• Tidak ada hasil yang ditemukan

commit to user BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "commit to user BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Prostitusi merupakan suatu permasalahan sosial yang sampai saat ini keberadaannya semakin terus berkembang. Praktik prositusi bukanlah menjadi hal yang baru di Indonesia. Permasalahan ini adalah permasalahan yang sangat tua usianya, setua umur kehidupan manusia itu sendiri (Kartono, 1997:23). Praktik prostitusi ini terjadi hampir disetiap kalangan masyarakat. Mulai dari praktik secara terang-terangan maupun praktik secara terselubung dengan berbagai kedok. Lokalisasi bukan merupakan tempat satu-satunya praktik haram tersebut berlangsung. Banyak sekali tempat-tempat lain yang berpotensi atau bahkan menyediakan berbagai fasilitas demi berlangsungnya praktik prostitusi. Seperti halnya hotel kelas melati, Cafe, Pub, tempat karaoke,dan hiburan-hiburan malam, sampai pada tempat wisatapun banyak yang dijadikan sebagai tempat prostitusi secara tersebulung. Salah satunya adalah Obyek Wisata Gunung Kemukus.

Gunung kemukus merupakan suatu obyek wisata alam sejarah yang terletak di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Tidak hanya pesona alamnya yang menjadi daya tarik wisatawan melainkan juga terdapat makam bersejarah yakni makam pangeran samudro dan sendang ontrowulan yang menjadikan daya tarik tersendiri bagi wisatwan untuk berkunjung ketempat ini. Terdapat sebuah mitos yang muncul pada masyarakat sekitar Gunung Kemukus. Mitos yang muncul adalah pencarian pesugihan dengan syarat tertentu. Syarat yang diajukan adalah dengan melakukan hubungan suami-isteri (hubungan badan) dengan tujuh orang berbeda dalam waktu 35 hari.

dalam penanggalan jawa yang dipercaya sebagai malam yang paling tepat untuk melakukan ritual pesugihan. Dengan terpenuhinya syarat tersebut, keinginan untuk menjadi kaya akan terpenuhi. Mitos tersebut akhirnya terus melekat pada ritual Kemukus. Meskipun ada sebagian peziarah tidak percaya dengan mitos demikian. Termasuk beberapa juru kunci pun menyatakan bahwa mereka tidak

(2)

commit to user

pernah menganjurkan kepada penziarah melakukan ritus seks sebagai prasyarat terkabulnya hajat mereka. Namun pada kenyataanya ritus seks teleh menggejala secara terbuka di Kemukus. Dalam perkembangannya, daerah Gunung Kemukus telah menjelma menjadi kompleks prostitusi. Banyak para pendatang, khususnya para penanam modal mendirikan bedeng-bedeng berupa bangunan semi permanen yang menyediakan jasa kamar dan makanan sekedarnya. Seiring berkembangnya praktik prostitusi tersebut sekarang makin bermunculan fasilitas fasilitas demi mendukung jalannya praktik haram tersebut Mulai dari penginapan, wanita penjaja seks, penyedia miras, penjual alat kontrasepsi, karaoke sampai cafe pun berdiri disana. Jika diamati bisnis ini semakin menjamur, hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya warung-warung kumuh dan penginapan berdiri di dalam wilayah Kemukus. Berkembangnya ritual seks di Gunung Kemukus menjadikan tempat tersebut selain dikenal sebagai daerah wisata, juga disebut sebagai tempat prostitusi. Prostitusi semacam ini seringkali mendapat citra buruk dari masyarakat. Ada suatu pandangan atau ideologi dominan, yang dianut sebagian besar masyarakat kita, bahwa prostitusi adalah hal yang kotor, maksiat, dan asusila. Prostitusi terkait erat dengan banyak sisi gelap manusia, seperti kemiskinan, ketiadaan harapan, nasib buruk, dan lain-lain.

Fenomena praktik prostitusi yang terjadi pada lingkungan wisata ini merupakan suatu tindakan yang tidak berdasarkan norma-norma yang ada, baik norma agama maupun norma kesusilaan. Sehingga hal ini akan menimbulkan suatu penyimpangan norma agama dan pencemeran nilai-nilai budaya. Hal ini juga sangat bertentangan dengan idealitas fungsi, tujuan dan prinsip penyelenggaran pariwisata yang tertuang dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Pariwisata dimana Undang-Undang ini merupakan suatu acuan pokok dalam penyelenggaraan pariwisata. Dalam pasal 3 disebutkan bawasannya kepariwisataan berfungsi unutk memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Kemudian dalam pasal 4 yang antara lain pariwisata bertujuan untuk mengangkat citra bangsa, memajukan kebudayaan, memupuk rasa cinta tanah air, memperkukuh

(3)

commit to user

persahabatan antar bangsa. Dalam pasal 5 ayat 1 tentang penyelenggaraan pariwisata bawasannya dalam penyelenggaraan pariwisata ditekankan pada aspek pertama yakni menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari konsep hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dan sesama manusia, dan hubungan antara manusia dan lingkungan. Dengan dibiarkannya praktik prostitusi ini terus berkembang dalam lingkungan wisata tentu fungsi dan tujuan dari pariwisata yang sesungguhnya juga tidak akan tercapai. Ini merupakan sebagai bukti awal bahwa dalam penyelenggaraan pariwisata di Obyek Wisata Gunung Kemukus mengabaikan acuan prinsip dalam penyelenggaraan pariwisata. Dampak buruk lain yang lebih membahayakan, permasalahan ini akan mempengaruhi lingkungan sosial sekitar. Menurut Kartini Kartono (2005 : 249) Salah satunya akibat yang ditimbulkan dari praktik prostitusi yakni merusak sendi-sendi moral, susila, hukum, dan agama. Terlebih pada kalangan remaja. Lingkungan merupakan sebuah aspek terpenting yang akan berpengaruh terhadap kehidupan seseorang, utamanya adalah pada usia remaja. Lingkungan memiliki peranan terpenting dalam menciptakan identitas atau pola perilaku dari seseorang anak yang menginjak usia remaja. Pada usia remaja, pengaruh lingkungan masyarakat lebih besar pengaruhnya daripada lingkungan keluarga, sebab masa remaja adalah masa yang sedang mengembangkan kepribadiannya, yang

membutuhkan lingkungan teman-teman dan masyarakat. Gabriel Tarde seorang

sosiolog dari Perancis dalam Simanjuntak (1985 : 120). Ia menyatakan bahwa

semua saling berhubungan sosial (social interaction) itu berkisar pada proses

contoh-mencontoh dalam sosial. Artinya dengan demikian lingkungan buruk akan cenderung berbuat pada hal-hal yang buruk demikian pula sebaliknya, lingkungan yang baik akan berdampak baik juga. Pengaruh baik atau buruk bisa secara langsung atau tidak langsung berpengaruh pada anak. Atau dengan kata lain lingkungan ikut menentukan pembentukan identitas atau pribadinya(remaja). Bila lingkungannya baik akan memungkinkan dia menjadi seseorang yang matang pribadinya sedang lingkungan yang buruk akan mendorong ke hal yang negatif.

(4)

commit to user

Sehingga secara teoritis praktik prostitusi akan berpotensi menimbulkan dampak buruk terhadap moralitas remaja. Dimana remaja adalah masa-masanya mudah terpengaruh dengan hal-hal yang terlihat menyenangkan tanpa berfikir panjang apakah perbuatan tersebut baik ataukah tidak. Terlebih pada usia remaja merupakan usia yang sangat rentan terhadap kenalakan-kenakalan utamanya adalah kenakalan pada aspek penyimpangan seksual. Perlu diingat Remaja merupakan generasi penerus bangsa . Betapa pentingnya peranan remaja dalam menentukan maju mundurnya suatu bangsa, bahkan kepada remajalah harapan bangsa satu-satunya.

Lingkungan pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan ini. Secara tidak langsung lingkungan pendidikan utamanya adalah lingkungan pendidikan formal sedikit banyak akan mampu memperngaruhi pola kehidupan dari peserta didik (remaja). Perkembangan kurikulum dari waktu-waktu kewaktu-waktu adalah merupakan upaya dari pemerintah khususnya dinas pendidikan dan kebudayaan untuk meningkatkan kualitas dari peserta didik, baik dalam kualitas akademik maupun non akademik. Lahirnya kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum KTSP. Kurikulum 2013 ini berbasiskan karakter, artinya tidak hanya sekedar prestasi saja yang ingin dicapai, namun lebih pada prestasi dan karakter peserta didik. Inti dari kurikulum berkarakter menurut Loeloek Endah Poerwati (2013:34) menyampaikan inti dari kurikulum karakter sebenarnya adalah pengalaman belajar yang banyak kaitannya dengan melakukan berbagai kegiatan, interaksi sosial di lingkungan sekolah, proses kerja sama dengan kelompok, bahkan interaksi dengan lingkungan fisik sekolah. Sehingga pengalam itu bukan sekedar memahami mata pelajaran,tetapi terpenting adalah pengalam kehidupan. Pengembangan karakter merupakan salah satu materi penting wajib untuk diberikan pada peserta didik. Utamanya adalah

pendidikan kewarganegaraan. Branson dalam Budimansyah & Suryadi (2008 )

menyatakan komponen utama pendidikan kewarganegaraan atau citizenship

education mencakup pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge),

ketrampilan/kecakapan kewarganegaraan (cvic skills) dan sikap/watak

(5)

commit to user

tampak kesejajarannya dengan tiga ranah; kognitif, psikomotor, dan afektif. Pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) bisa disejajarkan dengan domain atau ranah kognitif, ketrampilan/kecakapan kewarganegaraan (civic skills) sejajar dengan domain atau ranah psikomotor, sedangkan sikap/watak kewarganegaraan (civic disposition) sejajar dengan domain atau ranah afektif. Sehingga sangat diperlukan adanya materi dari pendidikan kewarganegaraan utamanya mengenai

ranah afektif yakni civic dispotition mengenai tentang sikap/watak maupun

moralitas kewarganegaraan yang lebih mendalam sesuai fenomena yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Seperti halnya fenomena kasus praktik prostitusi yang terjadi di Gunung Kemukus.

Berdasarkan masalah yang ada tersebut, menarik untuk di lakukan

penelitian dengan mengangkat judul PROSTITUSI DI OBYEK WISATA

GUNUNG KEMUKUS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MORALITAS REMAJA (STUDI KASUS DI OBYEK WISATA GUNUNG KEMUKUS, DESA PENDEM, KECEMATAN SUMBERLAWANG, KABUPATEN SRAGEN)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan beberpa permasalahan sebagai berikut ini:

1. Bagaimana fenomena praktik prostitusi di Obyek Wisata Gunung

Kemukus ?

2. Bagaimana implikasi praktik prostitusi tersebut terhadap moralitas remaja

di Desa Pendem Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen ?

3. Bagaimana praktik prostitusi dan implikasinya terhadap moralitas remaja

(6)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai,antara lain :

1. Untuk mengetahui fenomena praktik prostitusi di Obyek Wisata Gunung

Kemukus.

2. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari fenomena praktik prostitusi di

Obyek Wisata Gunung Kemukus terhadap moralitas remaja di Desa Pendem Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen

3. Mengetahui kegiatan prostitusi dan implikasinya terhadap moralitas

remaja di Gunung Kemukus dalam perspektif Pendidikan

Kewarganegaraan.

D. Manfaat Penelitian

Pada penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi pengembangan ilmu sosial pada umumnya serta Pendidikan Kewarganegaraan pada khususnya mengenai tentang dampak dari penyimpangan praktik prostiusi dalam kehidupan. Khususnya dalam kehidupan remaja.

b. Menambah wacana dan referensi (literature) bagi ilmu pengetahuan

khususnya bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan dalam

mengimplementasikan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kurikulum 2013 kelas IX(sembilan) Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada Kompetensi Dasar 4.4 Menyaji sikap tutur kata dan perilaku yang baik sesuai dengan nilai dan moral pancasila dalam pergaulan hidup sehari-hari di masayarakat, bangsa, dan negara.

(7)

commit to user

c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pembanding bagi siapa

saja yang ingin mengkaji lebih dalam lagi.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran, kontribusi dan masukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan bagi pihak Pemerintah segbagai Pengelola maupun Kepala desa dan masyarakat setempat di Obyek Wisat Gunung Kemukus dalam menyikapi praktik prostitusi yang terus berkembang.

b. Hasil Penelitian ini diharapkan mampu menjadikan suatu tolak ukur

remaja setempat untuk menghindari kegiatan yang akan berdampak buruk terhadap moralitas mereka

c. Bagi pembaca dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

Referensi

Dokumen terkait

Rapat Pengurus Nasional diselenggarakan untuk membahas dan mengkoordinir pelaksanaan berbagai keputusan organisasi yang bersifat khusus dihadiri oleh Dewan Pengurus Nasional,

Taman tersebut dikelilingi oleh suatu jalan yang berbentuk elips dengan panjang sumbu mayor dan minornya secara berturut-turut adalah 458 meter dan 390

Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran atau pengotornya Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran atau pengotornya dengan cara

Himpunan semua polinom atas aljabar max- plus yang dilengkapi dengan operasi penjumlahan polinomial merupakan semi grup komutatif dengan elemen netral, sedangkan dengan operasi

Hasil yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah terbangunnya sebuah website e-commerce pada Toko Sepatu Rangkayo Casual Sneakers untuk mendukung proses bisnis

Bahwa menurut data perolehan suara yang direkapitulasi oleh Pemohon sebagaimana terbaca dalam tabel di atas Pemohon memperoleh suara terbanyak kedua sebesar 7.749

Karena itu, tujuan studi adalah melakukan analisis energi dan eksergi pada sistem HTGR siklus turbin uap untuk mengetahui kerugian/ kehilangan panas yang terjadi

Jika beban pada suatu waktu lebih kecil dari setengah (50%) beban maksimum, katup ON/OFF akan menutup, lalu motor servo akan mengatur katup kedua untuk menjaga