MANAGEMEN SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN
PARTISIPASI MASYARAKAT DI SMA ISLAM SUDIRMAN
AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG TAHUN
PELAJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Kegururan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
Oleh:
Muslimatus Saniyah NIM: 111 09 080
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)SALATIGA
MOTTO
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan
lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan.
seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Bapak (Murdi.Amd) dan Ibu (Fitriyah) yang telah memberikan semangat serta mendukung demi meraih kesuksesan anaknya. Terimakasih atas semua kasih dan sayang yang telah di berikan.
2. Bapak mertua (Tumingin) dan Ibu mertua (Sumini) yang juga telah
memberikan semangat dalam mencapai kesuksesan menantunya.
3. Suami (Redno Dwi Anggoro) dan Anakku (Fairel Athariz Kalif Anggoro) yang selalu menjadi motivasi dan penyemangat hingga sampai sekarang ini.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan limpahan rahmat
dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam tercurah kepada Khatamul Anbiya
Muhammad Saw beserta keluarga dan para sahabatnya.
Skripsi yang berjudul “MANAGEMEN SEKOLAH DALAM MENINGKATKANPARTISIPASI MASYARAKAT DI SMA ISLAM
SUDIRMAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG TAHUN
PELAJARAN 2015/2016” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan
dan juga arahan serta saran dari berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi ini
dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih
sedalam dalamnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku DekanFakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
3. Ibu Siti Ruhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan PAI
4. Bapak Dra.SitiAsdiqoh, M.Si.Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
dengan tulus, ikhlas membimbing penulis dalam menyelesaikan tulisan ini.
5. Segenap dosen dan karyawan IAIN salatiga
6. Ibu dan Bapakku tercinta dan keluarga yang tak pernah berhenti
mendo‟akan danmemberikan motivasi kepada penulis sehingga tugas ini
ABSTRAK
Saniyah, Muslimatus. 2016.Manajemen Sekolah Dalam MeningkatkanPartisipasi Masyarakat Di Sma Islam Sudirman Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.Pembimbing : Dra.SitiAsdiqoh, M.Si.
Kata Kunci: ManajemenSekolah, PartisipasiMasyarakat
Managemen sekolah adalah urusan dari keseluruhan komposisi yang ada. Pentingnya managemen sekolah dapat pula dikaitkan dengan semakin banyaknya isuyang berupa kritik-kritik dari masyarakat tentang tidak sesuainya produksekolah dengan kebutuhan pembangunan,adapun fungsimanagemen sekolah yang bertujuan menciptakan danmengembangkan persepsi terbaik bagi suatu lembaga, organisasi, lembagapendidikan, yang kegiatannya langsung ataupun tidak langsung mempunyaidampak bagi masa depan organisasi atau lembaga.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian skripsi ini adalah pertama,
ingin mengetahui pelaksanaan managemen sekolah di SMA Islam Sudirman Ambarawa kabupaten Semarang Tahun 2015. Kedua, untuk mengetahui upaya managemen sekolah di SMA Islam Sudirman Ambarawa kabupaten SemarangTahun 2015 dalam meningkatkan partisipasi masyarakat. Ketiga, untuk mengetahui partisipasi masyarakat di SMA Islam Sudirman Ambarawa kabupaten Semarang Tahun 2015.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii
PENGESAHAN KELULUSAN... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v
KATA PENGANTAR ...vi
ABSTRAK...vii
DAFTAR ISI ...viii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...6
D. Kegunaan Penelitian... 6
E. Penegasan Istilah ...6
F. Metodologi Penelitian...8
G. Sistematika Penulisan ...14
BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Manajemen Sekolah...16
1. Pengertian Manajemen Sekolah...21
2. Tujuan Manajemen Sekolah...22
3. Fungsi Manajemen Sekolah...22
B. Manajemen Hubungan Masyarakat...24
C. Partisipasi Masyarakat...36
BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A.Gambaran Umum...44
B. Penyajian Data Penelitian...51
1. Pelaksanaan Manajemen Sekolah di SMA Islam
Sudirman Amabarawa... 52
2. Upaya SMA Islam Sudirman Dalam Meningkatkan
Pertisipasi Masyarakat...57
3. Bentuk Partisipasi Masyarakat Di Sekitar SMA Islam
Sudirman Ambarawa... 60
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Pelaksanaan Manajemen Sekolah di SMA Islam
Sudirman Amabarawa... 64
B. Analisis Upaya SMA Islam Sudirman Dalam Meningkatkan
Pertisipasi Masyarakat... 67
C. Analisis Bentuk Partisipasi Masyarakat Di Sekitar SMA Islam
BAB V : PENUTUP
A.Kesimpulan... 69
B.Saran-saran... . 71
C.Penutup... . 71
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 : Data Sarana Prasarana, Luas Tanah Dan Bangunan Sekolah
2. Tabel 2 : Data Rombongan Belajar
3. Tabel 3 : JumlahTenaga Pendidik
4. Tabel 4 : Keadaan Guru
5. Tabel 5 : Jumlah Karyawan
6. Tabel 6 : Data Peserta Didik
7. Tabel 7 : Anggka Yang Mengulang
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan pondasi yang sangat penting dan esensial
bagi keunggulan suatu bangsa. Pendidikan tidak akan pernah habis untuk
diperbincangkan oleh siapapun terutama para pakar dan praktisi pendidikan.
Agar dapat menemukan pendidikan yang bermutu dan dapat meningkatkan
outcome sumber daya yang unggul, yang akan mampu membangun wataksuatu bangsa, serta dapat menentukan keberhasilan bidang lainya seperti
ekonomi, politik dan sebagainya, karena manusia sendiri merupakan subjek
dalam seluruh aktifitas bidang-bidang tersebut. (Mulyasa, 2005:4)
Pendidikan di sekolah ataupun di luar sekolah mencakup semua
usahapengembangan atau peningkatan prestasi belajar siswa dari segi kognitif.
Aspek ini bisa dikembangkan di dalam lembaga pendidikan yang kita
kenaldengan sistem pendidikan nasional, di mana sistem pendidikan nasional
itujuga dikenal dengan lembaga pendidikan formal dan non formal,
sedangkansalah satu bentuk lembaga pendidikan formal adalah sekolah.
Dengan tujuanyang hendak dicapai maka sistem pendidikan nasional dalam
kurun waktuyang cukup lama sampai saat ini telah banyak mengalami
perubahan sesuaidengan perkembangan dan kemajuan zaman. Yaitu
mengembangkan potensipeserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
cakap, kreatif, mandiri, danmenjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. (UU Sisdiknas no 20, 2003)
Manajemen sekolah merupakan faktor yang paling penting dalam
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di sekolah yang
keberhasilannya diukur oleh prestasi yang didapat, oleh karena itu dalam
menjalankan kepemimpinan, harus menggunakan suatu sistem, artinya dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang di dalamnya terdapat
komponen-komponen terkait seperti guru-guru, staff TU, orang tua siswa, masyarakat,
pemerintah, anak didik, dan lain-lain harus berfungsi optimal yang
dipengaruhi oleh kebijakan dan kinerja pimpinan.
Managemen sekolah adalah urusan dari keseluruhan komposisi
yang ada. Pentingnya managemen sekolah dapat pula dikaitkan dengan
semakin banyaknya isu yang berupa kritik-kritik dari masyarakat tentang tidak
sesuainya produk sekolah dengan kebutuhan pembangunan, bahwa lulusan
sekolah merupakan produk yang tidak siap pakai, semakin membengkaknya
jumlah anak putus sekolah, makin banyaknya pengangguran. Untuk
memecahkan masalah tersebut bukan semata-mata merupakan tanggung jawab
sekolah, dengan meningkatkan keefektifan hubungan sekolah dan masyarakat
beberapamasalah tersebut dapat dikurangi. (Purwanto, 1995:189)
Adapun fungsi managemen sekolah yang bertujuan menciptakan
dan mengembangkan persepsi terbaik bagi suatu lembaga, organisasi, lembaga
pendidikan, yang kegiatannya langsung ataupun tidak langsung mempunyai
Fungsi lain dari managemen sekolah adalah menjaga hubungan
antara sekolah dan masyarakat, digambarkan bahwa hubungan keduanya
bagaikan suatu bangunan yang satu komponen dengan komponen yang saling
memperkokoh agar adanya timbal balik dalam rangka mendukung fungsi dan
tujuan sekolah. Seperti di jelaskan dalam surat ash-Shaff ayat 4 sebagai
berikut:
“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.”(Qs. Ash-Shaff:4)
Dan dalam sebuah hadits Nabi saw juga di jelaskan sebagai berikut.
صلى الله عليه وسلم الله لوسر لاق : لاق هنع الله يضر س وم يبا نع
دش ااننم اا نم ؤمم نم ؤم ا :
هامع قفتم .اضعب هضعب
”DariAbiMusar.a.,Rasulullahsaw.Bersabda: Hubungan orang mu‟min dengan mu‟min yang lain bagaikan bangunan yang saling memperkokoh/menguatkan satu sama lain.” (HR.Muttafaq„alaih).(al lu'lu wal marjan, 2012: 143)
Dengan adanya managemen sekolah dalam pendidikan, maka akan
terjalin kerjasama antar semua pihak, baik warga sendiri (internal public) dan masyarakat umum (eksternal public). Sehingga hubungan yang harmonis ini akan membentuk, (1) saling pengertian antar sekolah, orang tua, masyarakat
dan lembaga-lembaga lain yang ada di masyarakat, termasuk dunia kerja, (2)
saling membantu antar sekolah dan masyarakat karena mengetahui manfaat,
sekolah dengan berbagai pihak yang ada di masyarakat dan mereka merasa
bangga dan ikut bertanggung jawab atas suksesnya pendidikan di sekolah.
(Mulyasa, 2004:166)
Pengaruh masyarakat terhadap sekolah sebagai lembaga sosial,
terasa amat kuat, dan berpengaruh pula kepada para individu-individu yang
ada dalam lingkungan sekolah. Lingkungan di mana sekolah berada,
merupakan masyarakat yang kompleks, terdiri dari berbagi macam tingkatan
masyarakat yang saling melengkapi dan bersifat unik, sebagai akibat latar
belakang dimensi budaya yang beraneka ragam. Karena sekolah itu harus di
tengah-tengah masyarakat maka mau tidak mau harus berhubungan dengan
masyarakat. (Wahjosumidjo, 2001:331). Hal ini berarti bahwa sekolah
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat. Hubungan serasi,
terpadu, serta timbal balik yang diciptakan dan dilaksanakan agar peningkatan
mutu pendidikan dan pembangunan dapat saling menunjang. (Gunawan,
1996:187)
Sekolah Menengah Atas (SMA) Islam Sudirman adalah salah satu
SMA di daerah Ambarawa Kabupaten Semarang. Beberapa periode SMA
Islam Sudirman Ambarawa mengalami peningkatan jumlah siswa yang cukup
banyak.Semakin banyak siswa, maka akan semakin banyak tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana lain yang dibutuhkan dalam proses
pembelajaran. Untuk itu SMA Islam Sudirman Ambarawa membutuhkan
banyak Sumber Daya Manusia atau tenaga kependidikan yang professional
meningkatkan pendidikan yang bermutu di SMA Islam Sudirman Ambarawa
tersebut dengan berpartisipasi.
Dari gambaran ini, SMA Islam Sudirman Ambarawa berupaya
mempertahankan bahkan meningkatkan (bukan hanya kepercayaan dari
masyarakat) kualitas pendidikan khususnya pendidikan agama Islam dengan
melibatkan berbagai komponen masyarakat. Yaitu dengan terbentuknya
Komite Sekolah (KS) yang terdiri dari unsur masyarakat, sekolah dan
masyarakat lingkungan sekolah yaitu masyarakat sekitar SMA Islam
Sudirman Ambarawa.
Berkenaan dengan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Managemen Sekolah Dalam
Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Di SMA Islam Sudirman Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2015”.
B. Fokus Masalah
a. Bagaimana Pelaksanaan manajemen di SMA Islam Sudirman Ambarawa
Kabupaten Semarang Tahun 2015?
b. Bagaimana Upaya Managemen Sekolah SMA Islam Sudirman Ambarawa
Kabupaten Semarang Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat tahun
2015?
c. Bagaimana partisipasi masyarakat sekitar sekolah di SMA Islam Sudirman
C. Tujuan Penelitian
Penelitian diselenggarakan bertujuan untuk:
1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan managemen sekolah di SMA Islam
Sudirman Ambarawa kabupaten Semarang Tahun 2015.
2 Untuk mendeskripsikan upaya managemen sekolah di SMA Islam
Sudirman Ambarawa kabupaten Semarang Tahun 2015 dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat.
3 Untuk mendeskripsikan partisipasi masyarakat di SMA Islam Sudirman
Ambarawa kabupaten Semarang Tahun 2015.
D. Kegunaan Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak sekolah dalam
mengetahui dan menerapkan bentuk manegemen sekolah dalam
meningkatkan partisipasi masyrakat.
2. Secara Teori
Penulis berharap agar penelitian ini bermanfaat kepada para pembaca,
serta menambah wacana mengenai managemen sekolah dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat.
E. Penegasan Istilah
Penegasan Istilah ini dimaksudkan untuk memperjelas dan
mempertegas kata-kata/ istilah kunci yang diberikan dengan judul penelitian
SMA Islam Sudirman Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015.
Istilah-istilah tersebut meliputi:
1. Managemen Sekolah
Menurut Stoner Manajemen secara umum yang dikutip oleh T.
Hani Handoko (1995) manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota
organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya
agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Sedangkan dalam konteks sekolah yaitu Manajemen sekolah
menurut buku manajamen sekolah sebenarnya merupakan aplikasi ilmu
manajemen dalam bidang persekolahan. Ketika istilah manajemen
diterapkan dalam bidang pemerintahan akan menjadi manajemen
pemerintahan, dalam bidang pendidikan menjadi manajemen pendidikan,
begitu seterusnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian manajemen sekolah
disamakan yaitu serangkaian proses kegiatan dengan memanfaatkan segala
sumber di sekolah demi tercapainya tujuan sekolah secara efektif dan
efisien.
2. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah ikut serta dalam
suatu kegiatan. Sedangkan masyarakat menurut Aly dan Supatra (dalam
Yulianto, 2010) adalah eksistensi yang hidup, dinamis, dan selalu
bahwa mendefinisikan partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu
keberhasilan setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa
berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri.
Partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam
proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat,
pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk
menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan
keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang
terjadi. (Isbandi, 2007: 27)
Sekolah dan masyarakat merupakan dua aspek yang tidak dapat
dipisahkan. Karena keduanya saling membutuhkan. Sekolah ada karena
masyarakat. Dan masyarakatlah yang berpartisipasi dalam pendidikan di
sekolah. Keterlibatan masyarakat dalam pendidikan akan mempengaruhi
pendidikan itu sendiri. Maka dari itu perlu adanya suatu managemen
dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pendidikan di sekolah.
Agar keduanya saling berkesinambungan dalam meningkatkan atau
mengembangkan mutu pendidikan.
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan pada SMA Islam Sudirman
Ambarawa menggunakan jenis penelitian kualititaf, yaitu penelitian yang
bersifat atau memiliki karakteristik, bahwa dasarnya menyatakan dalam
tidak merubah dalam bentuk simbol-simbol atau bilangan.(Nawawi dan
Martini, 1996:174)
Sedangkan berdasarkan sifat masalahnya penelitian ini
menggunakanmetode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode
penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan obyek
sesuai dengan apa adanya.(Sukardi, 2003:157). Penelitian ini
menggambarkan bagaimana upayamanajemen sekolah di SMA Islam
Sudirman Ambarawa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat sekitar
sekolah.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam hal ini, kehadiran peneliti dalam penelitian ini bertindak
sebagai pencari pengumpul data yang kemudian data tersebut dianalisis.
Peneliti hadir langsung dalam rangka menghimpun data, peneliti menemui
secara lansung pihak-pihak yang mungkin bisa memberikan informasi atau
data seperti halnya kepala sekolah, humas sekolah, komite sekolah, dan
masyarakat di sekitar SMA Islam Sudirman Ambarawa sebagai sampel
untuk memperoleh data. Dalam melakukan penelitian peneliti bertindak
sebagai pengamat penuh dan keadaan atau status peneliti diketahui oleh
informan.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di SMA Islam Sudirman Ambarawa
4. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang pokok yang berkaitan dan diperoleh
secara langsung dari obyek penelitian. Sedangkan sumber data primer
adalah sumber data yang dapat memberikan data penelitian secara
langsung. (Suharsimi, 2002:107)Yang menjadi sumber data primer
dalam penelitian ini adalah Waka Humas, Guru-guru, komite sekolah di
SMA Islam Sudirman Ambarawa dan masyarakat.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data-data yang dikumpulkan dan digunakan
untuk mendukung data primer. Adapun data sekunder peneliti
mengambil kepustakaan meliputi profil sekolah, papan dokumentasi
sekolah, serta catatan-catatan tentang apa saja yang berhubungan
dengan masalah inikhususnya yang dimiliki oleh SMA Islam Sudirman
Ambarawa.
5. Metode Pengumpulan Data
Suatu proses menggandakan data primer untuk keperluan penelitian
pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam metode
ilmiah. Karena pada umumnya data yang akan digunakan untuk menguji
hipotesa yang telah dirumuskan (Meleong, 2007:3).Dan ada beberapa
1. Interview (wawancara)
Interview yaitu proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan yang mana dua orang atau lebih
bertatapmuka mendengarkan secara langsung informasi-informasi
atauketerangan-keterangan. (Moeleong, 2009:186)
Metode interview ini dilakukan untuk mendapatkan informasi terhadap data-data yang berkaitan dengan fokus masalah
yangditujukan kepada pihak yang berhubungan,seperti Waka humas ,
guru, komite sekolah dan masyarakat.
2. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian (Margono,
2004:158).Observasi yang peneliti pergunakan adalah observasi non
partisipasi, Observasi non partisipasi (Non Participant Observation)
yaitu observer tidak mengambil bagian secara langsung didalam
situasi keadaan yang diobservasi, tetapi dapat dikatakan sebagai
penonton, jadi tidak sebagai pemain. Karena peneliti tidak ikut
berpartisipasi didalamnya, hanya semata – mata sebagai pengamat
saja.
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
2006:231).Metode ini digunakan untuk mendapatkan data berupa
sejarah berdiri, struktur organisasi, Visi dan Misi, Jumlah personil
SMA Islam Sudirman Ambarawa Kabupaten Semarang, serta data-data
lain yang bersifat dokumen.
6. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara
sistematiscatatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk
meningkatkan pemahaman penelitian tentang kasus yang diteliti dan
menyajikannya sebagaitemuan bagi orang lain. Sedangkan untuk
meningkatkan pemahaman tersebut, analisis perlu dilanjutkan dengan
berupaya mencari makna (meaning). (Muhajir, 1996:104)
Untuk menganalisa data yang telah diperoleh dari hasil penelitian,
penulis menggunakan analisa deskriptif kualitatif, yaitu analisis
yangmewujudkan bukan dalam bentuk angka melainkan dalam bentuk
lapangan dan uraian deskriptif. Adapun cara pembahasan yang digunakan
untukmenganalisa data dalam hal ini, yaitu dengan menggunakan pola
pikir induktif. Yaitu berangkat dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa
yangbersifat empiris kemudian temuan tersebut dipelajari dan dianalisis
sehingga bisa dibuat suatu kesimpulan dan generalisasi yang bersifat
7. Pengecekan Keabsahan Data
Hasil data atau temuan selama pelaksanaan penelitian berlangsung
penting untuk diuji validitas dan kehandalannya, untuk membuktikan
bahawa hasil penelitian sesuai dengan fakta dan realita yang ada.
Uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,
peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman
sejawat, analisis kasus negatif dan member check. (Sugiono, 2009:270)
Dalam hal ini peneliti akan menggunakan teknik perpanjangan pengamatankarena dengan perpanjangan pengamatan ini berarti telah menambah keakraban antara peneliti dengan narasumber, sehingga antara
narasumber dengan peneliti semakin terbuka dan cenderung transparan
dan tidak akan ada yang ditutup-tutupi lagi, dari itu Validitas data akan
semakin kuat, lebih lanjut dalam menguji kredibilitas data peneliti
memfokuskan pada data yang telah diperoleh, apakah data yang telah
diperoleh setelah dicek kembali kelapangan Valid atau tidak, apabila
setelah dicek kembali tidak ada yang berubah maka data tersebut sudah
kredibel dan perpanjangan pengamatan dapat diakhiri.
8. Tahap - tahap Penelitian
a. Tahap pra-lapangan
Dalam tahap ini, yang dilakukan peneliti adalah menyusun rancangan
penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan,
informan, serta menyiapkan perlengkapan penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan
Pada tahap ini peneliti harus mempersiapkan diri dengan menjaga
kesehatan fisik, berpenampilan rapi dan sopan saat melakukan
penelitian. Ketika memasuki lapangan, hendaknya peneliti berbaur
mejadi satu dan menjaga keakraban dengan subyek agar tidak ada
dinding pemisah antara keduanya. Selain itu peneliti juga harus
berbahasa yang baik dan jelas agar dalam mencari informasi subyek
mudah menjawabnya. Sambil berperan serta, peneliti juga mencatat
data yang diperlukan.
c. Tahap analisis data
Analisis data menurut Patton dalam kutipan Moleong (2009:103),
adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam
suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Dalam hal ini peneliti
mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan
mengategorikannya.
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini akan peneliti susun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah,
fokusmasalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka berisi tentang tinjauan teoritik atau
kajian pustaka mengenai, managemen sekolah dan
partisipasi masyarakat.
BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Laporan hasil penelitian meliputi gambaran umum
lokasi dan subyek penelitian serta penyajian data hasil
penelitian.
BAB IV : PEMBAHASAN
Pembahasan hasil penelitian berisi tentang analisis
data yang meliputi analisis deskriptif.
BAB V :PENUTUP
BAB II
LANDASAN TEORI
A. ManajemenSekolah
1. Pengertian Managemen Sekolah
Manajemen sekolah pada hakekatnya mempunyai pengertian yang
hampir sama dengan manajemen pendidikan. Ruang lingkup dibidang
kajian menajemen sekolah juga merupakan ruang lingkup dan bidang
kajianmenajamen pendidikan. Komponen-komponen yang harus dikelola
dengan baik menurut Mulyasa(2003: 42-43), sebagai berikut:
a. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran Manajemen kurikulumdan program pengajaran mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kurikulum. Perencanaan dan pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat. Karena itu level sekolah yang paling penting adalah bagaimana merealisasikan dan menyesuaikan kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran.
b. Manajemen tenaga kependidikan atau manajemen personalia pendidikan bertujuan untuk mendaya gunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan. Sehubungan dengan hal itu, fungsi personalia yang harus dilaksanakan pimpinan, adalah menarik, mengembangkan, menggaji, dan memotivasi personilguna mencapai tujuan sistem, membantu anggota mencapai posisi dan standar perilaku, memaksimalkan perkembangan karier tenaga kependidikan,serta menyelaraskan tujuan individu dan organisasi.
Lebih lanjut, Suryosubroto (2004:27)meyatakan:
b. Manajemen pendidikan merupakan suatu proses yang merupakan dasar (siklus) penyelenggaran pendidikan dimulai dari perencanaan diikuti oleh pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan, pemantauan, dan penilaian tentang usaha sekolah untuk mencapai tujuannya.
c. Manajemen pendidikan merupakan usaha untuk melakukan pengelolaan sistem pendidikan.
d. Manajemen pendidikan merupakan kegiatan memimpin, mengambil keputusan serta berkomunikasi dalam organisasi sekolah sebagai usaha untuk mencapai tujuan pendidikan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa manajemen
pendidikan merupakan usaha yang dilakukan oleh sekolah dalam
mengelola dan mengatur untuk mencapai sebuah tujuan dari sekolah itu
sendiri, mulai dari pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan,
pemantauan, dan penilaian tentang usaha sekolah.
Merujuk kepada Kebijakan Direktorat Pendidikan Menengah
Umum Depdiknas dalam buku panduan Manajemen Sekolah, berikut ini
adalah bidang-bidang kegiatan manajemen pendidikan disekolah, yang
mencakup:
a. Manajemen kurikulum.
b. Manajemen kesiswaan.
c. Manajemen personalia.
d. Manajemen saranapendidikan
e. Manajemen tatalaksanasekolah
f. Manajemen keuangan
g. Pengorganisasian sekolah
Kedelapan halter sebut boleh dikatakan sebagai delapan komponen
manajemen pendidikan sekolah atau 8 bidang garapan manajemen
pendidikan persekolahan. Manajemen pendidikan mengandung
pengertiaan proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Prosesitu dimulai
dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemantauan, dan
penilaian.
Meskipun ditemukan pengertian manajemen atau administrasi
yang beragam, baik yang bersifat umum maupun khusus tentang
kependidikan, namun secara esensial dapat ditarik benang merah tentang
pengertian manajemen pendidikan, bahwa: (1) manajemen pendidikan
merupakan suatu kegiatan; (2) manajemen pendidikan memanfaatkan
berbagai stun berdaya; dan (3) manajemen pendidikan berupaya untuk
mencapai tujuan tertentu. (Suryo subroto, 2004:30).
Manajemen Pendidikan adalah seni dan ilmu mengelola
sumberdaya pendidikan untuk mewujudkan proses dan hasil belajar
peserta didik secara aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan dalam
mengembangkan potensi dirinya. Sedangkan dalam konteks sekolah yaitu
Manajemen sekolah, menurut buku manajamen sekolah sebenarnya
merupakan aplikasi ilmu manajemen dalam bidang persekolahan. Ketika
istilah manajemen diterapkan dalam bidang pemerintahan akan menjadi
manajemen pemerintahan, dalam bidang pendidikan menjadi manajemen
Pada hakekatnya istilah manajemen pendidikan dan manajemen
sekolah mempunyai pengertian dan maksud yang sama. Keduany asusah
untuk dibedakan karena sering dipakai secara bergantian dalam pengertian
yang sama. Apa yang menjadi bidang manajemen pendidikan adalah juga
merupakan bidang manajemen sekolah.Demikian pula proses kerjanya
ditempuh melalui fungsi- fungsi yang sama, diturunkan dari teori
administrasi dan manajemen pada umumnya. (Usman, 2013:13)
Berkaitan dengan tujuan dan manfaat manajemen pendidikan
menurut Usman (2006:8) tujuan dan manfaat manajemen pendidikan
antara lain:
“(1) terwujudnya suasana belajar danprosespembelajaranyangefektif; inovatif,kreatif, danmeyengkan,(2)terciptanyapesertadidikyang aktif mengembangkanpotensidirinya,(3) terpenuhinya salahsatu dari4 kompetensitenagapendidikdankependidikan,(4) tercapainyatujuan pendidikan secaraefektifdanefisien, (5) terbekalinyatenagakependidikan denganteoritentangproses dantugasadministrasipendidikan,dan(6) tertasinyamasalah mutupendidikan”.
Sedangkan menurut Nawawi dalam Usman
(2006:82)menyatakantujuan manajemen pendidikanadalah“meningkatkan
efesien danefektivitas penyelenggaraankegiatan operasionalkependidikan
dalam mencapaitujuan pendidikan.”
Berdasarkan pendapat diatas, dapat dipahami bahwa manajemen
pendidikan sangatdiperlukan dalammeningkatkan kualitas maupun
kuantitas. Adanya manajemenyang
baikdalamsuatupendidikan,makapendidikanakanberjalan
kendala- kendala yang dapat menghambat pencapain tujuan dapat
terdeteksi dan diatasi dengan baik, dan selanjutnya semua hal tersebut
berguna dalam pencapain tujuan pendidikan itu sendiri agar lebih efektif
dan efisien. Jadi masalah manajemen pendidikan adalah masalah yang
sangat berperan dalam proses penyelenggaraan pendidikan baik sebagai
sarana maupun alat penataan bagi komponen pendidikan lainnya.
2. Tujuan Manajemen Sekolah.
Pada hakekatnya tujuan manajemen sekolah sama dengan tujuan
manajemen pendidikan,menurut Usman(2013:17):
a. Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang Aktif, Kreatif Efektif, Menyenangkan,dan Bermakna (PAKEMB).
b. Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya.
c. Terpenuhinya salah satu dari lima kopetensi tenaga kependidikan (tertunjangnya kopetensi manajerial tenaga kependidikan sebagai manajer).
d. Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
e. Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manajer atau konsultan manajemen pendidikan).
f. Teratasinya masalah mutu pendidikan karena 80% malah mutu disebabkan oleh manajemennya.
g. Terciptanya perencanaan pendidikan yang merata, bermutu, relevan, tidak bias jender dan SARA dan akuntabel.
h. terciptanya citra positif pendidikan.
Tujuan utama penerapan manajemen sekolah pada intinya adalah
untuk penyeimbangan struktu rkewenangan antara sekolah, pemerintah
daerah dan pusat pelaksanaan proses manajemen menjadi lebih efisien.
Kewenangan terhadap pembelajaran diserahkan kepada unit yang paling
dekat dengan pelaksanaan proses pembelajaran itu sendiri yaitu sekolah.
melayani masyarakat secara maksimal sesuai dengan keinginan
masyarakat tersebut.
Tujuan lain penerapan Manajemen sekolah adalah untuk
memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui kewenangan kepada
sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan
secara partisipatif. Lebih rincinya manajemen sekolah bertujuan untuk:
a. Meningkatkan mutu penidikan melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang
tersedia.
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan
bersama.
c. Meningkatkan tanggungjawab sekolah kepada orangtua, masyarakat,
dan pemerintah tentang mutusekolahnya.
d. Meningkatkan kompetisi yang sehat antarsekolah tentang mutu
pendidikan yangakan dicapai.
3. Fungsi Manajemen Sekolah.
Fungsi-fungsi manajemen pendidikan di sekolah adalah:
a. Merencanakan cara dan langkah-langkah mewujudkan tujuan program
b. Mengalokasikan baik sumber daya maupun kegiatan mengajar
sehingga masig-masing tahu tugas dan tanggungjawab.
c. Memotifasi dan menstimulir kegiatan staf pengajar sehingga mereka
d. Mengkoordinirkegiatananggotastafpengajardansetiapsatuantugas di
sekolahsehinggatenagadapat digunakan seefektif mungkin.
e. Menilai efektifitas program dan pelaksanaan tugas pengajaran dan
tujuan-tujuansekolahyang ditentukansudahtercapaiapabelum. Dan
menilai pertumbuhan kemampuan mengajartiapguru.
Fungsi manajemen sekolah dilihat dari bentuk masalahnya terdiri
dari bidang- bidang substansi dan manajemen sekolah. Masalah-masalah
yang merupakan bidang dari manajemen sekolah terdiri dari:
a. Bidang pengajaran atau lebih luas disebut kurikulum.
b. Bidang kesiswaan.
c. Bidang personalia.
d. Bidang keuangan.
e. Bidang sarana.
f. Bidang prasarana.
g. Bidang hubungan sekolah dengan masyarakat (humas)
Fungsi manajemen sekolah dilihat dari akivitas atau kegiatan manajemen,
meliputi:
a. Kegiatan manajerial yang dilakukan olehpara pimpinan. Kegiatan
manajerial meliputi:1) Perencanaan, 2) Pengorganisasian,
3)Pengarahan, 4) Pengkoordinasian, 5) Pengawasan, 6) Penilaian, 7)
Pelaporan,8) Penentuan anggaran.
b. Kegiatan yang bersifat operatif,yakni kegiatan yang dilakukan oleh
tujuan. Artinya, bagaimanapun baiknya kegiatan manajerial (seperti
perencanaan) tanpa didukung oleh pelaksanaan pekerjaan yang telah
direncanakan tersebut, mustahil tujuan organisasi dapat dicapai dengan
baik. Fungsi operatif ini meliputi pekerjaan- pekerjaan: 1)
Ketatausahaan, 2) Perbekalan, 3) Kepegawaian,4) Keuangan, 5)
Humas.
Pelaksanaan manajemen sekolah yang efektif dan efisien menuntut
dilaksanakan beberapa fungsi manajemen tersebut,secara terpadu dan
terintegrasi dalam pengelolaan bidang-bidang manajemen pendidikan.
Jadi melalui penerapan fungsi manajemen sekolah yang efektif
danefisien diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
peningkatan kualitas pendidikan secara keseluruhan.
4. Ruang LingkupManajemen Sekolah.
Dimaksud dengan ruang lingkup dalam tulisan ini adalah luasnya
bidang manajemen sekolah. Pada awal telah disebutkan bahwa dilihat dari
wujud permasalahannya manajemen sekolah secara substansial meliputi
beberapa bidang antaralain:
a. Bidang kurikulum (pengajaran)
b. Bidang kesiswaan
c. Bidang personaliayang mencakup tenaga edukatif dan tenaga
administrasi
d. Bidang sarana yang mencakup segala hal yang menunjang secara
e. Bidang prasarana, mencakup segala hal yang menunjang secara tidak
langsung pada pencapaian tujuan.
f. Bidang hubungan dengan masyarakat, berkaitan langsung dengan
bagaimana sekolah dapat menjalin hubungan dengan masyarakat
sekitar.
Semua bidang manajemen sekolah ini harus dikelola dengan
memperhatikan aktivitas-aktivitas manajerial dan didukung oleh aktivitas
pelaksana. Dengan demikian akan terjadi sinergi dalam pencapaian tujuan
sekolah.
B. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat 1. Pengertian Manajemen Hubungan Masyarakat
Pada dasarnya, manajemen hubungan masyarakatmerupakan
bidang atau fungsi tertentu yang diperlukan oleh setiap organisasi, baik itu
organisasi yang bersifat komersial (perusahaan) maupun organisasi yang
non komersial.
Manajemen hubungan masyarakat yang merupakan terjemahan
bebas dari istilah publicrelation. Kedua istilah ini akan dipakai secara
bergantian itu terdiridari semua bentuk komunikasi yang terselenggara
antara organisasi yang bersangkutan dengan siapa saja yang
berkepentingan dengannya.setiap orang pada dasarnya juga selalu
mengalamihumas, kecuali jika ia adalah sejenis tarzan yang tidak
pernahbertemu ataumenyalin kontak dengan manusia lainnya. Istilah dasar
menghindari salah pengertian, kita lihat saja makna baku atau definisi dari
istilah humas tersebut langsung dari kamus induk yangpaling sering
dijadikan acuan bagi kalangan praktisi humas. (Anggoro, 2000:1)
Menurut definisi kamus terbitan Institutof PublicRelation, yakni sebuah lembaga hubungan masyarakat terkemuka di Inggris dan Eropa,
terbitan bulan November1987.”Hubungan Masyarakat adalah keseluruhan
upaya yang dilangsungkan secara terencanadan berkesinambungan dalam
rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara
suatu organisasi dengan segenap khalayaknya”.Jadi hubungan masyarakat
adalah suatu rangkaian kegiatan yang diorganisasise demikian rupa
sebagai suatu rangkaian kampanye atau program terpadu,dan semuanya
itu berlangsung secara berkesinambungan dan teratur. Kegiatan hubungan
masyarakat sama sekali tidak bisa dilakukan secara sembarangan atau
dadakan.Tujuan hubungan masyarakat itu sendiri adalah untuk
memastikan bahwa niat baik dan kiprah organisasi yang bersangkutan
senantiasa dimengerti oleh pihak– pihak lainyang berkepentingan (atau
lazim disebut sebagai seluruh ”khalayak” atau publiknya). (Anggoro,
2000:2)
Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat adalah menilai
sikap masyarakat agar tercipta keserasian antaramasyarakat dan
kebijaksanaan organisasi. Karena mulai dari aktivitas program
humas,tujuan dan sasaran yang hendak dicapai oleh organisasi tidak
Pada prinsipnya secara struktural fungsi kehumasan dalam organisasi
merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari suatu
kelembagaan atau organisasi. Fungsi kehumasan dapat berhasil secara
optimal apabila berada langsung dibawah pimpinan tertinggi pada
organisasi tersebut. Fungsi manajemen humas dalam menyelenggarakan
komunikasi timbal balik dua arah organisasi yang diwakilinya dengan
masyarakat sebagai sasaran pada akhirnya dapat menentukan sukses atau
tidaknya tujuan dan citra yang hendak dicapai oleh organisasi yang
bersangkutan. Hal tersebut sesuai dengan intisari definisi kerja hubungan
masyarakat.
Manajemen hubungan masyarakat merupakan komunikasi dua arah
antara organisasi dengan publik (masyarakat) secara timbal balik dalam
rangka mendukung fungsi dan tujuan manajemen dengan meningkatkan
pembinaan kerja sama serta pemenuhan kepentingan bersama. (Rosadi,
2005:119)
Dikaitkan dengan definisi hubungan masyarakat yang sekaligus
merupakanacuan fungsi kehumasan tersebut diatas maka manajemen
hubungan sekolah dengan masyarakat dimulai dari pembenahan organisasi
internal manajemen kehumasan hingga kegiatan bersifat mambangun citra
pendidikan, citra cermin, citra serba aneka lain sebagainya. Manajemen
humas pendidikan membantu memelihara aturan bersama melalui saluran
komunikasi kedalam dan keluar,agar tercapai saling pengertian atau kerja
mengidentifikasikan dan menanggapi opini masyarakat yang sesuai atau
tidak dengan kebijaksanaan yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan
yang bersangkutan. Juga membantu fungsi manajemen humas dalam
mengantisipasi dan memanfaatkan berbagai kesempatan, serta tantangan
atau perubahan yang terjadi di dalammasyarakat.
Sesungguhnya peran manajemen hubungan masyarakat itu dapat
bertindak sebagai tanda bahaya yang berperan untuk mendukung atau
membantu pihak manajemen pendidikan berjaga-jaga menghadapi
kemungkinan buruk yang terjadi terhadap lembaga pendidikan. Mulai dari
timbulnya isu, berita negatif, meluasnya isu negatif yang kurang
menguntungkan terhadap lembaga pendidikan atau nama lembaga yang
sedang bermasalah hingga penurunan citra, bahkan kehilangan citra yang
dapat menimbulkan berbagai resiko yang menyangkut krisis kepercayaan
maupun krisis manajemen.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas manajemen
hubungan masyarakat akan menjalankan perannya yaitu kepentingan
menjaga nama baik dan citra lembaga pendidikan agar selalu dalam posisi
yang menguntungkan. Salah satu metode yang dipergunakan adalah
melalui cara,ajakan atau imbauan, bukan merupakan paksaan. Biasanya
manajemen humasakan melaksanakan strategi komunikasi yang lebih
jelas.
Dengan demikian, maka pendukung program kerja dan peran
komunikasi yang baik antara organisasi dan masyarakat dengan moral
yang baik. Jadi peran ideal yang harus dimiliki oleh manajemen humas
dalam suatu lembaga pendidikan antara lain sebagia berikut:
a. Menjelaskan tujuan-tujuan organisasi kepada pihak masyarakatnya.
Tugas tersebut akan terpenuhi dengan baik apabila manajemen humas
yang bersangkutan lebih memahami atau meyakini informasi yang
akan disampaikannya itu.
b. Bertindak sebagai radar, tetapi juga harus mampu memperlancar
pelaksanaannya jangan sampai informasi tersebut membingungkan
atau menghasilkansesuatu yang kadang-kadang tidak jelas arahnya
sehingga informasi menjadi sulit untuk diterima oleh masyarakat.
c. Pihak manajemen humas memiliki kemampuan untuk meliha tkedepan
atau memprediksi suatu secarat epat yang didasarkan kepada
pengetahuan akan data atau sumber informasi actual dan factual yang
menyangkut kepentingan lembaga pendidikan maupun masyarakatnya.
(Rosadi, 2005:123)
Ada hubungan saling memberi dan saling menerima antara
lembaga pendidikan dengan masyarakat sekitarnya. Lembaga pendidikan
merealisasi apa yang dicita-citakan oleh warga masyarakat tentang
pengembangan putra putra mereka. Hampir tidak ada orang tua siswa
yang mampu membina sendiri putra–putra mereka untuk dapat
bertumbuh dan berkembang secara total , integratif dan optimal seperti
lembaga-lembaga pendidikan mengambil alih tugas ini. Lembaga pendidikan
memberikan sesuatu yang sangat berharga kepada masyarakat.
2. Manajemen Humasmeliputi
a. Perencanaan
Sebelum merumuskan program sekolah perlu mengetahui secara
pasti seperti apa citra sekolah di mata masyarakat. Hal ini identik dengan
prinsip militer yang harus senantiasa dipegang teguh dalam setiap
pertempuran. Kemenangan tidak mungkin dicapai jika situasinya tidak
dipahami dengan benar. Untuk memahami situasi memerlukan informasi
kalau mendasarkan segala sesuatunya hanya pada dugaan, perkiraan atau
bahkan angan-angansaja. Maka bisa dipastikan bahwa akankehilangan
arah dan program tadipun mengalami kegagalan. Kegiatan humasyang
sebenarnya tidaklah berupa perekayasaan atau pemolesan publivitas guna
memunculkan suatu citra yanglebih indah dari aslinya.
Adapun kegiatan humas yang sebenarnya senantiasa menjunjung
tinggi kebenaran dan kejujuran. Segala program humas baik itu program
yang berjangka panjang maupun program yang berjangka pendek harus
direncanakan dengan cermat dan hati-hati sedemikian rupa sehingga akan
diperoleh hasil–hasil yang nyata.
Adapunalasan–alasandiadakannya perencanaanhumasadalah
sebagai berikut:
1. Untuk menetapkan target–target operasi humas yang nantinya akan
2. Untuk memperhitungkan jumlah jam kerja dan berbagai biaya yang
dibutuhkan.
3. Untuk memilih prioritas-prioritas yang paling pentin gguna
menentukan:
a) Jumlah program
b) Waktu yang diperlukan guna melaksanakan segenap program
humas yang telah diprioritaskan tersebut.
4. Untuk menentukan kesiapan atau kelayakan pelaksanaan berbagai
upaya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu sesuai dengan
jumlah dan kualitas.
a) Personal yang ada
b) Daya dukung dari berbagai peralatan fisik seperti: alat-alat kantor,
dsb
c) Serta anggaran dana yang tersedia
Kata-katayang paling penting diingat disini antara lain adalah jam
kerja, prioritas, penentuan waktu, sumber daya, peralatan, dan anggaran.
Dalam mengejar suatu tujuan kita selalu saja menghadapai hambatan
abadi yang berupa keterbatasan sumber daya. Tanpa adanya suatu program
yang terencana, kegiatan humas terpaksa beroperasi secara instingtif
sehingga mudah kehilangan arah akan selalu tergoda mengerjakan hal-hal
yang baru sementara hal-hal yang lama belum terselesaikan. Pada
akhirnya ia akan sulit memastikan sejauh mana kemajuan yang telah
saja dengan menjalankan sebuah kereta api tanpa arah tanpa halte dan
tanpa stasiun tujuan sehingga pada akhirnya ia akan kehabisan bahan
bakar dan berhenti tanpa mencapai suatu hasil yang pasti. Biasanya pola
kerja seperti itulah yang dilakukan oleh para praktisi humas yang kurang
professional. (Anggoro, 2000:75-76)
Perencanaan merupakan proses pemilihan alternatif dan proses
mengaitkan pengetahuan, fakta, imajinasi dan asumsi masa depan, serta
formulasi tujuan yang ingin dicapai, perencanaan merupakan prosesdi
mana mengadaptasi dirinyan dengan berbagai sumber untuk mengubah
lingkungan dan kekuatan-kekuatan internal yang ada didalam sistem itu
sendiri. (Soenaryo, 2000:36-37)
Pada dasarnya tujuan umum dari program kerja dan berbagai kerja
humas di lapangan adalah cara menciptakan hubungan harmonis antara
lembaga pendidikan dengan masyarakatnya atau stakeholder sasaran
masyarakat yang terkait. Hasil yang diharapkan adalah terciptanya citra
positif, kemauan baik,saling menghargai, saling timbul pengertian,
toleransi antara kedua belah pihak.
Tujuan dari proses perencanaan program kerja untuk mengelolah
berbagai aktivitas manajemen humas tersebut dapat diwujudkan jika
terorganisasi dengan baik melalui manajemen humas yang dikelola secara
profesional dan dapat dipertanggungjawabkan hasil atau sasarannya. Hal
tersebut dapat terwujud jika keduanya mendapatkan informasi yang jelas,
b. Pengoorganisasian
Untuk mencapai tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat,
diperlukan kerjasama antara semua anggota organisasi, proses ini disebut
pengoorganisasian.
Pengoorganisasian adalah proses pembagi kerja dalam tugas-tugas
yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai
dengan kemampuannya, dan mengalokasikannya sumber daya,
mengkoordinasikannya dalam rangka efektifitas pencapaian tujuan
organisasi. (Fatah, 1996:71)
Secara singkat kupasan Ernest Dale dapat diartikan bahwa
pentingnya pengoorganisasian adalah :
1) Tugas-tugas yang terinci harus dibuat dalam mencapai tujuan
organisasi.
2) Seluruh tugas-tugas harus dijabarkan menjadi kegiatan-kegiatan yang
secara logis dan sesuai bagi individu maupun kelompok.
3) Pekerjaan-pekerjaan anggota organisasi harus dikombinasikan secara
logis dan efisien.
4) Perlunya pengendalian dan pengawasan untuk meningkatkan
efektifitas.
Pengoorganisasian merupakan proses penyusunan struktur
organisasi, sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang
melingkupinya. Pembagian kerja adalah pemerincian tugas agar setiap
sekumpulan kegiatan yang terbatas. Kedua aspek ini merupakan dasar
proses pengoorganisasian suatu lembaga pendidikan untuk mencapai
tujuannya yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif.
Tehnik pengoorganisasian adalah usaha sadar yang dilakukan oleh
suatu organisasi, dengan menggunakandaya analisis untuk menelaah
kelemahan-kelemahan dalamke efektifan dan koordinasi organisasi.
(Hardjito, 1997:74-79)
Organisasi dalam arti statis adalah suatu bagan atau suatu bentuk
yang berwujud dan bergerak demi tercapainya tujuan bersama, dalam
istilah lain disebutse bagai struktur atau tataraga organisasi. Jadi struktur
organisasi adalah suatu manifestasi organisasi yang menunjukkan
hubungan antara fungsi otoritas dan tanggung jawab yang saling
berinteraksi dari orang yang diberitugas dan tanggung jawabatas semua
aktivitas.
Pengorganisasian adalah pembagian kerja yang direncanakan
untuk diselesaikan oleh anggota, penetapan hubungan antar pekerjaan
yang efektif diantara pekerja.Dan pengorganisasian juga dapat
didefinisikan sebagai suatu pekerjaan pembagi tugas, mendelegasikan
otoritas, dan menetapkan aktifitas yang hendak dilakukan oleh
manajemen humas. Oleh karena itu, dalam pengorganisasian diperlukan
tahapan sebagai berikut:
2) Deskripsi pekerjaan yang harus dioperasikan dalam aktifitas
tertentu
3) Klasifikasi aktifitas dalam kesatuan yang praktis.
(Siswanto,2005:73-75)
c. Pengaktifan
Setelah setiap personalia mempunyai kejelasan tugas dan tanggung
jawab,tibalah saatnya pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan.Proses
ini disebut pengaktifan. Pengaktifan adalah kegiatan menggerakkansemua
personalia agar melakukan tugasnya untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengaktifan bisa juga disebut penggerakan (actuating),
pemimpinan (leading), atau pengarahan (directing). Penggerakan
dimaksudkan sebagai upaya untuk membuat semua anggota kelompok
mau bekerja dan bersedia mengembangkan segenab pikiran dan tenaganya
untuk membuat semua anggota kelompok mau bekerja dan bersedia
mengembangkan segenap pikiran dan tenaganya untuk melakukan tugas
pekerjaannya dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi.
Penggerak atau pemotivasian (pengaktifan) yaitu dapat diartikan
sebagi keadaaan kejiwaan dan sikap mental yang memberikan energi
mendorong kegiatan, atau menyalurkan perilaku kearah mencapai
kebutuhan yang memberi keseimbangan secara singkat, pengaktifan
sebagai penggerak semua potensi dan sumberdaya lainnya agar secara
d. Pengedalian
Pengendalian yang dimaksudkan menentukan bagi pengajar apa
yang harus dikerjakan dan apa yang tidak harus mereka kerjakan, dan
pengajar harus mengerjakan hal-hal yang telah diinstruksikan. Dan juga
mengukur hasil kerja dan campur tangan apabila hasil yang dicapai para
guru kurang memuaskan. Pengendalian dalam suatu bentuk jelas perlu
untuk mendapatkan kinerja yangterpercaya dan terkoordinasi.
(Siswanto,2005:125)
Dalam pengendalian mengukur ke arah tujuan tersebut dan
memungkinkan untuk dideteksi penyimpangan dari perencanaan dengan
tepat pada waktunya untuk melakukan tindakan perbaikan sebelum
penyimpangan menjadi jauh. Pengendalian manajemen adalah suatu usaha
sistematik untuk menetapkan standart kinerja dengan sasaran perencanaan,
mendesain umpan balik informasi, membandingkan kinerja actual dengan
standart yang telah ditetapkan, menentukan apakah terdapat
penyimpangan dan mengukur signifikansi penyimpangan tersebut, dan
mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa
semua sumberdaya lembaga pendidikan yang sedang digunakan sedapat
mungkin secara lebih efeksien dan efektif guna mencapai tujuan
pendidikan. Berdasarkan batasan di atas terdapat empat langkah
pengendalian sebagai berikut yaitu:
1) Menetapkan standart dan metode untuk pengukuran kinerja
3) Membandingkan kinerja sesuai dengan standart
4) Mengambil tindakan perbaikan
Sebagai bahan perbandingan ada batasan pengendalian sebagai
suatu proses yang sistematis untuk mengevaluasi apakah aktifitas
organisasi telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Apabila belum dilaksan akan didiagnosis factor penyebabnya untuk
selanjutnya diambil tindakan perbaikan. Berdasarkan batasandiatas
,tampaklah betapa pentingnnya aktifitas pengendalian, kebutuhan
pengendaliansama pentingnya dengan kebutuhan perencanaan.Aktifitas
perencanaan sebagai kunci awal pelaksanaan aktifitas organisasi
sedangkan aktifitas pengendalian sebagi kunci akhir untuk evaluasi
aktifitas yang telah dilaksanakan sekaligus melakukan tindakan perbaikan
apabila perlu. (Siswanto,2005:139-141)
C. Partisipasi Masyarakat
Dalam penyelenggaraan pendidikan, peran serta masyarakat sangat
penting, sebagai salah satu elemen pendukung terwujudnya pendidikan
berbasis masyarakat sehingga, manfaat kehadiran pendidikan benar-benar
dirasakan masyarakat.Salah satu bentuk peran serta masyarakat adalah
melakukan pemberdayaan masyarakat dengan memperluas partisipasi
masyarakat dalam pendidikan yang meliputi peranserta perorangan,
kelompok, keluarga, organisasi profesi,dan organisasi kemasyarakatan dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan. Masyarakat
pendidikan. Oleh karena itu, masyarakat berhak melaksanakan pendidikan
yang berbasis masyarakat, dengan mengembangkan dan melaksanakan
kurikulum danevaluasi pendidikan, serta managemen dan pendanaanya sesuai
dengan standar pendidikan nasional. Pendidikan yang berbasis
masyarakatdapat bersumber dari penyelenggara, masyarakat, pemerintah,
pemerintah daerah, dan sumber lainnya. Demikian juga lembaga pendidikan
yang berbasis masyarakat dapat memperoleh bantuan teknis, subsidi dana,dan
sumberdaya lain secara adil dan merata dari pemerintah pusat dan pemerintah
daerah.
Partisipasi masyarakat tersebut kemudian dilembagakan dalam
bentuk dewan pendidikan dan komite sekolah. Dewan pendidikan adalah
lembaga mandiri yang beranggotakan berbagaiunsur masyarakat yang perduli
terhadap pendidikan sedangkan komite sekolah adalah lembaga yang terdiri
dari unsur orang tua, komunitas, serta tokoh masyarakat yang peduli
pendidikan. Dewan pendidikan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan
pendidikan, dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga,
sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan dalam tingkat nasional,
profinsi, dan kabupaten yang tidak mempunyai hubungan hirarkis. Sedangkan
peningkatan mutu pelayanan ditingkat satuan pendidikan dan peran tersebut
menjadi tanggung jawab komite sekolah. (Mahfud, 2006:61-62)
Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnaya
merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan
sekolah sebagai system social merupakan bagian integral dari system social
yang lebih besar, yaitu masyarakat. Sekolah dan masyarakat memiliki
hubungan yang sangat erat dalam mencapai tujuan sekolah atau pendidikan
secara efektif dan efisien. Sebaliknya sekolah harus menunjang pencapaian
tujuan atau pemenuhan kebutuhan masyarakat, khususnya kebutuhan
pendidikan. Oleh karena itu, sekolah berkewajiban untuk memberikan
penerangan tentang tujuan-tujuan, program-program, kebutuhan, serta
keadaan masyarakat. Sebaliknya sekolah juga harus mengetahui dengan jelas
apa kebutuhan,harapan dan tuntutan masyarakat,terutama terhadap sekolah.
Dengan perkataanlain, antara sekolah dan masyarakat harus dibina suatu
hubungan yang harmonis. Hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan
antara lain: (1). Memajukan kualitas pembelajaran, dan pertumbuhan anak,
(2). Memperkokoh tujuan serta meningkatkankualitas hidup dan penghidupan
masyarakat, dan (3). Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan
dengan sekolah. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, banyak cara yang dapat
dilakukan oleh sekolah dalam menarik simpati masyarakat terhadap sekolah
dan menjalin hubungan yang harmonis antara sekolah masyarakat. Hal
tersebut antara lain dapat dilakukan dengan memberitahu masyarakat
mengenai program- program sekolah,baikprogram yangt elah dilaksanakan,
maupun yang akan dilaksanakan sehingga masyarakat mendapat gambaran
yang jelas tentang sekolah yang bersangkutan.
Hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat ini
memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anak. Namun tidak berarti
pada masyarakat yang masih kurang menyadari pentingnya pendidikan,
hubungan kerjasama ini tidak perlu dibina. Pada masyarakat yang kurang
menyadari akan pentingnya pendidikan, sekolah dituntut lebih aktif dan
kreatif untuk menciptaka hubungan kerjasama yang lebih harmonis.
Jika hubungan sekolah dengan mesyarakat berjalan dengan baik,
rasa tanggung jawab dan partisipasi masyarakat untuk memajukan sekolah
juga akan baik dan tinggi. Agar terjadi hubungan dan kerjasama yang baik
antar sekolah dan masyarakat, masyarakat perlu mengetahui dan memiliki
gambaran yang jelas tentang sekolah yang bersangkutan. Gambaran dan
kondisi sekolah ini dapat diinformasikan kapada masyarakat malalui laporan
kepada orang tua murid,bulletin bulanan kunjungan ke sekolah, kunjungan ke
rumah murid, laporan tahunan. (Mulyasa, 2002:51-52)
Lembaga pendidikan selalu mengadakan kontak hubungan dengan
lingkungannya yang disebut sebagai supra sistem.Kontak hubungan ini
dibutuhkan untuk menjaga agar sistem atau lembaga itu tidak mudah punah
atau mati.Hanya sistem terbuka yang memiliki usaha terus menerus untuk
menghalangi kemungkinan terjadinya kepunahan.
Sekolah yang tidak punyan nama baik di mata masyarakat dan
akhirnya mati, adalah sekolah yang tidak mampu membuat hubungan baik
dengan masyarakat pendukungnya. Sebaliknya sekolah yang mampu
mengadakan kontak hubungan dengan masyarakatnya akan bisa bertahan
Untuk mencapai akuntabilitas sekolah terhadap masyarakat,
komunikasi perlu terjalin dengan sebaik mungkin, sebab dengan informasi
yang diperoleh melalui komunikasi, masyarakat dan sekolah berusaha untuk
saling terbuka satu sama lain. Melalui hal itu tercipta transparansi yang
memberikan kepada sekolah kerangka akuntabilitas yang baik. Transparansi
dan akuntabilitas pada gilirannya akan melahirkan rasa saling percaya. Rasa
saling percaya akan timbul manakala perilaku masing-masing pihak bisa
diprediksi oleh pihak lain. Untuk bisa diprediksi oleh pihak lain, kedua belah
pihak harus bersikap terbuka dan jujur. Sikap terbuka dan jujur inilah yang
kemudian melahirkan sikap saling percaya.
Sikap saling percaya akan membuat hubungan sekolah dengan
masyarakat menjadi harmonis.Keharmonisan ini,jikabisa dipertahankan dalam
waktu lama akan membuahkan rasa saling memiliki ( sense of belonging ) masyarakat terhadap sekolah.Jika masyarakat sudah merasa memiliki sekolah,
maka masyarakatpun akan merasa ikut bertanggung jawab terhadap sekolah.
Dengan demikian, maka dukungan masyarakat baik dalam bentuk materi
maupun dalam bentuk ynag lain akan lebih mudah diperoleh sekolah.
Untuk bisa menumbuhkan rasa memiliki masyarakat terhadap
sekolah, sekolah mesti sebanyak mungkin menjalin komunikasi dengan
masyarakat.Untuk bisa menghasilkan komunikasi yang efektif, yang berupa
saling pengertian dan hubungan yang semakin baik, maka sekolah perlu:
1. Bersikap terbuka dan jujur terhadap masyarakat melaluijalinan
2. Mampu menyerap aspirasi masyarakat tentang pendidikan yang
diharapkan masyarakat.
3. Berusaha untuk memahami keadaan masyarakat, baik dari segi sosial
budaya maupun ekonomi masyarakat
4. Menterjemahkan kondisi masyarakat tersebut melalui program
pendidikan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat
Dengan rasa memiliki masyarakat terhadap sekolah, komunikasi
sekolah dalam rangka kerjasama sekolah dengan masyarakat akan menjadi
lebih lancar. Kerjasama antara sekolah dengan masyarakat memang terlihat
belum maksimal. Bentuk kerjasama dan partisipasi masyarakat dalam bidang
pendidikan bisa bermacam-macam, baik berbentuk materi maupun dalam
bentuk non material. Bentuk non materi misalnya aktifny aanggota masyarakat
dalam kelembagaan komite sekolah melalui pemberian saran dan ide-ide
tentang pengembangan sekolah. Sedangkan dalam bentuk materi bisa berupa
sumbangan masyarakat kepada sekolah.
Kerja sama dan partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan
memerlukan kesadaran masyarakat akan arti penting peran mereka dalam
peningkatan kualitas pendidikan. Untuk menghasilkan kerja sama dan tingkat
partisipasi yang tinggi, pertama kali sekolah harus menyadarkan masyarakat
akan peran mereka dalam pembangunan pendidikan. Setelah kesadaran itu
tercapai, sekolah mesti melakukan komunikasi secara lebih intensif dengan
masyarakat agar kesadaran masyarakat berbuah dukungan. Untuk itu