TUGAS AKHIR
TAPIS PELEWAT TINGGI MENGGUNAKAN
KAPASITOR TERSAKLAR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik pada
Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sanata Dharma
Disusun Oleh :
ROY HARIANTO NIM : 005114081
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
HIGH PASS FILTER WITH SWITCHED CAPACITOR
Final Project
Presented as Partial Fulfilment of the Requirements To Obtain the Sarjana Teknik Degree
In Electrical Engineering
ROY HARIANTO NIM : 005114081
ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
ELECTRICAL ENGINEERING DEPARTMENT
ENGINEERING FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
TAPIS PELEWAT TINGGI MEGGUNAKAN
KAPASITOR TERSAKLAR
Nama : Roy Harianto
NIM : 005114081
INTISARI
Berawal dari semakin berkembangnya teknologi khususnya teknologi telekomunikasi, antara lain telepon, radio, dan berbagai alat elektronik yang semuanya menggunakan tapis untuk membatasi arus listrik dengan frekuensi-frekuensi tertentu, sesuai dengan yang dibutuhkan, maka dibuatlah suatu tapis pelewat tinggi menggunakan kapasitor tersaklar.
Tapis pelewat tinggi ini adalah alat yang mempelajari tapis pelewat tinggi dan kapasitor tersaklar. Yang di dalamnya terdapat rangkaian-rangkaian : Tapis pelewat tinggi orde-3, pembangkit detak dua fase non-overlap, dan pewaktu. Frekuensi penggal tapis pelewat tinggi dirancang 3 kHz, frekuensi penyaklarannya 100 kHz sehingga frekuensi pewaktunya 200 kHz.
Hasil yang telah dibuat adalah frekuensi penggal 3121 Hz untuk kapasitor
utama dan 1687 Hz untuk kapasitor utama . Tanggapan frekuensinya
menghasilkan kemiringan -13.9794 dB/oktaf untuk kapasitor utama dan
-17.5323 untuk kapasitor utama .
nF
56 5,6nF
nF
56
nF
6 , 5
HIGH PASS FILTER WITH SWITCHED CAPACITOR
Nama : Roy Harianto
NIM : 005114081
ABSTRACT
Starting from the development of technology especially the technology of communication, for instances : telephone, radio, and other kinds of technology appliances using filter to limit the flow of electrics current with the certain frequencies, according to what they need , then a high pass filter with switched capacitor is created.
This high pass filter is a tool which learn the high pass filter and switched capacitor. On which the inside part includes combinations of third order high pass filter, generator of two non-overlapping clock, and clock. Cutoff frequency of high pass filter is made into 3 kHz, electric switch frequency 100 kHz so that the clock frequency is 200 kHz.
The result is a cutoff frequency of 3121 Hz for the first central capacitor
and 1687 Hz for the second central capacitor .The frequency response
produced a rolloff of -13.9794 dB/octave for the first central capacitor and
-17.5323 dB/octave for the second central capacitor .
nF
56
nF
6 , 5
nF
56
nF
6 , 5
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kupanjatkan kepada Allah Bapa dan Yesus Kristus atas segala
kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis baik berupa waktu, tenaga, bimbingan, dorongan, dan sumbang saran yang
penulis butuhkan dalam penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah Bapa di Surga, atas kehendak-Mu penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir ini.
2. Bapak Martanto,ST.,M.T., sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan
pengarahan, petunjuk, serta saran selama pengerjaan alat dan skripsi.
3. Bapak Ir. Tjendro, sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan saran,
bimbingan, dan waktu yang penulis butuhkan selama penyelesaian skripsi.
4. Kedua orang tuaku yang tanpa henti memberikan dukungan, dorongan, doa,
dan kasihnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Luxy tercinta yang selalu memberikan semangat dan doanya pada waktu
penulis mengerjakan skripsi ini.
6. Teman-teman seperjuangan angkatan 2000 yang saling membantu, saling
bertukar pikiran, dan atas kebersamaannya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sangat membangun dari
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakata, Juli 2007
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING...iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ...iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...v
INTISARI ...vi
ABSTRACT ...vii
KATA PENGANTAR ...viii
DAFTAR ISI ...x
DAFTAR GAMBAR ...xiii
DAFTAR TABEL ...xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan Penelitian ... 2
1.3. Manfaat Penelitian ... 2
1.4. Perumusan Masalah ... 3
1.5. Batasan Masalah ... 3
1.6. Meteologi Penelitian ... 4
BAB II DASAR TEORI ... 7
2.1. Tapis Secara Umum ... 7
2.1.1. Pengertian Tapis ... 7
2.1.2. Klasifikasi Tapis... 8
2.1.3. Watak Tapis Nyata ... 9
2.1.4. Realisasi Tapis Nyata ... 11
2.2. Tapis Butterworth Pelewat Tinggi ... 11
2.2.1. Untai Tapis Pelewat Tinggi ... 14
2.2.2 Tapis Pelewat Tinggi Orde-1. ... 14
2.2.3. Tapis Pelewat Tinggi Orde-2 ... 15
2.2.4. Tapis Pelewat Tinggi Orde lebih dari 2... 16
2.3. Kapasitor Tersaklar ... 18
2.3.1. Dasar Kapasitor Tersaklar ... 18
2.3.2. Saklar MOS ... 20
2.3.3. Konfigurasi Saklar MOS ... 21
2.3.3.1. Saklar SPST ( Single Pole, Single Throw ) ... 21
2.3.3.2. Saklar SPDT (Single Pole, Double Throw). ... 22
2.3.3.3. Saklar DPDT (Double Pole, Double Throw)... 23
2.4. Tapis pelewat tinggi menggunakan kapasitor tersaklar ... 23
2.4.1. Tapis Pelewat Tinggi Orde-1 Kapasitor Tersaklar... 23
2.4.2. Tapis Pelewat Tinggi Orde-2 Kapasitor Tersaklar... 24
BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS... 27
3.1. Tapis pelewat tinggi orde-3 kapasitor tersaklar ... 28
3.2. Pembangkit detak dua fase non-overlap ... 31
BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN ...35
4.1. Pengamatan tanggapan frekuensi...36
4.1.1. Tapis pelewat tinggi menggunakan kapasitor utama 56 nF ...37
4.1.2. Tapis pelewat tinggi menggunakan kapasitor utama 5,6 nF ...39
4.2. Pembahasan...41
BAB V PENUTUP ... 46
5.1. Kesimpulan ... 46
5.2. Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 48
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-1. Tanggapan tapis ideal ... 9
Gambar 2-2. Prinsip Pelewat Tinggi ... 11
Gambar 2-3. Kurva respons penapis pelewat tinggi... 12
Gambar 2-4. Rolloff tapis pelewat tinggi dengan orde berbeda-beda... 13
Gambar 2-5. Tapis Pelewat Tinggi Orde-1 ... 14
Gambar 2-6. Tapis Pelewat Tinggi Orde-2 ... 16
Gambar 2-7. (a) Tapis Pelewat Tinggi Orde-3 ... 17
(b) Tapis Pelewat Tinggi Orde-4 ... 17
Gambar 2-8. Untai dasar kapasitor tersaklar ... 18
Gambar 2-9. Transistor MOS ... 20
Gambar 2-10. Saklar SPST ( Single Pole, Single Throw )... 21
Gambar 2-11. Bentuk gelombang untuk mengaktifkan SPST ... 22
Gambar 2-12. Saklar SPDT (Single Pole, Double Throw)... 22
Gambar 2-13. Saklar DPDT ... 23
Gambar 2-14. HPF Orde-1 menggunakan kapasitor tersaklar ... 23
Gambar 2-15. HPF Orde-2 menggunakan kapasitor tersaklar ...24
Gambar 2-16. HPF Orde-3 menggunakan kapasitor tersaklar. ... 26
Gambar 3-1. Diagram blok tapis pelewat tinggi kapasitor tersaklar ... 27
Gambar 3-2. HPF Orde-3 menggunakan kapasitor tersaklar dengan nilainya ... 30
Gambar 3-3. IC saklar CMOS 4016 ... 31
Gambar 3-4. Untai pembangkit detak dua fase non-overlap ... 32
Gambar 4-1. Kurva tanggapan frekuensi untuk kapsitor utama C =56nF ... 38
DAFTAR TABEL
Tabel 4-1. Data hasil pengujian dengan kapsitor utama C=56nF ... 37
Tabel 4-2. Data hasil pengujian dengan kapsitor utama C=5,6nF ... 39
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu bentuk kemajuan teknologi elektronika yang telah dapat
dirasakan manfaatnya adalah penapis aktif. Peran suatu penapis aktif yang begitu
besar bagi peralatan-peralatan elektronik terkadang tidak disadari atau bahkan
tidak diketahui. Penapis aktif disini menggunakan kapasitor tersaklar. Dimana
kapasitor tersaklar ini digunakan untuk menggantikan resistor ekivalennya.
Karena tapis aktif RC tidak bisa memuaskan dalam hal keakuratan dan kestabilan
yang dikehendaki. Pengetahuan mahasiswa elektro mengenai penapis aktif yang
menggunakan kapasitor tersaklar pun terkadang tidaklah begitu baik. Dalam hal
ini, pemahaman tentang penapis aktif menggunakan kapasitor tersaklar dapat
menjadi maksimal apabila mahasiswa juga melakukan praktek langsung maupun
melalui perancangan suatu alat yang menggunakan penapis aktif kapasitor
tersaklar sebagai salah satu komponennya.
Di dalam penapis aktif kapasitor tersaklar ini menggunakan tapis
pelewat tinggi (high-pass filter). Penapis pelewat tinggi menggunakan kapasitor
tersaklar ini menggunakan kapasitor tersaklar sebagai pengganti resistor
ekivalennya. Penemuan ini didasarkan atas kenyataan bahwa sebuah resistor dapat
disimulasikan dengan menggunakan saklar MOS yang dioperasikan secara
periodis dan sebuah kapasitor. Konstanta waktu dari rangkaian bukan lagi
setara resistor berbanding lurus dengan perioda penyaklaran, atau berbanding
terbalik dengan frekuensi penyaklaran.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian Tapis pelewat tinggi menggunakan kapasitor
tersaklar ini adalah:
1.2.1. Membuat suatu tapis pelewat tinggi menggunakan kapasitor tersaklar
dengan menerapkan pengetahuan tentang kapasitor tersaklar.
1.2.2. Dengan pembuatan tapis pelewat tinggi menggunakan kapasitor
tersaklar ini dapat mengurangi tingkat kesalahan resistor,
menggantikannya dengan kapasitor tersaklar pada tapis pelewat tinggi.
1.3. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian Tapis pelewat tinggi menggunakan kapasitor
tersaklar ini adalah:
1.3.1. Terciptanya pemahaman yang lebih baik tentang berbagai hal tentang
tapis pelewat tinggi dan kapasitor tersaklar.
1.3.2. Adanya acuan memakai tapis pelewat tinggi menggunakan kapasitor
1.4. Perumusan Masalah
Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini:
1.4.1. Bagaimana merancang tapis pelewat tinggi menggunakan kapasitor
tersaklar?
1.4.2. Bagaimana menentukan nilai kapasitor tersaklar (CR)?
1.5. Batasan Masalah
Penelitian pada Tapis pelewat tinggi menggunakan kapasitor tersaklar ini
dibatasi pada masalah-masalah sebagai berikut:
1.5.1. Tapis pelewat tinggi tersebut menggunakan tanggapan penaksiran
Butterworth.
1.5.2. Orde tapis pelewat tinggi yang digunakan adalah orde ketiga dengan
frekuensi penggal 3 kHz.
1.5.3. Tapis pelewat tinggi dibuat dua untaian dengan nilai kapasitor
utamanya berbeda yaitu C dan .
1.5.4. Tapis diimplementasikan dengan menggunakan komponen yang
sifatnya diskret yaitu dengan menggunakan kapasitor, penguat operasi,
dan saklar CMOS.
nF
56
1.5.5. Frekuensi masukannya menggunakan AFG (Audio Function
Generator) yang batasan nilainya antara 20 Hz sampai dengan 20
KHz.
1.5.6. Frekuensi penyaklarannya 100 KHz.
1.6. Metodologi Penelitian
Dalam perancangan piranti Tapis pelewat tinggi menggunakan kapasitor
tersaklar melalui beberapa tahap penelitian dasar yang akan mendukung
suksesnya perancangan ini. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah:
1.6.1. Mengumpulkan bahan literature pendukung: paper, buku-buku, dan
data sheet.
1.6.2. Pembuatan alat.
1.6.3. Pengujian dan perbaikan alat: pengukuran tegangan masukan dan
tegangan keluaran pada penapis pelewat atas dengan menggunakan
osiloskop, pembuatan grafik tanggapan frekuensi.
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penyusunan laporan penelitian ini tersusun
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang: latar belakang yang mendasari
dipilihnya topik dalam tugas akhir ini, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, perumusan masalah, batasan masalah, metodologi
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II DASAR TEORI
Pada bab ini berisi tentang teori yang berkaitan tentang tapis
Butterworth untuk tapis pelewat tinggi dan dasar-dasar kapasitor
tersaklar dengan operasi analog yang dapat dipakai dengan
kapasitor tersaklar.
BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS
Pada bab ini berisi tentang perancangan tapis pelewat tinggi orde
ketiga dengan menggunakan kapasitor tersaklar beserta
BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang data pengamatan terhadap tapis yang
telah diimplementasikan dan pembahasan dan analisa terhadap data
pengamatan tersebut.
BAB V PENUTUPAN
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan terhadap seluruh
pembahasan tentang Tapis pelewat atas menggunakan kapasitor
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Tapis Secara Umum
2.1.1. Pengertian Tapis
Penapis merupakan sebuah alat atau rangkaian atau substansi yang
meneruskan atau meloloskan arus listrik pada frekuensi-frekuensi atau jangkauan
frekuensi tertentu serta menahan (menghalangi) frekuensi-frekuensi lainnya.
Penapis dapat berupa penapis pasif atau penapis aktif.
Secara khusus, sebuah penapis aktif adalah suatu rangkaian penapis yang
tersusun atas resistor-resistor dan kapasitor-kapasitor disertai dengan suatu
rangkain penguat, biasanya berupa penguat operasional. Sedangkan penapis pasif
hanya terdiri dari resistor, induktor dan kapasitor.
Sebuah penapis aktif memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut:
1. Tidak ada sinyal hilang – Hal ini disebabkan karena penguat operasional
mampu menyediakan penguat atau gain, sehingga sinyal masukan tidak akan
segera mengalami pelemahan (atenuasi) selama rangkaian meneruskan
sinyal-sinyal dengan frekuensi yang dikehendaki.
2. Biaya dan kemudahan – Sebenarnya rangkaian penapis aktif ongkos
disebabkan karena pada rangkain pasif menggunakan komponen induktor
yang harganya jauh lebih mahal dan tidak selalu tersedia di pasaran.
3. Penyetelan – Penapis aktif mudah disetel ( tune ) untuk jangkauan frekuensi
yang lebar tanpa mempengaruhi tanggap rangkaian yang telah ditentukan
( sesuai dengan yang diinginkan ).
4. Isolasi – Sebagai akibat dari penggunaan penguat operasional, penapis aktif
akan memiliki impedansi masukan yang tinggi dan keluaran yang rendah, hal
ini sebenarnya hampir menjamin tidak adanya interaksi antara penapis dengan
sumber atau beban sinyal.
2.1.2. Klasifikasi Tapis
Tapis diklasifikasikan menurut fungsi yang dibentuk dalam hal jangkauan
frekuensi, yaitu jalur lewat (pass band) dan jalur henti (stop band). Pola dari jalur
lewat dan jalur henti, mempunyai empat macam tapis yang sangat umum.
Keempat tapis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tapis pelewat rendah (low pass filter)
Tapis ini memiliki jalur pelewat dari ω=0 sampai ω=ωo, denganωo
disebut sebagai frekuensi pancung, seperti gambar 2-1.(a)
2. Tapis pelewat tinggi (high pass filter)
Tapis ini merupakan komplemen dari tapis pelewat rendah, dengan frekuensi
dari 0 sampaiωo merupakan jalur henti (stop band), sedangkan jalur pelewat
(pass band) adalah dari frekuensiωo sampai tak hingga, sepert gambar
3. Tapis pelewat jalur (band pass filter)
Tapis ini merupakan frekuensi antara 1ω sampai 2ω , selain frekuensi ini tidak dilewatkan, seperti gambar 2-1.(c).
4. Tapis jalur henti (band elimination filter)
Tapis ini merupakan komplemen dari tapis pelewat jalur dengan frekuensi dari
1
ω sampai 2ω dihentikandan lainnya dilewatkan. Tapis ini biasa disebut
“notch filter”, seperti gambar 2-1.(d)
Gambar 2-1. Tanggapan tapis ideal
2.1.3. Watak Tapis Nyata
Dalam praktisnya, penapisan dikehendaki untuk menolak komponen sinyal
dengan merancang tapis yang menghasilkan pelemahan ( atenuasi ) pada daerah
frekuensi tertentu, dan diinginkan komponen-komponen dari sinyal yang lewat
Dalam hal ini perlu, adanya pengukuran atenuasi dan perolehan ( gain ).
Pelemahan atau atenuasi didefinisikan sebagai :
[ ]
T dBlog 20
− =
α . . . (2-1)
Dengan adalah perbandingan antara besaran output dengan besaran
input. Satuan pelemahan adalah decibel (dB), dan tanda minus menjelaskan
bahwa
T
α adalah positif bila rangkaian menghasilkan rugi-rugi, seperti dijelaskan
dengan T ≤1. Bila dipakai simbol yang berlainan, yang menyatakan suatu
perolehan (gain), dengan :
1
≥ T
[ ]
T dBA=−20log . . . (2-2)
Penyelesaian untuk
[ ]
T apabila α sudah diketahui, adalah denganpersamaan :
[ ]
T =10 −α20 . . . .(2-3)Sedangkan bila diketahui A,
[ ]
T dapat dicari dengan persamaan :[ ]
(
)
AT = 100.05 . . . (2-4)
Oleh karena tidak mungkin merealisasikan tapis ideal dengan perubahan
yang tajam dari jalur pelewat dan jalur henti, maka tapis ideal harus didekati
dengan tapis yang nyata. Watak yang dikehendaki ditentukan dengan
mendefinisikan perbedaan antara jalur pelewat dengan jalur henti, sebagai berikut:
1. Jalur pelewat adalah suatu tanggapan yang memiliki pelemahan kurang dari
suatu nilai perancangan, yakni αmaks.
2. Jalur henti adalah tanggapan yang selalu memiliki pelemahan lebih besar dari
3. Jalur frekuensi antara jalur henti dan jalur pelewat didefinisikan sebagai jalur
peralihan.
Pada tapis pelewat rendah jalur, pelewat berada pada ω=0sampai
p
ω
ω = , jalur peralihan adalah dari ωpsampai ωs, dan jalur henti adalah semua
frekuensi diatas ωs sampai tak terhingga. Huruf s dan p pada ω menandakan tepi dari jalur pelewat dan jalur henti. Konsep yang sama diterapkan pada pelewat
tinggi, pelewat jalur dan penolak jalur.
2.1.4. Realisasi Tapis Nyata
Untuk merealisasikan tapis dengan watak yang ideal tidak mungkin
dicapai, dengan adanya keterbatasan komponen yang digunakan.
Ada beberapa realisasi tapis sebagai pendekatan tapis ideal antara lain
tapis Butterworrh. Watak tapis Butterworth yalah pada jalur pelewat memiliki
tanggapan yang datar maksium ( maximally flat ).
2.2. Tapis Butterworth Pelewat Tinggi
Tapis pelewat tinggi adalah suatu tapis yang melewatkan sinyal dengan
frekuensi-frekuensi yang tinggi dan menolak frekuensi-frekuensi yang rendah.
Sebagai contoh seperti pada gambar 2-2, yaitu suatu sinyal berfrekuensi tinggi
yang tergantung oleh getaran frekuensi rendah.
Gambar 2-3. Kurva respons penapis pelewat tinggi
Semua penapis Butterworth mempunyai penguatan pada
det 1
2 0
0 = π f = rad
ω , dimana diperoleh persamaan sebagai berikut:
( )
dBf f f
At
⎥ ⎥ ⎥ ⎥
⎦ ⎤
⎢ ⎢ ⎢ ⎢
⎣ ⎡
+ =
n 2 0 n
) ( 1
1 log
20 ...(2-5)
Keterangan:
( )
fAtn = tanggapan frekuensi secara teoritis
( )
dB0
f = frekuensi penggal
( )
Hzf = frekuensi pengamatan
( )
Hzn = orde tapis
Pada gambar 2-3. kemiringan atau gradien garis pada stopband dinamakan
sebagai rolloff atau falloff dan didefinisikan berdasarkan order (tingkatan) tapis
- Tapis pelewat tinggi orde pertama (1st order) rolloff-nya adalah -6
dB/oktaf atau -20 dB/dekade
- Tapis pelewat tinggi orde kedua (2nd order) rolloff-nya adalah -12
dB/oktaf atau -40 dB/dekade
- Tapis pelewat tinggi orde ketiga (3rd order) rolloff-nya adalah -18
dB/oktaf atau -60 dB/dekade
Sebuah oktaf (an octave) memiliki pengertian menggandakan maupun pembagi
dua suatu frekuensi, misalnya untuk 1 kHz, maka oktaf diatas 1 kHz adalah 2, 4, 8
kHz dan seterusnya. sedangkan yang dibawah 1 kHz adalah 500, 250, 125 Hz dan
seterusnya. Sedangkan dekade (decade) adalah sepuluh kali atau sepersepuluh kali
suatu frekuensi, misalnya untuk 1 kHz, dekade diatasnya adalah 10, 100 kHz dan
seterusnya, sedangkan di bawahnya adalah 100, 10, 1 Hz, dan seterusnya.
2.2.1. Untai Tapis Pelewat Tinggi
Untai tapis analog pelewat tinggi dapat menggunakan untai Sallen & Key,
terutama untuk orde genap. Untuk penjelasan yang lebih rinci, berikut dibahas
orde satu sampai orde lebih dari dua.
2.2.1.1. Tapis Pelewat Tinggi Orde-1
Untai pelewat tinggi orde-1 ini dibangun dengan sebuah kapasitor dan
sebuah resistor dan bisa ditambahkan penguat operasi pada keluarannya. Untai ini
menggunakan penguatan satu tidak membalik, sehingga tegangan keluarannya
sama dengan tegangan masukannya. Hubungan antara tegangan keluaran dengan
tegangan masukan dapat dicari dengan metode pembagi tegangan (superposisi).
Tegangan pada masukan penguat operasi Vx, yang sama dengan Vo, merupakan
superposisi dari sinyal masukan dengan ground, seperti gambar 2-5. perbandingan
tegangan keluaran dengan tegangan masukan yang dinyatakan dalam T( ),
dengan =
s
s jω, adalah sebagai berikut:
( )
( )
( )
(
RC s
s s
V s V s T
i o
1
+ =
= . . . (2-6)
Untaian ini memiliki frekuensi setengah daya sebesar:
( )
1RC0 =
ω . . . (2-7)
Gambar 2-5. Tapis Pelewat Tinggi Orde-1
Dengan melihat watak alih tapis pelewat tinggi ini dapat diketahui cara
kerja dari tapis ini. Bila frekuensi (ω) sama dengan nol maka besar tanggapan
T( j0) juga sama dengan nol. Saat frekuensi (ω) =ω0, tanggapan T( jω 0) =
2
1 , dan bila frekuensi (ω) menuju tak berhingga maka besar tanggapannya
akan sama satu.
2.2.1.2. Tapis Pelewat Tinggi Orde-2
Untai pelewat tinggi orde-2 menggunakan untai CR Sallen & key seperti
pada gambar 2-6.
Untai ini memiliki watak alih seperti berikut ini:
( )
(
)
2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 c c R R s c c R c c s s s T + ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ + + =Untuk mencari frekuensi pusat dan faktor kualitas tapis Q, bisa dibandingkan
dengan watak alih tapis orde-2 standar.
Watak alih tapis pelewat tinggi standar adalah:
( )
⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ + = 2 0 0 2 2 Q ω ω s s s sT . . . (2-8)
Dari sini dapat ditentukan ωo dan Q dari untai pelewat tinggi orde-2, sebagai berikut: 2 1 2 1 0 1 C C R R =
ω . . . (2-9)
(
1 2)
1 2 2 1 Q C C R R C C + ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛
Gambar 2-6. Tapis Pelewat Tinggi Orde-2
Apabila diambil harga ωo=1, serta = =1, maka akan didapatkan nilai dan
sebagai berikut:
1
c c2 R1
2 R
Q 2 1 1 =
R . . . (2-11)
Q 2 2 =
R . . . (2-12)
Oleh karena tanggapan tapis yang dikehendaki berupa tanggapan
Butterworth maka nilai Q dari pelewat tinggi orde-2 sama dengan 0,7071.
sehingga untuk nilai-nilai ternormalisasi didapatkan sebagai berikut:
1 0 =
ω
1 2
1 =c =
c
5 , 0
1 =
R
2
2 =
R
2.2.1.3. Tapis Pelewat Tinggi Orde lebih dari 2
Untuk mendapatkan untai tapis pelewat tinggi yang memiliki orde lebih
dari dua dilakukan dengan cara mengkaskade tapis pelewat tinggi yang berorde
satu dengan orde-2 atau berorde dua semua. Untuk tapis dengan orde ganjil, salah
satu untainya berupa untai tapis orde satu seperti pada gambar 2-7. dan untuk orde
(a)
(b)
Gambar 2-7. (a) Tapis Pelewat Tinggi Orde-3;(b)Tapis Pelewat Tinggi Orde-4
Didalam pembentukan tapis pelewat tinggi berorde lebih dari dua perlu
diperhatikan factor Q dari masing-masing bagian dari kaskade memiliki harga
yang tidak sama. Hal ini disebabkan karena untuk tanggapan Butterworth nilai Q
sudah tertentu sesuai dengan orde dari tapis.
Watak alih tapis pelewat tinggi orde lebih dari dua besarnya merupakan
perkalian dari watak alih tiap-tiap pembangun kaskade. Frekuensi setengah daya
(3 dB) dari masing-masing tapis pembangun kaskade memiliki nilai yang sama,
2.3. Kapasitor Tersaklar
Dalam teknologi pembuatan MOS ada kecenderungan lebih mudah
membuat kapasitor dan saklar, dibanding membuat resistor dengan ketelitian yang
tinggi. Pengetahuan tentang hambatan yang dapat didekati dengan dua buah saklar
MOS dan sebuah kapasitor merupakan kunci akan pemecahan masalah pembuatan
hambatan ini, dan telah memunculkan bidang baru dalam perancangan suatu tapis,
terutamanya disesuaikan dengan pembuatan untai terpadu.
2.3.1. Dasar Kapasitor Tersaklar
Banyak fungsi penapis analog dibentuk oleh tapis aktif dengan Op Amp
dapat ditiru dengan penggunaan untai kapasitor tersaklar. Untai kapasitor tersaklar
dibangun oleh Op Amp, saklar MOS dan kapasitor-kapasitor yang nilai
kapasitansinya kecil. Bila Op Amp terbuat dari MOSFET, seluruh jaringan
kapasitor tersaklar tak mengandung resistor yang dapat dibangun pada untai
terintegrasi tunggal. Frekuensi kutub dan frekuensi nol dari untai kapasitor
tersaklar dapat dikendalikan dari luar melalui frekuensi clock. Kenampakan ini
mengundangkan suatu keuntungan yang prinsip disbanding tapis analog yang
memakai resistor.
Dasar dari untaian kapasitor tersaklar sebagai pengganti resistor terdapat
pada untai sederhana pada gambar 2-7. Saklar sinkronisasi S1 dan S2 membuka
dan menutup setiap setengah siklus dari interval clock Τc dan secara periodik
memuati dan melucuti muatan pada kapasitor. Untuk susunan ini akan berfungsi
sebagai resistor, maka anggapan berikut ini harus dipenuhi.
1. Pada saat tertentu hanya ada satu saklar yang tertutup; kedua saklar tak pernah
tertutup secara serentak.
2. Selang waktu selama kedua saklar tidak tertutup sangat singkat dibandingkan
dengan periode detak Τc.
3. Apabila S1 tertutup, kapasitor memuati secara cepat tegangan sinyal masukan
. s
V
4. Jika S2 tertutup, kapasitor segera melucuti muatan ke ground.
Selama interval S1 tertutup, muatan kapasitor mencapai nilai
s
V C =
ϕ . . . . . . (2-13)
Muatan ini secara lengkap dilucuti ke ground ketika S2 tertutup. Dalam satu
interval clock Τc, muatan keseluruhan akibat tegangan Vs adalah sama dengan:
c s
T V C
t =
Δ
Δϕ
. . . (2-14)
Muatan ini harus secara terus menerus disuplai ke kapasitor dengan sumber ,
karena muatan dilucuti ke ground setelah setiap siklus clock. Setelah beberapa
siklus clock, aliran muatan yang kontinyu dari arus tunak (steady) yang
memiliki rerata sama dengan :
s
V
s
( )
c s T
c T
V C dt
t T
i c =
Δ Δ
=
∫
0 1
1 ϕ
. . . (2-15)
Perbandingan antara dengan C mempunyai satuan resistansi
(sec/Coulomb/Volt = Ohm), oleh karena itu persamaan tersebut mempunyai
bentuk hukum Ohm : c
Τ
( )
R V
i = s
1 . . . (2-16)
Mekanisme rugi-rugi dari untai kapasitor tersaklar pada gambar 2-12. dapat
dimodelkan sebagai sebuah resistansi dengan nilai = C Tc
.
clk
eq 1C F
R = × . . . (2-17)
2.3.2. Saklar MOS
Pada gambar 2-9. menunjukkan penampang melintang dari suatu untai
terpadu dari transistor MOS. Salah satu penggunaannya adalah sebagai suatu
saklar, yakni saklar MOS. Transistor MOS beroperasi sebagai saklar bila tegangan
kerja antara sumber (source) dan gerbang (gate) adalah nol dan tegangan yang
berharga lebih besar dari tegangan ambang VTH.
2.3.3. Konfigurasi Saklar MOS
2.3.3.1. Saklar SPST ( Single Pole, Single Throw )
Pada gambar 2-9.(b) menunjukan suatu lambang transistor MOS.
Tegangan penyaklaran dituliskan sebagai gate dan ujung-ujung sebagai source
dan drain yang mempunyai resistansi sebesar Rgate. Ketika transistor keadaan
‘OFF’, maka Rgate mempunyai nilai yang sangat besar sekitar 100 Mohm -1000
Mohm. Sedangkan bila transistor keadan ‘ON’, maka Rgate sangat kecil nilainya
yakni sekitar 10 Kohm – 100 Ohm, tergantung pada ukuran transiator dalam suatu
keping. Pada gambar 2-10. berikut ini menunjukkan saat saklar membuka atau
menutup tergantung pada harga dari Rgate. Saklar ini dikenal sebagai saklar SPST
( Single Pole, Single Throw).
Gambar 2-10. Saklar SPST ( Single Pole, Single Throw)
Bentuk gelombang tegangan yang dipakai untuk menaktifkan saklar MOS
diperlihatkan pada gambar 2-11. di sini ada suatu peubah yang berubah yang
dituliskan sebagai VDS dan disimbolkan dengan φ untuk pemakaian yang lebih
umum. Gelombang ini dihasilkan oleh sumber detak (clock) yang memiliki
Gambar 2-11. Bentuk gelombang untuk mengaktifkan SPST
Besaran ⎟
⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ =
c
c T
f 1 disebut sebagai frekuensi clock dari deretan pulsa. Dalam
hal ini clock digunakan untuk mengaktifkan dan mematikan saklar MOS.
3.3.3.2. Saklar SPDT (Single Pole, Double Throw)
Apabila dua buah saklar MOS dihubungkan, dan dikendalikan oleh dua
bentuk gelombang φ1 dan φ2. Maka bentuk gelombang φ1 dan φ2 merupakan dua gelombang yang memiliki fase yang berbeda, tetapi memiliki frekuensi yang
sama, dan juga keduanya tidak saling tumpang tindih (non-overlap). Sehingga bila
1
φ ON dan φ2 OFF atau sebaliknya. Oleh karena itu tidak terjadi hubungan
langsung dari titik 1 dan titik dua yaitu pada saat saklar pertama terhubung saklar
kedua terbuka atau sebaliknya. Penyalaran seperti ini ekivalen dengan yang
ditunjukkan pada gambar 2-12. Saklar semacam ini disebut sebagai saklar kutup
tunggal dua posisi (SPDT = Single Pole, Double Throw).
2.3.3.3. Saklar DPDT (Double Pole, Double Throw)
Salah satu skema untuk penyaklaran dikembangkan dengan menggunakan
saklar MOS SPST seperti pada gambar 2-13. Dengan dua tegangan clock φ1 dan
2
φ yang dihubungkan seperti pada gambar 2-13. Saklar ini disebut saklar dua
katup dua posisi (DPDT = Double Pole, Double Throw).
Gambar 2-13. Saklar DPDT
2.4. Tapis Pelewat Tinggi Menggunakan Kapasitor Tersaklar
2.4.1. Tapis Pelewat Tinggi Orde-1 Kapasitor Tersaklar
Dengan menggantikan resistor pada untai RC analog Orde-1 dengan
sebuah kapasitor tersaklar didapatkan untai tapis pelewat tinggi orde-1, yang
hasilnya dapat dilihat pada gambar 2-14. berikut ini;
Watak alih untai tapis pelewat tinggi orde-1 kapasitor tersaklar seperti
pada gambar 2-14. ini dapat dicari dengan dengan menggantikan resistor R
dengan
(
⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ clk R F C
1 pada watak alih tapis analog. Sehingga akan dihasilkan :
( )
⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + = C C F s s s T R clk. . . (2-18)
Harga frekuensi pusat sebesar
(
)
C F
CR clk
= 0
ω . . . (2-19)
Dengan memperhatikan persamaan di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi 3 dB
pelewat atas berbanding lurus dengan frekuensi detak , dengan suatu
konstanta tetap yang ditentukan oleh perbandingan kapasitansi clk F ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ C
CR .
2.4.2. Tapis Pelewat Tinggi Orde-2 Kapasitor Tersaklar
Untai tapis pelewat tinggi orde-2 kapasitor tersaklar ini didasarkan pada
untaian sallen & key pelewat atas analog orde-2. dengan pemilihan susunan saklar
yang tepat pada tapis ini dapat dihasilkan seperti pada gambar 2.15.
Gambar 2-15. HPF Orde-2 menggunakan kapasitor tersaklar
Frekuensi pusat dan faktor kualitas ini ditetapkan dengan persamaan : 2 1 2 1 0 C C C C
F R R
clk
=
ω . . . (2-20)
Q
(
)
2 1 2 1 2 1 1 R R C C C C C C +
= . . . (2-21)
Apabila diambil nilai ternormalisasi, yakni dengan membuat ω0 =1, serta
membuat nilai kapasitor pada rangkaian analog C1 =C2 didapatkan hubungan
seperti berikut :
Q 2
1 1
2
1 = =
R
R . . . (2-22)
clk R R F R C C 1 2 1 1 1 =
= . . . (2-23)
Dengan mengetahui frekuensi pusat ω0 dari perancangan serta nilai Q ( dalam hal
ini untuk N = 2, Q = 0,7071 ), serta nilai kapasitor dan , maka nilai-nilai
pada untaian kapasitor tersaklar selanjutnya dapat ditentukan dari
persamaan-persamaan :
1
C C2
0
ω
= kf
(
C kf)
km= 1
[
]
clk R F C C 0 clk 1 2 F km Q 2 ω == . . . (2-24)
[
]
clkR F C C 2 F km 2Q 1 0 clk 2 ω =
Jadi dengan menentukan nilai ω0, , dan akan dapat dicari nilai-nilai
kapasitor tersaklar dan dari tapis pelewat tinggi orde dua.
C Fclk
1
R
C CR2
2.4.3. Tapis Pelewat Tinggi Orde lebih dari 2 Kapasitor Tersaklar
Disini perlu diperhatikan susunan atau posisi saklar. Contoh untuk tapis
pelawat tinggi orde-3 dapat digambarkan pada gambar 2-16.
Gambar 2-16. HPF Orde-3 menggunakan kapasitor tersaklar
Untuk mendapatkan nilai-nilai komponen kapasitor tersaklar dari tiap-tiap
tingkat dilakukan dengan perhitungan seperti halnya untuk pelewat tinggi orde-1
dan orde-2. untuk mendapatkan tanggapan tapis Butterworth, maka faktor kualitas
yang dipakai dalam perhitungan untuk tapis yang berorde lebih dari dua
dipergunakan nilai Q. Di mana untuk tanggapan Butterworth nilai Q sudah ditentu
sesuai dengan orde dari tapis. Misalkan orde-4, memiliki dua macam nilai Q yaitu
Q1= 0.54 dan Q = 1,31. Dari sini dapat dinyatakan bahwa pembentukan tapis
pelewat tinggi Butterworth orde-4 tidak sama dengan mengkaskade dua buah tapis
yang nilai Q-nya hanya satu macam. Tanggapan yang dikehendaki adalah
Butterworth, sehingga perhitungan nilai Q harus disesuaikan dengan orde tapis
BAB III
PERANCANGAN PERANGKAT KERAS
Perancangan perangkat keras ini terdiri dari dua bagian, bagian pertama
adalah Pembangkit detak dua fase non-overlap yang berfungsi untuk penyaklaran
saklar MOS berupa pembangkit detak dua fase yang tidak saling tumpang-tindih
( non-overlap ), bagian kedua adalah penapis pelewat tinggi orde-3 kapasitor
tersaklar yang berfungsi meneruskan atau meloloskan arus listrik pada
frekuensi-frekuensi atau jangkauan frekuensi-frekuensi tertentu, serta menahan atau menghalangi
frekuensi lainnya. Masukannya berupa frekuensi yang dapat berubah-ubah yang
menggunakan AFG (Audio Function Generator). Output dari rangkaian ini
ditampilkan ke Osiloskop.
3.1. Tapis pelewat tinggi orde-3 kapasitor tersaklar
Perancangan hasil perhitungan untuk membangun tapis pelewat atas
dengan kapasitor tersaklar, dirancang dengan 2 perancangan dengan nilai
kapasitor utamanya yang berbeda untuk sebagai perbandingan. Untuk frekuensi
penggal = 3 Khz, dengan frekuensi penyaklaran 100 KHz, dan ditentukan
dan (sebagai kapasitor utama), seperti berikut ini:
nF
C =56 C =5,6nF
Perancangan dengan nilai kapasitor utama C = 56 nF
KHz
f0 =3
KHz
Fclk =100
nF C
C
C = 1 = 2 =56
Untuk Q1= 1
(
) (
)
clk clk R F C f F CC = ω0 = 2π 0 (dari persamaan 2-19)
(
)
KHz nF KHz CR 100 56 32 × ×
= π
nF
CR =10,55≅10,5
pF nF
CR =10 +500
Untuk Q = 1 2
(
) (
)
clk clk R F C f F CC 0 0
1
2 Q 2 Q
2 ω = π
= (dari persamaan 2-24)
(
)
KHz nF KHz CR 100 56 3 2 1 2 1 × × × × = π nFnF nF
CR1 =20 +1
clk clk R F C f F C C Q 2 2 Q 2 0 0 2 π ω =
= (dari persamaan 2-25)
KHz nF KHz CR 100 1 2 56 3 2
2 × ×
× ×
= π
nF
CR2 =5,27≅5,3
nF nF nF
CR2 =3,3 +1 +1
Perancangan dengan nilai kapasitor utama C=5,6nF
KHz
f0 =3
KHz
Fclk =100
nF C
C
C = 1 = 2 =5,6
Untuk Q1= 1
(
) (
)
clk clk R F C f F CC = ω0 = 2π 0
(dari persamaan 2-19)
(
)
KHz nF KHz CR 100 6 , 5 32 × ×
= π
nF
CR =1,055≅1,05
pF nF
CR =1 +50
Untuk Q = 1 2
(
) (
)
clk clk R F C f F CC 0 0
1
2 Q 2 Q
2 ω π
=
(
)
KHz nF KHz CR 100 6 , 5 3 2 1 2 1 × × × × = π nF CR1 =2,111≅2,1pF nF
CR1 =2 +100
clk clk R F C f F C C Q 2 2 Q 2 0 0 2 π ω =
= (dari persamaan 2-25)
KHz nF KHz CR 100 1 2 6 , 5 3 2
2 × ×
× ×
= π
pF
CR2 =527≅530
pF pF
pF
CR2 =330 +100 +100
Gambar 3-2. HPF Orde-3 menggunakan kapasitor tersaklar dengan nilainya
Penguatan operasi yang dipergunakan adalah LF 353N yang memiliki laju
lantingan
s V
μ
pelewat tinggi kapasitor tersaklar ini dipakai saklar CMOS 4016 yang memiliki
sekitar 200 Ohm. Tegangan maksimal saklar digital dan analognya ± 7,5
Vpeak. ON
R
IC tipe CD4016
Gambar 3-3. IC saklar CMOS 4016
3.2. Pembangkit detak dua fase non-overlap
Di dalam merancang untai tapis pelewat tinggi dengan kapasitor tersaklar
perlu diperhatikan adanya frekuensi detak yang akan mengaktfkan saklar-saklar
MOS yang dipergunakan, frekuensi detak ini memiliki peranan yang penting
dalam tapis ini, karena frekuensi detak ini yang menentukan watak tapis dengan
kapasitor tersaklar.Untai frekuensi detak untuk penyaklaran saklar MOS berupa
pembangkit detak dua fase yang tidak saling tumpang-tindih ( non-overlap ).
Untuk mendapatkan detak yang non-overlap digunakan rangkaian seperti pada
Gambar 3-4. Untai pembangkit detak dua fase non-overlap
Keluaran rangkaian ini berupa φ1 dan φ2, yang keduanya tidak saling tumpang-tindih. Besarnya frekuensi sinyal keluaran detak adalah setengah dari
frekuensi masukan. Sedang lebar sela antar φ1 dan φ2, ditentukan oleh konstanta waktu RC yang terdapat pada flip-flop pertama dari gambar 3-4.
Frekuensi masukan pembangkit detak dua fase non-overlap dihasilkan dari
pewaktu (clock). Dalam implementasi ini dipakai dari IC LM555. IC ini
merupakan IC pewaktu untuk keperluan umum yang dapat dikonfigurasikan untuk
menghasilkan waktu tunda yang akurat atau frekuensi osilasi.
IC ini diaplikasikan pada operasi stabil seperti pada gambar 3-5. Dalam
rangkaian ini kita dapat mengatur siklus kerja (duty cycle) gelombang
keluarannya. Frekuensi keluaran ini ditentukan oleh komponen RC, yakni resistor
dan kapasitor. Peroses pengisian muatan kapasitor pewaktu ekternal C dilakukan
melalui resistor eksternal RA+RB hingga mencapai nilai catu tegangan positif.
Ketika tegangan kapasitor mencapai level referensi batas atas komparator
( Vcc
3
berubah, yang selanjutnya akan menyalakan saklar transistor. Peluahan muatan
kapasitor terjadi melalui resistor hingga tegangan pada terminal-terminal
kapasitor jatuh menuju level referensi batas bawah komparator ( B
R
cc
V 3
1 ).
Komparator ini kemudian akan memaksa status rangkaian flip-flop untuk berubah
kembali yang selanjutnya akan mematikan saklar transistor.
Gambar 3-5. Diagram skematik fungsional pewaktu 555 untuk operasi osilator
Frekuensi osilasi sinyal rangkaian diberikan oleh persamaan ;
(
R R)
C fB
A 2
44 , 1
+
= . . . (3-1)
Karena frekuensi penyaklaran yang digunakan 100 KHz, maka frekuensi
keluaran dua kali frekuensi penyaklaran yaitu 200 KHz. Dari sini dapat
ditentukan perbandingan nilai dan dengan menentukan nilai C.
Jika . Maka diperoleh nilai sebagai berikut :
A
R RB
B
A R
R =
KHz
f =200
nF
C =1
B
A R
R
(
R R)
nF R nF KHzB
A 3 1
44 , 1 1
2 44 , 1 200
× =
+ =
nF KHz R
1 200
44 , 1 3
× =
Ohm
R 7200
3 =
Ohm
R =2400
Ohm R
BAB IV
PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
Setelah merancang, langkah selanjutnya adalah melakukan pengukuran
terhadap alat yang telah dibuat. Pengukuran dilakukan untuk mengetahui apakah
alat yang dibuat dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Pengukuran dan
analisa yang dilakukan adalah dengan mengamati tanggapan frekuensi tapis.
Tanggapan frekuensi tapis dinyatakan dalam besaran yang membandingkan
amplitudo sinyal keluaran dengan amplitudo sinyal masukan tapis.
Pengukuran dilakukan dengan beberapa macam frekuensi, yaitu frekuensi
audio yang nilainya antara 20 Hz sampai 20 kHz. Namun untuk mengetahui watak
tapis yang lebih baik jangkauan frekuensi pengamatan diperbesar sampai 50 khz.
Data-data dihitung dari perbandingan antara nilai-nilai amplitudo keluaran dengan
masukan. Sehingga membentuk tanggapan frekuensi tapis yang dinyatakan dalam
deciBell (dB). Perhitungan menggunakan persamaan (2-1).
Setelah mendapatkan tanggapan frekuensi, sistem dibuatkan grafik
hubungan antara dari dalam dB dengan frekuensi agar dapat mengetahui kurva
tanggapan tapis. Data-data pengamatan untuk tanggapan frekuensi tapis pelewat
tinggi ini tercantum dalam tabel 4-1. dan tabel 4-2.
Untuk membandingkan tanggapan frekuensi yang telah direalisasi dengan tapis
analog, perlu diketahui watak tapis teoritis dengan menghitung secara teoritis
yang tercantum pada tabel 4-1. dan tabel 4-2. dengan f0 =3kHz untuk orde
ketiga.
4.1. Pengamatan tanggapan frekuensi
Pengamatan pada alat untuk frekuensi penggal, , dengan
frekuensi penyaklaran 100 kHz, untuk amplitudo masukan dan nilai
kapasitor utama dan
kHz
f0 =3
Vpp
Vin =8
nF
C =56 C =5,6nF.
Contoh hitungan teoritis :
Hz f =1000
( )
(
)
dBf At ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ + = 6 1000 3000 1 1 log 20
( )
f dBAt =-28.6332
Contoh hitungan pengujian:
Hz f =1000
Vpp
Vin =8
Vpp Vout =2.7
( )
dBVpp Vpp f A ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ = 8 7 . 2 log 20
( )
f dB4.1.1. Tapis pelewat tinggi menggunakan kapasitor utama 56 nF
Tabel 4-1. Data hasil pengujian dengan kapasitor utama C =56nF
( )
fA
( )
dB Frekuensi( )
Hz Vout( )
Vpp-44.9975 20 0.045
-43.2545 60 0.055
-42.3552 100 0.061
-39.5762 200 0.084
-31.6174 300 0.21
-25.5968 400 0.42
-22.0749 500 0.63
-18.2372 700 0.98
-15.7829 800 1.30
-12.4867 900 1.90
-9.4345 1000 2.70
-6.2405 1500 3.90
-5.3924 1600 4.30
-4.2578 1750 4.90
-3.9103 2000 5.10
-3.9103 2250 5.10
-3.7417 2500 5.20
-3.4139 2750 5.40
-3.4139 3000 5.40
-3.3319 3121 5.45
-3.2545 3250 5.50
-2.9443 3500 5.70
-2.9443 3750 5.70
-2.2139 4000 6.20
-2.0749 4500 6.30
-1.9382 5000 6.40
-1.8035 6000 6.50
-1.8035 7000 6.50
-1.8035 9000 6.50
-1.8035 10000 6.50
-1.8035 12000 6.50
-1.5403 15000 6.70
-0.7953 20000 7.30
-0.7953 30000 7.30
-0.6771 40000 7.40
TANGGAPAN FREKUENSI
-3.3319
3121 -13.9794 dB/oktaf
-50 -40 -30 -20 -10 0
10 100 1000 10000 100000
Frekuensi ( Hz )
P
eng
ua
ta
n (
dB
)
Gambar 4-1. Kurva tanggapan frekuensi untuk kapsitor utama C=56nF
Dari tabel 4-1. dapat dibuat kurva tanggapan frekuensi seperti terlihat pada
gambar 4-1. Frekuensi penggal
( )
fo dapat dicari dengan menambahkan -3 dBdengan penguatan maksimum adalah -(0.3319 + 3) = -3.3319. Frekuensi
penggalnya adalah 3121 Hz dan bila diamati nilai penguatan pada saat frekuensi
masukan 200 Hz dan 400 Hz pada gambar 4-1. dapat diketahui nilai rolloff adalah
4.1.2. Tapis pelewat tinggi menggunakan kapasitor utama 5,6 nF
Tabel 4-2. Data hasil pengujian dengan kapasitor utama C =5,6nF
( )
fA
( )
dB Frekuensi( )
Hz Vout( )
Vpp-48.5793 20 0.030
-46.4661 60 0.038
-45.1927 100 0.044
-40.4455 200 0.076
-38.6921 300 0.093
-28.2345 400 0.31
-21.1598 600 0.70
-20.5605 700 0.75
-18.0617 800 1.00
-15.7829 900 1.30
-10.8272 1000 2.30
-5.3924 1500 4.30
-3.7417 1600 5.20
-3.6771 1687 5.23
-3.2545 1750 5.50
-2.7932 2000 5.80
-2.4987 2250 6.00
-2.0749 2500 6.30
-2.0749 2750 6.30
-2.0749 3000 6.30
-2.0749 3250 6.30
-2.0749 3500 6.30
-2.0749 3750 6.30
-1.6709 4000 6.60
-1.6709 4500 6.60
-1.6709 5000 6.60
-1.5403 6000 6.70
-1.5403 7000 6.70
-1.5403 9000 6.70
-1.5403 10000 6.70
-1.5403 12000 6.70
-1.4116 15000 6.80
-1.4116 20000 6.80
-1.4116 30000 6.80
-1.4116 40000 6.80
TANGGAPAN FREKUENSI
-17.5323 dB/oktaf
-3.6771
1687 -50
-40 -30 -20 -10 0
10 100 1000 10000 100000
Frekuensi ( Hz )
Pe
ng
ua
ta
n (
dB
)
Gambar 4-2. Kurva tanggapan frekuensi untuk kapsitor utama C =5,6nF
Dari tabel 4-2. dapat dibuat kurva tanggapan frekuensi seperti terlihat pada
gambar 4-2. Frekuensi penggal
( )
fo dapat dicari dengan menambahkan -3 dBdengan penguatan maksimum adalah -(0.6771+ 3) = -3.6771. Frekuensi
penggalnya adalah 1687 Hz dan bila diamati nilai penguatan pada saat frekuensi
masukan 300 Hz dan 600 Hz pada gambar 4-2. dapat diketahui nilai rolloff adalah
4.2. Pembahasan
1. Tapis pelewat tinggi (high-pass filter) orde ketiga menggunakan kapasitor
tersaklar untuk kapasitor utama C=56nF dengan frekuensi penggal
( )
sebesar 3121 Hz yang mendekati dengan yang dirancang yaitu 3 kHz. Nilai
rolloff sebesar - 13.9794 dB/oktaf. Ada selisih sekitar -4.0822 dB/oktaf dari
nilai rolloff secara teori (=- 18.0617 dB/oktaf ).
o
f
2. Tapis pelewat tinggi (high-pass filter) orde ketiga menggunakan kapasitor
tersaklar untuk kapasitor utama C=5,6nF dengan frekuensi penggal
( )
sebesar 1687 Hz, yang nilai frekuensi penggalnya tidak sesuai dengan yang
dirancang yaitu memiliki selisih 1313 Hz yang jauh dari frekuensi penggal
rancangan 3 kHz. Nilai rolloff sebesar -17.5323 dB/oktaf. Ada selisih sekitar
-0.5293 dB/oktaf dari nilai rolloff secara teori (=-18.0616 dB/oktaf ).
o
f
Beberapa hal yang menjadikan perbedaan tanggapan tapis yang dihitung
secara teori dan secara analisis yaitu :
1. Adanya hambatan ON (Ron) pada saklar yang dipakai dalam realisasi tapis,
akan menyebabkan penambahan nilai hambatan ekuivalen kapasitor tersaklar.
Dengan adanya hambatan ON (Ron) ini mengakibatkan pergeseran frekuensi
penggal dari tapis yang dirancang. Sebagai contoh untuk CMOS 4016 pada
tegangan sumber 12 volt mempunyai hambatan ON (Ron) sekitar 220 Ohm
Contoh hitungan frekuensi penggal untuk kapasitor utama C =56nF
2
1 C
C
C= =
kHz
Fclk =100
nF
CR1 =21
nF CR2 =5,3
Hambatan ekuivalen :
clk R
eq 1C F
R = ×
3 9
clk 1 R
1 1C F 121 10 100 10
R × × × = × = − Ohm 476,19 R1 =
3 9
clk 2 R
2 1C F 15,3 10 100 10
R × × × = × = − Ohm 1886,79 R2 =
frekuensi penggalnya :
2 1 2 1 0 1 C C R R =
ω (dari persamaan 2-9)
9 9 2 1 2 1 0 10 56 10 56 79 , 1886 19 , 476 1 1 2 − − × × × × × = = C C R R f π Hz f 9 9 0 10 56 10 56 79 , 1886 19 , 476 2 1 − − × × × × × = π Hz
Karena adanya hambatan ON (Ron) 220 Ohm
frekuensi penggalnya :
(
1)(
2)
1 20 1 C C R R R
R + on + on
=
ω
(
1)(
2)
1 20 1 2 C C R R R R f on on + + = π
(
)(
)
9 90 10 56 10 56 220 79 , 1886 220 19 , 476 2 1 − − × × × × + + = π f Hz
f0 =2346,70
Contoh hitungan frekuensi penggal untuk kapasitor utama C =5,6nF
2
1 C
C
C= =
kHz
Fclk =100
nF CR1 =2,1
pF
CR2 =530
Hambatan ekuivalen :
clk R
eq 1C F
R = ×
3 9
clk 1 R
1 1C F 12,1 10 100 10
R × × × = × = − Ohm 4761,9 R1 =
3 12
clk 2 R
2 1C F 1530 10 100 10
frekuensi penggalnya : 2 1 2 1 0 1 C C R R =
ω (dari persamaan 2-9)
9 9 2 1 2 1 0 10 6 , 5 10 6 , 5 9 , 18867 9 , 4761 1 1 2 − − × × × × × = = C C R R f π Hz f 9 9 0 10 6 , 5 10 6 , 5 9 , 18867 9 , 4761 2 1 − − × × × × × = π Hz
f0 =2998,33
Karena adanya hambatan ON (Ron) 220 Ohm
frekuensi penggalnya :
(
1)(
2)
1 20 1 C C R R R
R + on + on
=
ω
(
1)(
2)
1 20 1 2 C C R R R R f on on + + = π
(
)(
)
9 90 10 6 , 5 10 6 , 5 220 9 , 18867 220 9 , 4761 2 1 − − × × × × + + = π f Hz
f0 =2914,44
2. Nilai hambatan ekivalen dari kapasitor tersaklar ditentukan oleh frekuensi
penyaklaran, dengan hubungan
clk R
eq 1C F
Tabel 4-3. Frekuensi penyaklaran
( )
Fclk(
Fclk perancangan( )
Fclk pengamatan100 kHz 66,661 kHz
Contoh perhitungan
( )
Req teoritis untuk CR1 =21nF :kHz
Fclk =100
Ohm 3 9 -clk R1
eq1 1C F 121 10 100 10
R × × × = × = Ohm 476,19 Req1 =
Contoh perhitungan
( )
Req pengujian untuk CR1 =21nF :kHz
Fclk =66,661
Ohm 3 9 -clk R1
eq1 1C F 121 10 66,661 10
R × × × = × = Ohm 714,34 Req1 =
Dengan mengambil nilai tetap, maka dengan adanya penurunan frekuensi
penyaklaran dapat mengakibatkan pembesaran hambatan ekuivalennya
R
C
(
Fclk( )
Req ataupun sebaliknya. Perubahan frekuensi penyaklaran mempengaruhiperubahan tanggapan frekuensi tapis.
)
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dalam mengkaji secara teknis dari pembahasan dan pengolahan data pada
bab sebelumnya, maka bisa diiambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Alat bekerja kurang baik karena tidak sesuai dengan yang diharapkan
dalam perancangan.
2. Hambatan ekuivalenya dipengaruhi adanya hambatan ON dan frekuensi
penyaklaran yang tidak sesuai dengan yang dirancang. Sehingga adanya
pergeseran frekuensi penggal dan perubahan tanggapan frekuensi tapis.
5.2. Saran
Dari kesimpulan diatas ada beberapa saran yang dapat diajukan sebagai
bahan pertimbangan dari penulis antara lain :
1. Tapis pelewat tinggi menggunakan kapasitor tersaklar ini dapat
dikembangkan lebih lanjut dengan cara menambah jumlah orde penapis
dan memperbaiki nilai faktor kualitasnya.
2. Kapasitor tersaklar ini dapat diimplementasikan dalam penapis-penapis
lainnya, seperti tapis pelewat bawah (low pass filter), tapis pelewat jalur
3. Untuk frekuensi penyaklarannya dapat dibuat variasi dengan mengubah
nilai hambatan pada untaian pewaktu (clock).
4. Untuk merancang suatu penapis menggunakan kapasitor tersaklar
hendaknya diperhatikan nilai kapasitor-kapasitor yang digunakan,
DAFTAR PUSTAKA
Huelsman, Lawrence p, University of Arizona, “Aktive and Passive Analog Filter
Design”, McGraw-Hill Inc, 1993.
Malvino, Albert Paul, diterjemahkan oleh Ir. Joko, Alb.MT, “Prinsip-prinsip
Elektronika”, Salemba Teknikal, Jakarta, 2004.
Http://www.all-data-sheet.com, 2007.
Http://www.datasheetcatalog.com, 2007.
Http://www.fairchildsemi.com, 2007.
VCC -VCC EN 1 1 1 > > < < 4016 2 1 13 + -LF353 3 2 1 8 4 56 nF + -LF353 3 2 1 8 4 56 nF 200 4093 1 2 3 21 nF 56 nF EN1 1 1 > > < < 4016 2 1 13 10,5 nF 4013 5 3 1 2 6 4 Q D CLK Q S R 1 nF 1 2 3 2.4 K 2.4 K 100 nF 5 2 NE555 3 7 6 4 TR CV Q DIS THR R EN 1 1 1 > > < < 40 16 2 1 13 -VCC EN 1 1 1 > > < < 40 16 2 1 13 4093 1 2 3 EN1 1 1 > > < < 4016 2 1 13 4013 5 3 1 2 6 4 Q D CLK Q S R 5,3 nF VCC EN 1 1 1 > > < < 40 16 2 1 13 50 2 1 3 OUTPUT
4093 4093
INPUT
-VCC
TAPIS PELEWAT TINGGI KAPASITOR TERSAKLAR UNTUK C = 56 nF Title
A
VCC -VCC EN 1 1 1 > > < < 401 6 2 1 13 + -LF353 3 2 1 8 4 5,6 nF + -LF353 3 2 1 8 4 5,6 nF 200 4093 1 2 3 2,1 nF 5,6 nF EN1 1 1 > > < < 4016 2 1 13 1,05 nF 4013 5 3 1 2 6 4 D CLK Q Q S R 1 nF 1 2 3 2.4 K 2.4 K 100 nF 5 2 NE555 3 7 6 4 TR CV Q DIS THR R EN 1 1 1 > > < < 40 16 2 1 13 -VCC EN 1 1 1 > > < < 40 16 2 1 13 4093 1 2 3 EN1 1 1 > > < < 4016 2 1 13 4013 5 3 1 2 6 4 D CLK Q Q S R 530 pF VCC EN 1 1 1 > > < < 4 016 2 1 13 50 2 1 3 OUTPUT
4093 4093
INPUT
-VCC
TAPIS PELEWAT TINGGI KAPASITOR TERSAKLAR UNTUK C = 5,6 nF Title
A
www.fairchildsemi.com
LF3 5 3
Dua l Ope ra t iona l Am plifie r (J FET )
Features Description
• Internally trimmed offset voltage: 10mV The LF353 is a JFET input operational amplifier with an
• Low input bias current: 50pA internally compensated input offset voltage. The JFET input
• Wide gain bandwidth: 4MHz device provides wide bandwidth, low input bias currents and
• High slew rate: 13V/µs offset currents.
• High Input impedance: 1012Ω
8-DIP
1
8-SOP
1
LF353
Schematic Diagram
(One Section Only)
Absolute Maximum Ratings
Parameter Symbol Value Unit
Power Supply Voltage VCC ±18 V
Differential Input Voltage VI(DIFF) 30 V
Input Voltage Range VI ±15 V
Output Short Circuit Duration - Continuous
-Power Dissipation PD 500 mW
Operating Temperature Range TOPR 0 ~ +70 °C
LF353
Electrical Characteristics
(VCC =+15V, VEE= -15V, TA=25 °C, unless otherwise specified)
Parameter
Input Offset Voltage
Input Offset Voltage Drift
Input Offset Current
Input Bias Current
Input Resistance
Large Signal Voltage Gain
Output Voltage Swing Input Voltage Range
Common Mode Rejection Ratio Power Supply Rejection Ratio Power Supply Current Slew Rate
Gain-Bandwidth Product
Channel Seperation
Symbol Conditions
RS=10KΩ
VIO
0 °C≤TA≤+70 °C
∆VIO/∆T RS=10KΩ 0 °C≤TA≤+70 °C
IIO
0 °C≤TA≤+70 °C
IBIAS
0 °C≤TA≤+70 °C
RI
-VO(P-P) = ±10V
GV
RL = 2KΩ 0 °C≤TA≤+70 °C
VO(P_P) RL = 10KΩ
VI(R)
-CMRR RS ≤ 10KΩ
PSRR RS ≤ 10KΩ
ICC
-SR GV = 1
GBW
-f = 1Hz ~ 20KHz CS (Input referenced) Min. -25 15 ±12 ±11 70 70
-Typ. Max. Unit
5.0 10 mV
- -
-10 - µV/ °C
25 100 pA
- 4 nA
50 200 pA
- 8 nA
1012 - Ω
100 - V/mV
- -
-±13.5 - V
±15/-12 - V
100 - dB
100 - dB
3.6 6.5 mA
13 - V/µS
4 - MHz
120 - dB
-RS = 100Ω nV/
Equivalent Input Noise Voltage VNI - 16
-f = 1KHz Hz
pA/
Equivalent Input Noise Current INI f = 1KHz - 0.01
LF353
Mechanical Dimensions
Package
8-DIP
6.40 ±0.20
3.30 ±0.30 0.130 ±0.012
3.40 ±0.20 0.134 ±0.008 #1
#4 #5
#8 0.252 ±0.008
9.20
±
0.20
0.79
2.54 0.100
0.031
(
)
0.46
±
0.10
0.018
±
0.004
0.060
±
0.004
1.524
±
0.10
0.362
±
0.008
9.60 0.378
MAX
5.08 0.200
0.33 0.013 7.62
0~15°
0.300
MAX
MIN
0.25 +0.10–0.05
LF353 Mechanical Dimensions Package
8-SOP
0.1~0.25 MIN 0.004~0.001 4.92 ± 0.20 0.194 ± 0.008 0.41 ± 0.10 0.016 ± 0.004 1.27 0.050 5.72 0.2251.55 ±0.20 0.061 ±0.008
6.00 ±0.30 0.236 ±0.012
3.95 ±0.20 0.156 ±0.008
0.50 ±0.20 0.020 ±0.008
5.13 0.202
MAX
#1
#4 #5
LF353
Ordering Information
Product Number Package Operating Temperature
LF353N 8-DIP
0 ~ + 70°C
LF353M 8-SOP
DISCLAIMER
FAIRCHILD SEMICONDUCTOR RESERVES THE RIGHT TO MAKE CHANGES WITHOUT FURTHER NOTICE TO ANY PRODUCTS HEREIN TO IMPROVE RELIABILITY, FUNCTION OR DESIGN. FAIRCHILD DOES NOT ASSUME ANY LIABILITY ARISING OUT OF THE APPLICATION OR USE OF ANY PRODUCT OR CIRCUIT DESCRIBED HEREIN; NEITHER DOES IT CONVEY ANY LICENSE UNDER ITS PATENT RIGHTS, NOR THE RIGHTS OF OTHERS.
LIFE SUPPORT POLICY
FAIRCHILD’S PRODUCTS ARE NOT AUTHORIZED FOR USE AS CRITICAL COMPONENTS IN LIFE SUPPORT DEVICES OR SYSTEMS WITHOUT THE EXPRESS WRITTEN APPROVAL OF THE PRESIDENT OF FAIRCHILD SEMICONDUCTOR CORPORATION. As used herein:
1. Life support devices or systems are devices or systems 2. A critical component in any component of a life support
which, (a) are intended for surgical implant into the body, device or system whose failure to perform can be
or (b) support or sustain life, and (c) whose failure to reasonably expected to cause the failure of the life support
perform when properly used in accordance with device or system, or to affect its safety or effectiveness.
This datasheet has been download from:
www.datasheetcatalog.com
November 1983 Revised March 2002
CD401 6BC Quad Bi la ter a l Sw itc h
CD4016BC
Quad Bilateral Switch
General Description
The CD4016BC is a quad bilateral switch intended for the transmission or multiplexing of analog or digital signals. It is pin-for-pin compatible with CD4066BC.
Features
■ Wide supply voltage range: 3V to 15V
■ Wide range of digital and analog switching: ±7.5 VPEAK
■ “ON” Resistance for 15V operation: 400Ω (typ)
■ Matched “ON” Resistance over 15V signal input:
∆RON = 10Ω (typ) ■ High degree of linearity:
0.4% distortion (typ) @ fIS = 1 kHz, VIS = 5 Vp-p,
VDD−VSS = 10V, RL = 10 kΩ ■ Extremely low “OFF” switch leakage:
0.1 nA (typ.) @ VDD − VSS = 10V
TA = 25°C
■ Extremely high control input impedance: 1012Ω (typ) ■ Low crosstalk between switches:
−50 dB (typ.)
@ fIS = 0.9 MHz, RL = 1 kΩ
■ Frequency response, switch “ON”: 40 MHz (typ)
Applications
• Analog signal switching/multiplexing Signal gating
Squelch control Chopper
Modulator/Demodulator Commutating switch
• Digital signal switching/multiplexing • CMOS logic implementation
• Analog-to-digital/digital-to-analog conversion • Digital control of frequency, impedance, phase, and
analog-sign