• Tidak ada hasil yang ditemukan

Polwan keturunan Tionghoa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Polwan keturunan Tionghoa"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1

Mengenal Brigadir Zhiang,

Polwan keturunan Tionghoa

http://www.merdeka.com/foto/peristiwa/mengenal-brigadir-zhiang-polwan-keturunan-tionghoa.html

Menjadi polisi merupakan cita-cita sejak kecil. Zhiang juga harus dimarahi ayahnya yang tidak menyetujui menjadi polisi.

Brigadir Yolla Bernanda . © 2014 Merdeka.com/Imam Buhori

Brigadir Yolla Bernanda merapikan baret saat bersiap untuk bertugas di Pospol Taman Sari, Jakarta, Kamis (30/1). Petugas kepolisian wanita yang memiliki nama asli Chang Mei Zhiang ini sudah mengabdikan diri sebagai anggota Polri sejak 2004. Reporter : Mustiana Lestari | Jumat, 31 Januari 2014 08:32

Cerita wanita Tionghoa

yang diamuk ayah saat daftar jadi polwan

Merdeka.com - Menjadi pembela kebenaran sudah tertanam sejak kecil di benak perempuan Tionghoa bernama Chang Mei Zhiang. Zhiang yang punya nama lain Yolla Bernada ini akhirnya memutuskan untuk menjadi anggota Polri pada 2004.

Tetapi jalan yang dipilih Zhiang penuh dengan kerikil. Apalagi bagi seorang warga Tionghoa seperti Yolla, pilihan ini memicu banyak konflik. Hubungan Yolla dan ayahnya sempat memburuk saat ayahnya tahu Yolla telah berstatus sebagai polisi. "Papa ngamuk katanya 'Kenapa orang chinese masuk polisi, madesu (masa depan suram) buat apa jadi polisi'. Ya sudah saya diam, saya takut lawan papa," kenang perempuan yang telah berpangkat Brigadir ini kepada merdeka.com di Pospol Taman Sari, Jakarta Barat, Kamis (30/1).

(2)

2 Bukan tanpa sebab ayah Yolla murka seperti itu. Memang saat mendaftar masuk Secaba, Yolla sempat tidak mendapat restu dari ayahnya. Alhasil dengan alasan ikut pelatihan Resimen Mahasiswa, Yolla diam-diam ikut Secaba Polri tanpa sepengetahuan ayahnya.

Saat itu hanya ibu dan adik Yolla yang mengetahui hal ini. Tetapi walau ditutupi akhirnya tetap tercium juga. Ayah Yolla yang curiga karena anaknya tak kunjung pulang, langsung mendatangi sekolah Yolla.

"'Anak Bapak ikut Menwa tapi pas pendidikan enggak ikut Pak' kata teman saya. Bapak ngamuk-ngamuk kata adik cerita. katanya saya mau dilaporin polisi gara-gara hilang. Ya sudah bilangin Papa saja ada pendidikan polisi," sesal wanita beranak tiga ini.

Alhasil sang ayah ngambek saat Yolla kembali dari pendidikan Secaba. Yolla pun menyesal tetapi dia tetap teguh ingin mempertahankan status polwan dia.

"Tiga bulan kan sempet pulang. Saya enggak dikasih makan, enggak disapa, enggak ditanya kabarnya. Diam saja, saya ya makan sendiri suap sendiri, pas pulang dia cuek saja, ibu sih santai," cerita wanita berambut pendek ini.

Aksi ngambek ayah Yolla tidak berlangsung lama. Hati ayah Yolla luluh saat ayah Yolla butuh anaknya untuk mencari barang hilang.

"Ada masalah KTP hilang minta tolong buat laporan, kata saya, ayah waktu saya lulus jadi polisi dicuekin saja setelah jadi polisi, minta tolong saya," ujar Brigadir Yolla bangga.

Tak hanya satu kali, saat ayah Yolla bertengkar dengan tetangganya, Yolla lagi-lagi jadi penengah dan pemberi saran hukum bagi ayahnya.

Kini ayahnya tidak lagi protes dengan jalan yang dipilih anaknya. Bahkan ayah Yolla mendukung anaknya untuk mencapai pangkat perwira.

"Papi suruh sekolah lagi suruh ambil perwira tapi pangkat belum mendukung kemarin. Musti Bripka. Saya masih Brigadir belum bisa. Kata papi apa pilihan lu adalah tanggung jawab lu," tutup Yolla sambil berkaca-kaca.

(3)

3

Pesan kapolres buat Zhiang mantap jadi polisi

Merdeka.com - Tidaklah mudah bagi seorang beretnis Tionghoa menjadi bagian dari Korps Bhayangkara. Sentimen negatif terhadap warga keturunan masih menjadi pemicu utamanya. Hal inilah yang sempat membuat Brigadir Chang Mei Zhiang alias Yolla Bernada (31) ragu saat masuk pendidikan Sekolah Calon Bintara (Secaba) Polri.

"Pas daftar diliatin juga, ditanya sama orang-orang. Takut juga katanya dipukulin tetapi ternyata enggak," ungkap Yolla kepada merdeka.com di Pospol Taman Sari, Jakarta Barat, Kamis (30/1).

Tak sampai situ, beberapa rekan kerjanya di Polsek Taman Sari kerap juga mempertanyakan perayaan Imlek yang dia lakukan. Apalagi Yolla sudah tidak beragama Budha.

"Terkadang mereka enggak ngerti kalau ini bukan hanya untuk Budha. Kata dia kamu kan Kristen bukan Budha. Saya baru jelasin ada saja pertanyaan gitu di Polres," ungkap Petugas Pospol Taman Sari ini.

Tetapi dia beruntung, ada pimpinan Polres Jakbar duhulu begitu mendukung dan melindungi Yolla dari diskriminasi.

"Kata dia 'Kamu Chinese benar-benar mau masuk polisi? Jangan mundur di tengah jalan ya'. Saya dibantu beliau Pak Reinhard, Kapolres Jakbar. Kata dia 'saya akan bantu kalau kamu mundur nanti saya malu'. Saya dibantu support, dianterin ke polres, setiap tes dipanggil sama dia, diberi semangat," kenangnya penuh haru. Kapolres yang telah pindah tugas tersebut juga mengingatkan agar Yolla tidak gentar dengan orang-orang yang memandang miring tentang dirinya. "Tenang saja masa kamu takut kamu kan bisa bela diri," terang Yolla menirukan perkataan Reinhard.

Setelah pindah tugas Yolla tidak berhubungan lagi dengan pimpinan yang amat dia hargai itu. Yolla mengucapkan terima kasih kepada pimpinannya tersebut.

"Saya mau telepon tapi takut karena sama pimpinan, tetapi saya mau bilang terima kasih kepada beliau," ucap wanita berambut pendek ini.

(4)

4 Dorongan ini yang terus membuat Yolla percaya diri di tengah rekan-rekan kerjanya. Menurut dia, tidak ada diskriminasi dan rasa takut lagi setelah masuk ke kepolisian. "Enggak ada perbedaan di polisi sama, enggak ada yang jauhin saya. Semua orang berbaur," tutup dia senang.

Nestapa Brigadir Zhiang, tak bisa rayakan Imlek zaman Soeharto

Merdeka.com - Masih lekat dalam ingatan Chang Mei Zhiang (31) betapa mengerikan perlakuan pribumi terhadap etnis Tionghoa, apalagi menjelang Soeharto lengser. Ayah Brigadir Zhiang alias Yolla Bernada begitu ketakutan sampai mengisolasi dia dan keluarganya.

"Kerasa banget malamnya banyak orang dibunuhin, diperkosa. Saya sampai seminggu enggak keluar, untung barang distok," kenang Brigadir Zhiang kepada merdeka.com di kantornya, Polsek Tamansari, Jakarta Barat, Kamis (30/1).

Peristiwa ini tidak lebih buruk dari kerusuhan sebelumnya di Jakarta. Bahkan saat itu kakek Yolla yang asli China hendak membawa kembali ayah Yolla ke negara asalnya. Tak sampai situ, kenangan buruk tentang diskriminasi sebagai warga Tionghoa dia rasakan datang bertubi-tubi di masa Soeharto.

"Sebelumnya saya enggak bisa ngerayain Imlek sama nama tiga huruf saya dilarang, sekarang boleh sudah enak tapi kadang terlalu bebas juga bikin polisinya capek," ujar Yolla sambil berusaha menutupi kesedihannya.

Beruntung era kepemimpinan Soeharto berakhir, udara bebas akhirnya didapatkan Yolla sekeluarga setelah Gus Dur menjabat. "Saya di zaman Gus Dur bisa ngajuin

(5)

5 diri jadi polwan dan papi ngajuin diri sebagai WNI," katanya lega.

Tetapi kekhawatiran belum juga selesai, di pendidikan Secaba Polri, Brigadir Yolla dihantui ketakutan akan diskriminasi dari kaum pribumi.

"Ternyata enggak ada (diskriminasi), cuma pertama masuk katanya ya ada yang dipukulinlah segala macam. Saya bilang saya juga bisa bela diri kalau digituin saya berani lawan," pungkas wanita yang mengusai bela diri Taekwondo, Wushu, Judo ini mantap.

Selepas pendidikan, rasa penasaran dan heran masih juga membayangi Yolla, begitupun saat berhadapan dengan masyarakat. Betapa tidak, orang bertenis Tionghoa memang amat jarang di lingkungan kepolisian.

"Saya lebih sering dikira Manado dibanding China. Kalau ditanya ya jawab saja Manado," pungkas perempuan yang punya logat China yang kental ini.

Di hari Imlek tahun ini, segudang harapan dia panjatkan pada Tuhan. Salah satunya, dia ingin memakai nama tiga hurufnya kembali seperti orang Tionghoa pada umumnya.

"Sekarang ada orang keturunan yang boleh pakai nama tiga huruf di Akpol. Saya juga mau pakai itu dulu, tapi kata papi takut enggak bisa sekolah. Sekarang juga mau balik nama susah. Saya mau orang keturunan diberi banyak lowongan buat jadi polisi," harap wanita keturunan kedua dari keluarga China ini.

Kini meski tidak memeluk agama Budha lagi, Brigadir Yolla ingin tetap merayakan dan menjalankan tradisi Imlek. Menyambut Imlek, dia berniat lebih cepat pulang untuk membersihkan rumahnya dan melanjutkan tradisi Imlek seperti sebelumnya. "Nyambang ke rumah orangtua, makan bandeng, makan kue china, bagi-bagi angpao," tutup wanita yang tidak lancar berbahasa China ini.

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian n yang telah h dilakukan dapat diketahui bahwa a setelah d diterapkannya pembelajaran dengan n PMRI dan LSLC, indikator kemampuan n berpikir tingkat tinggi

Akurasi dari verifikasi model ANSWERS terhadap kasus lapangan sangat ditentukan oleh reperesentasi curah hujan yang berlaku pada lokasi studi, kelengkapan dari data DAS seperti

Tujuan utama yaitu peserta didik dapat mengetahui materi Daerah Aliran Sungai (DAS) yang dikaitkan dengan materi penginderaan jauh dan kebencanaan, serta mengetahui

Seperti pada Gambar 4.7 dan Gambar 4.8 merupakan hasil dari 1 putaran permainan mode acak dalam dua kali percobaan, dimana posisi tap area yang muncul secara berturut-turut

online penanganan keluhan konsumen yang diusulkan ini selanjutnya di uji coba sebelum sistem diimplementasikan dengan melakukan wawancara konsumen setelah mencoba

Suhu pada saat granula pati membengkak dengan cepat dan mengalami perubahan yang bersifat tidak dapat kembali disebut suhu gelatinisasi pati (Nining,2012).. Untuk

Menghasilkan carta alir kerja untuk pembinaan model berfungsi dan prototaip berdasarkan idea yang telah dijana.. Menghasilkan kemasan model berfungsi atau prototaip dengan

Selain itu lama penyimpanan pada suhu kamar dari telur ayam konsumsi yang dibersihkan dan tanpa dibersihkan berpengaruh sangat nyata (p<0.01) terhadap nilai