• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1 ARAHAN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1501387252Bab 5 KERANGKA STRATEGIS PEMBIAYAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "5.1 ARAHAN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1501387252Bab 5 KERANGKA STRATEGIS PEMBIAYAAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

4

esuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan

Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan

pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena

itu, Pemerintah Kabupaten/Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunanprasarana Cipta

Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah

daerah perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi

prasarana yang telah terbangun.

5.1 ARAHAN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA

Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait,

antara lain:

1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan

kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah

menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang

menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan

fiskal nasional, serta agama.

2 . Undang-Undang No. 33 Tahun 2004

Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan

otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana

Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan

digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

S

K erangka S trategi P embiayaan

BAB

(2)

3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005

Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan

Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian

Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar

prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan

kriteria teknis.

4 . Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007

Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah,

terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk

kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang

pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar

pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan

yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan

sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

5 . Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011

Tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga

Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman

langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah

Pemda wajib memenuhi persyaratan:

a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya;

b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan

pemerintah paling sedikit 2,5;

c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah;

e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

6 . Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005

Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan

Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam

(3)

adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006

Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri

21/2011): Struktur APBD terdiri dari:

a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang

Sah.

b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010

Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan

DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang

Cipta Karya adalah sebagai berikut:

a. Bidang Infrastruktur Air Minum

DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat

berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman

nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan

memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:

- Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;

- Tingkat kerawanan air minum.

b. Bidang Infrastruktur Sanitasi

DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase)

yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui

proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk Program peningkatan derajat kesehatan

masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:

- kerawanan sanitasi;

- cakupan pelayanan sanitasi.

9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011

Tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan

Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian

PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan

(4)

mengacu pada RPIJM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah

mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka

keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.

Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan

bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM bidan Cipta Karya meliputi:

1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana

sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan

pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang

dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema

Corporate Social Responsibility (CSR).

5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah

terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu

dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi

peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

5.2 PROFIL APBD KABUPATEN MANGGARAI

Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten/Kota selama 3-5 tahun terakhir dengan sumber data berasal dari

dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13

Tahun 2006 adalah sebagai berikut:

a. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.

b. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

Pendapatan daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah

Yang Sah. Ketiga sumber pendapatan ini menggambarkan Fiskal Daerah Kabupaten Manggarai seperti terlihat dalam

(5)

Tabel 9.1 Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %

Pendapatan Asli Daerah 17,589,308,701.00 3.333 19,453,939,439.00 5.0483 30,381,955,211.00 6.4431 29,912,737,000.00 5.90426 40,205,314,000.00 7.3852963 Pajak Daerah 3,594,426,992.00 20.44 4,166,374,069.00 21.417 3,314,836,118.00 10.9105 4,049,246,000.00 13.5369 4,239,848,000.00 10.545492 Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan 6,671,738,904.00 37.93 9,629,133,459.00 49.497 18,501,208,540.00 60.8954 17,197,531,000.00 57.4923 23,292,185,000.00 57.933101 Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 580,597,081.00 3.301 688,026,271.00 3.5367 688,026,271.00 2.26459 2,548,181,000.00 8.51872 2,500,000,000.00 6.2180835 Lain-Lain PAD 6,742,545,724.00 38.33 4,970,405,550.00 25.55 7,877,884,282.00 25.9295 6,117,778,000.00 20.4521 10,173,281,000.00 25.303324 Dana Perimbangan 504,204,682,497.00 95.54 365,902,571,307.00 94.952 358,099,517,414.00 75.9421 410,018,495,000.00 80.9305 489,965,534,000.00 90.001551 Dana Bagi Hasil 22,720,436,339.00 4.506 16,553,854,728.00 4.5241 15,901,974,414.00 4.44066 16,850,175,000.00 4.10961 12,576,362,000.00 2.566785 Dana Alokasi Umum 382,534,840,000.00 75.87 232,277,815,000.00 63.481 299,504,433,000.00 83.6372 331,864,620,000.00 80.9389 423,461,620,000.00 86.426818 Dana Alokasi Khusus 65,116,000,000.00 12.91 66,221,043,000.00 18.098 42,693,100,000.00 11.9221 61,178,700,000.00 14.921 53,719,440,000.00 10.963922 Lain-Lain Pendapatan yang Sah 5,921,600,000.00 1.122 1,845,350.00 0.0005 83,061,258,468.00 17.6148 64,294,509,000.00 12.6906 14,225,918,000.00 2.6131526

Pendapatan Hibah 3,500,000,000.00 59.11

Dana Darurat

DBH Pajak dari Pemda Lainnya 2,676,450,000.00

Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus 31,301,387,000.00

Bantuan Keuangan Provinsi/ Pemda Lain

Pendapatan Lainnya 2,421,600,000.00 40.89 3,968,000,000.00 4.7772

Total Pendapatan 527,715,591,198.00 100 385,356,510,656.00 100 471,542,731,093.00 100 506,630,128,000.00 99.5254 544,396,766,000.00 100

Pendapatan Daerah Tahun I-2008 Tahun II-2009 Tahun III-2010 Tahun IV-2011 Tahun V-2012

Dengan melihat kondisi riil perkembanngan data di atas menunjukkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 mengalami

kenaikan yang signifikan. Sumber utama dari Pendapatan Asli Daerah adalah Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Lain-lain PAD Yang Sah. PAD hanya

memberikan kontribusi sebesar 3,3-7,38% dari total Pendapatan Daerah.

Namun demikian kenaikan tersebut menunjukkan tingkat perkembangan perekonomian yang cukup baik sehingga mampu menunjang kenaikan

pendapatan asli daerah. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa perkembangan ekonomi memberi dampak positif bagi peningkatan pendapatan asli daerah yang

ditunjukkan dengan meningkatnya ability to pay atau kemampuan daya bayar masyarakat terhadap pendapatan asli daerah. Perkembangan ekonomi dan

kemampuan daya bayar masyarakat bukanlah satu-satunya faktor yang menyebabkan naiknya pendapatan asli daerah, karena pemerintah tetap melakukan

upaya optimalisasi yaitu dengan melakukan perbaikan manajemen pemungutan dan ekspansi pembangunan diberbagai bidang yang memberi dampak kepada

(6)

Pendapatan daerah sebagian besar ditopang dari dana perimbangan. Dana Perimbangan tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 mengalami fluktuasi,

yaitu pada tahun 2010 sebesar Rp358.099.517.414,00, tahun 2011 sebesar Rp410.018.495.000,00 menjadi sebesar Rp489.965.534.000,00 pada tahun 2012

atau rata-rata kenaikan sebesar 50%. Sedangkan pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 mengalami penurunan yaitu tahun 2008 Rp504.20.682.497,00

dan tahun 2009 365.902.571.307,00. Kondisi ini disebabkan kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dalam mengalokasikan dana kepada daerah-daerah. Dana

Perimbangan memberi kontribusi APBD Kabupaten Manggarai dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 rata-rata sebesar 87,5%.

Perkembangan Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah mengalami perkembangan yang cukup fluktuatif. Hal ini terjadi karena

komponen-komponen Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah memiliki kerentanan terhadap setiap kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Provinsi. Dari komponen tersebut, maka Dana Alokasi Umum (DAU) memiliki peningkatan yang cukup stabil dibandingkan dengan komponen lainnya. Dana

Alokasi Umum (DAU) memiliki peranan yang sangat besar dalam memenuhi kemampuan fiskal dareah, untuk itu diharapkan Pemerintah Pusat konsisten dalam

meningkatkan alokasi dana kepada Pemerintah Daerah. Sedangkan Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak, Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Penyesuaian, dan

Lain-lain Pendapatan Yang Sah perkembangannya sangat fluktuatif, sehingga sulit untuk memprediksi nilai nominal dari komponen tersebut.

Tabel 5.2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %

Belanja Tidak Langsung 280,902,605,505.00 53.24 242,891,472,840.00 62.861 273,729,397,568.00 61.0334 289,334,379,000.00 52.90546 313,320,756,000.00 53.0947966 Belanja Pegawai 267,415,721,704.00 50.684 192,664,711,676.00 49.862 235,287,165,395.00 52.462 249,836,560,000.00 45.6832 291,540,412,000.00 49.4039369 Belanja Bunga

Belanja Subsidi

Belanja Hibah 1,008,802,800.00 0.1912 34,792,855,861.00 9.0045 14,731,570,000.00 3.2847 14,719,455,000.00 2.691487 0 Belanja Bantuan Sosial 7,444,200,000.00 1.4109 2,286,058,563.00 0.5916 3,049,214,040.00 0.67988 1,967,714,000.00 0.359801 0 Bantuan Pemda lain 5,000,000,000.00 13,040,320,000.00 19,698,330,000.00 20,110,650,000.00 15,780,344,000.00

Belanja Tidak Terduga 33,881,001.00 107,526,740.00 963,118,133.00 2,700,000,000.00 6,000,000,000.00

Belanja Langsung 246,714,901,313.00 46.76 143,504,453,179.00 37.139 174,761,392,260.00 38.9666 257,555,038,000.00 47.09454 276,794,992,000.00 46.9052034 Belanja Pegawai 0 0 0 24,512,445,000.00 4.482157 26,717,575,000.00 4.52751432 Belanja Barang & Jasa 70,705,651,723.00 13.401 46,913,732,044.00 12.141 65,412,470,466.00 14.585 88,812,188,000.00 16.23951 83,873,735,000.00 14.2130989 Belanja M odal 176,009,249,590.00 33.359 96,590,721,135.00 24.998 109,348,921,794.00 24.3815 144,230,405,000.00 26.37286 166,203,682,000.00 28.1645902

Total Belanja 527,615,506,818.00 100 386,395,926,019.00 100 448,490,789,828.00 100 546,889,417,000.00 100 590,115,748,000.00 100

Tabel 7.2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

(7)

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa belanja daerah mengalami fluktuasi dari tahun 2010 sebesar Rp 448.490.789.828,00 dan tahun 2011 naik sebesar

Rp546.889.417.000,00 menjadi sebesar Rp 590.115.748.000,00 pada tahun 2012. Berdasarkan klasifikasi belanja yaitu Belanja Tidak Langsung dan Belanja

Langsung. Jumlah belanja langsung merupakan porsi yang terbesar, pada Tahun 2010 sebesar Rp 143.504.453.179,00 atau 37.139% dari total belanja daerah,

dan pada Tahun 2012 sebesar Rp 276.794.992.000,00 atau 46,9% dari total belanja daerah.

Belanja daerah mengalami kenaikan, namun bila dilihat masing-masing komponen perkembangannya mengalami fluktuasi, yaitu:

 Kenaikan belanja tidak langsung terutama pada belanja pegawai karena adanya kenaikan beban gaji dan tunjangan pegawai.

 Kenaikan belanja barang dan jasa dalam belanja langsung karena meningkatnya kegiatan penyelenggaran pemerintahan, namun tidak diikuti dengan

meningkatnya sarana dan prasana, hal ini ditunjukkan dengan menurunnya belanja modal.

Tabel 9.3 Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %

Penerimaan Pembiayaan 21,377,434,424.00 95.53 20,185,276,280.00 95.28 18,145,860,917.00 94.7769 38,984,787,000.00 92.8546 49,718,982,000.00 92.553843

Penggunaan SiLPA 21,377,434,424.00 20,185,276,280.00 18,145,860,917.00 38,925,993,000 49,219,847,000

Pencairan Dana Cadangan 58,794,000

Hasil Penjualan Kekayaan Daerah

Penerimaan Pinjaman dan Obligasi Daerah

Penerimaan Kembali Pinjaman  58,794,000

Piutang Daerah 499,135,000

Pengeluaran Pembiayaan 1,000,000,000.00 4.469 1,000,000,000.00 4.7203 1,000,000,000.00 5.22306 3,000,000,000.00 7.14545 4,000,000,000.00 7.4461575

Pembentukan Dana Cadangan

Penyertaan M odal 1,000,000,000.00 1,000,000,000.00 1,000,000,000.00 3,000,000,000.00 4,000,000,000.00

Pembayaran Pokok Pinjaman

Pemberian Pinjaman Daerah

Total Pembiayaan 22,377,434,424.0 0 100 21,185,276,280 .00 100 19,145,860,917.0 0 100 41,984,787,0 00.00 100 53,718,982,0 00.00 100

Pembiayaan Daerah Tahun I-2008 Tahun II- 2009 Tahun III-2010 Tahun IV-2011 Tahun V-2012

Dalam pembiayaan daerah yang perlu diperhatikan adalah kemampuan pemerintah daerah dalam menjalankan suatu manajemen kas yang mampu

memanfaatkan unsur penerimaan dan pengeluaran secara efisien dan efektif serta pada sisi lain menciptakan likuiditas keuangan yang memadai bagi pemerintah

daerah. Pembiayaan daerah dipengaruhi oleh surplus/defisit anggaran, yaitu dalam memanfaatkan surplus dan menutup defisit.

(8)

Penerimaan pembiayan berasal dari Silpa tahun lalu dan penerimaan kembali pinjaman daerah. Pada tahun 2010 total pembiayaan penerimaan Rp. 18.146

milyar dan meningkat pada tahun 2012 sebesar Rp. 49.719 milyar atau 86,3%

b. Pengeluaran Pembiayaan

Pengeluaran pembiayaan dimanfaatkan untuk penyertaan modal (investasi) pada PT Bank NTT, pengeluaran daerah dan pemberi pinjaman daerah. Tahun

2010 total pengeluaran pembiayaan sebsar Rp. 1 Milyar dan kemudian tahun 2012 naik sebesar Rp. 4 milyar.

c. Selisih Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan

Selisih antara penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan menghasilkan pembiayaan neto, dimana dalam tiga tahun berturut-turut pembiayaan

neto di Kabupaten Manggarai selalu positif.

5.3 PROFIL INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

5.3.1 PERKEMBANGAN INVESTASI PEMBANGUNAN CIPTA KARYA BERSUMBER DARI APBN DALAM 5 TAHUN TERAKHIR

Tabel 5.4 APBN Cipta Karya di Kabupaten Manggarai Dalam 5 Tahun Terakhir

Sektor Alokasi Tahun 1-2010 Alokasi Tahun 2-2011 Alokasi Tahun 3-2012 Alokasi Tahun 4-2013 Alokasi Tahun 5-2014

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Pengembangan Air Minum 2.810.770 7,010,568 Pengembangan PLP

Pengembangan Permukiman 383.410 2.250.000 Penataan Bangunan & Lingkungan 2.050.493 3.050.000 1.105.000

(9)

Tabel 5.5 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten Manggarai dalam 5 Tahun Terakhir

Jenis DAK Tahun 2-2010 Tahun 3-2011 Tahun 4-2012 Tahun 5-2013 Tahun 5-2014

(1) (3) (4) (5) (6) (6)

DAK Air Minum 1.057.100 1.114.510 1.620.110 DAK Sanitasi 736.800 1.321.950 1.612.340

5.3.2 PERKEMBANGAN INVESTASI PEMBANGUNAN CIPTA KARYA BERSUMBER DARI APBD DALAM 5 TAHUN TERAKHIR

Tabel 5.6 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir

Sektor Tahun 1-2010 Tahun 2-2011 Tahun 3-2012 Tahun 4-2013 Tahun 5-2014 Alokasi % Alokasi % Alokasi % Alokasi % Alokasi %

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Pengembangan Air Minum Pengembangan PLP

Pengembangan Permukiman 600.000

Penataan Bangunan & Lingkungan

(10)

Tabel 5.7 Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir

Sektor

Tahun 1-2010 Tahun 2-2011 Tahun 3-2012 Tahun 4-2013 Tahun 5-2014 Alokasi

APBN DDUB Alokasi APBN DDUB Alokasi APBN DDUB Alokasi APBN DDUB Alokasi APBN DDUB

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Pengembangan Air Minum 2.810.770 7,010,568 Pengembangan PPLP

Pengembangan Permukiman 383.410 600.000 2.250.000 Penataan Bangunan &

Lingkungan 2.050.493 3.050.000 1.105.000

Total Belanja APBD 2.433.903 5.860.770 600.000 10.365.568

5.4 PROYEKSI DAN RENCANA INVESTASI BIDANG CIPTA KARYA

5.4.1 Proyeksi APBD 5 Tahun Ke Depan

Tabel 9.8 Proyeksi pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Pendapatan Asli Daerah 30,381,955.00 29,912,737.00 40,205,324.00 0 40,205,324.00 80,410,648.00 120,615,972.00 160,821,296.00 201,026,620.00

Dana Perimbangan 358,099,517.00 410,018,495.00 489,965,534.00 0.15 563,460,364.10 1,126,920,728.20 1,690,381,092.30 2,253,841,456.40 2,817,301,820.50

DAU 299,504,433.00 331,864,620.00 423,461,620.00 0 423,461,620.00 846,923,240.00 1,270,384,860.00 1,693,846,480.00 2,117,308,100.00

DBH 15,901,974.00 16,850,175.00 12,576,362.00 0 12,576,362.00 25,152,724.00 37,729,086.00 50,305,448.00 62,881,810.00

DAK 42,693,100.00 61,178,700.00 47,058,870.00 0 47,058,870.00 94,117,740.00 141,176,610.00 188,235,480.00 235,294,350.00

DAK Air M inum 1,057,100.00 1,114,510.00 1,620,110.00 0.01 1,636,311.10 3,272,622.20 4,908,933.30 6,545,244.40 8,181,555.50

DAK Sanitasi 736,800.00 1,321,950.00 1,612,340.00 0 1,612,340.00 3,224,680.00 4,837,020.00 6,449,360.00 8,061,700.00

Lain-lain Pendapat an yang Sah 83,061,258.00 64,294,509.00 14,225,918.00 0 14,225,918.00 28,451,836.00 42,677,754.00 56,903,672.00 71,129,590.00

Total APBD 831,436,137.00 916,555,696.00 1,030,726,078.00 1,104,237,109.20 2,208,474,218.40 3,312,711,327.60 4,416,948,436.80 5,521,185,546.00

Komponen APBD Realisasi Persentase

Pertumbuhan

(11)

5.5 ANALISIS KETERPADUAN STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

5.5.1 ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH

1. Pendapatan Daerah

a)

Pertumbuhan pendapatan daerah Kabupaten Manggarai selama 5 (lima) tahun mengalami fluktuasi,

dimana pada tahun 2007 meningkat sebesar 22.39% dari Rp. 401.183.335.064 pada tahun 2006

menjadi Rp. 490.992.665.762 pada tahun 2007. Pada tahun 2008 meningkat menjadi Rp.

527.715.591.198 atau naik 7.48%. Selanjutnya pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar

26.98% menjadi Rp. 385.356.510.656, hal ini disebabkan pemekaran Kabupaten Manggarai menjadi

kabupaten manggarai dan kabupaten manggarai timur yang berdampak pada penurunan penerimaan

dana perimbangan dan pada tahun 2010 meningkat sebesar 22.37% menjadi Rp. 471,542,731,093.00.

Dari perkembangan tersebut, maka rata-rata laju pertumbuhan pendapatan daerah kabupaten

manggarai adalah 6.31% per tahun.

b)

Pada komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah, pertumbuhan PAD

Kabupaten Manggarai dari tahun 2006 sampai dengan 2010 mengalami peningkatan rata-rata 17.07%

yaitu dari Rp. 17.325.208.456 pada tahun 2006 meningkat menjadi Rp. 30.381.955.211 pada tahun

2010. Meskipun disadari bahwa selama periode tersebut perubahan PAD yang terjadi setiap tahun tidak

sama, namun kecenderungan meningkat terus dari tahun ke tahun.

Selama tahun 2006 – 2010 kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah rata-rata 4.54%. Hal ini

memperlihatkan peranan yang sangat kecil. Dengan pertumbuhan positif yang cenderung naik dan

kontribusi PAD masih sangat kecil diharapkan strategi intensifikasi dan ekstensifikasi PAD terus

ditingkatkan untuk mengembangkan peluang-peluang ekonomi yang potensial di masyarakat menjadi

subyek/obyek pajak dan retribusi daerah.

Salah satu potensi besar penerimaan PAD sejak diberlakukannya undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, adalah penerimaan dari Pajak Bumi dan Bangunan (perkotaan dan pedesaan) dan Bea Perolehan Hak

Atas Tanah dan Bangunan. Dimana penerimaan PBB dan BPHTB akan dijadikan pajak daerah.

c) Pada komponen dana perimbangan, menunjukkan laju pertumbuhan rata-rata 0.19 % pertahun, hal tersebut

sebagai dampak dari pemekaran kabupaten manggarai menjadi kabupaten manggarai dan kabupaten manggarai

timur pada tahun 2008. Sehingga pada tahun 2009 dana perimbangan turun sebesar 27.43% yaitu dari Rp.

(12)

d) Pada komponen lain-lain pendapatan daerah yang sah, menunjukkan laju pertumbuhan rata-rata 59.77%

pertahun, dan kontribusi terhadap pendapatan daerah rata-rata 4.46%.

2. Belanja Daerah

Belanja daerah mengalami peningkatan sepanjang 2006 – 2008, kecuali tahun 2009 mengalami penurunan

26.77% sehingga rata-rata pertumbuhan belanja 6.13% pertahun. Penurunan tersebut sebagai dampak pemekaran

kabupaten, dimana pendapatan dari dana perimbangan sebagai salah satu sumber pendanaan untuk membiayai

belanja berkurang.

Belanja daerah juga diarahkan pada peningkatan proporsi belanja untuk memihak kepentingan public

disamping tetap menjaga eksistensi penyelenggaraan pemerintahan. Untuk kepentingan ini, gambaran tentang

realisasi belanja daerah dapat diamati melalui struktur belanja daerah berdasarkan penerima manfaat, yaitu untuk

pemenuhan aparatur dan pemenuhan publik

2. Pembiayaan

a. Penerimaan Pembiayaan

Penerimaan pembiayaan tahun 2006 – 2010 berasal dari SILPA tahun lalu dan penerimaan kembali pinjaman. Pada tahun

2006, total penerimaan pembiayaan sebesar Rp. 15.520.749.766 dan terus mengalami peningkatan menjadi Rp.

158.145.860.917 (2010). SILPA yang besar pada satu sisi memperkuat likuiditas dan pada sisi lain menghilangkan

peluang pemerintah untuk melayani masyarakat secara optimal.

b. Pengeluaran Pembiayaan

Pengeluaran pembiyaan tahun 2006-2010 digunakan untuk Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah,

Pemberian Pinjaman Daerah dan Pembayaran Utang Jatuh Tempo. Pada tahun 2006, total pengeluaran pembiayaan

sebesar Rp. 2.080.136.020 kemudian menjadi Rp. 4.000.000.000 (2010). Hal ini disebabkan karena penyertaan modal

(investasi) pemerintah daerah meningkat dari Rp. 1.000.000.000 menjadi Rp. 4.000.000.000

c. Pembiayaan Netto

Selisih antara penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan tahun 2006-2010 menghasilkan pembiayaan

netto yang positif. Hal ini dikarenakan adanya rasionalisasi dan efisiensi pemanfaatan SILPA.

9.5.2 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

Dalam rangka percepatan pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Manggarai dan untuk memenuhi kebutuhan

pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPI2-JM, maka Pemerintah Daerah Kabupaten

(13)

Strategi ini dimaksudkan agar sumber-sumber pendanaan yang ada dapat dimaksimalkan terutama dalam pemenuhan

kebutuhan pendanaan pembangunan dan pengembangan program infrastruktur di Kabupaten Manggarai.

1. Strategi Mengoptimalkan Sumber-sumber Pendanaan

APBD merupakan sumber pendanaan utama dalam pembangunan dan pengembangan infrastruktur di

Kabupaten Manggarai. Secara umum APBD merupakan penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi yang

terdiri dari Pendapatan Daerah, Belanja, dan Pembiayaan.

Secara detail komponen-komponen pendapatan dan pembiayaan dapat menjadi sumber pendanaan infrastruktur.

Berdasarkan kondisi dan kecenderungan pengalokasian anggaran, maka strategi pengoptimalan penggunaan APBD

untuk pembangunan dan pengembangan infrastruktur Kabupaten Manggarai dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Penetapan Kebutuhan Program Pembangunan dan Pengembangan Infrastruktur Kabupaten Manggarai

Penetapan kebutuhan program pembangunan dan pengembangan infrastruktur perlu untuk dilaksanakan untuk

menstrukturkan dan mengintegrasikan langkah-langkah pembangunan infrastruktur di Kabupaten Manggarai.

Program ditetapkan berdasarkan target-target pembangunan infrastruktur sebagaimana telah ditetapkan di dalam

RPJMD, RPJMN, SPM, maupun MDGs.

Untuk tahap awal kebutuhan program pembangunan infrastruktur ini akan dihitung sampai dengan tahun 2015

(disesuaikan dengan masa perencanaan RPJMD). Secara detail, kebutuhan program-program pembangunan

infrastruktur ditetapkan berdasarkan target-target pembangunan yang ada. Adapun target-target pembangunan

infrastruktur secara garis besar dijelaskan sebagai berikut :

Penetapan program meliputi identifikasi program-program pembangunan fisik infrastruktur infrastruktur maupun

program non-fisik infrastruktur (kampanye, advokasi, maupun capacity building). Pembangunan program non-fisik

tidak kalah penting dari pembangunan

fisik terutama guna optimalisasi pemanfaatan infrastruktur yang akan dibangun. Program-program yang

diidentifikasikan di atas juga akan disusun dengan perencanaan detail teknis dan kebutuhan pendanaannya.

b) Penetapan Kebutuhan Anggaran Infrastruktur Perkotaan

Identifikasi kebutuhan program pembangunan selanjutnya diterjemahkan menjadi kebutuhan pendanaan guna

penyelenggaraan program-program tersebut. Dalam hal ini, kebutuhan anggaran berdasarkan program-program di

atas akan dilengkapi dengan kebutuhan pengelolaan infrastruktur yang telah terbangun (termasuk juga

penghitungan setelah program pembangunan infrastruktur dilaksanakan).

Kebutuhan anggaran dan program pembangunan infrastruktur perkotaaan.

Pembangunan infrastruktur baru sangat terkait dengan perluasan cakupan layanan infrastruktur perkotaan guna

mengejar pemenuhan target layanan infrastruktur yang harus diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten

Manggarai. Pembangunan infrastruktur juga diiringi dengan program advokasi dan kampanye baik kepada

(14)

kampanye dan advokasi adalah untuk menggugah dan meningkatkan kesadaran serta pengetahuan tentang

infrastruktur serta dampak yang ditimbulkannya.

Kebutuhan anggaran dan program pembangunan non-fisik infrastruktur perkotaan

Pembangunan non-fisik terutama ditujukan untuk mendukung perubahan perilaku infrastruktur masyarakat maupun

pemerintah, serta meningkatkan efisiensi pengelolaan infrastruktur melalui peningkatan kualitas sumberdaya

pengelola layanan infrastruktur. (seperti kampanye dan advokasi, maupun program capacity building untuk pejabat

pemerintah Kabupaten Manggarai).

Kebutuhan anggaran operasional dan pemeliharaan layanan infrastruktur terbangun.

Kebutuhan ini penting untuk dihitung terutama dalam kaitannya dengan kelanggengan penyelenggaraan layanan

infrastruktur Kabupaten Manggarai. Kebutuhan anggaran ini dapat diturunkan dari kebutuhan total operasional dan

pemeliharaan prasarana terbangun dikurangi dengan retribusi infrastruktur yang dapat dikumpulkan. Besaran

kebutuhan anggaran pembangunan dan pengembangan infrastruktur perkotaan di atas akan menjadi landasan

bagi pengembangan strategi pendanaan lainnya.

c) Estimasi Kekuatan Pendanaan Internal Kabupaten Manggarai untuk Infrastruktur

Kekuatan pendanaan internal kabupaten dapat diturunkan dari pendapatan pajak daerah (komponen PAD) serta

pendapatan bagi hasil pajak/non-pajak dengan Pemerintah Pusat dan Provinsi (komponen dana perimbangan).

Komponen lain tidak dapat dijadikan sebagai komponen kekuatan internal terutama mengingat karakteristik

masing-masing komponen. Seperti misalnya pendapatan retribusi yang akan kembali digunakan untuk kepentingan

layanan yang dikenai retribusi (dan biasanya masih memerlukan subsidi untuk tetap menjalankan layanan

tersebut).

Sedangkan DAU diturunkan berdasarkan celah fiskal kabupaten, dan DAK yang sangat tergantung dengan

program pemerintah pusat yang sangat top down. Dengan kondisi yang ada, maka estimasi pajak daerah

ditetapkan dengan melihat proporsinya terhadap penerimaan PAD (pertumbuhan pajak daerah menunjukkan

pertumbuhan yang sangat fluktuatif, sedangkan besaran proporsinya terhadap PAD memperlihatkan besaran yang

lebih stabil). Dalam hal ini pertumbuhan rata-rata penerimaan PAD APBD Kabupaten Manggarai diperkirakan

sebesar 5,62%, dimana estimasi pajak daerah akan diturunkan berdasarkan proporsinya terhadap penerimaan

PAD (proporsi rata-rata pajak daerah terhadap PAD adalah sebesar 1%), sedangkan estimasi bagi hasil

pajak/non-pajak dengan Pemerintah Pusat dan Provinsi akan diturunkan berdasarkan proporsinya terhadap penerimaan dana

bagi hasil (proporsi rata-rata kedua komponen tersebut terhadap pendapatan bagi hasil adalah sebesar 4,65%),

dimana proporsi rata-rata dana perimbangan terhadap total penerimaaan adalah sebesar 91,95%.

Berdasarkan perhitungan (di atas) penerimaan sendiri tumbuh rata-rata sebesar 20%. Yang perlu diperhatikan dari

perhitungan ini adalah bahwa estimasi pendanaan adalah merupakan estimasi total pendanan yang digunakan

(15)

d) Penetapan Komitmen Pendanaan untuk Pengelolaan Infrastruktur

Dengan diestimasikannya kekuatan pendanaan internal kabupaten, selanjutnya penetapan komitmen pendanaan

untuk pengelolaan layanan infrastruktur perlu dibentuk. Komitmen yang dimaksud adalah besaran proporsi

pendanaan infrastruktur terhadap total pendanaan internal Kabupaten Manggarai. Penetapan proporsi anggaran

untuk infrastruktur akan

dibentuk berdasarkan kesepakatan dengan DPRD Kabupaten Manggarai. Dengan terbentuknya komitmen ini,

maka pemilahan program berdasarkan sumber pendapatan akan dapat dilakukan dengan lebih cermat dan

obyektif. Langkah ini lebih lanjut dapat menunjukkan celah fiskal untuk layanan infrastruktur Kabupaten Manggarai.

Dengan kata lain akan terlihat gap pendanaan yang ditunjukkan melalui kapasitas fiscal Kabupaten Manggarai

dengan kebutuhan pendanaan untuk layanan infrastruktur perkotaan.

e) Pemilahan program yang akan didanai dengan anggaran internal Kabupaten Manggarai

Berdasarkan identifikasi program serta besaran kebutuhan pendanaannya, maka selanjutnya Pemerintah

Kabupaten Manggarai akan memilah program-program infrastruktur yang akan didanai dengan pendanaan internal

kabupaten itu sendiri. Program-program pembangunan infrastruktur yang belum ter-cover selanjutnya akan didanai

melalui sumber-sumber lainnya.

f) Pengusulan perbaikan alokasi DAU untuk layanan infrastruktur

Mengingat layanan infrastruktur merupakan salah satu layanan publik yang menjadi urusan wajib kabupaten, maka

Pemerintah Kabupaten Manggarai akan memperhitungkan proporsi untuk pendaaan layanan infrastruktur

berdasarkan perhitungan gap fiskal di atas. Dengan pengalokasian dana DAU yang lebih jelas untuk menutupi gap

fiscal layanan infrastruktur, maka pembangunan dan pengembangan layanan infrastruktur Kabupaten Manggarai

akan dapat dilaksanakan dengan lebih efisien, terarah dan lebih obyektif.

g) Penetapan proporsi pendanaan infrastruktur dalam DAK

DAK sangat berkaitan dengan program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat. Oleh karena itu, besaran DAK

sulit untuk dapat diprediksikan besarannya setiap tahunnya. Selain itu peruntukan pendanaan bagi infrastruktur

tidak dijelaskan secara eksplisit dalam DAK. Walaupun demikian peruntukan layanan infrastruktur yang dapat

dikaitkan dengan bidang pendanaan DAK adalah bidang kesehatan, air bersih, prasarana, dan lingkungan hidup.

Karena itu Pemerintah Kabupaten Manggarai akan berusaha menetapkan dan mengalokasikan pendanaan untuk

infrastruktur dari bagian bidang-bidang tersebut. Secara lengkap gambaran alokasi DAK untuk Kabupaten

(16)

h) Memanfaatkan surplus anggaran untuk pendanaan layanan infrastruktur perkotaan

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, surplus anggaran merupakan salah satu sumber pendanaan yang dapat

digunakan untuk pembangunan dan pengembangan infrastruktur Kabupaten Manggarai. Permasalahan yang

berkaitan dengan surplus anggaran ini adalah bahwa surplus anggaran tidak dapat diprediksikan besarannya

hingga akhir tahun fiskal berjalan. Secara garis besar surplus anggaran dapat digunakan untuk

keperluan-keperluan sebagai berikut :

 Penggunaan surplus anggaran untuk pembiayaan belanja deficit layanan infrastruktur perkotaan.

 Penyertaan modal untuk pengelolaan infrastruktur perkotaan; ataupun

 Memasukkan sebagian surplus anggaran ke dalam dana cadangan guna membiayai program pembangunan

infrastruktur kabupaten skala besar.

Untuk dapat menggunakan surplus anggaran di atas, maka Pemerintah Kabupaten Manggarai akan mengkaji

langkah-langkah berikut :

 Mengidentifikasikan besaran-besaran defisit anggaran layanan infrastruktur untuk kemudian dibiayai melalui

surplus anggaran.

 Mengidentifikasikan program pembangunan infrastruktur Kabupaten Manggarai skala besar serta besarnya

dana anggaran yang dibutuhkan. Setelah itu Pemerintah Kabuppaten akan berusaha mengkaji untuk

membentuk komitmen pembentukan dana cadangan untuk pembiayaan program tersebut.

i) Memanfaatkan Anggaran Pemerintah Pusat dan Anggaran Provinsi

Sebagaimana disebutkan di atas, maka untuk tahap ini, Pemerintah Kabupaten akan menetapkan

program-program pembangunan infrastruktur yang tidak mampu didanai dengan pendanaan internal kabupaten untuk

diusulkan dibiayai dengan RPI2JM ataupun dana anggaran APBD Provinsi NTT. Langkah-langkah yang akan

diambil untuk menerapkan strategi pemanfaatan RPI2JM adalah sebagai berikut :

 Identifikasi program pembangunan infrastruktur kabupaten Manggarai yang tidak dapat tercover oleh

pendanaan internal.

 Membentuk proposal usulan program terpilih kepada Departemen PU yang terdiri dari proposal administrasi,

usulan teknis dan proposal pembiayaan program.

 Menyampaikan proposal usulan program kepada Departemen PU dan melakukan pendekatan kepada Tim

Teknis Infrastruktur Pusat.

Sedangkan langkah-langkah yang akan diambil untuk mendapatkan pembiayaan dari APBD Provinsi NTT adalah

sebagai berikut :

 Melakukan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi NTT terutama untuk mengidentifikasikan besaran

(17)

 Identifikasi program pembangunan infrastruktur Kabupaten Manggarai yang tidak tercover dengan

pendanaan internal.

 Membentuk proposal usulan program terpilih kepada Pemerintah Provinsi NTT yang terdiri dari proposal administrasi, usulan teknis dan proposal pembiayaan program.

 Menyampaikan proposal serta membentuk komitmen pendanaan kepada Provinsi NTT.

j) Memaksimalkan Pendanaan Sektor Swasta dan Masyarakat

Mengingat investasi infrastruktur skala kabupaten umumnya belum mampu menarik minat swasta, maka

pemerintah Kabupaten Manggarai akan lebih mengembangkan program infrastruktur melalui kontrak-kontrak kerja

infrastruktur dengan pihak swasta. Selain itu Pemerintah Kabupaten Manggarai juga akan memberikan kemudahan

kepada pihak swasta yang selama ini telah menyelenggarakan layanan-layanan yang selama ini telah dikelola oleh

pihak swasta. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Manggarai akan melakukan :

 Identifikasi layanan infrastruktur yang dapat dilakukan oleh swasta dan masyarakat.

 Mengkaji bentuk-bentuk insentif bagi pendanaan infrastruktur oleh swasta.

Selain itu pemerintah Kabupaten Manggarai akan berusaha mendapatkan CSR guna mendanai penyelenggaraan

infrastruktur di Kabupaten Manggarai, terutama pendanaan program infrastruktur yang belum tercover oleh

pendanaan internal. Untuk itu langkah-langkah yang akan diambil adalah sebagai berikut :

 Identifikasi program pembangunan dan pengembangan layanan infrastruktur kabupaten yang belum tercover

oleh pendanaan internal kabupaten.

 Kompilasi perusahaan yang telah menjalankan program CSR, terutama

perusahaan-perusahaan di daerah sekitar Kabupaten Manggarai.

 Koordinasi dan penyusunan proposal infrastruktur yang rencananya didanai CSR kepada

perusahaan-perusahaan yang telah diidentifikasikan.

 Penyampaian proposal pembiayaan CSR untuk program infrastruktur kabupaten kepada perusahaan.

 Follow-up proposal untuk mencapai kesepakatan antara Pemerintah Kabupaten Manggarai dengan

perusahaan bersangkutan.

k) Pengintegrasian Program Infrastruktur ke dalam Program Skala Besar.

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa sampai dengan saat ini infrastruktur belum secara eksplisit disebutkan

sebagai salah satu bidang pembangunan, terutama dalam hal pendanaan. Dengan melihat karakterisktik

infrastruktur, maka Pemerintah Kabupaten Manggarai akan memasukkan infrastruktur ke dalam program-program

pengentasan kemiskinan, lingkungan hidup, prasarana, maupun program peningkatan kesehatan. Hal ini dilakukan

mengingat program-program tersebut termasuk ke dalam agenda nasional maupun daerah. Untuk itu

(18)

 Mengidentifikasikan program-program pengentasan kemiskinan, peningkatan prasarana, peningkatan

kualitas lingkungan hidup dan kesehatan yang akan dijalankan Kabupaten Manggarai.

 Menetapkan bagian-bagian program yang akan disisipkan menjadi program peningkatan infrastruktur. Bagian-bagian program tersebut akan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan dan pengembangan

program infrastruktur yang telah diidentifikasikan di atas, terutam program yang belum tercover dengan

pendanaan internal kabupaten.

l) Memanfaatkan Pendanaan Melalui Hibah Luar Negeri.

Mengingat konsekuensi pengembalian pinjaman dapat membebani keuangan daerah, sementara investasi di

sector infrastruktur yang umumnya belum dapat cost recovery, maka

Pemerintah Kabupaten Manggarai akan lebih memfokuskan pada pembiayaan hibah luar negeri. Untuk itu tahapan

yang akan dilakukan Pemerintah Kabupaten Manggarai adalah sebagai berikut :

 Mengidentifikasikan program-program infrastruktur skala besar yang belum mampu dibiayai pendanaan

internal kabupaten.

 Penyusunan proposal administrasi, teknis, dan proposal finansial untuk program terpilih

 Penyampaian usulan hibah kepada pemerintah (langsung kepada Bappenas ataupun melalui Departemen

Teknis terkait).

2. Strategi Pendukung Peningkatan Kinerja Keuangan

Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivas penyelenggaraan layanan infrastruktur, selain upaya pemanfaatan sumber

pendanaan yang ada, kinerja keuangan juga akan terus ditingkatkan. Untuk itu beberapa strategi akan dikembangkan

oleh Pemerintah Kabupaten Manggarai.

a) Minimasi Biaya Penyelenggaraan Layanan Infrastruktur

Minimasi biaya program infrastruktur di Kabupaten Manggarai dengan mendisain manajemen pengelolaan

program infrastruktur yang lebih efisien terutama dengan menjalankan prinsip-prinsip good governance. Hal yang perlu

dihindarkan adalah untuk menurunkan kualitas – baik pekerjaan maupun bahan yang digunakan – karena dapat

mengakibatkan pembengkakan biaya operasional dan pemeliharaan. Sedangkan penurunan biaya operasional dan

pemeliharaan akan meningkatkan resiko kerusakan, perbaikan dini, bahkan kehilangan kepercayaan konsumen

(masyarakat) pengguna.

Selain itu untuk menekan biaya bukan berarti tidak memperhitungkan supporting cost dan biaya penggantian.

Dalam hal ini identifikasi pihak-pihak yang paling capable untuk menjalankan supporting dan perbaikan harus telah

(19)

Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan infrastruktur ini, maka Pemerintah Kabupaten

Manggarai akan melakukan :

 Evaluasi dan pengkajian kembali manajemen pengelolaan infrastruktur yang telah dilakukan.

 Menetapkan pola manajemen dan pengalokasian dana pengelolaan yang lebih tepat untuk menghindari

pemborosan yang mungkin ada.

b) Meningkatkan Cost Recovery Layanan Infrastruktur

Cost recovery layanan infrastruktur penting untuk diperhitungkan agar layanan infrastruktur dapat terus

dilaksanakan dengan lancar secara terus menerus. Untuk itu perlu dikaji ulang besaran retribusi infrastruktur (PDAM,

Retribusi persampahan, Limbah, dan lainnya) yang paling sesuai lengkap dengan skema subsidi. Yang penting untuk

dilakukan dalam hal penetapan besaran retribusi adalah besaran optimal antara keperluan bisnis layanan dengan

affordability serta willingness to pay masyarakat untuk membayar layanan tersebut. Jika dalam perhitungan

kemampuan dan kemauan masyarakat masih belum dapat menutupi seluruh biaya investasi dan O&M layanan, maka

skema subsidi harus dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Manggarai. Selain besaran retribusi, masalah koleksi

retribusi juga

menjadi penting terutama dalam hal lingkup daerah penagihan dan efisiensi pelaksanaan penagihan. Dalam hal ini

penagihan dapat dilakukan melalui kerjasama dengan lembaga-lembaga yang telah berpengalaman dalam penagihan,

PDAM atau PLN sebagai contoh. Untuk strategi ini Pemerintah Kabupaten Manggarai akan menjalankan upaya-upaya

sebagai berikut :

 Mengevaluasi dan mengkaji ulang besaran retribusi infrastruktur kabupaten serta potensi luasan pengguna

layanan infrastruktur.

Gambar

Tabel 9.1 Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
Tabel 7.2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
Tabel 9.3 Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
Tabel 5.4 APBN Cipta Karya di Kabupaten Manggarai Dalam 5 Tahun Terakhir
+3

Referensi

Dokumen terkait

Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus

bahwa dalam rangka pemberdayaan dan peningkatan kualitas sumber daya masyarakat, sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa dan Peraturan

Uang Leges adalah Biaya legalisasi yang dinyatakan dalam bentuk surat berharga berupa materai leges yang ditempelkan pada Surat-surat Izin, Surat

Sales promotion kartu kredit yang memiliki cara pandang optimistis akan memandang suatu penolakkan yang diterima dari calon nasabahnya adalah karena calon nasabahnya

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam laporan akhir ini adalah “ Bagaimana hubungan antara biaya promosi terhadap peningkatan volume

Masalah-masalah yang dialami oleh setiap individu termasuk ibu rumah tangga terinfeksi HIV tersebut membutuhkan suatu kemampuan yang dapat membantu dirinya untuk

Dari hasil pengujian interaksi antara perbedaan kecenderungan bunuh diri ditinjau dari tipe kepribadian dan harga diri diperoleh nilai F=0,408; p=0,525 (p>0,05) yang

Mada Tahun 2009 menulis tesis dengan judul Label Halal pada Kemasan Produk Makanan dan Minuman sebagai Jaminan Perlindungan Hukum bagi Konsumen Muslim di