• Tidak ada hasil yang ditemukan

KASUS PERIKANAN PADA RUMPON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KASUS PERIKANAN PADA RUMPON"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

©2009 Wayan Kantun – STITEK Balik Diwa Page 1

KASUS PERIKANAN PADA RUMPON

KASUS PERIKANAN PADA RUMPON

KASUS PERIKANAN PADA RUMPON

KASUS PERIKANAN PADA RUMPON

OLEH WAYAN KANTUN

Ikan-ikan yang ada di rumpon (Fish Aggregation Device) mengalami pertumbuhan yang sangat cepat. Cepatnya pertumbuhan ikan pada Rumpon diprediksi karena beberapa alasanyaitu:

1. Makanan yang terkonsentrasi pada Rumpon

Melimpahnya makanan pada daerah penangkapan dengan menggunakan rumpon terjadi karena banyak diatom-diatom yang berkumpul pada rumpon. Diatom tersebut merupakan salah satu jenis fitoplankton yang berada pada mata rantai pertama dari rantai makanan di laut. Faktor abiotik yang menstimulasi meningkatnya diatom sehingga meningkatkan jumlah kopepoda yang menjadi makanan ikan. Kondisi seperti ini meningkatkan daya dukung (carryng capacity), production capacity juga meningkat dibarengi peningkatan produksi ikan dan efisiensi energi. Penelitian dua ahli ekologi maritim AS, Dave Hutchins (Universitas Southern Carolina) dan Clinton Hare (Universitas Delaware), menyebutkan bahwa diatom merupakan sumber makanan pertama yang menstimulasi plankton-plankton yang berukuran kecil untuk datang ke daerah di mana rumpon dipasang. Terkonsentrasinya plankton pada daerah tersebut akan menyebabkan makanan melimpah dan mengundang ikan-ikan yang berukuran lebih besar untuk datang mencari makanan dan bisa menjadi basis terbentuknya rantai makanan.

(2)

©2009 Wayan Kantun – STITEK Balik Diwa Page 2

Faktor lain yang diduga turut menyumbang melimpahnya plankton di daerah rumpon karena adanya sirkulasi arus secara horizontal yang merupakan faktor abiotik. Sirkulasi arus tersebut akan membawa banyak nutrient sehingga plankton-plankton dan ikan-ikan kecil menjadi terkonsentrasi dan terakumulasi pada suatu titik tertentu.

Gambar 1. Sirkulasi Arus Horizontal (Encarta, 2009)

Sirkulasi arus dingin terjadi pada perairan yang dalam (warna biru) pindah ke perairan yang lebih dangkal (warna merah) dan bertemu dipermukaan dengan arus panas. sebelum mengalami pendinginan, arus tersebut turun ke bagian yang lebih dalam. Proses ini akan memindahkan nutrient sehingga produktivitas perairan akan tumbuh dengan subur. Daerah-daerah yang dilalui oleh arus tersebut terbentuk rantai makanan (food chain) yang akan melengkapi proses pengaliran dan suplai energi dari makanan sehingga ikan-ikan yang berada di daerah tersebut akan dengan cepat mengalami pertumbuhan karena melimpahnya makanan.

(3)

©2009 Wayan Kantun – STITEK Balik Diwa Page 3

Faktor lain yang menyebabkan ikan-ikan di dekat rumpon cepat pertumbuhannya diprediksi karena pola sirkulasi arus vertikal yang lebih menunjang untuk kehidupan dilaut. Upwelling pada perairan yang dalam kaya akan nutrient kemudian mengalami pergerakan ke permukaan dan menuju perairan pantai. Setelah tiba dipermukaan akan menyebar sesuai pola pergerakan angin. Perairan yang kaya nutrient akan menyebabkan pertumbuhan diatom, plankton dan menjadi basis pembentukan rantai makanan. Selanjutnya ada sirkulasi thermohaline, dimana perbedaan temperatur, densitas dan salinitas perairan akan menyebabkan perairan kaya nutrient pada perairan dalam kemudian naik dan bercampur dengan perairan permukaan (Gambar 2).

Gambar 2. Sirkulasi Arus vertical (Encarta, 2009)

Zooplankton merupakan biota yang sangat penting peranannya dalam rantai makanan dilautan. Mereka menjadi kunci utama dalam transfer energi dari produsen utama ke konsumen pada tingkatan pertama dalam tropik ecologi, seperti ikan laut, mamalia laut, penyu dan hewan

(4)

©2009 Wayan Kantun – STITEK Balik Diwa Page 4

terbesar dilaut seperti halnya paus pemakan zooplankton (Gambar 3). Selain itu zooplankton juga berguna dalam regenerasi nitrogen dilautan dengan proses penguraiannya sehingga berguna bagi bakteri dan produktivitas phytoplankton dilaut.

Peranan lainnya yang tidak kalah penting adalah memfasilitasi penyerapan Karbondioksida (CO2) dilaut. Zooplankton memakan phytoplankton yang menyerap CO2 dan kemudian setiap harinya turun ke bagian dasar laut untuk menghindari pemangsa di permukaan seperti ikan predator, sehingga carbon yang berada di dalam zooplankton tersebut dapat terendapkan di sedimen yang kemudian terendapkan dan terdegradasi. Oleh karena itu zooplankton memegang peranan dalam pendistribusian CO2 dari permukaan ke dalam sedimen didasar laut.

Gambar 3. Rantai makanan dilaut (Encarta, 2009)

Penulis punya pengalaman dalam perikanan rumpon pada saat bekerja di kapal Jepang. Bahwa setiap kita melingkari rumpon untuk memperoleh ikan cakalang, ikan-ikan yang tertangkap justru berasal dari berbagai jenis termasuk yang berukuran besar seperti ikan cucut

(5)

©2009 Wayan Kantun – STITEK Balik Diwa Page 5

dan tuna bahkan penyu. Ini mengindikasikan bahwa pada daerah rumpon memang terjadi rantai makanan

2. Ikan-ikan bergerombol di sekitar Rumpon

Pada ikan-ikan yang bergerombol akan ada singkronisasi dan polarisasi, terjadi efektif feeding, bisa hidup dari predator, keuntungan hidrodinamik dan migrasi terarah. Ikan bergerombol untuk menghindari termoregulasi dan pemangsa dalam rangka menentukan penggunaan ruang yang berhubungan dengan interaksi-interaksi dengan individu-individu dalam jenis yang sama. Kebiasaan bergerombol juga akan menghindarkan ikan-ikan dari predator sebab predator akan sulit memangsanya. Hidrodinamik akan terbentuk dengan sendirinya ketika ada pemangsa datang. Semua keuntungan yang diperoleh tersebut akan menyebabkan ikan-ikan merasa nyaman sehingga energi tidak banyak terkuras tetapi lebih banyak dipergunakan untuk pertumbuhan

(6)

©2009 Wayan Kantun – STITEK Balik Diwa Page 6

3. Rumpon Sebagai Tempat Berlindung dari Predator

Bahan-bahan rumpon biasanya terbuat dari daun kelapa, pelepah daun pisang dan kalau di Jepang dengan menggunakan jaring bekas yang jika dipasang dalam perairan bisa mencapai kedalaman 300 – 500 m. Jaring-jaring tersebut bisa dijadikan tempat berlindung oleh ikan dari serangan predator selain karena schooling fish. Kondisi seperti ini akan menyebabkan rasa aman dari ikan sehingga waktu untuk makan tidak banyak yang terganggu. Energi yang diperoleh dari makan tersebut fokus digunakan untuk pertumbuhan.

Gambar 5. Salah satu desain Rumpon (Encarta, 2009)

4. Tempat yang bersih (cleaning station)

a. Kurangnya cahaya matahari yang menembus perairan akibat dalamnya pemasangan rumpon akan menghalangi penglihatan predator sehingga pemangsaan bisa dieliminir, hal ini akan memberikan ikan untuk mencari makan dan tumbuh.

b. Ikan-ikan yang ada dirumpon ada yang memakan organisme renik atau lumut yang menempel (biofouling) pada rumpon. Itu juga merupakan salah satu makanan yang bisa memicu pertumbuhan

(7)

©2009 Wayan Kantun – STITEK Balik Diwa Page 7

c. Tropik level benar-benar terjadi pada rumpon, tetapi karena makanan yang melimpah rantai makanan tidak terputus sehingga tidak akan mengganggu aliran energi yang bisa berimbas pada pertumbuhan

5. Seleksi habitat /tempat (spatial reference)

Seleksi habitat ini berbeda pada setiap stage pertumbuhan ikan tetapi lebih penting untuk ikan-ikan dewasa yang menjadi target penangkapan. Seleksi ini berbeda menurut ruang dan waktu serta bervariasi menurut spesies karena faktor biotik dan abiotik. Seleksi habitat bisa terjadi secara vertical dan horizontal. Seleksi ini dilakukan oleh ikan karena faktor makanan dan pemijahan, terjadi pada daerah atau area yang berbeda. Seleksi yang lain dilakukan karena migrasi dan menghindari kepunahan. Jika ditempat sebelumnya tidak memberi rasa nyaman untuk bisa meneruskan keturunan atau keberlanjutannya, maka ikan-ikan akan melakukan migrasi dan mencari tempat yang bisa membuatnya survive, tumbuh dan berkembang.

6. Lingkungan Pengganti (Substitute environment)

Ikan-ikan mencari suasana lingkungan yang baru sehingga akan menyebabkan perubahan fishing ground. Substitusi lingkungan ini kemungkinan karena faktor eksploitasi atau karena faktor abiotik seperti cahaya, temperatur dan tekanan sehingga mendorong dan memaksa ikan untuk melakukan migrasi ke lingkungan yang baru secara aktif.

7. Comportability

Ini sangat berhubungan dengan preference dan difference spesies. Kondisi seperti ini ada kaitannya dengan faktor-faktor yang

(8)

©2009 Wayan Kantun – STITEK Balik Diwa Page 8

berpengaruh terhadap struktur dari gerombolan ikan yang terbentuk di daerah sekitar rumpon. Struktur schooling dimaksud seperti

a. Kenyaman individu, dimana individu-individu akan merasa nyaman dan aman dalam suatu kelompok. Jika rasa kenyaman atau keuntungan tidak ada maka ikan-ikan akan memisahkan diri dan mencari serta bergabung dengan gerombolan ikan yang lain b. Feeding habit dan food habit, Kebiasaan cara makan dan

kebiasaan makanan akan menjadi salah satu parameter ikan bergabung dalam suatu gerombolan. Ini sangat menentukan densitas gerombolan, jika kebiasaan berbeda akan sulit diperoleh singkronisasi dan polarisasi dalam gerombolan ikan tersebut c. Kondisi Fisiologi

Secara fisiologi terjadi efisiensi energi, sehingga energi yang dipergunakan untuk mencari makanan bisa dialihkan untuk pertumbuhan dan reproduksi

d. Ketika ikan sedang makan maka ikan akan membentuk posisi-posisi tertentu yang disukai, sementara yang lain akan memberikan perlindungan agar bisa makan dengan tenang dan aman untuk menghindari serangan pemangsa.

8. Titik temu (Meeting point)

Ikan-ikan menggunakan rumpon untuk membentuk strategi gerombolan-gerombolan yang lebih besar setelah terjadi pemecahan schooling ketika sebelum memasuki rumpon. Tempat bertemunya ikan-ikan dan proses perkawinan terjadi. Pertemuan ini terdiri dari spesies dengan berbagai ukuran baik yang sudah matang gonad maupun yang belum karena faktor makanan, lingkungan atau karena tekanan.

(9)

©2009 Wayan Kantun – STITEK Balik Diwa Page 9

9. Geberic-log

Ikan berkumpul pada rumpon karena adanya daya tarik yang terdapat pada rumpon yaitu alat pemikat. Bentuk-bentuk alat pemikat akan sangat berpengaruh terhadap tingkat kedatangan ikan pada rumpon. Makin banyak alat pemikatnya, peluang ikan untuk berkumpul disekitar rumpon akan menjadi lebih banyak. Alat pemikatnya berupa jaring bekas yang diikat-ikat, pelepah daun pisang atau daun kelapa, kayu dan berbagai benda lain seperti ban mobil yang diikatkan pada rumpun.

DAFTAR PUSTAKA

Richardson, A. J. 2008. In hot water: zooplankton and climate change. – ICES Journal of Marine Science, 65: 279–295

Castro J.J.; J.A Santiago and S. Ortega. 2001. A general theory on fish aggregation to floating objects: An alternative to the meeting point hypothesis. Reviews in Fish Biology and Fisheries, Volume 11, Number 3, pp. 255-277(23)

Carlos J. R. 1991. Position Preferences in School of Atlantic Herring (Clupea harengus): The Effect of Hunger. Instituto de Ciencias del Mar y Limnología. UNAM. Estación "Mazatlán" Explanada de la Alzada y Cerro del Crestón S/N Apartado Postal 811, CP 82240 Mazatlán, Sinaloa. México.

Dagorn. L and P. Freon. 1999. Tropical tuna associated with floating objects: a simulation study of the meeting point hypothesis. Can. J. Fish. Aquat. Sci. 56(6): 984–993 (1999) | doi:10.1139/cjfas-56-6-984 | © 1999 NRC Canada

Gambar

Gambar 1.  Sirkulasi Arus Horizontal (Encarta, 2009)
Gambar 2.  Sirkulasi Arus vertical (Encarta, 2009)
Gambar 3. Rantai makanan dilaut (Encarta, 2009)
Gambar 4.  Gerombolan Ikan (Encarta, 2009)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Efektifitas Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perindustrian dan Perdagangan terhadap pemberlakuan Surat Ijin Usaha

melaksanakan perintah agama dan telah melakukan esediannya dalam berperilaku agama. Juga ketaatan merupakan perilaku keagamaan yang harus dimiliki oleh seseorang dalam

Pokok hutang Obligasi Seri A dan B sebesar Rp 206 miliar telah dilunasi, dan pembayaran bunga hingga ke-17 berjalan tepat waktu Sampai dengan saat ini posisi ke angan Perseroan c k

Permasalahan di Wana Wisata Kawah Putih yang terjadi diperkirakan karena adanya perbedaan persepsi antara pengelola dan masyarakat ini, seharusnya dapat

Hasil dari penelitian ini yang menggunakan Return on Equity (ROE) untuk mengukur profitabilitas adalah Hasil pengujian variabel DER, PL pada taraf signifikansi α = 0,05

Melalui Pembelajaran Jarak Jauh – dalam jaringan memanfaatkan WA Grup dan Wa Foruml dengan model Problem Based Learning, peserta didik dapat menganalisis permasalahan

Pendapat lain dari Markaban (2008) menjelaskan bahwa kelebihan dari Model Pembelajaran discovery learning adalah sebagai berikut: (1) Siswa berpartisipasi aktif selama

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, Client merupakan tingkat hierarki tertinggi dalam sistem SAP R/3 yang bersifat resmi dan memiliki syarat organisasi dalam hal