STUDI KUALITATIF MENGENAI
PENGALAMAN BEREMPATI PADA REMAJA
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh : Riana Budiani NIM : 069114063
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh : Riana Budiani NIM : 069114063
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN
“ Marilah kepada‐Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”
Matius 11:28
"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."
Lukas 10:27
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Tuhan Yesus yang memelihara kehidupanku, akan kasih,
anugerah dan rahmatNya yang melimpah dalam hidupku
m
p
Saya menya
memuat kar
pustaka, seb
PER
atakan deng
rya orang la
bagaimana la
RNYATAA
gan sesungg
ain, kecuali
ayaknya kary
v
AN KEAS
guhnya bahw
yang sudah
ya ilmiah.
SLIAN KA
wa skripsi
h disebutkan
Yo
ARYA
yang saya
n dalam kuti
ogyakarta, 21
Pe
Rian
tulis ini tid
ipan dan da
1 Februari 20
enulis
na Budiani
dak
aftar
vi
STUDI KUALITATIF MENGENAI
PENGALAMAN BEREMPATI PADA REMAJA
Riana Budiani
ABSTRAK
Empati merupakan suatu hal yang dekat dengan kehidupan manusia sehari-harinya. Latar belakang penelitian ini adalah adanya egocentrism yang terjadi pada remaja di mana remaja juga memiliki empati. Oleh karena itu peneliti tertarik meneliti proses berempati pada remaja. Tujuan dari penelitian ini adalah peneliti ingin melihat gambaran mengenai pengalaman berempati pada remaja. Subyek yang digunakan dalam penelitian sebanyak 8 orang yang berusia 20-23 tahun. Teknik pengambilan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik bercerita. Kemudian, melalui cerita-cerita dari para subyek maka peneliti melihat gambaran pengalaman berempati melalui aspek-aspek yang terdapat di dalam empati. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa empati yang terjadi pada penelitian ini memiliki aspek-aspek yang menyusun proses pengalaman tersebut. Aspek-aspek tersebut adalah pemahaman observer terhadap, target empati, emosi yang dirasakan target maupun observer dan adanya perilaku menolong yang muncul setelah seseorang mengalami empati. Secara lebih spesifik, pengalaman berempati pada penelitian ini cenderung terjadi pada jenis pengalaman kegagalan dan dikecewakan oleh pihak tertentu dan pengalaman kematian orang tua.
vii
Riana Budiani
ABSRACT
Empathy is one of the closest matter in human’s daily life. The background of this research is adolesence had both experience of empathy and egocentrism. Therefore, these matters are important to be research. The aim of this research is to describe the experience of empathy in adolesence. The subject that used in this research are approximately 8 partisipants. The samples were 20-23 years old. The technique that used to collect the data was story telling. The researchers can see the experience of empathy by the aspects of empathy that told by the subjects. The result of this research showed that empathy that happens in this study had processes to arrange that experience like the observer’s understanding toward the empathy goal, the subject’s emotion, the altruism that appeared. Specifically, the experience of empathy in this research tended to the failed and disappointed experience and the parents’s death.
ix
Puji syukur kepada Allah Yang Hidup yang telah menyertai saya sehingga saya
bisa menyelesaikan skripsi saya. Saya sungguh mengucapkan terima kasih dari hati
yang terdalam kepada :
1.
Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa telah melindungi, menguatkan, dan
menghibur saya ketika saya hidup selama ini. Jika bukan karena pertolongan-Nya,
saya tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini.
2.
Orang tua yang sungguh mengasihi dan mendidik saya. Untuk mami dan papi.
Terutama untuk mami yang telah berusaha keras untuk mencukupkan segala
kebutuhan saya.
3.
Kakak saya yang tercinta (Vinna Budiani), atas perhatian, kasih sayang dan
kesempatan kuliah yang diberikan kepada saya. Atas biaya yang telah dicukupkan
sehingga saya bisa menyelesaikan kuliah dan skripsi saya serta kerja kerasnya
menguliahkan saya.
4.
Alm. Nenek saya yang telah dipanggil Tuhan, untuk kasih sayang yang begitu
besar yang telah saya terima dari beliau.
5.
Koh Boby dan Cik Yaya, atas bantuan yang diberikan selama ini kepada saya dan
keluarga.
6.
Oom Hian dan tante Dina, atas perhatian dan bantuan yang diberikan selama ini
x
7.
C. Siwi Handayani, selaku dekan fakultas psikologi, atas kesempatan yang telah
diberikan selama proses studi.
8.
V. Didik Suryo Hartoko, selaku dosen pembimbing skripsi saya, atas bimbingan
dan pengetahuan yang diberikan kepada saya.
9.
Ike, Komenk, Jean, Wayan, Gita, Marcel, Ari, teman-teman seperjuanganku,
terima kasih untuk dukungan kalian.
10.
Anak kos Muria, Linda terima kasih karena telah menungguku ujian jam 7 pagi,
Virly, Eva, dan anak-anak kos yang lain, terima kasih atas perhatian dan
persahabatan kita selama ini.
11.
Seluruh subyek penelitian: Joanna, Rosa, Naylan, David, Rosa, Olive, Peter dan
Lisa. Atas kesediaan mereka menjadi subyek penelitian saya.
12.
Segenap dosen psikologi, atas pengetahuan yang telah diberikan kepada saya
selama berkuliah di jurusan Psikologi, Sanata Dharma.
13.
Seluruh keluarga GKIm Anugerah, Majelis, hamba Tuhan, dan seluruh jemaat
GKIm Anugerah, terima kasih untuk dukungan doa dan perhatiannya kepada saya.
14.
Segenap staf fakultas psikologi, Pak Gi, Mas Muji, Mas Doni, Mas Gandung dan
Mbak Nanik, terima kasih atas bantuannya, mohon maaf jika ada salah.
15.
Seluruh teman-temanku yang tidak bisa aku sebutkan namanya satu persatu. Aku
sangat berterima kasih atas perhatian dan persahabatan kita selama ini.
Penulis
xi
HALAMAN PERSETUJUAN
... ii
HALAMAN PENGESAHAN
... iii
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN
... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
... v
ABSTRAK
... vi
ABSTRACT
... vii
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA
... viii
KATA PENGANTAR
... ix
DAFTAR ISI
... xi
DAFTAR TABEL
... xiii
DAFTAR LAMPIRAN
... xii
BAB I
PENDAHULUAN
...
1
A.
Latar Belakang Masalah
...
1
B.
Rumusan Masalah
...
4
C.
Tujuan Penelitian
...
5
D.
Manfaat Penelitian
...
5
1.Manfaat Teoritis
...
5
2.Manfaat Praktis
...
5
BAB II
DASAR TEORI
... 6
xii
B.
Pengalaman Berempati
... 12
C.
Empati dan Sistem Nilai
... 13
D.
Pertanyaan Penelitian
... 14
BAB III
METODE PENELITIAN
... 15
A.
Pendekatan Fenomenologi
... 15
B.
Fokus Penelitian
... 15
C.
Sumber Data Penelitian
... 16
D.
Metode Pengambilan Data
... 16
E.
Teknik Analisis dan Interpretasi Data
... 18
F.
Kredibilitas Penelitian
... 18
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
………
20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
………...
34
A.
Kesimpulan
………
34
B.
Kelemahan dan Saran
……….. 35
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. ANALISIS DATA PENGALAMAN BEREMPATI
….……… 38
1 A. LATAR BELAKANG MASALAH
Di dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang pasti bertemu dengan orang-orang di sekitarnya. Tidak hanya bertemu, namun mereka juga menjalin relasi sosial satu dengan yang lain. Banyak hal yang terjadi dalam menjalin relasi sosial. Pada umumnya, seseorang akan saling berkomunikasi membicarakan banyak hal dan berbagi banyak informasi. Hubungan yang terjalin antara dua orang atau lebih dapat menyebabkan seseorang dapat merasakan apa yang sedang rasakan oleh orang lain. Oleh karena itu, disadari atau tidak disadari, empati sering terjadi ketika seseorang menjalin relasi sosial dengan sesamanya.
2
seorang observer akan mampu merasakan dunia perseptual orang lain ketika orang tersebut mampu menghargai orang lain dan dunia orang tersebut serta adanya kepedulian terhadap diri orang tersebut (Roger dalam Hakansson, 2003). Empati merupakan bagian penting dalam interaksi sosial sesama manusia (Bohart&Greenberg; Davis; Rogers dalam Hakansson, 2003).
pengalaman antara observer dengan target empati menyebabkan observer kembali teringat kepada pengalaman observer yang sama dengan pengalaman target empati. Hal itu menggerakkan empati dalam diri observer. Empati yang muncul dalam diri observer mendorong observer untuk memperhatikan kesejahteraan target empati. Oleh karena itu observer memberikan perhatian, nasehat, melakukan suatu tindakan-tindakan yang berpusat untuk mencapai kesejahteraan target empati. Selain itu, empati dalam diri seorang observer juga dapat menyebabkan akibat atau pengaruh yang positif atau pengaruh negatif terhadap observer dan target empati (Hakansson, 2003).
4
akan lebih cenderung percaya bahwa pengalaman mereka merupakan pengalaman yang unik dan tidak mengikuti aturan yang berlaku (Ribner, 2000). Sedangkan, menurut beberapa filsuf empati adalah pemahaman seseorang terhadap pikiran dan perasaan orang lain (Hakansson, 2003).
Peneliti ingin melihat proses berempati pada remaja yang sedang mengalami egocentrism di mana seorang remaja pada masa perkembangannya memiliki kecenderungan berfokus pada diri sendiri. Selain itu, pada penelitian sebelumnya, penelitian dilakukan pada subyek remaja dan dewasa awal. Secara khusus, pada penelitian ini, peneliti ingin melihat proses berempati pada remaja.
Penelitian yang dilakukan menggunakan teknik bercerita. Para subyek penelitian diminta untuk menceritakan pengalaman berempatinya sehingga peneliti mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk melihat gambaran proses empati pada remaja. Teknik bercerita digunakan karena peneliti ingin mendorong subyek penelitian untuk menyadari kembali pengalaman berempatinya sehingga peneliti dapat menganalisis cerita mengenai pengalaman berempati pada subyek penelitian.
B. RUMUSAN MASALAH
• Bagaimana proses pengalaman berempati pada remaja?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari studi ini adalah untuk melihat gambaran pengalaman berempati pada kelompok remaja. Ide atau konsep sentral yang akan dipelajari dalam penelitian ini yakni pengalaman empati akan didefinisikan secara umum sebagai perilaku di mana seseorang mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian adalah sebagai referensi pada bidang psikologi sosial melalui analisis terhadap subyek yang diteliti yang terkait dengan ilmu sosial.
2. Manfaat Praktis
6 BAB II
DASAR TEORI
A. EMPATI
1. Definisi Empati
Empati adalah kemampuan untuk memahami keadaan emosi orang lain dengan cara mengalami perasaan yang dialami orang tersebut atau menanggapi kondisi tersebut dengan menggunakan emosi yang sama (Berk, 2008). Kemudian, definisi lain empati menurut Batson, dkk (2002) mengatakan bahwa empati adalah “ an other oriented emotional response elicited by and congruent with the perceived welfare of someone else.”
(Batson, dkk dalam Lopez & Snyder, 2009). Berdasarkan definisi tersebut maka empati adalah sebuah respon emosi yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau faktor eksternal seseorang yang berempati yang terkait dengan kesejahteraan seseorang. Hal itu ditunjukkan dengan adanya kemampuan bereaksi seseorang terhadap perasaan orang lain dengan respon emosional yang sama dengan perasaan orang lain (Santrock, 2002).
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa empati adalah respon seseorang terhadap keadaan emosi orang lain dengan ikut merasakan emosi yang sedang dialami oleh orang lain.
2. Perkembangan Empati
memberikan respon terhadap target sehingga observer ikut merasakan perasaan yang dialami oleh target (Davis dalam Tiedens&Leach, 2006). Mimikri motor dilakukan oleh bayi. Pada usia bayi 9 bulan telah berkembang join attention yaitu kemampuan untuk mengikuti pandangan pembicara yang berbicara dengan bayi agar bayi dapat menyusun agen, obyek dan tindakan sehingga dapat mengandung arti meskipun penyusunannya belum sempurna. Salah satu bentuk join attention pada bayi adalah ketika bayi memberikan senyuman kepada pengasuh atau tertawa ketika orang tuanya atau pengasuh bayi tersebut berkomunikasi dengan bayi melalui berbicara secara langsung dengan bayi menggunakan bahasa yang sederhana.
8
Pada theory of mind, obyek yang digunakan untuk memprediksi perilaku orang lain adalah situasi sosial. Kemudian, situasi sosial tersebut diproses dengan cara analisis terhadap situasi yang terjadi. Setelah proses analisis diperoleh hasil berupa prediksi atau penjelasan mengenai perilaku yang akan dimunculkan setelah pemrosesan terhadap situasi sosial (Dominey, 2010).
Kemudian, pada anak berusia 4 tahun juga mengalami perkembangan pada masa praoperasional yang disebut egocentrism yang merupakan tahap perkembangan empati selanjutnya yaitu ketidakmampuan seorang anak untuk membedakan perspektif diri sendiri dan perspektif orang lain (Santrock, 2002). Menurut Piaget, egosentrisme adalah suatu tanda adanya ketidakmatangan emosi pada seseorang. Hal itu membuat anak memahami bahwa segala sesuatu yang terjadi tergantung pada tindakan yang dilakukan oleh dirinya (Santrock, 2002). Akan tetapi, pada usia 4 tahun, mulai berkembang kemampuan untuk memadukan dua atau lebih stimulus yang ditangkap oleh indera yang dimiliki anak.
Empati mulai berkembang pada diri seseorang ketika berusia 6-12 tahun yang ditandai dengan kemampuan mengambil perspektif orang lain. Empati ini akan mempengaruhi tindakan yang diambil seorang anak untuk berperilaku sesuai dengan standar moral yang ada.
Ketidakmampuan ini menunjukkan adanya keterkaitan antara perspektif taking dengan egocentrism yang merupakan bagian dari tahap perkembangan empati. Kemudian, pada usia 6-8 tahun anak mulai menyadari bahwa orang lain juga memiliki suatu perspektif, namun seorang anak masih cenderung untuk menggunakan perspektifnya sendiri. Lalu, pada tahap selanjutnya yaitu usia 8 hingga 10 tahun maka seorang anak sudah mampu mengkoordinasikan perspektif antara diri sendiri dan orang lain serta pengaruh perspektif orang lain terhadap pandangan satu orang terhadap yang lain. akan tetapi, tidak dapat mengabstraksikan proses-proses tersebut pada tingkat timbal balik secara serentak (Santrock, 2002). Pada usia 10-12 tahun anak sudah mampu melihat suatu interaksi antara diri sendiri dan orang lain dari sudut pandang orang ketiga. Selain itu, diri sendiri dan orang lain sama-sama dipandang sebagai subjek. Pada tahap yang terakhir, seorang remaja telah mampu mengambil perspektif dari sistem sosial.
10
kemampuan observer untuk membayangkan kondisi yang sedang dihadapi target empati serta membayangkan perasaan yang sedang dialami target empati. Kemudian, observer pun akan mengalami perasaan-perasaan positif maupun negatif, afek, kesenangan, rasa sakit, rasa rindu, dan harapan-harapan sebagai hasil dari pengalaman berempati observer terhadap target. Kemudian adanya kesamaan pengalaman antara observer dengan target empati menyebabkan observer kembali teringat kepada pengalaman observer yang sama dengan pengalaman target empati. Hal itu menggerakkan empati dalam diri observer. Empati yang muncul dalam diri observer mendorong observer untuk memperhatikan kesejahteraan target empati. Oleh karena itu observer memberikan perhatian, nasehat, melakukan suatu tindakan-tindakan yang berpusat untuk mencapai kesejahteraan target empati. Selain itu, empati dalam diri seorang observer juga dapat menyebabkan akibat atau pengaruh yang positif atau pengaruh negatif terhadap observer dan target empati (Hakansson, 2003).
3. Proses Empati
Empati yang terjadi atau dialami oleh seorang observer mengalami suatu proses sehingga orang tersebut dapat memiliki empati.
a. Pemahaman
sedang terjadi pada target empati yang dapat dipahami oleh observer melalui analisis terhadap non verbal target empati. Hal tersebut menyebabkan observer mampu merasakan perasaan yang sedang dirasakan oleh orang lain (Hatfield, 2008).
Proses pemahaman di mana seorang observer (orang yang melakukan empati terhadap orang lain) berusaha memahami target empati merupakan hasil dari pengambilan perspektif observer terhadap target empati (Barret Lenard, 1981; Davis, 1996 dalam Hakansson –Montgomery, 2003). Secara lebih khusus, seseorang mampu memahami pemikiran dan perasaan-perasaan orang lain (Santrock, 2002). Ketika seseorang mampu mengambil perspektif orang lain maka dia akan merasakan, memahami, mengerti, berbagai rasa dengan orang lain. Kemudian, hal-hal yang diapahami adalah pikiran, perasaan, emosi, hasrat, kesadaran, situasi, kerangka berpikir, inner world, inner life dan pengalaman target empati (Ickes; Schafer; Greenberg&Elliot; Hoffman; Rogers, dkk dalam Hakansson, 2003).
b. Emosi
12
merupakan repon afektif seorang observer terhadap target empati, pada proses ini seseorang observer memiliki kesamaan rasa dengan target empati (Greenson dalam Hakansson, 2003).
c. Kesamaan Pengalaman
Kesamaan rasa yang dimiliki oleh seseorang terhadap orang lain dalam proses empati juga dipengaruhi oleh masa lalu orang tersebut. Ketika seseorang memiliki pengalaman yang negatif dan melihat orang lain memiliki pengalaman yang sama maka perasaan yang pernah dialami oleh orang tersebut pada pengalamannya akan dialami kembali melalui pengalaman orang lain (Hoffman dalam Hakansson, 2003). Observer melihat target empati yang sedang mengalami pengalaman negatif maka observer akan teringat pada pengalaman observer sebelumnya yang memiliki kesamaan dengan pengalaman target. Hal itu memperkuat pemahaman observer terhadap kondisi target empati sehingga observer mampu berempati kepada target empati.
d. Perilaku Menolong
4. Pengalaman Berempati
Definisi yang pertama dari pengalaman adalah kejadian/ peristiwa yang ditemui seseorang dalam hidupnya (Smith, 2008). Kemudian, definisi yang kedua dari pengalaman adalah pengetahuan yang diperoleh dari partisipasi di dalam sebuah kejadian/ peristiwa (Brentano dalam Smith, 2008).
Pengalaman diperoleh seseorang ketika orang tersebut benar-benar mengalami suatu kejadian atau peristiwa dan ketika peristiwa itu sudah berlalu maka orang tersebut mampu untuk menceritakan peristiwa tersebut secara sadar. Namun, tidak hanya sekedar bercerita, tetapi seseorang juga mampu menceritakan detail dari sebuah peristiwa yang pernah dialaminya (Smith, 2008). Bagian terpenting dari kesadaran seseorang dan hubungan di dalamnya adalah intensi dari pengalaman itu sendiri.
B. EGOCENTRISM PADA REMAJA
Pada perkembangannya, remaja mengalami egocentrism. Egocentrism pada remaja cenderung berfokus pada dirinya sendiri. Salah satu bentuk egocentrism pada remaja adalah imaginary audience. Remaja percaya bahwa
14
pengalaman yang dimiliki oleh remaja merupakan pengalaman yang unik (Ribner, 2000).
C. EMPATI DAN SISTEM NILAI
Empati yang muncul dikuatkan oleh nilai keagamaan yang dianut oleh seorang observer sehingga menggerakkan adanya perilaku menolong. Motivasi yang menggerakkan seseorang untuk menolong orang lain ada 2 macam yaitu menolong agar orang yang ditolong merasa lega atau sejahtera dan menolong orang lain dikarenakan hal tersebut merupakan hal yang baik yang harus dilakukan sesuai dengan nilai yang dianut oleh seseorang (Staub, 1978). Dalam kaitannya sistem nilai dengan empati, empati yang dialami oleh seseorang tidaklah cukup untuk menggerakkan seseorang melakukan tindakan untuk menolong target empati, begitu juga sistem nilai yang dimiliki seseorang juga tidak cukup bagi seorang observer untuk menolong target empati. Tidak adanya nilai dalam diri seseorang akan membuat seseorang hanya digerakkan oleh perasaannya saja, dalam hal ini empati yang dialami oleh observer (McGrath, 1994). Sedangkan, tidak adanya empati dan hanya adanya sistem nilai akan menyebabkan observer memiliki motivasi yang tidak murni dalam menolong target empati (Hoffman; Laskey dalam Hakansson, 2003).
D. Pertanyaan Penelitian
15
A. PENDEKATAN DESKRIPTIF KUALITATIF
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Metode ini dipakai oleh peneliti untuk menjelaskan proses terjadinya pengalaman berempati atau menggambarakan suatu pengalaman dalam hidup seseorang secara mendalam. Data diperoleh melalui obyek-obyek dan beberapa peristiwa yang dimunculkan dalam kesadaran seseorang melalui teknik bercerita yang digunakan untuk mencari data mentah.
B. FOKUS PENELITIAN
Fokus penelitian menunjuk pada fenomena utama berupa atribut yang ada dalam subjek penelitian yang akan dieksplorasi sehingga akan mempermudah penulis dalam melakukan analisis data. Atribut utama dari penelitian ini adalah pengalaman berempati. Peneliti mendapatkan pengalaman berempati melalui cerita-cerita yang diceritakan atau ditulis oleh subyek penelitian.
16
pengalaman berempati adalah situasi atau kondisi di mana seseorang dapat merasakan apa yang orang lain rasakan dalam suatu kondisi tertentu.
C. SUMBER DATA PENELITIAN
Subyek penelitian merupakan remaja yang berusia 20-23 tahun. Subyek penelitian merupakan mahasiswa dari beberapa universitas di Solo dan Yogyakarta. Bidang yang ditekuni oleh para subyek juga beragam. Bidang-bidang tersebut adalah teknik informatika, kedokteran, tata boga, teknik industri dan farmasi. Kemudian, keseluruhan jumlah subyek penelitian ada 8 orang remaja, yang terdiri dari 2 orang laki-laki dan 6 orang wanita.
D. METODE PENGAMBILAN DATA
oleh subyek penelitian. Kurangnya pengenalan subyek terkait dengan tema penelitian juga telah dikemukakan oleh para subyek. Kemudian, peneliti meminta subyek untuk menjelaskan proses terjadinya empati. Lalu, peneliti pun menjelaskan beberapa aspek dalam empati seperti apakah subyek memiliki pemahaman terhadap kondisi orang lain, bagaimana perasaan subyek ketika sedang mengalami empati terhadap orang lain dan apakah ada kesamaan pengalaman antara subyek dan orang yang diberikan empati. Penjelasan tersebut cukup mendetail diberikan kepada subyek karena subyek merasa bingung mengenai hal-hal yang dapat diceritakan mengenai pengalaman berempati subyek. Oleh karena itu, data yang diperoleh pun akan bervariasi sesuai dengan data yang diperoleh dari masing-masing subyek yang diteliti.
18
E. TEKNIK ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA
Teknik yang digunakan untuk mengalisis dan menginterpretasi data adalah analisis isi. Kemudian, ada beberapa tahap yang dilakukan oleh peneliti untuk mengolah data penelitian yaitu:
1. Tahap pertama adalah proses di mana peneliti membaca kembali seluruh data mentah yang telah diperoleh melalui proses pengumpulan data.
2. Tahap kedua adalah tahap di mana peneliti menggolongkan data penelitian yang berupa verbatim ke dalam tema-tema yang merupakan aspek-aspek mengenai pengalaman berempati.
3. Tahap ketiga, peneliti mengambil kesimpulan dari tiap-tiap cerita dari masing-masing aspek penelitian.
4. Pada tahap yang terakhir, peneliti mengambil kesimpulan dari masing-masing aspek.
5. Peneliti mengambil kesimpulan secara menyeluruh melalui kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari kesimpulan beberapa tema.
F. KREDIBILITAS PENELITIAN
20
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN KELOMPOK
Subyek yang termasuk dalam penelitian ini adalah para pemuda yang berusia 20-23 tahun. Mereka adalah mahasiswa yang berkuliah di berbagai bidang seperti teknik industri, teknik informatika, kedokteran dan farmasi. Para subyek tersebar di berbagai universitas. Ada yang berkuliah di Yogyakarta dan ada beberapa mahasiswa yang berkuliah di Solo. Jumlah mahasiswa yang berkuliah di Solo ada 3 orang. Sedangkan 5 orang yang lain berkuliah di Yogyakarta. Para subyek merupakan penganut agama Kristen, Katolik, dan Islam.
B. HASIL ANALISIS
1. Jenis Pengalaman
Ada beberapa jenis pengalaman yang menyebabkan kemunculan empati observer terhadap target pada subyek penelitian ini. Pengalaman tersebut adalah pengalaman dikecewakan oleh pihak otoritas, pengalaman kegagalan, pengalaman dibandingkan antara observer dengan target, pengalaman kematian orang tua dan pengalaman hidup sehari-hari.
(subyek 1-pengalaman dikecewakan oleh pihak otoritas)
” .... Terus, tante itu memperkenalkan aku lebih dulu dari kedua saudaraku yang lain. perkenalan itu juga dilakukan dengan sikap yang menonjolkan diriku dan membuat aku tampak wah dari yang lain. Hal itu dilakukan beberapa kali ...” (subyek 2-pengalaman dibandingkan antara observer dengan target)
” ... Tak berselang lama, dia dikabarkan lagi oleh keluarganya kalau ibunya sudah tiada ...” (subyek 6-pengalaman kematian orang tua)
2. Pemahaman
a. Proses Pemahaman
Ada berbagai macam proses yang terjadi pada masing-masing observer pada proses pemahaman. Hal ini mungkin terkait dengan perbedaan masing-masing individu sehingga masing-masing observer menggunakan cara yang berbeda-beda dalam memahami target pada proses empati. Mendengarkan cerita pengalaman target dari target maupun dari cerita orang lain mengenai pengalaman target dan melihat pengalaman target empati secara langsung merupakan cara yang paling sering digunakan observer dalam memahami target pada proses empati. Observer memahami target empati dengan cara melihat langsung pengalaman target empati.
22
Adanya kesamaan pengalaman antara observer dan target mendukung proses empati pada aspek memahami. Observer memahami target empati melalui pengalaman masa lalunya maka observer dapat mengambil perspektif target empati ketika sedang menghadapi permasalahannya. Akan tetapi, empati dapat terjadi meskipun tidak ada kesamaan pengalaman antara observer dan target empati.
” ... Nek dulu aku ngeliat temenku yang juga nunggu dosen e tu biasane tak biarke ae... Jadi, sekarang nek aku ngeliat temenku seng nunggu dosen ya diajak ngobrollah bentar, temenilah bentar. Kan nunggu dosen itu membosankan ...”
” ... Aku berpikir begitu, karena aku pernah mengalami peristiwa yang mirip-mirip ...”
Selain itu, observer juga mendengarkan cerita pengalaman target melalui orang lain. Namun, observer juga mendengarkan cerita dari target sehingga observer dapat memahami target empati.
” ... Banyak yang dia ceritakan tentang ibunya ...” (subyek 6)
penilaian negatif pada pengalaman observer dikarenakan dampak negatif yang disebabkan oleh pihak lain.
”Contoh konkret baru-baru ini tu soal ngrasakke nek nunggu dosen lama, padahal mau bimbingan dan ternyata dosen e nda dateng ... Udah nunggu dari pagi sampe sore, dihubungi nda bisa, tiba-tiba dosen nda dateng ...” (subyek 1)
“ … Masalahnya angkatan atas itu orangnya malas. Jarang datang kuliah dan kalau disuruh kumpul kerja kelompok itu jarang ...” (subyek 4)
Adanya kedekatan hubungan antara observer dan target dapat memperkuat proses pemahaman observer terhadap target empati. Hubungan yang dimaksud adalah hubungan saudara sepupu dan saudara kandung, hubungan persahabatan dekat dan pertemanan. Namun, tidak adanya hubungan antara observer dengan target juga menggerakkan empati observer terhadap target.
” ... Setelah beberapa kali terjadi, aku mulai berpikir mengenai perasaan kedua saudaraku tersebut, karena aku merasa lebih ditonjolkan dari mereka. ...” (subyek 2-hubungan saudara sepupu)
“Kejadian ini terjadi dua hari lalu, pas di kampus gitu ada temen sekelasku (gak deket siy, tapi lumayan sering sekelompok tugas dan sering ngobrol bareng) yang cerita klo udah 2 minggu-an dia nggak ngerja’in TA, karena dia mundur dari TA yang udah dijalani selama 4bulan ...” (subyek 5- hubungan pertemanan)
24
berbulan-bulan sakit dan dirawat di rumah sakit ...” ( subyek 6-hubungan sahabat dekat)
b. Obyek Pemahaman
Proses pemahaman dalam empati memiliki obyek yang dipahami oleh observer. Obyek yang dipahami oleh observer dari proses empati adalah perasaan-perasaan negatif. Perasaan – perasaan negatif yang muncul adalah perasaan tidak enak, sedih, jengkel dan kecewa.
“… Rasane tu jengkel, sedih, kecewane bukan maen gitu. … ”
Kemudian, obyek-obyek pemahaman yang lainnya adalah kondisi, usaha dan hasrat target empati. Obyek-obyek tersebut merupakan obyek-obyek yang dipakai oleh observer dalam berempati kepada target.
” ... Walaupun di satu sisi memang sangat berat kehilangan seseorang yang kita sayangi, siapa pun orangnya terlebih lagi jika orang itu adalah orang tua kita ... ” (subyek 6)
” Hari Minggu 22 Agustus 2010, di jalan, saya melihat seorang ibu menggendong anaknya. Pada saat itu cuaca sangat panas, matahari serasa menyengat kulit ...” (subyek 7)
gitu lo liat adikku nangis. Berarti de’e kan pengen banget ta, sampe de’e isa nangis ... Karena aku ngerti perjuangan e adikku. Aku ngerti, de’e dah belajar mati-matian ... ” (subyek 3)
3. Emosi
a. Perasaan Target Menurut Observer
Pada proses empati, observer menangkap atau mampu merasakan emosi–emosi negatif yang dialami atau sedang dirasakan oleh target meskipun target tidak mengatakan perasaannya kepada observer. Emosi –emosi yang dialami oleh target adalah perasaan sedih, frustasi, perasaan tidak enak, dan perasaan kecewa. Perasaan tersebut adalah perasaan target empati menurut penilaian observer.
” ... Tapi, karena bener-bener udah buntu, dan dia mikir kalo gak bakal bisa maju begini terus akhir e dia memutuskan buat mundur ...”
”... Rasa sakit, kecewa dan marah yang dia rasakan pada saat itu, aku sangat merasakan apa yang teman aku rasakan ...”
Perasaan yang dialami oleh observer ketika berempati kepada target adalah perasaan kasihan.
” ... Pada saat itu saya merasa iba ...”
b. Perasaan Observer
26
dari pengalaman observer sebelumnya dan hasil dari melihat respon yang ditunjukkan oleh target terhadap pengalaman yang sedang dialaminya.
” ... Rasane tu jengkel, sedih, kecewane bukan maen gitu ...” (subyek 1)
“ ... Saya bisa merasakan betapa kecewanya temen saya ini karena dia udah nglaku’in bagiannya sungguh-sungguh ... Saya bisa ngerti posisi dia dan perasaannya dia tu pasti kecewa, marah juga ... Karena saya juga pernah di posisi dia. ” (subyek 4)
Ada pula perasaan observer yang muncul yang merupakan bentuk respon emosi yang ditunjukkan observer atas pengalaman yang sedang terjadi pada target empati.
” ... Pas denger cerita dia yang terakhir, aku jadi merasa kasihan banget ...” (subyek 5)
” ... Pada saat itu saya merasa iba ...” (subyek 7)
4. Perilaku Menolong
”... Jadi, sekarang nek aku ngeliat temenku seng nunggu dosen ya diajak ngobrollah bentar, temenilah bentar ... ” (subyek 1)
” ... dia meminta bantuan, meminta uang ... Tangan saya langsung merogoh saku celana. Saya memberikan uang dua ribu rupiah kepada ibu tersebut ...” (subyek 7)
Pertolongan yang disertai dengan adanya unsur kerohanian menunjukkan adanya nilai religius yang dimiliki oleh seorang observer. Jadi, adanya nilai keagamaan yang dianut seseorang juga dapat memperkuat empati seseorang dan nilai tersebut juga dapat digunakan untuk memberikan pertolongan kepada target empati sebagai bentuk nyata dari empati yang dimiliki oleh observer.
” ... Tapi nek sekarang udah beda. Sejak, aku punya hubungan seng deket ama Tuhan tu aku jadi lebih peka sama orang lain. Terus ada perubahan dari diriku, dulu seng cuek-cuek aja mulai memperhatikan orang lain ...” (subyek 1)
”... Aku bilangine kan telepon, aku bilang yo wis lah, e.. e.. kehendak Tuhan kaya gini yo wis diterima, intine pasti Tuhan punya rencana seng terbaik gitu. Kan isa wae dipikir kan isa masuk Ursulin, dengan ndak masuk smaga seng dua tahun itu kan jadi lebih lama di Solo, lebih lama pelayanan, lebih lama dapet makanan rohani di gereja. Jadi, intine banyak hal-hal positif gitu lo. Terus, aku juga bilangi adikku supaya dia bisa belajar untuk nerima ...” (subyek 3)
28
Tabel 1
Ringkasan Hasil Analisis Pengalaman Berempati
No. Unsur Pokok Penjelasan
1 Jenis Pengalaman • Pengalaman dikecewakan oleh pihak otoritas,
pengalaman kegagalan, pengalaman dibandingkan antara observer dengan target, pengalaman kematian orang tua dan pengalaman hidup sehari-hari.
2 Pemahaman
Proses Memahami • Ada berbagai macam cara observer dalam
memahami target empati dalam proses awal empati.
Kesamaan Pengalaman
• Adanya kesamaan pengalaman antara observer dan
target memperkuat pemahaman observer terhadap target empati.
Kedekatan Hubungan
• Empati yang terjadi pada observer didukung
dengan adanya hubungan antara observer dan target yaitu hubungan persaudaraan kandung, persaudaraan sepupu, persahabatan dan pertemanan.
Obyek Pemahaman • Obyek pemahaman adalah perasaan-perasaan
negatif, kondisi, usaha dan hasrat target empati. 3 Emosi
Emosi target
menurut observer
• Pada proses empati, observer menangkap atau
mampu merasakan emosi –emosi negatif yang dialami atau sedang dirasakan oleh target meskipun target tidak mengatakan perasaannya kepada observer.
Emosi observer • Perasaan yang dialami oleh observer ketika
berempati kepada target adalah perasaan kasihan dan perasaan-perasaan yang merupakan hasil proyeksi perasaan observer dari pengalaman observer sebelumnya dan hasil dari melihat respon yang ditunjukkan oleh target terhadap pengalaman yang sedang dialaminya.
4 Perilaku Menolong • Setelah observer berempati kepada target empati
maka empati tersebut dapat menggerakkan observer untuk menolong target.
• Pertolongan yang diberikan observer kepada target
C. PEMBAHASAN
Topik yang dibahas pada penelitian ini adalah pengalaman berempati pada remaja. Oleh karena itu, peneliti ingin melihat gambaran proses pengalaman berempati pada remaja di Solo dan Yogyakarta. Data yang diperoleh dan diolah menggunakan 5 aspek yang berperan pada proses empati. Kelima aspek tersebut adalah jenis pengalaman target empati, pemahaman observer terhadap target, emosi yang dialami observer serta target, kedekatan hubungan antara observer dengan target dan perilaku menolong yang muncul setelah observer mengalami empati terhadap target.
Pada penelitian terhadap 8 subyek penelitian diperoleh hasil yaitu pengalaman empati dapat terjadi ketika target empati mengalami pengalaman-pengalaman negatif seperti pengalaman-pengalaman dikecewakan oleh pihak otoritas, pengalaman kegagalan, pengalaman dibandingkan antara observer dengan target, pengalaman kematian orang tua dan pengalaman hidup sehari-hari. Pengalaman-pengalaman target tersebut merupakan jenis pengalaman yang dapat menggerakkan empati dalam diri observer pada penelitian ini.
30
mengalami secara langsung pengalaman target empati. Identifikasi dilakukan melalui ekspresi wajah, ekspresi suara, gaya tubuh, dan perilaku lain yang menyertainya. Setelah itu, observer dapat merasakan emosi yang dirasakan oleh orang lain. Hal tersebut menyebabkan observer mampu merasakan perasaan yang sedang dirasakan oleh orang lain (Hatfield, 2008). Kemudian, observer pun mampu memahami target empati. Obyek pemahaman observer pada penelitian ini adalah perasaan, kondisi, usaha dan hasrat target empati. keempat obyek pemahaman tersebut digunakan oleh observer untuk memahami target empati.
Berdasarkan data mentah yang telah diolah oleh peneliti, didapatkan hasil bahwa beberapa subyek penelitian memiliki penilaian negatif yang muncul ketika observer berusaha memahami target empati. Penilaian negatif tersebut muncul disebabkan oleh pengalaman observer sebelumnya.
Kesamaan pengalaman antara observer dan target telah menggerakkan perasaan yang pernah dialami oleh observer pada pengalaman sebelumnya, lalu observer pun memproyeksikan perasaan tersebut pada target empati sehingga observer mampu merasakan perasaan yang sedang dialami atau dirasakan oleh target empati sesuai dengan kemampuan pengambilan perspektif observer terhadap target empati. Adanya proyeksi perasaan tersebut dapat didorong adanya egocentrism yang terjadi pada remaja (Ribner, 2000). Remaja cenderung untuk berfokus pada dirinya sendiri, sehingga adanya kesamaan pengalaman antara observer dan target menggerakkan observer untuk mengingat kembali pengalaman masa lalunya yang sama dengan pengalaman observer dan melihat kondisi orang lain melalui sudut pandang observer pada pengalamannya sendiri. Hal tersebut menyebabkan observer mampu menilai perasaan yang sedang terjadi pada target pada pengalaman yang sedang dihadapi target pada waktu itu. Sedangkan, emosi sendiri merupakan repon afektif seorang observer terhadap target empati, pada proses ini seseorang observer memiliki kesamaan rasa dengan target empati (Greenson dalam Hakansson, 2003).
32
mendalam mengenai target empati. Kemudian, adanya kedekatan hubungan antara observer dan target menunjukkan adanya ikatan emosi antara observer dan target sehingga observer semakin dapat merasakan perasaan yang sedang dialami oleh target empati.
Pada penelitian Jacob Hakansson (2003), diperoleh hasil bahwa pengalaman empati terjadi pada pengalaman kematian orang tua , pengalaman , pengalaman sakit, pengalaman terkait dengan permasalahan pribadi target, permasalahan yang terjadi antara target empati dengan orang lain, kehilangan rumah, kehilangan pekerjaan, dan berbagai macam pengalaman yang terkait dengan permasalahan hidup target empati. Pada penelitian ini, empati juga terjadi pada beberapa dari pengalaman tersebut seperti pengalaman kematian, pengalaman pengalaman dikecewakan oleh pihak otoritas, pengalaman kegagalan, pengalaman dibandingkan antara observer dengan target,dan pengalaman hidup sehari-hari. Begitu pula dengan proses empati yang terjadi pada penelitian Jacob Hakansson dan penelitian tidak menunjukkan adanya perbedaan.
kerohanian juga berperan dalam memperkuat empati observer. Tidak adanya nilai dalam diri seseorang akan membuat seseorang hanya digerakkan oleh perasaannya saja (McGrath, 1994). Sedangkan, tidak adanya empati dan hanya adanya sistem nilai akan menyebabkan observer memiliki motivasi yang tidak murni dalam menolong target empati (Hoffman, juga lihat Laskey, dalam Hakansson, 2003). Oleh karena itu, nilai dan empati yang berfungsi secara memberikan pengaruh positif terhadap empati observer terhadap target.
34
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Pada penelitian ini, pengalaman empati remaja terjadi pada pengalaman dikecewakan oleh pihak otoritas, pengalaman kegagalan, pengalaman dibandingkan antara observer dengan target, pengalaman kematian orang tua dan pengalaman hidup sehari-hari. Pengalaman-pengalaman target tersebut merupakan jenis pengalaman yang dapat menggerakkan empati dalam diri observer pada penelitian ini.
Pada proses empati maka terlebih dulu, observer melakukan identifikasi melalui non verbal target ataupun analisis terhadap cerita yang didengar observer mengenai pengalaman target empati. Obyek pemahaman yang muncul pada subyek penelitian ini adalah perasaan, kondisi, usaha dan hasrat target empati.
empati seorang observer terhadap target adalah kedekatan hubungan antara observer dengan target.
Empati yang terjadi pada observer juga mampu menggerakkan observer untuk menolong target empati. Pada pengalaman-pengalaman di luar kontrol manusia seperti pengalama kematian orang tua maka observer cenderung memberikan pertolongan berupa nasehat yang mengandung adanya unsur kerohanian. Adanya unsur kerohanian tersebut juga menunjukkan adanya nilai keagamaan yang dianut oleh observer yang juga berperan dalam pertolongan yang diberikan setelah seorang observer berempati kepada target. Unsur kerohanian juga berperan dalam memperkuat empati observer.
Secara lebih spesifik, pada penelitian ini, pengalaman berempati terjadi pada jenis pengalaman kegagalan dan dikecewakan oleh pihak tertentu serta pengalaman kematian orang tua. Pada kedua pengalaman tersebut, adanya kesamaan pengalaman antara observer dan target menguatkan pemahaman observer terhadap target empati sehingga observer mampu berempati kepada target empati.
B. KELEMAHAN & SARAN
1. Kelemahan
36
kurang mampu mengatasi kedaaan terkait dengan ketidaktahuan subyek penelitian mengenai topik penelitian. Hal itu menyebabkan peneliti memberikan pertanyaan yang cenderung mengarahkan pada subyek penelitian.
2. Saran