V SKK.
A. Latar Belakang Masalah
Terbinanya iman seorang muslim merupakan modal dasar bagi
terbentuknya masyarakat muslim. Karena itu, pembinaaan pribadi muslim
harus ditindaklanjuti kearah pembinaan suatu masyarakat Islam. Masjid dapat
digunakan sebagai sarana pembinaan masyarakat Islam. (Yani, 2009:25)
Masjid merupakan tempat ibadah bagi umat Islam. Fungsi masjid yang
disebut multifungai berarti bahwa masjid bukan hanya digunakan sebagai
tempat beribadah saja. Namun, dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang
lain. Tempat ibadah yang tidak ada bandingannya di agama-agama lain, dalam
hal kesederhanaanya, keberhasilannya, ketenagaannya dan dalam
menggembala syi’ar tauhid. Dengan demikian, masjid menjadi pusat
kehidupan bagi umat Islam.
Masjid terlihat hanya digunakan untuk melakukan ibadah shalat
semata. Padahal bila masjid difungsikan dengan baik dan benar seperti yang di
contohkan oleh Nabi pada masa itu, sungguh bangunan masjid bukan hanya
menghiasi suatu pemukiman masyarakat ataupun di pinggiran jalan raya/kota,
melainkan akan membawa keberkahan bagi siapapun, sendiri/individu atau
masyarakat.
Banyak hal yang dapat dipelajari dari sebuah masjid, dari segi
bangunan yang megah dan berarsitektur khas corak Islamnya hingga
kegiatan yang berada disekitar masjid. Masjid Nurus Sa’adah ini salah satu Masjid JamP yang berlokasi di Perumahan Dliko Indah Blotongan Salatiga, memiliki bangunan yang cukup megah dan banyak memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar masjid.
Siapapun orangnya bila berada di dalam masjid tidak terlihat mana yang kaya, mana yang miskin, pendidikan rendah maupun tinggi ataupun orang pengusaha maupun buruh. Semua yang berada di dalam masjid tampak sama sehingga tidak ada rasa minder antar satu dengan yang lainnya. Disini mereka saling menghargai, menghormati dan saling mendahulukan kepentingan saudara daripada kepentingan pribadinya.
Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah : 18 yang berbunyi:
SlSjIl
aIH
Uul
o?
IA& u'
^ V}
jjj
Artinya .* ’’Sesungguhnya yang memakmurkan m asjid AUah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada apapun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk. ” (Q.S. At- T aubah : 18).
mematuhi peraturan Allah dan dapat menjaga keinginannya dari hal-hal yang
dilarang oleh Allah.
Orang-orang yang bertaqwa dan beriman adalah orang yang berilmu
dan senantiasa mengamalkan ilmunya dalam kesehariaannya, sehingga
perilaku/tindakan, dan ucapannya dapat dicontoh oleh masyarakat dan akan
membawa pengaruh yang positif terhadap masyarakat. Sedangkan orang-
orang yang tidak bertaqwa dan beriman mereka hanya mementingkan
kepentingan dirinya sendiri, nilai kepedulian yang kurang dan senantiasa
cenderung pada hal negatif..
Manakala kita akan mewujudkan masyarakat yang mengagumkan
sebagaimana yang dicapai Rosulullah saw., maka masjid merupakan sarana
terpenting untuk dimanfaatkan, sehingga, nantinya masyarakat Islam adalah
masyarakat yang hatinya selalu terpaut dengan masjid. Hati yang selalu
terpaut dengan masjid itulah yang menyebabkan kaum muslimin tidak berani
dan tidak mau menyimpang dari jalan Allah. Sehingga, wajar saja orang yang
seperti itu akan mendapatkan perlindungan dari Allah SWT., pada hari akhirat
yang pada waktu itu tidak ada perlindungan selain perlindungan dari
Allah SWT.
Orang yang hatinya terkait dengan masjid dalam bukunya Amirudin
dan Supardi (2001: 16), artinya walaupun mereka melakukan berbagai
kegiatan dalam rangka usaha mencari ririti Allah di luar masjid, namun
kembali ke masjid untuk beribadah dengan beriktikaf, belajar ataupun
melakukan berbagai aktivitas lain di masjid.
Masjid Nurus Sa’adah ini selain tampak dari segi pengajaran dan
pendidikannya juga sebagai basis perbaikan dan bimbingan masyarakat.
Aktivitas masjid telah menyentuh dan melibatkan kelompok jama’ah mulai
dari anak-anak, remaja, pemuda, orang dewasa, sampai orang tua, sehingga
manakala jama’ah memiliki masalah dalam hidupnya, aktivitas masjid dapat
membantu mengatasinya.
Salah satu aktivitas masjid ini adalah sudah terdapat program di bidang
sosial, pendidikan dan kesehatan yang dapat membantu mensejahterakan
masyarakat sekitar yang notabene masih membutuhkan banyak bantuan dan
perhatian. Misalnya, pengobatan gratis bagi masyarakat yang sakit, pemberian
beasiswa untuk anak-anak yang kurang mampu untuk sekolah dan
keperpustakaan masjid yang dapat digunakan untuk memperluas wawasan
jam a’ah, sehingga kesehajteraan mereka terpenuhi. Walaupun hanya dalam
bidang tertentu.
Suatu masyarakat dapat dikatakan sebagai masyarakat yang sejahtera
bila dalam masyarakat tersebut tidak terdapat keributan atau kekacauan di
dalamnya. Pentingnya nilai kesejahteraan bagi masyarakat di segala bidang
akan memunculkan sikap positif. Dimana masyarakat akan merasa aman,
nyaman, dan tentram berada dalam lingkungan tersebut. Walaupun dalam
agama. Namun, akan terlihat damai dan sentosa bila dipenuhi dengan sikap saling toleransi antar sesama.
Kesejahteraan dalam suatu masyarakat dapat dibentuk melalui masjid diungkapkan oleh Deputi Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Neddy Refinaldi (Tabloid Republika, 21 Mei 2010: 4), menurut dia, “Masjid merupakan tempat disemaikannya segala sesuatu yang bernilai kebajikan dan kemaslahatan ummat, baik yang berdimensi ukhrawi maupun duniawi dalam sebuah garis kebijakan manajemen masjid.
Masyarakat yang sejahtera termasuk masyarakat yang ideal yakni masyarakat yang di dalamnya mendapat naungan dari Allah serta mendapat ridho-Nya. Berdasarkan uraian di tersebut atas peneliti ingin mencoba melakukan penelitian dengan judul PERAN MASJID DALAM PEMBERDAYAAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI MASJID NURUS SA’ADAH DLIKO INDAH KECAMATAN SIDOREJO KOTA SALATIGA TAHUN 2010.
B. Rum usan M asalah
Berdasarkan judul penelitian di atas maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana peran Masjid Nurussa’adah dalam pemberdayaan kesejahteraan masyarakat Dliko Indah Salatiga?
3. Bagaimana alternative pemecahan masalah yang dilakukan Masjid Nurussa’adah Dliko Indah Salatiga dalam pemberdayaan kesejahteraan masyarakat?
C . Fokus P enelitian
Dalam penelitian ini, permasalahan yang penulis tekankan adalah mengenai Peran Masjid Nurussa’adah Dliko Indah Salatiga dalam pemberdayaan kesejahteraan masyarakat.
D . Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat penulis rumuskan tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui peran Masjid Nurussa’adah di lingkungan Dliko Indah Salatiga.
7. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang teijadi pada Masjid Nurussa’adah dalam memberdayakan kesejahteraan masyarakat.
E. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat atau pengaruh
terhadap peneliti dan yang hendak diteliti:
1. Bagi pihak peneliti
a. Peneliti dapat mempelajari sistemati masjid dalam melakukan
pemberdayaan masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan,
pendidikan dan sosial.
b. Peneliti dapat mengetahui seberapa besar pengaruh pengelolaan masjid
terhadap masyarakat.
2. Bagi pihak yang diteliti
Memberikan gambaran tentang pengelolaan masjid yang dapat di
fungsikan oleh masyarakat dan dapat diterapkan oleh masyarakat yang lain
melalui peran dan fungsi masjid, dan bagaimana mengatasi masalah yang
ada.
3. Bagi masyarakat umum
a. Memudahkan masyarakat dan memberikan pelayanan kesehatan dan
sosial yang strategis.
b. Mendidik masyarakat secara internal.
F. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman pengertian dalam memahami
tentang istilah-istilah sebagai variabel yang berkaitan dengan judul di atas,
y a itu :
1. P eran M asjid
Dalam Kamus Bahasa Indoneisa (2007: 641) peran diartikan
sebagai pemain, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh yang
berkedudukan di masyarakat.
M asjid adalah kata benda yang menunjukkan tem pat (d la r a f
m a ka n ) yang berasal dari kata "sa ja d a” yang m emiliki arti tempat sujud
(Roqib, 2005: 71).
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2007: 719) bahwa kata masjid
bermakna rumah atau bangunan tem pat bersembahyang orang Islam.
Oleh karena itu, peran m asjid dapat diartikan bahwa masjid bukan
hanya sebagai tempa: yang digunakan oleh umat Islam untuk melakukan
shalat, melainkan sekaligus digunakan untuk memerankannya dalam
berbagai aktivitas kemayarakatan.
2. P em b erd ayaan K esejah teraan M asyarak at
a. P em berdayaan
Dalam K amus Bahasa Indonesia (2007: 242) disebutkan bahwa
pemberdayaan adalah proses, cara, perbuatan memberdayakan.
Pemberdayaan m asyarakat secara lugas dapat diartikan sebagai
suatu proses yang m embangun m anusia atau masyarakat melalui
masyarakat, dan pengorganisasian masyarakat fhttD://’vww.ziddu.comi.
Disimpulkan dalam bukunya Rofiq (2005: 34) pemberdayaan adalah serangkaian proses dalam upaya meningkatkan kemampuan dalam mencapai kemakmuran dan kesejahteraan.
b. Kesejahtearaan
Disebutkan dalam kamus Bahasa Indonesia (2007: 1011) bahwa kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera, keamanan, keselamatan, dan ketentraman.
c. Masyarakat
Masyarakat adalah sekumpulan orang-orang yang hidup dalam jama’ah pada suatu daerah tertentu (Amirudin dan Supardi, 2001:10).
Disebutkan dalam Kamus Bahasa Indonesia (2007: 721) bahwa masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebuadayaan yang mereka anggap sama.
Jadi, pemberdayaan kesejahteraan masyarakat adalah proses menuju keadaan masyarakat yang sejahtera, aman, selamat, dan tentram dalam suatu daerah tertentu / masyarakat.
G. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang berperilaku yang dapat diamati (Moleong, 2008:4).
Penelitian kualitatif dari sisi definisi lainnya dikemukakan bahwa hal itu merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan dan perilaku individu atau kelompok orang (Moleong, 2008: 5). Tujuan penelitian kualitatif tidak selalu mencari sebab akibat sesuatu, tetapi lebih berupaya memahami situasi tertentu (Moleong, 2008: iii). Disebutkan pula oleh Moleong (2008: 10) bahwa pendekatan kualitatif ini digunakan sebagai metode untuk menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden.
Landasan pendekatan kualitatif ini adalah berdasarkan pada fenomenologi yang menurut Hasserl dalam bukunya Moleong (2008: 14) diartikan sebagai suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang. Peneliti dalam pandangan fenomenologi berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi-situasi tertentu. (Moleong, 2008:17)
2. K ehadiran Peneliti
Peran peneliti di sini sebagai pengamat penuh. Dimana peneliti melakukan pengamatan terhadap kondisi masjid secara fisik dan lingkungan sekitarnya dan melakukan wawancara kepada beberapa informan.
3 . L okasi dan W aktu Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di Perumahan Dliko Indah yang terletak di Kelurahan Blotongan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga. Waktu penelitian dimulai pada tanggal 31 Mei - 31 Juli 2010.
4. Sum ber Data
Dalam peneliti memperoleh data dilakukan dengan melalui wawancara, observasi langsung dan pengumpulan data-data tertulis sebagai dokumentasi. Adapun pihak-pihak yang menjadi informennya peneliti melakukan wawancara kepada Ketua Pengurus Masjid, Pengelola Bidang Sosial dan Pengelola Zakat, Infaq dan Shadaqah, serta penjaga masjidnya.
5. Prosedur Pengum pulan D ata
a . M e to d e In te r v ie w A V a w a n c a r a
Wawancara ini penulis ajukan kepada pihak-pihak yang dianggap tahu tentang situasi dan kondisi pelaksanaan usaha yang dilakukan Masjid Nurussa’adah dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Dalam hal ini penulis mengambil informan sebagai pihak yang bisa diwawancarai antara lain:
1) Bapak Indriyatno selaku ketua umum pengelola Masjid Nurus Sa’adah ini. Disini beliau sekaligus menjabat sebagai ketua Paguyuban RW XI di perumahan ini. Rumah beliau ini agak jauh untuk menuju masjid sekitar 10 meter. Tapi beliau tetap semangat untuk ke masjid. Beliau juga termasuk salah satu anggota komite di SMAK N 2 Salatiga.
2) Bapak Didik Boediono, beliau selaku pengelola Bidang Sosial karena Bapak Totok yang seharusnya menangani dalam bidang ini sedang ke Jakarta untuk urusan keija, maka beliaulah yang menggantikannya. Beliau bekerja di salah satu Bank di Salatiga, yakni BRI.
4) Sdr. Hariyanto, beliau adalah penjaga masjid ini. Beliau masih duduk di bangku sekolah kelas X Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat di Salatiga.
b. Metode Observasi
Metode observasi adalah metode dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki (Sutrisno Hadi dalam Skripsi Pangestuti, 2003). Metode ini digunakan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang peran Masjid Nurussa’adah Dliko Indah Kota Salatiga dalam meningkatkan taraf ekonomi masyarakat. Hal yang bisa peneliti amati adalah mengenai perpustakaan masjid serta lingkungan.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah pengumpulan data penelitian dengan bersumber pada tulisan (Arikunto, 2002: 94). Metode ini digunakan untuk mengumpulkan dokumen-dokumen yang telah ada guna memperoleh informasi yang diperlukan dalam penelitian.
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel-variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, foto, notulen rapat dan sebagainya.
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tertulis mengenai stuktur organisasi, susunan pengurus masjid, kepanitiaan- kepanitiaan dalam kegiatan (panitia idul fitri dan panitia idul adha), penyaluran zakat maal, zakat fitrah, infaq, dan shadaqah, serta panyaluran hewan kurban baik yang dikelola melalui masjid maupun yang disalurkan sendiri, dan daftar buku perpustakaan.
6. A nalisis Data
Analisis data merupakan suatu analisis untuk mencari atau mengumpulkan data deskriptif serta data aktual. Maka dalam pengolahan data penulis menganalisa isinya (Suryabrata, 1995: 6-65). Dalam penelitian kualitatif ini analisis data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data.
Adapun analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif, dengan langkah-langkah:
a. Pengum pulan D ata
cukup variabel dan valid. (Sumardi dalam Skripsi Nur Asmaiyah, 2009:14)
b. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakkan, tranformasi kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data di sini bukanlah suatu hal yang terlepas dari analisis data tetapi merupakan bagian dari analisis data. (A.Michael dalam Skripsi Nur Asmaiyah, 2009: 14)
c. Penyajian Data
Penyajian data di sini dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan. (A.Michael dalam Skripsi Nur Asmaiyah, 2009: 15)
d. Penarikan Kesimpulan
Dan keempat komponen analisa diatas, prosesnya saling berhubungan dan berlangsung terus menerus salama penelitian dilakukan.
7. Pengecekan K eabsahan Data
Dalam penelitian ini peneliti berusaha memperoleh keabsahan temuannya. Tehnik yang dipakai untuk menguji keabsahan temuan tersebut yaitu tehnik triangulasi. Tehnik triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2008:8).
8. Tahap-Tahap P enelitian
a. Kegiatan administratif yang meliputi, pengajuan izin operasional untuk penelitian dari ketua STAIN Salatiga kepada pihak masjid yaitu Masjid Nurussa’adah, menyusun pedoman wawancara dan melakukan administrasi lainnya
b. Kegiatan Lapangan yaitu meliputi:
1) Survei awal untuk mengetahui gambaran lokasi penelitian yaitu Masjid Nurussa’adah Dliko Indah Salatiga. Menemui pengurus masjid yang akan dijadikan subyek penelitian.
2) Melakukan observasi langsung kelapangan dengan melakukan wawancara kepada para responden atau informen sebagai langkah pengumpulan data.
4) Melakukan verifikasi untuk membuat kesimpulan-kesimpulan
sebagai deskriptif temuanpenelitian.
5) Menyusun laporan akhir untuk dijilid dan dilaporkan.
U . Sistem atika Laporan Penelitian
Bab I ' Pendahuluan, meliputi: latar belakang maslaah, rumusan masalah,
fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan
istilah, metode penelitian, sistematika penulisan skripsi.
Bab II Kajian Pustaka, meliputi: pengertian masjid, ayat-ayat tentang
memakmurkan masjid, urgensi peran dan fungsi masjid, aplikasi
peran dan fungsi masjid, hambatan-hambatan yang pernah dilalui
serta cara mengatasi masalah yang dihadapi dan peran
masyarakatnya.
Bab III Laporan Hasil Penelitian dan Pembahasan, meliputi: sejarah
berdirinya masjid, peran Masjid Nurussa’adah, program
pengambangan kesehatan, pendidikan, dan sosial, struktur organisasi
masjid, serta sarana dan prasarana masjid, hambatan dan cara
pemecahan masalah.
Bab VI Penutup m eliputi: kesimpulan, kata penutup.
Daftar pustaka
Daftar riwayat hidup
A. Pengertian Masjid
Masjid adalah kata benda yang menunjukkan tempat (dlaraf makan) yang berasal dari kata "sajada” yang memiliki arti tempat sujud (Roqib, 2005:71).
Masjid adalah rumah Allah yang sering digunakan untuk berbagai tujuan yang kadangkala menyebabkan fungsinya menjadi kabur sebagai tempat pengabdian kepada Allah SWT. (Amirudin dan Supardi, 2001 :viii)
Masjid bagi orang-orang beriman bagaikan air dengan ikan, karena itu masjid dapat didefinisikan sebagai ” bangunan yang didirikan oleh orang-orang yang beriman, tempat mereka melaksanakan ibadahnya semata-mata untuk mencari ridho Allah (Amirudin dan Supardi, 2001:8). Itu berarti, jiwa atau ruh keislaman seorang muslim tidak akan kokoh kalau tidak suka ke masjid atau tidak memperoleh pembinaan dari masjid. (Yani, 2009:22)
Drs. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthi dalam bukunya Ahmad Yani menyatakan, sebagai berikut:
Tidak heran jika masjid merupakan asas utama dan terpenting bagi pembentukan masyarakat Islam. Karena masyarakat muslim tidak akan tersentuh secara kokoh dan rapi kecuali dengan adanya komitmen terhadap sistem, aqidali dan tatanan Islam. Hal ini tidak dapat ditumbuhkan kecuali melalui semangat masjid.
Menurut Drs. Sidi Gazalba perkataan masjid berasal dari Bahasa Arab. Kata pokoknya sujudan, fi’il madhinya sajada (ia sudah sujud). Fi’il sajada
diberi awalan ’m a\ sehingga teijadilah isim makan. Isim makan yang menyebabkan perubahan bentuk sajada menjadi masjidu. Masjid.
Masjid secara bahasa berarti tempat yang digunakan untuk sujud, Selanjutnya, makna di sini dipakai untuk pengertian sebuah bangunan yang didirikan untuk tempat berkumpul kaum muslim guna mengetjakan shalat. (Al- Qahthani, 2003:1)
Menurut Az-Zarkashi rahimahullah dalam bukunya Al-Qahthani (2003:1) berkata:
Karena sujud merupakan rangkaian shalat yang paling mulia, mengingat betapa betapa dekatnya seorang hamba dengan Tuhannya ketika sujud, maka tempat tersebut dinamakan masjid dan tidak dinamakan marka’ (tempat ruku’). Arti masjid dikhususkan sebagai tempat yang disediakan untuk mengetjakan shalat lima waktu, sehingga tanah lapang yang biasa digunakan untuk mengerjakan shalat hari raya Idul Fitri, Idul Adha, dan lainnya tidak dinamakan masjid.
Masjid dalam pengertian syar’i adalah tempat sujud yang disediakan untuk mengerjakan shalat lima waktu untuk selamanya. (Al-Qahthani, 2003:1)
Asal arti masjid adalah setiap tempat di bumi yang digunakan untuk sujud kepada Allah. Ini berdasarkan hadits Abu Dzar, ra, dari Nabi saw., beliau bersabda:
J
A;»»»» alll dllS :Jla A jt aill j (jfr:'j l
p
tf\'J*l\
: JU :'JJ
j - j V 10 iCLall AjIii ClllS
( 6 3 / 2 ‘f ) .ri>*»i<
•waktu pembuatan antara kedua masjid itu?" Beliau menjawab, “Empat puluh tahun, dan dimana saja kamu mendapatkan waktu shalat, hendaklah kamu kerjakan shalat itu karena ia adalah masjid " (HR.Muslim)
Masjid merupakan rumah Allah yang sangat spesial bagi umat Islam. Oleh karena itu Rosulullah mengajarkan dan mencontohkan adab atau etika setiap kali datang ke masjid. Begitu masuk masjid, Rosulullah langsung mendirikan sholat tahiyyatul masjid sebanyak dua rakaat. (Assidiq, Republika, 14 Mei 2010:11)
Secara bahasa masjid berarti tempat sujud. Masjid merupakan suatu bangunan, gedung atau suatu lingkungan yang berpagar sekelilingnya yang didirikan secara khusus sebagai tempat beribadah kepada Allah SWT, khususnya untuk mengerjakan shalat. (Republika, 21 Mei 2010:2)
Istilah masjid berasal dari kata sajada, yasjudu yang bararti sujud atau menyembah. Masjid merupakan Baitullah atau rumah Allah, sehingga orang yang memasuki masjid disunnahkan mengerjakan shalat tahiyyatul masjid (menghormati masjid) sebanyak dua rakaat. (Republika, 21 Mei 2010:2)
Menurut Bapak Sunardi dalam Buletin Lokal STAIN, Ed.8, (2010:2) mengatakan:
Direktur Jendral Bimas Islam Kementrian Agama, Prof Nasaruddin Umar, dalam Republika (21 Mei 2010), mengingatkan, keagungan masjid tidak terletak pada bangunan fisiknya, melainkan bagaimana masjid dapat difungsikan sebagai pusat pemberdayaan ummat dan pemngembangan peradaban.
Hal ini tampak dalam kehidupan di masa sekarang banyak masjid yang mewah namun angker karena sepi, tidak ada aktivitas apapun. Sebaliknya adapula masjid yang sedang-sedang saja, bahkan sangat sederhana bangunannya tetapi aktivitasnya padat, terutama digerakkan oleh generasi mudanya.
Masjid merupakan salah satu karya budaya ummat Islam dibidang tehnologi konstruksi dan arsitektur. Tak heran jika masjid merupakan ciri atau simbol dari sebuah kota Islam, semakin maju sebuah kota Islam, maka bangunan masjidnya pun semakin magah dan besar.
Masjid juga merupakan salah satu corak dan perwujudan perkembangan kesenian Islam dan dipandang sebagai salah satu kebudayaan Islam yang terpenting. Perwujudan bangunan masjid pun melambangkan cermin kecintaan ummat Islam kepada Tuhannya dan menjadi bukti tingkat perkembangan kebudayaan Islam.
Terbinanya iman seorang Muslim merupakan modal dasar dagi terbentuknya masyarakat Muslim. Karena itu, pembinaan pribadi Muslim harus ditindaklanjuti ke arah pembinaan sauatu masyarakat yang Islami, Masjid dapat dimanfaatkan sebagai darana pembinaan masyarakat Islam.
Karena itulah dalam pengelolaan masjid dituntut adanya usaha yang lebih serius atau disebut dengan "manajemen yang profesional” dan sesuai dengan kaidah-kaidah syari’at Islamiyah.
Dalam pelaksanaan manajemen masjid yang profesional tentu dengan menggunakan tehnik-tehnik dan peralatan manajemen yang berupa: manusia (man), uang (money), bahan (material), mesin (mechine), tata cara (method) dan penyampaian hasil usaha dari masjid dinikmati oleh umat (marketing). (Amirudin dan Supardi, 2001:24)
Untuk memudahkan dalam mengelola masjid tentu tidak lepas dari sebuah struktur organisai dari masjid itu sendiri. Pentingnya peran pemimpin dalam sebuah masjid akan berpengaruh pada proses manajemen masjid dalam mencapai tujuan organisasi masjid.
Dalam bukunya Amirudin dan Supardi (2001:28-29) pemilihan pemimpin dalam masyarakat Islam tidak boleh dilakukan dengan kriteria disenangi atau tidak disenangi dari pribadi seseorang. Allah SWT., telah memberikan pengarahan mengenai pemimpin ini sebagai berikut:
1, Tidak Boleh Memilih Pemimpin O rang Kafir
Islamiyah sesuai dengan ajaran orang kafir tersebut. Orang yang seperti ini
tidak boleh diangkat sebagi pemimpin sesuai dengan petunjuk Allah SWT
dari ayat berikut ini;
illJjl tijJjl ZsJ i*1-*'* Oi-Jl *
*5'd»l Oj f r ?
^ r ? (A j^ C rT * c /" H
Artinya : ”/fai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani meiyadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. “ (Q.S Al-M a id a h : 51)
2. Jangan M engambil Perlindungan Dan Penolong Selain Allah Yang
M aha Kuasa
' j u l i &
t^illjajT j j j y f \ 4 * 3 ^ .< *. ,.r"Jjl
Sedangkan kriteria untuk memilih imam pada sebuah masjid yang akan mengimami shalat telah ada petunjuk tersendiri Dari Abi Mas’ud r.a berkata, bahwa Rosulullah saw., bersabda:
Artinya : “Diriwayatkan dari Abu M as’ud Al-Anshori r.a. : Rasulullah saw., bersabda: “Orangyang paling berhak menjadi iman shalat dalam suatu kaum adalah orang paling hafal Al-Qur ’an. Jika mereka sama dalam hal itu, yang paling mengetahui tentang sunnah, kalau mereka sama salam hal itu, yang paling dahulu hijrah, kalau mereka sama dalam hal itu, yang lebih dahulu masuk Islam. Dan janganlah seseorang menjadi Imam dalam kekuasaan orang lain, dan jangan pula duduk diatas tempat duduk tuan rumah, kecuali dengan izinnya. ’ (Shahih M uslim , 189)
B. Urgensi Peran Dan Fungsi Masjid
Kalau kita menyebut atau mendengar kata masjid, tentu yang terpikirkan adalah bangunannya, takmir atau pengurus masjid yang bertugas sebagai manager dalam pengelolaan masjid tersebut Masjid tidak hanya berperan sebagai tempat mengeijakan ibadah shalat saja, namun masjid juga dapat berperan sebagai “Islam ic Center” tempat membina hubungan manusia dengan Allah (hablumminallah) dan hubungan manusia dengan manusia atau sesamanya (hablumminannas).
tempat ibadah, tempat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Namun peran masjid itu multifungsi. Disamping sebagai tempat ibadah juga sebagai tempat berkumpulnya orang Muslim.
Masjid yang memiliki peran yang multi fungsi yakni bukan hanya digunakan untuk ibadah shalat saja namun untuk kegiatan social. Beberapa fungsi dan peran masjid dijelaskan dalam bukunya Ahmad Yani (2009) dan Gazalba (1976) yang dominan dalam kehidupan umat Islam, beberapa di antaranya adalah:
1. Dilihat dari artinya masjid adalah tempat sujud atau tempat shalat. Setiap hari jum’at, masjid digunakan sebagai tempat melaksanakan shalat jum ’at. Pada hari-haru besar ummat Islam, masjid juga digunakan sebagai shalat hari raya.
Di malam bulan Ramadhan masjid-masjid penuh dengan orang yang menjalankan ibadah shalat tarawih berjama’ah. Terlebih pada bulan ini pula banyak jama’ah Muslim yang melakukan I’tikaf bersama dalam sebuah masjid.
2. Masjid adalah tempat orang-orang Muslim berkumpul.
3. Masjid sebagai tempat memberi dan menerima addin.
Nabi Muhammad banyak menerima wahyu dalam kurun Madinah di masjid dan menerangkan hukum-hukum Islam di dalamnya. Selain daripada bidang agama, bidang yang lain seperti social, politik, dan ekonomi pun diajarkan di masjid.
Di masjid pula biasanya diumumkan hal-hal penting yang menyangkut hidup masyarakat muslim, misalnya, peristiwa-peristiwa duka cita yang terjadi disekitar masyarakat, pemberian zakat, aktivitas keijabakti atau gotong royong masyarakat, dan lain-lain.
4. Di masjid ditempatkan baitul maal.
Yakni kas negara, atau kas masyarakat yang mengongkosi segala sesuatu yang menyangkut kesejahteraan kesatuan sosil manusia. (Gazalba, 1976:120)
5. Masjid berfungsi pula dalam memberikan pertimbangan antara hak kewajiban laki-laki dan wanita.
Seorang wanita boleh melakukan kegiatan di masjid sebagaimana laki-laki seperti shalat jama’ah.
CT?' (jc-J J* ? - (JC.-aLtt.lJ.'n W J.jr.Lttml ,jjl j J 3* v». V : ( J i ^ iS y * J y *j i jA ( j jl -Lttlui
j J ii ; i i j
6. Masjid sebagai tempat perlindungan.
Masjid juga sebagai tempat berlindung dari terik matahari dan hujan bagi orang musafir sehingga mereka dapat istirahat sementara. Di masjid juga disediakan suffah atau tempat khusus untuk para penjaga masjid.
Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah : 191,
S A > f < *- ' > p i f , ^ Cr? (
a
,4
^
>1
_pi-l ;l>»'J\\
jiiP j lM© ;T d U 'j g 'f i J i i t i ^ J s a o j i
Artinya : Dan Bunuhlah mereka di mana saja kamu jum pai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka Telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), Maka Bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir. (Al-Baqarah : 191) 7. Masjid sebagai tempat kegiatan sosial.
Manusia sebagai makhluk sosial dan individu. Sebagai makhluk sosial terlihat ketika kita berada di masjid. Kita saling menghormati, menghargai, dengan orang yang sudah dikenal ataupun belum. Kegiatan sosial yang dapat dilakukan di masjid sangat banyak sekali, misalnya: Taman Pendidikan Qur’an (TPQ), berkumpul untuk berdiskusi (halaqoh), pengumpulan infaq, shadaqoh dan zakat.
Di dalam masjid, pada waktu shalat, ajaran persamaan dan persaudaraan ummat manusia di praktekkan. Disinilah tiap muslim disadarkan bahwa sesungguhnya mereka semua sama. Di dalam masjid hilanglah perbedaan warna kulit, suku, bangsa, kedudukan, kekayaan, dan madzhab. Semuanya berbaris dihadapan Tuhannya tanpa perbedaan. Bagai sekumpulan saudara seia sekata serempak mematuhi imam yang ada di depannya.
8. M asjid sebagai tem pat berdiskusi m enuju perjuangan.
Peijuangan membangun Bangsa dan Negara. Manurutnya, masjid juga berfungsi sebagai tempat untuk membangun moral kepribadian manusia, membangun perekonomian untuk kemaslahatan ummat.
Disebutkan pula peran dan fungsi Masjid dari sumber lain adalah: a. Sebagai tem pat beribadah.
Sesuai dengan namanya masjid adalah tempat sujud, maka fungsi utamanya adalah sebagai tempat ibadah shalat. Sebagaimana diketahui bahwa makna ibadah di dalam Islam adalah luas menyangkut segala aktivitas kehidupan yang ditujukan untuk memperoleh ridla Allah, maka fungsi Masjid disamping sebagai tempat shalat juga sebagai tempat beribadah secara luas sesuai dengan ajaran Islam.
b. Sebagai tem pat m enuntut ilmu.
c. Sebagai tempat pembinaan jama’ah.
Dengan adanya umat Islam di sekitarnya, Masjid berperan
dalam mengkoordinir mereka guna menyatukan potensi dan
kepemimpinan umat. Selanjutnya umat yang terkoordinir secara rapi
dalam organisasi Ta’mir Masjid dibina keimanan, ketaqwaan, ukhuwah
imaniyah dan da’wah islamiyahnya. Sehingga Masjid menjadi basis
umat Islam yang kokoh.
d. Sebagai pusat da’wah dan kebudayaan Islam.
Masjid merupakan jantung kehidupan umat Islam yang selalu
berdenyut untuk menyebarluaskan da’wah islamiyah dan budaya islami.
Di Masjid pula direncanakan, diorganisasi, dikaji, dilaksanakan dan
dikembangkan da’wah dan kebudayaan Islam yang menyahuti
kebutuhan masyarakat. Karena itu Masjid, berperan sebagai sentra
aktivitas da’wah dan kebudayaan.
e. Sebagai pusat kaderisasi umat.
Sebagai tempat pembinaan jama’ah dan kepemimpinan umat,
Masjid memerlukan aktivis yang betjuang menegakkan Islam secara
istiqamah dan berkesinambungan. Patah tumbuh hilang berganti.
Karena itu pembinaan kader perlu dipersiapkan dan dipusatkan di
Masjid sejak mereka masih kecil sampai dewasa. Di antaranya dengan
Taman Pendidikan Al Quraan (TPA), Remaja Masjid maupun Ta’mir
f. Sebagai basis Kebangkitan Umat Islam.
Umat Islam berusaha untuk bangkit. Kebangkitan ini memerlukan peran Masjid sebagai basis petjuangan. Kebangkitan berawal dari Masjid menuju masyarakat secara luas. Karena itu upaya aktualisasi fungsi dan peran Masjid pada abad lima belas Hijriyah adalah sangat mendesak (urgent) dilakukan umat Islam. Back to basic, Back to Masjid, http://www.immasiid.com
Rektor Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) menegaskan bahwa semestinya masjid menjadi kekuatan ummat, terutama sebagai sentral pengembangan peradaban, ’’Langkah mendesak yang harus segera dilakukan adalah menghidupkan masjid.” papar tokoh NU itu. Manurutnya kekuatan masjid sebagai pusat pemberdayaan umat dan pengembangan peradaban harus benar-benar diberdayakan dan disaksikan. (Republika, 21 Mei 2010)
C. Aplikasi Peran Dan Fungsi Mar jid
Dalam bukunya Yani (2009) dijelaskan secara komplek mengenai
aplikasi peran dan fungsi masjid dalasm memberdayakan ummat, antara lain
sebgai berikut:
1. Aplikasi Bidang Program
a. Bidang Ubudiyah
Bidang ubudiyah adalah pelaksanaan program kegiatan masjid
dalam bidang peribadatan yang bersifat khusus seperti:
1) Pelaksanaan salah lima waktu dengan menentukan atau menetapkan
muadzin dan imam yang baik akhlaknya, mampu membaca Al-
Qur’an dengan baik, dan berusaha memahami kandungannya,
mengerti pengetahuan dasar ajaran Islam dan disenangi masyarakat.
2) Shalat jum’at dengan menentukan khotib dan imam yang disamping
harus menyiapkan imam dan khotib cadangan.
3) Shalat tarawih dan witir yang juga harus ditetapkan imam serta
menyiapkan kegiatan ceramah Ramadhan dengan beda-beda topic
dan penceramahnya.
4) Shalat 2 Hari Raya.
5) Pemotongan hewan kurban yang diatur dengan baik mulai dari
petugas pelaksana hingga penyalurannya secara adil dan merata.
6) Menyelenggarakan shalal-shalal sunnah yang biasa dilakukan secara
incidental pada waktu-waktu tertentu, missal shalat khusuf dan kusuf
b. Bidang Pendidikan
Program pendidikan yang perlu dilakukan di masjid antara lain: 1) Kegiatan Pengajian, baik untuk anak-anak, remaja, dewasa,
maupun para orang tua. Baik laki-laki maupun perempuan. Disamping itu juga perlu dilakukan pengajian yang bersifat umum agar para jama’ah umum dari berbagai kalangan dapat ikut serta drlam kegiatan masjid.
2) Perpustakaan Masjid, dengan berbagai bahan bacaan yang berguna bagi jama’ahnya baik berupa majalah, buku, kliping, media masa lainnya, sehingga masjid mamiliki buku-buku referensi untuk memahami ajaran Islam secara lebih luas, seperti kitab-kitab tafsir, dan buku-buku rujukan lainnya.
c. Bidang Pelayanan
Sebuah masjid yang baik dalah tidaknya menuntut jama’ahnya untuk mengikuti kegiatan masjid saja namn juga dapat memberikan pelayanan yang baik, diantaranya :
1) Bimbingan kursus keperpustakaan, yang didukung oleh PEMDA (Pemerinatah Daerah) kota Salatiga. Didelegasikan Bapak Ahmad dan Bapak Nuryanto.
3) Mengurus jenazah, baik dengan menyediakan tempat pemandian,keranda (kurung batang), ambulans maupun kain kafan dan segala perlnegkapannya secara gratis serta petugas yang menurus, memandikan, dan mengkafani, melaksanakan shalat jenazah dan menguburkannya.
4) Santunan social dalam upaya mengurangi atau mengatasi beban hidup yang besar dari jama’ahnya. Program ini sangat penting karena terkait dengan masalah meningkatkan sumber daya manusia. d. Bidang Fisik Dan Sarana
Pengelolaan fisik masjid dengan kelengkapan saranya tentu saja memerlukan perhatian yang serius mulai dari penataan ruangan masjid yang sesuai dengan tingkat kebutuhan pengurus dan jama’ahnya dalam beraktivitas, kebersihan masjid yang harus selalu terpelihara. Sound system (pengeras suara) yang baik, penggantian atau perbaikan barang- barang atau fasilitas masjid yang sudah rusak, melengkapi sarana dan inventaris yang belum dimiliki sementara hal itu amat dibutuhkan dan sebagainya.
2 Aplikasi Bidang Kepengurusan
a. Profil Pengurus Masjid
Ada beberapa ciri khas yang merupakan profil aktivis masjid dan harus melekat dalam kepribadian seorang pengurus masjid. Ciri- ciri tersebut tercermin dalam firman Allah dan hadits Rasul, dinatanya; 1) Memiliki akidah yang kokoh.
Manakala pengurus masjid sudah memiliki akidah yang kokoh maka dia akan selalu berhati-hati dalam bersikap dan perilakunya.
2) Mandirikan shalat.
Salah satu fungsi utama masjid adalah sebagai tempat untuk melaksanakan shalat. Karena itu, sangat aneh apabila pengurus masjid tidak melaksanakan shalat atau melaksanakan shalat tapi tidak membekas prinsip shalatnya dalam kehidupan sehari-hari. 3) Menunaikan zakat.
Pengurus masjid haruslah orang suka menunaikan zakat, infaq dan shadaqah.
4) Takut kepada Allah SWT.
5) Memakai pakaian yang baik.
Pengurus masjid sering kali menjadi teladan bagi jama’ahnya, termasuk dalam mengenakan pakaian ketika hendak ke masjid. Yakni dengan pakaian yang baik, pakaian yang menutup aurat, sopan, mengandung akhlak mulia dan tepat, sesuai dengan situasi dan kondisi.
6) Menyenangi kebaikan dan persatuan.
Ciri penting yang harus dimiliki oleh seorang pengurus masjid adalah senang kepada segala bentuk kebaikan dan persatuan. Senantiasa melakukan amar m akruf dan mencegah kemunkaran. 7) Tidak menghalangi kebaikan.
Sebagai konsekuensi logis dari sikap menyayangi kabaikan, maka seorang pengurus masjid tidak akan menghalang-halangi segala bentuk kegiatan yang baik untuk diselenggarakan di masjid. 8) Cinta kepada masjid.
Dengan kecintaan terhadap masjid, seorang pengurus masjid mau melakukan usaha yang maksimal dengan pengorbanan yang besardemi kemakmuran dan keagungan masjid. Cinta pada masjid membuat seseorang punya rasa memilki terhadap masjid.
9) Memilki semangat keilmuan.
ilmu pengetahuan, maka sudah seharusnya sebagai pengurus masjid memiliki semangat keilmuan,
b. Struktur dan uraian keija pengurus
Sebagaimana yang kita ketahui bersama, bahwa dalam manajemen, disamping perlu melakukan perencanaan yang matang dalam berbagai aktivitas yang hendak dilaksanakan. Melakukan pengorganisasian yang bisa dilakukan melalui pembentukan struktur dan jo b description (uraian keija) dari struktur kepengurusan merupakan sesuatu yang penting. Barulah setelah itu ditetapkan orang- orang yang akan menduduki amanah yang harus disesuaikan dengan kemampuan individunya. Uranian keija dapat berfungsi sebagai pedoman dalam menjalankan amanahnya agar kegiatan tidak melenceng dari yang digariskan.
3. Aplikasi Bidang Fisik Dan Sarana a. Kebebasan Arsitektur.
Dalam membangun dan mengembangkan fisik masjid, perlu diperhatikan kaitannya dalam arsitektur adalah kesesuaian bangunan dengan fungsi dan tujuan masjid itu sendiri.
Miftah faridh dalam bukunya Yani (2009: 94) menjelaskan bahwa
suasana. Sehingga, hal itu menumbuhkan rasa cinta kepada Al- Khaliq. Bahkan, bentuk bangunan sebuah masjid yang ideal hendaknya dapat memberikan daya tarik kaum muslimin untuk senantiasa mengunjunginya dan berada di dalamnya untuk beribadah. Masjid itu hemdaknya tetap terasa agung, tetapi tidak menampakkan sesuatu kemewahan yang berlebihan, la dapat memberi kesan yang agung dan indah, ia dapat mengagumkan, mengahrukan dan mengesankan.
b. Ruang-ruang masjid Diantaranya:
1) Ruang peribadatan. Yakni ruangan untuk melaksakan peribadatan seperti shalat, dengan tikar atau karpet yang bersih, diberi tanga shaf (barisan) shalat dengan garis, mimbar yang enak untuk khotib, mihrab imam yang nyaman, ruang pengaturan sound system, ruang istirahat dan lain-lain.
2) Ruang wudhu dan MCK. Kedua ruangan ini haruslah bersih, nyaman dan aman serta kondisi air yang bersih dan sehat. Ruangan ini harus dipisah pula antara orang laki-laki dan perempuan. 3) Ruang sekreatriat. Ruangan ini digunakan untuk menyimpan arsip-
arsip penting atau inventarisasi barang-barang milki masjid. 4) Ruang serbaguna atau gudang.
c. Bentuk Masjid.
Dengan melihat apa yang telah diuraikan di atas maka
sangatlah luas lahan yang digunakan untuk membangun sebuah
masjid. Namun hal itu dapat di siasati dengan membangun masjid
dengan dua atau tiga lantai.
4. Aplikasi Bidang Pembinaan Remaja
Remaja dan pemuda marupakan kelompok usia yang sangat
potensial. Itu sebabnya generasi muda seringkah disebut sebagai generasi
harapan: harapan dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, agama, bangsa dan
Negara. Dalam konteks kemasjidan, generasi muda juga manjadi tulang
punggung dan harapan besar bagi pemakmuran masjid pada masa sekarang
maupun akan datang.
Dalam kaitan masjid, generasi muda perlu dibentuk, dibina, dan
dikembangkan antaralain dalam hal:
a. Kepengurusan
b. Program kegiatan
1) Penerimaan anggota
2) Majlis taklim
3) Bimbingan belajar
4) Pengajian anak-anak/TPQ
5) Kepanitiaan
7) Perpustakaan masjid
8) Bakti social
5. Aplikasi Bidang Kewanitaan
a. Kepengurusan
b. Program kegiatan
1) Majlis taklim yang berlangsung setiap pecan,
2) Pendidikan keterampilan
3) Partisipasi aktif dalam kegiatan masjid
D. Peran Dan Fungsi Masjid Dalam Pemberdayaan Kesejahteraan
Masyarakat
Upaya pemberdayaan kesejahteraan melalui peran dan fungsi masjid
haruslah dioptimalkan, sehingga masyarakat mempunyai banyak kegiatan
dalam mengembangkan potensi dirinya, dan masyarakat juga tidak selalu
bergantung pada pemerintah.
Diharapkan dari optimalnya peran dan fungsi masjid ini, masyarakat
dapat menjadi mandiri di bidang social kemasyarakatan maupun pendidikan
non formalnya. Rohadi dalam Republika (16 Mei 2010:13) bahwa “Beliau
mengharapkan seluruh kaum muslimin dan pengurus masjid untuk
memakmurkan masjid. Yang tak kalah pentingnya, kata beliau, adalah
manajemen bagi pengurus masjid. Tujuannya agar tercipta system pengelolaan
Bermula dari pengelolaan manajemen masjid yang baik akan menimbulkan kemudahan dalam melakukan pemberdayaan masyarakat. Manajemen dari sisi kepengurusan, sarana dan prasarana, bangunan, kegiatan atau program-program masjid dan lain sebagainya.
Kiai Agus Darmawan dalam Republika (21 Mei 2010) mangajak seluruh pengurus masjid untuk memiliki kepedulian tinggi dalam membangun dan memakmurkan masjid dengan melalui kegiatan yang pofitif.
“Mari secara bersama-sama kita membangun sinergi yang baik untuk mengangkat dan meningkatkan peran masjid sebagaimana dicontohkan Rosulullah saw., dan para sahabat. Masjid tak scsmata tempat ibadah, tapi juga menjadi pusat peradaban demi kesejahteraan ummat”. (Darmawan, Republika 2010)
Program pemberdayaan masyarakat akan memunculkan suatu masyarakat yang ideal. Kaelany (2000:165-166) menyatakan bahwa, masyarakat yang ideal menurut Islam telah digambarkan dalam Al-qur’an dengan sebutan masyarakat m ardhatillah(masyarakat yang diridhai Allah atau B aldatun Thayyibatun Wa R abbun G hofitr)yang diterangkan dalam Al-Qur’an Surat As-Saba’ : 15
d j j ( j i I$ *“* d
S-UJ
Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang M aha Pengampun". (Q .SA s-Saba’ : 15)
Untuk mencapai mayarakat yang m ardhatillah ini harus disusun
rangkaian pola yang bertendensi dan berdimensi antara lain sebagai berikut:
1. Ummat Yang Satu
Manusia yang terdiri dari berbagai suku, bahasa, bangsa, warna
kulit, agama dan lain sebaginya pada dasarnya berkembang biak dari nenek
moyang yang sama. Sebagai manusia perbedaan tersebut hendak bukan
menjadi penghalang bagi terbentuknya masyarakat yang satu kesatuan
dengan penuh perdamaian. Dalam Q.S Al-Hujurat: 13.
IjijljeL) J /C ij Ljjxi, (j-; b | ^ U l t£llj
-Uli o j
Alit
j£=aI
Artinya : “H ai m anusia, sesungguhnya Kam i m enciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perem puan dan m enjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kam u saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang pa lin g m ulia diantara kamu disisi A llah ialah orang ya n g p a lin g taqw a diantara kamu. Sesungguhnya A llah M aha M engetahui lagi M aha M engenal. ” (Q.S. A l-H ujurat: 13)
2. Ummat Yang Bertaqwa
Ketaqwaan sebagai ciri pokok dari masyarakat Islam mempunyai
tiga kaidah fundamental, yaitu: Berim an Kepada A llah, C inta kepada Allah,
dan Takut kepada A lla h
Masyarakat yang ideal yang diciptakan oleh Islam adalah
masyarakat yang digambarkan dalam AlQur’an sebagai M asyarakat
dalam struktur yang berpolakan hokum-hukum Allah dengan sumbernya Al-
Qur’an dan Sunnah Rasul. M asyarakat M ardhatillah dikenal juga dengan
sebutan Baldatun Thaiyyibatun Wa Rabbun Ghafur yang bercirikan antara
lain:
a. Ummat yang satu; satu ummat
b. Terdiri dari berbagai suku dan bangsa
c. Yang paling mulia adalah yang paling bertaqwa
d. Tegaknya musyawarah dalam berbagai urusan
e. Tegaknya keadilan
f. Tumbuhnya persatuan dan kejama’ahan
g. Adanya kepemimpinan yang berwibawa dan bertaqwa kepada Allah
h. Tidak saling menghina antar sesama anggota.
Disamping itu dalam masyarakat terpenuhi kewajiban dan hak
anggotanya seperti:
a. Belajar dan mengajar serta mendapatkan pendidikan
b. Mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian
c. Mendapatkan perlindungan keamanan, baik jiwa, fisik, maupun hartanya,
Am ar M a 'rufN ahi M unkar
A. Gambaran Umum Masjid Nurussa’adah Dliko Indah Salatiga
Masjid dengan atap mirip joglo (bangunan khas Jawa Tengah) dan genteng warna hijau ini beralamatkan di Jalan Raya Dliko Indah 186 a Salatiga dengan luas tanah 414m2.
Disebelah barat masjid ini terdapat TK Aisyah yang cukup bagus, sehingga lumayan ramai pada jam-jam sekolah dan pulang sekolah. Di sebelah selatan masjid juga terdapat Yayasan Imaduddin yang menangani khusus anak-anak yatim. Disini terdapat gedung sekolah dan berbagai permainan anak-anak.
Sejarah berdirinya masjid ini diungkapkan oleh Bapak In, bahwa pada awalnya Perumahan Dliko Indah Salatiga ini berdiri tidak menyediakan jatah tempat untuk mendirikan tempat ibadah atau masjid. Perumahan tersebut hanya menyediakan jatah tempat untuk olahraga. Namun, kerena mengingat pentingnya sebuah masjid dalam suatu perkampungan maka seiring berjalannya waktu, pada tahun 1985 warga sekitar sepakat untuk mendirikan masjid yang diboyong oleh paguyuban perumahan Dliko Indah ini.
Melalui paguyuban tersebut warga Dliko Indah memohon kepada Bupati Ungaran Bp. Saijono, (karena pada waktu itu masih masuk kabupaten Semarang), belum menjadi wilayah Salatiga untuk mendirikan masjid di
perum ini. Akhirnya, pada tanggal 28 Oktober 1985 dibentuk panitia
pembangunan masjid.
Dana awal pembangunan berasal dari Muhammadiyah sebesar
10.000. 000.00 dan lainnya dari swadaya masyarakat yang terkumpul
3.500.000. 00. Pembangunan dilakukan secara bertahap hingga mencapai
sempuima dan kemudian diresmikan pada tanggal 9 Januari 1987 oleh Bupati
Ungaran. Dengan penuh peijuangan akhirnya pada tanggal 18 Maret 2010
masjid ini telah mendapatkan sertifikat resmi.
Rencananya nama masjid tersebut adalah “Mawadah”, “ kata Bp. In.
Namun tidak disepakati dan akhirnya nama masjid yang menjadi kesepakatan
mufakat adalah “Nurus Sa’adah” yang artinya “Cahaya Kesenangan”. Yang
diharapkan dapat memberikan kesenangan bagi siapapun yang masuk dalam
masjid dan memberikan kebahagaiaan kepada masyarakat.
Hampir 1,5 tahun setelah berdiri masjid ini tidak terurus karena belum
ada pengurus masjidnya. Keresahan Bapak In ini disampaikan secara
musyawarah dengan orang-orang terkemuka di wilayah perumahan ini.
Akhirnya pada tanggal 20 Mei 1988 dibentuk takmir masjid.
Masjid ini dipimpin secara kolektif oleh 3 orang sebagai ketua yakni
Bp. Indriyatno sebagai Ketua Umum, Bp. Zulfa sebagai Ketua I yakni Ketua
Bidang Keagamaan dan Bp. Nuryanto sebagai II yakni Ketua Bidang
Pembangunan. Kemudian, seiring berjalannya waktu masjid ini padap
Masjid ini mempunyai fasilitas yang cukup memadai. Ada tempat wudhu yang sudah terpisah antara laki-laki dan perempuan, kamar kecil, tempat menginap pengurus masjid yang sekarang ini, karpet yang selalu bersih, mimbar untuk khotib dan kursinya. Terdapat pula almari untuk mukena bagi anak perempuan yang tidak persiapan ketika perjalanan, almari untuk meletakkan kitab-kitab, buku-buku yang sekarang dikelola untuk perpustakaan masjid. Serambi masjid yang cukup luas, teduh dan bersih. Dilengkapi dengan tempat sampah dan tempat untuk menaruh sandal atau sepatu. Sehingga tidak merasa takut kehilangan atau tertukar dengan yang lainnya.
Dari hasil wawancara di atas didukung oleh semua responden yang menyakatan sama. Dan didukung pula apa yang diterangkan dalam majalah Bulletin Lokal STAIN Salatiga (2009:2) yang dilihatkan oleh Bapak In. 1. Struktur organisasi masjid
Gambar 3.1 Struktur Organisasi
Takmir Masjid N u n » Sa’adah Perum Dliko Indah Salatiga
Pelindung Ketua !__i Ketuai }...
Takmir Masjid Nurus Sa’adah Perum Dliko Indah Salatiga
Pelindung Penasehat Ketua Umum Ketuai Ketua II
Bapak Kepala Kelurahan Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Bapak Ketua RW XI Dliko Indah
Bapak H. Muchawi Bapak Indriyatno
Drs. H.M. Zulfa Mahasin, M. Ag Bapak H. Nmjono
Sekretaris Bapak Ahmad Muhdi, S.Pd Bapak Mardiyanto
Bendahara Bapak H. Sholihin Kastawi, SE Bapak Suodardji
Seksi Ibadah Bapak M. Muhtasom Bapak H. Muchib, BSc
Seksi dakwah & Pendidikan
Bapak H. Moedjijono Taswadi Bapak Drs. Widiyarso, M.Si
Bapak H. Djajadi, S.Pd Seksi Sosial Bapak Ir.H.Sudiharto, MSc Bapak Didik Boediono, SE Seksi Wanita Ibu Hj. Soeicardi
Ibu Nuhdin
Ibu Rohimah Indriyatno Seksi Remaja Sdr. Ahmad Mustahai, Shi Sdr.Erdi Mardiyatmoko, SE
Seksi Bapak Djafar Susanto Bapak H. Wibowo
Pemeliharaan Bapak Sumardi Bapak Amad Ridwan
Memperhatikan susunan pengurus/takmir masjid ini didomisili oleh bapak-bapak dan ibu-ibu yang berada di perumahan. Hanya segelintir remaja yang ikut dalam kepengurusan masjid.
2. Sarana dan prasarana masjid
Sarana dan prasarana yang dimiliki masjid Nurus Sa’adah ini dapat dimanfaatkan oleh jama’ah dengan sebaik-baiknya. Menurut Kartono dalam Skripsi Harun (2006) sarana dan prasarana adalah:
a. Semua pribadi dan perbuatannya termasuk perbuatan hasil kewibawaan dan hasil kegiatan mendidik, antara lain; pendidik, guru pembimbing, orang tua, orang dewasa yang dengan sengaja difungsikan pada kegiatan mendidik.
b. Segala macam lembaga, sistem, peralatan, dan alat-alat bantu yang secarasengaja diadakan untuk memperlancar pencapaian pendidikan.
Melalui metode observasi oleh peneliti dapat di tuliskan beberapa sarana dan prasarana yang dimiliki masjid Nurus Sa’adah antara lain:
Tabel 3 3 Sarana dan Prasarana Masjid Nurus Sa’adah Perum Dliko Indah Salatiga
1. Pengurus masjid 25 orang Aktif
2. Ruang utama 1 Baik
3. Ruang kamar penjaga masjid 1 Baik 4. Ruang untuk tempat penyimpanan
barang
2 Baik
5. Mimbar khotib 1 Baik
6. Tempat buku-buku perpustakaan 1 Baik 7. Tempat kitab-kitab dan Al-uur’an 1 Baik
8. Tempat mukena 1 Baik
9. Mukena s Baik
10. Tempat wudhu ('putra') 1 Baik
11. Tempat wudhu (putri) 1 Baik
13. WC 1 Baik 14. Tempat sandal dan sepatu 1 Baik
15. Serambi masjid
-
Baik16. Sapu 2 Baik
17. Tempat sampah 2 Baik
18. Buku-buku perpustakaan
.
Baik 19. Kitab-kitab tafsir dan Al-Qur*an Baik20. Karpet - Baik
B. Peran Masjid Nurussa’adah Dliko Indah Salatiga Dalam Pemberdayaan Kesejahteraan Masyarakat
Masjid tidak hanya berperan sebagai tempat mengetjakan ibadah shalat saja, namun masjid juga dapat berperan sebagai “Isla m ic C e n te r” tempat membina hubungan manusia dengan Allah (h a b lu m m in a lla h) dan hubungan manusia dengan manusia atau sesamanya (h a b lu m m inannas).
Masjid memiliki peran yang multi fungsi yakni bukan hanya digunakan untuk ibadah shalat saja namun untuk kegiatan social. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden peran masjid Nurus Sa’adah ini adalah sebagai berikut:
“...masjid itu memiliki fungsi yang banyak ya mbak,, bila benar-benar diperankan. Bisa untuk kegiatan ruhaniah, sosial, ekonomi, dan ragam budayanya. Namun tidak melupakan syari’at islam.” (W/In/OI/9-6- 2010)
“...masjid ini sesungguhnya difungsikan untuk kesejahtaraan masyarakat. Karena untuk keluarga di peumahan sudah cukup mampu. Jadi, dana-dana dari masjid digunakan untuk membantu meringankan beban masyarakat, karena wilayah tetangga penduduknya masih tergolong miskin (W/Dk/03/19-7-2010)
Ungkapan dari responden di atas didukung oleh teori yang diungkapkan oleh Yani (2009) bahwa masjid memiliki banyak peran, diantaranya adalah;
“..bidang ubudiyah atau ibadah, meliputi: bidang pendidikan, bidang pelayanan, bidang penerangan, bidang dana usaha, bidang sarana dan prasarana. Bidang kepengurusan, meliputi: profil pengurus masjid, dan struktur uaraian kerja. Dalam bidang fisik dan sarana, meliputi: bentuk masjid dan ruangan masjid. Bidang administrasi dan kesekretariatan, meliputi: dokumentasi surat masuk dan keluar, data inventaris masjid, format administrasi. Bidang remaja, meliputi: pengurus, dan program kegiatan remaja. Bidang kewanitaan, meliputi: program dan kepengurusan.”
Selain itu diungkapkan oleh Bapak In dan Mh masjid selalu berperan tiap hari jum ’at bagi kaum muslimin untuk melakukan shalat jum ’at. Hingga infaq setiap jum ’at di masjid ini bila dihitung dalam satu bulan dapat mencapai 1.600.000,00. Dana ini digunakan untuk perawatan masjid, renovasi, kebersihan, transportasi imam dan khotib (walaupun tidak semua imam dan khotib mau menerimanya).
Berdasarkan dokumen yang ada, data pendistribusian Zakat Fitrah, Zakat Maal, Infaq dan Shadaqah.
Tabel 3.6 Pendistribusian Zakat Fitrah, zakat Maal, Infeq dan Shadaqah Takmir Masjid Nurus Sa'adah DIiko Indah Salatiga
Tabel 3.6.1 Penyaluran Zakat Firtah
*
2. Jama’ah Mushola Al- Barokah Ampei
21 KK Rp. 550.000,00
3. Jama’ah Mushola Metea 20 KK Rp. 850.000.00 20 kg 4. Jama’ah Mushola Kenteng 12 KK Rp. 500.000,00 10 kg 5. Jama’ah Mushola Jaten 10 KK j s eL 325.000,00
6. Jama’ah Masjid Padaan 43 KK Rp. 860.000,00