• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi Body Mass Index (BMI) dan Triceps Skinfold Thickness terhadap kadar Hs-CRP dalam darah - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Korelasi Body Mass Index (BMI) dan Triceps Skinfold Thickness terhadap kadar Hs-CRP dalam darah - USD Repository"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

KORELASI BODY MASS INDEX (BMI) DAN TRICEPS SKINFOLD THICKNESS TERHADAP KADAR Hs-CRP DALAM DARAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Paulus Febrianto Silor NIM : 078114130

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

KORELASI BODY MASS INDEX (BMI) DAN TRICEPS SKINFOLD THICKNESS TERHADAP KADAR Hs-CRP DALAM DARAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Paulus Febrianto Silor NIM : 078114130

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

v

BEKERJALAH SEOLAH-

OLAH “TUHAN” PUN

TIDAK AKAN MEMBANTU MU ...

TETAPI BERDOALAH SEOLAH-OLAH

(6)
(7)
(8)

viii PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan atas segala kesempatan, penyertaan, bimbingan, dan perlindungan yang tak henti-hentinya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Korelasi Body Mass Index (BMI) dan Triceps Skinfold Thickness Terhadap

Kadar Hs-CRP Dalam Darah” guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari campur tangan dari berbagai pihak dalam memberikan motivasi, bantuan, bimbingan, pengarahan dan doronga. Untuk semua itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak atas segala bantuan dan pengorbanannya baik waktu, tenaga maupun pikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Rasa terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J., M.Sc., selaku rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Universitas Sanata Dharma.

2. Dekan Fakultas Farmasi yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

(9)

ix

4. Ketua Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian tentang korelasi pengukuran antropometrik terhadap profil lipid dan kadar hs-CRP dalam darah sebagai prediktor penyakit kardiovaskular.

5. Agung Santoso, S.Psi., selaku dosen statistik yang selalu memberikan pengarahan dan pembelajaran metode statistik penelitian.

6. Semua staff Universitas Sanata Dharma yang terlibat dalam penelitian “Korelasi Pengukuran Antropometrik Terhadap Profil Lipid dan Kadar hs -CRP Dalam Darah Sebagai Prediktor Penyakit Kardiovaskular” baik secara

langsung berpartisipasi menjadi sukarelawan maupun secara tidak langsung membantu keberhasilan keberlangsungan penelitian.

7. Laboratorium Prahita Yogyakarta yang telah membantu pemeriksaan darah sukarelawan penelitian.

8. Mas Narto selaku karyawan sekretariat Fakultas Farmasi yang telah membantu administrasi surat saat proses berjalannya penelitian.

9. Cristine Patramurti, S.Si., M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing akademik yang telah mendampingi penulis bergabung dalam bagian dari keluarga Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

10.Semua dosen Fakultas Farmasi yang telah membagikan ilmunya kepada penulis.

(10)

x

12.Ridho “Ogie”, Fetri, Ita, Sisca, Eka, Lina, Mbak Lisa, dan ko Eric, teman seperjuangan yang telah bersama penulis bekerja keras untuk menjalankan penelitian dan mengolah data mentah di sela kesibukan yang padat. Canda, tawa, perhatian, dan kebersamaan memberikan semangat dan motivasi dalam menjalankan penelitian dan mengerjakan skripsi. Dukungan dan motivasi kalian sangat membantu dalam mengerjakan skripsi ini.

13.Revi Ambuk sekeluarga yang selalu memberikan semangat, canda tawa dan selalu menyediakan kopi saat peneliti merasa jenuh.

14.Teman-teman farmasi Kelas C 2007 dan FKK B 2007 yang telah menjalani hari-hari di Farmasi, berjuang bersama, kalian yang terbaik.

15.Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Keberadaan dan bantuan kalian membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan memiliki kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan menjadi pembelajaran bagi penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

(12)

xii

2. Klasifikasi ... 9

3. Patogenesis ... 10

4. Resiko ... 11

A. Metode Antropometri, Body Mass Index (BMI) dan Skinfold Thickness (Tebal Lipatan Kulit ... 12

1. Metode Antropometri ... 12

2. Body Mass Index (BMI) ... 12

3. Tebal Lipatan Kulit (Skinfold Thickness)... 14

B. Hs-CRP ...………... 16

1. Sejarah dan definisi hs-CRP... 16

2. Inflamasi ... 19

3. Aterosklerosis... 19

4. Jaringan adiposa dan CRP... 20

C. Landasan Teori ...………... 21

D. Hipotesis ...………... 23

BAB III. METODE PENELITIAN ... 24

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 24

B. Variabel Penelitian ...………... 25

C. Definisi Operasional ...……….. 25

D. Subyek Penelitian ... 26

E. Tempat dan Waktu Penelitian ...……… 28

F. Ruang Lingkup ...………. .. 29

(13)

xiii

H. Instrumen Penelitian ... 31

I. Tata Cara Penelitian ... 32

1. Observasi awal ...………... 32

2. Permohonan ijin dan kerja sama ………... 32

3. Pembuatan informed consent, leaflet, dan data calon subyek Penelitian ………... 32

4. Pengukuran parameter ………... 34

5. Pengolahan data ………... 35

6. Analisis data penelitian ... 35

J. Teknik Analisis Data statistik... 35

K. Kesulitan penelitian………... 36

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………... 37

A. Karakteristik Responden ... 37

1. Usia ... 38

2. Body Mass Index (BMI) ... 39

3. Triceps skinfold thickness ... 40

4. High-Sensitivity C-Reactive Protein (hs-CRP)... 41

B. Perbandingan Rerata Kadar Hs-CRP Antara BMINormal dan BMI Tidak Normal ... 43

C. Korelasi BMIdan Triceps skinfold thickness Dengan Kadar Hs-CRP Dalam Darah Normal ... 44

(14)

xiv

2. Korelasi Triceps Skinfold Thickness Terhadap Kadar Hs-CRP

Dalam Darah ... 48

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

A. Kesimpulan ... 51

B. Saran ………... 51

DAFTAR PUSTAKA ... ... 52

LAMPIRAN ... ... 56

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Klasifikasi Internasional kurus, kelebihan berat badan

(overweight) dan obesitas menurut BMI………... 13 Tabel II. Standar Pengukuran Triceps Skinfold Thickness... 15 Tabel III. Klasifikasi konsentrasi hsCRP berdasarkan American Heart

Association...... 17 Tabel IV. Data Karakteristik Subyek Penelitian ... 37 Tabel V. Perbandingan Kadar hs CRP dalam Darah pada BMI Normal,

dan Tidak Normal... 43 Tabel VI. Data Korelasi BMI dan Kadar hs CRP dalam Darah... 45 Tabel VII. Jumlah Responden Pada Setiap Kriteria Kadar Hs-CRP... 47 Tabel VIII. Data Korelasi Triceps Skinfold Thickness dan Kadar Hs-CRP

(16)

xvi

Gambar 7. Pengukuran Skinfold Thickness pada Bagian Triceps Skinfold ... 16

Gambar 8 Hubungan obesitas sentral dengan produksi CRP oleh hati .... 28

Gambar 9 Skema subyek penelitian ... 28

Gambar 10. Skema kajian penelitian ... 29

Gambar 11. Histogram Distribusi Usia ... 38

Gambar 12. Histogram Distribusi BMI ... 39

Gambar 13. Histogram Distribusi Triceps Skinfold Thickness... 41

Gambar 14. Histogram Distribusi hs-CRP ... 43

Gambar 15. Diagram Sebar Hubungan BMI dan Kadar hs-CRP ... 46

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ethical Clearence ... 57

Lampiran 2. Informed Consent ... 58

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian (Dekan) ... 59

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian (WR I Universitas Sanata Dharma) ... 60

Lampiran 5. Surat Peminjaman Ruang ... 61

Lampiran 6. Kartu Pencatatan Hasil Pemeriksaan ... 63

Lampiran 7. Leaflet ... 64

Lampiran 8. Foto Skinfold Caliper ... 65

Lampiran 9. Foto Timbangan Berat Badan ... 66

Lampiran 10. Data Validasi Alat ... 67

Lampiran 11. Data Statistika ... 68

(18)

xviii INTISARI

Obesitas adalah keadaan yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan akibat ketidakseimbangan asupan dan pengeluaran energi. Obesitas memacu kelainan kardiovaskuler yang ditandai dengan munculnya marker inflamasi termasuk diantaranya adalah C-reactive protein (CRP). Pengukuran antropometri berupa pengukuran body mass index (BMI) dan triceps skinfold thickness diharapkan dapat menjadi metode deteksi dini yang praktis, ekonomis dan aplikatif bagi masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya korelasi positif yang bermakna antara BMI dan skinfold thickness terhadap kadar hsCRP dalam darah.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross-sectional. Responden penelitian adalah staff Universitas Sanata Dharma sebanyak 70 responden yang dipilih secara non-random sampling dengan jenis purposive sampling, yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data dianalisis secara statistik yaitu uji hipotesis kompatif Mann-Whitney dan uji hipotesis korelatif Spearman dengan taraf kepercayaan yang digunakan sebesar 95%.

Hasil penelitian ini meliputi karakteristik subyek penelitian yang digambarkan secara deskriptif. Terdapat perbedaan kadar hs-CRP yang bermakna antara kelompok BMI normal dan kelompok BMI tidak normal dengan nilai p=0,005. Adanya korelasi positif bermakna antara BMI dengan kadar hs-CRP dalam darah dengan kekuatan korelasi lemah (r=0,354; p=0,003) dan korelasi positif bermakna antara triceps skinfold thickness dengan kadar hs-CRP dalam darah dengan kekuatan korelasi lemah (r=0,318; p=0,007).

(19)

xix ABSTRACT

Obesity is a condition characterized by the accumulation of excessive body fat tissue due to an imbalance of energy intake and expenditure. Obesity triggers cardiovascular diseases characterized by inflammation markers including the C-reactive protein (CRP). Anthropometric measurements such as body mass index (BMI) dan triceps skinfold thickness are expected to be an early detection method that practical, economical and applicable to detect obesity. The purpose of this study was to determine the existence of a significant positive correlation between BMI and skinfold thickness with hs-CRP levels in the blood.

This study used cross-sectional study design. The respondents were staff Sanata Dharma as many as 70 respondents who selected non-random sampling with the type of purposive sampling, which has fulfilled the inclusion and exclusion criteria. Data were analyzed statistically test the hypothesis kompatif Mann-Whitney and Spearman correlative hypothesis testing with confidence level used is 95%.

(20)

1 BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas merupakan salah satu dari sepuluh kondisi yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu dari lima kondisi yang berisiko di negara-negara berkembang (Hariadi dan Ali, 2005). Pada saat ini, 1,6 miliar orang dewasa di seluruh dunia mengalami berat badan berlebih (overweight), dan sekurang-kurangnya 400 juta diantaranya

mengalami obesitas. Pada tahun 2015, diperkirakan 2,3 miliar orang dewasa akan

mengalami overweight dan 700 juta di antaranya obesitas. Di Indonesia, menurut

data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas

umum pada penduduk berusia ≥15 tahun adalah 10,3% (laki-laki 13,9%,

perempuan 23,8%), sedangkan prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia

6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%, angka ini hampir sama

dengan estimasi WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun. Obesitas pada

orang dewasa di Yogyakarta mencapai 15,5% (Depkes, 2007).

(21)

meningkatkan angka kesakitan dan kematian penyakit kardiovaskuler (Hariadi dan Ali, 2005). Laporan WHO tahun 2003 menunjukkan bahwa kematian akibat penyakit kardiovaskuler mencapai 29,2% dari seluruh kematian di dunia atau 16,7 juta jiwa setiap tahun (7,2 juta PJK; 5,5 juta penyakit serebrovaskuler; 4 juta hipertensi dan penyakit jantung lainnya) (Hariadi dan Ali, 2005).

Screening obesitas dilakukan dengan metode pengukuran antropometri tubuh (Popkin, 2001). Metode antropometri yang dapat digunakan adalah BMI dan triceps skinfold thickness (Kurniawan, 2009). Body mass index sudah sering digunakan untuk menilai tingkat gizi seseorang. Triceps skinfold thickness adalah cara yang mudah untuk mengukur obesitas, triceps skinfold thickness mempunyai keuntungan yaitu hanya menyebabkan sedikit rasa tidak nyaman pada responden saat pengukuran dilakukan. Triceps skinfold thickness adalah yang paling representatif untuk menggambarkan obesitas (Seltzer and Mayer, 2011).

(22)

C-reactive protein (hs-CRP). High sensitivity C-reactive protein merupakan salah satu penanda inflamasi yang penting pada penyakit kardiovaskular (Kumar, Abbas, Fausto, and Aster, 2010).

Penelitian dari Physicians’ Health dan dari Women’s Health menunjukkan pria dengan kadar hs-CRP dalam darah yang tinggi mempunyai risiko tiga kali lipat terkena serangan jantung dan dua kali lipat terkena stroke dan wanita dengan kadar hs-CRP (High Sensitivity C-reactive protein) dalam darah yang tinggi dapat meningkatkan risiko serangan jatung atau stroke tujuh kali lipatnya (Rifai, 2001). Pengukuran body mass index (BMI) dan skinfold thickness sebagai gambaran distribusi lemak pada tubuh mempunyai hubungan erat dengan kadar CRP dalam tubuh yang sering digunakan untuk memprediksi kejadian infark miokardium, stroke, penyakit vaskuler perifer, dan kematian mendadak akibat serangan jantung (Lawrence, 2005).

Penelitian yang dilakukan Gokalp, Tuzcu, Akay, Arikan, dan Bahceci (2007) terhadap 117 orang sehat berusia 20-68 tahun dengan berat badan normal (BMI 18,5-25,0 kg/m2), kelebihan berat badan (BMI 25-30 kg/m2) dan obesitas (BMI ≥ 30,0 kg/m2). Hasil penelitian ini menunjukan kadar hs-CRP memiliki korelasi positif bermakna dengan kekuatan korelasi lemah terhadap BMI dan tricepsskinfold thickness.

(23)

degeneratif. Body mass index dan skinfold thickness sebagai salah satu gambaran distribusi lemak tubuh dapat digunakan untuk mengidentifikasi individu dengan kelebihan berat badan dan obesitas.

Obesitas memicu kelainan kardiovaskuler, ginjal, metabolik, dan respon inflamasi (Grundy, 2006). Kelainan kardiovaskuler dapat ditandai dengan peningkatan kadar hs-CRP dalam darah. Berdasarkan gambaran diatas sehingga perlu untuk dilakukan penelitian mengenai korelasi antara BMI dan triceps skinfold thickness dengan kadar hs-CRP dalam darah. Pengukuran BMI dan triceps skinfold thickness diharapkan dapat dipakai sebagai salah satu metode untuk deteksi dini maupun prediktor awal terhadap adanya risiko penyakit kardiovaskular. Pengukuran ini dapat dipakai sebagai metode yang sederhana, praktis, ekonomis dan mudah dilakukan oleh masyarakat sebagai deteksi dini faktor risiko untuk mewaspadai penyakit kardiovaskuler.

1. Permasalahan

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, permasalahan yang diangkat penulis dalam penelitian ini adalah apakah terdapat korelasi positif bermakna antara BMI dan triceps skinfold thickness dengan kadar hs-CRP dalam darah pada staff pria kampus I, II, III, dan IV Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?

2. Keaslian Penelitian

(24)

sebelumnya, namun terdapat beberapa penelitian yang terkait dengan pengukuran antropometri, obesitas, kadar hs-CRP dalam darah terhadap penyakit yang ditimbulkannya seperti penyakit jantung koroner. Penelitian-penelitian lain yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu:

a. Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar hs-CRP dalam darah

Penelitian ini dilakukan oleh Ganwarin (2010) terhadap 70 staff pria Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, responden kemudian di ukur lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul serta kadar hs-CRP dalam darah. Hasil penelitian terdapat korelasi positif bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar hs-CRP dalam darah dengan kekuatan korelasi lemah (r=0,263; p=0,028) sedangkan antara rasio lingkar pinggang-panggul dengan kadar hs-CRP dalam darah terdapat korelasi positif yang tidak bermakna (r=0,038; p=0,753)

b. The association of high sensitivity C-reactive protein levels with body fat

mass and body fat distribution

(25)

kadar hs-CRP dalam darah pada kelompok obesitas lebih tinggi dari kelompok overweight dan kelompok berat badan normal.

c. Abdominal adiposity is associated with elevated C-reactive protein

independent of BMI in healthy nonobese people

Penelitian ini dilakukan oleh Lapice et al.( 2009). Pada penelitian ini mengevaluasi hubungan antara distribusi lemak dan high sensitivity C-reaktive protein (hs-CRP), terhadap total adiposit. Penelitian ini dilakukan pada 350 responden dengan adiposa abdominal dan 199 responden sebagai kontrol. Responden memiliki rata-rata berat badan ± 1kg/m2 dan rata-rata usia ±5 tahun. Hasil penelitian menunjukan kadar hs-CRP berkorelasi positif bermakna terhadap BMI (p<0,01), dimana responden dengan adiposit abdominal dengan (BMI mirip dengan responden kontrol), bila dibandingkan dengan responden kontrol, responden dengan adiposa abdominal memiliki profil faktor risiko kardiovaskular, yaitu hs-CRP yang lebih tinggi (1,96±2,60 mg/dL vs 1,53±1,74mg/dL).

d. A useful predictor of early atherosclerosis in obese children: serum

high-sensitivity C-reactive protein

(26)

dibandingkan dengan kelompok kontrol (1,40±0,74 mg/L vs 0,55±0,49 mg/L, p<0,01; r=0,470).

e. High-sensitivity C-reactive protein is a good marker of cardiovascular risk in obese children and adolescents

Penelitian ini dilakukan oleh Guillen et al. (2008). Penelitian ini merupakan studi cross-sectional pada anak-anak dan remaja obesitasdengan rentang usia 6-18 tahun, responden dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan pemeriksaan laboratorium yaitu kelompok sindrom metabolik dan kelompok tanpa sindrom metabolik. Hasil penelitian menunjukan dari 115 anak-anak obesitas yang diteliti, 24% menunjukan tanda sindrom metabolik. Kelompok dengan sindrom metabolik memiliki kadar hs-CRP yang tinggi (rata rata 3,8mg/L) dibandingkan dengan kelompok obesitas yang tidak menunjukkan tanda sindrom metabolik (rata-rata 2 mg/L). High-sensitivity C-reactive protein secara signifikan meningkat pada anak-anak dan remaja obesitas dengan sindrom metabolik dibandingkan dengan kelompok tanpa sindrom metabolik.

f. Body mass index, but not physical activity, is associated with C-reactive

protein

(27)

overweight (2,1±1,7 mg.L-1) dari pada responden dengan berat badan normal (1,1±1,0 mg.L-1).

3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi adanya korelasi BMIdan triceps skinfold thickness dengan kadar hs-CRP.

b. Manfaat praktis

Pengukuran BMI dan triceps skinfold thickness diharapkan dapat menjadi salah satu metode deteksi dini terjadinya peningkatan kadar hs-CRP dalam darah. Pengukuran BMI dan triceps skinfold thickness merupakan metode yang ekonomis dan praktis serta dapat dilakukan oleh segala lapisan masyarakat tanpa memerlukan keahlian khusus dan bantuan tenaga ahli.

B.Tujuan Penelitian

(28)

9 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Obesitas 1. Definisi

Obesitas adalah keadaan dimana massa jaringan adiposa berlebih (Parigi, 2010). Berat badan seseorang bila paling sedikit 20% lebih tinggi dari pada seharusnya, orang itu dianggap obesitas, jika orang itu memiliki BMI antara 25-29,9kg/m2 maka orang itu dianggap kelebihan berat badan, dan jika seseorang memiliki BMI 30kg/m2 atau lebih dianggap obesitas (Anonim, 2011).

2. Klasifikasi

(29)

Gambar 1. Bentuk tubuh apel dan pir (www.adamimages.com)

3. Patogenesis

Obesitas secara sederhana dapat diterangkan bila makanan yang masuk melebihi kebutuhan faali. Nutrisi yang terkandung dalam makanan sehari-hari akan menjadi penyusun tubuh setelah melalui berbagai proses dengan mekanisme pengaturan yaitu penyerapan dalam saluran pencernaan, metabolisme dalam jaringan dan pengeluaran oleh organ-organ ekskresi (Misnadiarly, 2007).

(30)

4. Resiko Obesitas

Menurut Susanto (2009), penyakit kardiovaskuler adalah salah satu penyerta dari obesitas. C-reactive protein (CRP) adalah penanda inflamasi yang sering diukur pada pasien jantung karena berhubungan erat dengan proses aterosklerosis. Penyakit yang dapat terjadi akibat obesitas adalah sebagai berikut:

a. Degenerasi tulang rawan (Osteoartritis)

Obesitas merupakan faktor risiko osteoarthritis pada sendi, terutama pada sendi lutut. Obesitas menyebabkan sembilan kali peningkatan risiko osteoartritis sendi lutut pada wanita (Anonim, 2011).

b. Penyakit jantung koroner (Coronary heart disease)

Obesitas merupakan salah satu penyebab penyakit kardiovaskular. Penyakit arteri koroner merupakan hasil dari penumpukan lemak yang disebut sebagai plak pada arteri koroner. Penimbunan ini akan mempersempit pembuluh darah jantung sehingga aliran darah ke jantung berkurang. Aliran pada pembulu darah yang menyempit menyebabkan nyeri dada (angina) dan mengakibatkan munculnya serangan jantung (Anonim, 2011).

c. Tekanan darah tinggi (Hipertensi)

(31)

d. Masalah pernapasan

Obesitas juga dapat menyebabkan masalah pernapasan. Bernapas sulit sebagai akibat dari paru-paru yang ukurannya menurun dan dinding dada menjadi sangat berat dan sulit untuk terangkat (Anonim, 2011).

e. Diabetes tipe 2

Salah satu faktor risiko terkuat untuk diabetes tipe 2 adalah obesitas, dan obesitas juga salah satu yang paling dapat dikontrol diet dan olahraga (Anonim, 2011).

B. Metode Antropometri, Body Mass Index (BMI) dan Skinfold Thickness

(Tebal Lipatan Kulit) 1. Metode Antropometri

Antropometri adalah pengukuran manusia dimana lebih cenderung terfokus pada dimensi tubuh manusia (Kurniawan, 2009). Pemeriksaan antropometri di bagi menjadi dua bagai besar yaitu yang pertama adalah pengukuran atau pengambilan data dan kedua adalah penggunaan data atau pengolahan data. Pada pemeriksaan antropometri, orang yang diperiksa harus bersedia (diberi informed consent) untuk telanjang atau menggunakan pakaian seminimal mungkin dan menuruti prosedur pemeriksaan. Pada pengukuran, ukur sebanyak tiga kali dan data yang di dapat dirata-rata (Kurniawan, 2009).

2. Body Mass Index (BMI)

(32)

yaitu kurus, kelebihan berat badan (overweight), dan obesitas pada orang dewasa (WHO, 2004).

Gambar 2. Rumus perhitungan BMI (WHO 2004)

Tabel I. Klasifikasi Internasional kurus, kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas menurut BMI

(33)

3. Tebal Lipatan Kulit (Skinfold Thickness)

Pengukuran skinfold thickness menggunakan alat skinfold caliper, bentuknya mirip jangka sorong dengan cara pengukuran yang hampir sama. Pada saat salah satu bagian tubuh tercubit, ukuran yang tertera pada alat ini menunjukan ketebalan jaringan lemak yang terdapat pada lapisan kulit dalam skala milimeter (mm). Lipatan kulit adalah tebal kulit yang dikumpulkan dengan menarik kulit dan jaringan subkutan diantara ibu jari dan jari telunjuk pada jarak 6–8 cm (Kurniawan, 2009).

a. Triceps skinfold

Subjek berdiri dengan lengan rileks, pengukuran tebal kulit dilakukan di daerah yang ditandai pada bagian posterior otot triceps, dengan menarik Gambar 3. Pengukuran Berat Badan

(www.seharharmoni.com)

(34)

kulit pada arah vertikal, gunakan caliper untuk mengukur (Kurniawan, 2009).

b. Biceps skinfold

Subjek dalam posisi berdiri rileks. Lipatan kulit diambil dengan arah vertikal pada biceps, kemudian gunakan caliper untuk pengukuran (Kurniawan, 2009).

c. Pengukuran skinfold lainnya

Bagian tubuh lain yang dapat diukur misalnya Infrascapular skinfold, Suprailiacaskinfold, Sternal skinfold, Abdominal (umbilical) skinfold, Thigh skinfold, dan Calfskinfold (Kurniawan, 2009).

Triceps skinfold thickness adalah yang paling mudah untuk mengukur obesitas dan memberikan hasil yang reproduksibel. Triceps skinfold thickness mempunyai keuntungan yaitu hanya memyebabkan sedikit rasa tidak nyaman pada responden saat pengukuran dilakukan. Triceps skinfold thickness adalah yang paling representatif untuk menggambarkan kegemukan (Seltzer and Mayer, 2011).

Tabel II. Standar Pengukuran Triceps Skinfold Thickness (Williams and Wilkins, 2008)

Pengukuran Standar

Triceps Skinfold Thickness 12,500 mm

(35)

Gambar 6 Posisi skinfold saat melakukan pengukuran (www.icts.uiowa.edu)

Gambar 7. Pengukuran Skinfold Thickness pada Bagian Triceps Skinfold Thickness (http://www.topendsports.com)

C. High sensitivity C-Reactive Protein(Hs-CRP) 1. Sejarah dan Definisi High sensitivity C-Reactive Protein(Hs-CRP)

(36)

High sensitivity C-Reactive Protein adalah kadar CRP dalam kuantitas yang kecil yang diukur dengan metode yang sangat sensitif. Istilah ini digunakan untuk menghindari kerancuan penggunaan CRP yang sudah lama diketahui sebagai penanda Infeksi/inflamasi dalam bidang pediatri. Inflamasi adalah salah satu gambaran utama dari lesi atherosklerosis (Lawrence, 2005).

C-reactive protein dulunya hanya dikenal sebagai salah satu komponen dari protein fase akut, namun sekarang lebih sering dimanfaatkan sebagai petanda inflamasi sistemik yang sensitif, sehingga tidaklah heran bila sekarang CRP merupakan penanda (marker) yang sangat sensitif untuk memprediksi keadaan dan kejadian vaskuler (Lawrence, 2005).

C-reactive protein adalah suatu protein fase akut yang disintesis secara khusus oleh hati dibawah kontrol IL-6. C-reactive protein yang disekresikan ke dalam intima aterosklerosis dapat mengaktivasi sel-sel endotelial lokal dan menginduksi protrombotik dan juga meningkatkan adesif dari leukosit-leukosit pada endotelium (Kumar, et.al., 2010).

Tabel III. Klasifikasi konsentrasi hs-CRP berdasarkan American Heart Association (Lawrence, 2005)

Kategori Konsentrasi hs-CRP (mg/L)

Rendah < 1

Sedang 1-3

Tinggi >3

(37)

sitokin seperti IL-6 selama proses inflamasi atau infeksi. Interleukin 6 kemudian beraksi pada hepatosit untuk menginduksi sintesis protein fase akut seperti CRP. Protein ini sebenarnya tidak terdapat dalam darah orang-orang sehat (Lawrence, 2005).

American Heart Association (AHA) merekomendasikan interpretasi nilai hs-CRP sebagai <1 mg/L mempunyai risiko rendah, 1-3 mg/L mempunyai risiko sedang, dan >3 mg/L mempunyai risiko tinggi. Nilai >10 mg/L, jika dilakukan pengukuran ulang dan tetap tidak dapat dijelaskan tingginya kadar hs-CRP ini, uji-uji lain seharusnya dipertimbangkan untuk mengeksklusikan karena penyebab inflamasi tidak berhubungan dengan jantung (non kardiovaskular). Rekomendasi guideline bahwa pengukuran CRP dilakukan pada orang-orang yang secara jelas tidak berada dalam kondisi inflamasi atau infeksi, dan hasilnya diinterpretasikan dalam mg/L (Deron, 2004).

(38)

2. Inflamasi

Inflamasi adalah respon imun yang dipicu oleh infeksi atau adanya kerusakan. Inflamasi berperan dalam semua tahap aterogenesis dan berhubungan dengan pembentukan serta pecahnya plak aterosklerosis. High sensitivity C-reactive protein merupakan salah satu penanda inflamasi yang penting pada penyakit kardiovaskular yang berhubungan dengan tingkat keparahan aterosklerosis. Tingginya kadar hs-CRP dalam darah sebagai penanda meningkatnya risiko infark miokard pada pasien dengan penyakit arteri koroner, sehingga hs-CRP sangat penting untuk memprediksikan risiko infark miokard, stroke, penyakit arteri perifer (Kumar, et.al., 2010).

3. Aterosklerosis

Aterosklerosis adalah penyakit inflamasi. C-reactive protein digunakan untuk memprediksikan kejadian serangan jantung sesudah penumpukan kolesterol dalam dinding arteri, pengerasan menjadi plak dan akhirnya mengganggu aliran darah, sehingga jantung tidak mendapat suplai oksigen yang cukup dan akhirnya memicu serangan jantung (Deron, 2004).

(39)

sel-sel imun memberikan sinyal ke hati untuk memproduksi CRP untuk menyerang plak (Deron, 2004).

Sel-sel imun masuk ke dalam arteri dan kemudian terjadi inflamasi, proses ini dengan tidak sengaja membuat plak semakin buruk dalam dinding arteri, dan plak semakin tidak stabil. Penyerangan oleh sistem imun membuat plak menjadi pecah, dan terekspos material dalam sirkulasi darah. Sekali ekspos darah, material ini dengan cepat menyebabkan formasi clot. Pasien yang sudah diketahui memiliki aterosklerosis, kenaikan kadar CRP dapat mengindikasikan pertumbuhan plak menjadi tidak stabil (Deron, 2004).

4. Jaringan adiposa dan CRP

Jaringan adiposa mensekresikan sitokin seperti tumor necrosis factor (TNF), IL-6, IL-1, dan IL-18, chemokines, dan hormon-hormon steroid. Meningkatnya sekresi sitokin dan chemokines oleh jaringan adiposa pada penderita obesitas menimbulkan inflamasi sub-klinik kronik (asimptomatik) yang ditandai dengan tingginya kadar CRP (Kumar, et.al., 2010).

(40)

D. Landasan Teori

Obesitas adalah keadaan dimana massa jaringan adiposa berlebih (Parigi, 2010). Obesitas Secara sederhana dapat diterangkan bila masukan makanan melebihi kebutuhan (Misnadiarly, 2007). Metode antropometri dapat digunakan untuk mengetahui obesitas. Metode antropometri yang digunakan adalah BMI dan triceps skinfold thickness. Body mass index sudah sering digunakan untuk menilai tingkat gizi seseorang.

Triceps skinfold thickness adalah cara yang mudah untuk mengukur obesitas dan memberikan hasil yang reproduksibel. Triceps skinfold thickness mempunyai keuntungan yaitu hanya menyebabkan sedikit rasa tidak nyaman pada responden saat pengukuran dilakukan. Triceps skinfold thickness adalah yang paling representatif untuk menggambarkan kegemukan (Seltzer and Mayer, 2011).

(41)

Gambar 8. Hubungan antara obesitas sentral dengan produksi CRP oleh hati

Menurut Susanto (2009), penyakit kardiovaskuler adalah salah satu penyerta dari obesitas. High sensitivity C-Reactive Protein (hs-CRP) Salah satu penanda inflamasi sistemik yang sensitif, sehingga CRP merupakan petanda (marker) yang sangat sensitif untuk memprediksi keadaan dan kejadian vaskuler (Lawrence, 2005). C-reactive protein di produksi oleh hati dan dikeluarkan ke dalam aliran darah. C-reactive protein berada dalam darah selama 6-10 jam setelah proses inflamasi akut dan destruksi jaringan. Kadar C-reactive protein memuncak dalam 48-72 jam, dengan mengetahui seseorang terkena obesitas, maka dapat dilihat ada atau tidaknya korelasi antara body mass index (BMI) dan triceps skinfold thickness dengan kadar hs-CRP dalam darah. American Heart Association (AHA) merekomendaskan interpretasi nilai hs-CRP sebagai <1 mg/L mempunyai risiko rendah, 1-3 mg/L mempunyai risiko sedang, dan >3 mg/L mempunyai risiko tinggi.

(42)

obesitas (3,2 ±1,9 mg.L- 1) dan overweight (2,1±1,7 mg.L-1) dari pada responden dengan berat badan normal (1,1±1,0 mg.L-1).

E. Hipotesis

(43)

24 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan rancangan secara cross-sectional. Penelitian observasional analitik merupakan penelitian yang menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi, kemudian melakukan analisis korelasi antara faktor risiko dan faktor efek. Faktor efek adalah suatu akibat dari adanya faktor risiko, sedangkan faktor risiko adalah suatu fenomena yang mengakibatkan terjadinya efek (Notoatmodjo, 2002).

Penelitian ini menganalisis korelasi antara body mass index dan triceps skinfold thickness sebagai faktor risiko terhadap kadar hs-CRP sebagai faktor efek. Data penelitian yang diperoleh diolah secara statistik untuk mengetahui korelasi dari data-data penelitian tersebut. Studi cross-sectional mencakup semua jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali, pada satu saat (Notoatmodjo, 2002). Penelitian observasional analitik dengan rancangan cross-sectional digunakan untuk mengetahui korelasi antropometri yang meliputi body mass index dan triceps skinfold thickness terhadap kadar hs-CRP dalam darah pada staff Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengolahan data penelitian menggunakan statistik untuk mengetahui korelasi antara faktor risiko dan faktor efek.

(44)

mengidentifikasi faktor risiko dan faktor efek. Langkah kedua penetapkan subjek penelitian. Langkah ketiga melakukan pengukuran variable-variabel yang merupakan faktor risiko dan efek sekaligus berdasarkan status keadaan variabel pada saat pengumpulan data (Notoatmodjo, 2002).

B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas

Ukuran body mass index (BMI) dan triceps skinfold thickness 2. Variabel tergantung

Kadar hs-CRP dalam darah 3. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali : umur dan jenis kelamin

b. Variabel pengacau tak terkendali : patologi, aktivitas, dan gaya hidup subyek penelitian.

C. Definisi Operasional

1. Karakteristik penelitian meliputi demografi, pengukuran antroprometri dan hasil pemeriksaan laboratorium. Karakteristik demografi meliputi umur dan jenis kelamin. Pengukuran antropometri meliputi pengukuran BMI dan triceps skinfold thickness. Hasil pemeriksaan laboratorium yang diteliti adalah kadar hs-CRP dalam darah.

(45)

3. Pengukuran skinfold thickness adalah mengukur tebal lapisan kulit (milimeter) terutama pada bagian triceps dengan menggunakan alat skinfold caliper. 4. Kadar hs-CRP dalam darah hasil pemeriksaan laboratorium Parahita. 5. Standar yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

a. Body mass Index (BMI)

Pada penelitian ini klasifikasi BMI didasarkan pada standar yang ditetapkan oleh WHO (2004), dimana obesitas dinyatakan dengan BMI ≥ 30,00 kg/m2

. b. Triceps skinfold thickness

Nilai normal untuk triceps skinfold thickness adalah 12,5 mm. c. Kadar hs-CRP dalam darah

Nilai normal hs-CRP menurut American Heart Association adalah ≤3mg/L (Lawrence, 2005).

D. Subyek Penelitian

(46)

penyakit peradangan akut dan kronis. Jumlah subyek penelitian yang ditetapkan sebesar 70 orang.

(47)

Gambar 9. Skema subyek penelitian

E. Tempat dan Waktu Penelitian

(48)

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini dikerjakan secara berkelompok. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji adanya korelasi pengukuran antropometri yang meliputi lingkar pinggang (LP), rasio lingkar pinggang-panggul (RLPP), body mass index (BMI), dan triceps skinfold thickness terhadap profil lipid dan kadar hs-CRP dalam darah.

Kajian dari penelitian ini meliputi :

(49)

G. Teknik Sampling

(50)

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitan ini berupa meteran dengan merek Butterfly®, timbangan berat badan merek Tanita®, alat pengukur tinggi badan merek merek ONDA measuring tape MT01®, skinfold caliper dengan merek pi zhi hou du ji®. Timbangan berat badan Tanita® dan alat pengukur tinggi badan ONDA measuring tape MT01® berfungsi sebagai alat untuk mengukur BMI. Skinfold caliper pi zhi hou du ji®, untuk mengukur triceps skinfold thickness. Pemeriksaan darah dilakukan oleh Laboratorium Pramita Utama/Prahita Utama. Alat yang digunakan dalam pengukuran kadar hs-CRP dalam darah bermerek Pureauto S CRP latex (SS-type).

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang reliable adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Salah satu parameter yang harus dipenuhi dalam validitas dan realibilitas instrumen penelitian adalah presisi. Presisi dinilai berdasarkan coefficient of variation (CV) yang dihitung dari simpangan baku dibagi dengan nilai rata-rata dikalikan 100% . Jika CV kurang dari 2% maka alat memiliki presisi yang baik (Mulja dan Hanwar cit Wulandari et al., 2006 ).

(51)

0,063%, dan skinfold caliper merek pi zhi hou du ji® dengan nilai validasi 0,000%. Hasil validasi alat secara keseluruhan memenuhi syarat validitas yang kurang dari 2%, dengan perhitungan validasi terlampir dalam lampiran. Presisi dari alat untuk mengukur hs-CRP Pureauto S CRP latex (SS-type) ®, telah dilakukan oleh Laboratorium Pramita Utama/Prahita Utama.

I. Tata Cara Penelitian 1. Observasi Awal

Observasi awal dilakukan dengan mencari informasi tentang jumlah staff pria di Kampus I, II, III, dan IV Universitas Sanata Dharma yang berusia 30-50 tahun serta tempat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan subyek penelitian pada saat pengukuran parameter.

2. Permohonan izin kerja sama

Permohonan izin yang pertama diajukan ke Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada untuk memenuhi etika penelitian menggunakan sampel biologis manusia yaitu darah. Permohonan izin yang kedua ditujukan ke WR I Universitas Sanata Dharma, Ketua Jurusan JP MIPA, Kepala Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Paingan, Kepala Urusan Rumah Tangga Paingan, Kepala BAPSI, Para Dekan Fakultas Kampus I, II, III dan IV Universitas Sanata Dharma. Permohonan kerja sama diajukan ke calon subyek penelitian berupa informed consent dan Laboratorium Pramita Utama.

(52)

a. Leaflet

Leaflet adalah lembaran kertas berukuran kecil mengandung pesan tercetak untuk disebarkan kepada umum sebagai informasi mengenai suatu hal atau peristiwa. Pada penelitian ini leaflet digunakan untuk membantu peneliti menjelaskan tentang gangguan kesehatan yang dapat muncul sebagai akibat dari obesitas dan kadar kolesterol darah serta hs-CRP yang berada di atas atau di bawah kadar optimal, pengukuran antropometri sebagai metode praktis deteksi kesehatan, dan macam-macam tes laboratorium kolesterol darah.

b. Informed consent

(53)

maupun sms untuk mengingatkan subyek penelitian berpuasa sehari sebelum pengukuran parameter dilakukan.

d. Pencarian subyek penelitian

Pencarian subyek penelitian dilakukan dengan memohon ijin secara tertulis kepada WR I Universitas Sanata Dharma maupun Para Dekan Fakultas, Ketua Jurusan JP MIPA, Kepala Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Paingan, Kepala Urusan Rumah Tangga Paingan, Kepala BAPSI, untuk terlebih dahulu memohon ijin melibatkan dosen maupun karyawan dalam penelitian ini, setelah memperoleh ijin untuk melibatkan dosen dan karyawan dalam penelitian ini, kemudian dilakukan presentasi untuk kelompok maupun dengan cara mendatangi langsung calon subyek secara perseorangan dan menjelaskan tentang maksud dan tujuan dari penelitian ini. Calon subyek penelitian yang setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini di data nama, usia, nomor handphone atau telepon rumah, alamat rumah, dan diminta untuk menandatangani informed consent yang berisi pernyataan kesediaan subyek penelitian untuk ikut serta dalam penelitian.

4. Pengukuran parameter

(54)

pelaksanaan penelitian, peneliti mengingatkan subyek penelitian via sms maupun telepon untuk berpuasa selama 9-12 jam.

5. Pengolahan data

Pengolahan data penelitian dilakukan dengan statistik. 6. Analisis data penelitian

Data yang diperoleh diolah secara statistik. Langkah awal adalah dilakukan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov untuk melihat distribusi suatu data. Suatu data dikatakan normal bila nilai Asymp. Sig lebih besar dari 0,050. Data diuji komparatif menggunakan analisis Mann-Whitney untuk melihat perbedaan rerata dari dua kelompok. Suatu data dikatakan mempunyai perbedaan bermakna antara dua kelompok apabila Asymp. Sig lebih besar dari 0,050. Data kemudian diuji korelasinya menggunakan analisis Pearson apabila data terdistribusi normal atau analisis Spearman apabila dataterdistribusi tidak normal. Taraf kepercayaan yang digunakan sebesar 95 %.

J. Teknik Analisis Data Statistik

(55)

K. Kesulitan Penelitian

Kesulitan dalam penelitian ini adalah pada saat permohonan izin dan kerja sama kepada sampel. Kesulitannya adalah saat meminta izin dari masing-masing fakultas maupun prodi untuk melaksanakan penelitian. Kesulitan yang kedua terletak pada terbatasnya kemampuan peneliti untuk mengontrol kejujuran sampel untuk memenuhi persetujuan untuk berpuasa selama 8-10 jam sebelum pengukuran profil lipid.

Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama pada Juli 2010 dan tahap kedua Agustus 2010. Pelaksanaan penelitian pada Juli 2010 merupakan pengambilan data pertama, di mana dari 62 responden pelitian yang terdaftar hanya 42 responden yang hadir saat pengambilan data. Sepuluh subyek penelitian dari 42 responden yang datang terpaksa dieliminasi karena tidak berpuasa sehingga hasil pengukuran profil lipid tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya.

(56)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap 70 responden penelitian pria yang memenuhi kriteria penelitian baik inklusi maupun eksklusi. Menurut Gay (cit., Sevilla, Ochave, Punsalon, Regala, dan Uriarte, 2006), untuk penelitian korelasi minimal diperlukan 30 subyek. Jumlah sampel penelitian ini adalah 70 responden dari 107 staff pria kampus I, II, III, dan IV Unversitas Sanata Dharma Yogyakarta yang masuk dalam rentang usia 30-50 tahun. Pertimbangan dalam penelitian ini adalah lokasi atau tempat responden yang akan diteliti lebih mudah dikunjungi dan efisiensi waktu.

Profil karakteristik responden penelitian meliputi usia, BMI, triceps skinfold thickness, dan kadar hs-CRP dalam darah. Data karakteristik responden penelitian dapat ditunjukan pada tabel IV:

Tabel IV. Data Karakteristik Subyek Penelitian Karakteristik Pria (n = 70)

(57)

penelitian lebih besar dari 50 responden yaitu 70 responden. Jumlah sampel ≤50 menggunakan uji statistik Shapiro-Wilk (Dahlan, 2009).

1. Usia

Subyek penelitian adalah staff pria kampus I, II, III, dan IV Universitas Sanata Dharma dengan rentang usia 30-50 tahun. Usia terendah adalah 30 tahun dan usia tertinggi adalah 50 tahun. Menurut Ridker (2003) pertama kali dipertimbangkan evaluasi CRP adalah pada pertengahan usia tiga puluhan tahun, pada usia yang sama dengan mayoritas dokter melakukan pemeriksaan kolesterol. Hasil penelitian ini diperoleh mean subyek penelitian berusia 39,5 tahun dengan SD±5,2. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan data usia berdistribusi normal dengan p>0,05 (p=0,197). Distribusi usia responden dapat dilihat pada gambar 11.

(58)

2. Body Mass Index

Responden dalam penelitian ini adalah baik yang mengalami obesitas dan yang tidak mengalami obesitas. Klasifikasi BMI yang digunakan adalah menurut WHO (2004), dimana obesitas dinyatakan pada orang yang memiliki BMI ≥30,00 Kg/m2.

Data hasil penelitian menunjukkan 38 responden yang memiliki BMI≥25,00kg/m2 dan 32 responden yang memiliki BMI<25,00kg/m2. Pada penelitian ini diperoleh hasil rata-rata BMI responden penelitian yaitu sebesar 25,53±3,658, dengan ukuran BMI terbesar 35,10 kg/m2 dan terkecil 17,42 kg/m2. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan data BMI berdistribusi normal dengan nilai p>0,05 (p=0,200). Distribusi BMI responden dapat dilihat pada gambar 12.

(59)

Pada penelitian yang dilakukan Akinpelu, Oyewole and Oritogun (2007), BMI merupakan parameter antropometri yang penting untuk memperkirakan risiko penyakit kardiovaskular pada orang dewasa. Pertambahan umur mempengaruhi peningkatan nilai BMI.

Menurut penelitian Rawson et al. (2003) yang dilakukan pada 109 responden pria dan wanita, menunjukan hs-CRP memiliki korelasi positif bermakna dengan BMI, dimana kekuatan korelasi sedang (r=0,50; P<0,001). High sensitivity C-reactive protein secara signifikan lebih besar pada responden obesitas (3,2 ±1,9 mg.L- 1) dan overweight (2,1±1,7 mg.L-1) dari pada responden dengan berat badan normal (1,1±1,0 mg.L-1).

3. Triceps skinfold thickness

(60)

Gambar 13. Histogram Distribusi Triceps Skinfold Thickness

4. High-Sensitivity C-Reactive Protein (hs-CRP)

Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov menunjukkan data kadar hs-CRP terdistribusi tidak normal dengan p<0,05 (p=0,000). Distribusi yang tidak normal ini disebabkan kadar hs-CRP responden sebagian besar berada pada kisaran kadar hs-CRP 1-3 mg/L yaitu sebanyak 74,3% dan hanya sedikit responden yang mempunyai kadar hs-CRP pada kriteria <1mg/L dan >3mg/L

Menurut rekomendasi American Heart Association untuk tes laboratorium CRP, pengukuran kadar CRP dapat dilakukan baik dalam keadaan puasa ataupun tidak puasa. Pada penelitian ini responden dipuasakan selama 8-10 jam sebelum pengukuran kadar hs-CRP, tidak mengkonsumsi makan dan hanya mengkonsumsi air putih.

(61)

Klasifikasi konsentrasi hs-CRP berdasarkan American Heart Association menunjukan bahwa kadar normal hs-CRP dalam tubuh adalah ≤3mg/L. Menurut Susanto (2009) hs-CRP adalah prediktor kuat dari risiko penyakit vaskuler, peningkatan kadar hs-CRP telah berkorelasi positif dengan sebagian besar faktor risiko kardiovaskuler. Pada penelitian ini responden yang pada saat pemeriksaan mengalami inflamasi, demam, infeksi, dan menderita penyakit jantung koroner tidak dapat dilakukan pengukuran, karena dengan adanya infeksi maupun inflamasi dapat meningkatkan kadar CRP dalam plasma 3000 kali (www.Cholestech.com). High-Sensitivity C-Reactive Protein merupakan reaktan fase akut yang dihasilkan oleh hati di pengaruhi interleukin-6. Serum konsentrasi mengukur inflamasi akut seperti infeksi, serta respon inflamasi kronis yang ditimbulkan oleh pembentukan plak aterosklerotik.

(62)

Gambar 14. Histogram Distribusi hs-CRP

B. Perbandingan Rerata Kadar Hs-CRP Antara Body Mass Index Normal dan Body Mass Index Tidak Normal

Tabel V. Perbandingan Kadar hs CRP dalam Darah pada BMI Normal, dan Tidak Normal *p < 0.050 menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna

(63)

kelompok non-obesitas abdominal, hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan bermakna kadar hs-CRP antara kelompok obesitas abdominal dan kelompok kontrol non-obesitas abdominal dengan p<0,01.

Pada penelitian Roh et al. (2007), yang dilakukan pada 83 anak yang terbagi dalam dua kelompok yaitu 38 anak obese (BMI 29,40±3,18kg/m2) dan 45 anak sebagai kontrol (non obese) (BMI 18,43±1,00kg/m2). Hasilnya menunjukkan bahwa kadar hs-CRP pada kelompok obese (1,40±0,74mg/L) lebih besar dari pada kelompok kontrol (0,55±0,49 mg/L), kesimpulannya kadar hs-CRP memiliki korelasi bermakna dengan BMI (p<0,01).

C. Korelasi BMIdan Triceps skinfold thickness Dengan Kadar Hs-CRP Dalam Darah

Pada pengolahan data untuk menentukan sebaran data berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji statistik normalitas Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan berdistribusi normal jika memiliki nilai significancy lebih besar dari 0,050 (p>0,050) dan sebaliknya data dikatakan berdistribusi tidak normal jika nilai significancy kurang dari 0,050 (p<0,050).

(64)

1. Korelasi Body Mass Index Terhadap Kadar Hs-CRP Dalam Darah Korelasi BMI terhadap kadar hs-CRP dalam darah diuji secara statistik menggunakan analisis Spearman karena data BMIberdistribusi normal sedangkan data kadar hs-CRP berdistribusi tidak normal.

Tabel VI. Data Korelasi BMI dan Kadar hs CRP dalam Darah

Korelasi korelasi Spearman sebesar 0,354 menunjukan arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi lemah.Hasil dari penelitian ini sama dengan penelitian Susanto (2009) yang dilakukan pada 82 responden (63% wanita dan 37% pria) di Makassar. Responden sebelumnya sudah di klasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu normal weight (BMI 18,5-25,0kg/m2, n:19), overweight (BMI 25-30 kg/m2, n:18), dan obese (BMI ≥30kg/m2, n:45). Hasil menunjukan bahwa korelasi antara BMI dan hs-CRP bermakna (p=0,005), dimana kadar hs-CRP pada responden obese dan overweight lebih tinggi dibandingkan dengan responden normal weight.

(65)

Obesitas berhubungan dengan marker inflamasi termasuk diantaranya adalah C-reactive protein (CRP) (Fatma and Nese, 2010). Menurut Susanto (2009) hs-CRP adalah prediktor kuat dari risiko penyakit vaskuler, peningkatan kadar hs-CRP telah berkorelasi positif dengan sebagian besar faktor risiko kardiovaskular. C-Reactive Protein adalah protein plasma yang diproduksi oleh hati sebagai reaksi dari adanya infeksi, luka pada jaringan, dan proses inflamasi. Proses inflamasi merupakan proses reaksi tubuh terhadap adanya luka atau infeksi (Fatma and Nese, 2010).

High sensitivity C-reactive protein muncul sebagai penanda inflamasi sistemik yang sensitif untuk memprediksi keadaan dan kejadian vascular (Lawrence, 2005). C- reactive protein berhubungan dengan tingkat obesitas. Pada orang obesitas terjadi peningkatan sel-sel lemak dalam jaringan adiposa yang dapat mensekresi sitokin-sitokin seperti IL-6. Sitokin-sitokin dapat menginduksi hepatosit untuk mensekresikan CRP (Indra, 2006).

(66)

Diagram pada gambar 15 menunjukkan bahwa sebagian besar rensponden yang ikut dalam penelitian ini mempunyai kadar hs-CRP dalam darah yang cenderung berada dalam rentang 1-3 mg/L, dan hanya satu responden yang mempunyai kadar hs-CRP >10 mg/L. Tabel dibawah ini menunjukan jumlah responden dan % jumlah responden pada setiap kriteria kadar hs-CRP.

Tabel VII. Jumlah Responden Pada Setiap Kriteria Kadar Hs-CRP Kriteria Hs-CRP Jumlah

(67)

2. Korelasi Triceps Skinfold Thickness Terhadap Kadar Hs-CRP Dalam Darah

Korelasi triceps skinfold thickness terhadap kadar hs-CRP dalam darah diuji secara statistik menggunakan analisis Spearman, hal ini dikarenakan distribusi data dari triceps skinfold thickness dan kadar hs-CRP dalam darah tidak berdistribusi tidak normal.

Tabel VIII. Data Korelasi Triceps Skinfold Thickness dan Kadar Hs-CRP Dalam Darah terdapat korelasi antara triceps skinfold thickness dengan kadar hs-CRP dalam darah adalah bermakna. Nilai korelasi Spearman sebesar 0,318 menunjukan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi lemah. Pada penelitian yang dilakukan oleh Gokalp et al. (2007), yang dilakukan pada 117 responden sehat (usia 28-60 tahun). Hasil dari penelitian menunjukan bahwa adanya korelasi positif bermakna antara BMI dan kadar hs-CRP dalam darah dengan kekuatan korelasi lemah (r = 0,358, p=0,0001).

(68)

yang paling representatif untuk menggambarkan kegemukan (Seltzer and Mayer, 2011).

Pada penelitian yang dilakukan Toprak et al., (2010). Pada penelitian ini diikuti 835 orang dewasa dan anak-anak baik yang berkulit putih maupun turunan Afrika-Amerika (rentang usia 24-42 tahun, rata-rata 34 tahun, 43% laki-laki, Amerika Afrika 31%). Penelitian ini menunjukkan kaaar hs-CRP dalam darah berkorelasi positif bermakna dengan Triceps skinfold thickness, dimana kekuatan korelasi lemah (r = 0.31, P < 0.001).

Gambar 16. Diagram Sebar Hubungan Triceps Skinfold Thickness dan Kadar hs CRP

(69)

hs-CRP>10 mg/L, berdasarkan American Heart Association perlu dilakukan pengukuran ulang, perlu dilakukan test-test lain untuk mengeksklusikan karena penyebab inflamasi tidak berhubungan dengan jantung (non kardiovaskular) dan perlu interpretasi dalam konteks evaluasi klinik yang lengkap. Menurut Ridker (2003), pengukuran dapat diulangi dalam kurun waktu dua sampai tiga minggu setelah pengukuran awal.

(70)

51 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Terdapat korelasi positif bermakna antara BMI dengan kadar hs-CRP dalam darah dengan kekuatan korelasi lemah (r=0,354; p=0,003) dan korelasi positif bermakna antara triceps skinfold thickness dengan kadar hs-CRP dalam darah dengan kekuatan korelasi lemah (r=0,318; p=0,007) pada pada staff pria kampus I, II, III, dan IV Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

B. Saran

1. Penelitian lanjutan menggunakan beberapa parameter skinfold thickness, sehingga diperoleh data yang lebih lengkap untuk menggambarkan korelasi antara pengukuran antropometri terhadap kadar hs-CRP dalam darah.

(71)

DAFTAR PUSTAKA

Akinpelu, O.A., Oyewole, O.O,, and Oritogun, K.S., 2007, Overweight and Obesity: Does it Occur In Nigerian Adolescents in an Urban Community?, Journal of Biomedical and Health Sciences, 4 (1), 11-17. Anonim, 2011, Apa itu Obesitas?,

http://www.news-medical.net/health/What-is-Obesity-(Indonesian).aspx, diakses pada 15 Januari 2011, 1-6.

Chandalia, M., Alberto, V., Chan, C., Devaraj, S., Jialal, I., Grundy, M., et al., 2004, Elevated Plasma High-Sensitivity C-Reactive Protein Concentrations in Asian Indians Living in the United States, J.Chem., 8 (8), 3773-3776.

Dahlan,M.S., 2009, Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan, Salemba Medika, Jakarta, pp. 45-53, 71-75, 165-166.

Departemen Kesehatan, 2007, Obesitas dan Kurang Aktivitas Fisik, http://www.isfinational.or.id/info/22/899-obesitas-dan-kurang-aktivitas-fisik.pdf, diakses tanggal 21 Maret 2010.

Deron, S.J., 2004, C-Reactive Protein : Everything You Need to Know About CRP and Why It’s More Important Than Cholesterol to Your Health, McGraw-Hill, New York, pp. 2,6, 15-16.

Faris, 2008, Obesitas, http://majalahnh.com/index.php/hidup-sehat/102-obesitas.pdf, diakses tanggal 15 Januari 2011, 1-6.

Fatma, F. and Nese, G., 2010, Evaluation of High sensitivity C-Reactive Protein in Comparison With C-Reactive Protein as Biochemical Serum Markers

in Women with Endometriosis,

http://fertstert.wordpress.com/2010/05/20/re evaluation of high sensitivity c-reactive protein in comparison-with-c-reactive-protein-as-biochemical-serum-markers-in-women-with-endometriosis/, diakses pada tanggal 12 Agustus 2010.

Ganwarin, M. S., 2011, Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul Terhadap Kadar Hs-CRP Dalam Darah, Skripsi, 1-20, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

(72)

Gotera, W., Suka, A., Suastika. K, Santoso, A., dan Kuswardhani, 2006, Hubungan Antara Obesitas Sentral dengan Adiponektin Pada Pasien Geritari dengan Penyakit Jantung Koroner, J. Peny. Dalam, 7 (2), 102-107.

Grundy S.M. 2006. Metabolic Syndrome Connecting and Reconceiling Cardiovaskuler and Diabetes World. J. Am. Coll. Cardiol. 47, 1093-1110.

Guillen, L.S., Garcia, B.H., Pita, J., Garrido, N.D., Camacho, G.R., and Rovira, A., 2008, High-Sensitivity C-Reactive Protein is a Good Marker of Cardiovascular Risk in Obese Children and Adolescents, European J. of Endo, 10, 159.

Hariadi dan Ali, A.R., 2005, Hubungan Obesitas Dengan Beberapa Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner di Laboratorium Klinik Prodia Makassar Tahun 2005, Indo. J. Chem. 2-3.

Indra, M.R, 2006, Adiposit, Obesitas dan Masalah Kesehatan Global di Era Millenium, Fakultas Kedokteran UNIBRAW, Malang, pp. 23, 31-34. Irfan, G., and Ahmad, M., 2008, Highly Sensitive C-Reactive Protein

Concentration and Angiographic Characteristics of Coronary Lesion, J. Ayub. Med. Coll, 20(8), 100-103.

Kumar, V., Abbas, A.K., Fausto, N., and Aster, J.C., 2010, Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease, 8th ed., Saunders Elsevier, Philadelphia, pp. 498.

Kurniawan, W.S.E., 2009, Anthropometri, http://www.WordPress.com/ pdf_info/anthropometri%20, diakses tanggal 3 April 2010, 1-14.

Lapice, E., Maione, S., Patti, L., Cipriano, P., Rivellese, A.A., Ricardi, G., 2009, Abdominal Adiposity Is Associated With Elevated C-Reactive Protein Independent of BMI in Healthy Nonobese People, Diabetes Care, 32(9), 1734-1736.

Lawrence, G.S., 2005, Sindrom Metabolik Merupakan Manifestasi dari Keadaan Inflamasi, J. Med Nus, 26 (1) , 53.

Lestiani, L., 2011, Gizi dan Obesitas,

http://eprints.ui.ac.id/3264/1/a5b9452856cbdb8bb8ad499ca2dd6537b9d8 2a3c.pdf, diakses pada 4 Januari 2011.

(73)

Nexgenergo.com, di akses tanggal 5 Januari 2011.

Notoatmodjo, S., 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, pp. 145.

Parigi, A.D, 2010, Definitions an Classification of Obesity, European J. of Endo, 1(1), 1-15.

Popkin, B.M., 2001, The Shift in Stages of the Nutrition Transition in The Developing World Differs From Past Experiences, Pub. H. Nutri, 5(1a), 205-214.

Rawson, E.S., Freedson, P.S., Osganian, S.K., Matthews, C.E., Reed, G., and Ockene, I.S., 2003, Body Mass Index, but Not Physical Activity, is Associated with C-Reactive Protein, Med. Sci. Sport. Exerc. 35(7), 1160-1166.

Ridker, P. M., 2003, C-REACTIVE PROTEIN: A Simple Test to Help Predict Risk of Heart Attack and Stroke, The Brigham and Women’s Hospital Cardiovascular Center.

Rifai, N., 2001, Clinical Update:High-Sensitivity (hs)-CRP in the Primary

Prevention Setting, http://www. specialtylabs.

com/education/download_PDF/CRPprevent. pdf, diakses tanggal 2 April 2010.

Riskerdas, 2007, Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi D.I Yogyakarta 2007, Balai Pelatihan dan Pengembangan Kesehatan Dapertemen Kesehatan R.I, Jakarta, 55.

Roh, E.J., Lim, J.W., Ko, K.O., and Cheon, E.J., 2007, A Useful Predictor of Early Atherosclerosis in Obese Children: Serum High-sensitivity C-reactive Protein, J. Korean. Med, 22, 192-197.

Sardinha, L., Going, S., Teixeira, P., and Lohman, T., 1999, Receiver Operating Characteristic Analysis of Body Mass Index, Triceps Skinfold Thickness, and Arm Girth for Obesity Screening in Children and Adolescents, Am. J. Clin Nutr, 70(6), 1090-1095.

Seltzer, C., and Mayer, J., 2011, Fold over the Subscapular Skin Fold as an I Greater Reliability of the Triceps Skin Fold over the Subscapular Skin Fold as an Index of Obesity”, Am J. Clin. Nutr, 20(9), 950-953.

(74)

Susanto, H.K., 2009, Plasminogen Activator Inhibitor-1 and High Sensitivity C-Reactive Protein in Obesity, Indo. J. Med. Sci, 2(1), 23-31.

Soegih, R.R., dan Wiramihardja, K.K., 2009, Obesitas Permasalahan dan Terapi Praktis, Sagung Seto, Jakarta, pp. 10.

Toprak, D., Toprak, A., Chen, W., Xu, J., Srinivasan, S., dan Berenson, G.S., 2010, Adiposity in Childhood Is Related to C-Reactive Protein and Adiponectin in Young Adulthood: From the Bogalusa Heart Study, Obesity of Research Journal., 19(10), 185-190.

WHO, 2004, Obesity: Preventing and Managing The Global Epidemic, WHO Technical Report Series, Geneva, 894.

Williams and Wilkins, 2008, All Thing Nursing, Wolters Kluwer Health, Norristown, pp.328.

Wulandari, D., Friamita, R.D., dan Patramurti, C., 2006, Penetapan kadar Kafein Dalam Campuran Paracetamol, Salisilamida, dan Kafein Secara Spektrofotometri Derivatif, Laporan Penelitian, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

(75)
(76)
(77)

Lampiran 2. Informed Consent

SURAT PERSETUJUAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama :

Umur : Alamat :

Menyatakan bahwa :

1. Saya telah mendapat penjelasan segala sesuatu mengenai penelitian :

KORELASI PENGUKURAN ANTROPOMETRIK TERHADAP

PROFIL LIPID DAN KADAR hs-CRP DALAM DARAH SEBAGAI PREDIKTOR PENYAKIT KARDIOVASKULAR

2. Setelah saya memahami penjelasan tersebut, dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun bersedia ikut serta dalam penelitian ini dengan kondisi :

a) Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan hanya dipergunakan untuk kepentingan ilmiah.

b) Apabila saya inginkan, saya boleh memutuskan untuk keluar / tidak berpartisipasi lagi dalam penelitian ini tanpa harus menyampaikan alasan apapun.

Yogyakarta,……….

Saksi Yang membuat pernyataan

(……….) (………..)

(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)

Lampiran 8. Foto Skinfold Caliper

Gambar 19. Alat Skinfold Caliper

(85)

Lampiran 9. Foto Timbangan Berat Badan

(86)

Lampiran 10. Data Validasi Alat

Validasi Alat Pengukuran Tinggi Badan (OndaMeasuring Tape MT01)

Tinggi Badan Mean SD CV (%)

Validasi Alat Pengukuran Berat Badan (Tanita-HA-622)

Berat Badan Mean SD CV (%)

Validasi Alat Pengukuran Tebal Lemak Kulit

(87)

Lampiran 11. Data Statistika

Data Normalitas BMI

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

BMI 70 100.0% 0 .0% 70 100.0%

Statistic Std. Error

BMI Mean 2.553095E1 .4372253

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 2.465871E1

Upper Bound 2.640319E1

5% Trimmed Mean 2.548865E1

Median 2.563735E1

Variance 13.382

Std. Deviation 3.6580890E0

Minimum 17.4191

(88)

Range 17.6836

Interquartile Range 4.7331

Skewness .052 .287

Kurtosis -.127 .566

Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

BMI .056 70 .200* .991 70 .888

Dari data diatas, diperoleh nilai Significancy 0,200 yang menunjukan bahwa data BMI berdistribusi normal (p > 0,05).

Data Normalitas Triseps

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

(89)

Statistic Std. Error

(90)

Gambar

Tabel I. Klasifikasi Internasional kurus, kelebihan berat badan
Gambar 1. Bentuk tubuh apel dan pir (www.adamimages.com)
Gambar 2. Rumus perhitungan BMI (WHO 2004)
Gambar 4. Pengukuran Tinggi
+7

Referensi

Dokumen terkait

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SIDOARJO Jumlah  rumah tangga usaha  pertanian di Kabupaten Sidoarjo  Tahun 2013 sebanyak 41.287 rumah  tangga   

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan mengumpulkan data curah hujan yang diperlukan kemudian mencari hujan maksimum setiap tahunnya, melakukan analisis

Salah satu upaya yang dilakukan selama ini dalam meminimalkan gangguan lalu lintas kendaraan dan mengurangi tingkat resiko kecelakaan bagi pejalan kaki di daerah perkotaan

Salah satu pendekatan pembelajaran tersebut adalah apa yang disebut “Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)” atau “Problem Based Learning (PBL)”. Pendekatan pembelajaran ini

Mahasiswa yang tidak melakukan proses pembayaran kuliah/registrasi Semester Genap 2014/2015 sampai dengan tanggal 2 Maret 2015 dan tidak melakukan cuti akademik sampai

Menghirup semprotan (Asam laktat 85%) dapat menyebabkan iritasi parah pada saluran pernapasan dengan gejala seperti batuk, tersedak, napas pendek, pusing serta

Skripsi yang berjudul &#34;Analisis Penilaian Kewajaran Harga Saham (Studi Pada Sektor Industri Pertambangan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia

1. Perhitungan dan analisis rasio keuangan dengan metode time series analysis pada periode 2010 sampai dengan 2012 untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan dan