III - 1 3.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Sebagai Arahan Spasial RPI2- JM
Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola
ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan
sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan
fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang
dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung
dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pembangunan bidang Cipta
Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tertuang
dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan
berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan
penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan
buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya
buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan
fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat
pemanfaatan ruang.
3.1.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan
Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk:
a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,
b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,
c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruanl di wilayah
nasional,
RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2015
BAB III
ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG
III - 2
d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan
perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor,
e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,
f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan Penataan ruang
wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam
RPI2-JM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Kriteria:
i. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan
internasional,
ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat
kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani
beberapa provinsi, dan/atau
iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa
provinsi.
b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Kriteria:
i. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,
ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat
kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau
beberapa kabupaten, dan/atau
iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa
kabupaten.
c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
Kriteria:
i. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas
batas dengan negara tetangga,
III - 3 internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga,
iii. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang
menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau
iv. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi
yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.
d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan
kepentingan:
i. Pertahanan dan keamanan,
a) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan
pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional,
b) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah
pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya,
gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau
kawasan industri sistem pertahanan, atau
c) merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau
kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga
dan/atau laut lepas.
ii. Pertumbuhan ekonomi,
a) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,
b) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan
pertumbuhan ekonomi nasional,
c) memiliki potensi ekspor,
d) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan
ekonomi,
e) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi
tinggi,
f) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan
nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan
nasional,
g) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber
energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional,
III - 4
h) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan
tertinggal.
iii. Sosial dan budaya
a) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat
atau budaya nasional,
b) merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya
serta jati diri bangsa,
c) merupakan aset nasional atau internasional yang harus
dilindungi dan dilestarikan,
d) merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,
e) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya,
atau
f) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala
nasional.
iv. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
a) Diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu
b) pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya
alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga
atom dan nuklir
c) memiliki sumber daya alam strategis nasional
d) berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan
antariksa
e) berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir,
atau
f) berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.
v. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
a) Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati,
b) merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang
c) ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna
yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus
dilindungi dan/atau dilestarikan,
d) memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang
III - 5
e) memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro
f) menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan
hidup
g) rawan bencana alam nasional
h) sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan
mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.
3.1.2 Rencana Tata Ruang Wilayah Kawasan Strategis Nasional (RTRW
KSN)
Beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW KSN dalam
penyusunan RPI2-JM Cipta Karya Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:
a. Cakupan delineasi wilayah yang ditetapkan dalam KSN.
b. Arahan kepentingan penetapan KSN, yang dapat berupa:
i. Ekonomi
ii. Lingkungan Hidup
iii. Sosial Budaya
iv. Pendayagunaan Sumberdaya alam dan Teknologi Tinggi
v. Pertahanan dan Keamanan
c. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang
mencakup:
i. Arahan pengembangan pola ruang:
a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya
b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya
seperti pengembangan RTH.
ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan
seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah,
persampahan, dan drainase
iii. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan
struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.
Adapun RTRW KSN yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah sebagai
berikut:
a. Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan
III - 6
b. Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan;
c. Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Kawasan Perkotaan Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar;
d. Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo;
e. Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan
Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda;
f. Perpres No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun.
3.1.3 Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau (RTRW Pulau)
Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan
operasionalisasi dari RTRWN. Adapun arahan yang harus diperhatikan dari
RTR Pulau untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah:
a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang antara lain
mencakup arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya,
serta arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya
seperti pengembangan RTH.
b. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang memberikan arahan
batasan wilayah mana yang dapat dikembangkan dan yang harus
dikendalikan.
c. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang
khususnya untuk bidang Cipta Karya seperti pengembangan
prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase,
RTH, rusunawa, agropolitan, dll.
Hingga saat ini RTRW Pulau yang telah ditetapkan adalah:
III - 7
d. Perpres No. 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau
Jawa-Bali
Sesuai dengan arahan yang terkandung dalam Peraturan Presiden Nomor 28
Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali, Kabupaten
Purworejo tidak termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN). PKN
merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan
skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. Di dalam PP No 28
Tahun 2012 Kabupaten Purworejo merupakan Kabupaten yang memiliki
dampak terhadap pembangunan wilayah disekitarnya, yaitu Yogyakarta,
Kebumen, Magelang dan Cilacap. Di dalam Perda No 6 Tahun 2010 Tentang
RTRWP Jawa Tengah, Kabupaten Purworejo termasuk dalam sistem
perkotaan PKL ( Pusat Kegiatan Lokal ). Sesuai dengan Pedoman Penyusunan
RPI2-JM Bidang Cipta Karya, penyusunan RPI2-JM di Kota harus
mempertimbangkan beberapa hal terkait dengan RTR Pulau sebagai
landasan dalam pengembangan wilayahnya.
Berikut adalah arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang,
strategi operasionalisasi pola ruang dan struktur ruang, serta arahan
pengendalian pemanfaatan ruang RTR Pulau Jawa-Bali terhadap Kabupaten
Purworejo:
a. Arahan Pengembangan Pola Ruang dan Struktur Ruang
Pengembangan jaringan jalan bebas hambatan antarkota di Pulau
Jawa yang menghubungkan Cilacap – Yogyakarta
Pemantapan jaringan jalur kereta api lintas utara-selatan
(pengumpan) Pulau Jawa pada lintas Purworejo - Kutoarjo
b. Strategi Operasionalisasi Struktur Ruang dan Pola Ruang
Pengendalian pemanfaatan ruang pada sempadan pantai
Pengendalian pemanfaatan ruang pada sempadan sungai meliputi
Sungai Bogowonto, Sungai Cokroyasan, Sungai Wawar di WS
Serayu – Bogowonto
Penetapan zona-zona rawan bencana alam Kawasan rawan longsor
III - 8
Pengembangan pengelolaan guna melestarikan kawasan keunikan
batuan dan fosil, kawasan keunikan bentang alam kawasan karst
Kabupaten Purworejo
Penetapan zona-zona rawan bencana alam geologi Kawasan rawan
gempa bumi, Kawasan rawan gerakan tanah dan Kawasan rawan
tsunami
Pemertahanan luas lahan pertanian berkelanjutan
Pengembangan kawasan peruntukan pertanian
Pengembangan sentra pertanian tangkap, sentra perikanan
budidaya
Pengembangan kawasan peruntukan pertambangan minertal
logam
Pengendalian perkembangan kawasan peruntukan pertambangan
pada kawasan permukiman
Pengembangan kegiatan industri di dalam kawasan peruntukan
industri dan mendorong relokasi kegiatan industri menuju
kawasan industri, meningkatkan kualitas prasarana dan sarana
penunjang kegiatan industri, peningkatan penataan lokasi kegiatan
industri di dalam kawasan industri, dan peningkatan kegiatan
industri yang benilai tambah tinggi dengan penggunaan teknologi
tinggi dan ramah lingkungan
Rehabilitasi dan pengembangan kawasan bahari dan ekowisata
c. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
1. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk jaringan jalan nasional
pemanfaatan ruang untuk pengembangan dan pemantapan
jaringan jalan nasional guna meningkatkan keterkaitan
antarkawasan perkotaan nasional dan mendorong daya saing
perekonomian di Pulau Jawa - Bali;
pemanfaatan ruang untuk pengembangan dan pemantapan
jaringan jalan nasional untuk meningkatkan aksesibilitas
III - 9 tampung lingkungan hidup, serta karakteristik, jenis, dan potensi
ancaman bencana;
pemanfaatan ruang untuk pengembangan dan pemantapan
jaringan jalan nasional yang terpadu dengan jaringan jalur kereta
api nasional dan pelabuhan penyeberangan;
pemanfaatan ruang untuk pengembangan dan pemantapan
jaringan jalan nasional yang menghubungkan kawasan perkotaan
nasional dengan pelabuhan dan/atau bandar udara;
pemanfaatan ruang untuk pengembangan dan pemantapan
jaringan jalan bebas hambatan serta pengendalian pembangunan
pintu masuk/pintu keluar jalan bebas hambatan dengan
memperhatikan fungsi kawasan pertanian pangan berkelanjutan,
kawasan lindung, dan kawasan rawan bencana;
pengendalian perkembangan permukiman di sepanjang jaringan
jalan nasional yang mengindikasikan terjadinya gejala perkotaan
yang menjalar (urban sprawl);
pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jalan nasional dengan
tingkat intensitas menengah dan tinggi yang kecenderungan
pengembangan ruangnya dibatasi;
penerapan ketentuan mengenai pelarangan alih fungsi kawasan
pertanian pangan dan lahan yang berfungsi lindung di sepanjang
sisi jalan nasional; dan
penetapan garis sempadan bangunan di sisi jalan nasional yang
memenuhi ketentuan ruang pengawasan jalan.
2. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk jaringan jalur kereta api
nasional
pemanfaatan ruang untuk pengembangan atau pemantapan
jaringan jalur kereta api antarkota yang melayani kawasan
perkotaan nasional;
pemanfaatan ruang untuk pengembangan jaringan jalur kereta
III - 10 antarkawasan perkotaan nasional dan meningkatkan daya saing
perekonomian Pulau Jawa;
pemanfaatan ruang untuk pengembangan dan pemantapan
jaringan jalur kereta api perkotaan untuk mendukung pergerakan
orang dan barang secara massal, cepat, aman, dan efisien;
pemanfaatan ruang untuk pengembangan jaringan jalur kereta
api yang terpadu dengan jaringan jalan nasional, pelabuhan
penyeberangan, pelabuhan, dan bandar udara untuk
meningkatkan daya saing perekonomian Pulau Jawa-Bali;
pemanfaatan ruang untuk pengembangan jaringan jalur kereta
api interkoneksi yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau
Sumatera;
pemanfaatan ruang untuk pengembangan jaringan jalur kereta
api dengan memperhatikan fungsi kawasan pertanian pangan
berkelanjutan, kawasan lindung, dan kawasan rawan bencana;
pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jaringan jalur kereta api
dilakukan dengan tingkat intensitas menengah dan tinggi yang
kecenderungan pengembangan ruangnya dibatasi;
pembatasan pemanfaatan ruang yang peka terhadap dampak
lingkungan akibat lalu lintas kereta api di sepanjang jalur kereta
api;
pembatasan jumlah perlintasan sebidang antara jaringan jalur
kereta api dan jalan;
penetapan garis sempadan bangunan di sisi jaringan jalur kereta
api dengan memperhatikan dampak lingkungan serta kebutuhan
pengembangan dan pemantapan jaringan jalur kereta api; dan
penerapan ketentuan mengenai pelarangan pemanfaatan ruang
manfaat dan ruang pengawasan jalur kereta api yang dapat
mengganggu kepentingan operasi dan keselamatan transportasi
perkeretaapian.
III - 11
pengendalian pemanfaatan ruang pada sempadan pantai yang
berpotensi mengganggu dan/atau merusak fungsi sempadan
pantai dengan menggunakan teknologi lingkungan;
pemanfaatan ruang untuk pengembangan struktur alami berupa
jenis dan kerapatan tanaman dan/atau struktur buatan di
sempadan pantai untuk mencegah abrasi atau daya rusak air;
pemanfaatan ruang untuk penyediaan RTH;
pemanfaatan ruang untuk pendirian bangunan yang menunjang
kegiatan rekreasi pantai dan pemantauan bencana;
penerapan ketentuan mengenai pelarangan pendirian bangunan
selain yang dimaksud pada huruf d; dan
penerapan ketentuan mengenai pelarangan semua jenis kegiatan
yang dapat menurunkan luas, nilai ekologis, dan estetika
kawasan.
4. Indikasi arahan peraturan zonasi sempadan sungai
pengendalian pemanfaatan ruang pada sempadan sungai yang
berpotensi mengganggu dan/atau merusak fungsi sempadan
sungai dengan menggunakan teknologi lingkungan;
pemanfaatan ruang untuk pengembangan struktur alami berupa
jenis dan kerapatan tanaman dan/atau struktur buatan di
sempadan sungai untuk mencegah daya rusak air;
pemanfaatan ruang untuk penyediaan RTH;
pemanfaatan ruang untuk pendirian bangunan yang menunjang
fungsi taman rekreasi dan pemantauan bencana;
penerapan ketentuan mengenai pelarangan pendirian bangunan
kecuali bangunan yang dimaksudkan untuk pengelolaan badan
air, pemanfaatan air, dan/atau prasarana penanggulangan daya
rusak air;
penerapan ketentuan mengenai pelarangan semua jenis kegiatan
yang dapat menurunkan luas, nilai
ekologis, dan estetika kawasan yang dapat mengganggu fungsi
III - 12
penetapan lebar sempadan sesuai karakteristik sungai dan
fungsional kawasan yang dilintasi sesuai
5. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan rawan tanah
longsor
pemanfaatan ruang untuk penetapan zona-zona rawan bencana
tanah longsor dan gelombang pasang;
pemanfaatan ruang untuk penyelenggaraan upaya mitigasi dan
adaptasi bencana melalui penetapan lokasi dan jalur evakuasi
bencana serta pembangunan sarana pemantauan bencana;
pengendalian perkembangan kegiatan budi daya terbangun di
kawasan rawan bencana tanah longsor dan gelombang pasang;
penerapan ketentuan mengenai standar bangunan gedung yang
sesuai dengan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana;
pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik,
jenis, dan ancaman bencana;
pemanfaatan ruang untuk pembatasan pendirian bangunan
kecuali untuk kepentingan umum;
penerapan ketentuan mengenai pelarangan mengenai kegiatan
dan pendirian bangunan yang memicu terjadinya bencana tanah
longsor dan gelombang pasang; dan
penerapan ketentuan mengenai pelarangan mengenai kegiatan
dan pendirian bangunan yang mengganggu fungsi lokasi dan jalur
evakuasi serta bangunan untuk kepentingan pemantauan
ancaman bencana, struktur alami dan struktur buatan yang
dapat mengurangi dampak bencana tanah longsor dan gelombang
pasang.
6. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan rawan banjir
pemanfaatan ruang untuk penetapan zona-zona rawan bencana
banjir;
pemanfaatan ruang untuk penyelenggaraan upaya mitigasi dan
III - 13
lokasi dan jalur evakuasi bencana serta pembangunan sarana
pemantauan bencana;
pengendalian perkembangan kegiatan budi daya terbangun di
kawasan rawan bencana banjir;
penerapan ketentuan mengenai standar bangunan gedung yang
sesuai dengan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana;
pemanfaatan ruang pada dataran banjir untuk RTH dan
pembangunan fasilitas umum dengan kepadatan rendah;
penerapan ketentuan mengenai penetapan dataran banjir;
penerapan ketentuan mengenai pelarangan pemanfaatan ruang
bagi kegiatan permukiman dan fasilitas umum penting lainnya
terutama rumah sakit umum, gedung perkantoran, kawasan
industri, dan pusat kegiatan ekonomi;
penerapan ketentuan mengenai pelarangan mengenai kegiatan
dan pendirian bangunan yang memicu terjadinya bencana banjir;
dan penerapan ketentuan mengenai pelarangan mengenai
kegiatan dan pendirian bangunan yang mengganggu fungsi lokasi
dan jalur evakuasi serta bangunan untuk kepentingan
pemantauan ancaman bencana, struktur alami dan struktur
buatan yang dapat mengurangi dampak bencana banjir.
7. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan keunikan bentang
alam
pemanfaatan ruang untuk pengembangan pengelolaan guna
melestarikan kawasan keunikan bentang alam;
pengendalian perkembangan kawasan budi daya terbangun di
sekitar kawasan keunikan bentang alam; dan
pemanfaatan ruang untuk perlindungan bentang alam yang
memiliki ciri langka dan/atau bersifat indahuntuk pengembangan
ilmu pengetahuan, budaya, dan/atau pariwisata.
8. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana
III - 14
pemanfaatan ruang untuk penetapan zona-zona rawan bencana
alam geologi;
pemanfaatan ruang untuk penyelenggaraan upaya mitigasi dan
adaptasi bencana melalui penetapan lokasi dan jalur evakuasi
bencana serta pembangunan sarana pemantauan bencana;
pengendalian perkembangan kawasan budi daya terbangun yang
berpotensi terjadinya bencana;
penerapan ketentuan mengenai standar bangunan gedung yang
sesuai dengan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana;
pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik,
jenis, dan ancaman bencana;
pemanfaatan ruang untuk pembatasan pendirian bangunan
kecuali untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana dan
kepentingan umum;
penerapan ketentuan mengenai pelarangan mengenai kegiatan
dan pendirian bangunan yang memicu terjadinya bencana alam
geologi; dan
penerapan ketentuan mengenai pelarangan mengenai kegiatan
dan pendirian bangunan yang mengganggu fungsi lokasi dan jalur
evakuasi serta bangunan untuk kepentingan pemantauan
ancaman bencana, struktur alami dan struktur buatan yang
dapat mengurangi dampak bencana alam geologi.
9. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan
pertanian
pemanfaatan ruang untuk pemertahanan luas lahan pertanian
pangan berkelanjutan;
pemanfaatan ruang untuk pengembangan kegiatan pertanian
tanaman pangan untuk ketahanan pangan nasional;
pemanfaatan ruang untuk pengembangan kegiatan perkebunan
berbasis bisnis yang didukung prasarana dan sarana dengan
menggunakan teknologi lingkungan, serta memperhatikan daya
III - 15
pemanfaatan ruang untuk pengembangan kegiatan hortikultura
guna meningkatkan daya saing pertanian hortikultura;
pengendalian perkembangan kegiatan budi daya pada kawasan
pertanian pangan berkelanjutan terutama di sisi kiri dan sisi
kanan jalan;
pemanfaatan ruang untuk permukiman petani terbatas dengan
kepadatan rendah; dan
penerapan ketentuan mengenai pelarangan alih fungsi lahan
menjadi lahan budi daya non pertaniankecuali untuk
pembangunan sistem jaringan prasarana utama.
10. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan
perikanan
pemanfaatan ruang untuk pengembangan kegiatan perikanan
tangkap sesuai potensi lestari;
pemanfaatan ruang untuk pengembangan kegiatan perikanan
budi daya dengan memperhatikan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup;
pemanfaatan ruang untuk pengembangan kawasan minapolitan
berbasis masyarakat;
penerapan ketentuan mengenai pengendalian kegiatan perikanan
tangkap dan perikanan budi daya yang berpotensi mengganggu
kawasan berfungsi lindung;
pemanfaatan ruang untuk permukiman petani dan/atau nelayan
dengan kepadatan rendah; dan
pemanfaatan ruang untuk kawasan pemijahan dan/atau kawasan
sabuk hijau.
11. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan
pertambangan
pemanfaatan ruang untuk pengembangan kawasan peruntukan
pertambangan mineral, minyak dan gas bumi, serta panas bumi
III - 16
pengendalian perkembangan kawasan peruntukan pertambangan
mineral, minyak dan gas bumi, serta panas bumi yang berpotensi
merusak fungsi kawasan lindung dan mengubah bentang alam;
pengendalian perkembangan kawasan peruntukan pertambangan
pada kawasan peruntukan permukiman;
penerapan ketentuan mengenai pendirian bangunan agar tidak
mengganggu fungsi alur pelayaran yang ditetapkan peraturan
perundang-undangan;
penerapan ketentuan mengenai pengaturan kawasan
pertambangan dengan memperhatikan keseimbangan antara
biaya dan manfaat serta keseimbangan antara risiko dan manfaat;
dan
penerapan ketentuan mengenai pelarangan bangunan lain di
sekitar instalasi dan peralatan kegiatan
12. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan
industri
pemanfaatan ruang untuk pengembangan kegiatan industri di
dalam kawasan peruntukan industri dan relokasi kegiatan
industri menuju kawasan industri;
pemanfaatan ruang untuk peningkatan kualitas prasarana dan
sarana penunjang kegiatan industri;
pemanfaatan ruang untuk peningkatan penataan lokasi kegiatan
industri di dalam kawasan industri;
pemanfaatan ruang untuk peningkatan kegiatan industri yang
bernilai tambah tinggi dengan penggunaan teknologi tinggi dan
ramah lingkungan; dan
penerapan ketentuan mengenai pembatasan pembangunan
perumahan baru di sekitar kawasan
peruntukan industri dan kegiatan lain yang tidak sesuai dengan
fungsinya di kawasan peruntukan industri.
13. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan
III - 17
pemanfaatan ruang untuk pengembangan kawasan peruntukan
pariwisata cagar budaya dan ilmu
pengetahuan yang didukung prasarana dan sarana pariwisata;
pemanfaatan ruang untuk pengembangan kawasan peruntukan
pariwisata bahari yang didukung prasarana dan sarana
pariwisata;
pemanfaatan ruang untuk pengembangan kawasan peruntukan
ekowisata yang didukung prasarana dan sarana pariwisata;
pemanfaatan ruang untuk pengembangan penyelenggaraan
pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran yang
didukung ketersediaan prasarana dan sarana pariwisata;
pemanfaatan ruang untuk pengembangan pengelolaan kawasan
peruntukan pariwisata dengan menggunakan teknologi
lingkungan dan berbasis kerja sama antardaerah;
pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
pemanfaatan ruang untuk perlindungan situs peninggalan
kebudayaan masa lampau;
penerapan ketentuan mengenai pendirian bangunan yang dibatasi
hanya untuk menunjang kegiatan pariwisata; dan
penerapan ketentuan mengenai pelarangan pendirian bangunan
3.1.4 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Jawa Tengah
PERDA No 6 Tahun 2010
a) Rencana Struktur Ruang Wilayah
Sebagaimana ditetapkan di dalam Perda No 6 Tahun 2010 Tentang Rencana
Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah. Rencana pengembangan struktur ruang
wilayah Provinsi Jawa Tengah terdapat dua rencana pengembangan yaitu
sistem perkotaan dan sistem perwilayahan. Di dalam rencana pengembangan
sistem perkotaan Kabupaten Purworejo termasuk dalam kota – kota dengan
Funsi PKL (Pusat Kegiatan Lokal yang terdiri dari Kota-kota dengan fungsi
III - 18 Bobotsari, Sokaraja, Banjarnegara, Klampok, Gombong, Karanganyar
Kebumen, Prembun, Kutoarjo, Purworejo, Mungkid, Muntilan, Mertoyudan,
Borobudur, Secang, Ampel, Sukoharjo, Kartasura, Wonogiri, Karanganyar,
Sragen, Jaten, Delanggu, Prambanan, Tawangmangu, Blora, Purwodadi,
Gubug, Godong, Rembang, Pati, Juwana, Tayu, Jepara, Pecangaan, Demak,
Mranggen, Ungaran, Ambarawa, Temanggung, Parakan, Kendal, Boja,
Kaliwungu, Weleri, Sukorejo, Batang, Kajen, Wiradesa, Comal, Pemalang,
Slawi-Adiwerna, Ketanggungan-Kersana, Bumiayu, Brebes.
Dalam sistem perwilayahan Provinsi Jawa tengah Kabupaten Purworejo
termasuk dalam dalam satuan wilayah Purwomagung. Purwomanggung
meliputi Kota dan Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Temanggung dan
Purworejo, dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal dan
Provinsi. Untuk skala provinsi, pengembangan fasilitas diarahkan pada
fasilitas perhubungan udara (Bandara), laut (Pelabuhan), dan darat
(Terminal), kawasan industri dan pergudangan, jasa-jasa keuangan
(perbankan) dan simpul pariwisata.
Di bidang prasarana wilayah,arahan pengembangan prasarana wilayah di
Kabupaten Purworejo adalah sebagai berikut
Rencana pengembangan jalan strategis nasional : jalan sisi
pantai selatan dari Cilacap (Slarang – Ayah), Kebumen –
Purworejo – Perbatasan Yogyakarta
Rencana pengembangan jalan tol sepanjang Ciamis – Cilacap -
Yogyakarta
Rencana Pengembangan terminal penumpang jalan Tipe A
(Kabupaten Purworejo )
Rencana Pengembangan kereta api regional : pengembangan Rel
Ganda meliputi jalur Solo – Yogyakarta – Kutoarjo
Rencana pengembangan kereta api komuter
- jalur Sragen – Solo – Klaten – Yogyakarta – Kutoarjo
III - 19
Jaringan transmisi listrik meliputi Jalur selatan terhubung
Tasikmalaya – Cilacap – Kebumen – Purworejo – Klaten – Pedan
– Wonogiri – Kediri
Pengembangan prasarana persampahan : Tempat Pengolahan
Akhir Regional dirancang di Metropolitan Purwomagung
Secara spasial rencana struktur ruang Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat
III - 20
KEGIATAN RPI2 – JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN
III - 21
3.1.4.1. Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah
Arahan pola ruang di wilayah Provinsi Jawa Tengah secara garis besar terbagi
menjadi dua yaitu rencana pemanfaatan kawasan lindung dan kawasan
budidaya.
1.Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung di Kabupaten Purworejo
a. Kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya
Kawasan lindung yang dikelola masyarakat
Kawasan Resan air
b. Kawasan perlindungan setempat
Kawasan sempadan pantai
c. Kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan kawasan cagar
budaya
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
d. Kawasan Rawan Bencana
Kawasan rawan banjir
Kawasan rawan tanah longsor
Kawasan rawasan gempa bumi
Kawasan rawan gelombang pasang
Kawasan rawan tsunami
Kawasan rawan kekeringan
e. Kawasan lindung geologi
Kawasan imbuhan air Cekungan Kebumen - Purworejo
f. Kawasan lindung lainnya
Kawasan perlindungan Plasma nutfah di daratan
2.Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya
a. Kawasan hutan produksi
Kawasan hutan produksi tetap
Kawasan hutan produksi terbatas
b. Kawasan hutan rakyat
III - 22
Kawasan pertanian lahan basah
Kawasan pertanian lahan kering
d. Kawasan peruntukan perkebunan
e. Kawasan peruntukan peternakan
Kawasan peruntukan peternakan besar dan kecil
Kawasan Peternakan unggas
f. Kawasan peruntukan perikanan
Lahan pertanian budidaya air payau, perikanan budidaya air
tawar, dan perikanan budidaya air laut
g. Kawasan peruntukan Pertambangan
Kawasan pertambangan mineral logam, bukan logam, batuan dan
batubara
Kawasan pertambangan minyak dan gas
h. Kawasan perutukan industri
Kawasan Peruntukan industri
Kawasan industri
i. Kawasan peruntukan Pariwisata
Kawasan pengembangan pariwisata D Koridor Cilacap – Kebumen
- Purworejo
j. Kawasan peruntukan permukiman
Secara spasial rencana pola ruang Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat
III - 23
KEGIATAN RPI2 – JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN
III - 24
3.1.4.2. Rencana Kawasan Strategis Provinsi
Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi di
Kabupaten Purworejo terdiri dari
- Kawasan Perkotaan Purworejo-Kutoarjo
- Kawasan Koridor Perbatasan Purworejo-Kulon Progo (Purwokulon)
Secara spasial rencana Kawasan Strategis Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat
III - 26
3.1.5 Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Purworejo
2011-2031
Beberapa hal penting yang termuat dalam RTRWP Jawa Tengah dan harus
diperhatikan dalam Penyusunan Rencana Terpadu Dan Program Investasi
Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten
Purworejoantara lain :
3.1.5.1 Rencana Struktur Ruang Wilayah
1. Rencana Sistem Pusat Kegiatan
Rencana sistem pusat kegiatan terdiri atas:
Rencana Sistem Perkotaan;
Rencana sistem perkotaan terdiri atas:
a) Pengembangan PKL meliputi:
Kawasan Perkotaan Purworejo;
b) Pengembangan PKLp meliputi:Kawasan Perkotaan Kemiri; dan
Kawasan Perkotaan Purwodadi.
c) Pengembangan PPK meliputi : Kawasan Perkotaan Bener; Kawasan
Perkotaan Gebang; Kawasan Perkotaan Banyuurip; Kawasan
Perkotaan Bayan; Kawasan Perkotaan Pituruh; Kawasan Perkotaan
Butuh; Kawasan Perkotaan Loano; Kawasan Perkotaan Bagelen;
Kawasan Perkotaan Bruno; Kawasan Perkotaan Ngombol;Kawasan
Perkotaan Grabag; dan Kawasan Perkotaan Kaligesing.
Rencana Sistem Perdesaan.
Rencana Sistem Perdesaan Pengembangan PPL meliputi: Desa
Nambangan di Kecamatan Grabag; Desa Wonoroto di Kecamatan
Ngombol; Desa Geparang di Kecamatan Purwodadi; Desa Soko di
Kecamatan Bagelen; Desa Pandanrejo di Kecamatan Kaligesing; Desa
Sidomulyo di Kecamatan Purworejo; Desa Tanjunganom di Kecamatan
Banyuurip; Desa Krandegan di Kecamatan Bayan; Desa Suren di
III - 27 Brengkol di Kecamatan Pituruh; Desa Kedung Pomahankulon di
Kecamatan Kemiri ; Desa Tegalsari di Kecamatan Bruno; Desa Seren di
Kecamatan Gebang; Desa Maron di Kecamatan Loano; dan Desa
Kedungpucang di Kecamatan Bener.
2. Pengembangan kota tani kawasan agropolitan terdiri atas:
Pengembangan kawasan kota tani agropolitan Bagelen meliputi:
Pengembangan kota tani utama di Desa Krendetan Kecamatan Bagelen;
Pengembangan kota tani meliputi : Desa Purwodadi di Kecamatan
Purwodadi; Desa Somongari di Kecamatan Kaligesing; dan Desa Ngombol
di Kecamatan Ngombol.
Pengembangan kawasan kota tani agropolitan Kuto Bumi Baru meliputi:
Pengembangan kota tani utama di Desa Wirun Kecamatan Kutoarjo;
Pengembangan kota tani meliputi: Desa Klepu di Kecamatan Butuh;
Desa Winong di Kecamatan Kemiri; Desa Kalikotes di Kecamatan
Pituruh; Desa Cepedak di Kecamatan Bruno; dan Desa Grabag di
Kecamatan Grabag.
3.1.5.2 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
Sistem jaringan transportasi darat
Sistem jaringan transportasi darat berupa jaringan lalu lintas dan angkutan
jalan, terdiri atas:
a) sistem jaringan jalan dan jembatan;
Jaringan jalan nasional pada wilayah Kabupaten terdiri atas:
jaringan jalan nasional bukan jalan tol dengan fungsi jalan arteri
primer meliputi:
- pengembangan jalan ruas Prembun (batas Kabupaten
III - 28
- pengembangan jalan ruas Kutoarjo-batas kota Purworejo
sepanjang kurang lebih 7 (tujuh) kilometer melalui Kecamatan
Kutoarjo-Kecamatan Bayan-Kecamatan Banyuurip;
- peningkatan jalan ruas Tentara Pelajar sepanjang kurang lebih 3
(tiga) kilometer melalui Kecamatan Banyuurip-Kecamatan
Purworejo;
- peningkatan jalan ruas Jalan Sudirman sepanjang kurang lebih 1
(satu) kilometer melalui Kecamatan Purworejo;
- peningkatan jalan ruas batas kota Purworejo-Karangnongko (batas
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) sepanjang kurang lebih 17
(tujuh belas) kilometer melalui Kecamatan Banyuurip-Kecamatan
Purwodadi – Kecamatan Bagelen; dan
- peningkatan Jalan Brigjen Katamso sepanjang kurang lebih 3 (tiga)
kilometer melalui Kecamatan Purworejo;
Jaringan jalan nasional jalan tol berupa pembangunan jalan bebas
hambatan ruas Cilacap – Yogyakarta melalui Kecamatan Grabag –
Kecamatan Ngombol – Kecamatan Purwodadi;
jaringan jalan strategis nasional berupa pengembangan ruas jalan di
sisi pantai Selatan sepanjang kurang lebih 21 (dua puluh satu)
kilometer yang melalui Kecamatan Grabag – Kecamatan Ngombol –
Kecamatan Purwodadi; dan
jaringan jalan strategis nasional rencana meliputi:
- pengembangan ruas Jalan Lingkar Barat Purworejo, sepanjang
kurang lebih 5 (lima) kilometer yang melalui Kecamatan Banyuurip
– Kecamatan Bayan;
- pengembangan ruas Jalan Lingkar Utara Purworejo sepanjang
kurang lebih 4 (empat) kilometer yang melalui Kecamatan Gebang
III - 29
- peningkatan Jalan Kyai Brengkel sepanjang kurang lebih 1 (satu)
kilometer yang melalui Kecamatan Purworejo;
- peningkatan Jalan Veteran sepanjang kurang lebih 1 (satu)
kilometer yang melalui Kecamatan Purworejo;
- peningkatan Jalan Urip Sumoharjo sepanjang kurang lebih 2 (dua)
kilometer yang melalui Kecamatan Purworejo; dan
- pengembangan ruas Jalan Lingkar Selatan Purworejo sepanjang
kurang lebih 4 (empat) kilometer yang melalui Kecamatan
Banyuurip.
Jaringan jalan provinsi pada wilayah Kabupaten berupa jaringan
jalan kolektor 2 primer meliputi:
- pengembangan jalan ruas Kutoarjo – perbatasan Wonosobo,
sepanjang kurang lebih 33 (tiga puluh tiga) kilometer yang melalui
Kecamatan Kutoarjo – Kecamatan Kemiri – Kecamatan Bruno;
- pengembangan jalan ruas Maron – Kemiri sepanjang kurang lebih
10 (sepuluh) kilometer yang melalui Kecamatan Loano –
Kecamatan Kemiri;
- pengembangan jalan ruas Kemiri – perbatasan Wonosobo
sepanjang kurang lebih 9 (sembilan) kilometer yang melalui
Kecamatan Kemiri;
- pengembangan jalan ruas perbatasan Magelang – Bener sepanjang
kurang lebih 8 (delapan) kilometer yang melalui Kecamatan Bener;
- pengembangan jalan ruas Bener – Purworejo sepanjang kurang
lebih 12 (dua belas) kilometer yang melalui Kecamatan Bener –
Kecamatan Loano – Kecamatan Purworejo;
- peningkatan Jalan Urip Sumoharjo sepanjang kurang lebih 2 (dua)
kilometer yang melalui Kecamatan Purworejo;
- peningkatan Jalan Kyai Brengkel sepanjang kurang lebih 1 (satu)
III - 30
- pengembangan jalan ruas Purworejo – batas Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta sepanjang kurang lebih 18 (delapan belas)
kilometer yang melalui Kecamatan Purworejo – Kecamatan
Kaligesing;
- peningkatan Jalan Pahlawan sepanjang kurang lebih 1 (satu)
kilometer yang melalui Kecamatan Purworejo;
- peningkatan Jalan WR Supratman sepanjang kurang lebih 1 (satu)
kilometer yang melalui Kecamatan Purworejo; dan
- pengembangan jalan ruas Grabag – Kutoarjo sepanjang kurang
lebih 12 (dua belas) kilometer yang melalui Kecamatan Grabag –
Kecamatan Kutoarjo.
Jaringan jalan Kabupaten meliputi:
- pengembangan jalan baru Lingkar Timur Purworejo sepanjang
kurang lebih 9 (sembilan) kilometer melalui Kecamatan Purworejo;
dan
- peningkatan serta pemeliharaan jalan Kabupaten yang tersebar di
seluruh kecamatan.
Jalan khusus berupajalan dinas BUMN pengelola kawasan hutan
meliputi:
- pengembangan jalan ruas Kompleks Gunung Krikil ke Desa
Kaliurip di Kecamatan Kemiri sepanjang kurang lebih 1 (satu)
kilometer;
- pengembangan jalan ruas Desa Prumben ke Desa Mlaran melalui
Desa Kragilan di Kecamatan Gebang sepanjang kurang lebih 2
(dua) kilometer;
- pengembangan jalan ruas Desa Mlaran ke Desa Winong Lor di
Kecamatan Gebang sepanjang kurang lebih 3 (tiga) kilometer; dan
- pengembangan jalan ruas Desa Prumben di Kecamatan Gebang
III - 31 b) sistem jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan
pengembangan terminal penumpang tipe A di Kecamatan Banyuurip;
pengembangan terminal penumpang tipe C meliputi:Kecamatan
Purworejo; Kecamatan Kutoarjo; Kecamatan Purwodadi; Kecamatan
Grabag; dan Kecamatan Kemiri.
pengembangan terminal angkutan barang meliputi: Kecamatan
Bagelen; Kecamatan Kutoarjo; Kecamatan Butuh; dan Kecamatan
Purwodadi.
jembatan timbang meliputi:
- pengembangan Jembatan timbang pada ruas jalan Prembun
(batas Kabupaten Kebumen) –Kutoarjo di Kecamatan Butuh; dan
- pembangunan Jembatan timbang pada ruas jalan lintas Selatan di
Kecamatan Purwodadi.
c) sistem jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan.
Sistem jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan terdiri atas:
Angkutan Kota Antar Provinsi (AKAP); Angkutan Kota Dalam Provinsi
(AKDP); Angkutan Perdesaan; dan Angkutan Perbatasan.
d) sistem jaringan transportasi perkeretaapian
Prasarana kereta api meliputi:
- pengembangan jalur Selatan yang menghubungkan
Bandung, Jakarta, Malang, dan
Kutoarjo-Surabaya;
- pengembangan jalur rel ganda yang menghubungkan
Kutoarjo-Yogyakarta-Solo dan Kutoarjo - Kroya; dan
pengembangan sistem kereta api komuter meliputi:
- Jalur Palur – Solo–Klaten- Yogyakarta – Jenar – Kutoarjo; dan
- Jalur Purwokerto-Kroya–Kutoarjo.
III - 32
- pengembangan stasiun Kutoarjo di Kecamatan Kutoarjo;
- pengembangan stasiun Jenar di Kecamatan Purwodadi;
- pengembangan stasiun Purworejo di Kecamatan Purworejo;
- revitalisasi stasiun Butuh di Kecamatan Butuh;
- revitalisasi stasiun Montelan di Kecamatan Banyuurip;
- revitalisasi stasiun Wojo di Kecamatan Bagelen; dan
- pengembangan palang pintu pada perlintasan sebidang meliputi:
Kecamatan Butuh; Kecamatan Kutoarjo; Kecamatan Bayan;
Kecamatan Banyuurip; Kecamatan Purwodadi; dan Kecamatan
Bagelen.
III - 33
KEGIATAN
III - 34
3.1.5.3 Rencana Pola Ruang Wilayah
1. Kawasan Lindung
kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya;
a)kawasan lindung yang dikelola oleh masyarakat; dan
Kawasan lindung yang dikelola oleh masyarakat seluas kurang lebih
8.964 (delapan ribu sembilan ratus enam puluh empat) hektar
meliputi : Kecamatan Bruno; Kecamatan Pituruh; Kecamatan Gebang;
Kecamatan Bener; Kecamatan Loano; Kecamatan Kemiri; dan
Kecamatan Kaligesing.
b)kawasan resapan air.
Kawasan resapan air kurang lebih 10.989 (sepuluh ribu sembilan
ratus delapan puluh sembilan) hektar meliputi: Kecamatan Pituruh;
Kecamatan Bruno; Kecamatan Gebang; Kecamatan Bener; Kecamatan
Loano; Kecamatan Kaligesing; dan Kecamatan Bagelen.
kawasan perlindungan setempat;
a) Sempadan pantai;
Kawasan sempadan pantai terletak di sepanjang pesisir pantai Selatan
Kabupaten berupa daratan sepanjang tepian laut dengan jarak 100
(seratus) meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat
meliputi: Kecamatan Grabag; Kecamatan Ngombol; dan Kecamatan
Purwodadi.
b) Sempadan sungai dan saluran irigasi;
Sempadan Sungai Bogowonto beserta anak sungainya meliputi:
Kecamatan Bener; Kecamatan Gebang; Kecamatan Loano;
Kecamatan Purworejo; Kecamatan Kaligesing; Kecamatan
Banyuurip; Kecamatan Bagelen; dan Kecamatan Purwodadi.
Sempadan Sungai Cokroyasan beserta anak sungainya meliputi:
Kecamatan Bruno; Kecamatan Kemiri; Kecamatan Gebang;
Kecamatan Bayan; Kecamatan Kutoarjo; Kecamatan Grabag; dan
III - 35
Sempadan Sungai Wawar beserta anak sungainya meliputi:
Kecamatan Bruno; Kecamatan Kemiri; Kecamatan Kutoarjo;
Kecamatan Pituruh; Kecamatan Butuh; dan Kecamatan Grabag.
Kawasan sekitar waduk dan embung;
- kawasan sekitar waduk seluas kurang lebih 58 (lima puluh
delapan) hektar meliputi: Kecamatan Bener; dan Kecamatan
Gebang.
- kawasan sekitar embung seluas kurang lebih 290 (dua ratus
sembilan puluh) hektar meliputi: Kecamatan Pituruh; Kecamatan
Bruno; Kecamatan Bagelen; Kecamatan Kaligesing; Kecamatan
Kemiri; Kecamatan Gebang; Kecamatan Loano; Kecamatan
Purworejo; Kecamatan Grabag; Kecamatan Purwodadi;
Kecamatan Ngombol; dan Kecamatan Bener.
kawasan sekitar mata air;
Kawasan sekitar mata air seluas kurang lebih 2.361 (dua ribu tiga
ratus enam puluh satu) hektar tersebar di seluruh kecamatan.
c) RTH perkotaan.
RTH perkotaan seluas kurang lebih 3.996 (tiga ribu sembilan ratus
sembilan puluh enam) atau kurang lebih 34,13% (tiga puluh empat
koma tiga belas persen) dari luas kawasan perkotaan terdiri atas:
RTH perkotaan seluas kurang lebih 3.984 (tiga ribu sembilan ratus
delapan puluh empat) hektar tersebar di kawasan perkotaan di
seluruh kecamatan; dan
Hutan kota seluas kurang lebih 12 (dua belas) hektar meliputi:
kawasan perkotaan Purworejo; dan kawasan perkotaan
Kutoarjo.
Untuk pengembangan kawasan perumahan harus memenuhi
pemenuhan RTH minimal 30%.
III - 36 a) Kawasan pelestarian alam dan cagar budaya meliputi: kawasan pantai
berhutan bakau; dan kawasan cagar budaya.
b) Kawasan pantai berhutan bakau seluas kurang lebih 80 (delapan
puluh) hektar meliputi: Kecamatan Purwodadi; Kecamatan Ngombol;
dan Kecamatan Grabag.
kawasan rawan bencana alam;
a) Kawasan rawan bencana tanah longsor meliputi: Kecamatan Loano;
Kecamatan Bruno; Kecamatan Bener; Kecamatan Kaligesing;
Kecamatan Gebang; Kecamatan Bagelen; Kecamatan Purworejo;
Kecamatan Kutoarjo; Kecamatan Pituruh; dan Kecamatan Kemiri.
b) Kawasan rawan bencana banjir meliputi: Kecamatan Grabag;
Kecamatan Butuh; Kecamatan Bagelen; Kecamatan Ngombol;
Kecamatan Purwodadi; Kecamatan Kutoarjo; dan Kecamatan Pituruh.
c) Kawasan rawan bencana gelombang pasang meliputi: Kecamatan
Purwodadi; Kecamatan Ngombol; dan Kecamatan Grabag.
d) Kawasan rawan bencana kekeringan meliputi: Kecamatan Bruno;
Kecamatan Pituruh; Kecamatan Kemiri; Kecamatan Gebang;
Kecamatan Bener; Kecamatan Loano; Kecamatan Bagelen; Kecamatan
Kaligesing; Kecamatan Grabag; Kecamatan Ngombol; dan Kecamatan
Purwodadi.
kawasan lindung geologi; dan
Kawasan cagar alam geologi berupa kawasan goa karst seluas kurang
lebih 1.050 (seribu lima puluh) hektar meliputi:Goa Seplawan di Desa
Donorejo Kecamatan Kaligesing;Goa Sendangsari di Desa Donorejo
Kecamatan Kaligesing;Goa Anjani di Desa Tlogoguwo Kecamatan
Kaligesing; danGoa Semar di Desa Tlogoguwo Kecamatan Kaligesing.
kawasan lindung lainnya
Kawasan lindung lainnya berupa kawasan pelestarian plasma nutfah
III - 37 2. Kawasan Budidaya
kawasan peruntukan hutan produksi;
- Hutan Produksi Tetap dikelola dengan sistem tebang habis, tebang
pilih, dan tebang tanam seluas 2.182,8 (dua ribu seratus delapan
puluh dua koma delapan) hektar meliputi: Kecamatan Kaligesing;
Kecamatan Loano; Kecamatan Bener; Kecamatan Gebang; Kecamatan
Bruno; Kecamatan Pituruh; dan Kecamatan Kemiri.
- Hutan Produksi Terbatas dikelola dengan sistem tebang pilih dan
tebang tanam seluas 5.421,65 (lima ribu empat ratus dua puluh satu
koma enam puluh lima) hektar meliputi: Kecamatan Kaligesing;
Kecamatan Bener; Kecamatan Gebang; Kecamatan Bruno; Kecamatan
Pituruh; Kecamatan Kemiri; Kecamatan Purwodadi; Kecamatan
Ngombol; dan Kecamatan Grabag.
kawasan hutan rakyat;
Kawasan hutan rakyat seluas kurang lebih 9.742 (sembilan ribu tujuh
ratus empat puluh dua) hektar meliputi: Kecamatan Bruno; Kecamatan
Pituruh; Kecamatan Gebang; Kecamatan Loano; Kecamatan Kaligesing;
Kecamatan Kemiri; Kecamatan Bener; Kecamatan Bagelen; dan
Kecamatan Purworejo.
kawasan peruntukan pertanian;
Kawasan pertanian tanaman pangan lahan basah seluas kurang lebih
29.891 (dua puluh sembilan ribu delapan ratus sembilan puluh satu)
hektar tersebar di seluruh kecamatan meliputi: Kecamatan Grabag;
Kecamatan Ngombol; Kecamatan Purwodadi; Kecamatan Bagelen seluas;
Kecamatan Kaligesing; Kecamatan Purworejo; Kecamatan Banyuurip;
Kecamatan Bayan; Kecamatan Kutoarjo; Kecamatan Butuh; Kecamatan
Pituruh; Kecamatan Kemiri; Kecamatan Bruno; Kecamatan Gebang;
Kecamatan Loano;dan Kecamatan Bener.
III - 38
- Perikanan tangkap di laut meliputi: Kecamatan Grabag; Kecamatan
Ngombol; dan Kecamatan Purwodadi.
- Perikanan budidaya air payau berupa budidaya tambak seluas kurang
lebih 119 (seratus sembilan belas) hektar yang terdapat di kawasan
pesisir meliputi: Kecamatan Grabag; Kecamatan Ngombol; dan
Kecamatan Purwodadi.
- Perikanan budidaya air tawar tersebar di seluruh wilayah kecamatan
terutama meliputi: Kecamatan Bener; Kecamatan Gebang; Kecamatan
Loano; Kecamatan Banyuurip; Kecamatan Kemiri; dan Kecamatan
Bruno.
kawasan peruntukan pertambangan;
Kawasan pertambangan mineral dan batu bara berupa kawasan
pertambangan mineral logam, mineral bukan logam, dan batuan yang
terdiri atas:
a) mineral logam : mangaan di Kecamatan Bagelen; pasir besi di
Kecamatan Grabag. Ngombol dan Purwodadi; emas di Kecamatan
Bagelen; dan barit di Kecamatan Bagelen.
b) mineral bukan logam: phospat di Kecamatan Kaligesing; batu gamping
meliputi: Kecamatan Kaligesing; Kecamatan Purworejo; Kecamatan
Bruno; dan Kecamatan Bener. Lempung meliputi: Kecamatan Bagelen;
Kecamatan Pituruh; Kecamatan Kemiri; Kecamatan Gebang;
Kecamatan Loano; dan Kecamatan Bener. Oker meliputi: Kecamatan
Kaligesing; dan Kecamatan Bener. Trass meliputi: Kecamatan Pituruh;
Kecamatan Kemiri; Kecamatan Bruno; Kecamatan Gebang;
Kecamatan Kaligesing; dan Kecamatan Bener. Zeolit meliputi:
Kecamatan Pituruh; Kecamatan Kemiri; dan Kecamatan Bruno.
Bentonit meliputi: Kecamatan Pituruh; Kecamatan Kemiri; dan
Kecamatan Bruno.
III - 39 a) Kawasan peruntukan industri besar meliputi : Kecamatan Banyuurip;
Kecamatan Bayan; dan kecamatan Grabag.
b) Kawasan peruntukan industri meliputi: Kecamatan Purworejo;
Kecamatan Banyuurip; Kecamatan Bayan; Kecamatan Kutoarjo;
Kecamatan Pituruh; Kecamatan Loano; dan Kecamatan Bener.
c) Kawasan peruntukan industri kecil dan mikro tersebar di seluruh
kecamatan.
kawasan peruntukan pariwisata;
a) Kawasan pariwisata budaya berupa situs, makam, bangunan, dan
kawasan cagar budaya meliputi: Kecamatan Banyuurip; Kecamatan
Purworejo; Kecamatan Kutoarjo; Kecamatan Bagelen; Kecamatan
Bener; Kecamatan Butuh; Kecamatan Loano; dan Kecamatan
Purwodadi.
b) Kawasan pariwisata alam berupa goa, air terjun, pantai, dan
pemandangan alam lainnya meliputi: Kecamatan Kaligesing;
Kecamatan Pituruh; Kecamatan Kemiri; Kecamatan Bruno;
Kecamatan Purworejo; Kecamatan Purwodadi; Kecamatan Ngombol;
dan Kecamatan Grabag.
Kawasan Peruntukan Permukiman;
Kawasan permukiman perkotaan meliputi: kawasan permukiman
perkotaan ibukota Kabupaten; dan kawasan permukiman perkotaan
ibukota kecamatan.
Secara spasial Rencana Pola Ruang Kabupaten Purworejo dapat dilihat dalam
III - 40
KEGIATAN
III - 41
3.1.5.4 Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten
Penetapan kawasan strategis Kabupaten terdiri atas:
a.KSP pada wilayah Kabupaten;
KSP pada wilayah Kabupaten berupa KSP dari sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi meliputi:
1. Kawasan Perkotaan Purworejo – Kutoarjo;
Kawasan perkotaan Purworejo – Kutoarjo dikembangkan menjadi
kawasan Aglomerasi Purworejo - Kutoarjo berbasis jasa, perdagangan,
dan industri meliputi:
a) kawasan perkotaan Purworejo;
b) kawasan koridor jalan ruas Purworejo-Kutoarjo; dan
c) kawasan perkotaan Kutoarjo.
2. Kawasan koridor perbatasan Purworejo-Kulonprogo (Purwokulon).
b.KSK pada wilayah kabupaten
1.KSK dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi meliputi:
a) Kawasan Perkotaan Purwodadi;
Kawasan perkotaan Purwodadi dikembangkan menjadi pusat layanan
sektor jasa, perdagangan, transportasi, dan keuangan.
b) Kawasan Perkotaan Kemiri;
Kawasan perkotaan Kemiri dikembangkan menjadi pusat layanan
sektor jasa, perdagangan, dan keuangan.
c) Kawasan Bahari Terpadu (KBT);
Kawasan Bahari Terpadu (KBT) dikembangkan pada kawasan pesisir
selatan Kabupaten seluas kurang lebih 10.650 (sepuluh ribu enam
ratus lima puluh) hektar, termasuk wilayah laut sejauh 4 (empat) mil
dari garis pantai yang pengelolaannya menjadi kewenangan daerah
meliputi: Kecamatan Grabag; Kecamatan Ngombol; Kecamatan
Purwodadi.
d) Kawasan Agropolitan;
1) pengembangan kawasan agropolitan Bagelen meliputi:
III - 42
Kecamatan Purwodadi;
Kecamatan Kaligesing; dan
Kecamatan Ngombol.
2) pengembangan kawasan agropolitan Kuto Bumi Baru meliputi:
Kecamatan Kutoarjo;
Kecamatan Butuh;
Kecamatan Kemiri;
Kecamatan Pituruh;
Kecamatan Bruno; dan
Kecamatan Grabag
e) Kawasan Perbatasan.
Kawasan perbatasan meliputi:
1) Desa Dadirejo di Kecamatan Bagelen;
2) Desa Jogoboyo di Kecamatan Purwodadi;
3) Desa Sedayu di Kecamatan Loano;
4) Desa Ngasinan di Kecamatan Bener;
5) Desa Cacaban di Kecamatan Bener;
6) Desa Tegalsari di Kecamatan Bruno;
7) Desa Brengkol di Kecamatan Pituruh;
8) Desa Wironatan di Kecamatan Butuh; dan
9) Desa Nambangan di Kecamatan Grabag.
2.KSK dari sudut kepentingan sosial dan budaya meliputi:
a) Kawasan situs prasasti Kayu Arahiwang di Desa Boroweta Kecamatan
Banyuurip;
b) Kawasan alun-alun Purworejo dan sekitarnya;
c) Kawasan alun-alun Kutoarjo dan sekitarnya; dan
d) Kawasan Petilasan WR. Supratman di Desa Somongari Kecamatan
Kaligesing.
3.KSK dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
III - 43
a) kawasan DAS meliputi: bagian hulu DAS Bogowonto;bagian hulu DAS
Cokroyasan;dan bagian hulu DAS Wawar.
b) kawasan pegunungan Menoreh meliputi: Kecamatan Bagelen;
Kecamatan Kaligesing; Kecamatan Loano;dan Kecamatan Bener
c) kawasan pegunungan Serayu Selatan meliputi: Kecamatan Gebang;
Kecamatan Bruno; Kecamatan Pituruh; dan Kecamatan Kemiri
d) kawasan pantai berhutan bakau meliputi: Kecamatan Grabag;
Kecamatan Ngombol; dan Kecamatan Purwodadi
e) kawasan TPA Sampah Gunung Tumpeng di Desa Jetis Kecamatan
Loano
3.1.6 Kebijakan Rencana Jangka Panjang Daerah Kabupaten
Purworejo
1. Sasaran Pokok Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Purworejo
Sasaran pokok pembangunan jangka panjang Kabupaten Purworejo
adalah sebagai berikut:
a. Terwujudnya peningkatan produktivitas dan kualitas hasil
pertanian dalam arti luas, pendayagunaan potensi pertanian
(agrobisnis) secara optimal, dan peningkatan nilai tambah
hasil pertanian melalui pengembangan industri, perdagangan,
dan jasa.
b. Terwujudnya iklim yang kondusif untuk menarik investor dan
mewujudkan industri, jasa, dan infrastruktur melalui upaya
transformasi teknologi dan kelembagaan guna mendorong
kemajuan daerah.
c. Terwujudnya peningkatan pendapatan daerah yang optimal
guna mendukung pembangunan.
d. Terwujudnya aparatur dan pemerintahan yang profesional,
amanah, bersih, bebas dari KKN dan demokratis dengan
III - 44
ketertiban umum, didukung oleh adanya partisipasi
masyarakat dan swasta yang tinggi.
e. Terwujudnya masyarakat yang memiliki tingkat penghormatan
tinggi pada agamanya, berkepribadian, berahklak mulia,
produktif, berpendidikan, dan memiliki kompetensi dengan
pertumbuhan penduduk yang terkendali.
f. Tewujudnya kehidupan bermasyarakat, bernegara, berbangsa
yang berkualitas dengan menjaga kelestarian budaya, SDA dan
lingkungan hidup guna mendukung pengembangan pariwisata
dan pembangunan berkelanjutan.
g. Terwujudnya masyarakat yang sehat, sejahtera lahir dan
batin, berpenghidupan layak, dengan penghayatan yang tinggi
terhadap agama dan ideologi Pancasila, perlindungan HAM,
kesetaraan dan keadilan gender serta perlindungan anak
2. Visi dan Misi Jangka Panjang Kabupaten Purworejo
a. Visi Jangka Panjang Kabupaten Purworejo
Visi jangka panjang Kabupaten Purworejo adalah sebagai berikut:
“Purworejo Daerah Agribisnis yang Maju, Berdaya Saing, Mandiri, Lestari dan Sejahtera”
Rumusan visi tersebut diatas terdiri dari enam frase pembentuk kalimat
yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Daerah Agribisnis
Kabupaten Purworejo memiliki potensi yang cukup besar di sektor pertanian
dalam arti luas, dan disadari sepenuhnya bahwa potensi yang besar ini
belum tergarap secara optimal. Bermodalkan potensi pertanian yang sangat
besar inilah Kabupaten Purworejo bercita-cita menjadi daerah agribisnis
yang maju yaitu daerah dengan basis pertanian berteknologi maju, memiliki
produktivitas komuditas pertanian yang tinggi dan berkembang kearah
industri dan perdagangan berbasis pertanian. Nilai tambah yang tinggi dari
aktivitas agrobisnis ini diharapkan menjadi penghela terwujudnya
III - 45 2) Maju
Maju, dicirikan adanya dukungan sarana prasarana yang memadai untuk
mendukung pengembangan agribisnis, dengan tingkat pelayanan publik
yang memuaskan, didukung oleh sistem pemerintahan yang transparan dan
partisipatif, akuntabel dan demokratis, ditopang oleh kondisi masyarakat
dengan tingkat kesejahteraan yang tinggi, didukung teknologi komunikasi
dan informasi yang memadai.
3) Berdaya Saing
Berdaya Saing, memiliki keunggulan, dibandingkan dengan daerah-daerah
lain di Jawa Tengah dan di Indonesia pada umumnya. Keunggulan ini
ditunjukkan oleh berbagai hal meliputi kualitas sarana prasarana, kualitas
pendidikan masyarakat yang tinggi atau lebih tinggi dibandingkan daerah
sekitarnya, memiliki daya tarik dan keunggulan kompetitif dalam menarik
investasi, dan produktivitas dunia usaha dan produktivitas SDM yang tinggi
atau lebih tinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Produk-produk
yang dihasilkan oleh Purworejo memiliki keunggulan dari segi kualitas
maupun harga yang dapat bersaing di pasar nasional maupun
internasional. 4) Mandiri.
Mandiri, Dalam kurun waktu 20 tahun ke depan diharapkan Kabupaten
Purworejo memiliki derajat ketergantungan yang rendah. Hal ini
diperlihatkan oleh semakin besarnya proporsi PAD dalam struktur APBD
Purworejo, ketahanan pangan, dan menurunnya kesenjangan wilayah. Dari
sektor swasta ditunjukkan oleh pemakaian bahan baku lokal yang lebih
tinggi dibandingkan dengan bahan baku impor dalam proses produksi.
5) Lestari.
Lestari, yang dimaksudkan adalah kondisi lingkungan hidup yang
berkelanjutan tidak terjadi kerusakan, baik pada lingkungan alam maupun
lingkungan binaan. Terjadinya konservasi sumberdaya alam sehingga
dapat menjamin berlangsungnya kehidupan yang lebih baik, dengan tetap
mendukung berkembangnya usaha dan investasi. Selain itu daerah
III - 46 misalnya tentang perubahan iklim (climate change). Dalam hal ini daerah
memiliki upaya untuk ikut serta dalam berkontribusi dalam mengurangi
resiko terjadinya perubahan ilkim dan juga memiliki aksi untuk melakukan
mitigasi atau mengurangi resiko terjadinya bencana.
6) Sejahtera.
Sejahtera, yang dimaksudkan adalah daerah yang dihuni oleh masyarakat
yang bahagia baik lahir maupun batin. Kebahagiaan lahir ditunjukkan oleh
tingginya derajat kesehatan, tingginya tingkat pendidikan masyarakat,
tinggnya tingkat pendapatan per kapita, kecukupan sandang, pangan dan
papan (perumahan). Sedangkan kebahagiaan batin yang dimaksudkan
adalah tingginya penghayatan terhadap agama dan kerpecayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, ketenteraman dalam kehidupan berumah tangga
dan bermasyarakat.
b. Misi Jangka Panjang Kabupaten Purworejo
Untuk mencapai visi sebagaimana tersebut diatas telah dirumuskan
sejumlah misi sebagai berikut :
1) Meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian dalam arti
luas, melalui pendayagunaan, pengembangan, dan mengoptimalkan
potensi pertanian, serta meningkatkan nilai tambah hasil pertanian
melalui pengembangan industri, perdagangan, dan jasa. yaitu
meningkatkan produksi hasil-hasil pertanian melalui berbagai upaya
budidaya dan intensifikasi sehingga dicapai tingkat produktivitas lahan
yang optimal. Disisi lain kualitas hasil-hasil pertanian selalu
ditingkatkan untuk memperoleh nilai tambah dan tingkat keuntungan
yang semakin tinggi, dengan tetap memperhatikan peruntukan tata
ruang dan mempertimbangan dampak penurunan produksi yang
mungkin terjadi. Potensi pertanian dalam arti luas yang cukup tinggi di
Kabupaten Purworejo ini perlu diupayakan pemanfaatanya secara
optimal tidak terbatas pada sisi on farm (produksi) saja namun juga dari
sisi pasca panen, yaitu industri pengolahan, perdagangan dan jasa-jasa
III - 47 pertanian diupayakan untuk dilakukan pengolahan ataupun sentuhan
tertentu sehingga memiliki nilai atau harga yang lebih tinggi dari
sebelumnya. Dengan adanya peningkatan nilai tambah pertanian ini
diharapkan tingkat kesejahteraan masyarakat semakin meningkat.
Terkait dengan misi ini yang ingin diwujudkan adalah ketahanan pangan
masyarkat. Ketahanan pangan memiliki arti jumlah yang memadai,
keamanan dan keselamatan bagi masyarakat yang mengkonsumsi dan
adanya jaminan ketersediaan dan keterjangkauan. Untuk memenuhi
unsur tersebut dikembangkan pemanfaatan sumberdaya (pangan) lokal
sehingga tidak tergantung pada daerah lain.
2) Mewujudkan iklim yang kondusif serta ketersediaan infrastruktur
untuk menarik investasi dalam mewujudkan industri, jasa, dan
perdagangan guna mendorong kemajuan daerah. Hal ini perlu
dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan perekonomian daerah,
penyerapan tenaga kerja dan pengurangan penggangguran. Kemudahan
dalam perijinan investasi, insentif derah penciptaan kondisi keamanan
perlu terus diwujudkan. Upaya-upaya ini perlu pula didukung oleh
upaya promosi yang sistematis dan terkonsep dengan baik untuk
menarik investasi. Upaya ini dilakukan melalui desiminasi
temuan-temuan teknologi terutama teknologi tepat guna dan mengembangkan
sikap masyarakat untuk tidak resisten terhadap penggunaan tehnologi.
Upaya ini perlu pula didorong oleh kegiatan penilitian dan
pengembangan tehnologi untuk lebih memberikan ruang bagi
berkembangya kearifan-kearifan lokal dalam tehnologi.
3) Meningkatkan pendapatan daerah untuk mendukung pembangunan.
Salah satu tolok untuk melihat kemandirian daerah adalah melalui
peningkatan persentase pendapatan daerah dalam mendukung
anggaran belanja daerah, oleh karena itu peningkatan pendapatan
daerah ini perlu terus menerus diupayakan peningkatannya baik
melalui pajak daerah, retribusi maupun pengembangan badan usaha