• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini perkembangan bisnis, kemajuan ilmu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini perkembangan bisnis, kemajuan ilmu"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi saat ini perkembangan bisnis, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kegiatan perekonomian dunia mengalami perkembangan yang pesat. Hal tersebut mendorong transaksi jual-beli yang dilakukan antara produsen dan konsumen menjadi lebih luas (global) yakni tidak hanya terjadi dalam pasar domestik, tetapi juga dalam pasar internasional.

Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demkian pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terikat lainnya (Darmadji & Fakhrudin, 2011:1).

Pasar modal merupakan media yang sangat efektif untuk dapat menyalurkan dan menginvestasikan dana yang berdampak produktif dan menguntungkan investor. Pasar modal mempunyai dua fungsi, yaitu berusaha dapat memenuhi keinginan perusahaan yang memperoleh modal dan keinginan investor untuk menanamkan modal. Melalui kegiatan pasar modal, perusahaan memperoleh dana untuk membiayai kegiatan operasional dan perluasan perusahaan (Pasadena, 2013).

Investasi adalah kegiatan menanamkan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar dimasa yang akan datang.

(2)

Investasi dapat dilakukan pada aset nyata dan aset finansial. Pihak yang melakukan aktivitas investasi disebut dengan investor. Investor pada umumnya digolongkan menjadi dua, yaitu investor individual yang terdiri dari individu yang melakukan kegiatan investasi dan investor institusional yang terdiri dari lembaga-lembaga dan perusahaan-perusahaan yang melakukan kegiatan investasi (Tandelilin, 2010:2) dalam Sari dan Sudjarni (2015)..

Pada dasarnya ada dua keuntungan yang diperoleh investor dalam membeli saham yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return) baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain) (Darmadji & Fakhrudin, 2011:9).

Pembagian dividen merupakan permasalahan yang rumit dalam perusahaan dikarenakan terjadinya perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajemen perusahaan yang sering disebut dengan masalah keagenan. Pemegang saham menginginkan agar dividen dibayarkan sebesar-besarnya sedangkan pihak manajemen perusahaan menginginkan laba perusahaan ditahan guna melakukan investasi kembali (Sari dan sudjarni, 2015).

Kebijakan dividen telah menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh para manajer keuangan dan perusahaan pada umumnya. Perusahaan dihadapkan pada dilema, apakah akan membagi dividen kepada pemegang saham atau menahan laba untuk kegiatan investasi kembali dalam rangka pengembangan usaha (Mardaleni, 2014).

(3)

Kebijakan dividen merupakan keputusan perusahaan untuk membagikan keuntungan yang diperoleh perusahaan kepada pemegang saham sesuai dengan yang diharapkan (W. Laim, dkk, 2015). Perusahaan menetapkan laba untuk menindaklanjuti perolehan laba yang dapat dialokasikan pada dua komponen yaitu dividen dan laba ditahan.

Dividen adalah pembagian sisa laba bersih perusahaan yang didistribusikan kepada pemegang saham atas persetujuan RUPS. Dividen dapat berbentuk tunai (cash dividend) atau saham (stock dividend) (Darmadji & Fakhrudin, 2011:140). Laba ditahan (retained earning) adalah bagian dari laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa yang ditahan oleh perusahaan untuk diinvestasikan kembali (reinvestment) dengan tujuan untuk mengejar pertumbuhan perusahaan.

Utang merupakan komponen penting perusahaan, khususnya sebagai salah satu sarana pendanaan. Penurunan kinerja sering terjadi karena perusahaan memiliki utang yang cukup besar dan kesulitan dalam memenuhi kewajiban tersebut dan Laverage (utang perusahaan) diproksikan dengan Debt to Equty Ratio (DER). Semakin tinggi rasio hutang menunjukan bahwa semakin besar kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan, sebaliknya semakin rendah rasio hutang menunjukan bahwa perusahaan mampu memenuhi kebutuhan pendanaan perusahaan dengan modal sendiri. Tingginya kewajiban yang harus dibayarkan akan mengurangi laba yang didapat perusahaan, tentunya akan berdampak pada pembagian dividen. Semakin tinggi utang maka semakin rendah tingkat dividen yang akan dibagikan (Sari, 2015).

(4)

Pertumbuhan perusahaan merupakan kemapuan perusahaan untuk megembangkan perusahaan dari waktu ke waktu atau mempertahankan posisi perusahaannya. Sulistiyowati et al. (2010, 6) dalam Ponziani (2013) menyatakan bahwa tingkat petumbuhan perusahaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. Semakin cepatnya pertumbuhan suatu perusahaan, maka akan semakin besar kebutuhan dana untuk perluasan perusahaan. Semakin besar biaya yang digunakan untuk pertumbuhan perusahaan, perusahaan akan menahan labanya sebagai laba ditahan daripada membagikan labanya sebagai dividen kepada pemilik modal . Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari total asset perusahaan, semakin besar asset yang dimiliki perusahaan akan menambah hasil operasi dan meningkatkan laba.

Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasinya.Faktor ini juga memiliki pengaruh terhadap kebijakan Dividen, karena dividen merupakan bagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya akan membayar porsi pendapatan semakin besar sebagai dividend. Besar keuntungan yang diperoleh maka akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan oleh Return On Assets (ROA) (Marietta, 2013). Kebijakan dividen tidak dapat dipisahkan dari profitabilitas karena pembagian dividen sangat tergantung terhadap perolehan laba perusahaan. Pembagian dividen bersumber dari laba yang didapatkan perusahaan setelah memenuhi

(5)

kewajiban-kewajibannya baik berupa bunga maupun pajak. Semakin tinggi laba bersih yang didapatkan perusahaan semakin besar pula dividen yang akan dibayarkan.

Firm size menjelaskan bahwa suatu perusahaan besar yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru atau yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki akses kepasar modal. Ukuran perusahaan diwakili oleh log natural dari total assets (Sutrisno 2001:03) dalam W. Laim, dkk (2015). Firm Size sebagai aspek dasar sangat dicermati dalam keputusan melakukan investasi. Besarnya perusahaan, maka semakin mudah akses informasinya, dengan kata lain kemungkinan perusahaan untuk memperoleh dana lebih besar ketimbang perusahaan yang hanya memiliki informasi yang tergolong lebih sedikit. Hatta (2002) dalam Marietta (2013) menyatakan perusahaan dengan ukuran yang lebih besar diperkirakan memiliki kemampuan untuk menghasilkan earning yang lebih besar sehingga dapat membayar Dividend yang besar sebaliknya dengan perusahaan kecil.

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang melakukan kajian mengenai pengaruh variabel Laverage yang diproksikan dengan Debt To Equity ratio (DER), Pertumbuhan Perusahaan, Profitabilitas yang di Proksikan dengan Return On Assets (ROA) dan Return On Investement (ROI) terhadap kebijakan dividen yang diproksikan dengan Dividen Payout Ratio (DPR). Berikut research gap dari penelitian terdahulu yang sudah diteliti oleh beberapa peneliti yang masih menunjukkan adanya ketidaksignifikansi.

(6)

Dalam penelitian yang dilakukan Martini, dkk (2014) dan Ponziani (2013) dengan menggunakan variabel Debt to Equity Ratio (DER) dinyatakan tidak berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan Dividen (Dividend payout Ratio), namun penelitian tersebut bertentangan dengan hasil penelitian Komang Ayu Novita Sari dan Luh Komang Sudjarni (2015), W. Laim, dkk (2015), Lanawati dan Amilin (2015), Rahmawati, dkk (2014), Hendrianto (2013), Marietta (2013) dimana variabel Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen (Dividend Payout Ratio).

Hasil penelitian yang dilakukan Komang Ayu Novita Sari dan Luh Komang Sudjarni (2015), dan Hendrianto (2013), dengan menggunakan variabel growth dinyatakan berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen (Dividend Payout ratio). namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh W. Laim, dkk (2015), Marietta (2013) dan Ponziani (2013) yang menunjukkan bahwa variabel growth dinyatakan tidak berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen (Dividend payou Ratio).

Hasil kesimpulan penelitian tentang variabel Retutn On Assets (ROA) dinyatakan berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan Dividen (Dividend Payout Ratio) pada pnelitian yang dilakukan oleh Lanawati dan Amilin (2015), Ponziani (2013), Hendrianton (2013), dan Marietta (2013) yang menunjukan bahwa Return On Assets (ROA) tidak berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen (Dividend Payout Ratio).

Hal ini berbeda dengan variabel Firm Size (Ukuran perusahaan) yang digunakan dalam penelitian W. Laim, dkk (2015) dan Ponziani (2013) , yang

(7)

menyatakan tidak berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen (Dividend Payout Ratio). tetapi penelitian yang dilakukan oleh Marietta (2013) menyatakan bahwa Firm Size (Ukuran Perusahaan) dinyatakan berpengaruh signifikan positif terhadap Kebijakan Dividend (Dividend Payout Ratio).

Dari hasil penelitian terdahulu terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio dihasilkan kesimpulan yang tidak konsisten. Berikut pada tabel 1.1 akan disajikan research gap penelitian-penelitian terdahulu:

Tabel 1.1

Research Gap Penelitian Terdahulu Variabel Dependen yaitu Dividend Payout Ratio

Terdapat perbedaan hasil penelitian mengenai pengaruh Debt to Equity Ratio, Growth, Return On Assets dan Firm Size terhadap Dividend Payout Ratio Berpengaruh

Signifikan

Debt to Equity Ratio: Wisriati Laim, Sientje C. nangoy dan Sri Murni (2015); Nining Dwi rahmawati, Ivonne S. saerang dan Paulina Van rate (2014); Unzu Marietta & Djoko sampurna (2013)

Growth: Unzu Marietta & Djoko sampurna (2013); Komang Ayu Novita dan Luh Komang Sudjarni (2015).

Return On Assets: Lanawati dan Amilin (2015); Regi Muzio Ponziani (2013); Samino Hendrianto (2013).

Firm Size: Unzu Marietta & Djoko sampurna (2013); Ika Farida Ulfah (2016).

Tidak Berpengaruh

Debt to Equity Ratio: Rita Martini, Maria dan M. Thoyib (2014); Regi Muzio Ponziani (2013).

Growth: Wisriati Laim, Sientje C. nangoy dan Sri Murni (2015); Regi Muzio Ponziani (2013).

Return On Assets: Komang Ayu Novita dan Luh Komang Sudjarni (2015); Wisriati Laim, Sientje C. nangoy dan Sri Murni (2015); Ika Farida Ulfah (2016).

Firm Size: Wisriati Laim, Sientje C. nangoy dan Sri Murni (2015); Regi Muzio Ponziani (2013).

(8)

Jakarta Islamic Index atau biasa disebut JII adalah salah satu indeks saham yang ada di Indonesia yang menghitung index harga rata-rata saham untuk jenis saham-saham yang memenuhi kriteria syariah. Pembentukan JII tidak lepas dari kerjasama antara Pasar Modal Indonesia (dalam hal ini PT Bursa Efek Indonesia) dengan PT Danareksa Investment Management (PT DIM). Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah islam yang diperbarui setiap 6 bulan sekali dengan penentun komponen indeks awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan pada jenis usaha utama emiten akan dimonitor secara terus-menerus berdasarkan data public yang tersedia. Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan kepercayaan investor untuk melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan syariah isalm untuk melakukan investasi dibursa efek.

Pemilihan Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index sebagai objek penelitian, karena index ini menjadi pemandu bagi investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah tanpa takut tercampur dengan dana ribawi dan menjadi tolak ukur kinerja dalam memilih portofolio saham yang halal. Berikut ini akan ditunjukkan perkembangan dividend payout ratio pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index yang membagikan dividen berturut-turut selama periode 2010 – 2015.

(9)

Tabel 1.2

Tabel perkembangan rata – rata dividen payout ratio Periode 2010-2015

No. Kode Perusahaan

Dividend Payout Ratio Rata-

Rata 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 ADRO 38.91 27.41 58.51 32.64 42.19 49.48 41.52 2 AKRA 12.3 55.87 14.63 68.54 31.2 49.36 38.65 3 ASII 44.5 46.06 42.47 44.56 45.54 60.47 47.27 4 INDF 5.41 38 47.17 64.91 38.17 75.09 44.79 5 INTP 25.67 26.91 22.65 33.1 62.84 114.03 47.53 6 KLBF 16.84 34.25 47.4 46.34 38.64 44.43 37.98 7 LSIP 138.35 24.49 60.96 58.39 34.3 58.2 62.45 8 PTBA 61.51 41.54 55.48 84.22 47.02 32.55 53.72 9 SCMA 83.08 98.19 26.59 71.98 51.3 119.96 75.18 10 SMGR 50.32 37.5 40.5 40.63 43.43 49.26 43.61 11 UNTR 42.07 27.46 42.61 44.98 37.14 77.03 45.22 12 UNVR 89.66 108.5 93.81 94.58 63.84 95.68 91.01 13 WIKA 23.51 32.7 27.77 26.44 27.75 20.56 26.46 Rata-rata 48.63 46.07 44.66 54.72 43.34 65.08 Sumber : IDX 2010– 2015 (Data diolah)

Berdasarkan tabel 1.2 diatas dapat diketahui bahwa tingkat perkembangan rata-rata Dividend Payout Ratio (DPR) perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index selama periode 2010 – 2015 mengalami fluktuasi dan tidak mengindikasikan

(10)

adanya penerapan kebijakan dividen yang stabil. Pada tahun 2010 mempunyai rata-rata besarnya dividend payout ratio sebesar 48.63, pada tahun 2011 rata-rata dividend payout ratio mengalami penurunan sebesar 2,56 kemudian pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 1.41, pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 10,06 dan pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 11,38 dan tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 21,75.

Pembayaran dividen mungkin dapat digunakan sebagai alat untuk memonitoring atau mengevaluasi hasil kerja manajemen. Bagi para investor faktor stabilitas deviden akan lebih menarik dari pada Dividend Payout Ratio yang tinggi. Kebijakan dividen yang stabil akan dapat memberikan kesan kepada investor bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik dimasa mendatang, dengan demikian resiko perusahaan juga relatif lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang pembayaran dividennya tidak stabil. Pembagian dividen juga merupakan informasi atau sinyal yang dijadikan pertimbangan bagi para investor (stakeholder) untuk menginvestasikan uangnya diperusahaan dan untuk mengetahui kinerja perusahaan. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa investor menginginkan kebijakan deviden yang stabil. Belum adanya aturan yang menentukan besarnya dividend payout ratio setiap perusahaan, membuat perusahaan menentukan kebijakan masing-masing terhadap dividen.

Prosentasi perusahaan yang tidak membayar dividen lebih banyak jika dibandingkan dengan yang membayar dividen. Hal ini dilihat dari jumlah perusahaan

(11)

yang terdaftar di JII tahun 2010-2015. Setiap periodenya, saham yang masuk JII berjumlah 30 (tiga puluh) saham yang memenuhi kriteria syariah namun yang aktif membayar dividen berturut-turut selama periode 2010 - 2015 hanya 13 perusahaan dikarenakan perusahaan banyak yang menahan laba yang diperolehnya atau tidak membagikannya kepada para pemegang saham.

Berdasarkan Research Gap dan Fenomena yang telah dijabarkan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebijakan dividen pada perusahaan, maka penelitian ini mengambil judul “Analisis Pengaruh Debt to Equity Ratio, Growth, Return On Assets dan Firm Size Terhadap Dividend Payout Ratio ( Studi Empiris Pada Perusahaan

yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index Periode 2010-2015).”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian fenomena dan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, Penelitian mengenai variabel keuangan yang mempengaruhi kebijakan dividen hasilnya masih menunjukan adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian atau perbedaan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR).

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, penelitian ini bermaksud untuk menguji kembali beberapa rasio keuangan tehadap dividend payout ratio pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamc Index Periode laoporan

(12)

keuangan yang diteliti adalah 2010-2015. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap dividend payout ratio? 2. Apakah Growth berpengaruh terhadap dividend payout ratio?

3. Apakah Return On Assets (ROA) berpengaruh terhadap dividend payout ratio? 4. Apakah Firm Size berpengaruh terhadap dividend payout ratio?

1.3 Tujuan dan Kegunaan penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian, maka tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Dividend Payout Ratio.

2. Untuk menganalisis pengaruh Growth terhadap Dividend Payout Ratio.

3. Untuk menganalisis pengaruh Return On Assets (ROA) terhadap Dividend Payout Ratio.

(13)

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian maka dengan adanya penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan:

1. Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan yang dapat memberikan gambaran awal untuk penelitian selanjutnya mengenai rasio keuangan yang mempengaruhi dividend paout ratio dan memberikan tambahan dalam pengembangan teori selanjutnya.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Manajemen

Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi manajemen untuk meningkatkan kinerja pada perusahaan yang dapat dilihat pada rasio keuangannya yang bagus dan kedepannya dapat memberikan prospek yang bagus, sehingga mampu menarik minat investor agar mau menanamkan modalnya pada perusahaan dan tentunya dapat menambah modal dalam mengembangkan usaha serta kelangsungan hidup perusahaan dan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan dasar pertimbangan perusahaan terutama dalam menentukan kebijakan dividen.

(14)

b. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan mampu memberi informasi mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen dan dijadikan sebagai pertimbangan bagi investor dalam pengambilan keputusan dalam menginvestasikan uangnya. Serta dengan menggunakan analisa rasio keuangan yang mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen diharapkan investor dapat memprediksi perusahaan mana yang layak berinvestasi sehingga mampu meminimalisir kerugian dan dapat menghitung pendapatan dividen yang akan diterima oleh pemegang saham (stakeholder).

Referensi

Dokumen terkait

MASYARAKAT SUPERVISI DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEMITRAAN PENGORGANI SASIAN PERENCANAAN ANALISIS KEBUTUHAN, PENYUSUNAN RENCANA AKSI PROGRAM PAGUYUBAN ORANGTUA JARINGAN

Kualitas layanan, bahwa Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru berusaha untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan masyarakat yang anggota keluarganya membutuhkan pembelajaran

• Tahapan proses produksi sirup oleh PT Kartika Polaswati Mahardhika adalah filtrasi air yang berasal dari PDAM, proses pemasakan air dan gula, proses pendinginan, proses

Sedangkan fungsi integratif yang dilakukan Industrial Relations PT Indopoly adalah menyediakan saluran komunikasi antara manajemen perusahaan

Melihat berbagai macam bentuk ‘ urf dapat dikatakan bahwa kasus yang terjadi dengan pelaksanaan tradisi ruwatan anak tunggal di Desa Catur Kecamatan Sambi Kabupaten

Berdasarkan data hasil analisis klasifikasi unsupervised yang telah di kalkulasikan di dalam grafik diatas terlihat objek terumbu karang yang mengalami kerusakan

Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum ini bahwa batang pepaya termasuk dalam kolenkim angular, seledri termasuk kolenkim angular, pir termasuk sklerenkim