• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI Candida Albicans DALAM URINE WANITA LANSIA DENGAN INKONTINENSIA (Studi Di Puskesmas Brambang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IDENTIFIKASI Candida Albicans DALAM URINE WANITA LANSIA DENGAN INKONTINENSIA (Studi Di Puskesmas Brambang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

i

IDENTIFIKASI Candida albicans DALAM URINE

WANITA LANSIA DENGAN INKONTINENSIA

(Studi di Puskesmas Brambang)

KARYA TULIS ILMIAH

VITA NUR FATIMAH

14.131.0035

PROGRAM STUDI DIPLOMA DIII ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

(2)

ii

IDENTIFIKASI Candida albicans DALAM URINE

WANITA LANSIA DENGAN INKONTINENSIA

(Studi di Puskesmas Brambang)

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan sebagai salah satu syarat memenuhi persyaratan menyelesaikan Studi di program Diploma III Analis Kesehatan

VITA NUR FATIMAH

14.131.0035

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

(3)

iii

IDENTIFIKASI

Candida albicans

DALAM URINE WANITA LANSIA

DENGAN INKONTINENSIA

(Studi di Puskesmas Brambang)

Vita Nur Fatimah, Erni Setyorini, Suhardono

ABSTRAK

Pendahuluan: Inkontinensia atau buang air kecil yang tidak disadari sering dijumpai pada lanjut usia, seringnya buang air kecil yang tidak disadari itulah yang menyebabkan daerah vagina menjadi lembab, gatal, berbau tidak enak dan masalah hieginis penderita, sehingga dapat menimbulkan kualitas hidup menurun yang disebabkan adanya jamur candida albians di daerah vagina. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya Jamur Candida albicans dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia. Metode: Penelitian menggunakan metode deskriptif. Populasinya seluruh wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas Diwek sejumlah 15. Tekhnik pengambilan sampel dengan total sampling. Variabel penelitian Identifikasi candida albicans dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia. Instrument penelitian menggunakan observasi laboratorium secara makroskopis dan mikroskopis, pengolahan data dengan cara editing, coding, tabulating.

Kesimpulan: Berdasarkan hasil pemeriksaan indentifikasi Candida albicans

dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia positif Candida albicans

sejumlah 15 responden (100%). Kesimpulannya adalah seluruh sampel urine wanita lansia dengan inkontinensia positif terdapat jamur candida albicans. Diharapkan bagi tenaga kesehatan memberikan penyuluhan kepada wanita lansia untuk menjaga kebersihan pribadi terutama pada organ reproduksi, agar tidak terdapat jamur Candida albicans di daerah vagina.

(4)

iv

IDENTIFICATION Candida albicans in elderly female urine with

incontinence

(Study at Puskesmas Brambang)

Vita Nur Fatimah, Erni Setyorini, Suhardono

ABSTRACT

Unconscious incontinence or urination is often seen in the elderly, frequent urination that is not realized that causes the vaginal area becomes damp, itchy, unpleasant smell and hygiene problems of the patient, so it can lead to a decreased quality of life caused by the fungus Candida Albians in the vaginal area. The purpose of this study was to determine the presence of Candida albicans fungus in elderly women urine with incontinence. Research design using descriptive method. Population of all elderly women with incontinence in Puskesmas Diwek number 15. Technique of sampling with total sampling. Research variables Identification of candida albicans in elderly female urine with incontinence. Instrument research using laboratory observation in macroscopic and microscopic, data processing by way of editing, coding, tabulating. Based on the results of identification of Candida albicans in the urine of elderly women with positive incontinence Candida albicans a total of 15 respondents (100%). In conclusion, all urine samples of elderly women with positive incontinence include candida albicans fungi. It is expected for health workers to provide counseling to elderly women to maintain personal hygiene, especially on the reproductive organs, so there is no Candida albicans fungus in the vagina.

(5)
(6)
(7)
(8)

viii

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Jombang pada tanggal 19 Februari 1995 dari pasangan Bapak Moh.Khomsun dan Ibu Tunik. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Pada tahun 2001 penulis masuk jenjang pendidikan sekolah dasar di SDN Pandan Wangi dan lulus pada tahun 2007. Tahun 2010 penulis lulus dari MTs Daerah Mojokerto. Tahun 2013 penulis lulus dari SMK BIM Jombang. Tahun 2014 penulis lulus seleksi masuk STIKes Insan Cendekia Medika Jombang. Penulis memilih program studi Diploma III Analis Kesehatan dari lima pilihan program studi yang ada di STIKes Insan Cendekia Medika Jombang.

Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.

Jombang, Agustus 2017

(9)

ix

MOTTO

(10)

x

LEMBAR PERSEMBAHAN

Alhamdulillah puji syukur atas segala RahmadMu Ya Allah SWT Engkau berikan kemudahan dalam setiap langkah hidupku

Pada lembar persembahan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang sangat mendukung dan membantu dalam pembuatan dan penyusunan Karya Tulis ini, yaitu : 1. Ibunda Tunik dan Ayahanda M. Khomsun yang selalu memberikan

dukungan moral serta moril kepada ananda.

2. Semua dosen STIKes ICMe Jombang yang tidak pernah lelah membimbing tanpa mengeluh dan meminta imbalan.

3. Zulfi Endi Dwi Rohman yang membantu memberikan dukungan. 4. Sahabat-sahabat terbaik seperjuanganku STIKes ICMe Jombang,

Putri Indah Wati, Eka Mujayana, dan Denis Eka Saputri yang telah memberikan masukkan serta berjuang bersama dalam suka maupun duka dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

(11)

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah ini berhasil diselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Judul dalam penelitian ini adalah “ Identifikasi Candida Albicans Dalam Urine Wanita Lansia dengan inkontinensia (Studi di Puskesmas Brambang)”.

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam penelitian yang dilakukan peneliti untuk menyelesaikan program studi Diploma III Analis Kesehatan STIKes ICMe Jombang. Penulis menyadari sepenuhnya tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka Karya Tulis Ilmiahini tidak bisa terwujud. Untuk itu, dengan rasa bangga perkenankan penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada H. Bambang Tutuko, S.Kep., Ns., M.H selaku Ketua STIKes ICMe Jombang, Erni Setiyorini, S.KM., M.M selaku Kaprodi D-III Analis Kesehatan dan selaku pembimbing utama. Drs.Suhardono,M.Kes selaku pembimbing anggota Karya Tulis Ilmiah yang banyak memberikan saran dan masukan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.

Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran yang dapat mengembangkan Karya Tulis Ilmiah, sangat penulis harapkan guna menambah pengetahuan dan manfaat bagi perkembangan ilmu kesehatan.

Jombang, Mei 2017

(12)

xii

LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL KTI ... vi

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... vii

RIWAYAT HIDUP ... viii

3.2 Penjelasan kerangka konseptual ... 18

BAB IV METODE PENELITIAN ... 19

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 19

4.2 Desain Penelitian ... 19

4.3 Kerangka kerja (Frame Work) ... 20

4.4 Populasi sampel dan sampling ... 21

(13)

xiii

4.6 Prosedur kerja ... 22

4.7 Cara Pengumpulan Data ... 24

4.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 25

4.9 Etika Penelitian... 27

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28

5.1 Hasil penelitian ...

29

5.2 Pembahasan ... 30

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

6.1 Kesimpulan ...

32

6.2 Saran ... 32 DAFTAR PUSTAKA

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka konsep tentang Uji Mikrobiologi pada identifikasi Candida albicans dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas Brambang.

17

Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian tentang Uji Mikrobiologi pada identifikasi Candida albicans dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas Brambang.

20

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Formulir Persetujuan Karya Tulis Ilmiah Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian (dari BAAK) Lampiran 3 Tabulasi hasil penelitian

Lampiran 4 Jadwal Penelitian dari Proposal sampai KTI Lampiran 5 Lembar konsultasi 1

Lampiran 6 Lembar konsultasi 2 Lampiran 7 Dokumentasi

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah yang sering dijumpai pada lanjut usia adalah buang air kecil yang tidak disadari atau yang disebut dengan inkontinensia urine, seringnya buang air kecil yang tidak disadari itulah yang menyebabkan daerah vagina menjadi lembab, gatal, berbau tidak enak dan masalah hieginis penderita, sehingga dapat menimbulkan kualitas hidup menurun yang disebabkan adanya jamur Candida albicans di daerah vagina (Setiati,dkk, 2007).

(18)

Berdasarkan data internasional, sebanyak 75% perempuan diseluruh dunia minimal pernah mengalami keputihan satu kali dalam hidupnya (Junita, 2006). Menurut dr Dwiana Octiyanti (2006), 75% wanita Indonesia pasti mengalami keputihan minimal 1 kali dalam hidupnya dan penelitian di Jawa Timur menunjukkan 75% remaja menderita keputihan paling sekali seumur hidup, 45% bisa mengalami keputihan sebanyak dua kali atau lebih (Ubaiy, 2012).

Jamur sebenarnya merupakan organisme yang tidak begitu patogen terhadap manusia, tetapi akan menimbulkan penyakit bila keadaan memungkinkan untuk menginfeksi manusia. Beberapa jenis jamur bahkan normal berada dalam tubuh manusia (Mansjoer, Suprohaita, Wardhani, dan Setiowulan, 2000). Sampai saat ini, penyakit infeksi jamur yang cukup tinggi adalah kandidiasis (Adiguna,2001). Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada 4 orang lansia yang mengalami inkontinensia dengan menggunakan sampel urine yang ditanam pada media SDA (sabaroud dekstrosa agar) ditemukan spora candida pada urinenya.

Kandidiasis adalah salah satu penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut, disebabkan oleh jamur genus Candida yang dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki, atau paru (Kuswadji, 2002). Candida albicans

(19)

urine dapat terjadi apabila ada faktor predisposisi baik eksogen maupun endogen. Selain masalah hieginis inkontinensia urine mempunyai komplikasi yang cukup serius seperti infeksi saluran kemih, kelainan kulit, gangguan tidur, problem psikososial seperti depresi dan mudah marah (Setiati,dkk, 2007).

Sehingga solusi yang dapat diberikan untuk mencegah terjadinya keputihan yaitu menjaga kebersihan pribadi terutama pada daerah vagina, memberikan penyuluhan tentang menjaga kesehatan dan kebersihan organ reproduksi (vagina) pada remaja atau pada wanita lansia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat jamur Candida albicans dalam urine wanita lansia dengan inkontinensiadi Puskesmas Brambang?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui adanya jamur Candida albicans dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu kesehatan khususnya di bidang Mikrobiologi.

2. Untuk menambah ilmu mikologi tentang identifikasi jamur Candida albicans dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia.

1.4.2 Manfaat Praktis

(20)

Sebagai data dalam memberikan informasi kepada lansia untuk mencegah terjadinya inkontinensia yang menyebabkan keputihan.

2. Bagi institusi pendidik

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Candida albicans

Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu. Perbedaan bentuk ini tergantung pada faktor eksternal yang mempengaruhinya. Sel ragi (blastospora) berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5 μ x 3-6 μ hingga 2-5,5 μ x 5-28

μ. Candida dapat mudah tumbuh di dalam media Sabaroud dengan membentuk koloni ragi dengan sifat-sifat khas, yakni : menonjol dari permukaan medium, permukaan koloni halus licin, berwarna putih kekuning-kuningan, dan berbau ragi. Pada keadaan tertentu sifat candida dapat berubah menjadi pathogen dan dapat menyebabkan penyakit yang disebut kandidiasis atau kandidosis (Siregar, 2005).

Candida albicans memperbanyak diri dengan membentuk tunas, spora jamur disebut blastospora. Membentuk hifa semu (pseudohifa) yang sebenarnya adalah rangkaian blastospora. Berdasarkan bentuk-bentuk jamur tersebut dikatakan bahwa Candida albicans menyerupai ragi (yeast like), untuk membedakannya dari jamur yang hanya membentuk blastospora (Jawetz, 2004).

Candida albicans dapat tumbuh pada variasi pH yang luas, tetapi pertumbuhannya akan lebih baik pada pH antara 4,5-6,5. Jamur ini dapat tumbuh dalam perbenihan pada suhu 28°C - 37°C. Candida albicans

membutuhkan senyawa organik sebagai sumber karbon dan sumber energi

(22)

untuk pertumbuhan dan proses metabolismenya. Unsur karbon ini dapat diperoleh dari karbohidrat. Jamur ini merupakan organisme anaerob fakultatif yang mampu melakukan metabolisme sel, baik dalam suasana anaerob maupun aerob. Proses peragian (fermentasi) pada candida albicans

dilakukan dalam suasana aerob dan anaerob. Karbohidrat yang tersedia dalam larutan dapat dimanfaatkan untuk melakukan metabolisme sel dengan cara mengubah karbohidrat menjadi CO2 dan H2O dalam suasana aerob ( Tauryska, 2011 ).

Klasifikasi

Kerajaan : Fungi

Filum : Ascomycota Upafilum : Saccharomycotina

Kelas : Saccharomycetes

Ordo : Saccharomycetales Family : Saccharomycetaceae Genus : Candida

Spesies : Candida albicans

(23)

2.1.1 Morfologi

Sel jamur Candida berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong. Koloninya pada medium padat sedikit menimbul dari permukaan medium, dengan permukaan halus, licin atau berlipat-lipat, berwarna putih kekuningan dan berbau ragi. Besar koloni bergantung pada umur. Pada tepi koloni dapat dilihat hifa semu sebagai benang-benang halus yang masuk ke dalam medium. Pada medium cair jamur biasanya tumbuh pada dasar tabung (Suprihatin, 1982). Candida albicans dapat meragikan glukosa dan maltosa menghasilkan asam dan gas. Selain itu Candida albicans juga menghasilkan asam dari sukrosa dan tidak bereaksi dengan laktosa (Jawetz et al., 1986).

2.1.2 Candidiasis

Candida albicans menimbulkan suatu keadaan yang disebut kandidiasis, yaitu penyakit pada selaput lendir, mulut, vagina dan saluran pencernaan (Pelczar dan Chan,1986). Infeksi terbanyak secara endogen, karena jamur telah ada di dalam tubuh penderita, di dalam berbagai organ, terutama di dalam usus. Infeksi biasanya terjadi bila ada faktor predisposisi. Oleh karena itu Candida albicans

dimasukkan sebagai jamur oportunis (Suprihatin, 1982).

(24)

misalnya penyakit menahun dan pemberian kortikosteroid (Suprihatin, 1982).

2.1.3 Patogenitas

Candida albicans dapat hidup sebagai saprofit atau yang disebut saprobe, yaitu organisme yang melekat pada inang dan menyerap makanannya melalui organisme yang telah mati tanpa menyebabkan suatu kelainan di dalam tubuh manusia. Infeksi yang disebabkan oleh Candida albicans disebut kandidiasis. Proses infeksi dimulai dengan perlekatan Candida albicans pada sel epitel. Kemudian

Candida albicans mensekresikan enzim proteolitik yang mengakibatkan kerusakan ikatan protein sel pejamu, sehingga memudahkan proses invasi. Selain itu, Candida albicans juga mengeluarkan mikotoksin, diantaranya gliotoksin yang mampu menghambat aktivitas fagositosis dan menekan sistem imun lokal. Untuk mengetahui patogenitas Candida dilakukan dengan uji germ tube (GTT), yaitu penambahan serum pada koloni Candida albicans. Hasil pengamatan menunjukkan adanya gumpalan sehingga menandakan bahwa candida tersebut patogen (Jawetz, 2004).

2.1.4 Cara penularan

(25)

menimbulkan suatu masalah pada sebagian remaja putri, sehingga pemerintah Indonesia memberikan perhatian yang cukup besar mengenai masalah wanita (

Muliawan, 2007).

Sumber infeksi secara normal berasal dari pasangan seksual wanita, dan masa inkubasinya 2-3 hari. Faktor resiko pada pria hampir sama dengan wanita. Penularan Candida albicans pada pria diperkirakan sekitar 10%. Di samping infeksi langsung, manifestasi lain Candida albicans adalah dermatitis tingkat rendah pada penis pria yang berhubungan seksual dengan wanita yang menderita candidosis vagina. Dermatitis ini tampak melalui iritasi dan hiperaemia yang terjadi dalam beberapa jam atau beberapa hari setelah hubungan seksual. Pertimbangan tentang natural histori candidosis vagina menyatakan bahwa bila wanita dapat menularkan penyakit ini pada pria, bukan tidak mungkin terjadi proses sebaliknya (Hendrawati, 2008).

Candidiasis juga bisa terjadi pada usia lanjut. Terjadinya

Candidiasis pada usia lanjut bisa disebabkan karena terjadinya inkontinensia. Buang air kecil yang tidak disadari atau yang disebut dengan inkontinensia urine, seringnya buang air kecil yang tidak disadari itulah yang menyebabkan daerah vagina menjadi lembab, gatal, berbau tidak enak dan masalah hieginis penderita, sehingga menimbulkan jamur candida albicans didaerah vagina (Setiati,dkk,2007).

2.1.5 Upaya pencegahan

(26)

Mencuci tangan ketika akan membersihkan daerah vagina, ketika mandi tidak boleh terlalu membersihkan daerah V (vagina) dengan pembersih atau sabun, mengganti celana dalam sesering mungkin karena apabila terlalu lembab bisa jadi sumber infeksi dan menimbulkan gejala keputihan. Membiasakan diri mengenal alat kelamin sendiri sehingga jika terdapat kelainan dapat langsung ditangani secepatnya.

Apabila keputihan tidak normal dibiarkan saja tanpa diobati, akibatnya infeksi bisa menjalar, masuk ke dalam rahim, saluran telur, dan bisa juga sampai menginfeksi ovarium. Kondisi ini bisa merusak organ reproduksi bagian dalam dan bisa juga mengakibatkan kemandulan. Sehingga kita harus mewaspadai munculnya gejala-gejala keputihan yang tidak normal, dan tidak perlu malu untuk memeriksakannya ke dokter. Karena itu dalam menjaga kebersihan diri sangatlah penting untuk mencegah terjadinya keputihan (Widyandana, 2006).

2.2 Lansia

Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Usia lanjut merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari (Notoatmodjo, 2007).

(27)

Menurut Undang Undang RI No 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19 ayat 1 bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan (Khoiriyah, 2011).

Inkontinensi urine merupakan masalah kesehatan yang cukup sering dijumpai pada orang berusia lanjut, khususnya perempuan. Inkontinensia urine sering kali tidak dilaporkan oleh pasien atau keluarganya, antara lain karena menganggap bahwa masalah tersebut merupakan masalah yang memalukan atau tabu untuk diceritakan dan juga karena ketidaktahuan mengenai masalah inkontinensia urine dan menganggap bahwa kondisi tersebut merupakan sesuatu yang wajar terjadi pada orang usia lanjut serta tidak perlu diobati. Inkontinensia urine merupakan eliminasi urine dari kandung kemih yang tidak terkendali atau terjadi di luar keinginan (Sudoyono dkk., 2006).

2.2.1 Klasifikasi Lansia

Menurut Maryam (2008), lima klasifikasi pada lansia antara lain:

1. Pra lansia

Seseorang yang berusia 45-59 tahun.

2. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

3. Lansia resiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

4. Lansia potensial

(28)

5. Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Nugroho (2000), lanjut usia meliputi:

1. Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun. 2. Usia lanjut (eldery) antara 60-74 tahun.

3. Usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun. 4. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

2.2.2 Tugas Perkembangan Lanjut Usia

Seiring tahap kehidupan, lansia memiliki tugas perkembangan khusus. Menurut Potter dan Perry (2005), tujuh kategori utama tugas perkembangan lansia meliputi:

a. Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan

Lansia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring terjadinya penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi. Hal ini tidak dikaitkan dengan penyakit, tetapi hal ini adalah normal.

b. Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan

(29)

c. Menyesuaikan terhadap kematian pasangan

Mayoritas lansia dihadapkan pada kematian pasangan, teman, dan kadang anaknya. Kehilangan ini sering sulit diselesaikan, apalagi bagi lansia yang menggantungkan hidupnya dari seseorang yang meninggalkannya dan sangat berarti bagi dirinya.

d. Menerima diri sendiri sebagai individu lansia

Beberapa lansia menemukan kesulitan untuk menerima diri sendiri selama penuaan. Mereka dapat memperlihatkan ketidakmampuannya sebagai koping dengan menyangkal penurunan fungsi, meminta cucunya untuk tidak

memanggil mereka “nenek” atau menolak meminta bantuan dalam tugas yang

menempatkan keamanan mereka pada resiko yang besar.

e. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup

Lansia dapat mengubah rencana kehidupannya. Misalnya kerusakan fisik dapat mengharuskan pindah ke rumah yang lebih kecil dan untuk seorang diri.

f. Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa

Lansia sering memerlukan penetapan hubungan kembali dengan anak-anaknya yang telah dewasa.

g. Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup

(30)

2.2.3 Masalah Fisik yang Sering Ditemukan pada Lansia

Menurut Azizah (2011), masalah fisik yang sering ditemukan pada lansia adalah:

a. Mudah Jatuh

Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring atau terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka.

b. Mudah Lelah

Disebabkan oleh:

a) faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan atau perasaan depresi) b) gangguan organis

c) pengaruh obat-obatan.

c. Berat Badan Menurun

Disebabkan oleh:

a) Pada umumnya nafsu makan menurun karena kurang gairah hidup atau kelesuan

b) Adanya penyakit kronis

c) Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan terganggu.

d. Sukar Menahan Buang Air Besar

Disebabkan oleh:

a) Obat-obat pencahar perut b) Keadaan diare

c) Kelainan pada usus besar

(31)

e. Gangguan pada Ketajaman Penglihatan

Disebabkan oleh: a) Presbiop

b) Kelainan lensa mata (refleksi lensa mata kurang) c) Kekeruhan pada lensa (katarak)

d) Tekanan dalam mata yang meninggi (glaukoma)

2.2.4 Penyakit yang Sering Dijumpai pada Lansia

Menurut Azizah (2011), dikemukakan adanya empat penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua yakni:

a. gangguan sirkulasi darah, seperti : hipertensi, kelainan pembuluh darah, gangguan pembuluh darah di otak (koroner) dan ginjal.

b. gangguan metabolisme hormonal, seperti: diabetes mellitus, klimakterium, dan ketidakseimbangan tiroid.

c. gangguan pada persendian, seperti osteoartitis, gout arthritis, atau penyakit kolagen lainnya.

d. berbagai macam neoplasma.

2.2.5 Identifikasi Candida albicans

a. Makroskopik

Identifikasi secara makroskopik disini berfungsi untuk melihat morfologi dari Candida albicans. Prosedur yang digunakan untuk penilaian makroskopik Candida albicans melalui proses penumbuhan jamur pada media. Jamur candida

(32)

antibiotika untuk menekan pertumbuhan bakteri, biasanya digunakan kloramfenikol. Dalam 24-48 jam terbentuk koloni bulat, basah, mengkilat seperti koloni bakteri, berukuran sebesar kepala jarum pentul. Satu sampai dua hari kemudian, koloni lebih besar,putih kekuningan. Pada sediaan langsung dari Candida albicans ditemukan klamidospora. Mula-mula permukaan koloni halus, licin, lama kelamaan berkeriput dan berbau ragi. Candida albicans membentuk germ-tube seperti kecambah bila diinkubasi 2 jam dengan serum pada suhu 37°C dan membentuk klamidospora bila ditanam pada beberapa media khusus misalnya medium agar tepung jagung (Ramali dan Werdani, 2001).

b. Mikroskopik

Setelah penilaian secara makroskopik, identifikasi dilanjutkan secara mikroskopik. Koloni yang tumbuh pada media, dibuat sediaan, membersihkan obyek glass dengan alcohol 70%, diatas obyek glass ditetesi dengan KOH 10% atau dapat diwarnai dengan pewarnaan Gram kemudian ditutup dengan over glass, dan selanjutnya dilihat di bawah mikroskop, yang dapat dilihat adalah sel-sel ragi, blastospora dan hifa semu (pseudohifa) berbentuk oval, bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan sel anakan, dan berbentuk filament, berkembang biak dengan memperbanyak diri dengan spora yang tumbuh dari tunas disebut blastospora (Koes Irianto, 2003).

c. Prosedur persiapan sampel urine

(33)

2) Membersihkan labia dengan air bersih.

(34)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan

antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti

(Notoatmodjo 2010, h.83).

Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini disajikan pada gambar

dibawah ini :

Keterangan :

(35)

Gambar 3.1 Kerangka konseptual Uji Mikrobiologi pada Identifikasi Jamur

Candida albicans dalam Urine wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas Brambang.

3.2

Penjelasan kerangka konseptual

(36)

BAB IV

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau pemecahan masalah, yang menggunakan metode ilmiah (Notoatmodjo 2010, h. 19). Pada bab ini akan diuraikan tentang waktu dan tempat penelitian, desain penelitian, kerangka kerja, populasi, sampel dan sampling, definisi operasional variabel, instrumen penelitian dan cara pengumpulan data, pengolahan dan analisa data, penyajian data dan etika penelitian.

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.1.1 Waktu penelitian

Penelitian ini mulai dilaksanakan bulan November 2016, di awal dari perencanaan (penyusunanproposal) sampai dengan penyusunan laporan akhir. Adapun pengumpulan data akan dilakukan pada bulan Mei 2017.

4.1.2 Tempat Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di Puskesmas Brambang, sedangkan pengujian jamur Candida albicans dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia dilakukan di Ruang Laboratorium Bakteriologi Program Studi D III Analis Kesehatan Stikes Icme Jombang.

4.2 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah sesuatu yang vital dalam penelitian yang digunakan sebagai petunjuk peneliti dalam perencanaan dan pelaksanaan

(37)

penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau menjawab suatu pertanyaan (Nursalam, 2013).

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, karena peneliti hanya ingin melihat adanya jamur Candida albicans dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas Brambang.

4.3 Kerangka kerja (Frame Work)

Kerangka kerja merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian yang berbentuk kerangka hingga analisis data (Hidayat, 2010).

PengolahandanAnalisis Data

Editing, Coding, Tabulating

Simpulandan Saran

Populasi

Seluruh wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas Brambang yang berjumlah 15 orang

Penyusunan Proposal

(38)

4.4 Populasi, Sampling dan Sampel 4.4.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti (Notoatmojo, 2010). Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas Brambang sebanyak 15 orang.

4.4.2 Sampling

Sampling adalah proses penyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi contoh (Nursalam 2013). Teknik sampling dalam peneliti ini adalah Non Probability Sampling dengan metode

Total sampling.

4.4.3 Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah urine wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas Brambang sebanyak 15 orang.

4.5 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel 4.5.1 Identifikasi Variabel

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2010). Variabel pada penelitian ini adalah Identifikasi jamur Candida albicans dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas Brambang. Gambar 4.1 Kerangka Uji Mikrobiologi Identifikasi Jamur Candida albicans dalam

(39)

4.5.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan kriteria yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi dan pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat,2014).

Definisi opersioanal variable pada penelitian ini disajikan pada tabel.

Tabel 4.1 Definisi Operasional Identifikasi Jamur Candida albicans dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas Brambang.

Variabel Definisi Operasional

Parameter AlatUkur Katagori

(40)

4.6 Prosedur kerja

1. Media SDA (sabaroud dekstrosa agar). 2. Aquadest

4.6.3 Prosedur Penelitian

A. Sampling Sampel Urine

(41)

2. Responden diminta untuk mengeluarkan urine, aliran urine yang pertama dibuang. Aliran urine yang selanjutnya ditampung dalam wadah steril yang telah disediakan.

B. Pembuatan Media

1. Menyiapkan alat dan bahan

2. Menimbang media SDA (sabaroud dekstrosa agar) menggunakan beaker glass sebanyak 13 gram pada neraca digital.

3. Melarutkan dengan aquadest sebanyak 200 ml.

4. Memanaskan diatas hot plate hingga mendidih dengan mengaduk menggunakan batang pengaduk.

5. Menuangkan media pada cawan petri kemudian ditutup. 6. Mensterilisasi menggunakan autoclave dengan suhu 121oC

selama 15 menit.

7. Membiarkan media membeku kemudian dibungkus menggunakan kertas dengan cara dibalik.

8. Memasukkan ke dalam lemari pendingin.

C. Uji Candida albicans

1. Mensterilisasi mulut cawan bagian tepi dengan memutarnya diatas api, kemudian dipijarkan jarum inokulum dan dinginkan. 2. Mencelupkan jarum inokulum ke dalam sampel urine, dan membuka mulut cawan, kemudian jarum inokulum digoreskan diatas media.

3. Menutup kembali cawan petri dan memanaskan mulut cawan. 4. Menginkubasi pada suhu kamar selama 24 jam pada suhu

(42)

5. Membersihkan obyek glass dengan alcohol 70%

6. Melakukan pengambilan koloni pada media dan meletakkan pada obyek glass, menetesi dengan KOH dan mendiamkan sekitar 15-30 menit.

7. Memanaskan sebentar, menutup dengan cover glass, dan mengamati di bawah mikroskop.

8. Atau diwarnai dengan dengan pewarnaan gram, dilihat di bawah mikroskop, yang dilihat sel-sel ragi, blastospora dan hifa semu (pseudohifa).

4.7 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah proses pendekatan kepada obyek dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2013). Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan rekomendasi dari dosen pembimbing dan izin penelitian dari lembaga pendidikan (STIkes ICME) serta institusi terkait selanjutnya memberikan surat persetujuan dari tempat penelitian keresponden, dan seterusnya sampai pengambilan data kepihak yang terkait dan melakukan pengisian kuesioner.

4.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 4.8.1 Pengolahan Data

(43)

a. Editing

Editing merupakan pemeriksaan ulang terhadap data hasil penelitian meliputi kelengkapan data, keseragaman data, kebenaran pengisian data dll.

b. Coding

Coding adalah kegiatan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan (Notoatmojo, 2010). Pada penelitian ini, peneliti memberikan kode sebagai berikut :

Sampel 1 Kode S1 penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmojo, 2010). Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk tabel yang menggambarkan hasil Identifikasi Jamur Candida albicans dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas Brambang.

4.8.2 Analisa data

(44)

Keteranggan:

P = Presentase

N = Jumlah seluruh urine yang diperiksa

F = Frekuensi urine yang positif terdapat jamur Candida albican

Setelah diketahui presentasi dari perhitungan, kemudian di tasirkan dengan kriteria sebagai berikut:

Etika penelitian merupakan pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti dengan pihak yang diteliti dan juga masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010). Kemudian peneliti langsung melakukan penelitian dengan memperhatikan :

4.9.1 Informed Consent (Lembar persetujuan)

(45)

4.9.2 Anonimity (Tanpa nama)

Responden tidak perlu mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data cukup menulis nomor responden atau inisial untuk menjamin kerahasiaan identitas.

4.9.3 Confidentiality (kerahasiaan)

(46)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang dilaksanakan di

Laboratorium Mikrobiologi STIKES ICME Jombang Jl. Kemuning

No.57 Candimulyo Kabupaten Jombang

pada tanggal 24-28 Juli 2017 dengan pengambilan sampel di Puskesmas Brambang. Hasil penelitian disajikan dalam data dari Uji Mikrobiologi pada Identifikasi Candida albicans

dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia.

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran lokasi penelitian

Pada pelaksanaan penelitian Identifikasi

Candida albicans

dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia, pengambilan

sampel

di

Puskesmas

Brambang.

Puskesmas

Brambang

merupakan Puskesmas dalam faskes tingkat pertama BPJS

kesehatan di Kabupaten Jombang. Puskesmas Brambang memiliki

pelayanan rawat jalan terdiri dari pusat-pusat layanan, yaitu: Poli

umum dewasa, Poli kesehatan ibu dan anak, Poli kesehatan gigi

dan mulut, dan Poli khusus seperti kusta dan TB paru, pojok gizi,

Klinik peduli remaja, dan klinik sanitasi. Pelayanan rawat jalan

berlaku untuk seluruh pasien umum, ASKES PNS, dan ASKES

GAKIN dengan ketentuan dan biaya sesuai Perda No 10 Tahun

(47)

Letak geografis Puskesmas Brambang yaitu menghadap ke

Jl. Raya Brambang disebelah timur bersebelahan dengan SDN

Diwek Brambang, dan Puskesmas Brambang juga dominan

dikelilingi sawah. Puskesmas Brambang berada di Jl. Raya

Brambang No.114, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang jawa

timur, kode pos 61471. Tipe Puskesmas merupakan Non Rawat

Inap.

5.1.2 Hasil penelitian

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi Identifikasi Candida albicans dalam urine pada wanita lansia dengan inkontinensi.

No Sumber : Data primer 2017

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa seluruh sampel hasil pemeriksaan positif candida albicans dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia sejumlah 15 responden (100%).

5.2 Pembahasan

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan didapatkan Identifikasi Candida albicans dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia positif sejumlah 15 responden (100%).

Menurut peneliti adanya jamur candida albicans pada urine wanita lansia dengan inkontinensia, hal ini disebabkan karena buang air kecil

(48)

dengan disadari ataupun tanpa disadari, karena faktor usia juga, sehingga wanita lansia ini malas untuk mengganti celana dalam. Hal-hal tersebut menyebabkan daerah vagina menjadi lembab dan memicu timbulnya jamur

candida albicans.

Candidiasis juga bisa terjadi pada usia lanjut. Terjadinya Candidiasis

pada usia lanjut bisa disebabkan karena terjadinya inkontinensia. Buang air kecil yang tidak disadari atau yang disebut dengan inkontinensia urine, seringnya buang air kecil yang tidak disadari itulah yang menyebabkan daerah vagina menjadi lembab, gatal, berbau tidak enak dan masalah hieginis penderita, sehingga menimbulkan jamur candida albicans didaerah vagina (Setiati,dkk,2007).

Adanya jamur candida albicans pada vagina memunculkan teradinya keputihan. Keputihan yang terjadi pada wanita lansia bisa disebabkan karena faktor patologis seperti penyakit diabetes mellitus dan faktor non patologis salah satunya inkontinensia.

Candida albicans dapat tumbuh pada variasi pH yang luas, tetapi pertumbuhannya akan lebih baik pada pH antara 4,5-6,5. Jamur ini dapat tumbuh dalam perbenihan pada suhu 28°C - 37°C. Candida albicans

membutuhkan senyawa organik sebagai sumber karbon dan sumber energi untuk pertumbuhan dan proses metabolismenya. Unsur karbon ini dapat diperoleh dari karbohidrat. Jamur ini merupakan organisme anaerob fakultatif yang mampu melakukan metabolisme sel, baik dalam suasana anaerob maupun aerob. Proses peragian (fermentasi) pada candida albicans

(49)

cara mengubah karbohidrat menjadi CO2 dan H2O dalam suasana aerob ( Tauryska, 2011 ).

Penyebab keputihan ada dua macam yaitu penyebab non patologis dan penyebab patologis (karena penyakit), nonpatologis (bukan penyakit) antara lain saat menjelang menstruasi, atau setelah menstruasi, rangsangan seksual, saat wanita hamil, stres, baik fisik maupun psikologis. Keputihan (Muliawan, 2007

).

Candida albican telah muncul sebagai salah satu infeksi nosokomial yang paling penting di seluruh dunia dengan angka morbiditas, mortalitas dan pembiayaan kesehatan yang bermakna. Penggunaan anti jamur untuk profilaksis dan penatalaksanaan infeksi Candida albican telah mengubah epidemiologi dan penatalaksanaan infeksi ini. Penggunaan agen kemoterapeutik, imunosupresif, antibiotic spectrum luas, transplantasi organ, nutrisi parental dan teknik bedah mutakhir juga telah berperan untuk mengubah epidemiologi infeksi candida. Infeksi jamur telah muncul sebagai ancaman yang bermakna pada individu yang imunocompromised. Spesies candida adalah pathogen jamur yang paling sering (Djuanda, 2008).

(50)
(51)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian Identifikasi Candida albicans dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia disimpulkan, bahwa seluruh sampel urine wanita lansia dengan inkontinensia positif terdapat jamur candida albicans. 6.2. Saran

1. Bagi wanita lansia

Bagi wanita lansia untuk menjaga kebersihan pribadi terutama pada organ reproduksi, mengganti celana dalam minimal 2-3 kali dalam sehari sebagai langkah untuk menhaga agar vagina tidak dalam keadaan yang lembab, karena kelembaban dapat memicu tumbuhnya jamur candida albicans.

2. Bagi tenaga kesehatan

Dengan data ini diharapkan bagi tenaga kesehatan dapat

memberikan penyuluhan kepada wanita lansia untuk menjaga

kebersihan pribadi terutama pada organ reproduksi, agar tidak

terdapat jamur

Candida albicans

di daerah vagina.

3 .Bagi institusi STIKES Insan Cendekia Medika Jombang

Bagi dosen dan mahasiswa untuk melakukan pengabdian masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan pribadi, terutama pada daerah organ reproduksi agar tidak terjadi pertumbuhan Jamur

Candida albicans pada daerah vagina.

(52)
(53)

HASIL PENELITIAN

no sampel

Hari

Keterangan 1 2 3

1 Responden 1 - + + positif H+2

2 Responden 2 - + + positif H+2

3 Responden 3 - + + positif H+2

4 Responden 4 - + + positif H+2

5 Responden 5 - + + positif H+2

6 Responden 6 - + + positif H+2

7 Responden 7 - + + positif H+2

8 Responden 8 - + + positif H+2

9 Responden 9 - + + positif H+2

10 Responden 10 - + + positif H+2

11 Responden 11 - + + positif H+2

12 Responden 12 - + + positif H+2

13 Responden 13 - + + positif H+2

14 Responden 14 - + + positif H+2

15 Responden 15 - + + positif H+2

POSITIF (+) Candida albicans

(54)

PROSES PEMBUATAN MEDIA

PROSES PENGAMBILAN SAMPLE DAN PENANAMAN

(55)

PROSES PENGAMATAN MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS HARI KE 1

PROSES PENGAMATAN MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS HARI KE – 2

(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)

Gambar

Tabel 5.1 Sumber Data Primer.........................................................
Gambar 3.1 Kerangka konsep tentang Uji Mikrobiologi pada
Gambar 3.1  Kerangka konseptual Uji Mikrobiologi pada Identifikasi Jamur Candida albicans dalam Urine wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas Brambang
Tabel 4.1 Definisi Operasional Identifikasi Jamur  Candida albicans dalam urine wanita lansia dengan inkontinensia di Puskesmas Brambang
+2

Referensi

Dokumen terkait

Metode penelitian merupakan penelitian eksperimen menggunakan ekstrak bawang putih (Amilum sativum L.) yang bertujuan untuk membuktikan kemampuan menghambat pertumbuhan jamur

Depresi menjadi salah satu problem gangguan yang banyak ditemukan pada lansia, terjadi karena dipengaruhi oleh peran sosial yang kurang mendukung, tidak dapat

Depresi menjadi salah satu problem gangguan yang banyak ditemukan padal ansia, terjadi karena dipengaruhi oleh peran sosial yang kurang mendukung, tidak

Dengan surat ini saya menyatakan bahwa saya bersedia/tidak bersedia* untuk menjadi responden dalam penelitian dengan judul “Pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap

Sehingga dengan melihat fenomena yang ada perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia

sebagai saprophytis dan sebagian kecil sebagai parasit pada tumbuhan, hewan dan manusia. Fungi ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan atau bersifat pathogen

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diatas pada tanggal 13-18 juli 2020 di Laboratorium Mikrobiologi STIKes ICMe Jombang dengan konsentrasi ekstrak etanol daun

Sedangkan responden yang tidak terjadi retensio plasenta di RSI Muhammadiyah Sumberejo Kabupaten Bojonegoro terjadi pada sebagian kecil responden dengan paritas