• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ira Lauromaito Gultom 1, Evawany Y Aritonang 2, Etti Sudaryati 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ira Lauromaito Gultom 1, Evawany Y Aritonang 2, Etti Sudaryati 2"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA

LANSIA DI DESA MEKAR BAHALAT KECAMATAN JAWA MARAJA BAH JAMBI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2016

(THE CORRELATION BETWEEN FOOD CONSUMPTION WITH THE INCIDENCE OF HYPERTENSION IN THE ELDERLY IN MEKAR BAHALAT VILLAGE, DISTRICT OF

JAWA MARAJA BAH JAMBI, SIMALUNGUN 2016)

Ira Lauromaito Gultom1, Evawany Y Aritonang2, Etti Sudaryati2 1

Alumni Mahasiswa Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat,USU 2

Staf Pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat,USU ABSTRACT

Hypertension is now a risk factor for morbidity and mortality for the elderly. Riskesdas 2013 mentioned that the prevalence of hypertension in Indonesia ranges from 25.8% and the incidence of this disease is more common in women (28.8%) and in the elderly group. In North Sumatra, the prevalence of hypertension is about 24.7% based on Riskesdas 2013. Data from Puskesmas in Mekar Bahalat village 2015 mentioned that the prevalence of hypertension in the elderly is about 21 people (8.8%).

The purpose of this study was to determine and analyze the correlation between food consumption with the incidence of hypertension in the elderly in Mekar Bahalat village, District of Jawa Maraja Bah Jambi, Simalungun. This research type is an analytic observational study with cross sectional design. The population in this study were all elderly that aged ≥ 60 years in Mekar Bahalat village that totaling 120 people, and the samples are 55 respondents. This research was in Mekar Bahalat village, District of Jawa Maraja Bah Jambi, Simalungun in September 2015 to May 2016.

The results of this research showed that the type of food detterents hypertension that often consumed by the respondents are corn, fresh water fish, tempeh, tomatoes, bananas, green beans and the type of food triggers hypertension that often consumed by the respondent are pork, salted fish, and biscuits. The results also showed that the variables were significantly related to the incidence of hypertension is variable fat (p = 0.025), sodium (p = 0.039) and fiber (p = 0.029), while the variable carbohydrate (p = 0.821) and protein (p = 0.189 ) is not significantly related to the incidence of hypertension. The advice can be given to people in Mekar Bahalat especially the elderly is to reduce the consumption of foods that high in sodium or salt, high fat, and also increase consumption of fruits and vegetables at affordable prices every day.

Keywords: hypertension, the elderly, food consumption PENDAHULUAN

Salah satu tantangan di bidang pembangunan kependudukan di Indonesia adalah menghadapi suatu perubahan komposisi penduduk menurut umur, yang disebut windows of opportunity pada tahun 2030-an. Kondisi ini disertai dengan besarnya jumlah penduduk usia produktif, menurunnya jumlah penduduk usia anak-anak dan meningkatnya jumlah penduduk lansia.

Jumlah penduduk lansia di Indonesia akan bertambah sebanyak 11,4 juta dalam waktu 30 tahun mendatang, maka Umur Harapan Hidup Indonesia akan meningkat. Hal ini membuat kualitas penduduk Indonesia semakin rendah karena terjadinya peningkatan jumlah penderita penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, hipertensi, stroke, dsb.

Menjadi lanjut usia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan

(2)

2 kemampuan jaringan untuk memperbaiki

diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya. Kemunduran struktur dan fungsi organ juga terjadi pada sistem kardiovaskular, salah satunya adalah dinding arteri telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis sehingga darah dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dan menyebabkan naiknya tekanan darah (Konita dkk, 2014).

Hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau diastolik ≥ 90 mmHg. Batas normal tekanan darah adalah kurang dari atau 120 mmHg tekanan sistolik dan kurang dari atau 80 mmHg tekanan diastolik (WHO, 2011).

Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi (HST). Meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya kemungkinan timbulnya kejadian stroke dan infark myocard bahkan walaupun tekanan diastoliknya dalam batas normal (isolated systolic hypertension).

Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8 % sesuai dengan data Riskesdas 2013. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 juga dapat dilihat bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia lebih tinggi pada perempuan yaitu sekitar 28,8% dan pada golongan lanjut usia. Di Sumatera Utara, prevalensi hipertensi juga termasuk tinggi yaitu sekitar 24,7 % berdasarkan data Riskesdas 2013.

Banyak faktor risiko yang dapat menyebabkan hipertensi seperti pola konsumsi makanan, aktivitas fisik, tingkat stress, merokok maupun faktor genetik. Penduduk yang masih kurang dalam memperhatikan pola dan tingkat konsumsi makanannya sehari-hari yang membuat timbulnya berbagai penyakit degeneratif terlebih pada lansia yang membuat angka morbiditas dan mortalitas menjadi semakin tinggi.

Ketidakseimbangan antara konsumsi karbohidrat dan kebutuhan energi, dimana konsumsi yang terlalu berlebihan akan disimpan dalam bentuk lemak yang menyebabkan obesitas. Hasil penelitian Aritonang, E, dkk (2016) menyatakan bahwa ada hubungan antara konsumsi karbohidrat dan lemak dengan status gizi pada pegawai di Direktorat Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Berat badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik.

Asupan makanan dengan kandungan lemak dan natrium yang tinggi dapat memengaruhi tinggi rendahnya tekanan darah dalam tubuh sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Kenaikan kadar natrium dalam darah dapat merangsang sekresi renin dan mengakibatkan penyempitan pembuluh darah perifer yang berdampak pada meningkatnya tekanan darah.

Penelitian Ratnaningrum di Kabupaten Boyolali tahun 2015 mengatakan bahwa asupan serat juga berhubungan dengan terjadinya tekanan darah tinggi karena serat dapat mengurangi pemasukan energi dan obesitas yang pada akhirnya menurunkan risiko penyakit tekanan darah tinggi.

Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi memiliki 8 desa dengan jumlah penduduknya sebanyak 20.709 jiwa dan jumlah penduduk lansia sebanyak 1690 jiwa (8,16 %) dengan usia ≥ 65 tahun. Desa Mekar Bahalat merupakan salah satu desa/nagori yang ada di Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi denga jumlah penduduk sebanyak 1583 jiwa dan jumlah lansia usia ≥ 60 tahun sebanyak 120 jiwa (7,58%).

Data dari Puskesmas Jawa Maraja Bah Jambi menyebutkan prevalensi hipertensi di Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi mengalami peningkatan dari 6,27 % di tahun 2013 menjadi 11,89 % di tahun 2014, lalu sedikit mengalami penurunan menjadi 11,57 % di tahun 2015 pada usia ≥ 45 tahun. Puskesmas Jawa Maraja Bah Jambi juga menyebutkan bahwa hipertensi

(3)

3 merupakan penyakit kedua terbesar yang

ada di wilayah puskesmas.

Data Puskesmas Pembantu (Pustu) di Desa Mekar Bahalat tahun 2015 menyebutkan bahwa prevalensi penyakit hipertensi pada lansia yaitu sekitar 21 orang (8,8%) dan hipertensi merupakan penyakit keempat terbesar di Desa Mekar Bahalat. Hal ini dapat memengaruhi aktivitas yang dilakukan lansia termasuk dalam hal melakukan pekerjaan mereka sehari-hari yang mayoritasnya adalah seorang petani.

Sebagian besar masyarakat di Desa Mekar Bahalat sering mengonsumsi makanan yang berlemak, berkolesterol tinggi dan tinggi natrium seperti daging kambing, daging sapi, makanan yang bersantan, ikan asin dan telur asin. Oleh karena itu, kebiasaan mengonsumsi makanan tersebut dapat memicu tingginya tekanan darah yang dialami oleh lansia.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara konsumsi makanan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Mekar Bahalat, Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi, Kabupaten Simalungun.

TUJUAN PENELITIAN Tujuan Umum

Mengetahui dan menganalisis hubungan konsumsi makanan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Mekar Bahalat, Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi, Kabupaten Simalungun.

Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran jenis dan frekuensi makanan pencegah dan pemicu hipertensi yang dikonsumsi oleh lansia di Desa Mekar Bahalat, Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi, Kabupaten Simalungun.

2. Untuk menganalisis hubungan antara tingkat konsumsi karbohidrat, protein, lemak, natrium, dan serat dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Mekar Bahalat, Kecamatan Jawa

Maraja Bah Jambi, Kabupaten Simalungun.

MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun

Sebagai bahan informasi mengenai konsumsi makanan lansia dan hubungannya dengan hipertensi di bagian gizi di Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun untuk mengambil langkah-langkah kebijakan selanjutnya dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat terutama pada lansia.

2. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan sumbangan pengetahuan dan saran bagi Puskesmas Jawa Maraja Bah Jambi untuk dapat memberikan penyuluhan/informasi yang terkait dengan hipertensi pada lansia misalnya pada saat Posyandu Lansia dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat, dan perhatian dalam upaya pencegahan penyakit degeneratif, sehingga dapat menurunkan prevalensi hipertensi di wilayah tersebut.

3. Bagi Instansi Terkait

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi dan masukan yang bermanfaat bagi instansi terkait seperti panti pelayanan sosial lansia untuk dijadikan dasar dalam menjaga derajat kesehatan lansia dan dalam penyelenggaraan makanan sesuai dengan standar yang ada guna mempertahankan dan meningkatkan konsumsi gizi lansia.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang bersifat analitik observasional dengan jenis rancangan penelitian cross sectional.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia usia ≥ 60 tahun di Desa Mekar Bahalat, Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi, Kabupaten Simalungun yang berjumlah 120 orang. Besarnya sampel dihitung berdasarkan rumus penentuan besar sampel yaitu sebanyak 55 orang lansia yang bersedia untuk diwawancarai.

(4)

4 Data primer pada penelitian ini

adalah tekanan darah lansia, jenis, frekuensi dan tingkat konsumsi makanan pada lansia yang diperoleh melalui wawancara, pengisian formulir food frequency dan food recall 24 jam, dan melalui pengukuran tekanan darah langsung oleh bidan desa setempat dengan alat sphygmomanometer bersamaan dengan wawancara dan pengisian kuesioner berlangsung. Data sekunder yaitu jumlah lansia dan profil Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi sebagai tempat penelitian.

HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden

Distribusi lansia berdasarkan jenis kelamin di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun menunjukkan sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan (69,1%). Distribusi lansia berdasarkan riwayat keluarga dengan hipertensi menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak ada riwayat keluarga dengan hipertensi (69,1%).

Distribusi karakteristik lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Distribusi Karakteristik Lansia di

Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016 No Karakteristik Lansia N % 1 Jenis Kelamin Laki-laki 17 30,9 Perempuan 38 69,1 Total 55 100,0 2 Riwayat Keluarga dengan Hipertensi

Ada riwayat keluarga

dengan hipertensi 17 30,9 Tidak ada riwayat

keluarga dengan hipertensi

38 69,1 Total 55 100,0

Distribusi lansia berdasarkan jenis kelamin di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun pada Tabel 1 menunjukkan sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan (69,1%). Distribusi lansia berdasarkan riwayat keluarga dengan hipertensi menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak ada riwayat keluarga dengan hipertensi (69,1%).

2. Kejadian Hipertensi

Distribusi kejadian hipertensi pada lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Distribusi Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016

No Kejadian Hipertensi N %

1 Hipertensi 33 60,0

2 Tidak Hipertensi 22 40,0

Total 55 100,0

Berdasarkan kejadian hipertensi responden pada Tabel 2 diperoleh hasil bahwa ada sebanyak 33 orang lansia (60,0 %) yang memiliki tekanan darah tinggi atau hipertensi dan sebanyak 22 orang lansia (40,0%) yang tidak hipertensi pada saat pengukuran dilakukan di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun.

3. Jenis dan Frekuensi Konsumsi Makanan Pencegah Hipertensi pada Lansia

Distribusi lansia berdasarkan jenis dan frekuensi konsumsi makanan pencegah hipertensi di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun dapat dilihat pada Tabel 3.

(5)

5 Tabel 3 Distribusi Jenis dan Frekuensi Konsumsi Makanan Pencegah Hipertensi pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016

Jenis Makanan Sering Jarang Tidak Pernah

N % N % N %

1. Makanan Pokok

a. Beras merah 0 0 20 36,4 35 63,6

b. Jagung 3 5,5 40 72,7 12 21,8

2. Lauk Hewani

a. Ikan air tawar 26 47,3 29 52,7 0 0

b. Ikan tongkol 4 7,3 41 74,5 10 18,2

c. Ayam tanpa kulit 17 30,9 36 65,5 2 3,6

3. Lauk Nabati a.Tahu 33 60,0 22 40,0 0 0 b.Tempe 36 65,5 19 34,5 0 0 4. Sayur-sayuran a. Tomat 54 98,2 1 1,8 0 0 b.Kentang 48 87,3 7 12,7 0 0 c.Daun singkong 38 69,1 17 30,9 0 0 d. Buncis 22 40,0 32 58,2 1 1,8 e. Wortel 27 49,1 28 50,9 0 0 f. Sawi 25 45,5 30 54,5 0 0 5. Buah-buahan a.Pisang 39 70,9 16 29,1 0 0 b.Semangka 15 27,3 40 72,7 0 0 c.Jeruk 19 34,5 36 65,5 0 0 d.Nenas 5 9,1 50 90,9 0 0 e.Pepaya 37 67,3 18 32,7 0 0 6. Kacang-kacangan a.Kacang tanah 1 1,8 49 89,1 5 9,1 b.Kacang hijau 9 16,4 46 83,6 0 0

Berdasarkan jenis dan frekuensi konsumsi makanan pencegah hipertensi diperoleh hasil bahwa jenis makanan yang sering dikonsumsi oleh sebagian besar responden yaitu: jenis makanan pokok adalah jagung sebanyak 5,5%, jenis lauk hewani adalah ikan air tawar sebanyak 47,3%, jenis lauk nabati adalah tempe sebanyak 65,5%, jenis sayur-sayuran adalah tomat sebanyak 98,2%, jenis buah-buahan adalah pisang sebanyak 70,9% dan jenis kacang-kacangan adalah kacang hijau sebanyak 16,4%.

4. Jenis dan Frekuensi Konsumsi Makanan Pemicu Hipertensi

Berdasarkan jenis dan frekuensi konsumsi makanan pemicu hipertensi diperoleh hasil bahwa jenis makanan yang sering dikonsumsi oleh sebagian besar responden yaitu: makanan tinggi kolesterol adalah daging babi sebanyak 60,0%, jenis makanan yang diawetkan adalah ikan asin sebanyak 94,5% dan jenis makanan tinggi natrium adalah biskuit sebanyak 50,9%.

Distribusi lansia berdasarkan jenis dan frekuensi konsumsi makanan pemicu hipertensi di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.

(6)

6 Tabel 4 Distribusi Pola Konsumsi Makanan Pemicu Hipertensi pada Lansia di Desa Mekar Bahalat

Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016

Jenis Makanan Sering Jarang Tidak Pernah

N % N % N %

1. Makanan Tinggi Kolesterol

a. Daging sapi 0 0 54 98,2 1 1,8

b. Daging kambing 1 1,8 52 94,6 2 3,6

c. Daging babi 33 60,0 8 14,5 14 25,5

d. Udang 3 5,5 51 92,7 1 1,8

2. Makanan yang Diawetkan

a. Ikan asin 52 94,5 3 5,5 0 0

b. Telur asin 39 70,9 16 29,1 0 0

c. Teri kering 51 92,7 3 5,5 1 1,8

3. Makanan Tinggi Natrium

a. Biskuit 28 50,9 27 49,1 0 0

b. Keripik 12 21,8 43 78,2 0 0

5. Tingkat Konsumsi Karbohidrat, Protein, Lemak, Natrium dan Serat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat konsumsi karbohidrat dalam kategori kurang, yaitu sebanyak 52,7%, tingkat konsumsi protein dalam kategori baik, yaitu sebanyak 45,5%, tingkat konsumsi lemak dalam kategori lebih, yaitu sebanyak 58,2%, tingkat konsumsi natrium dalam kategori lebih, yaitu sebanyak

50,9% dan tingkat konsumsi serat termasuk dalam kategori kurang, yaitu sebanyak 50,9%.

Distribusi lansia berdasarkan tingkat konsumsi karbohidrat, protein, lemak, natrium dan serat pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Distribusi Tingkat Konsumsi Karbohidrat, Protein, Lemak, Natrium dan Serat pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016

No Tingkat Konsumsi

Kategori

Total

Lebih Baik Kurang

N % N % N % N % 1 Karbohidrat 18 32,7 8 14,5 29 52,7 55 100,0 2 Protein 18 32,7 25 45,5 12 21,8 55 100,0 3 Lemak 32 58,2 14 25,5 9 16,4 55 100,0 4 Natrium 28 50,9 16 29,1 11 20,0 55 100,0 5 Serat 15 27,3 12 21,8 28 50,9 55 100,0

6. Hubungan Tingkat Konsumsi Makanan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia

Hasil analisis hubungan tingkat konsumsi karbohidrat dan protein dengan kejadian hipertensi pada lansia diperoleh nilai p value berturut-turut sebesar 0,821 dan 0,189 artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi karbohidrat dan protein dengan kejadian

hipertensi pada lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun.

Hasil analisis hubungan tingkat konsumsi lemak, natrium, serat dengan kejadian hipertensi pada lansia diperoleh nilai p value berturut-turut sebesar 0,025; 0,039; 0,029; artinya ada hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi lemak, natrium dan serat dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Mekar

(7)

7 Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah

Jambi Kabupaten Simalungun.

Hasil analisis hubungan tingkat konsumsi makanan dengan kejadian

hipertensi pada lansia selengkapnya disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Hubungan Tingkat Konsumsi Makanan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016

No

Tingkat Konsumsi

Kejadian Hipertensi Total p

Hipertensi Tidak Hipertensi

n % n % N % Karbohidrat 1 Lebih 11 61,1 7 38,9 18 100,0 0,821 2 Baik 4 50,0 4 50,0 8 100,0 3 Kurang 18 62,1 11 37,9 29 100,0 Protein 1 Lebih 8 44,4 10 55,6 18 100,0 2 Baik 18 72,0 7 28,0 25 100,0 0,189 3 Kurang 7 58,3 5 41,7 12 100,0 Lemak 1 Lebih 16 50,0 16 50,0 32 100,0 2 Baik 8 57,1 6 42,9 14 100,0 0,025 3 Kurang 9 100,0 0 0,0 9 100,0 Natrium 1 Lebih 20 71,4 8 28,6 28 100,0 2 Baik 10 62,5 6 37,5 16 100,0 0,039 3 Kurang 3 27,3 8 72,7 11 100,0 Serat 1 Lebih 5 33,3 10 66,7 15 100,0 2 Baik 7 58,3 5 41,7 12 100,0 0,029 3 Kurang 21 75,0 7 25,0 28 100,0 PEMBAHASAN

Hubungan Tingkat Konsumsi Karbohidrat dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia

Berdasarkan hasil analisis menggunakan Uji chi square didapatkan hasil (p = 0,821) > α, artinya bahwa variabel tingkat konsumsi karbohidrat terbukti tidak memiliki hubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lansia masih kurang dalam mengonsumsi karbohidrat karena beberapa lansia lebih sering hanya mengonsumsi nasi setiap harinya sebagai sumbangan karbohidrat dan jarang mengonsumsi pangan karbohidrat yang lainnya.

Kekurangan karbohidrat dapat membuat tubuh tidak mendapatkan

vitamin dan mineral yang ditemukan dalam makanan yang mengandung karbohidrat, sehingga sistem kekebalan tubuh akan berkurang. Akibatnya adalah terjadi peningkatan jumlah makanan yang tinggi lemak dan kolesterol yang dapat menyebabkan hipertensi bahkan peningkatan risiko penyakit jantung.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Siti Widyaningrum (2012) di Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna (nilai p (0,599) > α (0,05)) antara asupan karbohidrat dengan tekanan darah pada penderita hipertensi lansia. Namun hasil penelitian ini berlawanan dengan hasil penelitian Derris Sugianty (2010) yang menyatakan bahwa ada hubungan asupan karbohidrat dengan tekanan darah sistolik pada lansia di Panti Wreda Pengayoman Semarang.

(8)

8 Hubungan Tingkat Konsumsi Protein

dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia

Berdasarkan hasil analisis menggunakan Uji chi square didapatkan hasil (p = 0,189) > α, artinya bahwa variabel tingkat konsumsi protein terbukti tidak memiliki hubungan dengan kejadian hipertensi pada responden di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun.

Protein berfungsi sebagai zat pembangun dan pendorong metabolisme pada tubuh manusia. Protein itu tidak diproduksi dari tubuh kita melainkan bersumber dari makanan yang mengandung protein yang kita konsumsi.

Protein nabati yang sering dikonsumsi adalah tempe, tahu dan kacang hijau. Secara teori, protein nabati memiliki kandungan asam amino essensial yang berefek terhadap sistem kardiovaskular yaitu dapat meningkatkan aliran darah perifer serta menurunkan resistensi perifer, sehingga terjadi peningkatan curah jantung yang berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Derris Sugianty (2010) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan asupan protein dengan tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia di Panti Wreda Pengayoman Semarang. Namun, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Rista Emiria (2012) yang menyatakan bahwa ada keterkaitan antara asupan protein dengan tekanan darah sistolik dan diastolik pada pasien hipertensi di RSUD Tugurejo Semarang.

Hubungan Tingkat Konsumsi Lemak dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia

Berdasarkan hasil analisis menggunakan Uji chi square didapatkan hasil (p=0,025) < α, artinya bahwavariabel tingkat konsumsi lemak terbukti memiliki hubungan dengankejadian hipertensi pada responden di Desa Mekar Bahalat

Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun.

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa sebagian besar lansia mengonsumsi lemak dalam jumlah yang lebih. Lemak memang diperlukan oleh tubuh sebagai zat pelindung dan pembangun. Tetapi, apabila konsumsinya berlebihan akan meningkatkan terjadinya plak dalam pembuluh darah, yang lebih lanjut akan menimbulkan terjadinya hipertensi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Siti Widyaningrum (2012) di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi lemak dengan kejadian hipertensi. Namun, hasil penelitian ini berlawanan dengan penelitian Rinawang (2011) pada lansia di Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan yang menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara konsumsi lemak dengan kejadian hipertensi. Dari beberapa penelitian dengan hasil yang sama di atas maka dapat disimpulkan bahwa lemak merupakan penyebab terjadinya penyakit hipertensi.

Hubungan Tingkat Konsumsi Natrium dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia

Berdasarkan hasil analisis menggunakan Uji Chi Square didapatkan hasil (p = 0,039) < α, artinya bahwa variabel tingkat konsumsi natrium terbukti memiliki hubungan dengan kejadian hipertensi pada responden di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun.

Jenis makanan yang mengandung natrium banyak dikonsumsi oleh responden. Pada pengolahan dan pemasakan bahan makanan juga menggunakan garam melebihi standar yang ada dan sesuai dengan selera. Lansia di Desa Mekar Bahalat sebagian besar sering mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi natrium seperti lauk ikan asin dan teri kering karena harganya

(9)

9 yang memang terjangkau dan mudah

didapat.

Mengonsumsi garam berlebih dapat meningkatkan volume darah di dalam tubuh, yang berarti jantung harus memompa lebih giat sehingga tekanan darah naik. Kenaikan ini berakibat pada ginjal yang harus menyaring lebih banyak garam dapur dan air. Dinding pembuluh darah kemudian bereaksi dengan cara penebalan dan penyempitan, untuk menyediakan ruang yang lebih sempit di kapiler darah, dan meningkatkan resistensi yang pada akhirnya membutuhkan tekanan yang lebih tinggi untuk memindahkan darah ke organ dan akibatnya adalah hipertensi.

Hal penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Adhyanti dkk (2012) pada lansia di Puskesmas Lailangga Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pola konsumsi natrium dengan kejadian hipertensi. Namun, hal ini berlawanan dengan penelitian Hasirungan (2002) bahwa tidak terdapatnya hubungan yang bermakna antara konsumsi natrium dengan kejadian hipertensi pada lansia. Hubungan Tingkat Konsumsi Serat dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia

Berdasarkan hasil analisis menggunakan Uji chi square didapatkan hasil (p = 0,029) > α, artinya variabel tingkat konsumsi karbohidrat terbukti memiliki hubungan dengan kejadian hipertensi pada responden di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun.

Lansia di Desa Mekar Bahalat sebagian besar sering mengonsumsi sayuran seperti tomat dan bayam untuk memenuhi kebutuhan serat harian mereka. Namun, masyarakat di desa ini terutama lansia jarang untuk mengonsumsi buah-buahan sehingga sumber serat dari jenis buah-buahan masih kurang. Sebagian besar responden lebih sering hanya

mengonsumsi buah-buahan seperti pisang dan pepaya saja.

Serat pangan dapat membantu meningkatkan pengeluaran kolesterol melalui feces dengan jalan meningkatkan waktu transit bahan makanan melalui usus kecil. Selain itu, konsumsi serat sayuran dan buah akan mempercepat rasa kenyang. Keadaan ini menguntungkan karena dapat mengurangi pemasukan energi dan obesitas, dan akhirnya akan menurunkan risiko hipertensi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Siti Widyaningrum (2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara asupan serat dengan kejadian hipertensi di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember. Namun hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Denny Putri (2015) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara asupan serat dengan tekanan darah pada wanita menopause di Desa Kuwiran Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali.

KESIMPULAN

1. Jenis makanan pencegah hipertensi yang sering dikonsumsi responden yaitu jagung, ikan air tawar, tempe, tomat, buah pisang dan kacang hijau.

2. Jenis makanan pemicu hipertensi yang sering dikonsumsi responden yaitu: daging babi, ikan asin dan biskuit. 3. Tingkat konsumsi karbohidrat sebagian

besar responden dalam kategori kurang, tingkat konsumsi protein baik, tingkat konsumsi lemak lebih, tingkat konsumsi natrium lebih dan tingkat konsumsi serat kurang berdasarkan AKG.

4. Ada 3 (tiga) tingkat konsumsi zat gizi yang berhubungan secara signifikan dengan kejadian hipertensi yaitu: variabel lemak, natrium dan serat, sedangkan variabel karbohidrat dan protein tidak berhubungan secara signifikan dengan kejadian hipertensi. SARAN

1. Petugas kesehatan di Desa Mekar Bahalat diharapkan lebih intensif dalam

(10)

10 memberikan penyuluhan kepada

masyarakat terutama lansia terkait hipertensi pada lansia yaitu dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat lansia agar memperhatikan pola makan sehari-hari sehingga dapat meningkatkan kesehatan masyarakat, mencegah penyakit degeneratif, dan dapat menurunkan prevalensi hipertensi di Desa Mekar Bahalat.

2. Bagi masyarakat Desa Mekar Bahalat terutama pada lanjut usia agar mengurangi konsumsi makanan yang tinggi natrium atau garam, tinggi lemak, dan juga meningkatkan konsumsi sayur dan buah dengan harga yang terjangkau setiap harinya. Bagi kepala adat di Desa Mekar Bahalat agar memerhatikan setiap makanan yang dihidangkan di setiap pesta adat terutama untuk konsumsi para lansia sehingga setiap lansia tidak terlalu sering mengonsumsi daging yang tinggi lemak dan tinggi kolesterol.

DAFTAR PUSTAKA

Arisman, 2009. Gizi Dalam Daur Hidup.Edisi II. Jakarta: EGC Emiria, Rista., 2012. Asupan Protein,

Lemak Jenuh, Natrium, Serat dan IMT Terkait dengan Tekanan Darah Pasien Hipertensi di RSUD Tugurejo Semarang. Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro, Semarang.

Aritonang, Evawany., Siregar, Emi Inayah Sari., Nasution, Ernawati., 2016. The Relationship of Food Consumption and Nutritional Status on Employee of Health Polytechnic Directorate Health Ministry Medan. International Jornal on Advanced Science Engineering Information Technology 6 (1).

Fatmah, Dr.,SKM., MSc., 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Frilyan, Rinawang., 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada Kelompok Lanjut Usia di Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan. Skripsi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Manawan, Anggun A., Rattu, A J M., Punuh, Maureen I., 2016. Hubungan Antara Konsumsi Makanan dengan Kejadian Hipertensi di Desa Tandengan Satu Kecamatan Eris Kabupaten Minahasa. Jurnal Ilmiah Farmasi 5(1):340-347.

Notoatmodjo, S., 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Oktariyani, 2012. Gambaran Status Gizi

pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulya 01 dan 03 Jakarta Timur. Skripsi, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok.

Ratnaningrum, Denny,. 2015. Hubungan Asupan Serat dan Status Gizi dengan Tekanan Darah pada Wanita Menopause di Desa Kuwiran Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali. Skripsi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Supariasa., Bakri, Bachyar., Fajar, Ibnu., 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Widyaningrum, Siti., 2012. Hubungan antara Konsumsi Makanan dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia (Studi Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember). Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember.

Gambar

Tabel 2  Distribusi Kejadian Hipertensi pada  Lansia  di  Desa  Mekar  Bahalat  Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi  Kabupaten  Simalungun  Tahun  2016
Tabel 5  Distribusi Tingkat Konsumsi Karbohidrat, Protein, Lemak, Natrium dan Serat pada Lansia  di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun  2016
Tabel 6  Hubungan  Tingkat  Konsumsi  Makanan  dengan  Kejadian  Hipertensi  pada  Lansia  di  Desa  Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016

Referensi

Dokumen terkait

Pandangan para responden seputar citra merek atau produk yang menggunakan jasa Kaskus (terdapat pada halaman jual beli atau halaman lain dalam diskusi) yaitu sebanyak 50

Peserta terpilih akan menjadi nominator Lomba Membacakan Naskah Pidato Bung Karno – Bandung Spirit Award AAIPAF 2010, dan berhak mengikuti tahap penjurian selanjutnya..

Selanjutnya dalam pelaksanaan tindakan, peneliti menerapkan rencana pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya pada tahap perencanaan yang mana dalam hal ini

AMK tidak melakukan kewajiban pemotongan PPh Pasal 23 selama tahun 2014 hingga yang bersangkutan mendapat surat dari KPP terdaftar pada bulan Juni 2016 (29 bulan

Dari pengujian dengan menggunakan regresi linear berganda untuk pengujian secara simultan pada sampel perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 di Bursa Efek

Perkenalan intim dengan penulis dan karya-karya sastera Indonesia menjadi titik mula yang mengasaskan kecenderungan minda A.Samad Said untuk menganjakkan diri dari

Masalah yang ada saat ini adalah bagaimana cara untuk mengefisiensikan sumber air yang ada.Sebuah negara yang kelebihan sumber daya air akan melakukan ekspor pada

Setelah pengobatan tahap awal, tanpa memperhatikan hasil pemeriksaan ulang dahak apakah masih tetap BTA positif atau sudah menjadi BTA negatif, pasien harus