• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA SINGLE MOTHER SHANIA BELDA Program Sarjana, Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Single

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA SINGLE MOTHER SHANIA BELDA Program Sarjana, Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Single"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

RELATIONSHIP SKILLS PROBLEM SOLVING WITH ROLE CONFLICT ON MULTIPLE SINGLE MOTHER

SHANIA BELDA

Undergraduate Program, Faculty of Psychology

Gunadarma University

http://www.gunadarma.ac.id

Keywords: Problem Solving Ability, Role Conflict Double, Single Mother

ABSTRACT

Single mother is a woman who by his own care for and educate their children without the

presence, support and responsibilities of spouses. Number of roles faced caused them difficulties

in solve problems well. This resulted in the occurrence of role conflict double. The purpose of

this study was to investigate the correlation between the ability of problem solving with the dual

role of single mother. Hypothesis test using the correlation product moment with the number of

subjects by 55 people. From the results of research showed no relationship a very significant

negative between the ability of problem solving with the dual role conflict. Where the higher the

ability of problem solving, the lower dual role conflict experienced by single mother and vice

versa. It is also known role conflict double that experienced by the subject is high, whereas low

ability solving the problem.

(2)

HUBUNGAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA SINGLE MOTHER

SHANIA BELDA

Program Sarjana, Universitas Gunadarma

ABSTRAKSI

Single mother merupakan seorang wanita yang dengan sendiri mengasuh dan mendidik anak-anak mereka tanpa adanya kehadiran, dukungan dan tanggung jawab dari pasangannya. Banyaknya peran yang dihadapi menyebabkan mereka mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan dengan baik. Hal ini mengakibatkan terjadinya konflik peran ganda. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kemampuan problem solving dengan peran ganda pada single mother. Uji hipotesa menggunakan korelasi product moment dengan jumlah subjek sebanyak 55 orang. Dari hasil penelitian diketahui ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kemampuan problem solving dengan konflik peran ganda. Dimana semakin tinggi kemampuan problem solving maka semakin rendah konflik peran ganda yang dialami single mother dan begitu pula sebaliknya. Selain itu juga diketahui konflik peran ganda yang dialami subjek tergolong tinggi, sedangkan kemampuan problem solvingnya rendah. Kata Kunci : Kemampuan Problem Solving, Konflik Peran Ganda, Single Mother

PENDAHULUAN

Wanita yang menjadi single parent lebih sering disebut dengan single mother. single mother dapat diartikan sebagai individu yang kehilangan suaminya, sehingga bertanggung jawab penuh terhadap keluarga dan mengurus anak - anak mereka seorang diri.

Menjadi orang tua tunggal berarti mengalami perubahan dalam kehidupan dimana perubahan tersebut menimbulkan berbagai permasalahan antara lain orang yang pada mulanya berperan sebagai ibu, namun kini mereka harus berperan ganda. Hal tersebut tidaklah mudah untuk dilakukan, mengingat orang tua tunggal harus bertanggung jawab sendiri dalam menghadapi berbagai tugas yang biasanya dilakukan oleh dua orang yakni ayah dan ibu.

Banyaknya peran yang dibebankan pada single mother menyebabkan banyak konflik yang muncul dalam perannya sebagai orang tua tunggal. Hewlett mengemukakan beberapa faktor yang

mempengaruhi kemampuan seorang single mother dalam menghadapi konflik peran ganda yang terjadi antara lain usia anak, kualitas pengganti peran ibu yakni seperti baby sister yang dapat membantu ibu dalam mengasuh anak – anak ketika mereka pergi bekerja, maka anak akan di asuh oleh perawat, jumlah orang yang membantu pekerjaan rumah tangga, dan usia ibu pada saat menjadi single mother. Wexley berpendapat bahwa pabila seseorang mengalami konflik yang serius, maka ia akan mengalami frustasi dan kebingungan. Untuk mengurangi konflik peran yang dialami, individu dapat melakukan proses berfikir untuk menemukan cara mengatasi segala ketimpangan. Proses tersebut sering disebut dengan istilah problem solving.

Berhasil atau tidaknya single mother dalam mengurangi konflik peran yang dialami ditentukan oleh kemampuan problem solving yang dilakukannya. Dengan kata lain, bila single mother tidak mempunyai kemampuan problem solving yang tinggi maka akan berdampak pada semakin banyaknya konflik yang akan

(3)

muncul. Dalam hal ini kemampuan problem solving yang dimiliki single mother menpunyai peran yang sangat penting untuk mengurangi konflik peran ganda yang dialaminya.

Melihat berbagai macam permasahan yang muncul dalam konflik peran ganda yang dialami oleh single mother, penulis ingin melihat apakah ada hubungan kemampuan problem solving dengan konflik peran ganda pada single mother. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut hubungan antara kemampuan problem solving dengan konflik peran ganda pada single mother

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Konflik Peran Ganda

Berbagai posisi yang dimiliki individu dalam struktur sosialnya menyebabkan ia memiliki beberapa peran. Sarbin & Allen (1968) menyatakan bahwa dalam kehidupan sehari – hari, setiap individu memiliki lebih dari satu peran atau disebut multiple roles (peran ganda). Untuk dapat menjalankan peran gandanya, diperlukan koordinasi yang efektif dari individu agar tidak terjadi kebingungan dan konflik dalam dirinya. Apabila tidak pandai dalam menentukan prioritas serta kurang mampu mengkoordinasikan peran – peran yang dihadapinya akan menimbulkan masalah atau konflik bagi individu tersebut.

Lazarus (1976) menyatakan bahwa konflik peran ganda terjadi karena adanya dua motif yang tidak mempunyai kesesuaian dalam mencapai tujuannya. Timbulnya disebabkan karena kebutuhan internal (motif) yang saling berlawanan, tugas – tugas eksternal yang tidak sesuai dan kebutuhan internal atau motif yang berlawanan dengan kebutuhan eksternal.

Menurut Greenhouse & Parasuraman (1994) bahwa terdapat 3 jenis konflik peran ganda antara lain yakni, konflik yang disebabkan oleh waktu (time – based conflict) merupakan konflik peran ganda akan dialami ketika waktu yang dimiliki individu digunakan untuk

memenuhi satu peran tertentu sehingga menimbulkan kesulitan untuk memenuhi perannya yang lain. Dengan keterlibatan waktu yang dimilikinya, individu dituntut untuk dapat memenuhi harapan dari perannya dalam pekerjaan dan perannya dalam keluarga secara bersamaan. Konflik yang disebabkan oleh ketegangan (strain - based conflict) yaitu konflik antara pekerjaan dan keluarga akan dialami ketika ketegangan - ketegangan yang dihasilkan oleh suatu peran menganggu peran yang lainnya. Sebagai contoh stress yang yang terjadi dalam pekerjaan akan menghasilkan simtom – simtom ketegangan antara lain seperti kelelahan, cemas dan depresi. Jika hal tersebut terbawa saat individu berada di rumah, maka individu tersebut akan mengalami kesulitan dalam memenuhi tugas – tugasnya didalam keluarga secara optimal. Sehingga interaksi dengan anggota keluarga menjadi terganggu karena individu berada dalam keadaan emosi negatif dan sebaliknya. Konflik yang disebabkan oleh perilaku (behavior -based conflict) merupakan konflik ini terjadi karena adannya kesulitan perubahan perilaku dari satu peran ke peran yang lainnya. Misalnya sebagai manager dituntut untuk bersikap agresif dan objektif, namun sebagai ibu rumah tangga harus berubah perilaku menjadi seorang yang hangat dan penuh kasih sayang.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa konflik peran ganda merupakan situasi yang tidak menyenangkan dan motif yang tidak memiliki kesesuaian dalam mencapai tujuannya, dimana individu dalam waktu bersamaan dihadapkan pada dua peran atau lebih yang saling bertentangan.

Pengertian Kemampuan Problem solving

Mu’qodin (2002) mengatakan bahwa kemampuan problem solving merupakan suatu keterampilan yang meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasikan masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan,

(4)

kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.

Anderson (1998) mengungkapkan ada tiga aspek yang berhubungan dengan dengan kemampuan problem solving antara lain berfikir positif tentang masalah yang dihadapi yaitu individu mampu mengenali masalah yang sedang dihadapinya. Dengan demikian individu mampu berfikir tentang ketidaknyamanannya dan menanyakan apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Aspek kedua berfikir positif tentang kecakapan diri untuk memecahkan masalah yaitu melihat diri sebagai orang yang mampu menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapkan padanya, mengetahui adanya sumber kekuatan di luar diri yang dapat membantu individu dalam memecahkan masalah, mencari waktu yang cukup untuk memecahkan masalah serta menentukan tujuannya. Ketiga berfikir sistematis yaitu seseorang mampu berfikir secara bertahap, mempertimbangkan segala konsekuensi yang akan dihadapinya, dengan kata lain tidak dengan secara langsung mengambil keputusan. akan tetapi merencanakan langkah – langkah untuk menyelesaikan masalah tersebut terlebih dahulu.

Berdasarkan beberapa definisi kemampuan problem solving yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan problem solving merupakan suatu keterampilan untuk mencari informasi, menganalisa situasi dan mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif pemecahan masalah sehingga dapat mengambil suatu tindakan membantu kita mengambil keputusan untuk mencapai sasaran.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Pondok Gede, Depok dan Jatinegara. subjek penelitian yang diteliti pada penelitian ini sebanyak 55 orang single mother bekerja. Pengambilan datanya menggunakan skala

Likert yang berisi 22 daftar pertanyaan mengenai kemampuan problem solving dan 26 pertanyaan mengenai konflik peran ganda.

Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik korelasi product moment dari Karl Pearson sebagai uji hubungan untuk menganalisa hubungan antara kemampuan problem solving dengan konflik peran ganda pada single mother. HASIL DAN PEMBAHASAN

Objek penelitian ini adalah kemampuan problem solving dan konflik peran ganda pada single mother. Adapun hasil dari uji validitas antara lain :

a. Skala kemampuan problem solving diketahui bahwa korelasi total item – item valid bergerak antara 0.320 sampai 0.611.

b. Sedangkan pada skala konflik peran ganda diketahui Korelasi skor total pada item-item valid bergerak antara 0,307 sampai 0,798.

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi alat ukur. Teknik yang digunakan untuk mendapatkan konsistensi dari alat ukur ini yaitu dengan teknik Alpha Cronbach. Dari hasil uji reliabilitas alat ukur tersebut diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,783 untuk skala kemampuan problem solving. Sedangkan, untuk skala konflik peran ganda diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,894.

Untuk uji normalitas sebaran skor digunakan uji Kolmogorof Smirnov. Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorof Smirnov diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,097 pada skala kemampuan problem solving dan nilai signifikansi 0,200 untuk skala konflik peran ganda. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi skor kemampuan problem solving dan konflik peran ganda adalah normal.

(5)

TABEL 1 Uji Normalitas

Sedangkan dari hasil pengujian linearitas diperoleh nilai nilai F sebesar 407.058 dengan signifikansi sebesar 0,000 menunjukkan bahwa hubungan antara kemampuan problem solving dengan konflik peran ganda adalah linear.

Hasil dari uji hipotesis data dengan korelasi product moment dari Karl Pearson didapat nilai koefisien korelasi sebesar r = -0,941 dengan nilai Signifikan sebesar 0,000, hasil tersebut menunjukkan bahwa yang sangat signifikan antara kemampuan problem solving dengan konflik peran ganda pada single mother.

TABEL 1

Uji hipotesis menggunakan korelasi product

momen Karl Pearson

Arah hubungan dari kedua variabel tersebut adalah negatif yang berarti bahwa semakin tinggi kemampuan problem solving, maka semakin rendah konflik peran yang dialami single mother dan begitupun sebaliknya, semakin rendah kemampuan problem solving yang dimiliki oleh single mother maka semakin tinggi konflik yang dialami. Selain itu, berdasarkan deskripsi subjek terdapat 3 kategori yang dapat dilihat untuk menunjukkan seberapa tinggi konflik yang dialami single mother antara lain :

a. Usia Subjek

Menurut Hawlett (2003) single mother yang berusia antara 20 tahun s/d 27 tahun mengalami konflik peran yang tinggi karena kesulitan mereka membagi perannya dalam mengasuh anak-anak, sementara peran lain harus diutamakan seperti memenuhi keuangan keluarga. b. Usia Anak

Dari hasil perolehan data menunjukkan bahwa single mother yang memiliki anak dengan usia antara 1 tahun s/d 8 tahun Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statist ic df Sig. Statist ic df Sig. KP G .092 55 .200* .981 55 .041 KP S .117 55 .097 .936 55 .525

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance. Correlations KPG KPS KPG Pearson Correlation 1 -.941** Sig. (2-tailed) .000 N 55 55 KPS Pearson Correlation -.941** 1 Sig. (2-tailed) .000 N 55 55

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

(6)

mengalami konflik peran ganda yang tinggi karena pada dasarnya masalah pengasuhan anak biasanya dialami oleh para ibu-ibu yang bekerja yang mempunyai anak masih kecil/balita/batita. Semakin kecil usia anak maka semakin besar tingkat konflik yang dialami (Rini, 2002).

c. Penggunaan Jasa Pembantu Rumah Tangga (PRT)

Dari hasil data yang diperoleh menunjukkan bahwa single mother yang tidak memiliki pembantu rumah tangga mengalami konflik peran yang tinggi, hal ini dikarenakan single mother mengalami kesulitan dalam memenuhi perannya baik sebagai ibu maupun karyawati.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kemampuan problem solving dengan konflik peran ganda pada single mother. Hal ini berarti bahwa apabila kemampuan problem solving tinggi, maka konflik peran ganda yang dialami oleh single mother rendah. Sebaliknya, apabila kemapuan problem solving rendah, maka konflik peran ganda pada single mother tinggi. Dari hasil penelitian ini juga diketahui bahwa kemampuan problem solving yang dimiliki subjek penelitian adalah rendah dan konflik peran ganda yang dialami tinggi. Hal ini dapat dilihat dari hasil perolehan data deskripsi subjek yang disimpulkan berdasarkan 3 kategori yaitu :

a. Usia subjek yakni antara 20 tahun s/d 27 tahun.

b. Usia anak yakni antara 1 tahun s/d 8 tahun.

c. Ada atau tidaknya penggunaan jasa pembantu rumah tangga (PRT).

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi subjek penelitian (single mother)

Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada subjek penelitian dalam hal ini single mother untuk dapat mengelola lebih baik masalah-masalah yang dihadapi dalam menjalankan peran gandanya baik perannya sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai pekerja. Adanya pembantu rumah tangga menyebabkan konflik peran ganda yang dialami subjek berkurang. Oleh karena itu, disarankan bagi single mother untuk menggunakan jasa pembantu rumah tangga untuk mengurangi peran ibu dalam rumah tangga, terutama single mother yang mempunyai anak antara 1 s/d 8 tahun.

2. Bagi single mother

Berdasarkan hasil penelitian ini diketaui bahwa ada hubungan negatif antara kemampuan problem solving dengan konflik peran ganda, maka diharapkan single mother pada umumnya untuk meningkatkan kemampuan problem solving. Sehingga single mother dapat mengurangi konflik peran ganda yang dialami.

3. Bagi peneliti selanjutnya

berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa ada faktor - faktor lain yang dapat mempengaruhi konflik peran ganda, oleh karena itu disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti faktor-faktor lain yang ada, seperti usia anak, peran pembantu rumah tangga (PRT)

(7)

dan pendidikan terakhir single mother.

Daftar Pustaka

Anderson, R.J. (1998). Cognitive psychology and its complications. USA. Freeman company.

Greenhouse, J.H. & Parasuraman, S. (1994). Work-family conflict, social support and well-being. London: Paul Chapman.

Hewlett, S.A. (2003). Wanita, karir dan keluarga. Yogjakarta. Dholpin books.

Lazarus, R.S. (1976). Patterns of adjustment. Tokyo. Mc Graw Hill.

Mu’qodin, Z. (2002). Mengenal kecerdasan emosional remaja. Bandung : Penerbit Kaifa Mulia.

Rini, F.J. Wanita bekerja. Jakarta : http://www.epsikologi.com/epsi/. 12 April 2008

Sarbin, T.R. & Allen, V.L. (1968). Role theory, handbook of social psychology vol 1. Massachusetts. Addison Wesley publisher co.

Gambar

TABEL 1  Uji Normalitas

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diharapkan dari penulisan tugas akhir ini adalah diperolehnya suatu perencanaan layanan MMS pada jaringan Bakrie Telecom dan dapat dijadikan rekomendasi kebutuhan

Sedangkan dalam Pasal 4 yang menjadi objek dari pajak penghasilan adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib

Metode yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan untuk penentuan karyawan kontrak menjadi karyawan tetap yaitu dengan metode Simple Additive Weighting

HUBUNGAN RENTANG STRES DAN KEBIASAAN PEMAKAIAN OBAT ANTI INFLAMASI NON STEROID DENGAN KEJADIAN GASTRITIS.. DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM

Derajat Relasi/ kardinalitas : merupakan jumlah maksimum entitas yang dapat ber-relasi dengan Entitas lainnya pada Himpunan Entitas yang lain...

12.1 Doku men Kualifikasi dimasu kkan dalam sampul pen utup dan ditulis “Dokumen Ku alifikasi” dan n ama paket pekerjaan, nama dan alam at peserta, ser ta

[r]

Berdasarkan hasil evaluasi prakualifikasi pada pekerjaan Perencanaan Landscape Masjid Raya Kecamatan, telah didapatkan hasil 5 (Lima) daftar pendek calon penyedia