• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Ir. Fauzi Luthan NIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Ir. Fauzi Luthan NIP"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

KATA PENGANTAR

Setiap instansi pemerintah memiliki tugas pokok, fungsi dan tujuan tertentu. Untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundangan maka pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 pada tanggal 28 Agustus 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Melalui penerapan SPIP, unit kerja dan satuan kerja diharapkan dapat mengidentifikasi terjadinya deviasi atau penyimpangan atas pelaksanaan kegiatan dibandingkan dengan perencanaan sebagai umpan balik untuk melakukan tindakan koreksi atau perbaikan bagi pimpinan dalam mencapai tujuan organisasi.

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sebagai salah satu unit instansi pemerintah telah menerapkan SPI sejak bulan Juni 2009 ditandai dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Direktur Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian No. 04017/Kpts/OT.160/F/06/2009 tentang Pembentukan Tim Satuan Pelaksana Sistem Pengendalian Intern (SPI) Direktorat Jenderal Peternakan, Kementerian Pertanian sebagaimana diubah dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian No. 435/Kpts/OT.160/F/04/2011.

Tim Satuan Pelaksana (Satlak) PI Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan bertugas memastikan bahwa proses pelaksanaan SPI berjalan dengan baik. Secara lebih rinci fungsi utama Tim Satlak PI antara lain: menilai, menguji, mengevaluasi, mereview, memantau, merekomendasikan, melaporkan dan membina pelaksanaan SPI di lingkup Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian.

Mengingat cukup banyak dan beragamnya tugas Tim Satlak PI, maka diperlukan suatu petunjuk untuk melaksanakannya. Untuk itu, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan menyusun Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Sistem Pengendalian Intern (SPI). Di dalam Petunjuk Pelaksanaan ini disajikan latar belakang, dasar hukum, tujuan, pengertian, penilaian serta pelaporan hasil penilaian penerapan SPI lingkup Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Petunjuk Pelaksanaan ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi penilaian penerapan SPI lingkup Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan di Kantor Pusat dan UPT Pusat.

Jakarta, 2011 Sekretaris Direktorat Jenderal/ Ketua Tim Satlak PI

Ir. Fauzi Luthan NIP. 19560505.198503.1.011

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR LAMPIRAN... iii

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR... v

BAB. I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... B. Dasar Pelaksanaan... C. Maksud dan Tujuan... D. Waktu Pelaksanaan Penilaian... 1 1 3 3 E. Pengertian... 3

BAB. II SOSIALISASI PENILAIAN PENERAPAN SPI... 5

BAB. III PENILAIAN... 6

A.

Lingkup Penilaian ...

B.

Pelaksana dan Obyek Penilaian...

C.

Teknis Penilaian... 6 6 6

1.

Lingkungan Pengendalian ...

2.

Penilaian Resiko...

3.

Kegiatan Pengendalian...

4.

Informasi dan Komunikasi...

5.

Pemantauan... 7 10 13 14 16 BAB. IV MONITORING DAN EVALUASI... 18

A.

Lingkup Monev... ...

B.

Pelaksana dan Obyek Monev...

C.

Teknis Monev... 18 18 18 BAB. V PELAPORAN... 19 BAB. VI PENUTUP... 20

(4)

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Contoh Instrumen Penilaian Lingkungan Pengendalian... 21

Lampiran 2 Contoh Instrumen Penilaian Risiko... 24

Lampiran 3 Contoh Instrumen Kegiatan Pengendalian... 26

Lampiran 4 Contoh Instrumen Penilaian Informasi dan Komunikasi... 29

Lampiran 5 Contoh Instrumen Penilaian Pemantauan Pengendalian Intern... 31

Lampiran 6 Matrik Penilaian SPI... 33

Lampiran 7 Outline Laporan Penilaian Penerapan SPI... 34

(5)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Daftar Risiko... 11 Tabel 2 Daftar Penanganan Risiko... 12

(6)

v

DAFTAR GAMBAR

(7)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Setiap Instansi Pemerintah dituntut untuk mampu mengelola keuangan negara yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel. Oleh karena itu, pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, kehandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan sebagai salah satu unit kerja Eselon I Kementerian Pertanian berkomitmen untuk melaksanakan Sistem Pengendalian Intern (SPI). Hal ini diwujudkan dengan pembentukan Tim Satuan Pelaksana (Satlak) PI Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan yang mempunyai tugas membina pelaksanaan SPI di lingkungan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, melalui sosialisasi, bimbingan, pemantauan, evaluasi, penilaian terhadap pelaksanaan SPI dan melaporkan kepada penanggung jawab SPI yaitu Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Sebagai pedoman untuk melaksanakan tugas, Tim Satlak PI menyusun Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Sistem Pengendalian Intern Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. Penyempurnaan Petunjuk Pelaksanaan ini akan dilakukan secara berkala untuk merespon perkembangan yang terkait dengan prinsip-prinsip pengawasan intern.

B.

Dasar Pelaksanaan

a. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041) juncto Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3892); b. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara

Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);

c. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara Nomor 387) juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001(Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 134 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4150);

(8)

2 d. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

e. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

f. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400);

g. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421)

h. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4890);

i. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil;

j. Peraturan Presiden Nomor 53 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4214);

k. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

l. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 73 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4212) juncto Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 93 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4418);

m. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 120 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4330); n. Keputusan Presiden Nomor 157/M Tahun 2010 tentang Pengangkatan

Pejabat Eselon I di Lingkungan Kementerian Pertanian;

o. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;

p. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi;

q. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40/Permentan/OT. 140/8/2008 tentang Modul Pakta Integritas Departemen Pertanian;

r. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 23/Permentan/OT. 140/5/2009 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendalian Intern di Lingkungan Departemen Pertanian;

s. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/ 10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian;

(9)

3 t. Keputusan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Nomor 435/Kpts/OT.160/F/04/2011 tentang Pembentukan Tim Satuan Pelaksana Sistem Pengendalian Intern (SPI) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian.

C.

Maksud danTujuan

Memberikan acuan bagi Tim Satlak PI dalam melaksanakan penilaian penerapan SPI di Kantor Pusat, Dinas/Lembaga yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan di Propinsi, dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan.

D.

Waktu Pelaksanaan Penilaian

Penilaian terhadap penerapan SPI dilaksanakan setiap semester.

E.

Pengertian

a. Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

b. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP, adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

c. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.

d. Tim Satuan Pelaksana Pengendalian Intern yang selanjutnya disebut Satlak PI adalah tim yang dibentuk oleh Pimpinan Unit Kerja Pusat, Propinsi, kabupaten/Kota dan UPT lingkup Ditjen Peternakan dan kesehatan Hewan. e. Unit Kerja Lingkup Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan meliputi Kantor

Pusat dan Unit Pelaksana Teknis (UPT).

f. Lingkungan pengendalian adalah kondisi dalam instansi pemerintah yang mempengaruhi efektifitas pengendalian intern.

g. Penilaian risiko adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran Instansi Pemerintah.

(10)

4 h. Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif.

i. Informasi adalah data yang telah diolah yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.

j. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi dengan menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik.

k. Pemantauan pengendalian intern adalah proses penilaian atas mutu kinerja Sistem Pengendalian Intern dan proses yang memberikan keyakinan bahwa temuan audit dan evaluasi lainnya segera ditindaklanjuti.

l. Pembinaan adalah tindakan yang dilakukan oleh atasan langsung terhadap penyelenggaraan program dan kegiatan satuan kerja, dalam bentuk bimbingan, pelatihan, arahan dan supervisi serta pemberian pedoman terhadap seluruh bagian pada satuan kerja secara berkelanjutan.

m. Independen adalah pelaksanaan tugas yang bebas dari pengaruh pihak manapun.

n. Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan hasil/prestasi suatu program/kegiatan dengan norma, standar, dan prosedur yang telah ditetapkan dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu program/kegiatan dalam mencapai tujuan.

o. Penilaian adalah kegiatan menentukan nilai suatu objek, seperti baik-buruk, efektif-tidak efektif, berhasil-tidak berhasil, dan semacamnya sesuai dengan kriteria atau tolak ukur yang telah ditetapkan sebelumnya.

(11)

5 BAB II

SOSIALISASI PENILAIAN PENERAPAN SPI

Pelaksanaan sosialisasi penilaian penerapan SPI dilakukan dalam rangka penajaman pemahaman Tim Satlak PI tentang tata cara penilaian penerapan SPI yang dilaksanakan secara berjenjang. Sosialisasi di tingkat pusat dilakukan oleh Tim Satlak PI Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan di tingkat Propinsi dan UPT dilakukan oleh Tim Satlak PI Dinas Propinsi yang membidangi fungsi pembangunan peternakan dan kesehatan hewan dan UPT Pusat lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Materi yang diberikan dalam sosialisasi merupakan penjabaran atau dapat mengacu pada Buku Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Penerapan SPI yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal peternakan dan Kesehatan Hewan serta dapat dimodifikasi sesuai karakteristik unit kerja/satuan kerja dengan tetap mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).

(12)

6 BAB III

PENILAIAN

A. Lingkup Penilaian

Ruang lingkup penilaian penerapan SPI difokuskan pada Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau 2014. Kegiatan stategis yang dipilih sebagai uji petik SPI adalah :

a. Kegiatan Insentif dan Penyelamatan Betina Produktif; b. Optimalisasi Akseptor IB dan INKA; dan

c. Pengamanan dan penggunaan aset.

Pemilihan ketiga kegiatan ini atas pertimbangan karena dinilai memiliki tingkat resiko yang sangat besar atas keberhasilan program utama Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan dan laporan keuangan menuju Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Kriteria penilaian SPI berdasarkan pada 5 (lima) Unsur SPI yang meliputi (a) Lingkungan Pengendalian dengan bobot 20%; (b) Penilaian Resiko dengan bobot 15%; (c) Kegiatan Pengendalian dengan bobot 40%; (d) Informasi dan Komunikasi dengan bobot 10%; dan (e) Pemantauan dengan bobot 15%.

B. Pelaksana dan Obyek Penilaian

Pelaksana penilaian penerapan SPI adalah Tim Satlak PI pada masing-masing unit kerja yang disebut sebagai enumerator sedangkan obyek penilaian adalah penanggungjawab pelaksana program/kegiatan di masing-masing unit kerja yang disebut sebagai responden.

C. Teknis Penilaian

Dalam melakukan penilaian 5 (lima) unsur tersebut digunakan instrumen berupa checklist sebagaimana pada Lampiran 1 s.d. Lampiran 5. Daftar uji yang dinilai minimal mencakup komponen sebagaimana diuraikan pada Lampiran 1 s.d. 5. Apabila masih ada cakupan daftar uji yang dipandang signifikan mendukung penerapan SPI dapat ditambahkan pada masing-masing aspek. Pada Lampiran 8 disajikan Contoh Daftar Uji Penilaian Penerapan SPI.

Sebagai pengesahan dalam penilaian pada instrumen masing-masing unsur harus ada verifikasi dan pengesahan dari enumerator yang merupakan anggota Tim Satlak PI di masing-masing unit kerja dan responden yang merupakan penanggungjawab pelaksana program/kegiatan di masing-masing unit kerja serta diketahui oleh pimpinan unit kerja.

Dalam setiap unsur SPI terdiri dari beberapa sub unsur yang masing-masing diberi bobot dengan nilai tertentu sesuai dengan karakteristik unit kerja. Setiap sub unsur terdiri dari beberapa pertanyaan dengan jawaban “ya atau tidak”. Untuk setiap jawaban “ya” diberi nilai 1 (satu), sedangkan untuk jawaban “tidak” diberi nilai 0 (nol).

(13)

7 Selain itu pada setiap jawaban ya harus disertai dengan bukti berupa dokumen pendukungnya.

Nilai masing-masing unsur dihitung dari jumlah jawaban “ya” dibandingkan dengan banyaknya pertanyaan dikalikan 100% yang hasilnya dikalikan dengan bobot masing-masing unsur, dengan rumus sebagai berikut:

Jumlah jawaban “ya” Jumlah pertanyaan

Total nilai merupakan jumlah nilai dari 5 (lima) unsur SPI seperti dalam matriks pada Lampiran 6.

1. Lingkungan Pengendalian (bobot 20%)

Lingkungan pengendalian adalah kondisi dalam instansi pemerintah yang mempengaruhi efektifitas pengendalian intern, dimana di dalamnya telah terbangun sistem pengendalian intern yang efektif yang melekat sepanjang kegiatan, dipengaruhi oleh sumber daya manusia, serta hanya memberikan keyakinan yang memadai, bukan keyakinan mutlak. Guna mendukung terbentuknya sistem pengendalian intern pemerintah yang baik, lingkungan pengendalian memerlukan :

a. Organisasi

Pengorganisasian mencakup proses pembentukan organisasi yang efektif dan efisien, penyusunan struktur, rincian tanggung jawab, penetapan kompetensi pejabat, dan rentang kendali antara pimpinan/penanggungjawab operasional suatu program/kegiatan. Melalui pengorganisasian, bentuk organisasi pemerintah dapat didesain sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan perkembangan. Kemampuan menyesuaikan diri dan tanggap terhadap adanya suatu perubahan, merupakan salah satu ciri dari good governance. Pengorganisasian yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut : a) Mengacu pada upaya menciptakan organisasi yang efektif dan efisien; b) Struktur organisasi harus mengacu pada visi, misi dan tujuan organisasi; c) Wewenang tanggung jawab untuk masing-masing jabatan harus seimbang

dengan tugas dan fungsinya;

d) Penetapan pejabat harus sesuai dengan kriteria yang ditetapkan (kompetensi) untuk masing-masing jabatan;

e) Pendelegasian wewenang harus diikuti dengan tanggung jawab yang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Pembentukan struktur organisasi sekurang-kurangnya dilakukan dengan : a) Menyesuaikan dengan ukuran dan sifat kegiatan unit kerja;

b) Memberikan kejelasan wewenang dan tanggung jawab dalam unit kerja; c) Memberikan kejelasan hubungan dan jenjang pelaporan intern dalam unit

(14)

8 kerja;

d) Melaksanakan evaluasi dan penyesuaian periodik terhadap struktur organisasi sehubungan dengan perubahan lingkungan strategis; dan e) Menetapkan jumlah pegawai yang sesuai, terutama untuk posisi pimpinan. b. Sumberdaya manusia (personil)

Sumberdaya manusia (personil) merupakan subsistem dalam suatu organisasi yang diciptakan sebagai upaya agar para pegawai dapat dimanfaatkan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan organisasi, termasuk didalamnya usaha untuk meningkatkan kemampuan, semangat dan gairah kerja serta disiplin dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya. Dengan pengelolaan personil secara kontinyu dan konsisten, diharapkan produktivitas pegawai akan meningkat, sehingga tujuan organisasi yang dijabarkan dalam tugas pokok dan fungsi dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Untuk dapat menciptakan sistem pembinaan karier pegawai, perlu dirancang pola karier pegawai yang sesuai dengan misi organisasi, budaya organisasi dan kondisi perangkat pendukung sistem kepegawaian yang berlaku, sesuai dengan peraturan perundangan pegawai negeri sipil yang berlaku. Sistem pembinaan karier pegawai diharapkan mampu mengakomodasikan kepentingan organisasi dan individu, yang mencakup aktivitas yang sangat luas. Aktivitas yang perlu diperhatikan sekurang-kurangnya dimulai dari pola rekruitmen, pembinaan, penghargaan dan sanksi, pengembangan kode etik PNS dan pemberhentian pegawai.

c. Kebijakan

Pimpinan unit kerja dalam melaksanakan programnya wajib memiliki kebijakan (ketentuan hukum) yang dapat dijadikan landasan bagi pelaksana dalam penyelenggaraan kegiatan. Dalam penyusunan kebijakan agar memperhatikan prinsip prinsip rasionalitas, prinsip efektifitas, prinsip efisiensi, dan prinsip produktivitas.

Kebijakan merupakan salah satu sarana pengendalian Intern Pemerintah untuk memandu pelaksanaan program/kegiatan mengarah pada tujuan yang harus dicapai, dengan menjelaskan secara rinci hal-hal yang dilakukan. Kebijakan merupakan pedoman yang didokumentasikan dan berlaku pada setiap aktivitas yang berhubungan dengan pencapaian tujuan program/kegiatan.

Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam menyusun kebijakan adalah :

a) Mengacu pada tujuan yang ditetapkan oleh Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan yaitu Renstra Ditjen Peternakan, Kementerian Pertanian;

(15)

9 b) Masing-masing unit kerja lingkup Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, termasuk Unit Pelaksana Teknis (UPT) dalam menyusun kebijakan mengacu pada program yang ditetapkan;

c) Mempertimbangkan resiko yang mungkin terjadi terhadap pelaksanaan program/kegiatan;

d) Dibuat secara tertulis dan jelas pada setiap program/kegiatan;

e) Dapat secara efektif dikomunikasikan kepada seluruh personil dan Satker Daerah dalam lingkup Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan;

f) Dapat memberikan motivasi pencapaian tujuan, program atau target; g) Ditinjau kembali secara berkala untuk diselaraskan dengan perubahan

lingkungan;

h) Transparan dan dapat menjadi sarana komunikasi timbal balik antara atasan dan bawahan;

i) Dapat meningkatkan disiplin kerja para pegawai; j) Konsisten dengan tujuan organisasi.

d. Prosedur

Prosedur adalah rangkaian (urut-urutan) dari beberapa perintah atau statemen atau aturan yang mewakili aktivitas, yang dilakukan oleh satu atau beberapa orang dengan peralatan dan waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan kebijakan pimpinan. Prosedur harus dibuat sederhana dan mengacu pada tugas pokok dan fungsi, ditetapkan secara tertulis, mudah dipahami, dan disosialisasikan kepada pihak yang berkepentingan guna memberikan pelayanan prima kepada pengguna jasa (stakeholders).

Pimpinan unit kerja perlu membuat prosedur kerja sebagai sarana pengendalian intern. Penyusunan prosedur dan implementasinya perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

a) Dapat menguraikan tahapan secara rinci target, waktu dan keluaran (output) yang diharapkan sesuai dengan masing-masing tahapan;

b) Prosedur harus memiliki tujuan yang dapat diidentifikasi secara jelas; c) Pengorganisasian prosedur harus dapat menunjang tercapainya tujuan; d) Penyusunan prosedur harus didukung dengan kebijakan yang memadai; e) Peraturan perundang-undangan yang terkait harus dipertimbangkan dalam

penyusunan prosedur;

f) Penempatan personil dalam pelaksanaan prosedur harus memadai, baik kuantitas maupun kualitasnya;

g) Prosedur harus dibuat sederhana, efisien, fleksibel kecuali untuk kegiatan yang bersifat mekanis maupun teknis;

(16)

10 terkoordinasi dan terdapat pengecekan internal di dalamnya;

i) Dituangkan secara tertulis dan mudah dimengerti, serta dikomunikasikan kepada semua pihak yang terkait;

j) Hasil pelaksanaan prosedur harus dibuatkan laporannya dan dilakukan reviu secara berkala.

Penilaian lingkungan pengendalian dilakukan terhadap 4 (empat) sub unsur meliputi organisasi, prosedur, sumberdaya manusia, dan kebijakan.Untuk menilai efektifitas lingkungan pengendalian digunakan instrumen sebagaimana contoh pada Lampiran 1.

2. Penilaian Risiko (bobot 15%)

Penilaian risiko adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran Instansi Pemerintah.

Manajemen pengelolaan risiko adalah cara bagaimana menangani semua risiko (baik dari dalam maupun luar organisasi) yang ada di dalam instansi pemerintah, tetapi pada semua risiko yang mengancam pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran instansi pemerintah. Tahapan-tahapan pada proses penilaian risiko terdiri dari identifikasi risiko dan penanganan risiko, sedangkan proses evaluasi merupakan siklus pengelolaan risiko, seperti digambarkan pada gambar 1.

PROSES SUMBER DATA dan OUTPUT

Gambar 1. Siklus Penilaian Risiko PENETAPAN TUJUAN PROGRAM DAN KEGIATAN

PENILAIAN RISIKO

PENANGANAN

RISIKO

EVALUASI

- TOR KEGIATAN

- DAFTAR RISIKO

- RENSTRA

- DAFTAR TUJUAN

- TOR KEGIATAN

- USULAN

(PENANGANAN RISIKO)

(17)

11 Dalam pelaksanaan penilaian risiko, diperlukan data dan informasi mengenai pelaksanaan :

a.

Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko dilaksanakan di awal (perencanaan), dengan melaksanakan identifikasi tahapan-tahapan kegiatan yang tertuang dalam TOR kegiatan beserta unit kerja pelaksana kegiatan.

a) Penetapan Titik Kritis pada Kegiatan

Titik kritis diperoleh dari TOR pelaksanaan kegiatan strategis. Penetapan titik kritis berdasarkan tahapan kegiatan yang telah ditetapkan dalam TOR sehingga ketepatan kegiatan atas sasaran program, ketepatan alokasi anggaran dan kebutuhan serta ketepatan penetapan indikator kinerja dapat tergambar dengan jelas. Sehingga perubahan penetapan titik kritis dapat pula digunakan untuk merevisi TOR yang telah ditetapkan sebelumnya.

b) Menyusun Daftar Risiko

Daftar risiko merupakan rekapitulasi dari seluruh risiko yang mungkin terjadi pada kegiatan yang menjadi tanggung jawab unit kerja. Daftar risiko memuat penyebab dan dampak dari risiko yang telah teridentifikasi. Risiko-risiko yang telah diidentifikasi tersebut, selanjutnya direkapitulasi dalam daftar risiko seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Daftar Risiko

DAFTAR RISIKO (NAMA UNIT KERJA) UNIT KERJA : NAMA PIMPINAN : NIP : KEGIATAN : TUJUAN : AKTIVITAS :

No. Risiko Penyebab Dampak

1 Kemahalan harga Ketidaktepatan survei harga Kerugian negara 2

Keterangan:

Kegiatan diisi dengan titik kritis kegiatan

Disusun Tanggal : Penyusun :

Diperiksa Tanggal : Pemeriksa : Disetujui Tanggal :

(18)

12 DAFTAR PENANGANAN RISIKO

(NAMA UNIT KERJA) UNIT KERJA : NAMA PIMPINAN : NIP : KEGIATAN : TUJUAN : AKTIVITAS :

No. Risiko Penyebab Dampak Upaya Penanganan

1 Kemahalan harga

Ketidaktepatan survei harga

Kerugian negara Survei harga di beberapa sampel dengan indikator yang lebih spesifik.

2

Keterangan:

Kegiatan diisi dengan titik kritis kegiatan

Disusun Tanggal : Penyusun : (Nama, NIP dan tanggal) Diperiksa Tanggal : Pemeriksa : Disetujui Tanggal :

Pimpinan Unit Kerja:

b.

Penanganan Risiko

Berdasarkan daftar risiko yang telah ditetapkan, disusun rencana upaya-upaya yang akan dilakukan untuk menangani risiko yang telah teridentifikasi. Upaya-upaya tersebut diarahkan untuk mengeliminasi penyebab terjadinya risiko. Daftar penanganan risiko unit kerja tersebut dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya seperti terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Daftar Penanganan Risiko

c.

Pemantauan dan Evaluasi Terhadap Penanganan Risiko

Pemantauan dan evaluasi merupakan proses penelusuran dan evaluasi yang sistematis dari hasil kerja proses penanganan risiko yang telah dilakukan dan digunakan sebagai dasar dalam penyusunan strategi penanganan risiko yang lebih baik di kemudian hari. Kegiatan pemantauan dan evaluasi terhadap penanganan risiko dilaksanakan pada awal tahun anggaran berjalan oleh setiap unit kerja/satker. Hal ini bertujuan untuk menilai pencapaian target dan realisasi pelaksanaan kegiatan, serta kendala yang terjadi. Hasil pemantauan dan evaluasi penanganan risiko diharapkan menjadi masukan bagi pimpinan unit kerja/satker.

(19)

13

d.

Mekanisme dan Prosedur

Mekanisme dan prosedur dimulai dari penetapan tim penilai risiko, tim penanganan risiko, tim pemantauan dan evaluasi risiko, mekanisme penilaian risiko, mekanisme penanganan risiko, mekanisme pemantauan dan evaluasi risiko, prosedur penilaian dan penyampaian hasil penilaian risiko, prosedur penanganan dan pelaporan hasil penanganan risiko, prosedur pemantauan dan evaluasi penilaian risiko, serta prosedur pelaporan hasil pemantauan dan evaluasi penilaian risiko.

Penilaian risiko dilakukan terhadap 3 (tiga) sub unsur meliputi identifikasi, penanganan serta pemantauan dan evaluasi terhadap penanganan resiko. Untuk menilai efektifitas penilaian risiko digunakan instrumen sebagaimana contoh pada Lampiran 2.

3. Kegiatan Pengendalian (bobot 40%)

Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif.

Pengendalian dilaksanakan untuk memastikan bahwa kebijakan dan prosedur yang ditetapkan telah diikuti dan dipatuhi oleh seluruh personil serta dilaksanakan untuk mengantisipasi terjadinya penyimpangan terhadap potensi penyimpangan atau titik-titik kritis kegiatan hasil analisa risiko. Karakteristik kegiatan pengendalian adalah sebagai berikut :

a) Kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok/strategis instansi/unit kerja/satker;

b) Kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko;

c) Kegiatan pengendalian yang dipilih harus disesuaikan dengan sifat khusus instansi/unit kerja/satker;

d) Kebijakan dan prosedur harus ditetapkan secara tertulis;

e) Kegiatan pengendalian evaluasi secara teratur untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut masih sesuai dan berfungsi seperti yang diharapkan.

Aktifitas pengendalian dilaksanakan melalui 11 aspek kegiatan utama pengendalian yaitu :

a) Reviu atas kinerja instansi pemerintah/unit kerja/satker yang bersangkutan; b) Pembinaan sumberdaya manusia;

c) Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi; d) Pengendalian fisik atas aset;

e) Pengendalian pada penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja; f) Pengendalian atas pemisahan fungsi;

(20)

14 h) Pengendalian atas pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi

dan kejadian;

i) Pengendalian atas pembatasan akses terhadap sumberdaya dan pencatatannya;

j) Pengendalian atas akuntabilitas sumberdaya dan pencatatannya; dan

k) Pengendalian atas dokumentasi yang baik terhadap sistem pengendalian intern serta transaksi dan kejadian penting.

Kegiatan pengendalian dilakukan pula oleh atasan langsung dalam bentuk pengendalian atasan langsung. Pengawasan oleh pimpinan atau dikenal dengan pengendalian atasan langsung terhadap penyelenggaraan program dan kegiatan dengan tujuan untuk:

a) Mengetahui perkembangan kemajuan pelaksanaan program dan kegiatan; b) Mengetahui sedini mungkin hambatan yang terjadi atau mungkin akan terjadi

dalam pelaksanaan program dan kegiatan serta memberikan jalan pemecahannya;

c) Mencegah atau mengurangi terjadinya penyimpangan-penyimpangan;

d) Mengevaluasi apakah pencapaian hasil sesuai dengan yang telah ditetapkan; e) Memperoleh masukan bagi penyempurnaan program dan kegiatan yang akan

datang;

f) Mengevaluasi tujuan satker yang tercantum dalam DIPA; dan

g) Penilaian terhadap kegiatan pengendalian dilakukan untuk mengukur tingkat efektifitas dan memberi keyakinan bahwa kegiatan pengendalian oleh instansi pemerintah telah dilakukan secara tepat dan memadai baik terhadap implementasi SPIP, pencapaian tujuan organisasi, keandalan laporan keuangan, pengamanan aset negara dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Penilaian kegiatan pengendalian dilakukan terhadap 2 (dua) sub unsur meliputi aktivitas pengendalian dan penguatan kegiatan pengendalian. Untuk menilai efektifitas kegiatan pengendalian digunakan instrumen sebagaimana contoh pada Lampiran 3.

4. Informasi dan Komunikasi (bobot 10%)

Informasi adalah data yang telah diolah yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah. Sedangkan komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi dengan menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik.

Pimpinan unit kerja/satuan kerja (satker) wajib mengidentifikasi, mencatat dan mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat. Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif, pimpinan unit kerja harus

(21)

15 menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi, mengelola, mengembangkan dan memperbarui sistem informasi secara terus-menerus melalui :

a. Pencatatan dan Pelaporan 1) Pencatatan

Pengendalian atas pencatatan akan menjamin keandalan proses pengolahan data menjadi keluaran yang bebas dari kekeliruan dan kesalahan yang fatal/signifikan. Pencatatan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Sistem pencatatan harus dirancang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi organisasi;

b) Prosedur pencatatan keuangan dan manualnya harus disusun dengan baik dan cermat;

c) Sistem pencatatan harus didukung kebijakan pimpinan yang jelas dan memadai;

d) Pencatatan harus menggunakan dokumen sumber, formulir, tabulasi, daftar-daftar statistik dan buku-buku yang dirancang secara memadai; e) Pencatatan harus lengkap dan informatif;

f) Pencatatan harus menaati sistem dan prosedur kerja yang telah ditetapkan;

g) Pencatatan harus diselenggarakan secara akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian;

h) Pencatatan harus dilakukan secara sederhana, konsisten, runut, dan terintegrasi;

i) Dipisahkan dari fungsi penguasaan dan penyimpanan, direview/diricek secara berkala;

j) Adanya pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya; k) Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya;

l) Sebagai dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian intern serta transaksi dan kejadian penting.

2) Pelaporan

Pimpinan unit kerja/satker selaku Kuasa Pengguna Anggaran/Barang berkewajiban menyusun dan menyampaikan laporan kinerja yang merupakan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan dan penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Laporan kinerja terdiri dari laporan keuangan dan substansi teknis kegiatan. Laporan keuangan terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, catatan atas laporan keuangan (CaLK), dan laporan barang milik negara dan Catatan atas Laporan Barang Milik Negara (SIMAK-BMN). Sedangkan Laporan substansi teknis kegiatan terdiri dari perkembangan pencapaian

(22)

16 target/realisasi penyerapan dana, pencapaian target fisik, kendala yang dihadapi, pemecahan permasalahan/kendala, saran tindak lanjut secara berkala serta laporan akhir, LAKIP dan laporan lainnya sesuai kebutuhan. Penyusunan laporan tersebut harus mengikuti prinsip-prinsip laporan pada umumnya, yaitu harus disusun secara jujur, obyektif, akurat dan transparan.

Sehubungan dengan itu perlu pula diperhatikan beberapa ciri laporan yang baik seperti laporan harus relevan, tepat waktu, dapat dimengerti (jelas dan cermat), dan dapat dipercaya/diandalkan, dalam bentuk yang berdaya banding tinggi (reliable), berdaya uji (verifiable), lengkap, netral, padat dan mengikuti standar laporan yang ditetapkan.

Penilaian unsur informasi dan komunikasi dilakukan untuk mengukur tingkat efektifitas pemantauan yang dilakukan dan memberi keyakinan bahwa informasi dan komunikasi yang dilakukan oleh instansi pemerintah/unit kerja/satker telah dilakukan secara tepat dan memadai baik terhadap implementasi SPIP, pencapaian tujuan organisasi, keandalan laporan keuangan, pengamanan aset negara dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Penilaian informasi dan komunikasi dilakukan terhadap 3 (tiga) sub unsur meliputi informasi, komunikasi serta bentuk dan sarana komunikasi. Untuk menilai efektifitas informasi dan komunikasi digunakan instrumen sebagaimana contoh pada Lampiran 4.

5. Pemantauan Pengendalian Intern (bobot 15%)

Pemantauan pengendalian intern adalah proses penilaian atas mutu kinerja Sistem Pengendalian Intern dan proses yang memberikan keyakinan bahwa temuan audit dan evaluasi lainnya segera ditindaklanjuti.

Kegiatan pemantauan Sistem Pengendalian Intern untuk menilai kualitas kinerja dari waktu ke waktu dan memastikan rekomendasi hasil audit dan review telah ditindaklanjuti. Pimpinan instansi berkewajiban menindaklanjuti sesuai rekomendasi hasil pengawasan dapat berupa tindakan administratif dan penyelesaian kerugian Negara.

a. Tindakan Administratif

Tindakan administratif dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan kepegawaian, termasuk penerapan hukum disiplin pegawai sesuai dengan PP 53 tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Rekomendasi yang terkait dengan penerapan hukuman disiplin segera ditindaklanjuti dengan menginstruksikan Tim Etika untuk melakukan pemeriksaan dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan.

b. Penyelesaian Kerugian Negara

Tindak lanjut terhadap penyelesaian kerugian negara dilaksanakan melalui penggantian kerugian negara secara damai, tuntutan ganti rugi (TGR) dan

(23)

17 tuntutan perdata, tuntutan perbendaharaan, tindakan pengaduan tindak pidana dan tindakan penyempurnaan aparatur pemerintah bidang kelembagaan, kepegawaian, dan ketatalaksanaan. Penilaian pemantauan untuk mengukur efektifitas pemantauan dan memberi keyakinan bahwa pemantauan telah dilaksanakan secara tepat dan memadai terhadap implementasi SPIP, pencapaian tujuan organisasi, keandalan laporan keuangan, pengamanan asset negara dan peraturan perundang-undangan. Penilaian pemantauan pengendalian intern dilakukan terhadap 3 (tiga) sub unsur meliputi pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah dan tindak lanjut atas rekomendasi hasil audit. Untuk menilai efektifitas pemantauan pengendalian intern digunakan instrumen sebagaimana contoh pada Lampiran 5.

(24)

18 BAB III

MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring dan evaluasi (Monev) hasil penilaian penerapan SPI bertujuan untuk mengetahui kesesuaian/konsistensi capaian penerapan penilaian SPI pada setiap unit kerja baik tingkat Nasional, Propinsi dan UPT lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sebagaimana yang dilaporkan dalam bentuk Laporan Perkembangan Penerapan SPI setiap triwulan dan tahunan. Monev hasil penilaian penerapan SPI diharapkan dapat berfungsi sebagai tindakan korektif terhadap penerapan lima unsur SPI sehingga pelaksanaan SPI di lingkup Ditjen peternakan dan Kesehatan Hewan dapat terlaksana sesuai Peraturan Perundangan dan Pedoman yang ada.

A. Lingkup Monev

Ruang lingkup monitoring dan evaluasi penilaian penerapan SPI adalah 22 UPT lingkup Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan serta 33 Dinas/kelembagaan yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan di Propinsi seluruh Indonesia.

B. Pelaksana dan Obyek Monev

Pelaksana Monev hasil penilaian penerapan SPI adalah Tim Satlak PI Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan sedangkan obyek monev adalah adalah Tim Satlak PI di 22 UPT lingkup Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan serta 33 Dinas/kelembagaan yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan di Propinsi seluruh Indonesia.

C. Teknis Monev

Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilakukan setiap semester dengan metode kunjungan lapang dan wawancara untuk selanjutnya dilakukan analisis dan kajian. Hasil monev disusun dalam bentuk Laporan Hasil Monev Penilaian Penerapan SPI yang dibuat minimal satu tahun sekali.

(25)

19 BAB V

PELAPORAN

Laporan penilaian penerapan 5 (lima) unsur SPI disusun oleh Tim Satlak PI dan dilaporkan kepada penanggungjawab unit kerja paling lambat pada minggu kedua bulan berikutnya setelah semester berakhir. Laporan berisi penjabaran hasil penilaian disertai rekomendasi penyempurnaan pelaksanaan SPI di unit kerja berkaitan, selanjutnya pimpinan unit kerja menetapkan kebijakan penerapan SPI di unit kerjanya.

(26)

20 BAB VI

PENUTUP

Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Sistem Pengendalian Intern Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan ini disusun untuk dijadikan sebagai petunjuk bagi Tim Satlak PI untuk melakukan penilaian SPI lingkup Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, sehingga penilaiannya dapat dilaksanakan dengan efektif, efisien dan akuntabel.

Petunjuk Pelaksanaan ini bersifat dinamis untuk mengakomodasikan berbagai hal terkait penilaian sistem pengendalian intern Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam menyelenggarakan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan.

Penyusun menyadari bahwa petunjuk pelaksanaan ini masih terdapat beberapa kelemahan, sehingga masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan demi penyempurnaannya petunjuk pelaksanaan ini.

(27)

21 Lampiran 1. Contoh Instrumen Penilaian Unsur Lingkungan Pengendalian.

Sub Unsur Uraian*) Ya Tidak Catatan

Organisasi 1. Pimpinan telah menetapkan organisasi pengelola anggaran di unit kerja yang bersangkutan

2. Pimpinan telah menetapkan organisasi panitia/pejabat pengadaan barang di unit kerja yang bersangkutan

3. Pimpinan telah menetapkan organisasi panitia pemeriksa pengadaan barang di unit kerja yang bersangkutan

4. Organisasi telah dilengkapi dengan bagan dan uraian tugas

5. Struktur organisasi dan uraian tugasnya telah disosialisasikan kepada seluruh pegawai

Kebijakan 6. Pimpinan telah menetapkan kebijakan operasional terhadap 3 (tiga) kegiatan strategis berupa petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis 7. Kebijakan telah disosialisasikan kepada pelaksana kegiatan 8. Kebijakan telah dipergunakan sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan SDM 9. Pimpinan telah menegakkan kedisiplinan kehadiran kepada jajarannya 10. Apabila terjadi

(28)

22 pelanggaran, pimpinan telah menegakkan sanksi/tindakan korektif kedisiplinan kepada jajarannya 11. Pimpinan menerapkan latar belakang pendidikan SDM sebagai salah satu dasar penetapan pegawai dalam organisasi

12. Pimpinan merancang diklat bagi peningkatan kapabilitas pegawai

13. Pimpinan menciptakan alokasi rumpun jabatan fungsional

Prosedur 14. Pejabat struktural (sampai dengan tingkat eselon IV) telah menetapkan SOP secara tertulis

15. SOP perjalanan dinas telah disusun dan ditetapkan

16. SOP pemanfaatan asset telah disusun dan ditetapkan

17. SOP pengajuan anggaran pengambilan uang muka kerja telah disusun dan ditetapkan

18. SOP tersebut di atas telah dikomunikasikan kepada seluruh karyawan

(29)

23 Keterangan :

*) Uraian aktifitas organisasi disesuaikan dengan kondisi kegiatan yang dinilai.

Score nilai riil indikator lingkungan pengendalian = Jumlah jawaban ya Jumlah pertanyaan X 100 X bobot = Enumerator :

(Nama, NIP dan Tanda Tangan)

... 2011 Responden :

(30)

24 Lampiran 2. Contoh Instrumen Penilaian Unsur Penilaian Risiko.

Sub Unsur Uraian Ya Tidak Catatan

Penilaian Risiko

1. Ketiga kegiatan strategis yang telah dijalankan telah dibuatkan TOR terlebih dahulu

2. TOR dari 3 (tiga) kegiatan strategis memuat tahapan kegiatan, tujuan, target dan jadwal pelaksanaan

3. Tujuan pada TOR dari 3 (tiga) kegiatan strategis telah selaras dengan kebijakan pada RKT dan Renstra

4. TOR dari 3 (tiga) kegiatan strategis telah mendeskripsikan risiko pada tahapan kegiatan yang dominan (titik kritis) Penanganan

Risiko

5. Pimpinan telah menyusun dan menetapkan kriteria untuk mengantisipasi terjadinya risiko 6. Pimpinan melakukan pertemuan (insidentil/berkala) guna penanganan risiko 7. Pimpinan mendokumentasikan tindak lanjut penanganan risiko secara tertulis

8. Pimpinan siap melaporkan kepada Inspektorat Jenderal bilamana kendala/risiko yang dihadapi, ternyata sulit dikendalikan

Pemantauan & Evaluasi Risiko

9. Pimpinan telah membuat prosedur pemantauan dan evaluasi risiko, didokumentasikan dan

(31)

25 telah dilengkapi dengan

saran dan rekomendasi 10. Apakah saran/rekomendasi

telah ditindaklanjuti antara lain pada Penyusunan TOR kegiatan terbaru, telah mempelajari kelemahan TOR kegiatan tahun sebelumnya

∑ Total

Keterangan :

*) Uraian aktifitas organisasi disesuaikan dengan kondisi kegiatan yang dinilai.

Score nilai riil indikator lingkungan pengendalian = Jumlah jawaban ya Jumlah pertanyaan X 100 X bobot = Enumerator :

(Nama, NIP dan Tanda Tangan)

... 2011 Responden :

(32)

26 Lampiran 3. Contoh Instrumen Penilaian Unsur Kegiatan Pengendalian.

Sub Unsur Uraian Ya Tidak Catatan

Kegiatan Pengendalian

1. Pimpinan telah menetapkan visi, misi organisasi secara tertulis di unit kerja

2. Visi, misi dan tujuan mengacu pada tupoksi dari unit kerja/satker 3. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi, seperti pembatasan akses berdasarkan tanggung jawab

4. Pimpinan telah melakukan pemisahan tugas sesuai dengan pemisahan fungsi yang ditetapkan

5. Pimpinan telah melakukan pengendalian berupa updating data secara berkala

6. Pimpinan telah melakukan kegiatan review capaian indikator kinerja secara berkala terhadap 3 kegiatan strategis

7. Pimpinan menetapkan personil untuk melakukan pemantauan

indikator/ukuran kinerja untuk 3 (tiga) kegiatan strategis

8. Pendokumentasian yang baik atas SPI terhadap transaksi/kejadian penting di unit kerja/satker

9. Pimpinan telah menetapkan kebijakan & prosedur pengamanan asset

(33)

27 10. Pimpinan telah

mengamankan uang tunai & surat berharga dalam tempat yang terkunci, dan akses ke asset tersebut dikendalikan secara ketat 11. Penyimpanan uang di

brankas tidak melebihi Rp. 10.000.000,00

12. Pimpinan telah melakukan kas opname setiap 3 (tiga) bulan

13. Pimpinan telah melakukan stock opname setiap setahun sekali 14. Instansi telah menyelenggarakan SAI 15. Instansi telah menyelenggarakan penatausahaan barang (SIMAKBMN)

16. Instansi telah membuat kode inventaris barang 17. Instansi telah

mengamankan asset dengan alarm & pemadam kebakaran

18. Pimpinan telah menetapkan kebijakan penggunaan asset di luar jam kerja

19. Pimpinan telah menunjuk penanggungjawab pemakai asset

(34)

28 Keterangan :

*) Uraian aktifitas organisasi disesuaikan dengan kondisi kegiatan yang dinilai.

Score nilai riil indikator lingkungan pengendalian = Jumlah jawaban ya Jumlah pertanyaan X 100 X bobot = Enumerator :

(Nama, NIP dan Tanda Tangan)

... 2011 Responden :

(35)

29 Lampiran 4. Contoh Instrumen Penilaian Unsur Informasi dan Komunikasi

Sub Unsur Uraian Ya Tidak Catatan

Informasi 1. Pimpinan menetapkan mekanisme/prosedur mengenai pencatatan, penyusunan dan penyampaian data/dokumen. 2. Pengelolaan Informasi telah menghasilkan keluaran berupa laporan 3. Laporan hasil kegiatan

telah menyajikan kondisi lapangan, kendala dan rekomendasi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi pada ketiga kegiatan strategis 4. Laporan tersebut telah

disampaikan kepada pimpinan, pemberi tugas dengan tepat waktu Komunikasi 5. Pimpinan menetapkan

mekanisme/prosedur secara tertulis mengenai pelaksanaan komunikasi 6. Kegiatan

Informasi/komunikasi telah menghasilkan laporan hasil kegiatan dan menyajikan analisis terhadap 3E + 1T

7. Laporan hasil kegiatan telah berisi penilaian keberhasilan dan kegagalan dalam mencapai tujuan dan sasaran

program/kegiatan

8. Materi kendala dan rekomendasi telah dilaporkan dalam laporan tersebut untuk mengatasi

(36)

30 permasalahan yang dihadapi. Bentuk & Sarana Komunikasi

9. Pimpinan telah memiliki prosedur tertulis untuk pengembangan sistem informasi dan komunikasi 10. Pimpinan telah

menetapkan tim atau petugas khusus yang

memantau dan

mengembangan sistem informasi dan komunikasi 11. Pimpinan segera

melakukan tindakan korektif bila terjadi kesalahan di bidang informasi dan komunikasi,

serta mencegah

kesalahan yang berulang. 12. Pimpinan telah memantau tindaklanjut atas rekomendasi tim pengelola sistem informasi/komunikasi

∑ Total

Keterangan :

*) Uraian aktifitas organisasi disesuaikan dengan kondisi kegiatan yang dinilai.

Score nilai riil indikator lingkungan pengendalian = Jumlah jawaban ya Jumlah pertanyaan X 100 X bobot = Enumerator :

(Nama, NIP dan Tanda Tangan)

... 2011 Responden :

(37)

31 Lampiran 5. Contoh Instrumen Penilaian Unsur Pemantauan Pengendalian Intern.

Sub Unsur Uraian Ya Tidak Catatan

Pemantauan Berkelanjutan

1. Pimpinan menetapkan mekanisme/prosedur secara tertulis mengenai pemantauan berkelanjutan 2. Mekanisme/prosedur

pemantauan berkelanjutan telah digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pemantauan

3. Pelaksana pemantauan berkelanjutan telah menghasilkan laporan dan minimal menyajikan kondisi lapangan, kendala dan rekomendasi untuk mengatasi masalah yang dihadapi

4. Laporan hasil pemantauan disampaikan tepat waktu dan kelemahan yang ditemukan ditindaklanjuti oleh pimpinan instansi Evaluasi

Terpisah

5. Pimpinan menetapkan mekanisme/prosedur secara tertulis mengenai pelaksanaan evaluasi terpisah

6. Keluaran evaluasi berupa laporan yang menyajikan kondisi yang dibandingkan dengan kriteria, kendala dan rekomendasi

7. Waktu penyelesaian evaluasi dan penyampaian laporan dilakukan tepat waktu, serta telah dimanfaatkan oleh pimpinan

8. Pelaporan hasil evaluasi diarsipkan dengan rapi

(38)

32 Pemantauan

TLHP

9. Pimpinan telah menetapkan pegawai yang bertugas menyelesaikan TLHP

10. Pimpinan telah memiliki mekanisme secara tertulis guna menindaklanjuti temuan/rekomendasi LHP 11. Pimpinan instansi telah

memantau tindaklanjut atas temuan hasil audit dan telah mencegah terjadinya temuan yang sama berulang untuk tahun berikutnya

12. Pimpinan secara berkala menyampaikan

perkembangan

penanganan TLHP kepada instansi induk pusat dan APIP

∑ Total

Keterangan :

*) Uraian aktifitas organisasi disesuaikan dengan kondisi kegiatan yang dinilai.

Score nilai riil indikator lingkungan pengendalian = Jumlah jawaban ya Jumlah pertanyaan X 100 X bobot = Enumerator :

(Nama, NIP dan Tanda Tangan)

... 2011 Responden :

(39)

33 Lampiran 6. Matrik Penilaian SPI

No Unsur Nilai Keterangan

1. Lingkungan Pengendalian 2. Penilaian Resiko

3. Kegiatan Pengendalian 4. Infomasi dan Komunikasi

5. Pemantauan Pengendalian Intern Total

No Total Nilai Peringkat Klasifikasi

1. 86 – 100 I Sangat Baik

2. 71 – 85 II Baik

3. 56 - 70 III Cukup

(40)

34 Lampiran 7. Outline Laporan Penilaian Penerapan SPI

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan C. Sasaran BAB. II PENILAIAN A. Lingkungan Pengendalian 1. Organisasi 2. Kebijakan 3. SDM 4. Prosedur B Penilaian Resiko 1. Penilaian Resiko 2. Penanganan Resiko

3. Pemantauan dan Evaluasi Resiko C Kegiatan Pengendalian

D Informasi dan Komunikasi 1. Informasi

2. Komunikasi

3. Bentuk dan Sarana Komunikasi E Pemantauan

1. Pemantauan Berkelanjutan 2. Evaluasi Terpisah

3. Pemantauan TLHP BAB. III KENDALA DAN SOLUSI BAB. IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB. V PENUTUP

(41)

35 Lampiran 8. Contoh Daftar Uji Penilaian Penerapan SPI

1. Lingkungan Pengendalian

NO U R A I A N YA TIDAK DOKUMEN

PENDUKUNG

A Organisasi

1 Ada/ tidaknya bagan organisasi di Unit Kerja (UK)/Satuan Kerja (Satker) yang bersangkutan

1

SK. Mentan/ Gubernur/Bupati tentang organisasi dan Tata Kerja.

2 Kesesuaian organisasi dengan tugas pokok dan fungsi unit kerja/satker

1

SK. Ditjen/Kadis/ /Ka.UPT tentang organisasi unit kerja. 3 Ada/tidaknya mekanisme dan alur pekerjaan serta

tanggung jawab 1 - SK. Ditjen/Kadis/ /Ka.UPT tentang Penetapan Tim/Penanggung Jawab kegiatan. - SOP kegiatan. 4 Ada/tidaknya rentang kendali bagi pimpinan dalam

organisasi

1

Kumpulan peraturan atau kriteria lainnya yang berkaitan dengan organisasi

5 Ada/tidaknya analisis/seleksi kompetensi personil dalam menduduki jabatan

1

Daftar nominatif pengawai dan daftar urutan kepangkatan. 6 Pimpinan melakukan pemantauan terhadap

operasionalisasi organisasi pada unit kerja/satker

dalam pelaksanaan kegiatan 1

- Lap. hasil evaluasi kepegawaian/ organisasi - Lap. Satlak SPI 7 Organisasi dilengkapi dengan strukur organisasi

dan uraian tugas (Job Discription)

1 - Dok. Analisa jabatan - Daftar uraian tugas. 8 Organisasi didukung dan dilengkapi dengan sistem

hubungan kerja yang terintegrasi antar bagian

secara vertikal maupun horizontal 1

- Dok. Tata hubungan kerja.

- SOP koordinasi. 9 Organisasi dilengkapi dengan definisi wewenang

dan pendelegasiannya serta ketepatan pengisian

personil dalam organisasi 1

- Lap. evaluasi kinerja.

- Sosialisasi SOP kegiatan. - Mekanisme

(42)

36 pendelegasian wewenang.

10 Struktur organisasi dan uraian tugasnya

disosialisasikan kepada seluruh personil/ karyawan

1 Lap. sosialisasi.

11 Pelaksanaan evaluasi secara berkala terhadap organisasi yang telah ada guna penyempurnaan organisasi

1 - Lap evaluasi organisasi

- Renstra organisasi 12 Rekomendasi hasil evaluasi tersebut digunakan

untuk perbaikan Organisasi

1 Lap tindak lanjut hasil evaluasi

B Prosedur

1 Pimpinan menetapkan prosedur tertulis (SOP) di unit kerja/satker

1 - SK Dirjen/Kadis/ Ka. UPT.

- Daftar SOP. - Daftar Kegiatan. 2 SOP dibuat lengkap seluruh kegiatan sesuai

dengan tupoksi/kebutuhan organisasi

1 - Lap evaluasi SOP. - SOP setiap kegiatan 3 Kesesuaian prosedur dengan kebutuhan

organisasi dalam mendukung pelaksanaan kegiatan dan tupoksi unit kerja

1 Lap evaluasi prosedur.

4 Efektifitas prosedur sebagai acuan kerja 1 Lap revisi prosedur. 5 Prosedur telah disusun secara sederhana, tidak

bertele-tele, jelas dan fleksibel

1 Saran/masukan dari

pelaksana kegiatan.

6 Prosedur telah ditunjang dengan kebijakan secara tertulis

1 Dok. kebijakan

7 Prosedur disosialisasikan/dikomunikasikan kepada seluruh karyawan/pegawai pada unit kerja/satker dan pengguna

1 Dok. Sosialisasi prosedur

8 Prosedur telah memuat pencatatan, pelaporan untuk pelaksanaan kegiatan, pengelolaan keuangan/asset

1 - SOP SABMN.

- Lap SABMN. 9 Prosedur tindak lanjut hasil pemeriksaan APIP

pada unit kerja/ satker telah dibuat

1 - SOP tindak lanjut LHP APIP. - Lap. Tindak lanjut

LHP APIP. 10 Pimpinan melakukan evaluasi secara berkala dan

berjenjang terhadap prosedur yang ada

1 Memo/lap. saran dan arahan pimpinan

(43)

37 11 Ada/tidaknya penyajian kondisi, kendala dan

rekomendasi dalam laporan evaluasi prosedur

1

Lap evaluasi prosedur.

12 Hasil evaluasi prosedur dituangkan dalam laporan dan digunakan pimpinan unit kerja/satker sebagai bahan penyempurnaan prosedur 1

Tindak lanjut lap. Evaluasi prosedur.

C. Sumberdaya Manusia

1 Ada/tidaknya sarana penegakan integritas/ nilai etika di unit kerja/satker dan seluruh pejabat struktural telah menyampaikan data kekayaan

1 - Data laporan kepegawaian. - Lap. LHKPN ke KPK. - Dok. pakta integritas. 2 Pimpinan menerapkan kompetensi SDM dalam

organisasi di unit kerja/Satker

1 - Dok. mekanisme

penerimaan pegawai.

- Dok. penempatan sistem Diklat. 3 Ada/tidaknya penggunaan pertimbangan risiko

dalam pengambilan keputusan dalam menerapkan manajemen berbasis kinerja

1 - Daftar Nominatif pegawai. - Daftar urutan

kepangkatan (DUK). 4 Ada/tidaknya penerapan sistem pendelegasian

wewenang/tanggung jawab dalam melaksanakan roda organisasi

1 Dok alur tugas

5 Ada/tidaknya uraian tugas kepada masing-masing personil pada unit kerja/satker

1

Daftar uraian tugas

6 Ada/tidaknya pembinaan karir/pola karir pegawai pada unit kerja/satker

1 Dok pembinaan karier pegawai

7 Ada/tidaknya penetapan sistem DIKLAT bagi pegawai guna meningkatkan kemampuan/

profesionalisme 1

Dok. Diklat

8 Ada/tidaknya penerapan/penetapan rumpun jabatan bagi pegawai

1

Dok. Rumpun jabatan

9 Ada/tidaknya penetapkan kompetensi pegawai, mulai dari mekanisme penerimaan PNS sampai dengan pengkajian kinerja pegawai

1 Dok evaluasi kinerja

10 Ada/tidaknya pemantauan/evaluasi terhadap penguasaan/implemetasi uraian tugas (jobs

description) masing-masing personil 1

Dok pemantauan/ evaluasi uraian tugas. 11 Ada/tidaknya penetapan personil yang mengelola Dok. Sertifikasi

(44)

38 keuangan/asset Negara berdasarkan

kompetensinya

1 bendaharawan/

keuangan

D Kebijakan

1 Pimpinan menetapkan kebijakan tertulis guna mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pada unit kerja/satker yang bersangkutan 1

Dok. Kebijakan pendukung 2 Kebijakan telah sesuai dengan tujuan/sasaran

yang telah ditetapkan

1 Dok. Renja

3 Kebijakan telah disosialisasikan/ dikomunikasikan kepada personil di unit kerja/satker

1

Dok. sosialisasi

4 Pimpinan telah menetapkan KAK/TOR sebagai acuan dalam penentuan kebijakan

1

Dok. KAK/TOR

5 Pimpinan telah menyusun dan menetapkan Tim berdasarkan kompetensi untuk melakukan

pemantauan penerapan kebijakan 1

SK Tim monev

6 Kebijakan disusun secara sederhana / efektif digunakan sebagai acuan pelaksana

program/kegiatan 1

Dok. kebijakan

7 Kebijakan telah dapat memberikan motivasi bagi PNS dalam pencapaian tujuan unit kerja/satker

1

Lap. realisasi kinerja

8 Kebijakan dapat meningkatkan disiplin pegawai 1

Lap. Disiplin kepegawaian 9 Ketepatan penggunaan perangkat kerja

pendukung dalam pelaksanaan kebijakan

1

Lap. Pemanfaatan aset

10 Kebijakan dapat diterima secara rasional di semua lapisan organisasi

1

Lap. Evaluasi kebijakan 11 Kebijakan telah mendiskripsikan tingkat

ketepatan/keberhasilan pencapaian sasaran

kebijakan 1

Dok. Indikator kinerja

12 Kebijakan telah disahkan sebagai pedoman/ acuan pelaksanaan Program/kegiatan

1

Dok Renstra dan KAK

13 Kebijakan telah digunakan sebagai

pedoman/acuan pelaksanaan program kegiatan 1

Dok.TOR

14 Pengelolaan sumber kebijakan seperti kepegawaian, pelaksanaan program

1

Dok. Kepegawaian dan program 15 Kebijakan telah dijabarkan kedalam Juklak/Juknis

kegiatan

(45)

39 2. Penilaian Risiko

NO U R A I A N YA TIDAK DOKUMEN

PENDUKUNG

A Penilaian Resiko :

1 Apakah setiap kegiatan telah dibuatkan TOR 1 Dok. TOR 2 Apakah setiap TOR yang dibuat telah memuat tujuan dan

kegiatan yang selaras dengan Renstra

1 Dok. TOR Vs

Renstra 3 Apakah TOR yang dibuat telah menguraikan tahapan

kegiatan yang akan dilaksanakan dan dilengkapi dengan Alokasi sumberdaya (SDM, Keuangan dan Fisik)

1 Dok. TOR

4 Apakah TOR yang dibuat telah dilengkapi dengan jadwal pelaksaan masing-masing kegiatan

1 Dok TOR

5 Apakah masing-masing kegiatan telah dilengkapi dengan indikator keberhasilan

1 Dok.Renja dan

indikatornya 6 Apakah TOR telah menetapkan titik kritis dari tahapan

kegiatan yang akan dilaksanakan dan merupakan aktivitas yang paling dominan dalam pencapaian tujuan

1 Dok. Daftar

risiko 7 Apakah telah ditetapkan risiko terhadap titik kritis tahapan

kegiatan

1 Dok. Daftar

risiko 8 Apakah dalam penetapan risiko telah memenuhi unsur

kejadian kemungkinan dan menimbulkan kerugian

1 Dok. Daftar

risiko 9 Apakah risiko yang ditetapkan telah dilengkapi dengan

penyebab terjadinya risiko serta dampak yang akan terjadi

1 Dok. Daftar

risiko 10 Apakah penilaian Risiko telah dituangkan dalam daftar

Risiko dan telah disahkan oleh penyusun maupun pemeriksa SPIP

1 Dok. Daftar

risiko

B Penanganan Risiko

1 Apakah daftar penanganan risiko telah dibuat untuk masing-masing risiko yang telah ditetapkan

1 Dok. Penanganan

risiko 2 Apakah penanganan risiko yang dibuat telah

menghilangkan/memperkecil penyebab terjadinya risiko

1 Dok. Penanganan

risiko 3 Apakah telah dibuat prosedur terhadap penanganan Risiko

dari masing - masing titik kritis kegiatan

1 Dok. Penanganan

risiko 4 Apakah penanganan risiko telah dituangkan dalam Daftar

penanganan risiko dan telah disahkan oleh penyusun kegiatan maupun pemeriksa SPIP

1 Dok. Penanganan

risiko

C Pemantauan dan Evaluasi risiko

(46)

40

evaluasi risiko telah dibuat siklus risiko

2 Apakah satker/unit kerja telah membuat rekapitulasi Risiko dan upaya penanganan risiko

1 Dok. Penilaian

siklus risiko 3 Apakah satker/unit kerja telah menetapkan jadwal

pemantauan dan evaluasi risiko

1 Dok. Penilaian

siklus risiko 4 Apakah SPIP unit kerja/satker telah melakukan

pemantauan evaluasi risiko yang telah dituangkan dalam rekapitulasi risiko dan upaya penanganan

Risiko

1 Dok. Penilaian

siklus risiko

5 Apakah Laporan Pemantauan dan Evaluasi Risiko telah dibuat dan dilengkapi dengan saran/ rekomendasi

1 Dok. Penilaian

siklus risiko 6 Apakah saran/rekomendasi telah ditindaklanjuti 1 Dok. Penilaian

(47)

41 3. Kegiatan Pengendalian

NO U R A I A N YA TIDAK DOKUMEN

PENDUKUNG

A Kegiatan Pengendalian

1 Pimpinan telah menetapkan visi, misi organisasi secara tertulis di unit kerja kerja /satker yang bersangkutan

1 Renstra organisasi

2 Visi, misi dan tujuan mengacu pada tugas pokok dan fungsi dari unit kerja/satker

1 Renstra organisasi

3 Kegiatan pengendalian dapat digunakan secara efektif sebagai acuan kegiatan di unit kerja/satker

1 Lap. Monev

pengendalian 4 Penanggungjawab kegiatan telah menyusun KAK/TOR sebagai

acuan dalam masing-masing kegiatan sebagai sarana untuk penilaian risiko

1 KAK dan TOR

5 Pimpinan menetapkan prosedur dan kebijakan pada unit kerja/satker guna mendukung pelaksanaan kegiatan dan tupoksi

1 SOP kegiatan

6 Pelaksanaan pemantauan/evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan pengendalian telah berjalan baik dan efektif

1 Lap. Monev

pengendalian 7 Pelaksanaan reviu atas kinerja dan unit kerja / satker secara

berkala / berkelanjutan

1 Lap. reviu

8 Pelaksanaan pembinaan sumber daya manusia pada unit kerja / satker

1 Lap. SDM

9 Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi, seperti pengamanan sistem informasi, pengendalian atas akses dan pengembangan serta perubahan perangkat lunak di unit kerja / satker

1 SOP informasi

10 Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi, seperti pembatasan akses berdasarkan tanggung jawab

1 SOP informasi

11 Pimpinan telah melakukan pemisahan tugas sesuai dengan pemisahan fungsi yang ditetapkan.

1 Analisa Jab. Vs Tupoksi

12 Pimpinan telah melakukan pengendalian terhadap kelengkapan pemrosesan data

1 Dok. Data dan

Informasi 13 Pimpinan telah melakukan pengendalian terhadap akurasi

pemrosesan data.

1 Lap. Monev data

14 Pimpinan telah melakukan pengendalian aplikasi seperti pengendalian otorisasi, pengesahan dokumen sumber, serta pengendalian fisik dan keuangan di unit kerja

1 Lap. Monev

aplikasi

15 Pimpinan telah melakukan pengendalian atas indikator dan ukuran kinerja

1 LAKIP

16 Pimpinan menunjuk/menetapkan personil untuk melakukan pemantauan indikator/ukuran kinerja

(48)

42 17 Pimpinan melakukan pemisahan fungsi dari masing-masing

bagian/kegiatan

1 Struk. Organisasi

18 Pimpinan menunjuk/menetapkan otorisasi atas transaksi/kejadian penting pada unit kerja/satker

1 SK. Ditjen/Kadis /Kepala UPT 19 Pencatatan yang akurat/tepat atas transaksi/kejadian di unit

kerja/satker

1 SOP Arsiparis/ Dokumentasi 20 Prosedur tetap pembatasan akses atas sumbernya dan

pencatatan telah dibuat

1 SOP kegiatan

21 Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya 1 LAKIP

B Penguatan Kegiatan Pengendalian

1 Pimpinan menetapkan mekanisme/prosedur penerimaan terhadap APIP dalam melakukan pemeriksaan di instansi yang bersangkutan

1 SOP penerimaan

APIP

2 Pimpinan menetapkan mekanisme atau prosedur penyediaan data yang diperlukan oleh APIP dalam melakukan pemeriksaan di instansi yang bersangkutan

1 SOP data dan

informasi

3 Pimpinan menetapkan mekanisme atau prosedur konsultasi kepada APIP di unit kerja/satker

1 SOP koordinasi

4 Pimpinan menetapkan mekanisme atau prosedur pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan.

1 SOP Tindak

Lanjut

5 Pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan tepat waktu 1 Dok. Inventarisasi tindak lanjut 6 Pimpinan telah menunjuk/menetapkan personil untuk

penanganan tindak lanjut hasil pemeriksaan APIP

1 SK tim tindak lanjut/Satlak SPI 7 Ketetapan penggunaan perangkat kerja pendukung dalam

melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan APIP

1 SK tim tindak lanjut/Satlak SPI 8 Pendokumentasian hasil pelaksanaan tindak lanjut hasil

pemeriksaan APIP guna memudahkan pencarian apabila diperlukan

1 Dok. Inventarisasi tindak lanjut

9 Pemanfaatan/tindak lanjut rekomendasi dari hasil pemeriksaan oleh pimpinan guna perbaikan manajemen di unit kerja/satker

1 Inventarisasi tindak lanjut Vs. perencanaan

Gambar

Gambar 1. Siklus Penilaian Risiko PENETAPAN TUJUAN PROGRAM DAN KEGIATAN PENILAIAN RISIKO PENANGANAN RISIKO EVALUASI  -  TOR KEGIATAN  -  DAFTAR RISIKO -  RENSTRA  -  DAFTAR TUJUAN  -   TOR KEGIATAN  -   USULAN      (PENANGANAN RISIKO)
Tabel 1.  Daftar Risiko
Tabel 2. Daftar Penanganan Risiko

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Untuk memperjelas ruang lingkup permasalahan agar tidak terjadi salah penafsiran maka permasalahan dibatasi pada faktor- faktor yang mempengaruhi metode persediaan

selaku Ketua Program Studi Diploma III Teknik Informatika Universitas Sebelas Maret yang memberikan izin kepada penulis untuk belajar.. Ibu Hartatik, M.Si selaku

Hal ini berarti variasi dari model regresi berhasil menerangkan pengaruh variasi variabel Suku Bunga (X1) dan Dana Pihak III (X2) secara keseluruhan terhadap variabel

Analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan berbagai taraf limbah udang yang berbeda berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap persentase total non karkas dan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Pedoman dan Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan interaksi saudara kandung pada dimensi kehangatan antara remaja perempuan yang terlahir sebagai anak kedua dengan

(1) Bagian Pengembangan dan Evaluasi, mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana program, kegiatan dan sistem pelayanan rumah sakit, pengembangan sarana dan

Luaran yang diharapkan dalam program ini adalah kebutuhan gizi seseorang dapat terpenuhi dengan dibuatnya paket makan siang yang praktis, sehat, lezat