• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Kegiatan administratif yang meliputi, pengajuan izin operasional untuk penelitian dari ketua STAIN Salatiga kepada pihak masjid yaitu Masjid Nurussa’adah, menyusun pedoman wawancara dan melakukan administrasi lainnya

b. Kegiatan Lapangan yaitu meliputi:

1) Survei awal untuk mengetahui gambaran lokasi penelitian yaitu Masjid Nurussa’adah Dliko Indah Salatiga. Menemui pengurus masjid yang akan dijadikan subyek penelitian.

2) Melakukan observasi langsung kelapangan dengan melakukan wawancara kepada para responden atau informen sebagai langkah pengumpulan data.

3) Menyaji data dengan susunan dan urutan yang memungkinkan untuk memudahkan dalam melakukan pemaknaan.

4) Melakukan verifikasi untuk membuat kesimpulan-kesimpulan sebagai deskriptif temuanpenelitian.

5) Menyusun laporan akhir untuk dijilid dan dilaporkan.

U . Sistem atika Laporan Penelitian

Bab I ' Pendahuluan, meliputi: latar belakang maslaah, rumusan masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, sistematika penulisan skripsi.

Bab II Kajian Pustaka, meliputi: pengertian masjid, ayat-ayat tentang memakmurkan masjid, urgensi peran dan fungsi masjid, aplikasi peran dan fungsi masjid, hambatan-hambatan yang pernah dilalui serta cara mengatasi masalah yang dihadapi dan peran masyarakatnya.

Bab III Laporan Hasil Penelitian dan Pembahasan, meliputi: sejarah berdirinya masjid, peran Masjid Nurussa’adah, program pengambangan kesehatan, pendidikan, dan sosial, struktur organisasi masjid, serta sarana dan prasarana masjid, hambatan dan cara pemecahan masalah.

Bab VI Penutup m eliputi: kesimpulan, kata penutup. Daftar pustaka

Daftar riwayat hidup Lampiran-lampiran

A. Pengertian Masjid

Masjid adalah kata benda yang menunjukkan tempat (dlaraf makan) yang berasal dari kata "sajada” yang memiliki arti tempat sujud (Roqib, 2005:71).

Masjid adalah rumah Allah yang sering digunakan untuk berbagai tujuan yang kadangkala menyebabkan fungsinya menjadi kabur sebagai tempat pengabdian kepada Allah SWT. (Amirudin dan Supardi, 2001 :viii)

Masjid bagi orang-orang beriman bagaikan air dengan ikan, karena itu masjid dapat didefinisikan sebagai ” bangunan yang didirikan oleh orang-orang yang beriman, tempat mereka melaksanakan ibadahnya semata-mata untuk mencari ridho Allah (Amirudin dan Supardi, 2001:8). Itu berarti, jiwa atau ruh keislaman seorang muslim tidak akan kokoh kalau tidak suka ke masjid atau tidak memperoleh pembinaan dari masjid. (Yani, 2009:22)

Drs. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthi dalam bukunya Ahmad Yani menyatakan, sebagai berikut:

Tidak heran jika masjid merupakan asas utama dan terpenting bagi pembentukan masyarakat Islam. Karena masyarakat muslim tidak akan tersentuh secara kokoh dan rapi kecuali dengan adanya komitmen terhadap sistem, aqidali dan tatanan Islam. Hal ini tidak dapat ditumbuhkan kecuali melalui semangat masjid.

Menurut Drs. Sidi Gazalba perkataan masjid berasal dari Bahasa Arab. Kata pokoknya sujudan, fi’il madhinya sajada (ia sudah sujud). Fi’il sajada

diberi awalan ’m a\ sehingga teijadilah isim makan. Isim makan yang menyebabkan perubahan bentuk sajada menjadi masjidu. Masjid.

Masjid secara bahasa berarti tempat yang digunakan untuk sujud, Selanjutnya, makna di sini dipakai untuk pengertian sebuah bangunan yang didirikan untuk tempat berkumpul kaum muslim guna mengetjakan shalat. (Al- Qahthani, 2003:1)

Menurut Az-Zarkashi rahimahullah dalam bukunya Al-Qahthani (2003:1) berkata:

Karena sujud merupakan rangkaian shalat yang paling mulia, mengingat betapa betapa dekatnya seorang hamba dengan Tuhannya ketika sujud, maka tempat tersebut dinamakan masjid dan tidak dinamakan marka’ (tempat ruku’). Arti masjid dikhususkan sebagai tempat yang disediakan untuk mengetjakan shalat lima waktu, sehingga tanah lapang yang biasa digunakan untuk mengerjakan shalat hari raya Idul Fitri, Idul Adha, dan lainnya tidak dinamakan masjid.

Masjid dalam pengertian syar’i adalah tempat sujud yang disediakan untuk mengerjakan shalat lima waktu untuk selamanya. (Al-Qahthani, 2003:1)

Asal arti masjid adalah setiap tempat di bumi yang digunakan untuk sujud kepada Allah. Ini berdasarkan hadits Abu Dzar, ra, dari Nabi saw., beliau bersabda:

J

A;»»»» alll dllS :Jla A jt aill j (jfr

:'j l

p

tf\'J*l\

: JU :

'JJ

j - j V 1

0 iCLall AjIii ClllS

( 6 3 / 2 ‘f ) .ri>*»i<

Artinya : "Diriwayatkan dari Abi Dzarr r.a. berkata : “Saya bertanya wahai Rasulullah, Masjid apakah yang pertama kali dibangun di muka bumi ini?” Beliau menjawab, "Masjidil Haram." Saya bertanya lagi, "Kemudian masjid apa sesudanya?" Beliau menjawab, Masjidil Aqsha, " Saya bertanya lagi, “Berapa lamakah jangka

•waktu pembuatan antara kedua masjid itu?" Beliau menjawab, “Empat puluh tahun, dan dimana saja kamu mendapatkan waktu shalat, hendaklah kamu kerjakan shalat itu karena ia adalah masjid " (HR.Muslim)

Masjid merupakan rumah Allah yang sangat spesial bagi umat Islam. Oleh karena itu Rosulullah mengajarkan dan mencontohkan adab atau etika setiap kali datang ke masjid. Begitu masuk masjid, Rosulullah langsung mendirikan sholat tahiyyatul masjid sebanyak dua rakaat. (Assidiq, Republika, 14 Mei 2010:11)

Secara bahasa masjid berarti tempat sujud. Masjid merupakan suatu bangunan, gedung atau suatu lingkungan yang berpagar sekelilingnya yang didirikan secara khusus sebagai tempat beribadah kepada Allah SWT, khususnya untuk mengerjakan shalat. (Republika, 21 Mei 2010:2)

Istilah masjid berasal dari kata sajada, yasjudu yang bararti sujud atau menyembah. Masjid merupakan Baitullah atau rumah Allah, sehingga orang yang memasuki masjid disunnahkan mengerjakan shalat tahiyyatul masjid (menghormati masjid) sebanyak dua rakaat. (Republika, 21 Mei 2010:2)

Menurut Bapak Sunardi dalam Buletin Lokal STAIN, Ed.8, (2010:2) mengatakan:

Masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, namun juga dapat berperan dalam membangun kesejahteraan ummat. Banyak cara dan juga banyak hal yang dapat dikembangkan disitu. Kita sebagai seorang muslim hendaknya sadar untuk memakmurkan masjid. Memakmurkan masjid berarti membangun, mamperkuat bangunannya dan memperbaiki bagian-bagian yang rusak (secara meterial) dan memakmurkannya dalam aspek immaterial (moril), mendirikan shalat, berdzikir, mencari ilmu dan aktivitas lainnya seperti TPQ, pendirian sekolah terpadu, koperasi, poliklinik, bank syari’ah, unit penggalian dana dan pendistribusiannya, dll.

Direktur Jendral Bimas Islam Kementrian Agama, Prof Nasaruddin Umar, dalam Republika (21 Mei 2010), mengingatkan, keagungan masjid tidak terletak pada bangunan fisiknya, melainkan bagaimana masjid dapat difungsikan sebagai pusat pemberdayaan ummat dan pemngembangan peradaban.

Hal ini tampak dalam kehidupan di masa sekarang banyak masjid yang mewah namun angker karena sepi, tidak ada aktivitas apapun. Sebaliknya adapula masjid yang sedang-sedang saja, bahkan sangat sederhana bangunannya tetapi aktivitasnya padat, terutama digerakkan oleh generasi mudanya.

Masjid merupakan salah satu karya budaya ummat Islam dibidang tehnologi konstruksi dan arsitektur. Tak heran jika masjid merupakan ciri atau simbol dari sebuah kota Islam, semakin maju sebuah kota Islam, maka bangunan masjidnya pun semakin magah dan besar.

Masjid juga merupakan salah satu corak dan perwujudan perkembangan kesenian Islam dan dipandang sebagai salah satu kebudayaan Islam yang terpenting. Perwujudan bangunan masjid pun melambangkan cermin kecintaan ummat Islam kepada Tuhannya dan menjadi bukti tingkat perkembangan kebudayaan Islam.

Sebagaimana yang sudah dipahami bahwa masjid mempunyai kaitan erat dengan masalah keimanan dan pembinaan ummat bagi kaum muslimin agar dapat memberikan peranan yang dominan dalam pembangunan negara.

Terbinanya iman seorang Muslim merupakan modal dasar dagi terbentuknya masyarakat Muslim. Karena itu, pembinaan pribadi Muslim harus ditindaklanjuti ke arah pembinaan sauatu masyarakat yang Islami, Masjid dapat dimanfaatkan sebagai darana pembinaan masyarakat Islam.

Karena itulah dalam pengelolaan masjid dituntut adanya usaha yang lebih serius atau disebut dengan "manajemen yang profesional” dan sesuai dengan kaidah-kaidah syari’at Islamiyah.

Dalam pelaksanaan manajemen masjid yang profesional tentu dengan menggunakan tehnik-tehnik dan peralatan manajemen yang berupa: manusia (man), uang (money), bahan (material), mesin (mechine), tata cara (method) dan penyampaian hasil usaha dari masjid dinikmati oleh umat (marketing). (Amirudin dan Supardi, 2001:24)

Untuk memudahkan dalam mengelola masjid tentu tidak lepas dari sebuah struktur organisai dari masjid itu sendiri. Pentingnya peran pemimpin dalam sebuah masjid akan berpengaruh pada proses manajemen masjid dalam mencapai tujuan organisasi masjid.

Dalam bukunya Amirudin dan Supardi (2001:28-29) pemilihan pemimpin dalam masyarakat Islam tidak boleh dilakukan dengan kriteria disenangi atau tidak disenangi dari pribadi seseorang. Allah SWT., telah memberikan pengarahan mengenai pemimpin ini sebagai berikut:

1, Tidak Boleh Memilih Pemimpin O rang Kafir

Seorang yang menuntut ilmu agama kepada orang kafir (bukan Islam), kemudian dia mengambil pedoman untuk mempraktekkan syariat

Islamiyah sesuai dengan ajaran orang kafir tersebut. Orang yang seperti ini tidak boleh diangkat sebagi pemimpin sesuai dengan petunjuk Allah SWT dari ayat berikut ini;

illJjl tijJjl ZsJ i*1-*'* Oi-Jl *

*5'd»l Oj f r ?

^ r ? (A j^ C rT * c /" H

Artinya : ”/fai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani meiyadi pemimpin- pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.(Q.S Al- M a id a h : 51)