PENGARUH LAPORAN KEUANGAN, IHSG, GRAFIK HARGA DAN KONDISI EKONOMI REGIONAL TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI
SAHAM SECOND LINER BAGI INVESTOR NON INSTITUSI DI DIY
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Koperasi
YULIUS BUDI PRASETYO 001324009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DUNIA USAHA
JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii
MOTTO
SET YOUR GOALS AS HIGHEST AS YOU WANT WHEN YOU FAIL TO REACH ITS
YOU STILL AMONG THE STARS
SKRIPSI INI KU PERSEMBAHKAN UNTUK: Papa dan Mama ku tercinta
Om Poyo dan Tante Woro yang sangat ku hormati Adik-adikku terkasih Adi, Yadi, Sela, Mery dan Frans
Regina Monika Erna Dai, yang terkasih dari semua.
v
ABSTRAK
PENGARUH LAPORAN KEUANGAN, IHSG, GRAFIK HARGA DAN KONDISI EKONOMI REGIONAL TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI
SAHAM SECOND LINER BAGI INVESTOR NON INSTITUSI DI DIY Yulius Budi Prasetyo
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2006
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa pengaruh laporan keuangan, IHSG, grafik harga dan kondisi ekonomi regional terhadap keputusan investasi saham second liner bagi investor non institusi. Penelitian dilakukan di 3 lokasi: P.T. BNI Securities, P.T. Sarijaya Securities and P.T. Pacific Capitalin pada bulan November 2005. Populasi dalam penelitian ini adalah semua investor individu di Yogyakarta. Teknik pengambilan sample yang digunakan adalah accidental
sampling dengan menggunakan sample 30 orang. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah kuesioner. Data yang telah terkumpul dianalisa dengan analisis regresi dengan memperhatikan uji prasarat dan uji asumsi klasik yang dilakukan sebelum analisis regresi. Tingkat signifikansi yang dipakai adalah 5%.
Uji prasarat menunjukkan bahwa distribusi data tersebar normal dan linier. Asumsi klasik menunjukkan bahwa data bebas dari multikolineritas dan fenomena heteroskedastisitas. Kesimpulan yang diperoleh dari analisis regresi adalah laporan keuangan, IHSG, grafik harga dan kondisi ekonomi regional secara bersama-sama mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh investor (sig= 0,016 < a= 0,05), secara
terpisah hanya IHSG yang memiliki pengaruh terhadap keputusan investasi yang dibuat.partially (sig= 0,001 < a= 0,05).
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF FINANCIAL REPORT, IHSG, PRICE GRAPHICS AND REGIONAL ECONOMIC CONDITIONS TOWARD THE DECISION
OF INVESTING THE SECOND LINER SHARES FOR NON
INSTITUTIONAL INVESTORS IN YOGYAKARTA SPECIAL PROVINCE Yulius Budi Prasetyo
Sanata Dharma University Yogyakarta
2006
The aim of this research is to analyze the influence of financial report, IHSG, price graphs and regional economic conditions toward the decision of investing the second liner shares for non institutional investors in Yogyakarta Special Province. The research was held in 3 locations of P.T. BNI Securities, P.T. Sarijaya Securities and P.T. Pacific Capital in November 2005. The population of this research was all individual investors in Yogyakarta. Sampling technique used was accidental
sampling involving 30 people. Data gathering technique was questionnaire. The
gathered data was analyzed by regression analysis with consideration of pre conditions test and classic assumption of regression before analyzing it. The significant level is 5%.
Pre conditions test shows that data distribution was normal and linier.
Classic assumption shows that the data was free from multicolinierity and
heteroscedastisity phenomenon. Regression analysis concludes that financial report, IHSG, price graphs and regional economic conditions all together influence the decision made by investors (sig= 0,016 < a= 0,05), partially only IHSG influences
the decision (sig= 0,001 < a= 0,05).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, atas
kasih dan penyertaannya. Tugas ini tidak akan pernah selesai jika “Dia yang selalu
menyintai ku” berhenti mendampingi perjalanan hidupku. Skripsi yang berjudul
“Pengaruh Laporan Keuangan, IHSG, Grafik Harga dan Kondisi Ekonomi Regional
Terhadap Keputusan Investasi Saham Second Liner Bagi Investor Non Institusi di
DIY”, merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Ekonomi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa pendampingan,
bimbingan, bantuan dan arahan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D selaku dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan dan bpk Y. Harsoyo... selaku kepala jurusan Pendidikan
Duna Usaha yang telah memberika ijin untuk menyelesaikan skripsi ini.
Khusus untuk bapak Y. Harsoyo, dukungan bapak yang “sampai saat
terakhir” adalah pendorong utama selesainya skripsi ini, terima kasih atas
semua dukungan yang telah bapak berikan sampai saat ini.
2. Bapak Drs. P. Rubiyatno, MM yang bersedia menjadi dosen Pembimbing
I, tanpa anda skripsi ini tidak akan selesai dengan lancar. Pemahaman
yang mendalam dalam ekonomi dan pasar uang yang bapak miliki sangat
membantu dalam penulisan skripsi ini.
3. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M. Si yang bersedia menjadi
pembimbing II dalam penulisan skripsi ini dan bpk Yohanes Maria
Vianey Mudayen S. Pd. Tanpa bantuan dan bimbingan kalian skripsi ini
tentu masih memiliki banyak kekurangan. Terima kasih atas kemampuan
untuk melihat secara detil sehingga skripsi ini menjadi lebih tajam dalam
analisis
4. Regina Monika Erna Dai Wadan, terima kasih kupersembahkan untuk
semua doa, perhatian, rasa sayang dan support yang telah kau berikan
padaku. Tanpamu aku tidak akan pernah berjalan sampai di sini, “from
the moment we met ‘till the last breath I take you are my Regina”.
5. Adik-adikku tercinta, Adi dan Yadi, aku bukanlah kakak yang baik tapi
kalian menerimaku seperti ada-nya. Terima kasih atas semua dorongan
yang telah kalian berikan. Kalian saudara-saudara terbaik bagiku, “You
are the best given that I’ve ever had”.
6. Untuk Anton (alm), Iyus, Laza, Jaky, Mas Andrie, Suryo, Sanay (Merpati
372-373), kebersamaan kita merupakan moment-moment indah yang tak
terlupakan. Terima kasih karena kalian ada untukku.
7. Teman-teman PDU 00 (kelas A &B), kalian sangat berarti bagiku semoga
sukses menyertai hidup kalian.
8. Teman-teman Vantax dan Betang, kalian manusia-manusia unik! Kita
pernah bertemu dalam “persimpangan hidup” di tempat yang bernama
Yogyakarta, walaupun kita menjalani hidup yang kita pilih
masing-masing kenangan “kebersamaan” selalu segar dalam ingatan. Tuhan
beserta kalian.
9. Mamaku yang sangat aku hormati, terima kasih telah melahirkan aku ke
dunia. Terima kasih karena telah mengantarkan aku sampai ke “titik ini”,
tanpa mama aku tidak akan pernah sampai ke sini. TERIMA KASIH
MAMA.
10.Om poyo dan tante Woro (alm), kalian lah yang membimbingku sehingga
aku berhasil melewati ujian terberat dalam hidup ku. Ujian-ujian lain
yang akan datang aku akan mengingat kata-kata kalian. Terima kasih
karena kalian telah menjadi pembimbing hidup yang hebat bagi ku.
11.Orang-orang yang tak bias aku sebut sebutkan namanya satu per satu
karena begitu besar arti kalian dalam hidup ku. Terima kasih atas “warna”
yang telah kalian torehkan dalam hidupku. Aku menikmati setiap
pelajaran yang kita jalani.
Tidak ada yang sempurna dalam hidup, maka demi perbaikan skripsi ini
kritik dan saran membangun penulis terima dengan senang hati.
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
MOTTO iv
HALAMAN PERSEMBAHAN v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xii
LAMPIRAN xv
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK xvi
DAFTAR GAMBAR xvii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Batasan Masalah 3
D. Tujuan Penelitian 4
E. Manfaat Penelitian 5
F. Sistematika Penulisan 6
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 8
A. Saham 8
B. Laporan Keuangan 17
C. Indeks Harga Saham (IHS) 23
D. Analisa Teknikal 27
E. Ekonomi Regional 38
F. Perilaku Investor 44
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian 54
B. Lokasi Peneleitian dan Waktu Penelitian 54
C. Objek dan Subjek Penelitian 55
D. Populasi dan Sample Penelitian 55
E. Teknik Pengambilan Sample 55
F. Variabel dan Pengukuran 56
G. Validitas dan Reliabilitas 57
H. Teknik Analisis Data 58
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. BNI Securities 70
B. Sarijaya Sekuritas 76
C. Pacific Capital 79
BAB V ANALISIS DATA
A. Uji Validitas dan Reliabilitas 84
B. Uji Normalitas 86
C. Uji Linierlitas 87
D. Uji Asumsi-asumsi Klasik 88
E. Regresi 90
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan 97
B. Keterbatasan Penelitian 98
C. Saran 98
D. DAFTAR PUSTAKA 100
LAMPIRAN
Lampiran 1 Deskripsi Data 93
Lampiran 2 Out Put Regresi 94
Lampiran 3 Grafik Normalitas dan Scaterplot 98
Lampiran 4 kuesioner 100
Lampiran 2 Validitas dan Reliabilitas Laporan Keuangan 104
Lampiran 3 Validitas dan Reliabilitas IHSG 106
Lampiran 4 Validitas dan Reliabilitas Grafik Harga 108
Lampiran 5 Validitas dan Reliabilitas Ekonomi Regional 110
Lampiran 6 Validitas dan Reliabilitas Keputusan Investasi 112
Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian P.T. BNI Securities 114
Lampiran 10 Surat Keterangan Penelitian P.T. Sarijaya Securities 115
Lampiran 11 Surat Keterangan Penelitian P.T. Pacific Capital 116
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK
Tabel
Tabel 2.1 Klasifikasi Industri BEJ 15
Tabel 5.1 Descripive Statistic 76
Tabel 5.2 Uji Linieritas 81
Tabel 5.3 Uji Multikolinieritas 83
Tabel 5.4 Uji F 85
Tabel 5.5 Koefisien Regresi dan Uji t 87
Tabel 5.6 Nilai Koefisien Determinasi 90
Grafik
Grafik 2.1 MACD 30
Grafik 2.2 Garis Sinyal MACD 31
Grafik 2.3 Prospect Theory 45
Grafik. 5.1 Normalitas 80
Grafik 5.2 Heteroskedastisitas 84
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Japanese Candlestick 31
Gambar 2.2 Pola-pola Bullish 32
Gambar 2.3 Pola-Pola Bearish 34
Gambar 2.4 Pola-pola Pembalikan 35
Gambar 2.5 Pola-pola Netral 37
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Ilmu ekonomi telah terbagi menjadi 2 kelompok besar dalam mengkaji
pasar modal. Kedua kelompok ini mencoba menjelaskan fenomena yang terjadi
di pasar modal seperi perubahan harga dan return. Kelompok pertama adalah
rational market view yang memandang pelaku pasar selalu bertindak rasional.
Menurut kelompok ini fungsi pasar modal adalah untuk mendorong akumulasi
modal dan mengalokasikan sumber-sumber dana yang ada kepada penggunaan
yang paling bernilai (Raines dan Leathers, 2001:3). Untuk memaksimalkan
fungsi ini maka saham harus dapat menggambarkan secara tepat nilai
barang-barang modal perusahaan yang menerbitkan saham (emiten). Syarat utama
yang harus dipenuhi adalah informasi mengenai perusahaan harus menyebar
secara merata atau tidak ada penumpukan informasi pada kelompok tertentu
agar tidak terjadi bias dalam keputusan investasi. Kelompok ini menerima
hipotesis pasar yang efisien.
Kelompok kedua adalah irrational market view atau speculative market
view yang memandang bahwa pasar modal dipengaruhi oleh perdagangan
spekulatif, yaitu investor membeli saham karena mengharapkan harga saham
akan naik lalu menjual kembali sebelum harga saham jatuh (Raines dan
Leathers, 2001:5). Kelompok ini yakin bahwa pergerakan harga saham tidak
rasional karena pelaku pasar tidak bertindak
secara rasional sehingga investor dapat memperoleh abnormal return.
Meskipun demikian, kolompok ini sependapat dengan pandangan rational
market view mengenai fungsi pasar modal.
Praktiknya, sulit bagi kita untuk secara tegas memisahkan investor yang
rasional dengan yang irasional. Seorang investor dapat saja bertindak rasional
dalam menentukan suatu investasi saham tetapi bertindak irasional atau
spekulatif pada kesempatan lain. Meskipun di bursa saham, secara aggregat
pelaku pasar selalu mencoba meraih keuntungan dari pergerakan harga saham
begitu juga di BEJ.
Kedua kelompok dalam dekade terakhir telah berdebat untuk
membuktikan sudut pandang mereka. Fakta-fakta yang menyanggah hipotesis
pasar yang efisien semakin banyak ditemukan akhir-akhir ini. Penelitian yang
dilakukan oleh Hong menunjukkan bahwa keputusan investor dipengaruhi
kelompok sosial dimana investor berada atau investor’s peers (Sukamulja,
2004:6) Investor bertindak irasional karena keputusan tidak diambil
semata-mata atas informasi mengenai perusahaan tetapi juga ikut dipengaruhi oleh
tindakan yang diambil keliompok sosialnya. Penelitian yang dilakukan oleh
Mangion (2004:52) menunjukkan bahwa keputusan investasi yang diambil oleh
para investor si Malta Stock Exchange (MSE) dipengaruhi oleh saran
profesional (64,15%), pengalaman positif teman atau anggota keluarga
(62,26%), personal feeling (54,72%) dan kalkulasi pribadi hanya 24,53% dari
300 sampel yang diambil. Di Indonesia, Sukamulja meneliti perilaku irasional
“Dalam pasar modal Indonesia, rasionalitas investor tidak hanya dipengaruhi oleh realized return dan risk premium tapi juga dipengaruhi oleh variabel lain seperti kondisi politik, rumor dan informasi…. Penelitian ini menemukan bahwa investor bertindak irasional dan mempengaruhi perdagangan, harapan dan harga di pasar modal.” (Sukamulja, 2004:15)
Hasil dari peneliti-peneliti terdahulu dalam menganalisis perilaku pasar
mendorong peneliti untuk meneliti dalam perspektif investor sendiri. Apakah
alat-alat analisis yang selama ini biasa digunakan memiliki pengaruh dalam
keputusan investasi atau keputusan investasi semata-mata adalah keputusan
yang bersifat psikologis? Penelitian sebelumnya hanya berfokus kepada pasar
secara aggregat (terkecuali Mangion) tidak berfokus kepada investor sebagai
individu. Maka dalam penelitian ini, peneliti mencoba melihat dalam sudut
pandang yang berbeda yaitu bagaimana investor memaknai alat-alat analisis
tersebut untuk membantu menentukan keputusan investasinya.
B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat pengaruh dari laporan keuangan, IHSG, grafik harga dan
ekonomi regional terhadap keputusan investasi bagi investor non institusi
dalam menentukan investasi saham second liner?
C. Batasan Masalah
Penelitian ini meneliti besarnya pengaruh variabel-variabel bebas, yaitu:
laporan keuangan, IHSG, grafik harga dan ekonomi regional bagi para investor
individu dalam mengambil keputusan investasi mereka. Beberapa istilah yang
1. Ekonomi regional : Peristiwa-peristiwa yang memiliki pengaruh terhadap
kegiatan ekonomi di kawasan ASEAN. Seperti penerapan
AFTA, pertemuan antar mentri, dll.
2. Grafik harga : Penelitain ini meneliti 2 grafik harga yaitu
MACD dan Japanese Candlestick.
3. Perilaku investor : Perilaku investor dilihat dari tinjauan psikologis
adalah reaksi-reaksi yang muncul saat investor mengalami peristiwa
bearish dan bullish.
4. Keputusan investasi : Keputusan untuk membeli dan menjual saham
sebuah perusahaan.
D. Tujuan Penelitian
Untuk menguji dan menganalisis apakah terdapat pengaruh laporan keuangan,
IHSG, grafik harga dan ekonomi regional terhadap keputusan investasi investor
non institusi untuk berinvestasi pada saham second liner.
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi investor:
a. Investor pemula dapat memperoleh informasi bagaimana alat-alat analisis digunakan oleh para investor dan mengetahui tingkat
pengaruh masing-masing alat analisis terhadap keputusan investasi
sehingga dapat mengambil keputusan yang lebih tepat.
b. Investor madya (berpengalaman) mengetahui tingkat pengaruh masing-masing alat analisis dan investor dapat bersikap kritis
meneliti tingkat pengaruh masing-masing alat analisis terhadap
keputusan investasi tetapi tidak menganalisis ketepatan hasilnya.
Diperlukan sikap kritis investor agar keputusan investasi tidak
menjadi keputusan “ikut-ikut” investor lain.
2. Bagi masyarakat:
a. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan alat investasi.
b. Menambah pengetahuan mengenai cara-cara yang biasa digunakan oleh investor individual.
3. Bagi universitas:
Menambah koleksi perpustakaan USD.
4. Bagi peneliti:
a. Menambah pengetahuan di bidang portofolio.
b. Memuaskan keingintahuan peneliti mengenai investasi dalam bentuk saham.
5. Bagi peneliti selanjutnya:
a. Diharapkan penelitian ini dapat mendorong penelitian-penelitian lanjutan di bidang efek, khususnya saham karena
penelitian-penelitian sejenis masih sangat minim di Indonesia.
F. Sistematika Penulisan
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis dan sistematika
penulisan.
BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Bab ini menjelaskan hasil kajian pustaka yang relevan dalam pemecahan
masalah.
BAB III. METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian,
objek dan subjek penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik
pengambilan sampel, variabel dan pengukuran dan teknik analisis data.
BAB IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini menjelaskan mengenai sejarah singkat perusahaan, lokasi dan
bidang usaha yang digeluti perusahaan.
BAB V. ANALISIS DATA
Bab ini menguraikan hasil penelitian di perusahaan beserta analisis dari
peneliti mengenai pemecahan masalah dalam penelitian.
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh peneliti dalam penelitian dan
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Saham
1. Pengertian Saham
Saham adalah surat berharga yang menunjukkan adanya kepemilikan
seseorang atau Badan Hukum terhadap perusahaan penerbit saham
(Dwiyanti, 1999:11). Definisi yang lebih lengkap ditulis oleh William H.
Pike, “Selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa
pemilik kertas (berapapun porsinya) dari suatu perusahaan yang
menerbitkan kertas (saham) tersebut sesuai porsi kepemilikan yang tertera
pada saham” (Dwiyanti, 1999:11). Kedua pendapat tersebut sangat mirip
sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa saham adalah sebuah bukti yang
berbentuk surat yang menunjukkan kepemilikan terhadap suatu perusahaan
yang menerbitkannya.
Definisi yang melihat saham dari sisi ekonomis dikemukakan oleh
Widoatmodjo. Menurutnya saham adalah salah satu bentuk dari surat
berharga (efek) yang dapat diperdagangkan (2004:2). Definisi ini merujuk
kepada aktifitas yang biasa dilakukan oleh pedagang dan investor di bursa
efek. Dalam penelitian ini kita melihat saham sebagai sebuah komoditas
yang dapat diperdagangkan dan selalu mengalami fluktuasi harga.
Jogiyanto menulis 4 konsep nilai suatu saham yang memberikan makna
yang berbeda-beda (Sulistyastuti, 2002:1-2):
a. Nilai nominal, yaitu nilai perlembar saham yang berkaitan dengan
kepentingan akuntansi dan hukum. Nilai nominal digunakan untuk
menentukan besarnya modal disetor penuh dalam neraca. Nilai nominal
disebut juga stated value, face value, par value atau nilai pari.
b. Nilai buku perlembar saham (book value per share), yaitu nilai total
ekuitas dibagi jumlah saham beredar. Nilai ini menunjukkan nilai aktiva
bersih (NAB) per lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham.
Nilai buku perlembar saham mencerminkan berapa besar jaminan yang
diperoleh pemegang saham apabila perusahaan penerbit saham (emiten)
dilikuidasi. Nilai buku per lembar saham baru berarti jika dibandingkan
dengan nilai pasarnya. Semakin tinggi rasio perbandingan semakin
besar tambahan kesejahteraan yang dinikmati oleh pemilik saham.
c. Nilai pasar (Market Value), adalah nilai suatu saham yang ditentukan
oleh permintaan dan penawaran saham di bursa saham. Nilai pasar
inilah yang menentukan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
d. Nilai fundamental (nilai instrinsik), bertujuan untuk menentukan harga
wajar suatu saham agar harga tersebut mencerminkan nilai sebenarnya
(riil value) sehingga tidak terlalu mahal (over price). Cara
penghitungannya adalah mencari nilai sekarang (NPV) dari semua
aliran kas di masa mendatang baik yang berasal dari deviden maupun
2. Klasifikasi Saham
Saham biasa diklasifikasikan menjadi beberapa kategori menurut
karakteristik, nilai kapitalisasi, fundamental dan kondisi perekonomian serta
industri. Klasifikasi ini bertujuan untuk memudahkan investor dalam
memilih saham. Pemilihan saham dilakukan oleh investor berdasarkan
beberapa pertimbangan. Petimbangan itu bersifat personal sehingga
masing-masing berbeda dalam menentukan investasinya.
Menurut karakteristik yang dimiliki saham dapat dikelompokkan
menjadi 2 macam, yaitu:
a. Saham preferen (preferred stock)
Menurut Riyanto (2001:180), saham preferen adalah saham yang
disertai dengan preferensi tertentu diatas saham biasa dalam hal
pembagian deviden dan pembagian kekayaan dalam pembubaran
perusahaan. Jadi pemegang saham preferen memperoleh keistimewaan
dari emiten, dalam hal pembagian deviden dan kekayaan perusahaan
dibandingkan pemegang saham biasa. Penjelasan yang lebih
sederhana dikemukakan oleh Widoatmojo (2004:47), “Saham preferen
merupakan gabungan (hybird) antara obligasi dan saham biasa”. Ini
berarti saham preferen memberikan hasil yang tetap bagi investor
seperti obligasi dan tidak memiliki jatuh tempo seperti saham.
Pemegang saham preferen berhak menerima pembagian deviden
terlebih dahulu dibandingkan pemegang saham biasa dan jika
dinomorsatukan untuk dalam pembagian asset perusahaan
dibandingkan pemegang saham biasa (Dwiyanti, 1999:13). Tetapi,
dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pemegang saham
preferen tidak memiliki hak suara.
b. Saham biasa (common stock)
Dalam bukunya yang berjudul “Wawasan Bursa Saham”, Dwiyanti
(1999:12) menulis bahwa saham biasa adalah saham yang
memberikan deviden yang tidak tentu bagi investor sesuai dengan
keuntungan yang diperoleh emiten. Jika keuntungan yang diperoleh
emiten besar maka investor akan memperoleh deviden yang besar
pula. Hasil yang diterima sesuai dengan resiko yang dihadapi oleh
investor. Saat emiten mengalami kenaikan kinerja maka akan lebih
menguntungkan untuk berinvestasi pada saham biasa dari pada saham
preferen
Menurut Yusuf (1993:317), “Pemegang saham biasa adalah
merupakan pemilik yang paling pokok dalam perseroan. Mereka
memiliki hak suara, turut menentukan dalam pembagian laba,
menentukan penambahan saham baru atau mungkin juga dalam hal
likuidasi perusahaan”. Kita dapat menarik kesimpulan dari pendapat
ini bahwa pemegang saham biasa adalah pemilik utama perusahaan
yang memiliki hak untuk ikut menentukan kebijakan-kebijakan
strategis perusahaan, hak-hak ini tidak dimiliki oleh pemegang saham
Menurut Robert Ang, seperti yang ditulis oleh Sulistyastuti (2002:4)
pemegang saham biasa memiliki hak untuk:
1). Berhak atas pembagian deviden perusahaan.
2). Berhak atas pembagian harta perusahaan (asset) jika emiten
dilikuidasi.
3). Berhak mengeluarkan suara dalam RUPS.
4). Tanggung jawab terbatas, artinya tanggung jawab pemegang
saham hanya sebatas nilai saham yang dimilikinya dan tidak
memiliki tanggung jawab secara pribadi yang menjadikan
harta pribadi sebagai jaminan. Hal ini dijamin oleh UU PT No
1/1995 pasal 3 ayat (1) yang menyebutkan pemegang saham
biasa tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan
yang dibuatnya atas nama perseroan dan tidak bertanggung
jawab atas kerugian perseroan melebihi nilai saham yang telah
diambil.
5). Hak untuk memesan saham terlebih dahulu (HMETD). Untuk
menjaga proporsi kepemilikannya, pemegang saham lama
menulis HMETD dalam pengeluaran saham baru yang
bertujuan untu penembahan dana perusahaan yang berkaitan
dengan right issue bukan IPO.
Saham biasa terdiri atas 2 jenis, yaitu saham atas unjuk dan saham
atas nama. BEJ sampai saat ini hanya memperdagangkan saham atas
Manurung dalam Sulistyastuti (2002:6) mengklasifikasikan saham
berdasarkan pada nilai kapitalisasi yang beredar di bursa efek :
a. Big Cap: Kelompok saham yang berkapitalisai besar dengan nilai
diatas1 trilyun rupiah. Big Cap memberikan kontribusi 75%-80% dari
seluruh kapitalisasi saham di BEJ yang berjumlah di bawah dari 40
perusahaan. Saham ini disebut juga sebagai index moverstock karena
dapat menaikkan atau menurunkan IHSG, contoh: Telkom, GG, HM
Sampoerna, Indosat, BCA, Medco, Indofood, Astra Int, Ramayana
dan Semen Gresik. Saham-saham ini dikenal juga sebagai saham blue
chip. Saham blue chip adalah saham yang diterbitkan oleh perusahaan
yang sudah mapan dan memiliki kinerja yang sangat bagus.
b. Mid Cap: Kelompok saham yang berkapitalisasi besar dengan nilai
kapitalisasi 100 milyar rupiah – 1 trilyun rupiah. Saham-saham ini
disebut juga sebagai baby blue chip atau saham lapis dua (second
liner). Kontribusi terhadap nilai kapitalisasi di BEJ sebesar 15%-17%
yang terdiri dari 145 saham.
c. Small Cap: Kelompok saham yang berkapitalisasi besar dengan nilai
kapitalisasi di bawah Rp 100 milyar, disebut juga saham lapis ke-3.
sebagian besar terdiri dati saham “tidur” yang labil. Kontribusi
terhadap nilai kapitalisasi di BEJ sekitar 3% yang terdiri dari 150
Widoatmojo dalam Sulistyastuti (2002:7) mengklasifikasikan saham
menjadi berdasarkan fundamental perusahaan dan kondisi perekonomian
makro sebagai berikut:
a. Income stock: Saham yamg mampu memberikan deviden semakin
meningkat dari rata-rata deviden yang dibayarkan tahun sebelumnya.
Indeks β<1
b. Growth stock: Emiten adalah perusahaan pemimpin (Market leader)
dalam industrinya dan cukup prospektif. Indeks β<1, contoh:
Indofarma dan Kimia farma.
c. Speculative stock: Saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang
pendapatannya belum pasti, Indeks β>2 contoh: perusahaan eksplorasi
minyak.
d. Cyclical stock: Kelompok saham yang pergerakannya searah ekonomi
makro, contoh: property, otomotif, industri dasar. Indeks β mendekati
1.
e. Defensive stock: Saham yang tidak terpengaruh perekonomian makro
dan turbulensi social politik. Emitennya adalah perusahaan yang
memproduksi consumer goods, super market dan public utilities
contohnya: Unilever, Tancho, Indofood, Matahari, Hero, Telkom dan
Berdasarkan klasifikasi industrinya BEJ mengklasifikasikan emiten
kedalam 9 kategori (Arifin, 2002:139):
No KLASIFIKASI KETERANGAN
1 Industri
Agrobisnis
Peternakan, Perikanan, Perkebunan, Kehutanan,
dan sebagainya.
2 Industri
Pertambangan
Minyak, Batu Bara, Timah, Gas Bumi, Emas, dan
sebagainya.
3 Industri Dasar
dan Kimia
Semen, Metal, Keramik, dan sebagainya.
4 Industri Aneka
Produk
Otomotif, Mesin, Tekstil, Elektronik, dan
sebagainya.
5 Industri
Kebutuhan
Sehari-hari
Makanan, Minuman, Obat-obatan, Rokok, dan
sebagainya.
6 Industri Properti Gedung, Perumahan, Shopping Center, dan
sebagainya.
7 Industri
Infrastruktur
Transportasi
8 Industri
Keuangan
Bank, Asuransi, Sekuritas, dan sebagainya.
9 Industri
Pelayanan dan
Perdagangan
Restoran, Super Market, Hotel, Penerbangan, dan
sebagainya.
3. Keuntungan dan Kerugian
Setiap instrumen investasi memiliki potensi dan resiko yang
berbeda-beda satu sama lain, begitu pun saham. Sebelum memilih saham sebagai
instrumen investasi perlu kita ketahui keuntungan dan kerugiannya.
Menurut Widoatmojo (2004:2), keuntungan dan kerugian berinvestasi
dalam saham adalah:
a. Keuntungan:
1). Capital Gain, adalah keuntungan dari hasil menjual atau membeli
saham berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi dari pada
nilai beli saham.
2). Deviden, bagian keuntungan perusahaan yang akan dibagikan
kepada pemegang saham.
3). Saham perusahaan nilainya akan meningkat sejalan dengan waktu
dan sejalan dengan perkembangan kinerja perusahaan.
4). Saham juga dapat dijaminkan ke bank sebagai agunan untuk
b. Kerugian :
1). Capital Loss, kerugian dari hasil menjual atau membeli saham
berupa selisih antara nilai jual yang lebih rendah dari pada nilai
beli saham.
2). Oppurtunity loss, kerugian berupa selisih suku bunga deposito
dikurangi total hasil yang diperoleh dari investasi seandainya
tidak terjadi penurunan harga dan tidak dibagikan deviden
3). Kerugian karena perusahaan dilikuidasi, namun nilai likuidasi
yang dibagikan lebih rendah dari harga beli saham.
C. Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah laporan yang dibuat perusahaan pada akhir
tahun (periode) yang isinya terdiri dari neraca dan laporan rugi-laba.
Penjelasan lebih lengkap ditulis oleh Myer:
Dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah Neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau Laporan Rugi-Laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroanuntuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tidak dibagikan (laba ditahan). (Munawir, 2001:5)
Laporan keuangan, meskipun menjadi acuan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan dalam mengambil keputusan, tetap
memiliki keterbatasan. Keterbatasan-keterbatasan ini perlu disadari oleh
kesimpulan yang keliru. Menurut Munawir (2001:9-10), keterbatasan
laporan keuangan antara lain:
a. Laporan keuangan dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan
laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara
(interim report) dan bukan laporan yang bersifat final.
b. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang
kelihatannya bersifat pasti dan tetap, tetapi sebenarnya dasar
penyusunan dengan standar nilai yang mungkin berbeda dan
berubah-ubah.
c. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil hasil pencatatan
transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal
yang lalu dimana daya beli (purchasing power) uang tersebut semakin
menurun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga
kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu
menunjukkan atau mencerminkan unit yang dijual semakin besar. Ada
kemungkinan kenaikan disebabkan oleh naiknya harga jual barang
tersebut.
d. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena
faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang.
Jika laporan keuangan memiliki keterbatasan tidak dapat memberikan
deskripsi yang tepat mengenai kondisi perusahaan, mengapa harus
Financial statement analysis is the judgmental process that aims to evaluate current and past financial position and the result of operations of an enterprise, with the primary objective of determining the best possible estimates and predictions about future conditions and performance (Bernstein, 1993:27).
Bernstein berpendapat bahwa analisis laporan keuangan adalah
sebuah proses yang bersifat kontinyu karena tetap memperhatikan kondisi
keuangan masa lalu dan saat ini untuk meramalkan kondisi keuangan dan
kinerja perusahaan dimasa yang akan datang. Sifat kontinyu ini mampu
memberikan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Jadi,
laporan keuangan perlu dianalisis terlebih dahulu agar dapat memberikan
deskripsi yang sesuai dengan situasi yang saat ini. Analisis Laporan
Keuangan sangat diperlukan agar laporan keuangan dapat memberikan
informasi yang tepat.
Laporan keuangan terdiri dari 2 bagian, yaitu Neraca dan Rugi-Laba.
Neraca adalah suatu daftar yang menggambarkan aktiva (harta), kewajiban
dan modal yang dimiliki oleh perusahaan pada suatu waktu (Yusuf,
1993:21). Sedangkan Laporan Rugi-Laba adalah laporan sistematis tentang
pendapatan, biaya, rugi atau laba yang diperoleh suatu perusahaan selama
periode tertentu (Munawir, 2001:26).
Gitman dan Joehnk (1984:322, 326) berpendapat bahwa laporan
keuangan yang lengkap menyertakan pula laporan perubahan modal atau
laba ditahan dan arus kas sebagai bagian yang harus disertakan. Laporan
laba ditahan menunjukkan besarnya laba yang tidak dibagikan kepada
dibagikan dan perubahan-perubahan yang terjadi pada modal perusahaan.
Sedangkan laporan arus kas menunjukkan asal modal kerja dan bagaimana
dana ini digunakan dalam periode berjalan .
Laporan keuangan yang dipublikasikan di media cetak biasanya terdiri
dari neraca, laporan rugi-laba, dan laporan laba yang ditahan (Subekti,
2001:18).
2. Rasio Keuangan
Definisi tentang rasio keuangan yang ditulis oleh Munawir (2001:64)
adalah alat analisa yang berupa rasio yang bertujuan untuk menjelaskan
kepada penganalisa tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan
suatu perusahaan terutama bila angka rasio tersebut dibandingkan dengan
angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar. Sedangkan rasio
adalah angka-angka yang menggambarkan hubungan (secara matematis)
antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain.
Rasio-rasio dalam laporan keuangan dibagi menjadi 5 kategori
(Gitman & Joehnk, 1984:329-337):
a. Liquidity (likuiditas)
Likuiditas bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi biaya operasional dan melunasi hutang lancar perusahaan
saat jatuh tempo. Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur
likuiditas perusahaan antara lain:
Current Ratio
Lancar Hutang
Lancar Asset Ratio
Net Working Capital
NWC = Asset Lancar – Hutang Lancar
b. Activity
Rasio-rasio aktivitas mengukur cara penggunaan asset-asset
perusahaan dengan membandingkan penjualan perusahaan terhadap
beberapa jenis asset.
1). Account Receivable Turn Over
Account Recei vable Turn Over
ceivable Account Sales Annual Re =
2). Inventory Turn Over
Inventory Turn Over
Inventory Sales
=
3). Total Asset Turn Over
Total Asset Turn Over
TotalAsset Sales
=
c. Leverage
“Laverage deals with different types of financing and indicates the
amount of debt being used to support the resources an operations of
the company.”
1). Debt Equity Ratio
Debt Equity Ratio
2). Times Interest Earned Expenses Interest Taxes and Interest Before Earning TIE= d. Profitability
Profitability adalah ukuran kesuksesan perusahaan dalam menjalankan
usahanya. Operating Ratio Sales Net enses occupancy and adm selling sold good of Cost
OR= + , exp
Net Profit Margin
Revenue Total Taxes After Profit Net NPM=
Return On Total Asset
Aset Total Taxes After Profit Net = ROTA
Return On Investment
Equity s r Stockholde Taxes After ofit Net ROI ' Pr = ]
e. Common Stock Ratios
“…are used to assess the performance of a company for stock
valuation purposes. These ratio tell investor exactly what portion of
total profit, devidens, and equity is allocated to each share of stock.”
1). Price Earning Ratio
EPS Stock Common of Market E
ding Sta Out Stock Common of Number EPS n Devidends Preferred Taxes After Profit
Net −
=
2). Dividends per Share
ding Sta Out Stock Common of Number Paid Devidend Annual Share per Devidend n =
3). Pay Out Ratio
Share per Earning Share per Devidend Ratio Out Pay =
4). Book Value per Share
ding St Out Stock Common of Number Equity s r StockHolde BVS an ' =
C. Indeks Harga Saham (IHS)
“Angka indeks harga saham (IHS) adalah angka-angka yang menjadi ukuran situasi pasar modal yang dapat digunakan untuk membandingkan
peristiwa dan sebagai alat analisis” (Dwiyanti, 1999:55). Definisi ini
menjelaskan IHS yaitu menjelaskan situasi yang sedang dialami pasar modal
saat ini dengan membandingkan peristiwa (angka-angka indeks) saat ini dengan
masa lalu. Jika IHS saat ini naik dibandingkan kemarin berarti pasar sedang
aktif, terus-menerus naik menunjukkan tren pasar sedang bullish. Jika terjadi
sebaliknya, IHS terus-menerus mengalami penurunan, tren pasar menunjukkan
kecenderungan bearish. IHS juga berfungsi sebagai alat analisis sehingga jika
Pendapat Dwiyanti yang menyatakan IHS sebagai “ukuran pasar modal”
menunjukkan sebagai bahwa IHS adalah tolak ukur yang dipakai oleh investor
untuk menilai situasi yang terjadi di pasar modal. Dengan kata lain, IHS adalah
indikator yang menggambarkan kecenderungan pergerakan harga-harga saham
di pasar modal atau pasar modal.
Berdasarkan informasi dari http://www.dwitra.com/indekssaham.htm IHS
di bursa efek Jakarta terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Merupakan indikator umum yang mencerminkan pergerakan harga seluruh
saham yang tercatat di BEJ. Sebagai hari dasar ditetapkan 10 Agustus 1982.
x100% Dasar
Nilai pasar Nilai IHSG=
Nilai Pasar = Jumlah saham yang tercatat x harga pasar terakhir.
Nilai Dasar = Jumlah saham yang tercatat x harga perdana.
2. Indeks Harga Saham Individual
Indikator yang mencerminkan pergerakan harga suatu perusahaan (saat
saham pertama kali diperdagangkan IHS = 100).
3. Indeks LQ 45
Indeks LQ 45 adalah indeks yang menunjukkan pergerakan harga-harga 45
saham yang paling likuid.
Indeks saham tiap sektor, yaitu: Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar,
Aneka Industri, Konsumsi, Properti, Infrastruktur, Keuangan, Perdagangan dan
Manufakatur.
Dari ke-4 indeks di atas, IHSG adalah indeks yang secara luas dipakai oleh
pelaku pasar untuk menilai kondisi BEJ.
Kenaikan atau penurunan IHSG dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu internal
dan eksternal. Faktor internal adalah supply-demand saham di BEJ. Perubahan
tingkat supply-demand berakibat pada naik turunnya IHSG. Sedangkan faktor
eksternal yang paling berpengaruh terhadap perubahan IHSG adalah suku bunga
perbankkan. Pengaruh suku bunga terhadap IHSG bersifat negatif, artinya jika
suku bunga naik maka IHSG cenderung turun. Hal ini terjadi karena investor
cenderung memilih untuk menyimpan uangnya di bank dari pada digunakan
untuk berinvestasi di bursa efek. Perubahan nilai tukar Rupiah terhadap $ AS
juga memiliki pengaruh terhadap IHSG di BEJ. Menurut Yuki Indrayani
(Kompas, 17 Januari 2004), hubungan antara nilai tukar dengan IHSG bersifat
positif berarti menguatnya nilai rupiah akan diikuti dengan naiknya IHSG atau
jika nilai rupiah melemah akan mendorong turunnya IHSG.
Faktor eksternal yang ke-3 adalah kondisi politik dan keamanan. Jika
kondisi politik dan keamanan positif IHSG akan mengalami kenaikan. Pada
tanggal 23 Juni 2003, IHSG menembus level 500 poin hal ini karena investor
memandang positif ketegasan pemerintah untuk menjaga keamanan wilayah
Negara kesatuan RI ( Kompas, 3 Juni 2003). Pada tanggal 10 September 2004
politik ( Pilpres putaran II ) sesuai dengan keinginan sebagian pelaku pasar.
Optimisme pasar bahwa pasangan SBY-JK akan memenangkan pemilu presiden
membuat IHSG tetap tinggi meskipun sehari sebelumnya Jakarta diguncang bom
Kuningan.
Kondisi ekonomi dunia dan regional adalah faktor eksternal ke-4 yang
juga memiliki pengaruh terhadap pergerakan IHSG. Saat kondisi ekonomi dunia
ataupun regional (Asia Tenggara) lesu maka akan berakibat pada penurunan
IHSG, begitu pula jika terjadi sebaliknya. Penurunan IHSG terjadi karena
investor merasa bahwa ketidakpastian dalam iklim investasi sangat besar
sehingga investor lebih memilih untuk menyimpan dana miliknya ke dalam
instrument investasi yang tingkat keamanannya lebih tinggi seperti deposito,
emas, obligasi dan lain-lain. Saat ekonomi dalam fase ekspansif, IHSG akan
menguat karena investor melihat kemungkinan (chance) untuk meraih laba di
bursa.
D. Analisa Teknikal
Saham sebagai alat atau bentuk investasi selalu mengalami fluktuasi harga.
Perubahan ini adalah daya tarik bagi investor untuk meraih laba dalam bemain
saham. Untuk dapat meraih laba dan menghindari kerugian, diperlukan alat
analisis yang dapat memprediksi perubahan harga saham di pasar bursa.
Alat-alat analisis ini dapat dikelompokkan menjadi 2 pendekatan, yaitu analisa
Analisa fundamental adalah penelitian mengenai keadaan (affairs)
keuangan sebuah bisnis dan memberikan penjelasan yang lebih baik kepada
investor mengenai bentuk dan kekhasan operasi perusahaan yang menerbitkan
saham (Gitman & Joehnk, 1984:319). Definisi ini jelas menunjukkan bahwa
teknik-teknik yang memakai laporan keuangan sebagai dasar analisisnya dapat
dikelompokkan ke dalam analisis fundamental. Analisis fundamental didasarkan
pada asumsi bahwa nilai suatu saham dipengaruhi oleh performance perusahaan
yang menerbitkannya. Dengan kata lain setiap saham memiliki nilai instrinsik.
Nilai instrinsik menurut Braham et all, adalah nilai yang tercermin pada factor (
justified by the act ) seperti pendapatan, deviden, prospek perusahaan, aspek
manajemen dan sebagainya (Gitosudarmo, 2002:268). Pendekatan ini
mengasumsikan bahwa investor adalah mahluk ekonomi (homo economicus)
yang rasional dan sebuah pasar yang sempurna.
Pendekatan yang berkebalikan dengan analisa fundamental adalah analisa
teknikal. Jika analisa fundamental mengasumsikan investor mengambil
keputusan investasinya semata-mata hanya berdasarkan perhitungan-perhitungan
rasional, maka analisa teknikal mengasumsikan bahwa keputusan investasi
dipengaruhi oleh faktor psikologis. Menurut Burton, penganut pendekatan ini
disebut dengan chartist. Mereka beranggapan bahwa 90% pelaku pasar modal
melakukan transaksi berdasarkan psikologis dan 10% berdasarkan logika
(Gitosudarmo, 2002:268).
Analisa teknikal, menurut G. Foster seperti yang ditulis dalam
“Suatu bentuk analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu atau pasar secara keseluruhan…. Penekanan analisis adalah pada perubahan harga dari pada tingkat harga untuk meramalkan tren perubahan harga tersebut”.
Data atau catatan mengenai bagaimana pasar berusaha mengakses
permintaan dan penawaran dituangkan ke dalam grafik (chart). Ini menjelaskan
mengapa penganut pendekatan ini disebut chartist karena alat bantu utama yang
digunakan untuk mengambilkan keputusan investasi adalah grafik.
Definisi yang lebih sederhana mengenai analisa teknikal dikemukakan
oleh Lani Salim (2003:10), analisa teknikal adalah proses melakukan analisa
harga dimasa lalu dalam usaha untuk mampu memprediksi harga dimasa depan.
Menurut definisi ini, masa lalu sangat penting karena membandingkan gerakan
harga saat ini dengan gerakan harga dimasa lalu yang sebanding maka akan
dapat diprediksi gerakan harga dimasa yang akan datang. Mereka percaya bahwa
“sejarah selalu berulang”, atau setidaknya kita dapat mengambilkan manfaat dari
masa lalu.
Dua definisi di atas dapat membimbing kita untuk menarik kesimpulan
bahwa analisa teknikal adalah suatu metode untuk memprediksi harga dimasa
depan dengan menggunakan data-data dari masa lalu. Data-data tersebut
diwujudkan ke dalam bentuk grafik untuk memudahkan investor menganalisis
data.
Alat-alat analisis yang dikategorikan ke dalam analisa teknikal ada
bermacam-macam. Di Indonesia, ada 2 alat analisis yang sering digunakan oleh
candlestick. Keduanya populer di kalangan investor karena penggunaannya
cukup sederhana dan mudah untuk diartikan. Berikut ini akan dijelaskan secara
lebih detil mengenai MACD dan Japanese candlestick.
1 Moving Average Convergence Divergence (MACD)
Moving average adalah harga rata-rata dari suatu sekuritas pada suatu saat
(Lani Salim, 2003:29). MACD dihitung dengan mengurangi Moving average
untuk 26 hari dengan Moving average untuk 12 hari. Hasil dari pengurangan ini
adalah indicator yang berosilasi (bergerak naik-turun) diatas dan dibawah nilai
nol.
Jika MACD bergerak naik diatas nilai nol berarti investor bersikap bullish
karena harapan saat ini (MACD untuk 12 hari) lebih besar dibandingkan dengan
harapan masa lalu (MACD untuk 26 hari). Jika terjadi sebaliknya, yaitu MACD
bergerak turun di bawah nilai nol berarti investor bersikap bearish karena
harapan saat ini lebih rendah lebih rendah dibandingkan harapan masa lalu.
Kapan saat yang tepat untuk membeli atau menjual? Untuk menentukan
putus-putus) yang ditampilkan bersama dengan grafik MACD yang tujuannya
untuk melihat perubahan harapan yang sementara ini terjadi (Lani Salim,
2003:36). Garis sinyal diperoleh dengan menghitung Moving average MACD
(bukan harga sekuritas) selama 9 hari. Jika MACD berada diatas garis sinyal
maka ini adalah saat yang tepat menguntungkan untuk menjual. Jika terjadi
sebaliknya, garis MACD dibawah garis sinyal maka ini adalah saat yang tepat
untuk membeli sekuritas.
PANESE CANDLESTICK
Lani Salim, “Analisa Teknikal dalam Perdagangan Saham”, hal 36
Japanese Candlestick
Japanese Candlestick pertama kali diperkenalkan oleh investor-investor
Jepang sekitar tahun 1600. Alat analisis ini digunakan pertama kali untuk
menyerupai batang lilin. Steve Mison adalah orang yang mempopulerkan
pemakaian grafik ini di dunia barat.
Lani Salim, “analisa Teknikal dalam Perdagangan Saham”, hal 83 The Highest Price (“upper shadow”)
The opening or closing price, whichever is greater
The center section (“real body”) is filled in if the close is lower than the open. Otherwise it is left empty.
The opening or closing price, whichever is lower.
Grafik candlestick menampilkan harga pembuka, harga tertinggi, harga
terendah dan harga penutup dengan menekankan pada hubungan antara harga
pembuka dan harga penutup. Grafik ini adalah cara baru untuk melihat harga
dengan tidak melibatkan perhitungan yang kompleks (Lani Salim, 2003:84). Ini
adalah alasan mengapa grafik ini sangat populer dikalangan investor. Grafik ini
menyederhanakan situasi pasar yang kompleks menjadi sederhana dan mudah
dimengerti.
Beberapa pola yang populer dianyara investor antara lain (Lani Salim,
2003: 89-94):
Keterangan:
a. b. c.
d. e. f.
1) Kosong, ini adalah garis bullish yang terjadi ketika harga pembuka
didekat harga terendah dan harga penutup berada didekat harga
tertinggi.
2) Hammer (palu)/hanging man, disebut hammer jika terjadi setelah
harga turun (bullish) dan disebut hanging man jika terjadi setelah
harga naik (bearish). Pola ini menunjukkan akan terjadi perubahan
harga. Badan dapat kosong atau berisi.
3) Piercing Line (garis menembus), terdiri dari 2 garis yang berbeda.
Garis pertama adalah garis hitam panjang dan yang kedua garis putih.
Harga pembuka garis kedua lebih rendah dari pada garis pertama,
tetapi harga penutup garis kedua lebih tinggi setengah badan
dibandingkan garis pertama.
4) Bullish Engulfing Lines (garis menyelimuti bullish), pola bullish yang
titik balik terjadi ketika garis hitam kecil diselimuti oleh garis putih
panjang.
Morning Star, menunjukkan potensi pembalikan, bintang pagi dapat
berisi atau 5)
kosong.
sebaiknya menunggu konfirmasi, yaitu dengan
b. ola-pola bearish
Keterangan:
6) Bullish Doji Star, menunjukkan potensi bullish yang diikuti fase
keraguan. Investor
menunggu pola bintan pagi sebelum melakukuan perdagangan. Garis
pertama dapat berisi atau kosong.
P
a. b. c.
1). Berisi, adalah garis bearish, terjadi ketika harga pembuka
didekatharga tertinggi dan harga penutup didekat harga terendah.
2). Hanging man; lihat hammer.
3). Dark Could Cover (selimut awan gelap), adalah pola bearish yang
berkebalikan dengan piercing line. Garis pertama adalah garis putih
panjang dan garis kedua adalah garis hitam panjang. Harga pembuka
garis kedua lebih tinggi dibandingkan harga tertinggi pada garis
pertama. Tetapi, harga penutup garis 2 lebih rendah setengah badan
dari pada garis pertama.
engulfing lines (garis menyelimuti bearish), adalah pola
bearish yang menunjukkan potensi
6).
c.
4). Bearish
bearish yang sangat kuat jika terjadi setelah arah menaik
(menunjukkan titik balik).
5). Evening Star, adalah pola
pembalikan. Bintang malam dapat kosong atau berisi.
Shooting Star, menunjukkan pembalikan kecil yang muncul setelah
pembelian besar-besaran. Badan bintang harus tampil dibawah harga
erendah dari garis ke-2 dan garis ke-2 harus mempunyai harga
tertinggi yang cukup tinggi.
Keterangan:
1). Long-logged doji, garis ini menandakan titik balik. Ini terjadi ketika
harga pembuka sama dengan harga penutup dan jarak antara harga
trtinggi dengan harga terendah relative cukup besar.
2). Dragon Fly Doji, menandakan titik balik ketika harga pembuka sam
dengan harga penutup dan harga terendah lebih rendah dari harga
pembuka, harga tertinggi dan harga penutup.
3). Grave Stone Doji, menandakan titik balik. Hal ini terjadi ketika harga
a. b. c.
d. e.
a
a dan harga penutup sama dengan harga terendah sedangkan
4).
esar. pembuk
harga tertinggi lebih tinggi dibandingkan ke-3 harga tersebut.
Star, menunjukkan pembalikan dengan pola garis dengan badan kecil
5). Doji Star, menunjukkan potensi pembalikan yang diikuti dengan fase
keraguan. Investor sebaiknya menunggu konfirmasi yaitu menunggu
pola bintang malam atau bintang fajar sebelum bertransaksi.
a. b.
c. d.
Keterangan:
1). Spinning Tops, terjadi ketika jarak antara harga tertinggi dandan harga
terendah serta jarak harga pembuka dan harga penutup relative kecil.
2). Doji, garis ini menandakan keraguan saham tertentu membuka dan
menutup pada harga yang sama. Dua garis doji yang bersebelahan
menandakan gerakan cepat akan terjadi setelah break out dari
keraguan saat ini.
3). Harami, adalah pola yang menunjukkan penurunan dalam momentum.
Dalam contoh ini menandakan penurunan dalam momentum bullish.
4). Harami Cross, adalah pola yang sama dengan harami yaitu,
menandakan penurunan momentum. Jika garis kedua adalah doji
(yang menunjukkan keraguan).
Ekonomi regional membicarakan kegiatan ekonomi antar negara di dalam
suatu kawasan. Kegiatan ekonomi yang dilakukan suatu negara dengan negara
lain pasti berpengaruh terhadap ekonomi dalam negeri negara-negara yang
melakukannya. Untuk mengetahui pengaruhnya terhadap ekonomi dalam negeri
dapat melihat atau menganalisis neraca pembayaran suatu Negara.
“Neraca Pembayaran (balance of payment) adalah ikthisar sistematis dari
semua transaksi ekonomi dengan luar negeri selama jangka waktu tertentu,
dinyatakan dalam uang (biasanya dollar)” (Suseno, 2002:81). Neraca
pembayaran merangkum seluruh kegiatan ekonomi suatu Negara dengan Negara
lain dalam jangka waktu tertentu (biasanya 1 tahun) menjadi sebuah catatan
yang ringkas dan sistematis. Teknik pembukuan neraca pembayaran ditetapkan
oleh IMF (International Monetary Fund), dengan setiap transaksi yang
menambah devisa negara dicatat dengan tanda positif (+) dan sebaliknya jika
mengurangi devisa dicatat dengan tanda negative (-).
Neraca pembayaran memuat 6 faktor, yaitu:
1. Neraca perdagangan, memuat ekspor dan impor barang migas dan non
migas.
2. Neraca jasa, memuat transaksi jasa migas dan non migas.
3. Transaksi berjalan, memuat jumlah antara neraca perdagangan dan neraca
jasa. Jika hasil (-) bearti defisit, dan (+) berarti surplus. Untuk mengatasi
deficit dalam transksi berjalan kadang-kadang digunakan SDR (Special
Drawing Right). Ada 3 persoalan yang dapat menimbulkan defisit
a. Defisit neraca perdagangan > surplus neraca jasa.
b. Defisit neraca jasa > surplus neraca perdagangan.
c. Defisit neraca perdagangan dan defisit neraca jasa.
4. Neraca lalu lintas modal, memuat lalu lintas modal pemerintah netto
(selisih pinjaman dengan pelunasan hutang pokok) dan lalu lintas modal
swasta netto (selisih penerimaan PMA dengan pembayaran BUMN).
5. Selisih yang belum diperhitungkan (error and emission).
6. Neraca lalu lintas moneter, memuat perubahan cadangan devisa. Tanda (+)
menunjukkan terjadi pengurangan cadangan devisa dan tanda (-) terjadi
penambahan cadangan devisa (Suseno, 2002:82-83).
Rasio perdagangan internasional digunakan untuk mengukur apakah
neraca perdagangan suatu Negara lebih didominasi oleh ekspor atau impor
(Suseno, 2002:88). Rasio ini menggunakan angka koefisien yang berkisar 1
(dominasi ekspor) sampai -1 (dominasi impor).Variabel yang sering
diperbandingkan adalah komoditi primer dan komoditi industri, tetapi komoditi
migas dan non migas dapat diperbandingkan pula. Rumus rasio perdagangan
internasional adalah (Suseno, 2002:88):
M X
M X RPI
+ − =
Perdagangan antar Negara sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru.
Perdagangan antar Negara menjadi semakin intens sejak akhir abad 20 dengan
munculnya istilah globalisasi. Globalisasi memiliki pengaruh yang sangat besar
terhadap perkembangan ekonomi regional. Pengaruh ini perlu diperhatikan
karena wilayah Asia Tenggara mempunyai tingkat ketergantungan yang sangat
tinggi terhadap perdagangan internasional, sedangkan perdagangan regional
Asia Tenggara memiliki kontribusi sekitar 20% dari total perdagangan. Dalam
kerangka ini kita perlu mengetahui lebih jelas mengenai globalisasi serta
pengaruhnya terhadap Asia Tenggara.
Globalisasi menurut B. Herry Priyono dan A. Prasetyanto memiliki 2
pengertian, yaitu sebagai proses menyatunya pasar dunia menjadi 1 pasar dan
sebagai obat kuat untuk membuat ekonomi menjadi “lebih efisien” dan “lebih
sehat” menuju kemajuan masyarakat dunia (Mubyarto dalam
http://www.ekonomipancasila.org/artikel 05.htm). Menurut pendapat ini,
globalisasi adalah sebuah proses yang seharusnya terjadi, tidak dapat dihindari
untuk mencapai kemajuan dan kemakmuran ekonomi dunia. Sesuai dengan
pendapat T.L Friedman, yang melihat globalisasi ekonomi sebagai
mendemokrasikan, keuntungan yang besar dan tidak dapat ditahan (T.Muraok
dalam http://www.toda.org/grad/oxford/muraoka.html) Pendapat ini mewakili
kelompok pendukung globalisasi yang menginginkan agar setiap Negara
membuka ekonominya untuk membentuk ekonomi global dan mengecam
Negara yang menutup diri karena Negara yang menutup diri akan menjadi
“losser” dan yang segera membuka diri akan menjadi “winner” dalam proses
David Korten seorang President of the People-Centered Development
Forum, di New York menolak ide globalisasi. Globalisasi baginya adalah sebuah
mitos yang didasarkan pada asumsi-asumsi yang salah (T. Muraok dalam
http://www.toda.org/grad/oxford/muraoka.html) Pendapat David didukung oleh
observasi yang dilakukan PBB bahwa globalisasi telah menciptakan system yang
tidak stabil karena ketergantungannya terhadap AS,
“… The stability of world economy is currently highly dependent and interconnected to the condition of United Stated economy… the most impoverish parts of the globe-The Africans LCDs- continue in object poverty and express the need for debt relief and continuance of foreign aid” (T. Muraok dalam http://www.toda.org/grad/oxford/muraoka.htm).
Pendapat David memang didukung oleh hasil observasi PBB tetapi Ia
gagal memberikan alternatif yang lebih konstruktif dibandingkan globalisasi.
Pengaruh globalisasi terhadap Asia Tenggara adalah disepakatinya Asean
Free Trade Area (AFTA). AFTA bertujuan untuk menciptakan pasar yang lebih
besar sehingga dapat menarik investasi asing melalui mekanisme penurunan
tariff dan pengurangan hambatan-hambatan (barriers) lain (herbig,
http://www.geocities.com). Pembentukan AFTA diharapkan dapat
mempersiapkan negara-negara Asia Tenggara menjadi lebih siap menyambut
globalisasi. Sehingga, negara-negara Asia Tenggara dapat menjadi tuan rumah di
ekonomi kawasan. Clauss Sudhoff dalam
http://www.asean.or.id/clauss_sudhoff.htm, mantan European Chamber of
Commerce of The Philipines President, mengatakan bahwa negara-negara Asia
1. Menciptakan blok yang dapat meningkatkan posisi tawar yang lebih baik
WTO.
2. Menegosiasikan waktu yang tepat untuk penerapan pengurangan tariff di
pasar ASEAN untuk menghadapi negara-negara dari luar kawasan.
3. Memperkecil kesenjangan diantara negara-negara anggota ASEAN.
4. Menyediakan waktu untuk mengembangkan perusahaan-perusahaan di
ASEAN sehingga dapat melayani pasar di ASEAN dan mengekspor keluar
kawasan dan bahkan sanggup bersaing dengan perusahaan-perusahaan dari
luar kawasan.
Pendirian blok perdagangan memiliki 2 efek ekonomi bagi para
anggotanya (http://www.business.vu.edu.au):
1. Trade creation : Peningkatan volume perdagangan diantara
anggota-anggota blok perdagangan.
2. Trade diversion : Penurunan volume perdagangan diantara anggota-
anggota-anggota blok perdagangan. Hal ini dapat disebabkan negara-negara
anggota lebih berorientasi ke negara-negara luar anggota.
Menurut Elliot dan Ikemoto dalam
les.man.ac.uk/ses/research/Discussion_paper_0311.pdf (17-21), pada tahun
1993-1997 setelah ditandatangani perdirian AFTA trade creation justru
menurun yang berarti terjadi peningkatan trade diversion hal ini disebabkan
munculnya competitor dari negara-negara industri baru dan muculnya kekuatan
ekspor dari China, Amerika Selatan dan Eropa Timur. Trend peningkatan trade
negara-negara di kawasan ASEAN untuk mengubah orientasi perdagangannya dari
orientasi keluar kawasan menjadi lebih berorientasi ke dalam, melemahnya mata
uang negara-negara anggota ASEAN selama krisis moneter memiliki kontribusi
turunnya kompetitivitas produk-produk mereka dibandingkan negara-negara
lain. Perubahan orientasi perdagangan membuat AFTA menjadi lebih menarik
dan menimbulkan dorongan yang lebih besar untuk terwujudnya integrasi
ekonomi.
Keuntungan dan kerugian dari terwujudkan integrasi ekonomi adalah
(http://www.business.vu.edu.au):
1. Keuntungannya adalah munculnya konsensus yang lebih besar dan kerja
sama politik.
2. Kerugiannya:
a. Meningkatkan pengangguran.
b. Kehilangan kedaulatan negara.
F. Perilaku Investor
Perilaku (behaviour) adalah keputusan investasi yang diambil oleh
investor dan frekuensi keputusan itu diambil (Wydeveld dalam
http://www.sec-com.govt.NZ ). Keputusan investasi adalah tindakan untuk menjual atau
membeli suatu saham, cara yang dipilih untuk melakukannya, berapa besar
(jumlah saham) dan berapa harga yang pantas untuk menyelesaikan transaksi itu.
Pengulangan keputusan investasi secara terus-menerus memunculkan pola-pola
Studi mengenai perilaku investor mulai berkembang pada akhir tahun
80-an, setelah penelitian-penelitian yang dilakukan dekade tahun 70-an
menunjukkan bukti yang menentang teori pasar effisien (efficient market
hypothesis atau EMH). EMH menyatakan bahwa pasar selalu effisien dan harga
suatu saham mencerminkan nilai (value) saham itu. Pasar effisien mensyaratkan
setiap pelaku pasar bebas untuk mengakses informasi. Dengan kata lain,
informasi mengenai suatu saham dan pasar menyebar secara merata kepada
pelaku pasar. Dalam pasar yang effisien keputusan yang diambil investor selalu
rasional, berarti investor harus selalu netral dan bebas dari emosi agar dapat
mengolah informasi yang diterima secara rasional. Jika sebaliknya yang terjadi
maka keputusan investor menjadi tidak rasional (irasional). EMH tidak dapat
menjelaskan mengapa investor tidak selalu dapat bersikap rasional. Studi
mengenai perilaku investor mencoba menjelaskan mengapa investor dapat
bertindak rasional dan irasional dalam menanggapi suatu informasi.
1. ProspectTheory
Kahneman dan Tversky (1979) seperti yang ditulis oleh Mangion
(2004:8) menyatakan bahwa perasaan kalah yang dialami investor lebih
besar dari pada perasaan menang. Saunders (2004) mengutip dari
econometrica, menyatakan bahwa investor lebih memiliki prospektif kalah 2
kali lebih besar dari pada prospektif menang. Hal ini menjelaskan tindakan
yang diambil investor untuk selalu berusaha menutup kekalahannya (cut
their losses) meskipun kekalahan itu belum tentu terjadi. Tindakan ini
Perceived payoff
“gain” B
A Share price
C
Threshold/initial price
Perilaku “Sell the winner and run the loser” dijelaskan dalam grafik diatas
Pada titik A, harga naik tidak terlalu tinggi sehingga kenaikan Rp 100 memiliki
probabilitas yang sama dengan penurunan Rp100. Pada titik ini investor dapat
bertindak rasional, kesempatan untuk terjadi kenaikan atau penurunan harga
50:50. Investor cenderung untuk tetap memegang saham itu.
Pada titik B, harga naik terlalu tinggi sesuai dengan prospect theory
investor melihat penurunan Rp 100 memiliki probabilitas yang lebih besar dari
pada kenaikan Rp 100. Ini mendorong investor menjual saham itu karena
investor melihat kemungkinan penurunan harga lebih besar dari pada
kemungkinan kenaikan harga (Saunders, 2004). Hal ini terjadi karena penilaian
investor mengalami bias atau irasional. Saunders menyatakan sebenarnya
probabilitas untuk terjadi kenaikan ataupun penurunan harga tetap 50:50. Tetapi,
pada titik B kenaikan harga sangat tinggi melebihi harapan investor karena
berdasarkan pengalaman masa lalu harapan investor terhadap saham lebih
turun lebih besar dari pada kenaikan harga, sehingga investor memutuskan untuk
menjual (sell the winner). Padahal, probabilitas naik atau turun tetap 50:50
(Practical Investor Journal).
Pada titik C harga turun sedikit sehingga kenaikan Rp 100 memiliki
probabilitas lebih besar dari pada penurunan Rp 100. Seperti pada titik B
penilaian investor mengalami bias. Investor melihat kemungkinan terjadi
kenaikan harga lebih besar dari pada penurunan karena harga masa lalu lebih
tinggi dari pada harga saat ini. Kecenderungan investor adalah membeli saham
itu (run the loser). Ini menjelaskan tindakan cut the losses yang dilakukan oleh
investor.
Pendekatan Neo Freudian menjelaskan bahwa Ego adalah bagian rasional
dari kepribadian kita berkembang tidak sempurna. Kita lebih cenderung
memperhatikan informasi yang mendukung pendapat (beliefs) kita dari pada
yang menentang. Pada titik B dan C investor lebih mencari pembenaran tindakan
dari pada bersikap netral terhadap informasi. Sehingga mereka berpikir
probabilitas terjadi kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50:50.
2. RegretTheory
“Teori ini menjelaskan reaksi emosional investor yang telah mengambil keputusan salah. Saat investor mengambil keputusan yang salah untuk membeli saham yang ternyata turun dan tidak membeli saham yang naik performanya investor cenderung untuk menolak menjual saham yang telah turun performanya” (Mangion, 2004:10).
Penolakan ini disebabkan perasaan malu yang dialami investor jika
Shwartz mengemukakan, “They prefer to lose money than admit they’re
wrong” (Saunders, 2004, http://www.martincurrie.com).
Pendekatan Neo Freudian memandang prilaku ini disebabkan investor
dikendalikan oleh Id. Id adalah tahap berpikir pra logika, yang dikendalikan
oleh “Prinsip kepuasan” (Saunders, 2004). Dalam Id, tidak dikenal konsep
masa depan tetapi hanya masa kini. Dalam konteks regret theory saat kita
mengakui kesalahan maka Id akan merasa tidak nyaman. Mengabaikan
masa depan (informasi terbaru) Id memutuskan untuk tidak mengakuki
kesalahan yang berarti “run the loser”.