• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode uji rangkak untuk beton yang tertekan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Metode uji rangkak untuk beton yang tertekan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Sta nda rdisasi Na sional, cop y st andar ini dibuat un tuk

PT 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan & Rekay

asa Sipil , dan tidak un tuk dikomer sialkan

RSNI0

Standar Nasional Indonesia

Metode uji rangkak untuk beton yang tertekan

(ASTM C512/C512M-10, IDT)

SNI 4811:2016

(2)

Sta nda rdisasi Na sional, cop y st andar ini dibuat un tuk

PT 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan & Rekay

asa Sipil , dan tidak un tuk dikomer sialkan © BSN 2016

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN

BSN

Email: dokinfo@bsn.go.id www.bsn.go.id

(3)

Sta nda rdisasi Na sional, cop y st andar ini dibuat un tuk

PT 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan & Rekay

asa Sipil , dan tidak un tuk dikomer sialkan

“This Standard is identical to ASTM D C512/C512M-10 Standard test method for creep of concrete in compression, Copyright ASTM International, 100 Barr Harbour

Drive, West Conshohocken PA 19428 USA. Reprinted by permission of ASTM International.”

ASTM International has authorized the distribution of this translation of SNI 4811:2016, but recognizes that the translation has gone through a limited review process. ASTM

neither represents nor warrants that the translation is technically or linguistically accurate. Only the English edition as published and copyrighted by ASTM shall be considered the official version. Reproduction of this translation, without ASTM's written

(4)

Sta nda rdisasi Na sional, cop y st andar ini dibuat un tuk

PT 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan & Rekay

asa Sipil , dan tidak un tuk dikomer sialkan © BSN 2016 i

Daftar isi

Daftar isi ... i Prakata ... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup ... 1 2 Acuan normatif ... 1

3 Arti dan kegunaan ... 1

4 Peralatan ... 2

5 Benda uji ... 3

6 Perawatan dan penyimpanan benda uji ... 5

7 Prosedur ... 5

8 Perhitungan ... 6

9 Laporan ... 6

10 Presisi dan bias ... 6

11 Kata kunci ... 7

(5)

Sta nda rdisasi Na sional, cop y st andar ini dibuat un tuk

PT 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan & Rekay

asa Sipil , dan tidak un tuk dikomer sialkan

Prakata

Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Metode uji rangkak untuk beton yang tertekan merupakan revisi dari SNI 03-4811-1998, Metode pengujian rangkak pada beton yang

tertekan dan merupakan adopsi identik dari ASTM C512-/C512M-10, Standard test method

for creep of concrete in compression.

Standar ini dipersiapkan oleh Komite Teknik 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil melalui Gugus Kerja Bahan Bangunan pada Sub Komite Teknis 91-01-S4 Bahan, Sains, Struktur dan Konstruksi Bangunan.

Standar ASTM yang digunakan sebagai acuan dalam standar ini telah diadopsi menjadi SNI sebagai berikut:

1. ASTM C39/C39M Test Method for Compressive Strength of Cylindrical Concrete

Specimens, telah diadopsi menjadiSNI 1974:2011, Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder yang dicetak.

2. ASTM C192/C192M Practice for Making and Curing Concrete Test Specimens in the

Laboratory, telah diadopsi menjadi SNI 2493:2011, Tata cara pembuatan dan

perawatan benda uji beton di laboratorium.

3. ASTM C617 Practice for Capping Cylindrical Concrete Specimens, telah diadopsi menjadiSNI 6369:2008, Tata cara pembuatan kaping untuk benda uji silinder beton. 4. ASTM C670 Practice for Preparing Precision and Bias Statements for Test Methods

for Construction Materials, telah diadopsi menjadi SNI 8059:2014, Tata cara

pelaksanaan program uji antar laboratorium untuk penentuan presisi metode pengujian bahan konstruksi.

Bila terdapat keraguan atas terjemahan ini, lihat pada dokumen asli standar ASTMtersebut.

Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman BSN Nomor 8 Tahun 2007 dan telah dibahas dalam forum rapat teknis konsensus pada tanggal 21 Juli 2014 di Bandung, oleh Subpanitia Teknis yang melibatkan para narasumber, pakar, dan lembaga terkait.

(6)

Sta nda rdisasi Na sional, cop y st andar ini dibuat un tuk

PT 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan & Rekay

asa Sipil , dan tidak un tuk dikomer sialkan © BSN 201 iii

Pendahuluan

Standar ini dimaksudkan sebagai petunjuk dalam melakukan uji rangkak untuk beton yang tertekan. Dengan adanya standar ini, diharapkan dapat membantu operator dalam melakukan uji rangkak untuk beton yang tertekan di laboratorium.

Standar ini membahas penentuan rangkak silinder beton dengan pembebanan tekan pada arah longitudinal secara menerus dan dibatasi untuk beton dengan ukuran maksimum agregat tidak melebihi 50 mm.

(7)

Sta nda rdisasi Na sional, cop y st andar ini dibuat un tuk

PT 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan & Rekay

asa Sipil , dan tidak un tuk dikomer sialkan

Metode uji rangkak untuk beton yang tertekan

1 Ruang lingkup

1.1 Metode uji ini meliputi penentuan rangkak silinder beton dengan pembebanan tekan pada arah longitudinal secara menerus. Metode uji ini dibatasi untuk beton dengan ukuran maksimum agregat tidak melebihi 50 mm.

1.2 Nilai-nilai dinyatakan dalam satuan SI adalah dianggap sebagai standar. Tidak ada satuan ukuran lain dalam standar ini.

1.3 Standar ini tidak dimaksudkan untuk mengatasi seluruh masalah keselamatan, jika ada, terkait dengan penggunaannya. Hal ini merupakan tanggung jawab pemakai standar untuk menetapkan praktik yang tepat untuk keselamatan dan kesehatan dan menentukan penerapan batasan peraturan sebelum digunakan.

2 Acuan normatif

2.1 Standar ASTM:

C39/C39M Test Method for Compressive Strength of Cylindrical Concrete Specimens C192/C192M Practice for Making and Curing Concrete Test Specimens in the Laboratory C470/C470M Specification for Molds for Forming Concrete Test Cylinders Vertically C617 Practice for Capping Cylindrical Concrete Specimens

C670 Practice for Preparing Precision and Bias Statements for Test Methods for

Construction Materials

3 Arti dan kegunaan

3.1 Metode uji ini untuk mengukur regangan tekan beton yang pembebanannya tergantung waktu pada umur beton yang dipilih dan waktu pengukuran yang direncanakan dengan kondisi lingkungan yang terkontrol.

3.2 Metode uji ini dapat digunakan untuk membandingkan potensi rangkak dari beton yang berbeda. Prosedur sudah tersedia, menggunakan persamaan yang diturunkan (atau plot grafik), untuk menghitung tegangan dari data regangan struktur beton tak bertulang masif. Untuk kebanyakan penerapan rancangan khusus, kondisi pengujian yang ditetapkan harus dimodifikasi agar mendekati simulasi dari antisipasi kondisi pemeliharaan, temperatur, paparan, dan umur pembebanan untuk struktur prototipe. Teori saat ini dan pengaruh parameter bahan dan lingkungan disajikan dalam ACI SP-9, Simposium rangkak beton.

3.3 Karena ketiadaan hipotesa yang cukup mengenai fenomena rangkak, sejumlah asumsi telah dikembangkan yang secara umum dihasilkan melalui pengujian dan pengalaman.

3.3.1 Rangkak adalah proporsional terhadap tegangan dari 0% sampai 40% kekuatan tekan beton.

(8)

Sta nda rdisasi Na sional, cop y st andar ini dibuat un tuk

PT 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan & Rekay

asa Sipil , dan tidak un tuk dikomer sialkan © BSN 2016 2 dari 7

3.3.2 Rangkak telah disimpulkan merupakan perbandingan langsung dengan kadar pasta sepanjang rentang kadar pasta yang biasa digunakan dalam beton. Oleh karena itu karakteristik rangkak campuran beton yang mengandung agregat dengan ukuran maksimum lebih besar dari 50 mm [2 in.] dapat ditentukan dari karakteristik rangkak dari fraksi di bawah 50 mm [di bawah 2 in.] yang diperoleh dengan menyaring basah. Kalikan nilai karakteristik antara rasio kadar pasta semen (dalam perbandingan volume) pada campuran penuh beton dengan kadar pasta contoh uji yang disaring.

3.4 Penggunaan persamaan logaritma (Pasal 8) tidak berarti bahwa hubungan antara regangan rangkak dan waktu merupakan fungsi logaritma eksak, tetapi untuk periode satu tahun, persamaan tersebut mendekati perilaku rangkak normal dengan akurasi cukup yang memungkinkan perhitungan parameter-parameter yang digunakan untuk tujuan membandingkan beton.

3.5 Tidak ada data yang dapat mendukung ekstrapolasi hasil pengujian ini untuk tarik atau puntir.

4 Peralatan

4.1 Cetakan–Cetakan harus berbentuk silinder sesuai ketentuan C 192/C192M, atau ketentuan ASTM C470/C470 M. Bila dibutuhkan, harus dibuat ketentuan untuk pemasangan penyangga alat ukur dan pasak untuk menambahkan pelat penahan keseluruhan sampai ujung benda uji seperti saat pencetakan.

4.1.1 Cetakan horizontal harus sesuai persyaratan dari subbab silinder cetakan horizontal untuk uji rangkak dalam C 192/C192M. Cetakan horizontal yang telah teruji memenuhi persyaratan terdapat dalam Gambar 1.

4.2 Rangka pembebanan, mampu menerapkan dan mempertahankan beban yang dibutuhkan terhadap benda uji, walaupun terjadi perubahan dimensi benda uji. Pada bentuk yang paling sederhana, rangka pembebanan harus terdiri dari pelat penahan pada ujung atas benda uji yang dibebani, elemen penahan-beban yaitu dapat berupa pegas atau kapsul hidrolis atau pemukul, dan batang ulir untuk membuat reaksi sistem pembebanan. Permukaan penahan pelat ujung atas benda uji harus tidak menyimpang dari bidang datar lebih dari 0,025 mm [0,001 in.]. Pada rangka pembebanan, diperbolehkan menumpuk beberapa benda uji untuk pembebanan simultan. Panjang antara pelat ujung atas benda uji harus tidak melebihi 1780 mm [70 in.]. Jika elemen penahan beban hidrolis digunakan, beberapa rangka dapat dibebani secara simultan melalui alat tekanan hidrolis sentral yang terdiri dari akumulator, regulator, alat indikator, dan sumber tekanan tinggi seperti silinder nitrogen atau pompa bertekanan tinggi. Pegas seperti pegas gerbong kereta api dapat digunakan untuk mempertahankan beban pada rangka serupa dengan penjelasan diatas; tekanan awal dapat diberikan dengan dongkrak portabel atau mesin uji. Jika pegas digunakan, perhatian harus diberikan agar kepala sendi atau sendi peluru, dan pelat ujung kaku untuk memastikan pembebanan merata pada silinder. Gambar 2 menunjukkan rangka pegas-pembebanan yang dapat diterima. Peralatan harus disediakan untuk mengukur beban dengan ketelitian 2% total beban yang diberikan. Diperbolehkan untuk menggunakan alat tekan hidrolik yang dipasang permanen atau dongkrak hidrolik dan load cell yang dipasang pada rangka jika beban diberikan atau sudah ditentukan.

4.3 Alat pengukur-regangan–Alat yang sesuai harus disediakan untuk pengukuran regangan longitudinal pada benda uji dengan ketelitian 10-6 juta. Alat boleh ditanam, ditempelkan, atau portabel. Jika alat portabel digunakan, titik ukur harus terpasang pada benda uji dengan posisi yang tepat. Tidak diijinkan memasang alat pada bidang gesek. Jika alat yang tertanam digunakan, harus dikondisikan bahwa perubahan regangan terjadi

(9)

Sta nda rdisasi Na sional, cop y st andar ini dibuat un tuk

PT 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan & Rekay

asa Sipil , dan tidak un tuk dikomer sialkan

sepanjang sumbu longitudinal silinder. Jika peralatan eksternal digunakan, regangan harus diukur tidak kurang dari antar dua garis yang sejajar sekeliling benda uji. Alat ukur dapat dirangkai sehingga regangan rata-rata dapat dibaca secara langsung. Panjang efektif alat pengukur minimal 3 kali ukuran maksimum agregat beton. Alat pengukur-regangan harus mampu mengukur regangan untuk minimal 1 tahun tanpa kalibrasi.

Gambar 1 – Cetakan horizontal untuk benda uji rangkak

CATATAN 1 Sistem dimana variasi regangan dibandingkan terhadap batang standar dengan

panjang-konstan dianggap paling dapat dipercaya, tetapi alat ukur regangan elektrik yang tidak melekat adalah baik.

5 Benda uji

5.1 Ukuran benda uji–Diameter setiap benda uji harus 150 mm ± 1,5 mm [6 in. ± 0,6 in.] 150 mm ± 1,6 mm. dan panjang sekurang-kurangnya 290 mm [11½ in.]. Jika ujung benda uji bersentuhan dengan plat penahan baja, panjang benda uji harus sekurang-kurangnya sama dengan panjang alat ukur-regangan ditambah diameter benda uji. Jika ujung benda uji bersentuhan dengan benda uji beton lain yang mirip dengan benda uji, panjang benda uji harus sekurang-kurangnya sama dengan panjang alat ukur-regangan ditambah 40 mm [1½ in.]. Di antara benda uji dan pelat penahan baja pada setiap ujung tumpukan, harus dipasang silinder tambahan tak terangkai dengan diameter sama dengan silinder uji dan panjang tidak kurang dari setengah diameter.

5.2 Fabrikasi benda uji–Ukuran maksimum agregat harus tidak melebihi 50 mm [2 in.] (Pasal 3). Silinder yang dicetak vertikal harus dibuat sesuai C192/C192 M. Setiap ujung silinder harus memenuhi syarat kerataan yang dijelaskan dalam lingkup SNI C617 (CATATAN 2). Benda uji yang dicetak horizontal harus dipadatkan dengan metode yang tepat sesuai dengan konsistensi beton seperti yang dijelaskan dalam metode pemadatan C 192/C 192M. Harus dijaga agar batang atau penggetar tidak membentur alat ukur regangan. Jika pemadatan dengan penggetaran digunakan, beton harus ditempatkan pada satu lapis dan diameter elemen penggetar tidak melebihi 35 mm [1,3 in.]. Jika pemadatan digunakan dengan penusukan, beton harus ditempatkan pada 2 lapis yang kurang lebih sama dan setiap lapis harus ditusuk 25 kali secara merata pada setiap sisi alat ukur regangan. Setelah pemadatan, beton harus diratakan dengan cetok atau roskam, lalu diambil secukupnya untuk meratakan permukaan benda uji. Diperbolehkan menggunakan mal untuk membentuk dan meratakan permukaan beton. Jika silinder ditumpuk, pelapisan ujung adalah sangat direkomendasikan.

CATATAN 2 Ketentuan kerataan dapat dipenuhi dengan kaping, pelapisan atau pada saat

(10)

Sta nda rdisasi Na sional, cop y st andar ini dibuat un tuk

PT 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan & Rekay

asa Sipil , dan tidak un tuk dikomer sialkan © BSN 2016 2 dari 7

5.3 Jumlah benda uji–Jumlah benda uji tidak kurang dari 6 buah (CATATAN 3) harus dibuat dari setiap batch beton untuk setiap kondisi pengujian; 2 buah harus diuji kekuatan tekan, 2 buah harus dibebani dan diamati untuk deformasi total, dan 2 buah sisanya tidak dibebani untuk digunakan sebagai kontrol indikasi deformasi akibat selain beban. Setiap benda uji yang diuji kekuatan dan benda uji kontrol harus menjalani perawatan dan penyimpanan yang sama dengan benda uji yang dibebani.

Gambar 2 – Rangka pengujian rangkak dengan pembebanan-pegas

CATATAN 3 Direkomendasikan bahwa benda uji rangkap 3 walaupun benda uji rangkap 2 dapat

(11)

Sta nda rdisasi Na sional, cop y st andar ini dibuat un tuk

PT 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan & Rekay

asa Sipil , dan tidak un tuk dikomer sialkan

6 Perawatan dan penyimpanan benda uji

6.1 Perawatan standar–Sebelum dilepas dari cetakan, benda uji harus disimpan pada 23C ± 2C [73,5 F ± 3,5F] dan ditutup untuk mencegah penguapan. Benda uji harus dilepas dari cetakan tidak kurang dari 20 jam dan tidak boleh lebih dari 48 jam setelah pencetakan dan disimpan pada kondisi lembap temperatur 23C ± 2C [73,5F ± 3,5F] sampai umur 7 hari. Kondisi lembap adalah air bebas dipertahankan pada permukaan benda uji untuk sepanjang waktu. Benda uji tidak diekspos terhadap aliran air maupun disimpan dalam air. Setelah perawatan dengan kelembapan selesai, benda uji disimpan pada temperatur 23C ± 1C [73,5F ± 1,5F] dan kelembapan 50% ± 4% sampai selesai pengujian.

6.2 Dasar perawatan rangkak–Jika diinginkan untuk mencegah penambahan atau kehilangan air selama penyimpanan dan periode pengujian, benda uji pada waktu pembuatan atau pelepasan cetakan harus ditutup dan disegel dengan lembaran penutup anti lembap (misalnya, tembaga atau karet butyl) untuk mencegah kehilangan kelembapan akibat penguapan dan tetap disegel selama periode penyimpanan dan pengujian.

6.3 Aturan variabel temperatur perawatan–Jika diinginkan untuk mendapatkan efek temperatur pada sifat elastik dan inelastik beton (misalnya kondisi temperatur adiabatik eksisting pada beton masif atau kondisi temperatur beton dengan perawatan yang dipercepat), temperatur didalam tempat penyimpanan benda uji harus diatur agar sesuai dengan riwayat temperatur yang diinginkan. Pengguna harus bertanggungjawab untuk membuat riwayat temperatur-waktu yang harus diikuti dan kisaran penyimpangan yang diijinkan.

6.4 Kondisi perawatan yang lain–Umur pengujian yang lain dan kondisi ambien penyimpanan dapat disubstitusi jika dibutuhkan informasi untuk aplikasi tertentu. Kondisi penyimpanan harus didetailkan secara baik dalam laporan.

7 Prosedur

7.1 Umur pembebanan–Jika pengujian dimaksudkan untuk membandingkan potensi rangkak pada beton yang berbeda, bebani benda uji pada umur 28 hari. Jika perilaku rangkak lengkap dari beton yang diinginkan, maka siapkan benda uji untuk beban awal pada umur sebagai berikut: 2 hari, 7 hari, 28 hari, dan 90 hari serta 1 tahun. Jika diinginkan informasi untuk umur lain pembebanan, cantumkan umur dalam laporan.

7.2 Detail pembebanan–Segera sebelum pembebanan benda uji rangkak, tentukan kekuatan tekan dari kekuatan benda uji sesuai ASTM C 39/C 39 M. Pada waktu benda uji rangkak yang tidak disegel ditempatkan pada rangka pembebanan, tutup ujung silinder kontrol untuk mencegah kehilangan kelembaban (CATATAN 4). Beban benda uji pada intensitas kurang dari 40% kekuatan tekan pada umur pembebanan. Segera baca regangan sebelum dan setelah pembebanan, 2 jam sampai 6 jam kemudian, lalu setiap hari selama 1 minggu, setiap minggu hingga akhir 1 bulan, dan setiap bulan hingga akhir 1 tahun. Sebelum pembacaan setiap regangan, ukur beban. Jika beban bervariasi lebih dari 2% nilai yang sebenarnya, maka harus disesuaikan (CATATAN 5). Pembacaan regangan pada benda uji kontrol dilakukan pada jadwal yang sama ketika benda uji dibebani.

CATATAN 4 Saat menempatkan benda uji rangkak pada rangka, perhatikan kelurusan benda uji

untuk menghindari pembebanan tidak terpusat. Jika silinder ditumpuk dan alat ukur eksternal digunakan, akan cukup membantu untuk menerapkan beban persiapan yang menghasilkan resultan tegangan tidak melebihi 1380 kPa [200 psi] dan catat variasi regangan setiap benda uji, setelah itu beban dihilangkan dan benda uji disesuaikan untuk keseragaman regangan yang lebih baik.

(12)

Sta nda rdisasi Na sional, cop y st andar ini dibuat un tuk

PT 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan & Rekay

asa Sipil , dan tidak un tuk dikomer sialkan © BSN 2016 2 dari 7

CATATAN 5 Jika pegas digunakan untuk mempertahankan beban, penyetelan dapat dicapai dengan

menerapkan beban yang tepat dan mengencangkan mur pada batang reaksi ulir.

8 Perhitungan

8.1 Hitung regangan yang dipengaruhi beban total per satuan tegangan pada setiap waktu sebagai perbedaan antara nilai regangan rata-rata dari benda uji yang dibebani dan benda uji kontrol dibagi dengan tegangan rata-rata. Untuk menentukan regangan rangkak per satuan tegangan pada setiap umur, kurangi dari regangan yang dipengaruhi beban total per satuan tegangan pada umur regangan per satuan tegangan segera setelah pembebanan. Jika diinginkan, gambar regangan total per satuan tegangan pada kertas koordinat semilog, dengan sumbu logaritmik menunjukkan waktu, untuk menentukan konstanta 1/E dan F(K) untuk persamaan berikut:

є = (1/E) + F(K)ln (t+1) keterangan:

є adalah regangan total per satuan tegangan, MPa-1 (psi-1)

E adalah modulus elastisitas seketika, MPa (psi)

F(K) adalah laju rangkak,dihitung dari kemiringan garis lurus yang mewakili kurva rangkak pada gambar semilog, dan

t adalah waktu setelah pembebanan, hari

Jumlah 1/E adalah regangan elastik awal per satuan tegangan dan ditetapkan dari pembacaan regangan segera sebelum dan setelah pembebanan benda uji. Jika pembebanan tidak dicapai secara cepat, rangkak dapat terjadi sebelum regangan setelah-pembebanan teramati, pada kondisi tertentu dapat diekstrapolasi terhadap waktu nol dengan metode least square yang dapat digunakan untuk menentukan nilai tersebut.

9 Laporan

9.1 Laporkan informasi berikut:

9.1.1 Kadar semen, rasio air-semen, ukuran agregat maksimum, slump, dan kadar udara, 9.1.2 Tipe dan sumber semen, agregat, bahan tambahan, dan air pencampur (jika tidak

ada air segar digunakan), 9.1.3 Posisi silinder ketika dicetak,

9.1.4 Kondisi penyimpanan sebelum dan selama pembebanan, 9.1.5 Umur pada waktu pembebanan,

9.1.6 Kekuatan tekan pada umur pembebanan, 9.1.7 Tipe alat ukur regangan,

9.1.8 Besaran pra beban,

9.1.9 Intensitas beban yang diberikan, 9.1.10 Regangan elastik awal,

9.1.11 Regangan rangkak persatuan tegangan yang dirancang sampai umur 1 tahun, dan 9.1.12 Laju rangkak, F(K), jika ditentukan.

10 Presisi dan bias

10.1 Presisi –Koefisien variasi operator tunggal batch tunggal sebesar 4%1) dan koefisien variasi operator tunggal multi-batch sebesar 9%1), meliputi kisaran regangan rangkak dari 250x10-6 hingga 2000x10-6. Hasil nilai rata-rata dari dua pengujian yang dilakukan secara tepat oleh operator yang sama pada bahan yang sama harus tidak berbeda lebih dari 6%2).

(13)

Sta nda rdisasi Na sional, cop y st andar ini dibuat un tuk

PT 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan & Rekay

asa Sipil , dan tidak un tuk dikomer sialkan

Hasil nilai rata-rata dari dua pengujian yang dilakukan secara tepat oleh operator yang sama pada bahan yang dicetak dari batch yang berbeda harus tidak berbeda lebih dari 13%2) dari nilai rata-ratanya.

10.2 Bias –Metode uji ini tidak memiliki bias karena nilai yang ditentukan hanya dapat didefinisikan oleh istilah metode uji.

1)

Angka tersebut mewakili batas 1s % dalam C 670

2)

Angka tersebut mewakili batas d2s % dalam C 670

11 Kata kunci

Gambar

Gambar 1 – Cetakan horizontal untuk benda uji rangkak
Gambar 2 – Rangka pengujian rangkak dengan pembebanan-pegas

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “ Analisa Portal yang

Penerapan mekanisme slider crank sedikit lebih kompleks adalah pada mainan roller coaster kelereng dengan mekanisme pengangkat tangga jungkat-jungkit, seperti nampak pada

Sümer Kral Listelerine göre "tanrı Utu'nun oğlu Meskiaggaşer hem baş rahip hem kral ol­ du." Onun ardından Enmerkar ve Lugalbanda'nın ve de kısa bir süre

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan secara kuantitatif menunjukan adanya hubungan yang signifikan sebesar 0,697 antara kurangnya perhatian orang tua dengan prestasi

Ditambah dengan kenyataan, bahwa pembangunan pangan yang melibatkan lahan dalam skala luas serupa dengan food estate tidak hanya terjadi di Indonesia, namun telah

Sumber Kayu Lancar selama periode audit tidak melakukan pembelian bahan baku kayu impor, seluruh bahan baku diperoleh dari pembelian di dalam negeri (lokal).. Sumber Kayu

6454/Kelurahan Sempaja atas nama ACHMAD RIDUANSYAH Alias HENDRA SARWONO (dh. TJIO LIAN YHAY) (berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan); --- DALAM PERMOHONAN:

Penelitian yang berhubungan dengan kuliner dalam novel Aruna dan Lidahnya karya Laksmi Pamuntjak perspektifgastrocriticism ini merupakan penelitian sastra yang