• Tidak ada hasil yang ditemukan

03 - Ivan A. Setiawa..>

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "03 - Ivan A. Setiawa..>"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH

ROLE CONFLICT

DAN

ROLE AMBIGUITY

TERHADAP KINERJA KARYAWAN

(Kasus PT. X Divisi SPPBE)

Mita Siti Apsari

Ivan A. Setiawan

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh role conflict dan role ambiguity terhadap kinerja karyawan PT. X Divisi SPPBE. Penelitian ini menggunakan dua variabel independen yaitu role conflict dan role ambiguity dengan satu variabel dependen yaitu kinerja. Dalam kaitannya dengan kinerja, dalam penelitian ini menitikberatkan pada faktor-faktor yang dapat menyebabkan peningkatan atau penurunan pada kinerja karyawan, yaitu faktor role conflict dan role ambiguity. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner dan diimplementasikan kepada 60 orang karyawan sebagai responden yang bekerja di PT. X Divisi SPPBE sebagai sampel penelitian. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Berdasarkan hasil analisis data, menunjukkan bahwa role conflict mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja, role ambiguity mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja.

Kata Kunci: role conflict, role ambiguity, kinerja, regresi linear berganda

I. PENDAHULUAN

Penggunaan LPG (Liquid Petroleum Gas) sebagai bahan bakar/sumber energi

untuk masyarakat luas dan kalangan industri saat ini sudah sangat popular,

sejalan dengan kebijakan Pemerintah Pusat yang menetapkan penggunaan LPG

sebagai konversi minyak tanah yang dipandang membebani neraca keuangan

Negara. Penggunaan LPG baik untuk rumah tangga maupun industri secara

(2)

tinggi yaitu mencapai 20% (2009/2010) bahkan mencapai lebih dari 25%

(2010/2011).

Tingginya pertumbuhan penggunaan LPG nampaknya menarik minat

investor untuk bergerak sebagai distributor dan pengisian ulang LPG. Sektor

swasta nasional menangani pengisian tabung-tabung LPG dengan LPG Mini

Filling Plantatau Stasiun Pengangkutan dan Pengisian Bulk Elpiji (SPPBE).

Salah satu swasta nasional yang bergerak dalam bisnis SPPBE adalah PT. X.

PT. X melayani pengisian gas LPG ukuran 3 kg, 12 kg dan 50 kg. SPPBE ini

berlokasi di pinggiran kota Bandung, Jawa Barat. Visi dari SPPBE PT. X adalah

memperluas segmen pasar LPG melalui penerapan dan manajemen mutu terpadu.

Sedangkan Misi perusahaan ini adalah positioning brand image SPPBE PT. X

terhadap agen, menjaga hubungan dengan pelanggan, meningkatkan mutu

pelayanan terhadap konsumen dan meningkatkan kinerja karyawan.

Untuk mencapai misi tersebut, SPPBE PT. X berupaya mengoptimalkan

sumber daya manusia atau karyawan yang dimilikinya dan memandang penting

keberadaan karyawan demi pencapaian efektivitas organisasi. Salah satu faktor

yang dituntut manajemen (pimpinan) terhadap karyawan PT. X adalah dalam

meningkatkan kinerja karyawan dalam hal penjualan dan pemasaran serta

pelayanan distribusi dan pengisian ulang LPG kepada nasabah dan pelanggan.

Kinerja karyawan pada PT. X Divisi SPPBE dapat dilihat dalam data sistem

manajemen kinerja (SMK). Data SMK merupakan gambaran dari kinerja

karyawan selama 3 tahun terakhir berturut-turut (2010–2012). Data penilaian

kinerja karyawan dibagi menjadi 5 kategori yaitu istimewa, sangat baik, baik,

cukup baik, dan tidak baik. Tabel 1 menunjukkan tingkat kinerja karyawan PT.

X Divisi SPPBE kurun waktu 2010-2012, dimana berdasarkan data hasil

penilaian Sistem Manajemen Kinerja (SMK) karyawan dapat diketahui bahwa

(3)

Tabel 1

Data Sistem Manajemen Kinerja Karyawan

Kategori Hasil penilaian kinerja (%)

2010 2011 2012

Istimewa - 2,7

-Sangat Baik 3,2 21 15,4

Baik 95,2 66,1 65,8

Cukup Baik 1,6 9,3 7,9

Tidak Baik - 0,9 0,9

Sumber: Data internal PT. X Divisi SPPBE

Permasalahan mengenai kinerja di PT. X Divisi SPPBE dapat dilihat pada

tabel 1 Kinerja karyawan tampaknya tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh

perusahaan. Hasil penilaian kinerja karyawan semakin menurun dari tahun 2010

s.d 2012, dimana untuk kategori istimewa pada tahun 2011 hanya 2,7% dari total

karyawan dan menurun di tahun 2012 menjadi 0%. Untuk kriteria penilaian

sangat baik mengalami penurunan dari tahun 2011 ke tahun 2012, dimana hasil

penilaian kinerja pada tahun 2011 sebesar 21% menjadi 15,4% di tahun 2012.

Untuk kriteria baik juga kinerja karyawan terus mengalami penurunan, dimana

pada tahun 2010 sebesar 95,2% menjadi 66,1% pada tahun 2011 dan 65,8% di

tahun 2012. Oleh karena itu manajemen perlu mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi penurunan kinerja karyawan tersebut dan bagaimana cara untuk

dapat meningkatkan kembali kinerja karyawannya.

Kinerja merupakan suatu konsep yang bersifat universal yang merupakan

efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya

berdasarkan standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Organisasi

pada dasarnya dijalankan oleh manusia maka kinerja sesungguhnya merupakan

(4)

organisasi untuk memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan agar

membuahkan hasil dan tindakan yang diinginkan (Winardi, 2004:44).

Kesuksesan dan kinerja perusahaan bisa dilihat dari kinerja yang telah dicapai

oleh karyawannya, oleh sebab itu perusahaan menuntut agar para karyawannya

mampu menampilkan kinerja yang optimal karena baik buruknya kinerja yang

dicapai oleh karyawan akan berpengaruh pada kinerja dan keberhasilan

perusahaan secara keseluruhan (Yuniningsih, 2002:18).

Salah satu faktor yang dianggap dapat mempengaruhi kinerja karyawan

tersebut adalah munculnya tekanan peran (role stress) dalam bentukrole conflict

dan role ambiguity. Role conflict, muncul ketika ada berbagai tuntutan dari

banyak sumber yang menyebabkan karyawan menjadi kesulitan dalam

menentukan tuntutan apa yang harus dipenuhi tanpa membuat tuntutan lain

diabaikan. Sedangkan role ambiguity lebih menggambarkan pada kurangnya

kejelasan mengenai tugas, wewenang, dan tanggung jawab terhadap pekerjaan.

Dengan kata lain, konflik dapat muncul sebagai akibat dari ketidaksesuaian antara

tujuan organisasi dengan orientasi profesional dari anggota organisasi

Terdapat sejumlah penelitian yang mengkaji keterkaitan antararole conflict,

role ambiguitydan kinerja karyawan. Hasil penelitian Ahmad dan Taylor (2009)

serta Dubinsky,et al.(1992) menunjukkan bahwa pengaruhrole conflictdanrole

ambiguityberpengaruh negatif terhadap kinerja. Hal ini juga sejalan dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh bahwa role conflict dan role ambiguity

berpengaruh secara negatif terhadap kinerja karyawan. Namun demikian, terdapat

hasil penelitian yang berbeda. Penelitian Manzooret al.(2012) dan Utomo (2011)

menemukan bahwa role conflict dan role ambiguity tidak memiliki pengaruh

(5)

II. SURVEI LITERATUR DAN HIPOTESIS

Robbins (2008:283), mendefinisikan konflik sebagai sebuah proses yang

dimulai ketika satu pihak memiliki persepsi bahwa pihak lain telah memengaruhi

secara negatif, atau akan memengaruhi secara negatif, sesuatu yang menjadi

perhatian dan kepentingan pihak pertama. Seseorang akan mengalami role

conflictjika ia memiliki dua peran atau lebih yang harus dijalankan pada waktu

yang bersamaan (Luthans, 2006:407).

Menurut Kreitner dan Kinicki (2005:203), role ambiguity adalah

pengharapan orang lain yang tidak diketahui. Role ambiguity muncul karena

kurangnya informasi atau karena tidak adanya informasi sama sekali atau

informasinya tidak disampaikan (Cahyono, 2008:78).

Lawler dan Poter dalam As’ad (1995:47) menyatakan bahwa kinerja adalah

"succesfull role achievement" yang diperoleh seseorang dari

perbuatan-perbuatannya. Dari batasan tersebut simpulkan bahwa kinerja adalah hasil yang

dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang

bersangkutan.

Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pengaruh role conflict

terhadap kinerja karyawan adalah negatif. Idruset al.(1999) menunjukkan bahwa

role conflict berpengaruh negatif terhadap kinerja karyawan. Begitu juga hasil

penelitian Agustina (2009), Keaveney dan Nelson (1993), Dubinskyet al.(1992),

serta Singh et al. (1998) menunjukkan hasil yang sama dimana role conflict

memiliki efek negatif terhadap kinerja karyawan.

H1:Role conflictberpengaruh negatif terhadap kinerja karyawan.

Individu yang mengalami role ambiguity akan mengalami kecemasan,

menjadi lebih tidak puas, dan melakukan pekerjaan dengan kurang efektif

dibanding individu lain sehingga menurunkan kinerja mereka. Penelitian Fanani

(6)

terhadap kinerja karyawan. Pengaruh tersebut seperti timbulnya ketegangan kerja,

terjadinya perpindahan pekerja, penurunan kepuasan kerja yang berakibat

menurunkan kinerja karyawan secara keseluruhan.Role ambiguitymempengaruhi

kinerja karyawan secara negatif. Artinya, semakin besar role ambiguity yang

dihadapi karyawan, semakin menurun pula kinerjanya. Sebaliknya, semakin kecil

role ambiguity yang dihadapi karyawan, maka kinerjanya akan semakin

meningkat. Agustina (2009) melakukan penelitian terhadap auditor yang bekerja

pada Kantor Akuntan Publik yang bermitra dengan Kantor Akuntan Publik The

Big Four di wilayah DKI Jakarta dan hasil penelitian mereka menunjukkan

bahwa role ambiguity memberikan pengaruh negatif yang signifikan terhadap

kinerja auditor junior.

H2:Role ambiguityberpengaruh negatif terhadap kinerja karyawan.

III. METODE PENELITIAN

Subjek adalah karyawan PT. X Divisi SPPBE yang berjumlah 60 responden.

Instrumen pengukuran role conflict dan role ambiguity mengadaptasi dari

instrumen yang dikembangkan oleh Rizzo et al. (1970). Instrumen pengukuran

kinerja mengadaptasi dari Janseen (2001). Teknik analisis menggunakan regresi

berganda.

IV. TEMUAN-TEMUAN

A. Statistik Deskriptif

Off-diagonal menunjukkan bahwa ketiga instrumen pengukuran adalah

reliabel dengan besaran koefisien 0,724 – 0,822. Skor rata-rata mengindikasikan

bahwa responden cenderung mengalamirole ambiguity lebih tinggi daripada role

(7)

merupakan variabel yang paling stabil, sementara kinerja cenderung memiliki

fluktuasi yang lebih tinggi.

Tabel 2 Statistik Deskriptif

Konstruk Mean S.D 1 2 3

1. Role Conflict 2,467 0,723 0,785

2. Role ambiguity 4,033 0,364 .691** 0,822

3. Kinerja 5,681 0,939 -.585** .507(**) 0,724

** korelasi signifikan pada level 0.01 ; Off-diagonal adalah koefisien reliabilitas masing-masing konstruk.

B. Pengujian Hipotesis

Tabel berikut merupakan output untuk uji-F. Kolom terakhir menunjukkan

bahwa nilai F = 17,434 dan signifikan pada level 0,000. Karena tingkat

signifikansi tersebut lebih kecil daripada kriteria yang digunakan (0,000 < 0,05),

maka dapat dikatakan bahwa secara simultan role conflict dan role ambiguity

memiliki pengaruh signifikan pada kinerja.

Tabel 3 Uji-F

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 259.176 2 129.588 17.434 .000

Residual 423.674 57 7.433 Total 682.850 59

(8)

Tabel 4 Uji-t

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B

Std.

Error Beta

(Constant) 70.337 4.576 15.372 .000 role conflict -.528 .257 -.200 -2.057 .044 role ambiguity -1.694 .257 -.641 -6.597 .000

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Tabel di atas merupakan output uji signifikansi pengaruh variabel-variabel

role conflictdanrole ambiguityterhadap kinerja. Berdasarkan tabel tersebut dua

hal dapat dikemukakan:

a. Role conflict berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja pada

level 0.05. Dengan demikian, hipotesis pertama dapat dikonfirmasikan.

b. Role ambiguityberpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja pada

level 0.05. Oleh karena itu, hipotesis kedua juga dapat dikonfirmasikan.

Tabel 5 Koefisien Korelasi

R R Square

0.616 0.380

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Besarnya koefisien determinasi adalah 38%. Hal ini mengindikasikan bahwa

perubahan-perubahan pada variabel kinerja dapat dijelaskan sebesar 38% oleh

perubahan-perubahan variabel role conflict dan role ambiguity. Sedangkan

sisanya sebesar 62% dijelaskan oleh faktor-faktor lain selainrole conflictdanrole

(9)

C. Diskusi dan Keterbatasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa role conflict dan role ambiguity

berpengaruh negatif terhadap kinerja. Semakin tinggi role conflict dan role

ambiguity, maka semakin tinggi pula kinerja karyawan. Hasil penelitian ini

selaras dengan hasil penelitian Ahmad dan Taylor (2009) serta Dubinsky et al.

(1992) dimana role conflict dan role ambiguity berpengaruh secara negatif

terhadap kinerja karyawan.

Salami et al. (2010) menyatakan bahwa stres yang diantaranya mencakup role

conflictdan role ambiguityadalah normal dalam kehidupan manusia. Ketiadaan

stres secara total berarti kematian.

Peneliti tersebut lebih jauh mengungkapan bahwa yang terpenting adalah

bagaimana mengelola stres sehingga bermafaat bagi pencapaian tujuan

organisasi. Lebih spesifik, Keaveney dan Nelson (1993) menyatakan bahwarole

conflict merupakan karakteristik yang tidak dapat dihindarkan (unavoidable

characteristic), sehingga kinerja karyawan tergantung pada bagaimana karyawan

bersangkutan menghadapi dan mengatasi konflik yang muncul. Weatherly dan

Tansik (1993) menjelaskan bahwarole conflictmerupakan ciri khas yang melekat

pada customer-contact worker, karena mereka senantiasa menghadapi

permintaan/tuntutan yang berbeda dari dua pihak atau lebih yang bertentangan.

Sedangkan variable role ambiguity, temuan ini dapat mendukung hipotesis

yang dibangun dan konsisten dengan pernyataan Viator (2001) bahwa role

ambiguityberkorelasi negatif dengan kinerja. Menurut Friedet al. (1998) bahwa

karyawan yang berada pada tekanan di tempat kerja mungkin mampu

menggunakan kemampuan dan pengalaman pribadi secara efisien dalam

mengatasi tekanan-tekanan kerja yang terjadi dalam menuju kesuksesan kerja.

Studi ini berlangsung pada salah satu unit organisasi dari organisasi yang

(10)

pada bidang atau organisasi lain yang memiliki perbedaan karakteristik. Selain

itu, koefisien determinasi sebesar 38% mengindikasikan masih banyaknya

variabel-variabel lain di luar role conflict dan role ambiguity yang berpotensi

mempengaruhi kinerja.

REFERENSI

Agustina, Lidya. 2009. Pengaruh Konflik Peran, Ketidakjelasan Peran, dan Kelebihan Peran Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Auditor. Jurnal Akuntansi, Vol. 1 No. 1, pp. 40-69.

Ahmad, Z., and D. Taylor. 2009. Commitment to Independence by Internal Auditor: The Effects of Role ambiguity and Role Conflict. Managerial Auditing Journal,Vol. 24 No. 9. pp. 899-925.

As’ad, M. 1996. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty.

Cahyono, Dwi. 2008. Persepsi Ketidakpastian Lingkungan, Ambiguitas Peran, dan Konflik Peran sebagai Mediasi antara Program Mentoring dengan Kepuasan Kerja, Prestasi Kerja dan Niat Ingin Pindah. Tesis, tidak dipublikasikan. Semarang : Universitas Diponegoro.

Dubinsky, A. L., R. E. Michaels., M. Kotabe., C. U. Lim., and Hee-Cheol Moon. 1992. Influence of Role Stress on Industrial Salespeople’s Work Outcomes in the United States, Japan, and Korea. Journal of International Business Studies. First Quarter. pp. 77-99.

Fanani, Z., R.A. Hanif, dan B. Subroto. 2008. Pengaruh Struktur Audit, Konflik Peran, dan Ketidakjelasan Peran Terhadap Kinerja Auditor. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 5 No. 2, pp. 139-155.

(11)

Gunawan, Hendra dan Tamdan, Zulfitry. 2012. Pengaruh Konflik Peran, Ketidakjelasan Peran, Kelebihan Peran, Dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Auditor Di Kantor Akuntan Publik Wilayah DKI Jakarta. Tesis, tidak dipublikasikan. Universitas Bina Nusantara.

Keaveney, S.M.and J.E. Nelson. 1993. Coping with Organizational Role Stress: Intrinsic Motivational Orientation, Perceived Role Benefits, and Psychological Withdrawal. Journal of the Academy of Marketing Science, Vol. 21. pp. 1 13-124.

Kreitner, R. and Kinicki. 2005. Perilaku Organisasi Buku Dua. Jakarta : Salemba Empat.

Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi Kesepuluh. Yogyakarta : Andi.

Manzoor, Aasia., Hadia Awan., and Sabita Mariam.2012. Investigating the Impact of Work Stress on Job Performance: A Study on Textile Sector of Faisalabad. Asian Journal of Business and Management Sciences, Vol. 2 No. 1, pp. 20-28.

Salami, A. O., R. M. Ojokuku., and O. A. Ilesanmi, O.A. 2010. Impact of Job Stress on Managers’ Performance. European Journal of Scientific Research, Vol. 45 No. 2, pp. 249-260.

Utomo, Joko. 2011. Antecedent Role Stressor dan Pengaruhnya Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Pemimpin. Jurnal Sosial dan Budaya, Vol. 4 No. 1, pp. 82-114.

Viator, R. E. 2001. The Association of Formal and Informal Public Accounting Mentoring with Role Stress and Related Job Outcomes. Accounting, Organizations and Society, Vol. 26 No. 1, pp. 73-93.

Weatherly, Kristopher A., and David A. Tansik. 1993. Managing Multiple Demands: A Role-Theory Examination of the Behaviours of Customer Contact Service Workers. Greenwich: JAI Press Inc., Vol.2, pp. 279-300.

Winardi, J. 2004. Manajemen Konflik. Bandung: Mandar Maju.

Gambar

Tabel 1Data Sistem Manajemen Kinerja Karyawan
Tabel 3Uji-F
Tabel 4Uji-t

Referensi

Dokumen terkait

Untuk transesterifikasi minyak jarak pagar dengan kadar asam lemak bebas tinggi sangat cocok digunakan katalis asam, maka digunakan katalis asam heterogen seperti

Kurikulum yang sudah sangat tidak asing dalam dunia pendidikan merupakan inti yang ada dalam pendidikan atau dapat diistilahkan sebagai jantung pendidikan, karena didalamnya terdapat

Intrusi Air Laut Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di Kecamatan Pekalongan Utara” ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk laporan tugas akhir, dan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) upaya layanan bimbingan konseling Islam yang dilakukan guru konselor untuk menyadarkan perilaku merokok pada siswa di SMP Negeri 5

Salah satu sistem yang dapat mengatasi masalah tersebut adalah Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS) dimana informasi akan dikalikan secara langsung dengan pseudo-noise

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Sampel dengan sepuluh kali cycle memang memiliki nilai kekerasan lebih rendah dibandingkan dengan lima kali cycle tetapi Gambar 4.6 (d) dan Tabel 4.1 menujukkan bahwa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan gelatin memberikan pengaruh yang signifikan terhadap WHC, kekerasan, serta organoleptikjuiceness dan tekstur;