• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

IV

- 1

Bab

4.

ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN

LINGKUNGAN

4.1 ANALISIS SOSIAL

Analisis sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca pembangunan/ pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.

4.1.1. Pembebasan Lahan/Tanah

(2)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

IV

- 2 4.1.2. Konflik Sosial

Kegiatan pengambilan keputusan dalam penetapan program pembangunan, pengelolaan keuangan dan kegiatan pengadaan material merupakan kegiatan yang sangat potensial menimbulkan konflik sosial baik vertikal maupun horisontal. Konflik vertikal terjadi akibat ketidaksepahaman antara apa yang menjadi tujuan dari masyarakat dengan kebijakan proyek yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya kuatnya intervensi pemerintah dan aparat desa/kelurahan. Konflik horisontal terjadi karena terjadinya sikap pro dan kontra di masyarakat terhadap rencana pembangunan, selain itu karena terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh oknum ataupun kelompok kepentingan di dalam masyarakat itu sendiri

4.1.3. Sikap/Persepsi Negatif Masyarakat

Sosialisasi yang tidak berjalan sebagaimana mestinya, aturan main yang sepenuhnya tidak ditegakkan, proses kegiatan pendampingan yang tidak optimal, akan menimbulkan sikap dan persepsi negatif di masyarakat. Masyarakat telah kehilangan kepercayaan terhadap segala kegiatan yang dilaksanakan. Potensi munculnya persepsi negatif masyarakat terutama apabila kegiatan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya menimbulkan dampak negatif terhadap aspek ekonomi, budaya, kesehatan dan lingkungan. Sikap/persepsi negatif yang berakumulasi dalam jangka waktu lama akan menimbulkan keresahan di masyarakat dan berpotensi menimbulkan konflik baik vertikal maupun horizontal.

4.1.4. Pengarusutamaan Gender

(3)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

IV

- 3 masing-masing kegiatan, manfaat, hingga permasalahan yang timbul sebegai pembelajaran di masa datang di daerah.

A. Permasalahan Pemberdayaan Perempuan

Permasalahan pembangunan pemberdayaan perempuan yang terjadi selama ini adalah rendahnya partisipasi perempuan dalam pembangunan, disamping masih adanya berbagai bentuk praktik diskriminasi terhadap perempuan. Permasalahan lainnya mencakup kesenjangan partisipasi politik kaum perempuan yang bersumber dari ketimpangan struktur sosio kultural masyarakat.

Sebagai contoh, jika dilihat pemberdayaan perempuan pada anggota legislatif masih sangat kecil. Jumlah anggota DPRD Kabupaten Karo sebanyak 35 orang dengan jumlah anggota perempuan hanya 4 orang.

Peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan serta kesejahteraan merupakan bagian penting dalam upaya pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Pembangunan nasional selayaknya memberikan akses yang memadai bagi perempuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan, memanfaatkan hasil-hasil pembangunan, serta turut mempunyai andil dalam proses pengendalian (control) pembangunan. Selain itu, pembangunan nasional harus memegang prinsip pemenuhan hak asasi manusia, yang salah satunya tercermin dalam pencapaian kesetaraan dan keadilan gender serta hak-hak anak yang tidak terabaikan.

Dalam rangka pemberdayaan perempuan diperlukan akses seluas-luasnya terhadap perempuan untuk berperan aktif di semua bidang kehidupan dalam rangka pemberdayaan untuk menuju kesetaraan gender. Untuk mengetahui peran aktif perempuan dapat diukur dari partisipasi perempuan di lembaga pemerintah maupun swasta.

B. Persentase Partisipasi Perempuan pada Lembaga Pemerintah di Kabupaten Karo

(4)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

IV

- 4 4.1.5. Perubahan Pola Pemikiran dan Peningkatan Kapasitas SDM

Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat yang berpotensi melahirkan dampak perubahan pola pemikiran dan peningkatan kapasitas SDM di masyarakat adalah kegiatan pengorganisasian masyarakat dan penguatan kapasitas kelompok baik pada tahap persiapan, perencanaan maupun tahap pembangunan

4.1.6. Penguatan Organisasi Masyarakat

Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat melalui pendekatan berbasis komunitas berpotensi melahirkan dampak terhadap menguatnya organisasi-organisasi social yang ada di masyarakat. Penguatan organisasi ini dapat dilihat melalui proses pengorganisasian BKM dan TIP serta munculnya kelompok-kelompok relawan atau kelompok peduli dalam masyarakat.

4.1.7. Kearifan Lokal

Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat melalui pendekatan berbasis komunitas berpotensi melahirkan dampak terhadap menguatnya kearifan-kearifan lokal (local wisdom). Penguatan kearifan lokal ini dapat dilihat melalui proses kegiatan yang secara konsisten dilakukan melalui pertemuan-pertemuan atau rembug-rembug warga, hal ini dapat mendorong menguatnya nilai-nilai kegotongroyongan, solidaritas sosial, kejujuran, keterbukaan, demokrasi dan penghormatan atas perbedaan pendapat dan pandangan, dll sebagai dasar bangunan kearifan lokal

4.1.8. Keterbukaan dan Demokrasi

Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat melalui pendekatan berbasis komunitas berpotensi melahirkan dampak terhadap terselenggaranya proses demokratisasi dan keterbukaan masyarakat. Demokratisasi dan keterbukaan ini dapat di lihat dari proses dan dinamika warga masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan, baik dari proses paling awal seperti saat perencanaan hingga ke proses pelaksanaan pembangunan

4.1.9. Transparansi dan Akuntabilitas

(5)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

IV

- 5 4.1.10. Perubahan Pola Hidup/Kebiasaan

Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat berpotensi menimbulkan dampak terhadap pola hidup/kebiasaan masyarakat di sekitar wilayah kegiatan dari sejak tahap persiapan, perencanaan sampai tahap pembangunan. Perubahan pola hidup/kebiasaan tidak terlepas dari keberadaan manusia sebagai makhluk sosial yang selalu melakukan interaksi baik terhadap sesamanya maupun terhadap lingkungan di sekitarnya. Kegiatan pengorganisasian masyarakat dan penguatan kapasitas kelompok diperkirakan menimbulkan dampak terhadap pola kebiasaan masyarakat yang berhubungan dengan konstruksi relasi sosial dan cara-cara masyarakat mengambil keputusan.

4.2

Analisis Ekonomi

Kondisi Kemiskinan

Aspek ekonomi pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindaklanjuti adalah isu kemiskinan. Kajian aspek sosial lebih menekankan pada manusianya sehingga yang disasar adalah kajian mengenai penduduk miskin, mencakup data eksisting, persebaran, karakteristik, sehingga kebutuhan penanganannya, menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu:

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.

3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan. 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah. 8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.

9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. 10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.

12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan.

(6)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

IV

- 6 14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.

Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Karo menurun setiap tahunnya, pada tahun 2008 mencapai 46.050 jiwa (12,86% dari jumlah seluruh penduduk di Kabupaten Karo), tahun 2009 sebanyak 41.820 jiwa (11,42% dari jumlah seluruh penduduk di Kabupaten Karo) dan tahun 2010 sebanyak 38.700 jiwa (11,02% dari jumlah seluruh penduduk di Kabupaten Karo). Kemiskinan yang terjadi di Kabupaten Karo lebih disebabkan kemiskinan struktural yang disebabkan ketimpangan hasil pembangunan, kepemilikan sumberdaya tidak merata, dan kemampuan tidak seimbang serta ketidaksamaan kesempatan yang dimiliki. Upaya pemerintah daerah untuk mengatasi masalah tersebut adalah melakukan kerjasama yang baik dengan berbagai pihak, didukung kebijakan yang komprehensif. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah dan persentase penduduk miskin Kabupaten Karo menurun.

(7)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

IV

- 7

4.3

Analisis Lingkungan

4.3.1. Prinsip Dasar

Seluruh program investasi infrastuktur bidang PU/Cipta Karya yang diusulkan oleh Kabupaten Karo harus sesuai dan memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut :

1 Penilaian lingkungan (environment assessment) dan rencana mitigasi dalam sub proyek, dirumuskan dalam bentuk:

 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan atau AMDAL (atau Analisis Dampak

Lingkungan-ANDAL dikombinasikan dengan Rencana Pengelolaan Lingkungan-RKL dan Rencana Pemantauan Lingkungan-RPL);

 Upaya Pengelolaan Lingkungan – UKL dan Upaya Pemantauan Lingkungan – UPL; atau  Standar Operasi Baku - SOP;

 Tergantung pada kategori dampak sub proyek yang dimaksud.

2 AMDAL harus dilihat sebagai alat peningkatan kualitas lingkungan. Format AMDAL atau UKL/UPL merupakan bagian tidak terpisahkan dari analisis teknis, ekonomi, sosial, kelembagaan, dan keuangan subproyek;

3 Sejauh mungkin, sub proyek harus menghindari atau meminimalkan dampak negative terhadap lingkungan. Selaras dengan hal tersebut, subproyek harus dirancang untuk dapat memberikan dampak positif semaksimal mungkin. Subproyek yang diperkirakan dapat mengakibatkan dampak negatif yang besar terhadap lingkungan, dan dampak tersebut tidak dapat ditanggulangi melalui rancangan dan konstruksi sedemikian rupa, harus dilengkapi AMDAL;

4 Usulan program investasi infrastruktur bidang PU/Cipta Karya tidak dapat dipergunakan mendukung kegiatan yang dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap habitat alamiah, warga terasing dan rentan, wilayah yang dilindungi, alur laut internasional atau kawasan sengketa. Disamping itu dari usulan RPIJM juga tidak membiayai pembelian, produksi, atau penggunaan :

 Bahan-bahan yang merusak ozon, tembakau atau produk-produk tembakau;  Asbes, bahan-bahan yang mengandung asbes;

 Bahan/material yang mengandung unsur B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya). Rencana

investasi tidak membiayai kegiatan yang menggunakan, menghasilkan, menyimpan, atau mengangkut bahan/material beracun, korosif atau eksplosif atau bahan/material yang termasuk dalam kategori B3 menurut hukum yang berlaku di Indonesia;

 Pestisida, herbisida, dan insektisida. RPIJM tidak diperuntukkan membiayai kegiatan

(8)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

IV

- 8  Pembangunan bendungan. RPIJM bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai

pembangunan atau rehabilitasi bendungan atau investasi yang mempunyai ketergantungan pada kinerja bendungan yang telah ada ataupun yang sedang dibangun;

 Kekayaan budaya. RPIJM bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai kegiatan

yang dapat merusak atau menghancurkan kekayaan budaya baik berupa benda dan budaya maupun lokasi yang dianggap sakral atau memiliki nilai spiritual; dan Penebangan kayu. RPIJM bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai kegiatan yang terkait dengan kegiatan penebangan kayu atau pengadaan peralatan penebangan kayu.

4.3.2. Aspek Lingkungan

Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya oleh pemerintah Kabupaten Karo telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:

1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional;

3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;

4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis;

5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.

Adapun tugas dan wewenang pemerintah kab/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.

b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL. d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

(9)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

IV

- 9 4.3.3. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KHLS)

Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

KLHS perlu diterapkan di dalam RPIJM antara lain karena:

1. RPI2-JMmembutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.

2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPIJM adalah karena RPIJM bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup

KLHS disusun oleh Tim Satgas RPIJM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah sebagai instansi yang memiliki tugas dan fungsi terkait langsung dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di kota/kabupaten. Koordinasi penyusunan KLHS antar instansi diharapkan dapat mendorong terjadinya transfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya pembangunan berkelanjutan.

Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPIJM per sektor dengan mempertimbang kan isu-isu pokok seperti:

(1) Perubahan iklim,

(2) Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahankeanekaragaman hayati,

(3) Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan,

(4) Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan,

(10)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

IV

- 10 (7) Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.

4.3.4. Amdal, UKP-UPL dan SPPLH

Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan HidupNo. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008. Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:

1. Proyek wajib AMDAL

2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL 3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH

Adapun jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2. Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL

No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran

A. Persampahan:

a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan sistem Control

landfill/sanitary landfill: - luas kawasan TPA, atau - Kapasitas Total

> 10 ha > 100.000 ton b. TPA di daerah pasang surut:

- luas landfill, atau - Kapasitas Total

Semua kapasitas/ besaran

c. Pembangunan transfer station:

- Kapasitas > 500 ton/hari

d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah terpadu:

- Kapasitas > 500 ton/hari

e. Pengolahan dengan insinerator:

- Kapasitas semua kapasitas

f. Composting Plant:

- Kapasitas > 500 ton/hari

g. Transportasi sampah dengan kereta api:

- Kapasitas > 500 ton/hari

B. Pembangunan Perumahan/Permukiman:

a. Kota metropolitan, luas > 25 ha

b. Kota besar, luas > 50 ha

c. Kota sedang dan kecil, luas > 100 ha

d. keperluan settlement transmigrasi > 2.000 ha

(11)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

IV

- 11

No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran

a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang: -Luas, atau

-Kapasitasnya

> 2 ha

> 11 m3/hari b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk fasilitas

penunjangnya: -Luas, atau -Kapasitasnya

> 3 ha > 2,4 ton/hari c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:

-Luas layanan, atau -Debit air limbah

> 500 ha > 16.000 m3/hari D. Pembangunan Saluran Drainase (Primer dan/atau sekunder) di

permukiman

a. Kota besar/metropolitan, panjang: > 5 km

b. Kota sedang, panjang: > 10 km

E. Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan

a. Pembangunan jaringan distribusi

-Luas layanan > 500 ha

b. Pembangunan jaringan transmisi

- panjang > 10 km

Sumber: Permen LH 5/2012

Gambar

Tabel 4. 1. Jumlah Dan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Karo Tahun 2010-2013
Tabel 4.2.  Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 6 Distribusi Sebara Item Valid dan Gugur Skala Gaya Kepemimpinan Demokratis. Aspek Item

Hal tersebut membuat peneliti melakukan penelitian dengan tujuan mendapatkan gambaran dan dampak dari psychological capital pada wirausaha yang memiliki pekerjaan tetap. Peneliti

Judul dari laporan akhir ini adalah Perencanaan Gedung Kantor dan Ruang Kelas SMK Terpadu Takwa Belitang.. Tujuan dari laporan akhir ini adalah untuk merencanakan gedung

Sales promotion kartu kredit yang memiliki cara pandang optimistis akan memandang suatu penolakkan yang diterima dari calon nasabahnya adalah karena calon nasabahnya

q. Kegagalan bangunan adalah keadaan bangunan, yang setelah diserah-terimakan oleh penyedia jasa kepada Pejabat Pembuat Komitmen menjadi tidak berfungsi, baik secara

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, kewenangan desa salah satunya meliputi kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau

dengan sampel penelitan lulusan Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK UPI yang bekerja di PNPM Mandiri serta fasilitator, asisten kota dan koordinator kota PNPM

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa share growth , pergantian dewan direksi dan reputasi KAP berpengaruh signifikan terhadap pergantian KAP sedangkan proporsi public ownership ,