• Tidak ada hasil yang ditemukan

inilah, kemudian dikonversi menjadi hak pengelolaan setelah berlakunya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "inilah, kemudian dikonversi menjadi hak pengelolaan setelah berlakunya"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGATURAN YANG MENDASARI HAK PERUM PRASARANA PERIKANAN MENGELOLA LAHAN TANAH PERIKANAN

GABION BELAWAN

A. Sejarah Hak Pengelolaan ( HPL ) Atas Pelabuhan Belawan

Hak penguasaan atas tanah pelabuhan, jauh sebelum berlakunya Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) Nomor 5 Tahun 1960, didasarkan pada Staatsblad 1917 Nomor 464, sebagaimana ketentuan Pasal 521 Kitab Undang-undang Hukum Perdata menentukan yaitu antara lain pantai, perairan dan pelabuhan adalah milik Negara dan perusahaan pelabuhan diserahkan untuk mengelola pelabuhan, perairan dan pantai-pantai yang ada, yang wewenangnya diberikan kepada direktur ataupun pengelola pelabuhan ataupun kepada residen setempat untuk menyewakan dengan hak pembatalan dengan tidak lebih lama dari satu tahun (tentunya dengan setiap kali diperpanjang) atas tanah-tanah pelabuhan, dan oleh penguasa pelabuhan dibuatkan perjanjian sewa-menyewa tanah dengan hak pembatalan dalam masa satu tahun.

Khusus mengenai tanah-tanah pelabuhan yang penguasaannya diserahkan berdasarkan Staatsblad 1917 nomor 464,maka dalam hal ini Menteri Dalam Negeri bertindak sebagai pengawas, demikian berdasarkan ketentuan Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 8 Peraturan Pemerintah nomor 8 Tahun 1953 tentang Penguasaan Tanah-tanah Negara. Hak penguasaan yang diatur oleh Peraturan Pemerintah nomor 8 Tahun 1953 inilah, kemudian dikonversi menjadi hak pengelolaan setelah berlakunya

Undang-Undang Pokok Agraria nomor 5 Tahun 1960, dan konversi hak penguasaan menjadi hak pengelolaan ini diatur oleh Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun

(2)

1965 tentang pelaksanaan konversi hak penguasaan atas tanah Negara dan ketentuan-ketentuan tentang kebijaksanaan selanjutnya, dan dalam hubungannya dengan hak menguasai dari Negara yang ditetapkan oleh Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 dan Pasal 2 Undang-Undang Pokok Agraria, sebagai konsekuensi logis dari dianutnya prinsif kesatuan, maka wewenang menguasai Negara itu berada pada Pemerintah Pusat, berkaitan mengenai hak penguasaan yang dipunyai oleh suatu kementerian, jawatan atau daerah swatantra berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 8 Tahun 1953 tentang penguasaan tanah-tanah Negara, berdasarkan Peraturan Menteri Agraria nomor 9 tahun 1965 tentang pelaksanaan konversi hak pengusaan atas tanah Negara dan ketentuan-ketentuan tentang kebijaksanaan selanjutnya, dalam Pasal 5 menyebutkan apabila tanah Negara yang oleh Departemen, Direktorat atau Daerah Swatantra ditujukan selain untuk dipergunakan untuk kepentingan instansi sendiri diberikan dengan hak pakai, tetapi juga dimaksudkan untuk diberikan dengan sesuatu hak kepada pihak ketiga,maka oleh Menteri Agraria tanah – tanah tersebut diberikan dengan hak pengelolaan, hal ini menunjukkan bahwa sejarah hak pengelolaan tanah tidak dapat dipisahkan dengan sejarah hak pengelolaan kepelabuhan pada umumnya.

Istilah hak pengelolaan disebut dalam Peraturan Menteri Agraria Nomor 1 Tahun 1966 tentang pendaftaran hak pakai dan hak pengelolaan, dan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 5 tahun 1973 tentang ketentuan mengenai tata cara pemberian hak atas tanah,dan selanjutnya dilihat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 6 Tahun 1972 tentang pelimpahan wewenang pemberian hak atas

(3)

tanah, kemudian peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1974 tentang ketentuan mengenai penyediaan dan pemberian tanah untuk keperluan perusahaan hingga akhirnya hak pengelolaan dipertegas oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 1 tahun 1977 tentang tata cara permohonan dan penyelesaian pemberian hak atas bagian – bagian tanah ,hak pengelolaan serta pendaftarannya.

Hak pengelolaan menurut R.Atang Ranoemihardja adalah hak atas tanah yang dikuasai Negara dan hanya dapat diberikan kepada badan hukum pemerintah atau pemerintah daerah baik dipergunakan untuk usahanya sendiri maupun untuk kepentingan pihak ketiga.27

Khusus mengenai pelabuhan Belawan yang semenjak zaman Hindia Belanda sudah merupakan suatu lingkungan kerja berdasarkan Staatsblad 1918 nomor 99 , sebagai suatu hak beheer (hak menguasai ) yang diberikan kepada Directeur der Burgelijke Openbare Werkenuntuk mempergunakan dan menyewakan kepada pihak – pihak yang ingin bergerak di pelabuhan. Dengan dikeluarkannya keputusan bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Perhubungan tanggal 27 Desember 1969, nomor 191 Tahun 1969 SK . 83 / 0 / 1969 tentang penyediaan dan penggunaan tanah untuk keperluan pelabuhan,tanah – tanah yang terletak dalam lingkungan kerja pelabuhan diserahkan dengan hak pengelolaan kepada PERUM Pelabuhan I .

Menurut Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri Dan Menteri Perhubungan No : 11 Tahun 1986 kewenangan pelabuhan sebagai pemegang hak pengelolaan adalah :

(4)

a. Merencanakan peruntukkan dan penggunaan tanah yang bersangkutan b. Menggunakan tanah tersebut untuk keperluan pelaksanaan usahanya

c. Menyerahkan bagian-bagian dari tanah itu kepada pihak ketiga menurut persyaratan yang ditentukan oleh Menteri Perhubungan atau Pejabat yang ditunjuk, yang meliputi segi peruntukan, jangka waktu dan keuangannya, dengan ketentuan pemberian hak atas tanah kepada pihak ketiga tersebut dilakukan oleh pejabat agraria yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

Prosedur dan persyaratan mendapatkan hak pengelolaan serta pendaftarannya terjadi dengan konversi dan pemberian hak didasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 1 Tahun 1977 tentang Tata cara permohonan dan penyelesaian pemberian hak atas bagian-bagian tanah hak pengelolaan serta pendaftarannya, didalam Pasal 3 disebutkan : bahwa setiap penyerahan tanah yang merupakan bagian dari tanah yang merupakan bagian dari tanah hak pengelolaan, baik yang disertai ataupun tidak disertai dengan pendirian bangunan diatasnya wajib dilakukan dengan pembuatan perjanjian tertulis antara pihak pemegang hak pengelolaan dan pihak ketiga yang bersangkutan.28

Perjanjian tersebut memuat antara lain : 1. Identitas pihak – pihak yang bersangkutan.

2. Letak, batas-batas dan luas tanah yang dimaksud dan jenis penggunaannya.

(5)

3. Hak atas tanah yang akan dimintakan untuk diberikan keapada pihak ketiga yang bersangkutan dan keterangan mengenai jangka waktunya serta kemungkinan untuk memperpanjangnya.

4. Jenis-jenis bangunan yang akan didirikan diatasnya dan ketentuan mengenai pemilikan bangunan-bangunan tersebut pada berakhirnya hak tanah yang diberikan.

5. Jumlah uang pemasukan dan syarat-syarat pembayarannya. 6. Syarat-syarat lain yang dianggap perlu.

Bagian hak pengelolaan diberikan dengan sesuatu hak tertentu kepada pihak ketiga adalah hak milik, HGB (hak guna bangunan), dan hak pakai, khusus untuk bagian-bagian tanah hak pengelolaan Perum Pelabuhan, hak yang dapat diberikan kepada pihak ketiga hanyalah Hak Guna Bangunan dan Hak pakai.

Hak guna bagunan dan hak pakai yang diberikan oleh pejabat yang berwenang seperti yang diatur oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 6 Tahun 1972, bukan diberikan oleh pemegang hak pengelolaan. Jika diberikan oleh hak pengelolaan, maka hak yang dipunyai oleh pihak ketiga tidak lebih tinggi dari dari hak sewa, karena penguasaan tanah itu hanyalah berdasarkan perjanjian sewa-menyewa, dalam bentuk perjanjian penyerahan tanah kepada pihak ketiga yang tidak/belum diajukan permohonan haknya kepada pejabat yang berwenang.29

Pengertiannya bahwa pemegang hak pengelolaan seharusnya tidak boleh menyewakan tanah, karena ia bukan pemilik, melainkan hanya sebagai pengelola penyewaan lahan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara, bahkan Negara sendiri juga bukan sebagai pemilik melainkan hanya menguasai, sebagaimana bunyi

(6)

ketentuan Pasal 2 UUPA ayat (1) : Atas dasar ketentuan dalam Pasal 33 ayat 3 Undang-undang dasar dan hal-hal sebagai yang dimaksud dalam Pasal 1, bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang termasuk didalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat, ketentuan tersebut tidak menempatkan Negara sebagai pemilik, melainkan hanya memberikan hak menguasai yang memberikan wewenang untuk mengatur dan menyelenggarakan peruntukkan ,penggunaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat, sehingga pengelolaan sewa lahan tanah bersifat Publik Service. Isi wewenang Negara yang bersumber pada hak menguasai sumber daya alam oleh Negara tersebut semata-mata bersifat publik yaitu wewenang untuk mengatur (wewenang regulasi) dan bukan wewenang untuk menguasai tanah secara fhisik dan menggunakan tanahnya sebagaimana wewenang pemegang hak atas tanah yang bersifat pribadi 30 Hak pengelolaan yang diberikan Negara kepada PERUM Prasarana Prikanan Cabang Belawan dengan kewenangan untuk menguasai lahan tanah dalam pengertian melaksanakan pemanfaatan lahan tanah tersebut untuk dikelolah dengan cara disewakan kepada pihak penyewa dengan maksud untuk dimanfaatkan kepada pihak penyewa dengan mendapat pembayaran sebagi pemasukan untuk Negara. Hak pengelolaan yang dimiliki PERUM prasarana Perikanan Cabang Belawan atas lahan tanah di Gabion Belawan adalah berupa tanah Negara dari hak menguasai tanah merupakan hak terhadap tanah yang tertinggi di

30Muhammad Bakrie,Hak menguasai Tanah oleh Negara, Paradigma Baru untuk Reformasi

(7)

Indonesia, hak menguasai tanah ialah hak Negara, jadi subjeknya Negara.31 Hak pengelolaan adalah hak yang diberikan oleh pemegang Hak pengelolaan seperti lembaga pemerintah baik pusat maupun daerah, untuk menggunakan tanah yang dikuasai oleh Negara.32 Sedangkan hak sewa adalah hak yang diberikan kepada seseorang atau badan hukum untuk mempergunakan tanah atau bangunan milik orang lain untuk keperluan nya dengan membayar kepada pemiliknya dengan sejumlah uang.33Penyewaan tanah yang dilakukan penyewa berada diatas tanah Negara dengan menggunakan ketentuan yang juga ditetapkan oleh pemerintah yaitu Menteri Keuangan dan Menteri Kelautan dan Perikanan untuk teknisnya, dengan membagi PERUM untuk kawasan Mabar, dibawahi direksi KIM Mabar, untuk pelabuhan Indonesia oleh PT.Pelindo,kawasan perairan perikanan Gabion Belawan dibawahi oleh Direksi PERUM Prasarana Perikanan Cabang Belawan.34

B. Landasan Hukum Operasional (Eksternal) Perusahaan Umum (PERUM) sebagai pemegang Hak Pengelolaan (HPL) atas Lahan Tanah di Gabion Belawan.

Dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1998 tentang Perusahaan Umum (PERUM) yang disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1990 tentang Perusahaan Umum (PERUM) Prasarana Perikanan Samudera kemudian dipertegas dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2000 tentang Perusahaan Umum ( PERUM ) Prasarana Perikanan 31 Notonagoro, Politik Hukum Dan Pembangunan Agraria Di Indonesia, Bina Aksara,

Jakarta, 2009, hal.121

32 Affan Mukti,Pokok – Pokok Bahasan Hukum Agraria,USU Press, Medan, 2006, hal. 84 33ibid, hal.87

34Hasil wawancara dengan Bapak S.Siagian ,S.E.,Direksi Perum Prasarana Perikanan Cabang

(8)

Samudera, menjadi Landasan Hukum Operasional bagi PERUM Prasarana Perikanan Samudera sebagai Badan Usaha Milik Negara untuk melaksanakan pengelolaan perusahaan dalam upaya mencapai tujuan perusahaan sebagai badan usaha milik Negara yang diberi tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan usaha-usaha pelayanan kepada pengguna jasa pelabuhan perikanan dan usaha-usaha lainnya yang berkaitan dengan perikanan di Gabion Belawan.

Dengan mengemban tugas sebagai Publik Service, PERUM Prasarana Perikanan Samudera sebagai badan usaha milik Negara sebagaimana maksud dan tujuan yang tercantum dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2000 menjelaskan bahwa Maksud dan tujuan PERUM sebagai Badan Usaha Milik Negara untuk mengelolah perairan Gabion adalah:35

a. Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan melalui penyediaan dan perbaikan sarana dan prasarana pelabuhan perikanan.

b. Untuk mengembangkan wiraswasta perikanan serta untuk merangsang dan atau mendorong usaha industry perikanan dan pemasaran hasil perikanan.

c. Untuk memperkenalkan dan mengembangkan teknologi pengolahan hasil perikanan dan system rantai dingin dalam perdagangan dan distribusi bidang perikanan.

d. Untuk menumbuh kembangkan kegiatan ekonomi perikanan sebagai kompenen kegiatan nelayan dan masyarakat perikanan.

(9)

Melihat Landasan hukum operasional atas pengelolaan pelabuhan perikanan di gabion Belawan dipertegas dalam Pasal 10 huruf (c) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2000 yang menyebutkan bahwa PERUM menyelenggarakan usaha kegiatan prasarana perikanan di pelabuhan perikanan Belawan, Sumatera Utara.36Keputusan tersebut memberi dasar yuridis bagi PERUM selaku pemegang hak pengelolaan atas lahan tanah perikanan Gabion Belawan untuk wilayah Sumatera Utara khususnya,di bawahi oleh Direksi PERUM Prasarana Perikanan Cabang Belawan yang melakukan pengurusan, pengelolaan dan pemanfaatan atas lahan tanah dipelabuhan perikanan Gabion Belawan dan bertanggung jawab atas segala yang berkaitan dengan tugas dan kewenangannya pusat Jakarta, atas segala sesuatu yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan tanah di pelabuhan Perikanan Gabion Belawan, baik itu tentang sewa – menyewa dan segala sesuatu tentang tugas dan fungsi PERUM prasarana Perikanan Cabang Belawan yang berorientasi sebagai Badan Usaha Milik Negara yang bersifatpublic servicedan tetap ditentukan oleh keputusan PERUM Pusat dengan pengawasan dari Dewan Pengawas sebagi organ perusahaan yang bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada Direksi dalam menjalankan kegiatan kepengurusan dan tanggung jawabnya atas tugas yang diemban padanya,sesuai dengan kebijakan pengemban usaha yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan pembinaan yang digariskan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dan kembali kepada tujuan Badan Usaha Milik Negara untuk menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum.

(10)

C. Kewenangan PERUM Prasarana Prikanan Samudera Cabang Belawan atas Penyewaan lahan tanah dengan Pihak Penyewa .

Dalam hal hak atas tanah bersumber dari hak menguasai dari Negara atas tanah hakekatnya adalah penugasan pelaksanaan tugas kewenangan bangsa yang mengandung unsur hukum publik, karena tugas mengelola seluruh tanah bersama tidak mungkin dilaksanakan sendiri oleh seluruh Bangsa Indonesia, dalam penyelenggaraannya, Bangsa Indonesia sebagai pemegang hak dan pengemban amanat tersebut, pada tingkat tertinggi dikuasakan kepada Negara Republik Indonesia sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat (Pasal 2 ayat (1) UUPA) yang dalam pelaksanaannya dapat dikuasakan atau dilimpahkan kepada :

a. Daerah-Daerah swantrata (Pemerintah Daerah) dan masyarakat hukum adat sepanjang diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan Nasional menurut ketentuan Pemerintahan.

b. Badan otorita, Perusahaan Negara, Perusahaan Daerah, dengan pemberian penguasaan tanah-tanah tertentu dengan Hak pengelolaan (HPL).

Menurut Soedikno Mertokusumo, wewenang yang dipunyai oleh pemegang hak atas tanah dibagi menjadi ;37

1. Wewenang Umum

Wewenang yang bersifat umum yaitu pemegang hak atas tanah mempunyai wewenang untuk menggunakan tanahnya, termasuk juga tubuh bumi dan air dan ruang yang ada diatasnya sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung

(11)

berhubungan dengan pengunaan tanah itu dalam batas – batas menurut UUPA dan peraturan-peraturan hukum lainnya yang lebih tinggi (Pasal 4 ayat (2) UUPA). 2. Wewenang Khusus

Wewenang yang bersifat khusus yaitu pemegang hak atas tanah mempunyai wewenang untuk menggunakan tanahnya sesuai dengan macam hak atas tanahnya, misalnya wewenang pada tanah Hak Milik adalah dapat untuk kepentingan pertanian dan atau mendirikan bangunan, wewenang pada tanah Hak Guna Bangunan adalah menggunakan tanah hanya untuk mendirikan bangunan sesuai dengan kebijakan pengembangan amanat yang ditetapkan oleh Menteri dalam hal ini Menteri yang bertanggung jawab dibidang Perikanan Dan Kelautan, sehingga untuk pemanfaatan dan pengembangan tanah yang dikelola oleh PERUM Prasarana Perikanan Samudera di pelabuhan perikanan dikeluarkanlah Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor Kep.32/MEN/2001 tentang Pemanfaatan Tanah yang dikelola Perusahaan Umum (PERUM) Prasarana Perikanan Samudera di pelabuhan Perikanan Gabion Belawan.

Didalam Pasal 1 huruf (f) Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor 32 Tahun 2001 disebutkan bahwa pemanfaatan tanah adalah penggunaan tanah di pelabuhan perikanan yang dikelola oleh PERUM kepada pihak ketiga dengan cara pemberian HGB (Hak Guna Bangunan), Hak pakai dan sewa-menyewa.

(12)

HGB adalah Hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan yang bukan miliknya sendiri.38 Sedangkan didalam pasal 35 UUPA Hak Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan – bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling lama 30 tahun.39 Ketentuan waktunya bila dimintakan dan melihat keperluan dapat diperpanjang untuk masa 20 tahun HGB dapat beralih dan dialihkan kepihak lain.

Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh PERUM Prasarana Perikanan cabang Belawan yang prakteknya berupa bentuk perjanjian sewa tanah .

Sewa-menyewa adalah perjanjian antara pihak PERUM mengikatkan diri dengan pihak ketiga untuk memberikan kenikmatan dari suatu barang selama jangka waktu tertentu dan dengan harga tertentu dan oleh pihak ketiga disanggupi pembayarannya.40Dengan luas lahan tanah = 28,57 hektar yang menjadi objek sewa lahan tanah di pelabuhan perairan Gabion Belawan yang menjadi wewenangnya PERUM Prasarana Perikanan Cabang Belawan yang diberikan dengan perjanjian sewa-menyewa pada pihak ketiga untuk memanfaatkan lahan tanah tersebut bagi kegiatan usaha dan jasa perikanan, dikaitkan dengan keluarnya Peraturan Pemerintah nomor 6 tahun 2006 tentang pengelolaan barang milik Negara, memberikan dasar kekuatan bagi PERUM Prasarana Perikanan Samudera sebagai Badan Usaha Milik Negara, pemegang hak pengelolaan yang melaksanakan pemanfaatan dan

38Pasal 1 huruf (j) Kep.Men. Kelautan dan Perikanan Nomor 32 Tahun 2001 39Undang – Undang Pokok Agraria

(13)

pengelolaan barang milik Negara memberikan hak untuk menyewakan lahan tanah tersebut kepada pihak ketiga demi pemasukan keuangan negara sebagaimana disebutkan dalam pasal 20 : bahwa bentuk-bentuk pemanfaatan barang milik Negara/daerah berupa ; sewa.41Bunyi pasal tersebut menjadi landasan bagi PERUM Prasarana Perikanan Cabang Belawan sebagai Badan Usaha Milik Negara, dengan pengemban hak pengelolaan untuk menyewakan tanah-tanah di Gabion Belawan yang merupakan tanah Negara untuk dikelola bagi pemanfaatannya atas usaha disektor perikanan untuk pemasukan Negara.

Jenis penyewa yang melakukan penyewaan lahan tanah ada 3 kategori yaitu : 1. Penyewa jangka pendek

2. Penyewa jangka panjang

3. Penyewa yang bersertifikat HGB (Hak Guna Bangunan)

Untuk penyewa jangka pendek, masa sewa yang ditentukan adalah masa sewa 1 - 5 tahun.Untuk penyewa Jangka panjang masa sewa yang ditentukan adalah (5 tahun – 30 tahun ), jenis penyewaan jangka pendek maupun jangka panjang, jenis perjanjian sewa lahan tanah dibuat berdasarkan bentuk perjanjian tertulis yang formatnya telah baku yang dikeluarkan dari PERUM Prasarana Perikanan pusat di Jakarta, untuk nantinya ditanda-tangani oleh penyewa dan Direksi PERUM prasarana Perikanan Samudera Cabang Medan dengan masa sewa yang dapat diperpanjang lagi bentuk perjanjian sewa ini belum bersertifikat hanya memuat perjanjian tertulis

(14)

dibawah tangan dengan isi perjanjian yang ditanda-tangani oleh kedua belah pihak tanpa adanya pengesahan dari Notaris.

Sedangkan perjanjian sewa lahan tanah jenis penyewa bersertifikat HGB (Hak Guna Bangunan) adalah peningkatan dari sewa lahan tanah jangka waktu 20 tahun hingga 30 tahun yang didaftarkan hak bangunan nya untuk mendapatkan sertifikat HGB dengan bentuk perjanjian yang autentik dengan Akte Notarial pada waktu pendaftarannya di kantor Badan Pertanahan Nasional dengan melampirkan surat keterangan PERUM Prasarana Perikanan Cabang Belawan sebagai pemegang hak pengelolaan atas lahan tanah perikanan Gabion Belawan.

Hak Guna Bangunan diberikan dengan luas tidak melebihi batas maksimum (ceiling) jangka waktu paling lama 30 tahun dan perpanjangan 20 tahun,dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain serta dijadikan jaminan utang melalui pembebanan hak tanggungan.42Bahwa sertifikat HGB tersebut dapat menjadi jaminan hutang bagi usaha para penyewa untuk mendapatkan modal dalam pengembangan usahanya dan PERUM Prasarana Perikanan Samudera tidak bertanggung jawab atas pelaksanaan ataupun resiko atas pembebanan jaminan hutang tersebut meskipun PERUM memberikan izin surat keterangan kepada Bank pada saat penyewa memohonkan jaminan hutang dengan sertifikat HGB yang dimiliki penyewa namun dalam hal kerugian atau tanggung jawab resiko bukanlah tanggung jawab PERUM, karena

42S. Chandra ,Serifikat kepemilikan Hak Atas Tanah (Persyaratan Permohonan Dikantor

(15)

PERUM hanya sebatas pemberi keterangan sebagai pemegang hak pengelolaan atas adanya hak Guna Bangunan milik penyewa diatas lahan tanah pengelolaannya.

Jenis usaha yang dilakukan oleh pemohon di lahan tanah Gabion adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan usaha dan jasa perikanan diantaranya :

a. Usaha pengelolaan ikan b. Pabrik es ikan

c. Usaha dagang alat – alat kapal

d. Usaha perbaikan kapal ( Dock kapal )

e. Usaha perbekalan kapal (belanja kebutuhan kapal ) f. Kantin dan lainnya

Pada saat pemohon menginginkan pemanfaatan lahan tanah di wilayah Gabion maka pemohon mengajukan surat permohonan tersebut kepada PERUM dalam hal ini diwakili oleh Direksi PERUM Prasarana Perikanan cabang Belawan, setelah diterima oleh Direksi cabang Belawan diadakan evaluasi dan pemberitahuan tentang ketentuan yang ditetapkan atas luas tanah dan ketentuan tarif yang tersedia, setelah disepakati dibuatlah surat khusus oleh Direksi PERUM cabang Belawan untuk disampaikan kepada PERUM pusat Jakarta dengan melampirkan surat pemohon yang berisi tentang luas tanah dan tujuan usaha yang diinginkan dan ketentuan tarifnya, setelah diperiksa dan disetujui untuk selanjutnya dibuatkanlah format surat perjanjian diantara PERUM Prasarana Perikanan dengan pemohon dan dikirim kembali ke Belawan untuk ditanda – tangani oleh pemohon dan Direksi PERUM Prasarana Cabang Belawan sebagai suatu perjanjian antara dua pihak yang

(16)

mengikatkan diri dalam perjanjian diantara keduanya, yang menurut teori van Opstal mengatakan : dasar dari perjanjian adanya kepercayaan dengan cara – cara yang dapat diperhitungkan terhadap partai yang lain, bahwa kehendaknya itu memang ditujukan untuk menciptakan perjanjian.43

Dinamakan perjanjian/kontrak baku dimana unsur kepercayaan yang dijadikan dasar terpenuhinya suatu kesepakatan mengakibatkan perjanjian tersebut menjadi perjanjian yang bersifat konsensuil.Perjanjian konsensuil adalah suatu perjanjian yang terjadi apabila ada kesepakatan para pihak.44 Dasar kepercayaan pihak penyewa yang menjadi unsur kehendak untuk sepakat mengikatkan diri atas segala ketentuan yang terdapat dalam perjanjian kedua pihak.

Didalam KUH Perdata tidak disebutkan secara sitematis tentang bentuk kontrak,namun apabila ditelaah berbagai ketentuan yang tercantum dalam KUH Perdata, maka kontrak menurut bentuknya dapat dibagi dua macam, yaitu kontrak lisan dan tertulis. Kontrak lisan adalah kontrak atau perjanjian yang dibuat oleh para pihak cukup dengan lisan atau kesepakatan para pihak, dengan adanya consensus itu, maka perjanjian itu telah terjadi. Kontrak tertulis merupakan kontrak yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk tulisan, kontrak tertulis dibagi menjadi dua macam, yaitu dalam bentuk Akta dibawah tangan dan Akta notaris. Akta dibawah tangan adalah akta yang cukup dibuat dan ditanda-tangani oleh para pihak. Adapun Akta autentik

43 R.Soetojo Prawirohamdijojo dan Marthalena Pohan, Hukum Perikatan, PT.Bina

Ilmu,Surabaya, 1978, hal. 122

44H. Salim HS,Prancang Kontrak Dan Memorandum of Understanding, PT. Sinar Grafika,

(17)

merupakan Akta yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris.45Perjanjian tertulis antara PERUM dengan penyewa memakai dua bentuk perjanjian yaitu bentuk perjanjian tertulis dibawah tangan disebut penyewa tidak bersertifikat dan untuk perjanjian tertulis dengan Akta Notarial disebut penyewa bersertifikat.

Referensi

Dokumen terkait

yang ada semakin banyak, akibatnya pada konsentrasi tinggi kemampuan bahan aktif piperamidin yang terkandung dalam tepung daun sirih hutan akan semakin meningkat

lain: (a) aspek Emotive-Attitudeinal Readinesatau kesiapan sikap dan emosi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah guru bertanggung jawab dalam proses

Semua data hasil proses dari aplikasi akademik maupun data guru dan karyawan serta data lain yang masih ada kaitannya dengan sekolah akan terpusat di server lokal sekolah dan

Tingkat perbedaan pendapatan masyarakat selain berasal dari faktor internal seperti SDM (Sumber Daya Manusia) juga disebabkan dari faktor eksternal yakni ketimpangan

Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan oleh peneliti yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara stres kerja dan kinerja aparat kepolisian satuan

Sebagian besar asupan balita picky eater berada dalam kategori cukup pada jenis makanan sayuran, sedangkan pada kelompok makanan dengan kalori tinggi seperti produk

Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang pertama dan utama di Indonesia, dalam melaksanakan misinya, berangkat dari prinsip atau kaidah “Apa yang baik telah

Sebuah dokumen yang telah ditandatangani dapat diverifikasi dengan valid dengan menggunakan skema Pratical Forward Secure Sequential Aggregate Signature , dan dengan adanya