• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh :

Maria Agustina Trianna Puspita Dewi

06 9114 007

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

...be your self...

Karyaku ini kupersembahkan bagi:

Tuhan Jesus Kristus dan Bunda Maria di Surga Ayahanda Bernardinus Rustamaji

Ibunda Maria Suharmiyatun

Thomas Aquino Ari Indratama Widiawan

(5)
(6)

vi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kecemasan menghadapi Ujian Nasional (UN) antara siswa laki-laki dan siswa perempuan di SMA. Hipotesis yang diajukan adalah siswa perempuan memiliki kecemasan yang lebih tinggi dalam menghadapi Ujian Nasional (UN) dibanding siswa laki-laki. Berdasarkan hasil uji seleksi item pada skala yang digunakan diperoleh koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,932, yang berarti bahwa reliabilitasnya sangat tinggi. Analisis data penelitian menghasilkan t-hitung sebesar 3,388 dan nilai p sebesar 0,002. Hasil ini menunjukkan bahwa p฀ 0,05 = signifikan, yang berarti terdapat perbedaan kecemasan yang signifikan dalam menghadapi Ujian Nasional (UN) antara siswa laki-laki dan siswa perempuan di SMA. Hasil penelitian juga menghasilkan mean empiris siswa laki-laki 94,36, sedangkan mean empiris siswa perempuan 104,45. Karena mean empiris siswa perempuan lebih tinggi dari mean empiris siswa laki-laki, siswa perempuan memiliki kecemasan yang lebih tinggi dalam menghadapi Ujian Nasional (UN) dibanding siswa laki-laki. Hal tersebut membuktikan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima. Berdasarkan hasil uji tambahan diperoleh pula mean teoritis yakni 112,5. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mean empiris siswa laki-laki lebih kecil dari mean teoritis (94,36฀ 112,5) dengan p 0,000 dan mean empiris siswa perempuan lebih kecil dari mean teoritis (104,45฀ 112,5)dengan p 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa keseluruhan subyek di SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan memiliki kecemasan yang rendah dalam menghadapi Ujian Nasional (UN).

(7)

vii

Maria Agustina Trianna Puspita Dewi

ABSTRACT

The aim of this research is to know the difference of students’ anxiety while having National Examination between male and female students in Senior High School. The hypothesis is that female students have higher anxiety than male students in National Examination. Based on item selection test scale used the researcher got coefficient alpha 0,932, means that the reliability was high. The research data analysis results on t-content 3,388 and the value p 0,002. These result showed p 0,005 = significant, means there is significant difference of anxiety while having National Examination between male and female students in Senior High School. Result of the research results on mean empirical the male students 94,36, whereas mean empirical the female students 104,45. Mean empirical of female students was higher than mean empirical of male students, female students have higher anxiety while having National Examination than male students. This matter has stated that this research’s hypothesis is accepted. Based on the result of “Uji Tambahan” the researcher got theoretical mean 112,5. Through the result can be concluded that empirical mean of male students is smaller than theoretical mean (94,36 ฀ 112,5) with p 0,000 and empirical mean of female students is smaller than theoretical mean (104,45฀ 112,5) with p 0,000. It shows that all the subjects in SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan have low anxiety while they are going to face National Examination.

(8)
(9)

ix

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judulPerbedaan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional (UN) antara Siswa Laki-laki dan Siswa Perempuan di SMA. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Penulis merasakan bahwa banyak bantuan yang diberikan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada:

1. Y. Heri Widodo S. Psi., M. Psi, selaku Dosen Pembimbing yang setia dan sabar membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.

2. Dr. Christina Siwi Handayani, selaku Dekan Fakultas Psikologi.

3. Segenap dosen Psikologi yang telah memberikan pengetahuan, wawasan, dan ilmu pengetahuan yang berguna bagi penulis.

4. Kedua orang tuaku Ayahanda Drs. Bernardinus Rustamaji dan Ibunda Maria Suharmiyatun yang telah memberikan banyak pelajaran hidup bagi penulis hingga penulis bisa menjadi seorang pribadi yang kuat dan tahan banting dalam menghadapi kenyataan hidup.

(10)

x

seperjuangan dalam menjalani perkuliahan di Fakultas Psikologi.

8. Bruder Warto selaku Kepala SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan yang telah memberikan ijin penelitian dan Ibu Kiswanti selaku guru mata pelajaran Bimbingan Konseling (BK) SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan yang telah membantu proses pengambilan data penelitian.

9. Seluruh siswa-siswi kelas XII SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi angket.

10. Saudara-saudari serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama proses penyusunan skripsi ini.

Yogyakarta, 15 April 2010

Penulis

(11)

xi

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ...iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ...vi

ABSTRACT ...vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...vii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR BAGAN ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

(12)

xii

D. Manfaat Penelitian ... 10

1. Manfaat Teoritis ... 10

2. Manfaat Praktis ... 11

BAB II LANDASAN TEORI ... 13

A. Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional (UN) ... 13

1. Definisi Kecemasan ... 13

2. Aspek Kecemasan ... 13

3. Faktor Penyebab Kecemasan ... 15

4. Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional (UN) ... 17

B. Siswa Laki-laki dan Siswa Perempuan ... 18

1. Remaja ... 18

a. Pengertian Remaja ... 18

b. Tahap Perkembangan Remaja ... 19

2. Remaja Laki-laki ... 20

(13)

xiii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29

A. Jenis Penelitian ... 29

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 29

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 29

1. Jenis Kelamin ... 29

2. Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional (UN) ... 30

D. Subyek Penelitian ... 31

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 32

1. Metode ... 32

2. Alat Pengumpulan Data ... 33

F. Metode Analisis Data ... 34

1. Uji Validitas ... 34

2. Uji Reliabilitas ... 35

3. Uji Asumsi ... 36

(14)

xiv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ... 38

1. Persiapan ... 38

2. Pelaksanaan ... 39

B. Deskripsi Data Penelitian ... 39

C. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 39

1. Uji Validitas ... 39

2. Korelasi Item Total ... 40

3. Reliabilitas ... 41

D. Uji Asumsi ... 42

1. Uji Normalitas ... 42

2. Uji Homogenitas ... 42

E. Hasil ... 43

1. Uji Hipotesis ... 43

2. Hasil Tambahan ... 45

(15)

xv

B. Saran ... 52

1. Bagi Siswa ... 52

a. Siswa Perempuan ... 52

b. Siswa Laki-laki ... 52

2. Bagi Sekolah ... 53

3. Bagi Instansi Pendidikan dan Pemerintah ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(16)

xvi Tabel 1 Tabel Spesifikasi Skala Kecemasan

Menghadapi Ujian Nasional (UN) ... 33 Tabel 2 Pemberian Skor Skala Kecemasan

Menghadapi Ujian Nasional (UN) ... 34 Tabel 3 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan

Nilai Koefisien Alpha... 35 Tabel 4 Tabel Spesifikasi Skala Kecemasan

(17)

xvii

(18)

xviii

Lampiran 1 Korelasi Item Total dan Reliabilitas...56

Lampiran 2 Uji Asumsi...65

Lampiran 3 Uji Hipotesis...67

Lampiran 4 Uji Tambahan...68

Lampiran 5 Skala Kecemasan menghadapi Ujian Nasional (UN)...72

Lampiran 6 Verbatim Hasil Wawancara...78

Lampiran 7 Surat Keterangan...83

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Evaluasi adalah proses untuk mengetahui pencapaian hasil dan efektivitas pembelajaran. Dengan demikian, evaluasi merupakan salah satu komponen pokok yang selalu ada dalam pembelajaran. Dengan kata lain, pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari kegiatan evaluasi. Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggrisevaluationyang berarti “penilaian atau penaksiran” (“Pengembangan instrumen”, 2009).

Penggunaan istilah evaluasi dalam dunia pendidikan sebenarnya dapat dikatakan masih relatif baru (“Pengembangan instrumen”, 2009). Rice, tokoh yang dianggap sebagai pemula kegiatan evaluasi di Amerika Serikat pada awal abad ini, belum menggunakan istilah evaluasi, meskipun pekerjaannya dapat dikategorikan sebagai pekerjaan evaluasi. Tyler baru mempergunakan istilah evaluasi dalam buku kecilnya yang terkenal berjudul Basic Principles of Curriculum and Instruction yang ditulis pada 1949. Tyler sebagaimana dikutip oleh Guba mendefinisikan evaluasi sebagai proses pembanding data empiris kinerja pembelajar dengan tujuan yang ditetapkan secara jelas/proses untuk menentukan sejauh mana tujuan telah direalisasikan. Sementara itu, Morrison sebagaimana dikutip oleh Oemar Hamalik merumuskan pengertian evaluasi sebagai perbuatan pertimbangan berdasarkan seperangkat kriteria yang disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan. Dari rumusan Morrison

(20)

tersebut, terdapat tiga faktor utama dalam evaluasi, yaitu (1) pertimbangan (judgment), (2) deskripsi objek penilaian, dan (3) kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan (“Pengembangan instrumen”, 2009).

Tujuan pendidikan mencakup domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiganya perlu dicapai secara komprehensif dan seimbang. Pencapaian tujuan domain kognitif akan menjadikan seseorang menjadi cerdas. Pencapaian tujuan domain afektif akan menjadikan seseorang menjadi berakhlak mulia, dan pencapaian tujuan psikomotor akan menjadikan seseorang menjadi terampil. Berdasarkan kondisi ini, evaluasi pendidikan yang ideal (seharusnya) mencakup ketiga domain tersebut secara komprehensif. Realitas menunjukkan bahwa evaluasi belum dilaksanakan secara komprehensif karena masih didominasi evaluasi pada domain kognitif (“Pengembangan instrumen”, 2009).

(21)

sebagian besar dalam bentuk tes tertulis. Padahal tes tertulis hanyalah salah satu bentuk tes (di samping tes lisan dan tindakan). Tes hanyalah salah satu dari teknik evaluasi (di samping teknik non tes/alternatif tes). Menggunakan teknis tes tertulis untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik yang mencakup berbagai domain (kognitif, afektif, dan psikomotor) tentu saja tidak dapat memberikan informasi yang valid dan reliabel, serta tidak selaras dengan prinsip kontinuitas, objektivitas, keseimbangan, dan komprehensifitas sebuah evaluasi. Tes tepat dipakai untuk mengukur pencapaian domain kognitif, tetapi tidak tepat untuk mengukur pencapaian ranah afektif. Padahal cakupan tujuan pendidikan, baik skala nasional, jenjang pendidikan, satuan pendidikan, bahkan hingga tujuan mata pelajaran (standar kompetensi mata pelajaran) meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotor (“Pengembangan instrumen”, 2009).

(22)

fasilitas maupun profesionalitas. Setidaknya perlu waktu agar perangkat pendidikan di daerah bisa sama dengan perangkat pendidikan di kota-kota di Pulau Jawa. Hasil beberapa kali try out UN di Kalsel bisa menjadi bukti ada ketimpangan antara daerah dengan kota di Jawa. Seperti diketahui, try outUN di Kalimantan Selatan hasilnya jauh dari kata memuaskan. Dengan demikian, hasil buruk diraih sekolah pinggiran yang memang penuh keterbatasan (“Ujian nasional”, 2009).

(23)

Ujian Nasional (UN). Jadi, Ujian Nasional (UN) di Amerika Serikat mirip dengan UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negri) di Indonesia dan tidak menjadi penentu kelulusan siswa di jenjang SMA (“Wawancara subyek 2”, 2010). Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Michele Tumiwa. Ia adalah seorang penduduk asli Indonesia yang pindah ke negara Swedia sejak SMP hingga ia lulus SMA kemudian pindah kembali ke Indonesia. Ia mengatakan bahwa negara Swedia merupakan negara bagian dari Uni Eropa dan Ujian Nasional (UN) hanya dilaksanakan untuk mendapatkan nilai standar Eropa yang akan digunakan sebagai syarat untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negri (“Wawancara subyek 3”, 2010).

(24)

Selain kasus di atas, rasa cemas juga dialami oleh para siswa di kota Medan. Rasa cemas dan takut gagal dalam Ujian Nasional (UN) yang akan dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia pada 20-24 April 2009 mulai melanda sejumlah siswa di Medan. “Meski jauh-jauh hari sudah mempersiapkan diri, tapi rasa cemas sangat sulit dihilangkan karena masa depan saya tergantung hasil ujian ini. Meskipun beberapa kali try out telah saya ikuti dan hasilnya cukup memuaskan, namun rasa cemas tetap saja sulit untuk dihilangkan”, kata Yusrizal, salah seorang siswa SMA ketika ditemui di lapangan Merdeka, Medan. Rasa cemas menghadapi Ujian Nasional (UN) juga dirasakan oleh Helmy, siswa SMA lainnya yang ditemui di tempat yang sama. Ia mengaku dalam beberapa hari ini selera makannya sedikit berkurang karena takut membayangkan gagal dalam Ujian Nasional (UN). “Bayangan tidak lulus UN selalu menghantui saya sehingga muncul rasa cemas. Meskipun begitu, saya tidak boleh larut karena mau tidak mau ujian harus dihadapi”, katanya (“Jelang UN”, 2009).

(25)

menghadapi ujian. Secara akademik, kecemasan ini berakibat pada kegagalan akademik hingga penolakan terhadap sekolah (school refusal). Secara personal, kecemasan ini menyebabkan rendahnya harga diri siswa, ketergantungan, serta perilaku pasif dalam kehidupan sehari-hari (”Mengatasi cemas”, 2009).

(26)

lagi karena konsep pendidikan itu sendiri mengandung arti upaya mencerdaskan manusia atau subyek didik. Upaya untuk mendapatkan pendidikan lebih lanjut ini terwujud dalam melanjutkan studi ke perguruan tinggi baik Perguruan Tinggi Negeri (PTS), Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK), maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS).

Di samping usia, kecemasan juga turut dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, yakni perempuan dan laki-laki. Perempuan memiliki sifat feminin, peduli dan perhatian. Perempuan juga cenderung memusatkan perhatian secara pribadi, melibatkan rasa emosional dengan orang lain, menganggap bahwa kualitas penerimaan dari lingkungan sangat dibutuhkan, dan dipengaruhi oleh tekanan lingkungan. Dengan adanya sifat perempuan yang dipengaruhi oleh tekanan lingkungan, dan menganggap bahwa kualitas penerimaan dari lingkungan sangat dibutuhkan, perempuan menjadi lebih sensitif terhadap penerimaan lingkungan sosial, sehingga perempuan cenderung lebih rentan terhadap kecemasan terutama ketika akan merespon dan menghadapi objek-objek yang menjadi penyebab kecemasannya (Retno, 2007).

(27)

sehari-hari, berhubungan dengan orang lain maupun ketika berhadapan dengan lingkungan sekitarnya, serta berani mengambil risiko ketika berhadapan dengan lingkungannya membuat laki-laki kurang sensitif terhadap penerimaan lingkungan, sehingga laki-laki cenderung kurang rentan terhadap kecemasan. Selain itu, laki-laki juga cukup tangguh dalam menghadapi dan merespon objek-objek yang menjadi penyebab kecemasannya serta lebih rileks dalam menghadapi kehidupan sehari-hari (Retno, 2007).

UN merupakan sebuah realita yang “membebani” banyak siswa baik perempuan maupun laki-laki, bahkan para guru juga orang tua siswa. Beban kecemasan dan kekhawatiran akan menggejala mulai dari diinformasikannya standar kelulusan, persiapan yang harus dilakukan pra-UN, saat pelaksanaannya, hingga mempersiapkan kondisi pasca UN. Memang, sebagai bagian dari sebuah sistem, UN memiliki tujuan yang ideal bagi proses pendidikan, terutama sebagai salah satu alat ukur keberhasilan pembelajaran formal. Namun, dalam praktiknya, tingkat kesiapan dan kematangan tiap sekolah, guru dan siswanya berbeda-beda, bergantung kepada besar kecilnya kendala yang dihadapi masing-masing. Dengan adanya perbedaan sifat dan karakteristik yang dimiliki oleh siswa perempuan dan laki-laki, maka kesiapan dan kematangan yang dimiliki oleh siswa perempuan dan laki-laki ketika akan menghadapi Ujian Nasional juga pasti berbeda (“Mengatasi sindrom”, 2010).

(28)

Yogyakarta. Tingkat kecemasan pada siswa perempuan lebih tinggi dibanding tingkat kecemasan pada siswa laki-laki.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai perbedaan kecemasan antara siswa laki-laki dan siswa perempuan di SMA khususnya perbedaan kecemasan menghadapi Ujian Nasional (UN). Dengan demikian peneitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi sekolah untuk merencanakan program yang dapat memberikan perlakuan yang berbeda kepada siswa laki-laki dan perempuan khususnya ketika akan menghadapi Ujian Nasional (UN).

B. Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan kecemasan menghadapi Ujian Nasional (UN) antara siswa laki-laki dan siswa perempuan di SMA?

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui ada tidaknya perbedaan kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional (UN) antara siswa laki-laki dan siswa perempuan di SMA.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

(29)

mengenai perbedaan kecemasan menghadapi Ujian Nasional (UN) antara siswa laki-laki dan siswa perempuan di SMA.

b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan di bidang psikologi pendidikan, karena penelitian ini membahas mengenai Ujian Nasional (UN) di SMA.

c. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan di bidang psikologi perkembangan, karena penelitian ini membahas mengenai siswa laki-laki dan siswa perempuan di SMA yang berada pada tahap masa perkembangan remaja tengah.

d. Menjadi literatur bagi penelitian berikutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi sekolah khususnya SMA untuk lebih memperhatikan faktor-faktor penyebab kecemasan pada siswa laki-laki maupun siswa perempuan.

(30)
(31)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional (UN)

1. Definisi Kecemasan

Menurut Mahler (dalam Retno, 2007) kecemasan merupakan kondisi di saat kita membuang-buang energi fisik dan psikis serta kondisi di saat kita kehilangan tanggapan diri sehingga membuat kita merasa kecil dan tidak berdaya. Kehilangan tanggapan diri ini oleh Suparno (2001) digambarkan sebagai keadaan emosi yang dihubungkan dengan rasa takut, akan tetapi objek dari rasa takut itu tidak begitu jelas. Keadaan emosi yang dihubungkan dengan rasa takut yang telah dikemukakan oleh Suparno (2001) dianggap oleh Nevid, Rathus dan Greene (2005) sebagai suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi.

Jadi, kecemasan merupakan kondisi di saat kita membuang-buang energi fisik dan psikis yang dihubungkan dengan rasa takut sehingga mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi . 2. Aspek Kecemasan

Mahler (dalam Retno, 2007) menyatakan terdapat tiga aspek dalam kecemasan. Aspek-aspek tersebut adalah :

a. Aspek afektif (emosional), yaitu munculnya kecemasan yang berkaitan dengan perasaan individu terhadap suatu hal yang dialami

(32)

secara sadar dan mempunyai ketakutan yang mendalam. Misalnya cenderung selalu merasa khawatir akan sesuatu hal yang menimpanya, mudah tersinggung, tidak sabar, sering mengeluh, dan gampang marah.

b. Aspek kognitif, yaitu ketakutan yang meningkat akhirnya mengganggu kemampuan seseorang untuk berpikir jernih dalam memecahkan masalah atau menangani tuntutan lingkungan. Aspek ini berkaitan dengan kekhawatiran individu terhadap konsekuensi-konsekuensi yang mungkin dialami, apabila meningkat dapat mengganggu kemampuan kognitif individu. Seperti sulit berkonsentrasi, sulit membuat keputusan, khawatir terhadap sesuatu yang mengerikan dan seolah-olah akan terjadi, pelupa, pikiran kacau, mudah panik, dan bingung.

(33)

3. Faktor Penyebab Kecemasan

Faktor penyebab timbulnya kecemasan menurut Collins (“Faktor-faktor penyebab”, 2009) bahwa kecemasan timbul karena adanya:

a. Threat(ancaman) baik ancaman terhadap tubuh, jiwa atau psikisnya (seperti kehilangan kemerdekaan, kehilangan arti kehidupan) maupun ancaman terhadap eksistensinya (seperti kehilangan hak). b. Conflict (pertentangan) yaitu karena adanya dua keinginan yang

keadaannya bertolak belakang, hampir setiap dua konflik, dua alternatif atau lebih yang masing-masing yang mempunyai sifat

approachdanavoidance.

c. Fear (ketakutan) kecemasan sering timbul karena ketakutan akan sesuatu, ketakutan akan kegagalan menimbulkan kecemasan, misalnya ketakutan akan kegagalan dalam menghadapi ujian atau ketakutan akan penolakan menimbulkan kecemasan setiap kali harus berhadapan dengan orang baru.

d. Unfulled Need(kebutuhan yang tidak terpenuhi) kebutuhan manusia begitu kompleks dan bila ia gagal untuk memenuhinya maka timbullah kecemasan.

(34)

a. Jenis Kelamin

Jenis kelamin sangat mempengaruhi kecemasan seseorang terhadap objek tertentu karena fisik, kondisi emosional, dan kondisi psikologis antara pria dan wanita itu berbeda terutama ketika akan merespon dan menghadapi objek-objek yang menjadi penyebab kecemasannya.

b. Usia

Usia sangat mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang karena gangguan kecemasan banyak dialami oleh individu yang memasuki masa dewasa dini yaitu rata-rata timbul pada usia 16-21 tahun. c. Lingkungan Sosial Budaya

(35)

kecil, atau sering terjadi frustrasi karena tidak tercapainya hal yang diinginkan baik material maupun sosial.

4. Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional (UN)

Berdasarkan kesimpulan mengenai definisi kecemasan, kecemasan merupakan kondisi di saat kita membuang-buang energi fisik dan psikis yang dihubungkan dengan rasa takut sehingga mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Dengan demikian, kecemasan menghadapi Ujian Nasional (UN) merupakan kondisi di saat kita membuang-buang energi fisik dan psikis yang dihubungkan dengan rasa takut sehingga mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi di hari-hari menjelang Ujian Nasional (UN).

(36)

B. Siswa Laki-laki dan Siswa Perempuan

Dalam penelitian ini banyak digunakan teori tentang remaja karena subyek dalam penelitian ini adalah siswa laki-laki dan siswa perempuan yang duduk di bangku SMA dengan usia kira-kira 15-17 tahun. Usia tersebut masuk dalam kategori remaja tengah (Dariyo, 2004).

1. Remaja

a. Pengertian Remaja

Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa Latin

adolescere yang berarti ”tumbuh” atau ”tumbuh menjadi dewasa”. Istilah ini mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1999).

(37)

Jadi, masa remaja merupakan masa peralihan di saat seseorang sudah dapat berdiri sendiri dan mengalami perubahan motivasi seksuil, organisasi ego, dalam hubungannya dengan orangtua, orang lain dan cita-cita yang dikejarnya.

b. Tahap Perkembangan Remaja

Menurut Thornburg (dalam Dariyo, 2004), masa remaja digolongkan dalam 3 tahap, yaitu

1) remaja awal (usia 13-14 tahun) 2) remaja tengah (usia 15-17 tahun) 3) remaja akhir (usia 18-21 tahun).

Masa remaja awal, umumnya individu telah memasuki pedidikan di bangku sekolah menengah tingkat pertama (SLTP). Sedangkan masa remaja tengah individu sudah duduk di sekolah menengah atas (SMA). Kemudian, mereka yang tergolong remaja akhir, umumnya sudah memasuki dunia perguruan tinggi atau lulus SMA dan mungkin sudah bekerja.

(38)

tahap perkembangan remaja tengah hingga akhir yang duduk di Sekolah Menengah Atas (SMA) atau memasuki Perguruan Tinggi. 2. Remaja Laki-laki

Perubahan fisik yang terjadi pada remaja laki-laki antara lain pertumbuhan atau penebalan rambut di dada. Pembesaran buah dada pada remaja laki-laki tidak sama dengan pembesaran buah dada pada remaja perempuan. Bagian di sekitar putingnya akan lebih tua warnanya dan menebal. Penebalan tersebut sama seperti pembengkakan, yang bersifat tidak menetap dan akan menghilang. Hal ini sering menimbulkan kecemasan pada remaja laki-laki yang seharusnya tidak perlu dirisaukan (Gunarsa, 1981).

Berdasarkan penelitian ”The Californian Adolescent Growth Study” menyatakan bahwa siswa laki-laki (usia 16-19 tahun) lebih menekankan pada ketrampilan sosial dan kemampuan bekerjasama dengan orang lain. Adapun bagi siswa laki-laki yang telah mencapai tingkat kematangan sosial yang lebih tinggi, memiliki ketertarikan di bidang olahraga, ketertarikan dalam hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan intelektual dan pencapaian di bidang akademis, serta ketertarikan terhadap lawan jenis (Sarwono, 1989).

(39)

berani mengambil risiko ketika berhadapan dengan lingkungannya. Dengan adanya sifat rileks dalam menghadapi kehidupan sehari-hari, berhubungan dengan orang lain maupun ketika berhadapan dengan lingkungan di sekitarnya, serta berani mengambil risiko ketika berhadapan dengan lingkungannya membuat laki-laki kurang sensitif terhadap penerimaan lingkungan sosial, sehingga laki-laki cenderung kurang rentan terhadap kecemasan. Selain itu, laki-laki juga cukup tangguh dalam menghadapi dan merespon objek-objek yang menjadi penyebab kecemasannya serta lebih rileks dalam menghadapi kehidupan sehari-hari (Retno, 2007).

3. Remaja Perempuan

Menurut Muss (dalam Sarwono, 1989) perubahan fisik yang terjadi pada remaja perempuan antara lain pertumbuhan atau perubahan tinggi badan dan pembesaran payudara. Dengan adanya pertumbuhan atau perubahan tinggi badan yang mencolok dan pembesaran payudara yang cepat menyebabkan kecanggungan sehingga ia harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya. Selain itu, perubahan tinggi badan yang mencolok dan pembesaran payudara yang cepat membuat remaja perempuan cemas karena merasa tersisih dari teman-temannya.

(40)

dimulai pada masa remaja. Oleh karena itu, perempuan yang matang dan berkepribadian banyak ditentukan oleh peristiwa-peristiwa dan pengalamannya pada masa remaja, baik itu pengalaman yang bersifat fisik maupun psikis (Kartono, 1977).

Menurut Gilligan (1997), aspek kepedulian, perhatian, kasih sayang dan tanggung jawab terhadap orang lain lebih bayak ditemukan pada perempuan. Karena pada hakikatnya perempuan memiliki kecenderungan menjalin hubungan serta mempertahankan hubungan dengan orang lain. Perempuan juga cenderung memusatkan perhatian secara pribadi dan melibatkan rasa emosional dengan orang lain (Eagly & Crowley dalam Buss, 1995).

(41)

C. Dinamika Antar Variabel

Menurut Mahler (dalam Retno, 2007) kecemasan merupakan kondisi di saat kita membuang-buang energi fisik dan psikis serta kondisi di saat kita kehilangan tanggapan diri sehingga membuat kita merasa kecil dan tidak berdaya. Menurut Collins (“Faktor-faktor penyebab”, 2009) ada beberapa penyebab timbulnya kecemasan. Salah satu di antaranya adalah fear

(ketakutan). Fear(ketakutan) kecemasan sering timbul karena ketakutan akan sesuatu, ketakutan akan kegagalan menimbulkan kecemasan, misalnya ketakutan akan kegagalan dalam menghadapi ujian atau ketakutan akan penolakan menimbulkan kecemasan setiap kali harus berhadapan dengan orang baru.

(42)

sosial. Oleh sebab itu, kegagalan dalam indikator penerimaan lingkungan sosial akan membuat para siswa menjadi cemas.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan menghadapi Ujian Nasional (UN) merupakan kondisi di saat kita membuang-buang energi fisik dan psikis yang dihubungkan dengan rasa takut sehingga mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi di hari-hari menjelang Ujian Nasional (UN).

Menurut Daradjat (1996) kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah jenis kelamin. Jenis kelamin manusia ada 2, yakni perempuan dan laki-laki. Perempuan memiliki sifat feminin, peduli dan perhatian. Selain itu, perempuan juga cenderung memusatkan perhatian secara pribadi, melibatkan rasa emosional dengan orang lain, menganggap bahwa kualitas penerimaan dari lingkungan sangat dibutuhkan, dan dipengaruhi oleh tekanan lingkungan. Dengan adanya sifat perempuan yang dipengaruhi oleh tekanan lingkungan dan menganggap bahwa kualitas penerimaan dari lingkungan sangat dibutuhkan, perempuan menjadi lebih sensitif terhadap penerimaan lingkungan sosial, sehingga perempuan cenderung lebih rentan terhadap kecemasan terutama ketika akan merespon dan menghadapi objek-objek yang menjadi penyebab kecemasannya (Retno, 2007).

(43)

lain. Selain itu, laki-laki juga lebih rileks dalam menghadapi kehidupan sehari-hari, berhubungan dengan orang lain maupun ketika berhadapan dengan lingkungan sekitarnya, serta berani mengambil risiko ketika berhadapan dengan lingkungannya. Dengan adanya sifat rileks dalam menghadapi kehidupan sehari-hari, berhubungan dengan orang lain, maupun ketika berhadapan dengan lingkungan sekitarnya, serta berani mengambil risiko ketika berhadapan dengan lingkungannya membuat laki-laki kurang sensitif terhadap penerimaan lingkungan sosial, sehingga laki-laki cenderung kurang rentan terhadap kecemasan. Selain itu, laki-laki juga cukup tangguh dalam menghadapi dan merespon objek-objek yang menjadi penyebab kecemasannya serta lebih rileks dalam menghadapi kehidupan sehari-hari (Retno, 2007).

(44)

menimpanya, sehingga kurang berani mengambil risiko ketika berhadapan dengan lingkungannya dibanding laki-laki (Kartono, 1977).

Berdasarkan hal-hal di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa perempuan mungkin akan cenderung lebih cemas dalam menghadapi Ujian Nasional (UN) dibandingkan siswa laki-laki karena perempuan lebih sensitif terhadap penerimaan lingkungan sosial yang ditunjukkan dengan adanya sifat yang menganggap bahwa kualitas penerimaan dari lingkungan sangat dibutuhkan, sensitif, kurang berani mengambil risiko ketika berhadapan dengan lingkungan dan dipengaruhi oleh tekanan lingkungan. Oleh sebab itu, jika perempuan tidak lulus atau gagal dalam Ujian Nasional (UN), ia akan merasa tidak diterima oleh lingkungannya.

(45)
(46)

D. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian inferensial kuantitatif komparatif. Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan kecemasan menghadapi Ujian Nasional (UN) antara siswa laki-laki dan siswa perempuan di SMA.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel bebas : jenis kelamin

Variabel tergantung : kecemasan menghadapi Ujian Nasional (UN)

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel jenis kelamin dan kecemasan menghadapi Ujian Nasional (UN):

1. Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah ciri fisik yang dimiliki seseorang yang akan mengelompokkan individu dalam kelompok laki-laki atau perempuan. Pengelompokan jenis kelamin diperoleh dari identitas subyek penelitian yang diisikan pada bagian identitas skala kecemasan yang diberikan.

(48)

2. Kecemasan menghadapi Ujian Nasional (UN)

Kecemasan merupakan kondisi di saat kita membuang-buang energi fisik dan psikis yang dihubungkan dengan rasa takut sehingga mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Jadi, kecemasan menghadapi Ujian Nasional (UN) merupakan kondisi di saat kita membuang-buang energi fisik dan psikis yang dihubungkan dengan rasa takut sehingga mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi di hari-hari menjelang Ujian Nasional (UN).

Kecemasan menghadapi Ujian Nasional (UN) diukur dengan skala kecemasan dengan aspek-aspek kecemasan berdasarkan teori milik Mahler (dalam Retno, 2007). Skor yang tinggi pada skala berarti kecemasannya tinggi, sedangkan skor yang rendah pada skala berarti kecemasannya rendah.

Aspek-aspek dalam kecemasan meliputi :

a. Aspek afektif (emosional), yaitu munculnya kecemasan yang berkaitan dengan perasaan individu terhadap suatu hal yang dialami secara sadar dan mempunyai ketakutan yang mendalam. Misalnya cenderung selalu merasa khawatir akan sesuatu hal yang menimpanya, mudah tersinggung, tidak sabar, sering mengeluh, dan gampang marah.

(49)

ini berkaitan dengan kekhawatiran individu terhadap konsekuensi-konsekuensi yang mungkin dialami, apabila meningkat dapat mengganggu kemampuan kognitif individu. Seperti sulit berkonsentrasi, sulit membuat keputusan, khawatir terhadap sesuatu yang mengerikan dan seolah-olah akan terjadi, pelupa, pikiran kacau, mudah panik, dan bingung.

c. Aspek fisiologis, yaitu respon tubuh terhadap ketakutan untuk mengerahkannya menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan. Secara fisik individu akan tampak berkeringat walaupun udara tidak panas, meningkatnya detak jantung, telapak kaki dingin, gangguan pencernaan, mulut dan tenggorokan terasa kering, muka tampak pucat, sering buang air kecil, otot dan persendian terasa kaku, sering mengalami gangguan tidur (susah tidur), mudah terkejut, tidak rileks, menggerakkan anggota tubuh secara berlebihan, membenahi dandanan atau tatanan rambut yang masih rapi.

D. Subyek Penelitian

(50)

Teknik pengambilan subyek menggunakan metode purposive sampling yaitu mengambil subyek dengan kriteria tertentu (Azwar, 2000). Adapun kriteria pemilihan subyek dalam penelitian ini berdasarkan :

1. Usia dan tingkat pendidikan

Subyek adalah individu dengan usia 17 sampai 18 tahun, dan duduk di kelas XII.

2. Semester ini akan menghadapi Ujian Nasional (UN).

Peneliti memilih SMA Pangudi Luhur Van Lith, Muntilan sebagai subyek penelitian karena meskipun SMA tersebut merupakan SMA favorit dan cukup terkenal dengan kualitasnya, SMA tersebut tetap memiliki catatan kelam, yakni ada 8 orang yang tidak lulus di tahun 2006 sehingga harus mengikuti ujian ulangan. Catatan ini digunakan peneliti sebagai landasan dalam melakukan penelitian. Selain itu, karena keterbatasan waktu dalam pengambilan data serta mudahnya perizinan yang didapat dari SMA ini membuat peneliti memutuskan untuk mengadakan penelitian di SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan.

E. Metode dan Alat pengumpulan Data

1. Metode

(51)

2. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Dalam skala Likert terdapat lima alternatif pilihan jawaban, namun penelitian ini hanya menggunakan empat alternatif pilihan jawaban yakni Tidak Pernah (TP), Jarang (JR), Sering (S), dan Sangat Sering (SS) karena menurut Azwar (1999) alternatif pilihan jawaban tengah yakni Kadang-kadang (K) diwujudkan sebagai N (netral) atau “tidak menentukan pendapat”. Azwar (1999) juga menganjurkan supaya jangan memberikan pilihan tengah sebagai “Ragu-ragu” karena respon yang diinginkan oleh peneliti adalah respon yang diyakini oleh subyek. Skala dalam penelitian ini diberi nama skala kecemasan menghadapi Ujian Nasional (UN) yang disusun berdasarkan definisi operasional variabel (kecemasan) yang terdiri dari aspek afeksi, kognisi dan fisiologis.

Tabel.1

Tabel Spesifikasi Skala Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional (UN)

No. Aspek Favorabel Unfavorabel Total

1. Kognitif 1, 9, 16, 27, 34, 38, 42, 49, 50, 55, 56, 57, 66,

71, 83,dan 87

8, 12, 25, 26, 31, 43, 61, 62, 75, 76, 77, 81, 82, dan 89

30 item 2. Afektif 7, 14, 17, 18, 23, 24,

40, 41, 64, 65, 67, 68, 78, 79 dan 84

4, 6, 11, 28, 37, 39, 44, 45, 53, 63, 69, 70,

72, 85, dan 90

30 item

3. Fisiologis 3, 5, 13, 15, 22, 29, 30, 32, 46, 47, 51, 54, 58,

59, 73, dan 86

2, 10, 19, 20, 21, 33, 35, 36, 48, 52, 60, 74,

80, dan 88

30 item

(52)

Skala kecemasan menghadapi Ujian Nasional (UN) tersebut terdiri dari pernyataan yang favorable dan unfavorable dengan empat alternatif jawaban, yaitu: sangat sering (SS), sering (S), jarang (JR), dan tidak pernah (TP). Pemberian skor skala kecemasan dimulai dari angka 1 sampai 4 untuk item yang favorable. Sedangkan untuk item yang unfavorable, pemberian skor dimulai dari angka 4 sampai 1. Di bawah ini adalah tabel pemberian skor skala kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional (UN):

Tabel.2

Pemberian Skor Skala Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional (UN)

Pernyataan Jawaban

Favorable Unfavorable

Sangat sering 4 1

Sering 3 2

Jarang 2 3

Tidak pernah 1 4

(Azwar, 2000)

F. Metode Analisis Data

1. Uji Validitas

(53)

dilakukan untuk mengetahui sejauh mana isi dalam penelitian ini dapat mengukur apa yang akan diukur (Azwar, 2000).

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur keajegan hasil pengukuran. Dengan kata lain, uji reliabilitas diperlukan untuk melihat sejauh mana pengukuran itu dapat memberikan hasil yang relatif sama jika dilakukan pengukuran kembali dengan alat ukur yang sama.

Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx’) yang angkanya berada dalam rentang 0 – 1,00. Semakin koefisien reliabilitas mendekati 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya, sebaliknya semakin mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 2000). Di bawah ini disajikan tabel nilai koefisien berdasarkan nilai alpha yang dikelompokkan menjadi lima kelas:

Tabel.3

Tingkat Reliabilitas berdasarkan Nilai Koefisien Alpha

Koefisien Alpha Tingkat Reliabilitas 0,800 - 1,00 Sangat tinggi

0,600 - 0,799 Tinggi

0,400 - 0,599 Cukup

0,200 - 0,399 Rendah

(54)

3. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas diperlukan agar dapat diketahui apakah sebaran untuk suatu variabel yang diteliti normal atau tidak. Karena hal ini sangat terkait dengan jenis statistik yang akan digunakan, parametrik atau non-parametrik. Pengujian normalitas mempergunakan Kolmogorof-Smirnov (K-S) dua ekor. Kriteria yang digunakan : p > 0,05 maka sebaran item dikatakan normal (Azwar, 2000).

b. Uji Homogenitas

Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians dari sampel yang akan diuji tersebut sama. Cara melihat homogenitas yaitu dengan melihat nilai probabilitasnya. Apabila nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) maka kedua kelompok sampel memiliki varian yang sama. Begitu pula sebaliknya, jika probabilitasnya kurang dari 0,05 (p < 0,05) maka kedua kelompok sampel memiliki varian yang tidak sama (Azwar, 2000).

4. Uji Hipotesis

(55)
(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan

Persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan penelitian ini meliputi persiapan administrasi dan persiapan alat ukur. Persiapan administrasi berupa permohonan ijin untuk pengambilan data. Permohonan ijin diperoleh dari dosen pembimbing skripsi dan dekan fakultas psikologi. Setelah surat ijin dari fakultas diperoleh, kemudian meminta ijin kepada lembaga yang bersangkutan, yakni SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan untuk melakukan proses pengambilan data (penelitian).

Penyusunan alat ukur dimulai dengan pembuatan tabel spesifikasi skala kecemasan menghadapi Ujian Nasional (UN). Setelah tabel spesifikasi dibuat kemudian penyusunan butir item. Butir item meliputi pernyataan favorable dan pernyataanunfavorable. Butir item dinyatakan layak sebagai alat ukur jika sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Maka untuk menentukan kelayakan alat ukur tersebut, item-item pernyataan dikenai uji validitas dan uji reliabilitas.

(57)

2. Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 13 Februari 2010. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa laki-laki dan siswa perempuan yang duduk di kelas XII SMA Pangudi Luhur Van Lith, Muntilan, yang berjumlah 110 orang dengan rincian 55 siswa laki-laki dan 55 siswa perempuan.

Penelitian ini dilakukan dengan memberikan skala pada subyek penelitian sebanyak 110 eksemplar. Setelah dilakukan proses seleksi ternyata semua skala memenuhi kriteria sehingga semua skala dapat diikut sertakan dalam analisis data.

B. Deskripsi Data Penelitian

Subyek dalam penelitian ini berjumlah 110 orang, dengan perbandingan siswa laki-laki sebanyak 55 orang dan siswa perempuan sebanyak 55 orang. Usia subyek penelitian berkisar antara 17 - 18 tahun, dengan kriteria tingkat pendidikan yang sama yaitu siswa kelas XII SMA Pangudi Luhur Van Lith, Muntilan dan semester ini akan menempuh Ujian Nasional (UN).

C. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

1. Uji Validitas

(58)

mampu memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian. Pada penelitian ini, validitas yang diuji adalah validitas isi. Uji validitas isi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana isi dalam penelitian ini dapat mengukur apa yang akan diukur (Azwar, 2000).

2. Korelasi Item Total

Pengujian ini menggunakan taraf signifikasi 5% dengan N=110 yang terbagi dalam 55 siswa laki-laki dan 55 siswa perempuan. Item yang dianggap valid adalah item yang memiliki rxy ≥ 0,3. Dari hasil perhitungan, diperoleh koefisien korelasi item total yang berkisar antara 0,303 - 0,637. Hasil pengujian dari 90 item, terdapat 22 item yang gugur dengan perbandingan jumlah item di masing-masing aspek sebagai berikut :

a. Aspek kognitif : 25 item b. Aspek afektif : 28 item c. Aspek fisiologis : 15 item

(59)

Tabel.4

Tabel Spesifikasi Skala Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional (UN)

Setelah Uji Coba

No. Aspek Favorabel

Unfavorabel

Total

1. Kognitif 9, 16, 34, 38, 42, 55, 56, 57 61, 62, 75, 76, 77, 81, dan 82

15 item

2. Afektif 7, 14, 17, 18, 23, 24, 41, 63, 64, 65, 67, 68, 70, 78, dan 84

15 item

3. Fisiologis 10, 13, 15, 19, 20, 30, 33, 36, 51, 52, 54, 60, 74, 86, dan 88

15 item

Jumlah 45 item

3. Reliabilitas

(60)

D. Uji Asumsi

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya sebaran data yang akan dianalisis (Arikunto, 2003). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test dari program SPSS 15 for Windows, dengan melihat nilai probabilitasnya. Apabila nilai probabilitasnya sama dengan 0,05 (p=0,05) atau lebih besar dari 0,05 (p > 0,05), maka sebaran skor dinyatakan normal. Sebaliknya, apabila nilai probabilitasnya kurang dari 0,05 (p < 0,05), maka sebaran skor dinyatakan tidak normal. Uji normalitas dilakukan pada masing-masing kelompok.

Berdasarkan hasil uji normalitas, diketahui bahwa nilai probabilitas pada siswa laki-laki adalah 0,866 (dapat dilihat pada Lampiran 2, halaman 65), sehingga p > 0,05 atau 0,866 > 0,05. Dengan demikian sebaran skor pada siswa laki-laki dinyatakan normal. Begitu pula pada siswa perempuan, nilai probabilitasnya adalah 0,819 (dapat dilihat pada Lampiran 2, halaman 66). Sehingga p > 0,05 atau 0,819 > 0,05 dan dengan demikian sebaran skor pada siswa perempuan dinyatakan normal.

2. Uji Homogenitas

(61)

menggunakan program SPSS 15.0 for Windows yaitu melalui

Levene’s Test for Equality Variance. Analisis Levene’s Test for Equality Variance dimaksudkan untuk mengetahui apakah varians populasi sama atau tidak (Purwanto dan Dyah, 2007). Cara melihat homogenitasnya yaitu dengan melihat nilai probabilitasnya. Apabila nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) maka kedua kelompok sampel memiliki varians yang sama. Begitu pula sebaliknya, jika probabilitasnya kurang dari 0,05 (p < 0,05) maka kedua kelompok sampel memiliki varians yang tidak sama.

Berdasarkan perhitungan uji homogenitas, diperoleh probabilitas sebesar 0,403 (dapat dilihat pada Lampiran 2, halaman 66). Artinya bahwa nilai probabilitas tersebut lebih besar dari 0,05 (0,403 > 0,05). Maka, data yang digunakan dalam penelitian ini memiliki varians yang sama dan berasal dari populasi yang sama.

E. Hasil

1. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Penghitungan uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan Independent Sample T-Test dengan bantuan program

(62)

menghadapi Ujian Nasional (UN) dibandingkan siswa laki-laki di SMA.

Dari Tabel Skor Rata-rata Siswa Laki-laki dan Siswa Perempuan (Lampiran 3, halaman 67), dapat dilihat bahwa dari 110 subyek yang terdiri dari 55 siswa laki-laki dan 55 siswa perempuan dikenai pengukuran skala kecemasan menghadapi Ujian Nasional (UN). Dari kelompok siswa laki-laki menghasilkan mean sebesar 94,36, dan siswa perempuan sebesar 104,45. Berdasarkan hasil uji hipotesis dan tabel Uji-t di atas tampak bahwa t hitung sebesar 3,388 (dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 67), sedangkan nilai p diperoleh angka sebesar 0,001. Karena p ฀ 0,05 atau 0,001 ฀ 0,05, maka dinyatakan signifikan. Pemilihan tes signifikanone tailedkarena peneliti sudah memihak pada salah satu dari dua kelompok penelitian, yaitu siswa perempuan lebih cemas menghadapi Ujian Nasional (UN) dibanding siswa laki-laki. Oleh sebab itu, nilai p yang diperoleh dikalikan dua sehingga p menjadi 0,002.

(63)

2. Hasil Tambahan

Uji tambahan dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah keseluruhan subyek di SMA memiliki kecemasan yang tinggi ketika menghadapi Ujian Nasional (UN) yakni dengan membandingkan antara mean empiris siswa laki-laki dan siswa perempuan di SMA (ME) dengan Mean Teoritis (MT). Jika ME ฀ MT, maka keseluruhan subyek di SMA memiliki kecemasan yang tinggi ketika menghadapi Ujian Nasional (UN). Untuk mengetahui besar MT digunakan rumus sebagai berikut :

Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh Mean Empiris siswa laki-laki dan siswa perempuan (ME), sebagai berikut :

JK N

Mean

Empiris Std. Deviation

Std. Error Mean

Skor Perempuan 55 104.45 16.340 2.203

laki-laki 55 94.36 14.863 2.004

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa,

ME ฀ MT

(64)

Hasil penelitian juga menghasilkan p siswa laki-laki sebesar 0,000 dan p siswa perempuan sebesar 0,000 (Lampiran 4, halaman 68). Hal ini berarti bahwa keseluruhan subyek di SMA memiliki kecemasan yang rendah ketika menghadapi Ujian Nasional (UN).

3. Pembahasan

Berdasarkan temuan empiris dari hasil penelitian ini, hipotesis yang diajukan diterima, yakni siswa perempuan memiliki kecemasan yang lebih tinggi dalam menghadapi Ujian Nasional (UN) dibanding siswa laki-laki di SMA.

Dari hasil perhitungan analisis statistik, dapat dilihat bahwa dari 110 subyek yang dikenai pengukuran skala kecemasan menghadapi Ujian Nasional (UN), dari kelompok siswa laki-laki menghasilkan mean sebesar 94,36, dan siswa perempuan sebesar 104,45. Berdasarkan hasil uji hipotesis dan tabel Uji-t di atas tampak bahwa t hitung sebesar 3,388, sedangkan nilai p diperoleh angka sebesar 0,002. Karena p ฀ 0,05 atau 0,002 ฀ 0,05, maka dinyatakan signifikan. Hal ini berarti bahwa ada perbedaan kecemasan yang signifikan dalam menghadapi Ujian Nasional (UN) antara siswa laki-laki dan siswa perempuan di SMA. Pemilihan tes signifikanone tailed

(65)

laki-laki. Hal ini dibuktikan dengan adanya skor rata-rata siswa perempuan yang lebih besar dibanding skor rata-rata siswa laki-laki.

Siswa perempuan memiliki kecemasan yang lebih tinggi dalam menghadapi Ujian Nasional (UN) dibanding siswa laki-laki karena siswa perempuan lebih sensitif terhadap penerimaan lingkungan sosial yang ditunjukkan dengan adanya sifat yang menganggap bahwa kualitas penerimaan dari lingkungan sangat dibutuhkan, sensitif, kurang berani mengambil risiko ketika berhadapan dengan lingkungan dan dipengaruhi oleh tekanan lingkungan (Retno, 2007). Oleh sebab itu, jika siswa perempuan tidak lulus atau gagal dalam Ujian Nasional (UN), ia akan merasa tidak diterima oleh lingkungannya.

(66)

objek-objek yang menjadi penyebab kecemasannya yakni Ujian Nasional (UN)

Selain ada perbedaan kecemasan yang signifikan dalam menghadapi Ujian Nasional (UN) antara siswa laki-laki dan siswa perempuan di SMA, siswa perempuan memiliki kecemasan yang lebih tinggi dalam menghadapi Ujian Nasional (UN) dibanding siswa laki-laki, diperoleh pula hasil yang menyatakan bahwa keseluruhan subyek memiliki kecemasan yang rendah ketika menghadapi Ujian Nasional (UN). Menurut Santrock (2009), cara efektif untuk mempersiapkan para siswa ketika akan menghadapi ujian adalah dengan cara memastikan bahwa siswa mempunyai ketrampilan untuk mengikuti ujian dan mengkomunikasikan sikap positif mengenai ujian kepada siswa. Program bimbingan merupakan salah satu cara yang efektif untuk dapat mengurangi kecemasan dan keetakutan para siswa ketika akan menghadapi ujian serta dapat meningkatkan nilai ujian siswa.

(67)

Salah satu kebijakan di SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan adalah mengadakan program bimbingan. Menurut Santrock (2009), cara efektif untuk mempersiapkan para siswa ketika akan menghadapi ujian adalah dengan cara memastikan bahwa siswa mempunyai ketrampilan untuk mengikuti ujian dan mengkomunikasikan sikap positif mengenai ujian kepada siswa. Program bimbingan merupakan salah satu cara yang efektif untuk dapat mengurangi kecemasan dan ketakutan para siswa ketika akan menghadapi ujian serta dapat meningkatkan nilai ujian siswa.

Program bimbingan di SMA Pangudi luhur Van Lith Muntilan terwujud dalam mata pelajaran Bimbingan Konseling (BK). Program bimbingan ini dapat dilakukan oleh guru BK di kelas maupun secara individu. Dalam program ini, guru BK memberikan banyak refleksi yang membangun dan menguatkan para siswa. Selain memberikan refleksi, guru BK juga memberikan banyak permainan yang dapat membuat para siswa menjadi lebih rileks di hari-hari menjelang Ujian Nasional (UN). Program bimbingan ini dilakukan secara kontinu sehingga para siswa menjadi lebih siap untuk menghadapi Ujian Nasional (UN).

(68)

bulan mendekati Ujian Nasional (UN). Program ini dapat menjadi gambaran para siswa ketika akan benar-benar menghadapi Ujian Nasional (UN), sehingga para siswa menjadi lebih siap menghadapi Ujian Nasional (UN).

Selain program bimbingan dan pelatihan untuk menghadapi Ujian Nasional (UN), SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan merupakan sekolah berasrama. Oleh sebab itu, di asrama terdapat waktu wajib untuk belajar. Hal ini merupakan salah satu kebijakan yang ada di SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan. Hal tersebut diperkuat dengan adanya waktu khusus bagi siswa SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan untuk belajar (lihat Lampiran 6, halaman 82). Waktu belajar ini dapat dimanfaatkan secara efektif oleh para siswa untuk belajar dan mempersiapkan diri dalam menghadapi Ujian Nasional (UN).

(69)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan ada perbedaan kecemasan yang signifikan dalam menghadapi Ujian Nasional (UN) antara siswa laki-laki dan siswa perempuan di SMA. Siswa perempuan memiliki kecemasan yang lebih tinggi dalam menghadapi Ujian Nasional (UN) dibanding siswa laki-laki di SMA. Kecemasan pada siswa perempuan timbul sebagai akibat dari adanya sifat-sifat perempuan yang berkaitan dengan indikator penerimaan lingkungan sosial, yakni sensitif, kurang berani mengambil risiko ketika berhadapan dengan lingkungannya, dipengaruhi oleh tekanan lingkungan, dan menganggap bahwa kualitas penerimaan lingkungan sangat dibutuhkan. Hal inilah yang membuat kecemasan siswa perempuan dalam menghadapi Ujian Nasional (UN) dibanding siswa laki-laki.

Dari hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya juga dapat disimpulkan bahwa keseluruhan subyek kelas XII SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan memiliki kecemasan yang rendah dalam menghadapi Ujian Nasional (UN) karena di SMA tersebut terdapat program bimbingan yang diadakan secara kontinu, program yang melatih para siswa untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi Ujian Nasional (UN), serta terdapat waktu belajar tertentu yang secara kontinu dan secara efektif

(70)

dapat dimanfaatkan para siswa untuk belajar dan mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional (UN).

B. Saran

1. Bagi Siswa

a. Siswa perempuan

Berdasarkan hasil penelitian dikatahui bahwa ada perbedaan kecemasan yang signifikan dalam menghadapi Ujian Nasional (UN) antara siswa laki-laki dan perempuan di SMA, kecemasan siswa perempuan lebih tinggi dibanding siswa laki-laki. Dengan demikian, penulis menyarankan bagi para siswa perempuan untuk mengurangi sifat sensitifnya, lebih berani mengambil risiko ketika berhadapan dengan lingkungannya, dan mengurangi anggapan dalam dirinya bahwa dirinya dipengaruhi oleh tekanan lingkungan serta kualitas penerimaan lingkungan sangat dibutuhkan.

b. Siwa laki-laki

(71)

2. Bagi Sekolah

Penulis menyarankan kepada sekolah khususnya SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan untuk tetap mengadakan program bimbingan secara kontinu, program yang melatih para siswa untuk dapat mempersiapkan diri ketika akan menghadapi Ujian Nasional (UN) dan waktu belajar tertentu di asrama yang dialokasikan secara khusus untuk belajar para siswa sehingga para siswa dapat secara efektif memanfaatkan waktu tersebut untuk belajar dan mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional (UN). Selain itu, penulis juga menyarankan supaya SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan mencari alternatif program lain yang secara khusus dapat mengurangi kecemasan siswa perempuan.

3. Bagi Instansi Pendidikan dan Pemerintah

(72)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2003). Manajemen penelitian edisi baru. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. (1999). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Azwar, Saifuddin. (2000). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Buss, Arnold H. (1995). Personality : temperament, social behavior and the self.

Usa : Allyn &Bacon.

Darajat, Z. (1996).Kesehatan mental.Jakarta : Gunung Agung.

Dariyo, Agoes. (2004). Psikologi perkembangan remaja. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Gilligan, Carol. (1997). Dalam suara yang lain. Jakarta : Penerbit Pustaka Tangga.

Gunarsa, S.Y dan Gunarsa, D.S. (1981).Psikologi remaja. Jakarta : PT Gramedia. Hurlock, Elizabeth, B. (1999). Psikologi perkembangan : ”suatu pendekatan

sepanjang rentang kehidupan” (terjemahan Istiwidayanti & Soedjarno). Jakarta : Erlangga.

Jelang UN Siswa di Medan Cemas. (2009, 19 April). Diunduh tanggal 18 Januari

2010 dari

http://sains.kompas.com/read/xml/2009/04/19/14492627/jelang.un.siswa.d i.medan.cemas.

Jogiyanto. (2008). Pedoman survei kuesioner: mengembangkan kuesioner, mengatasi bias dan meningkatkan respon. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM.

Kartono, K. (1977).Gangguan-gangguan psikis. Bandung. Penerbit Sinar Baru. Kristiyani, Titik (2009, 12 November).Mengatasi cemas saat anak hendak ujian.

(73)

Mengatasi sindrom Ujian nasional. (2010, 19 Maret).Diunduh tanggal 17 April 2010 dari http://niahidayati.net/mengatasi-sindrom-ujian-nasional.html

Nevid, Rathus & Greene. (2005). Psikologi abnormal, Edisi 5 Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Qomari, Rohmad. (2008). Pengembangan instrumen evaluasi domain afektif.

Jurnal pemikiran alternatif pendidikan INSANIA. Vol. 13, Januari-April 2008, 87-109.

Siswa Mulai Dilanda Kecemasan Menjelang Ujian Nasional. (2006, 17 April).

Suara Merdeka. h.15.

Ujian Nasional Bikin Cemas. (2009, 20 April). Diunduh tanggal 12 November 2009 dari http://www.smkn1-mrb.sch.id/v1.5/component/content/article/1-latest-news/63-un-bikin-cemas.html

Widdiharto, Rachmadi & Kusaeri (2009, 4 April). Pemilu, ujian nasional (unas)

dan masyarakat. Diunduh tanggal 6 November 2009 dari

http://222.124.164.132/web/detail.php?sid=195544&actmenu=39

Panggabean, Frisca. (2006).Studi deskriptif mengenai kecemasan pelajar kelas 3 smu ketika hendak melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Skripsi tidak diterbitkan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia.

Purwanto, Erwan Agus., Dyah Ratih Sulistyastuti. (2007). Metode penelitian kuantitatif untuk administrasi publik dan masalah-masalah sosial. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Retno, Dewie. (2007). Perbedaan tingkat kecemasan antara siswa laki-laki dan siswa perempuan sma negri 1 sewon-bantul yogyakarta. Skripsi tidak diterbitkan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia.

Santrock, John. W. (2009). Psikologi pendidikan (educational psychology). Edisi 3 Buku 2. Jakarta : Salemba Humanika.

Sarwono, S. (1989).Psikologi remaja. Jakarta : Rajawali Pers.

Sugiyono dan Wibowo, Eri. (2002). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suparno, Suhaenah. (2001). Membangun kompetensi belajar. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

(74)

LAMPIRAN 1

Korelasi Item Total dan Reliabilitas

Tabel Reliabilitas Data Utuh

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.942 90

Tabel Korelasi Item Total Data Utuh

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

(75)
(76)

item74 193.32 634.182 .321 .941 item75 193.40 628.389 .612 .940 item76 193.51 632.913 .530 .941 item77 193.38 629.027 .604 .940 item78 193.91 627.074 .608 .940 item79 193.80 633.336 .421 .941 item80 193.39 642.791 .102 .942 item81 193.45 632.360 .454 .941 item82 193.35 634.304 .450 .941 item83 193.66 644.225 .084 .942 item84 193.72 629.177 .470 .941 item85 193.13 634.185 .407 .941 item86 193.82 629.857 .379 .941 item87 193.65 636.213 .333 .941 item88 193.25 632.958 .348 .941 item89 193.15 635.355 .448 .941 item90 193.41 629.950 .432 .941

Tabel Reliabilitas Data Gugur Tahap 1

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.948 72

Tabel Korelasi Item Total Data Gugur Tahap 1

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

(77)
(78)

item77 156.01 527.789 .600 .947 item78 156.54 525.939 .606 .947 item79 156.43 531.843 .414 .948 item81 156.08 530.406 .465 .947 item82 155.98 532.605 .446 .947 item84 156.35 527.421 .481 .947 item85 155.75 532.462 .405 .948 item86 156.45 528.873 .367 .948 item87 156.27 533.668 .353 .948 item88 155.87 531.048 .354 .948 item89 155.77 533.755 .437 .948 item90 156.04 528.017 .446 .947

Tabel Reliabilitas Data Gugur Tahap 2

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.948 69

Tabel Korelasi Item Total Data Gugur Tahap 2

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

(79)
(80)

item85 150.81 505.367 .414 .947 item86 151.50 502.509 .358 .948 item87 151.33 506.791 .354 .948 item88 150.93 504.031 .361 .948 item89 150.83 506.933 .436 .947 item90 151.09 501.203 .449 .947

Tabel Reliabilitas Data Gugur Tahap 3

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.948 68

Tabel Korelasi Item Total Data Gugur Tahap 3

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

(81)
(82)

Tabel Reliabilitas Item Setelah Seleksi Item

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

(83)

LAMPIRAN 2

Uji Asumsi

Tabel Uji Normalitas Seluruh Subyek

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Skor

N 110

Mean 99.41

Normal

Parameters(a,b) Std. Deviation 16.352

Absolute .046

Positive .046

Most Extreme Differences

Negative -.046

Kolmogorov-Smirnov Z .482

Asymp. Sig. (2-tailed) .974

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Tabel Uji Normalitas Siswa Laki-laki

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Laki-laki N 55 Normal Parameters(a,b) Mean 94.36 Std. Deviation 14.863 Most Extreme Differences Absolute .081 Positive .056 Negative -.081

Kolmogorov-Smirnov Z .599

Asymp. Sig. (2-tailed) .866

(84)

Tabel Uji Normalitas Siswa Perempuan

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Perempuan

N 55

Normal

Parameters(a,b)

Mean

104.45 Std. Deviation 16.340 Most Extreme

Differences

Absolute

.085

Positive .085

Negative -.053

Kolmogorov-Smirnov Z .633

Asymp. Sig. (2-tailed) .819

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Tabel Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

(85)

LAMPIRAN 3

Uji Hipotesis

Tabel Skor Rata-rata Siswa Laki-laki dan Siswa Perempuan

Group Statistics

JK N Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean Skor perempuan 55 104.45 16.340 2.203 laki-laki 55 94.36 14.863 2.004

Tabel Uji-t

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the Difference

F Sig. T Df

Sig. (2-tailed) Mean Differe nce Std. Error Differe

nce Lower Upper skor Equal

variances assumed

.704 .403 3.388 108 .001 10.091 2.978 4.187 15.995 Equal

variances not assumed

(86)

LAMPIRAN 4

Uji Tambahan

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean Laki-laki 55 94.36 14.863 2.004

One-Sample Test

Test Value = 112.5

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper Lower Upper Lower Upper Laki-laki -9.050 54 .000 -18.136 -22.15 -14.12

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean Perempuan 55 99.41 16.352 1.559

One-Sample Test

Test Value = 112.5

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

(87)

Tabel Statistik Deskriptif

(Jumlah subyek,skor minimal,skor maksimal, jumlah, rata-rata

dan standar deviasi)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation

s1 45 1 4 84 1.87 .786

s2 45 1 3 106 2.36 .645

s3 45 1 4 108 2.40 .654

s4 45 2 4 117 2.60 .539

s5 45 2 4 118 2.62 .576

s6 45 1 4 88 1.96 .673

s7 45 1 3 94 2.09 .514

s8 45 1 3 96 2.13 .625

s9 45 1 3 83 1.84 .475

s10 45 2 4 117 2.60 .539

s11 45 1 4 126 2.80 .944

s12 45 1 4 118 2.62 .650

s13 45 1 3 107 2.38 .614

s14 45 1 3 88 1.96 .298

s15 45 1 3 80 1.78 .599

s16 45 1 4 105 2.33 .674

s17 45 1 4 88 1.96 .852

s18 45 1 4 104 2.31 .557

s19 45 1 4 113 2.51 .695

s20 45 1 4 116 2.58 .892

s21 45 2 4 126 2.80 .505

s22 45 1 4 94 2.09 .821

s23 45 1 3 108 2.40 .618

s24 45 2 3 124 2.76 .435

s25 45 1 3 95 2.11 .487

s26 45 1 3 80 1.78 .599

s27 45 1 4 130 2.89 .647

s28 45 1 3 87 1.93 .580

s29 45 1 4 86 1.91 .733

s30 45 1 4 131 2.91 .848

s31 45 1 3 95 2.11 .383

s32 45 1 4 109 2.42 .988

s33 45 1 3 99 2.20 .757

s34 45 1 4 98 2.18 .936

s35 45 2 4 137 3.04 .562

s36 45 1 3 99 2.20 .726

s37 45 2 3 94 2.09 .288

s38 45 1 3 94 2.09 .468

s39 45 1 4 111 2.47 .894

(88)

s41 45 1 4 96 2.13 .919

s42 45 1 3 70 1.56 .546

s43 45 1 4 107 2.38 .747

s44 45 1 4 112 2.49 .589

s45 45 1 3 74 1.64 .679

s46 45 1 4 91 2.02 .723

s47 45 1 3 89 1.98 .499

s48 45 1 4 139 3.09 .701

s49 45 1 4 115 2.56 .755

s50 45 1 4 97 2.16 .562

s51 45 1 4 113 2.51 .626

s52 45 2 4 133 2.96 .673

s53 45 1 4 120 2.67 .640

s54 45 1 4 109 2.42 .753

s55 45 2 3 118 2.62 .490

s56 45 1 4 86 1.91 .874

s57 45 1 3 76 1.69 .633

s58 45 1 4 72 1.60 .915

s59 45 1 4 111 2.47 .968

s60 45 1 4 81 1.80 .588

s61 45 1 3 90 2.00 .739

s62 45 1 3 83 1.84 .562

s63 45 1 3 106 2.36 .529

s64 45 1 2 66 1.47 .505

s65 45 1 2 70 1.56 .503

s66 45 1 3 64 1.42 .543

s67 45 1 4 118 2.62 .747

s68 45 1 4 102 2.27 .654

s69 45 1 3 99 2.20 .457

s70 45 1 3 95 2.11 .438

s71 45 1 4 103 2.29 .920

s72 45 1 4 83 1.84 .601

s73 45 1 3 79 1.76 .679

s74 45 2 3 108 2.40 .495

s75 45 1 4 118 2.62 .860

s76 45 1 4 90 2.00 .640

s77 45 1 2 74 1.64 .484

s78 45 1 4 95 2.11 .647

s79 45 1 4 85 1.89 .745

s80 45 1 4 115 2.56 .624

s81 45 1 2 68 1.51 .506

s82 45 1 4 104 2.31 .973

s83 45 1 4 113 2.51 .895

s84 45 1 4 92 2.04 .878

s85 45 1 4 111 2.47 .815

s86 45 1 4 110 2.44 .755

(89)

s88 45 1 4 110 2.44 .624

s89 45 1 4 108 2.40 .889

s90 45 1 4 98 2.18 .650

s91 45 2

Gambar

Tabel Spesifikasi Skala Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional (UN)
Tabel Spesifikasi Skala Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional (UN)
Tabel Korelasi Item Total Data Utuh
Tabel Korelasi Item Total Data Gugur Tahap 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Suatu ruang vektor adalah suatu himpunan objek yang dapat dijumlahkan satu sama lain dan dikalikan dengan suatu bilangan, yang masing-masing menghasilkan anggota lain

Direksi memuji reformasi penentu atas subsidi energi di tahun 2015, termasuk rencana untuk subsidi listrik sebagai sasaran subsidi yang lebih baik, dan penggunaan ruang fiskal

terasa di awal tahun 2009, yang ditunjukkan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sebesar 4,1% (yoy) pada triwulan I-2009, melambat dibandingkan dengan triwulan

Pada kondisi awal, kemampuan pemecahan masalah siswa SMP N 1 Ngemplak masih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh guru yang masih menerapkan strategi pembelajaran

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik

Aktualisasi diri yang terdapat dalam UKM Sepak Bola USU dapat dilihat dari kebutuhan fisiologis yang didapat oleh mahasiswa, kenyamanan berada dilingkungan

P Permanen: 2) P-O-P Temporer; dan 3) Media in store (di dalam toko). Bagi para manajer ritel penerapan Point-of-Purchase dilakukan karena keinginan untuk mencapai: 1) Hasil

Yang dimaksud dengan “kondisi krisis atau darurat penyediaan tenaga listrik” adalah kondisi dimana kapasitas penyediaan tenaga listrik tidak mencukupi kebutuhan beban di daerah