9
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI
MASYARAKAT MENGGUNAKAN METODE
MAKE A MATCH
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA
KELAS X SMA NEGERI 2 DOLO
Arumi Rahayu, Muhammad Ali dan Haeruddin e-mail: ArumiFKIP93@gmail.com
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako
Jl. Soekarno Hatta Km. 9 Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu – Sulawesi Tengah
Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 2 Dolo dengan penerapan model pembelajaran sains teknologi masyarakat menggunakan metode make a match. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen kuasi dengan desain “The Non Equivalen Pretest-Posttest Design”. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian kelas XA sebagai
kelas eksperimen dan kelas XB sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan tes hasil belajar dalam bentuk
pilihan ganda. Berdasarkan hasil pengolahan data, untuk kelas eksperimen diperoleh rerata skor tes awal 4,95 dan tes akhir 15,00 dengan rerata skor maksimal 20,00. Sedangkan kelas kontrol diperoleh rerata skor tes awal5,00 dan untuk tes akhir adalah 8,05 dengan rerata skor maksimal 20,00. Berdasarkan hasil pengujian N-Gain kelas eksperimen berada dalam kategori sedang dengan nilai N-N-Gain sebesar 66,41 dan kelas kontrol berada dalam kategori rendah dengan nilai N-Gain sebesar 20,38. Hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai thitung
= 9,61 dan ttabel = 2.02. Ini berarti bahwa nilai thitung lebih besar dari ttabel. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa, penerapan model STM mengunakan metode make a match dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa.
Kata Kunci: Model Pembelajaran sains teknologi masyarakat, metode make a match, hasil belajar fisika. I.PENDAHULUAN
Fisika merupakan salah satu pelajaran penting karena didalamnya terdapat keterkaitan konsep sains dengan kehidupan di masyarakat. Berdasarkan Kurikulum untuk pembelajaran Fisika disarankan dalam pembelajarannya menggunakan model pembelajaran yang sesuai dan tepat dengan karakteristik konsep Fisika.
Melihat kenyatannya sekarang ini pembelajaran sains kurang sesuai dengan hakikat sains karena saat ini masih banyak permasalah pembelajaran yang dalam proses belajar mengajar masih berpusat pada guru (teacher center) sehingga siswa bersifat pasif
dalam kegiatan belajar mengajar
mengakibatkan hasil belajar menjadi rendah. Hal ini merupakan perlu diperhatikan oleh guru. Guru cendrung menganggap siswa sebagai kertas putih yang siap untuk ditulisi, sehingga kegiatan pembelajaran langsung selalu berpusat pada instruksi-instruksi yang diberikan oleh guru.
Upaya meningkatkan penguasaan materi siswa terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam pembelajaran IPA serta meningkatkan konsep sains dan teknologi siswa
dengan penyajian materi ajar IPA khususnya fisika di sekolah selalu dikaitkan dan disepadankan dengan isu-isu masyarakat dan teknologi yang ada di lingkungan masyarakat khususnya lingkungan para siswa-siswi.
Pembelajaran melalui model pembelajaran sains teknologi masyarakat (STM) bersifat kontekstual, artinya langsung mengaitkan dengan kehidupan nyata siswa atau lingkungan masyarakatnya. Hal senada juga disampaikan oleh Lestari dkk (2005)[1] mengenai manfaat
model pembelajaran STM diantaranya (1) kegiatan belajar menjadi lebih menarik dan tidak membosankan, sehingga motivasi belajar siswa akan lebih tinggi (2) hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan pada situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami (3) bahan yang dipelajari lebih faktual sehingga kebenarannya atau bersifat alami (4) kegiatan belajar siswa menjadi lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan dengan berbagai cara (5) sumber belajar menjadi lebih kaya (6) siswa dapat memahami dan menghayati aspek kehidupan yang ada di lingkungannya. Pendukung model pembelajaran sains teknologi masyarakat peneliti menggunakan metode make a match sebagai suatu pendukung pelaksanaan model
10 pembelajaran yang diharapkan akan memberikan keefektifan penggunaan model pembelajaran sain teknologi masyarakat.
Menurut poedjiadi (2005)[2] Ada beberapa
tahapan yang dapat dilakukan oleh guru dalam pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran STM, yaitu: (1)
inisiasi/pendahuluan (2) Pembentukan konsep (3) Aplikasi konsep (4) Pemantapan konsep dan (5) evaluasi.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka perlu diketahui peningkatan hasil belajar siswa pada pelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran sains teknologi masyarakat dengan memperhatikan keadaan siswa, dalam hal ini kebudayaan atau lingkungan siswa setempat berlandaskan teknologi di masyarakat khususnya Daerah kecamatan Dolo Barat. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan mengadakan suatu penelitian dengan menerapkan Model pembelaran sains teknologi masyarakat menggunakan metode make a match.
II. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen kuasi.
Adapun desain penelitian yang digunakan yaitu desain prates-pascates kelompok kontrol tanpa acak. Desain penelitian yang digunakan dapat dilkukiskan seperti pada Tabel 1.
TABEL 1 THE NON EQUIVALEN, PRETEST-POSTEST DESIGN
Kelompok Prates Perlakuan Pascates
A (KE) O X1 O
B (KK) O X2 O
Keterangan:
A : Kelompok eksperimen B : Kelompok kontrol O : pretest dan posstest
X1 :Model Pembelajaran Sains Teknologi
Masyarakat Menggunakan Metode Make a Match
X2 : Pembelajaran konvensional
Penelitian dilakukan di SMA Negeri 2 Dolo, dengan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Dolo tahun pelajaran 2014/2015 dan sampel dalam penelitian ini adalah kelas X IPA 1 dan IPA 2. Pada kelas X IPA 1 diberi perlakuan dengan model pembelajaran sains teknologi masyarakat menggunakan metode make a match. Sedangkan pada kelas X IPA 2 diberi perlakuan dengan pembelajaranh konvensional dimana menggunakan metode ceramah dan
diskusi kelompok. Kedua kelas diberi pretes yang sama dan posttest yang samauntuk melihat peningkatan hasil belajar siswa yang diberi perlakuan yang berbeda.
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Uji Normalitas
Pengujian data normalitas data penelitian ini peneliti menggunakan Chi-kuadrat dengan kriteria penerimaan χ2
hitung < χ2tabel, taraf
signifikan = 0,05, dan derajat kebebasan dk = k – 3. Data yang digunakan untuk menguji normalitas data meliputi tes awal dan tes akhir hasil belajar baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Hasil uji normalitas tes awal dan tes akhir dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 2.
TABEL 2 HASIL UJI NORMALITAS TES AWAL DAN TES AKHIR KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL
Uraian Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Tes Awal Tes Akhir
Sampel 22 22 22 22
0,11 2,72 0,57 2,38
5,99 5,99
Ket Normal Normal
Berdasarkan uji normalitas pada Tabel 2 dengan menggunakan Chi-kuadrat dengan kriteria penerimaan
χ
2hitung <
χ
2(1 – ) (k – 3),dimana untuk tes awal baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol nilai χ2
hitung lebih kecil
daripada nilai
χ
2(1 – ) (k – 3). Begitupula untuk tes
akhir, nilai
χ
2hitung lebih kecil daripada nilai
χ
2(1 – ) (k – 3), baik di kelas eksperimen maupun kelaskontrol. Artinya, data tes awal dan tes akhir baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol terdistribusi normal.
B.Uji Homogenitas
Pengujian data homogenitas
menggunakan uji-F dengan kriteria jika Fhitung <
Ftabel maka data homogen. Hasil uji
homogenitas dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 3.
TABEL 3 HASIL UJI HOMOGENITAS TES AWAL DAN TES AKHIR
Uraian Tes awal Tes Akhir Ket
Fhitung 0,99 1,66 Homogen
Ftabel 2,19 2,19
Berdasarkan Tabel 3, nilai Fhitung < Ftabel. Hal
ini menunjukkan bahwa data tersebut memiliki varians yang sama (homogen).
11 C.Uji Hipotesis
1)Uji Peningkatan Hasil Belajar
Peningkatan hasil belajar siswa yang diperoleh dari kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran STM menggunakan metode make a match dan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvesional yang dihitung menggunakan persamaan N-Gain disajikan pada Tabel 4.
TABEL 4. HASIL UJI N-GAIN KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL Uraian Kelas eksperimen Kelas kontrol Sampel 22 22 Pretest Nilai Terendah 0 0 Nilai Tertinggi 8 9 Posttest Nilai Terendah 10 3 Nilai Tertinggi 19 12 N-Gain 66,41 20,38
Berdasarkan data Tabel 4 dapat dilihat perbedaan peningkatan hasil belajar fisika siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dimana kelas eksperimen memperoleh nilai N-gain 66,41yaitu berada pada kategori sedang sedangkan kelas kontrol memperoleh nilai N-gain 20,38 yaitu berada pada kategori rendah. Hal ini menyatakan bahwa kelas eksperimen mengalami peningkatan yang lebih baik daripada kelas kontrol .
2)Uji-t
Pengujian hipotesis ini digunakan untuk melihat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa. Syarat untuk menguji hipotesis data harus berdistribusi normal dan homogen. Pengujian hipotesis ini menggunakan statistik parametrik uji-t (uji satu pihak). Data hasil pengujian statistik Tabel 4.4 berikut.
TABEL 5. UJI HIPOTESIS
Berdasarkan Tabel 4.4 thitung > ttabel atau 9,61 >
2,02. Hal ini berarti, nilai thitung berada diluar
daerah penerimaan H0. Dengan demikian H0
ditolak dan H1 diterima. Dapat disimpulkan
bahwa penerapan model STM mengunakan metode make a match dapat meningkatkan
hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 2 Dolo.
Penerapan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat melalui metode make a match merupakan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana materi yang dipelajari dihubungkan dengan kehidupan nyata. Ada 2 sampel yang digunakan pada penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Proses pembelajaran dengan model pembelajaran STM, penyajian diawali dengan memotivasi dan mengapersepsi siswa dengan mengamati lingkungan sekitar sekolah lalu mengingat dan mengaitkan peristiwa-peristiwa yang telah dialami atau diketahui siswa dengan materi yang akan dibahas yaitu suhu dan kalor. Hal tersebut membuat siswa termotivasi untuk memberikan pendapatnya. Dengan kondisi tersebut selanjutnya siswa melakukan pengamatan dan memahami suatu peristiwa sesuai dengan petunjuk LKS sehingga dapat menuntun siswa untuk menyimpulkan serta menyadari bahwa hal-hal yang terjadi dan terdapat disekitar lingkungannya berhubungan dengan konsep sains khususnya konsep fisika. Selain itu melalui model pembelajaran STM menggunakan metode make a match siswa akan mandiri dan termotivasi siswa menyadari keterkaitan sains dalam kehidupan sehari-hari.
Pada model pembelajaan STM, peneliti mengangkat beberapa beberapa hubungan konsep sains fisika dengan kearifan lokal di masyarakat suku kaili khususnya masyarakat di kecematan Dolo Barat. Adapun beberapa hal tersebut salah satunya adalah penggunaan daun sirsak dan cucur bebek untuk menurunkan suhu badan yang panas, dalam hal ini konsep fisika yang digunakan adalah prinsip Asas Black yaitu terjadinya kesetimbangan termal jika dua buah benda didekatkan, jumlah kalor yang diberikan oleh suatu benda sama dengan jumlah kalor lepaskan oleh benda yang lainnya. Ada juga penggunaan Pandangi (wajan dari tanah) untuk memasak dan menghasilkan kopi yang beraroma khas, penggunaanya untuk meratakan panas pada saat kopi di masak. Hal tersebut yang membuat sebagian siswa yang pada awalnya tidak tertarik dan tidak mengerti konsep fisika menjadi lebih tertarik untuk mempelajari konsep fisika yang ada dikehidupan mereka sehari-hari, sebagian besar siswa-siswa mengaku senang dengan model pembelajaran STM yang diterapkan dikelas ditambah lagi dengan adanya metode make a match yang mendukung serta memberi Kelas
X
t hitung t ( =0,05) table KeputusanEksperimen 15,00
9,61 2,02 H1 diterima
12 motivasi kepada siswa untuk memahami konsep suhu dan kalor dalam kehidupan sehari-hari.
Model pembelajaran STM dengan sintaks yang dilaksanakan yaitu pendahuluan, pembentukan konsep, aplikasi konsep dalam kehidupan sehari-hari, pemantapan konsep, dan evaluasi. Pada bagian pembentukan konsep siswa diberikan LKS yang dikerjakan secara berkelompok, LKS tersebut berisikan tentang wacana atau masalah yang sering terjadi dikehidupan sehari-hari. Pada LKS tersebut siswa dituntut untuk memberikan solusi untuk masalah dalam wacana berdasarkan konsep fisika yang dibahas pada hari itu. Tujuannya agar siswa dapat mengemukakan konsep fisika siswa sehingga dengan hal tersebut pembentukan konsep fisika pada siswa akan tercapai dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran STM menggunakan
metode make a match memberikan
kesempatan kepada siswa yang kurang aktif menjadi aktif dalam proses pembelajaran karena berdasarkan proses pembelajaran yang dilakukan dengan menghubungkan konsep fisika yang terdapat dalam teknologi budaya kaili yang khususnya berada di kecamatan Dolo Barat. Siswa yang biasanya tidak tertarik dengan pembelajaran fisika sedikit demi sedikit mulai mengaktifkan dirinya dalam proses pembelajaran seperti mengemukakan teknologi-teknologi budaya kaili yang berhubungan dengan konsep fisika. Keberhasilan ini dapat terlihat dari hasil belajar siswa yang dulunya rendah dapat terjadi peningkatan yang cukup signifikan.
Penggunaan istilah budaya, teknologi budaya kaili untuk mengenalkan kembali kepada siswa yang kurang bahkan tidak mengetahui lagi istilah istilah dan teknologi budaya kaili yang sebenarnya aplikasinya telah dipelajari dalam kehidupan modern. Menurut Aikenhead dan Jegede (1999)[3] keberhasilan
proses pembelajaran IPA khususnya fisika di sekolah sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya yang dimiliki oleh siswa atau masyarakat tempat sekolah berada. Sehingga guru perlu mengaitkan antara konsep fisika yang siswa pelajari di sekolah dengan latar belakang kebudayaan yang ada di lingkungan siswa sendiri.
Sedangkan untuk aplikasi konsep dalam kehidupan sehari-hari pada sintaks ini diberikan metode make a match untuk membantu siswa
memahami dan mengetahui dan
mengaplikasikan konsep fisika pada masalah
dan isu-isu yang terjadi dilingkungan masyarakat. Penggunaan metode make a match juga dapat mempermudah siswa mengetahui pengaplikasian konsep-konsep fisika dalam kehidupannya sehari-hari. Sehingga siswa akan lebih sensitif untuk menggali pengetahuan dan menghubungkan konsep fisika dalam kehidupannya.
Penggunaan metode make a match mempengaruhi aktivitas siswa sehingga akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Iskandar (2009)[4] penerapam metode make a match
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Sebagai pendukung bahan ajar yang digunakan dengan berdasar pada metode make a match yang didalam prosesnya yaitu menggunakan kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban yang mengandung konsep fisika dari teknologi unsur budaya kaili yang berada di lingkungan masyarakat siswa. Hal tersebut juga didukung sebagaimana penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Adi Saputra (2014)[5] yaitu
pengembangan bahan ajar fisika materi suhu dan kalor bebasis budaya masyarakat Trans Lalundu. Berdasarkan penelitian tersebut menunjukkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan ini dapat dijadikan sebagai salah satu media pembelajaran bagi siswa. Dalam hal ini pada penelitian yang dilakukan ini menggunakan teknologi-teknologi yang berada dimasyarakat yang ada hubungannya dengan konsep fisika dala hal ini materi suhu dan kalor tetapi dalam lingkungan masyarakat yang berbeda. Pada bahan ajar yang digunakan seperti LKS dan kartu pasangan terdapat contoh dan wacana yang mendukung kejelasan pemaparan materi, kontekstual artinya materi yang disajikan sesuai dengan lingkungan siswa, terdapat soal-soal latihan, tugas atau sejenisnya yang memungkinkan untuk mengukur penguasaan siswa, terdapat rangkuman materi, sehingga siswa dapat mengetahui tingkat penguasaan materi. Selain itu, terdapat pula aspek penggunaan bahasa dan istilah yang sesuai dengan budaya.
Hasil yang didapat pada penelitian ini dibandingkan dengan peneliti terdahulu, pada penelitian ini model pembelajaran STM dengan menggunakan metode make a match sehinggga siswa tidak hanya memahami materi yang diajarkan saja tetapi menghubungkan materi dengan kehidupan nyata siswa serta lebih aktif dalam menyelesaikan dan menghubungkan masalah ang ada dilingkungan dengan menggunakan konsep fisika. Metode make a
13 match yang digunakan dalam model pembelajaran STM bertujuan untuk menjadikan siswa lebih aktif dan mampu menguasai materi sehingga mengetahui isi materi yang ada dan bukan hafalan semata serta bertujuan untuk melatih siswa dalam bekerjasama dan dapat mengetahui penjelasan konsep fisika yang diperoleh dengan menggunakan metode make a match serta menghubungkan konsep fisika dengan masalah-masalah yang ada di kehidupan nyata siswa.
Gambar 1. Hasil Belajar
Gambar 2. Peningkatan Hasil Belajar Berdasarkan hasil yang diperoleh dari uji N-gain, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen dibandingkan kelas kontrol yang terlihat pada Gambar 4.1. Hasil belajar fisika siswa pada kelas eksperimen meningkat dengan nilai N-gain 66,41 yang berada pada kategori sedang sedangkan pada kelas kontrol
dengan nilai N-gain 20,38 yang berada pada kategori rendah. Peningkatan hasil belajar tersebut juga didukung dengan hasil pengujian statistik thitung > ttabel atau 9,61 > 2,02 yang
berarti bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa antara kelas yang mendapatkan pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran STM mengunakan metode make a match dengan kelas yang mendapatkan pembelajaran konvensional menggunakan metode ceramah.
Bedasarkan penelitian Ferdy Novrizal (2010)[6] mengatakan bahwa dengan
menggunakan model pembelajaran STM dapat meningkatkan penguasaan konsep fisika khususnya pada konsep Usaha dan energi, dimana melalui pembelajaran yang mengaitkan antara materi dengan kehidupan nyata siswa, maka siswa akan lebih mudah memahami materi yang sedang dipelajarinya dan lebih termotivasi.
Hal ini sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustini dkk (2013)[7]
menyatakan bahwa adanya perbedaan antara penguasaan materi dan keterampilan pemecahan masalah antara siswa yang mengikuti model pembelajaran sains teknologi masyarakat dan siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung pada pelajaran IPA.
Setelah dilakukan analisis hipotesis diketahui bahwa setelah diberikan metode pembelajaran menunjukkan ada peningkatan hasil belajar pada kelas yang diberikan pembelajaran STM menggunakan metode make a match. Karena pada pembelajaran STM menggunakan metode make a match siswa dituntut untuk mengetahui konsep fisika yang dimanfaatkan untuk memecahkan masalah yang sering dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari dan siswa dapat saling bekerja sama dalam memecahkan masalah yang dihadapi, menghubungkan antara materi dengan kehidupan nyata siswa. Siswa yang terlihat malu untuk bertanya pada guru dapat bertanya pada teman pasangannya, penggunaan kelompok dalam pembelajaran dapatmembuat siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Penggunaan STM dengan metode make a match menjadikan siswa dapat membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan sekitarnya dan guru membimbing dan mengarahkan siswa untuk dapat mengemukakan pendapatnya. Cara ini merupakan upaya untuk meningkatkan 0 10 20 30 40 50 60 70 eksperimen kontrol
N-Gain
N-Gain 0 2 4 6 8 10 12 14 16 pretest posstest eksperimen kontrol14 penguasaan materi dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.
IV.KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran STM menggunakan metode make a match dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 2 Dolo. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji N-gain yang menunjukkan bahwa kelas eksperimen mengalami peningkatan hasil belajar dengan memperoleh nilai N-gain 66,41 yang berada pada kriteria sedang dengan sedangkan kelas kontrol dengan nilai N-gain 20,38 yang berada pada kriteria rendah. hasil pengujian statistik uji-t diperoleh adalah thitung = 9,61 ttabel =2,02
yang berarti bahwa H0 ditolak dan H1 diterima
yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa antara kelas yang mendapatkan pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran STM mengunakan metode make a match dengan kelas yang mendapatkan pembelajaran konvensional menggunakan metode ceramah.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Lestari, I., Fahriyati, D.A. & Rosiyanti, A. 2005. Pendekatan SETS (Science, Environment,Technology, and Society) dalam Pembelajaran Sistem Periodik dan Struktur Atom Kelas X SMA. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 34(6), 1-12.
[2] Poedjiadi, Anna. (2005). Sains Teknologi Masyarakat . Bandung : Rosda.
[3] Aikenhead, G. S., & Jegede, O. J. (1999). “Cross-cultural Science Education: a Cognitive Explanation of a Cultural Phenomenon” , dalam Journal of Research in Science Teaching
[4] Iskandar, Isnawati. (2009). Penerapan Metode Make A match Untuk Meningkatkan hasil belajar Siswa kelas VIIA SMPN 2 Tawaeli.
[5] Adi, S. I. W. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Fisika Materi Suhu dan Kalor Berbasis Budaya Masyarakat Trans Lalundu. Skripsi. Palu : FKIP UNTAD
[6] Ferdy Novrizal. (2010). Pengaruh Model Pembelajaran Sains teknologi Masyarakat Untuk meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika Pada Konsep Usaha dan Energi. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
[7] Agustini, D., Subagia I. W. & Suardana I. N. (2013). Pengaruh model pembelajaran sains teknologi masyarakat (STM) terhadap penguasaan materi dan keterampilan pemecahan masalah siswa pada mata pelajaran IPA di MTS Negeri Patas. Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.