• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran DICKY BUDI NURCAHYA G

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran DICKY BUDI NURCAHYA G"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA LANSIA YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA DI DUSUN DIRO DENGAN LANSIA DI PANTI

SOSIAL TRESNA WERDHA YOGYAKARTA UNIT BUDI LUHUR

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

DICKY BUDI NURCAHYA G0009060

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta 2012

(2)

commit to user

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul: Perbedaan Tingkat Depresi antara Lansia yang Tinggal Bersama Keluarga di Dusun Diro dengan Lansia di Panti Sosial Tresna

Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur Dicky Budi Nurcahya, NIM: G.0009060, Tahun: 2012

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari Jumat, Tanggal 09 November 2012

Pembimbing Utama

Nama : Suparman, dr., M.Kes

NIP : 19541018 198503 1 001 (...) Pembimbing Pendamping

Nama : Lilik Wijayanti, dr., M.Kes

NIP : 19690305 199802 2 001 (...)

Penguji Utama

Nama : Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes

NIP : 19830621 200912 2 003 (...) Anggota Penguji

Nama : Prof. Dr. Santoso, dr., MS., Sp.OK

NIP : 19441124 197609 1 001 (...)

Surakarta, ………..

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., SpPD-KR-FINASIM NIP 19660702 199802 2 001 NIP 19510601 197903 1 002

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 09 November 2012

Dicky Budi Nurcahya

(4)

commit to user

iv ABSTRAK

Dicky Budi Nurcahya, G0009060, 2012. Perbedaan Tingkat Depresi antara Lansia yang Tinggal Bersama Keluarga di Dusun Diro dengan Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Latar Belakang: Populasi penduduk lansia semakin meningkat. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan bahwa pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2025 penduduk lansia di dunia meningkat hingga 77,37% dan Indonesia merupakan negara penyumbang tingginya angka persentase tersebut. Depresi merupakan gangguan psikiatri yang paling sering terjadi pada lansia. Tempat dimana lansia tinggal merupakan salah satu faktor yang dapat memicu timbulnya depresi. Lansia ada yang bertempat tinggal di rumah bersama keluarganya dan ada pula yang bertempat tinggal di panti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat depresi antara lansia yang tinggal bersama keluarga di Dusun Diro dengan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada anggota keluarga dan petugas panti tentang kondisi psikologis pada lansia.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Subjek penelitian adalah lansia di Dusun Diro dan Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia menjawab kuesioner penelitian. Skor depresi diukur dengan menggunakan GDS-SF. Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling. Diperoleh data sebanyak 35 sampel di Dusun Diro dan 35 sampel di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur. Sampel kemudian dianalisis dengan uji t tidak berpasangan menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.0 for Window.

Hasil Penelitian: Data perbedaan tingkat depresi antara lansia yang tinggal bersama keluarga di dusun Diro dengan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur diuji dengan uji t tidak berpasangan, didapatkan p = 0,028 (p < 0,05).

Simpulan Penelitian: Terdapat perbedaan yang bermakna antara tingkat depresi pada lansia yang tinggal bersama keluarga di Dusun Diro dengan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur dengan p = 0,028 (p < 0,05).

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v ABSTRACT

Dicky Budi Nurcahya, G0009060, 2012. The Difference in the Level of Depression between the Elders Who Living with a Family in Diro Village and Elders Who Staying in Tresna Werdha Nursing House the Unit of Budi Luhur, Yogyakarta. Mini Thesis. Faculty of Madicine, Sebelas Maret University, Surakarta.

Background: The population of elders is gradually increasing. The United Nation stated that the elders population is increasing around 77,37% during 2005 till 2025 and Indonesia is the country which is contribute to the high number of its percentage. Depression is a psychiatric disorder that most commonly occurs to the elders. The place where they are living is one factor that may lead to the depression. Some elders are residing in the home with his family and some others are residing within a nursing house. This study is aimed to determine the differences in rates of depression between the elders who living with a family in Diro Village and elders who staying in Tresna Werdha Nursing House the Unit of Budi Luhur, Yogyakarta. The study is expected to provide useful input to family members and nursing staff about the psychological condition of the elders.

Method: This study was observational analytic cross-sectional approach. The subjects were elders in Diro village and Tresna Werdha Nursing House the Unit of Budi Luhur, Yogyakarta that met the inclusion criteria and were willing to answer the questionnaire study. Depression scores measured using the GDS-SF. Sampling is done by simple random sampling. Data obtained in a total of 35 samples in Diro Village and 35 samples in Tresna Werdha Nursing House the Unit of Budi Luhur, Yogyakarta. Samples were then analyzed by unpaired t test using Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 17.0 for Window.

Result: Data differences in rates of depression between elders living with a family in Diro Village and those living in Tresna Werdha Nursing House the Unit of Budi Luhur, Yogyakarta tested by unpaired t test, it was found p = 0,028 (p < 0,05).

Conclusion: There were significant differences between the rates of depression in elders living with a family in the Diro Village and Tresna Werdha Nursing House the Unit of Budi Luhur, Yogyakarta with p = 0,028 (p < 0,05).

(6)

commit to user

vi PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan kekuatan serta kesabaran. Shalawat serta salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul “Perbedaan Tingkat Depresi antara Lansia yang Tinggal Bersama Keluarga di Dusun Diro dengan Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat diatasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., SpPD-KR-FINASIM., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi beserta Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Suparman, dr., M.Kes., selaku Pembimbing Utama yang telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat.

4. Lilik Wijayanti, dr., M.Kes., selaku Pembimbing Pendamping yang telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat. 5. Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes., selaku Penguji Utama yang telah

memberikan bimbingan dan nasihat.

6. Prof. Dr. Santoso, dr., MS., Sp.OK., selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan bimbingan dan nasihat.

7. Kepala Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur serta seluruh Staf yang telah membantu pelaksanaan penelitian, terutama Drs. Tulus Suseno H selaku pembimbing lapangan.

8. Orang tuaku tercinta Ayahanda Maridjo, SE dan Ibunda Sarjiyem, Mas Nugroho Budi Nurcahyo, S.IP, Mbak Ika Damayanti, S.Si, dan seluruh keluarga atas doanya.

9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis pun menyadari bahwa penulisan laporan penelitian ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan dari para pembaca yang budiman. Akhir kata, semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, 09 November 2012

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii DAFTAR ISI

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR SKEMA ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi BAB I. PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 5 D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. LANDASAN TEORI ... 6

A. Tinjauan Pustaka... ... 6

1. Lansia ... ... 6

a. Definisi ... ... 6

b. Proporsi Penduduk Lansia ... ... 7

c. Teori Proses Menua ... ... 7

d. Permasalahan pada Lansia ... 11

2. Depresi pada Lansia ... ... 14

a. Definisi ... 14

b. Epidemiologi... ... 14

c. Faktor Penyebab Depresi ... 16

d. Dampak Depresi pada Lansia ... 17

e. Skrining Depresi pada Lansia dengan Geriatric Depression Scale 19 3. Keluarga ... ... 21

a. Definisi ... 21

(8)

commit to user

viii

c. Tugas Keluarga ... 23

d. Karakteristik Keluarga Sehat ... 24

e. Peran Anggota Keluarga terhadap Lansia... 25

4. Panti Sosial Tresna Werdha ... 26

a. Definisi ... 26

b. Tujuan ... 27

c. Fungsi ... 27

5. Perbedaan Tingkat Depresi antara Lansia yang Tinggal Bersama Keluarga dengan Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha .. 28

B. Kerangka Pemikiran ... 30

C. Hipotesis ... 30

BAB III. METODE PENELITIAN ... 31

A. Jenis Penelitian ... 31

B. Lokasi Penelitian ... 31

C. Waktu Penelitian ... 31

D. Subjek Penelitian ... 31

E. Teknik Pengambilan Sampel ... 32

F. Rancangan Penelitian ... 33

G. Identifikasi Variabel ... 33

H. Definisi Operasional Variabel ... 33

I. Instrumen Penelitian ... 36

J. Cara Kerja ... 36

K. Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 38

BAB V. PEMBAHASAN ... 42

BAB VI. PENUTUP ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49 LAMPIRAN

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Karakteristik Sampel di Dusun Diro ……...…… ... 39 Tabel 4.2 Karakteristik Sampel di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta

Unit Budi Luhur ……….…... 40 Tabel 4.3 Nilai Normalitas Data ... 41 Tabel 4.4 Hasil Uji T Tidak Berpasangan Skor GDS-SF... 41

(10)

commit to user

x

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Konsep ……….….. 30

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Informed Consent Lampiran 2. Lembar Data Responden Lampiran 3. Lembar GDS-SF

Lampiran 4. Lembar Analisis Statistik Lampiran 5. Lembar Data Responden

Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian dan Pengambilan Data dari Fakultas Kedokteran

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian dari Bakesbangpol dan Linmas Jawa Tengah Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian dari Sekretariat Daerah Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta

Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian dari Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian dari Bappeda Kabupaten Bantul Lampiran 11. Surat Ijin Penelitian dari Lurah Desa Pendowoharjo

Lampiran 12. Surat Jawaban Ijin Penelitian dari Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur

(12)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penduduk lansia merupakan bagian masyarakat yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan orang karena pada dasarnya setiap orang akan mengalami fase lansia (Subijanto dkk, 2011). Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan bahwa pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2025 penduduk lansia di dunia meningkat hingga 77,37% dan Indonesia merupakan negara penyumbang tingginya angka persentase tersebut (Bantulkab, 2010). Data terbaru menunjukkan bahwa jumlah lansia di Indonesia mencapai 9,77% atau 23,9 juta jiwa pada tahun 2010 dan akan meningkat secara signifikan menjadi 11,4% atau 28,8 juta jiwa pada tahun 2020. Hal ini berkorelasi positif dengan peningkatan kesejahteraan yang dialami oleh masyarakat Indonesia, khususnya dibidang kesehatan yang ditunjukkan dengan semakin tinginya angka harapan hidup (Subijanto dkk, 2011). Angka harapan hidup di Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 73,7 tahun. Selain itu, Indonesia diperkirakan dapat menekan angka kelahiran total (Total Fertility Rate-TFR) dan angka kematian bayi (Infant Mortality Rate-IMR) serta meningkatkan proporsi penduduk lansia (Bappenas, 2005).

Lansia sangat berkaitan dengan berbagai perubahan anatomi dan fisiologi akibat proses menua, penyakit atau keadaan patologik akibat penuaan, serta pengaruh psikososial pada fungsi organ. Hal ini berhubungan

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

dengan berbagai kemunduran yang dialami lansia baik fisik, psikologis, dan sosial. Kemunduran secara fisik antara lain ditandai dengan penurunan panca indera, kulit keriput, dan menurunnya imunitas sehingga memunculkan berbagai penyakit. Kemunduran sosial di antaranya adalah ketiadaan sanak saudara yang dapat memberikan bantuan, kurang mampu dalam hal ekonomi, tidak produktif, dan tidak mampu lagi berperan di masyarakat. Kemunduran psikologis yang sering dijumpai pada lansia antara lain perasaan tidak berguna, mudah sedih, insomnia, stres, anxietas, demensia, delirium, dan depresi (Darmojo, 2009a).

Depresi merupakan gangguan psikiatri yang paling sering terjadi pada lansia. Depresi pada lansia merupakan akibat dari interaksi faktor biologi, fisik, psikologis, dan sosial (Privitera and Lyness, 2007). Berbagai persoalan hidup yang dialami lansia, seperti kemiskinan, kegagalan yang beruntun, stres yang berkepanjangan, konflik dengan keluarga, tidak memiliki keturunan yang bisa merawatnya, punya keturunan tapi telah meninggal, anak tidak mau direpotkan untuk mengurus orang tua, dan anak terlalu sibuk, dapat memicu timbulnya depresi (Depsos, 2006). Menurut Alexopoulos (2005) depresi pada lansia dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang kronis, gangguan kognitif, masalah keluarga, kecacatan, dan meningkatkan risiko kematian. Salah satu faktor yang dapat memicu timbulnya depresi pada lansia adalah tempat dimana lansia tersebut tinggal.

Lansia ada yang bertempat tinggal di rumah bersama keluarganya dan ada pula yang bertempat tinggal di Panti werdha. Sebagaimana yang

(14)

commit to user

dijelaskan oleh Darmojo (2009b) dan Martono (2009) bahwa sebagian besar penduduk lansia di Indonesia hidup bertempat tinggal bersama keluarganya, namun di sisi lain terdapat pula panti werdha yaitu suatu institusi hunian bersama dari para lansia. Perbedaan tempat tinggal ini memunculkan perbedaan lingkungan fisik, sosial, ekonomi, psikologis, dan spiritual religius sehingga dapat mempengaruhi status kesehatan penduduk lansia yang tinggal di dalamnya. Hal tersebut juga disebutkan sebagai faktor risiko terjadinya depresi pada lansia (Karakaya et al., 2009; Chung, 2008).

Fungsi keluarga terhadap lansia yang ada di dalamnya sangatlah penting untuk mengatasi masalah kemunduran fisik, psikologis, dan sosial. Masalah kesehatan anggota keluarga saling terkait dengan berbagai masalah anggota keluarga lainnya. Secara teoritis jika terdapat gangguan fungsi keluarga maka akan terjadi masalah kesehatan anggota keluarga. Untuk dapat menjalankan fungsi keluarga dengan baik diperlukan informasi dan edukasi kepada anggota keluarga oleh pemberi pelayanan kesehatan. Pemberi pelayanan kesehatan dituntut untuk menerapkan sistem pelayanan berbasis pendekatan keluarga. Pada sistem pendidikan sekarang ini mahasiswa kedokteran sebagai calon pemberi pelayanan kesehatan juga telah dibekali ilmu untuk melakukan proses identifikasi, intervensi, dan evaluasi dengan pendekatan pada keluarga (Family Oriented Medical Education) (Murti dkk., 2012).

D.I Yogyakarta adalah provinsi dengan angka harapan hidup tertinggi di Indonesia yaitu 76 tahun pada tahun 2010 dan diperkirakan tahun-tahun berikutnya akan mengalami peningkatan. Sejalan dengan tingginya angka

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

harapan hidup, persentase penduduk lansia juga tertinggi yaitu 14,02% (BPS, 2011). Provinsi D.I Yogyakarta mempunyai panti werdha dengan nama Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur yang menampung sekitar 80 lansia. Penelitian yang dilakukan oleh Puji (2010) didapatkan hasil bahwa lebih dari 50% lansia yang tinggal di panti ini mengalami depresi. Tidak jauh dari panti werdha ini terdapat Dusun Diro yang di dalamnya ada Posyandu lansia sehingga memiliki data administrasi lansia yang baik. Ada sekitar 70 lansia di dusun ini yang tinggal bersama keluarganya. Belum ada data tentang depresi pada lansia di dusun ini. Sejauh ini prevalensi depresi pada lansia di dunia berkisar 8%-15% dan hasil metaanalisis dari laporan negara-negara di dunia mendapatkan prevalensi rata-rata depresi pada lansia adalah 13,15% (Evy, 2008).

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berjudul perbedaan tingkat depresi antara lansia yang tinggal bersama keluarga di Dusun Diro dengan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogykarta Unit Budi Luhur.

B. Rumusan Masalah

Adakah perbedaan tingkat depresi antara lansia yang tinggal bersama keluarga di Dusun Diro dengan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur?

(16)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat depresi antara lansia yang tinggal bersama keluarga di Dusun Diro dengan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur.

D. Manfaat Penelitian 1. Aspek Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat:

a. membuktikan secara empiris dari teori yang sudah ada tentang depresi pada lansia.

b. menjadi salah satu bahan pertimbangan peneliti lain yang tertarik untuk meneliti masalah depresi pada lansia.

2. Aspek Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat:

a. memberikan bahan pertimbangan kepada keluarga sebelum memasukkan anggota keluarganya yang lansia ke panti werdha.

b. memberikan masukan kepada petugas panti untuk lebih memperhatikan kondisi psikologis pada lansia.

c. memberikan masukan kepada masyarakat untuk dapat memahami kondisi psikologis pada lansia sehingga dapat memperlakukannya dengan bijak.

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lansia a. Definisi

Batasan usia untuk lansia pada setiap negara berbeda-beda. Menurut WHO lansia adalah orang yang memiliki usia 60 tahun atau lebih (Komnas lansia, 2010). Lansia dikelompokkan menjadi sebagai berikut (Nugroho, 2008 ):

1) Usia pertengahan (middle age ), antara 45-59 tahun. 2) Usia lanjut (elderly), antara 60-74 tahun.

3) Usia lanjut tua (old), antara 75-90 tahun. 4) Usia sangat tua (very old), di atas 90 tahun.

Sedangkan menurut Depkes RI (2009) penduduk lansia dikelompokkan menjadi sebagai berikut:

1) Kelompok usia prasenilis 45-59 tahun. 2) Kelompok usia lanjut 60 tahun ke atas.

3) Kelompok usia risiko tinggi 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan masalah kesehatan.

(18)

commit to user

b. Proporsi Penduduk Lansia

Jumlah lansia di dunia meningkat dengan pesat. Diperkirakan proporsi penduduk lansia yang berusia 60 tahun atau lebih menjadi dua kali lipat, dari 11% ditahun 2006 menjadi 22% pada tahun 2050. Populasi lansia di dunia yang pada tahun 2006 sekitar 650 juta, akan mencapai 2 miliar pada tahun 2050. Untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia, pada saat itu akan ada lebih banyak orang tua dari pada anak-anak usia 0-14 tahun di populasi. Negara-negara berkembang akan mengalami tingkat penuaan yang jauh lebih cepat dari negara-negara maju. Pada tahun 2005 sekitar 60% lansia di dunia tinggal di negara berkembang. Dalam lima dekade mendatang kondisi ini akan meningkat menjadi lebih dari 80%. Penuaan penduduk dunia di negara berkembang dan negara maju sebenarnya merupakan indikator meningkatnya kesehatan global (Depkes, 2012).

Jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 1990 sebesar 11,3 juta jiwa (6,4%) meningkat menjadi 15,3 juta (7,4%) pada tahun 2000. Pada tahun 2010 akan sama dengan jumlah Balita yaitu sekitar 24 juta jiwa atau 9,77% dari seluruh jumlah penduduk. Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah lansia akan meningkat menjadi 28,8 juta atau 11,34% dari total jumlah penduduk (Depkes, 2012).

c. Teori Proses Menua

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan (Nugroho, 2008).

Dalam Maryam dkk. (2011) disebutkan ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologi, teori pikologis, teori sosial, dan teori spiritual.

1) Teori biologi

Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow theory, teori stres, teori radikal bebas , dan teori rantai silang.

a) Teori genetik dan mutasi

Menurut teori ini menua terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. b) Immunology slow theory

Menurut teori ini sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

c) Teori stres

Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan

(20)

commit to user

internal, kelebihan usaha, dan stres yang menyebabkan sel- sel tubuh lelah terpakai.

d) Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas. Tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel sel tidak dapat melakukan regenerasi.

e) Teori rantai silang

Pada teori ini diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel yang tua atau usang menyebabkan ikatan yang kuat khususnya kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas, kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.

2) Teori psikologis

Pada lansia, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan inteligensi dapat menjadi karakteristik konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri yang positif dapat menjadikan lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada, ditunjang dengan status sosialnya. Adanya penurunan dari intelektualisasi yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif,

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

memori, dan belajar pada lansia menyebabkannya sulit untuk dipahami dan berinteraksi.

3) Teori sosial

Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan yaitu teori interaksi sosial, teori penarikan diri, teori aktivitas, teori kesinambungan, dan teori perkembangan.

a) Teori interaksi sosial

Pada lansia kekuasaannya berkurang sehingga menyebabkan interaksi sosialnya juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuannya mengikuti perintah. b) Teori penarikan diri

Kemiskinan dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan di sekitarnya.

c) Teori aktifitas

Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung dari bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dari aktivitas yang dilakukan. Dari satu sisi aktivitas lansia dapat menurun akan tetapi dilain sisi dapat dikembangkan, misalnya peran baru lansia sebagai relawan, kakek atau nenek, ketua RT, seorang duda atau janda.

(22)

commit to user

d) Teori kesinambungan

Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambaran kelak pada saat orang menjadi lansia. Hai ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah meskipun dirinya telah menjadi lansia.

e) Teori perkembangan

Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi tua adalah suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap berbagai tentangan tersebut yang dapat bernilai positif maupun negatif.

f) Teori spiritual

Komponen spiritual dan tubuh kembang merujuk pada pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan.

d. Permasalahan pada Lansia

Masalah-masalah yang berhubungan dengan lansia adalah masalah kesehatan baik kesehatan fisik maupun mental, masalah sosial, masalah ekonomi, dan masalah psikologis (Maryam dkk, 2011). Banyak orang menghadapi proses penuaan dengan keprihatinan. Di banyak negara penuaan dikaitkan dengan ketidakmampuan, defisit kognitif, dan kesendirian (Hoyer and Roodin, 2003). Menurut Setiati

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

dkk. (2006), proses menua merupakan sebuah waktu untuk berbagai kehilangan seperti kehilangan peran sosial akibat pensiun, kehilangan mata pencaharian, kehilangan teman, dan keluarga.

Ketika manusia semakin tua, manusia cenderung untuk mengalami masalah-masalah kesehatan yang lebih menetap dan berpotensi menimbulkan ketidakmampuan. Kebanyakan lansia memiliki satu atau lebih keadaan atau ketidakmampuan fisik yang kronis (Papalia et al., 2003). Masalah kesehatan kronik yang paling sering terjadi pada lansia adalah artritis, hipertensi, gangguan pendengaran, penyakit jantung, katarak, deformitas atau kelemahan ortopedik, sinusitis kronik, diabetes, gangguan penglihatan (Sadock and Sadock, 2007).

Ketidakmampuan fungsional akibat dari beberapa penyakit medis yang terjadi bersama-sama dan ketidakmampuan ortopedik maupun neurologik pada pada lansia merupakan suatu kehilangan yang besar. Dalam Blazer (2009) disebutkan bahwa ketidakmampuan fisik merupakan permasalahan utama yang mempengaruhi kehidupan lansia. Ketidakmampun fisik dapat menyebabkan keterbatasan untuk melakukan aktivitas sosial atau aktivitas di waktu luang (leisure activities) yang bermakna, isolasi, dan berkurangnya kualitas dukungan sosial.

(24)

commit to user

Dalam Maryam dkk. (2011) disebutkan bahwa berbagai kehilangan dan kejadian hidup yang merugikan merupakan penentu utama penyakit-penyakit psikiatrik pada lansia. Kehilangan teman-teman dan orang-orang yang dicintai menyebabkan terjadinya isolasi sosial. Kehilangan anak atau yang lebih sering kehilangan pasangan merupakan faktor resiko penting untuk depresi, hipokondriasis dan penurunan fungsi lainnya.

Lansia lebih mudah mengalami isolasi sosial. Dalam Hoyer and Roodin (2003) disebutkan bahwa lansia memiliki jaringan dukungan sosial yang lebih kecil daripada orang yang lebih muda, dan jaringan ini didominasi oleh sanak saudara.

Menurut Maryam dkk. (2011) pensiun atau kehilangan fungsi utama di rumah, terutama ketika hal tersebut tidak direncanakan atau diinginkan berhubungan dengan kelesuan, infolusi (degenerasi progresif), dan depresi. Pensiun berhubungan dengan pengurangan pendapat personal sebesar sepertiga sampai setengahnya. Perubahan peran akan berdampak langsung pada penghargaan diri. Pensiun juga akan menyebabkan perubahan gaya hidup pada pasangannya dan menyebabkan beberapa adaptasi dalam hubungan dengan pasangannya. Dalam Hoyer and Roodin (2003) disebutkan bahwa sekitar 15% lansia mengalami kesulitan-kesulitan besar dalam penyesuaian diri terhadap pensiun.

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Hal-hal di atas menyebabkan lansia menjadi lebih rentan untuk mengalami masalah kesehatan mental. Gangguan yang sering terjadi meliputi kecemasan, alkoholisme, ganguan dalam penyesuaian terhadap kehilangan atau stabilitas fungsional, dan depresi (Hoyer and Roodin, 2003).

2. Depresi pada Lansia

a. Definisi

Depresi merupakan gangguan mood. Mood adalah suasana perasaan yang meresap dan menetap yang dialami secara internal dan yang mempengaruhi perilaku seseorang serta persepsinya terhadap dunia (Sadock and Sadock, 2007). Menurut Hawari (2006) depresi memiliki arti sebagai salah satu bentuk gangguan pada alam perasaan (affective/mood disorder), yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa, dan lain sebagainya.

b. Epidemiologi

Depresi adalah masalah kesehatan utama pada lansia dengan prevalensi lebih dari 45% terjadi di panti (Smoliner et al., 2009). Gejala depresi lebih sering terjadi pada lansia yang mempunyai ketidakmampuan fisik, gangguan kognitif, dan status sosial ekonomi rendah. Hubungan antara usia dangan depresi sangat kompleks, ketika faktor-faktor tersebut terkontrol, tidak ada hubungan antara gejala-gejala depresi dan usia (Wu et al., 2012).

(26)

commit to user

Wanita memiliki risiko untuk depresi lebih tinggi daripada pria, bahkan di masa tua (Gallo and Gonzales, 2001). Hal ini karena adanya perbedaan hormonal, efek-efek dari melahirkan, perbedaan stressor psikososial (Sadock and Sadock., 2007). Pada penelitian oleh Schoever et al. (2000) didapati prevalensi depresi pada pria sebesar 6,9% dan sebesar 16,5% pada wanita. Pada penelitian oleh Schoever tersebut dapat dilihat pada subjek penelitian bahwa disabilitas fungsional lebih sering terjadi pada wanita dan lebih banyak wanita yang tidak atau tidak lagi menikah.

Dalam Hoyer and Rodin (2003) disebutkan bahwa angka depresi per tahun paling rendah pada lansia yang menikah yaitu sebesar 1,5%. Angka depresi tertinggi terdapat pada lansia yang telah bercerai sebanyak 2 kali, yaitu sebesar 5,8%. Angka depresi pada lansia yang bercerai satu kali adalah 4,1% sedangkan lansia yang tidak pernah menikah memiliki angka depresi tahunan sebesar 2,4%.

Dalam Gallo and Gonzales (2001) disebutkan bahwa angka depresi pada pasien lansia dengan penyakit medis serius lebih tinggi. Depresi dialami oleh sekitar 40% pasien dengan sroke, 35% pasien dengan kanker, 25% pasien dengan penyakit parkinson, 29% pasien dengan penyakit kardiovaskular, dan 10% pasien dengan diabetes.

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

c. Faktor Penyebab Depresi

Depresi pada lansia bukan merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh patologi tunggal, tetapi biasanya bersifat multifaktorial (Hughes, 2005).

Faktor-faktor yang menyebabkan depresi antara lain : 1) Faktor genetik

Dalam dua dekade terakhir, teknologi genetik molekuler sangat berkembang. Beberapa penelitian yang dilakukan semenjak beberapa tahun lalu telah memberikan informasi tentang transmisi genetik gangguan mood alam perasaan (Amir, 2005).

2) Susunan kimia otak dan tubuh

Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh tampaknya memegang peranan yang besar dalam mengendalikan emosi. Pada wanita perubahan hormon dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi. Norepinerfin dan serotonin merupakan dua neurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood, selain itu dopamin juga telah diperkirakan memiliki peranan dalam depresi (Kaplan et al., 2010).

3) Kepribadian depresif

Orang yang mempunyai kepribadian depresif (terus-menerus bersikap sedih dan putus asa) membuat individu terasing dalam masyarakan dan mengakibatkan terjadinya depresi (Cule and Dendukuri, 2003).

(28)

commit to user 4) Stres

Kematian orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pindah rumah, atau stres yang berat diangap dapat menyebabkan depresi. Reaksi terhadap stres seringkali ditangguhkan dan depresi dapat terjadi beberapa bulan sesudah peristiwa itu terjadi (Cole and Dendukuri, 2003).

5) Penyakit fisik

Lansia yang menderita fisik atau kondisi kelumpuhan yang lama seperti arthritis rematoid dapat berakhir dengan depresi (Cole and Dendukuri, 2003).

Penelitian yang dilakukan oleh Cole and Dendukuri (2003) menyimpulkan bahwa faktor risiko penting terjadinya depresi pada lansia adalah kehilangan pasangan hidup, gangguan tidur, riwayat depresi sebelumnya, dan jenis kelamin wanita. Selain itu Hughes (2005) juga menuliskan beberapa faktor risiko lain yaitu kemiskinan, tinggal di panti, kurangnya dukungan sosial, pengobatan, alkohol, dan perubahan di dalam otak. Penelitian yang dilakukan Tsopelas et al. (2011) menyimpulkan bahwa depresi pada lansia berhubungan dengan hilangnya jaringan saraf di subkortikal hipokampus.

d. Dampak Depresi pada Lansia

Pada lansia, depresi yang berdiri sendiri maupun yang bersamaan dengan penyakit lain hendaknya ditangani dengan

(29)

sungguh-perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

sungguh karena bila tidak diobati dapat memperburuk perjalanan penyakit dan memperburuk prognosis (Dewi dkk, 2007).

Pada depresi dapat dijumpai hal-hal seperti di bawah ini (Mudjaddid, 2003; Pan et al., 2011):

1) Depresi dapat meningkatkan angka kematian pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler dan diabetes melitus.

2) Pada depresi timbul ketidakseimbangan hormonal yang dapat memperburuk penyakit kardiovaskular. Misalnya peningkatan hormon adrenokortikotropin akan meningkatkan kadar kortisol. 3) Metabolisme serotonin yang terganggu pada depresi akan

menimbulkan efek trombogenesis.

4) Perubahan suasana hati (mood) berhubungan dengan gangguan respons imunitas termasuk perubahan fungsi limfosit dan penurunan jumlah limfosit.

5) Pada depresi berat terdapat penurunan aktivitas sel natural killer. 6) Pasien depresi menunjukkan kepatuhan yang buruk pada program

pengobatan maupun rehabilitas.

Depresi pada lansia yang tidak ditangani dapat berlangsung bertahun-tahun dan menyebabkan berkurangnya kualitas hidup, kesulitan dalam fungsi sosial dan fisik, berkurangnya kepatuhan terhadap terapi, dan meningkatnya morbiditas serta mortalitas akibat bunuh diri (Unutzer, 2007). Beberapa peneliti menunjukkan bahwa

(30)

commit to user

depresi pada lansia menyebabkan peningkatan penggunaan rumah sakit dan biaya yang dikeluarkan (Blazer, 2009).

Lansia mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pulih dari depresi dan memiliki waktu untuk relapse yang lebih singkat daripada orang-orang yang lebih muda (Gallo and Gonzales, 2001). e. Skrining Depresi pada Lansia dengan Geriatric Depression Scale

Skrining depresi pada lansia untuk layanan kesehatan primer sangat penting. Hal ini karena tingginya frekuensi depresi dan gagasan untuk bunuh diri pada lansia (Blazer, 2009). Skrining juga perlu dilakukan untuk membantu edukasi tentang depresi pada pasien dan perawat, serta untuk mengikuti perjalanan gejala-gejala depresi seiring dengan waktu (Gallo and Gonzales, 2011). Skrining tidak ditujukan untuk membuat diagnosis depresi, namun untuk mendokumentasikan gejala-gejala depresi pada lansia apapun penyebabnya (Blazer, 2009).

Menurut Yesavage et al. (1983) skrining depresi pada lansia memiliki kekhususan tersendiri. Gejala-gejala depresi seperti kesulitan-kesulitan tidur, energi yang berkurang, dan libido yang menurun secara umum ditemukan pada lansia yang tidak mengalami depresi. Pemikiran tentang kematian dan keputusasaan akan masa depan mempunyai makna penting baginya yang berada pada fase terakhir kehidupan. Kondisi medis yang kronik merupakan hal yang umum pada pasien geriatri dan dapat berhubungan dengan retardasi

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

motorik serta berkurangnya tingkat aktifitas. Komorbiditas dengan demensia dapat mempengaruhi konsentrasi dan proses kognitif.

Banyak instrumen yang tersedia untuk mengukur depresi, salah satunya Geriatric Depression Scale (GDS) yang pertama kali diperkenalkan oleh Yesavage et al. (1983). GDS telah diuji dan digunakan secara luas pada penduduk usia lanjut di dunia, baik untuk praktek klinis maupun penelitian. GDS memiliki sensitivitas 92% dan spesifikasi 89% (Kurlowich and Greeberg, 2007). Selain GDS, screening scale lain yang telah terstandardisasi adalah Center for Epidemiologic Studies Depression Scale, Revised (CES-DR). Selain itu masih ada instrumen skrining lain seperti Hamilton Rating Scale for Depression, Zung Self-Rating Depression Scale, Montgomery Asberg Depression Rating Scale (Holroyd and Clayton, 2000).

Geriatric Depression Scale Long Form (GDS-LF) terdiri dari 30 pertanyaan singkat dan peserta diminta untuk menanggapi dengan jawaban “ya” atau “tidak”. Sheikh and Yesevage (1986) mengembangkan Geriatric Depression Scale Short Form (GDS-SF) yang terdiri 15 pertanyaan dari GDS-LF yang memiliki korelasi tertinggi dengan gejala depresi. Dari 15 pertanyaan tersebut, 10 pertanyaan menunjukkan adanya depresi jika menjawab “ya” sementara sisanya (pertanyaan nomor 1, 5, 7, 11, 13) menunjukkan depresi jika menjawab “tidak”. Skor 0-4 dianggap normal, 5-8 menunjukkan depresi ringan, 9-11 menunjukkan depresi sedang, dan

(32)

commit to user

12-15 menunjukkan depresi berat (Kurlowicz and Greenberg, 2007). Dalam sebuah studi validasi perbandingan GDS-LF dan GDS-SF yang dilakukan Mui (1996), keduanya berhasil membedakan antara depresi dan tidak depresi dengan korelasi tinggi (r = .93, p<.0001). Penelitian yang dilakukan oleh Cheah et al. (2011) menyimpulkan bahwa GDS-SF lebih mudah digunakan, lebih efisien, dan lebih mudah dikelola. 3. Keluarga

a. Definisi

Keluarga adalah lembaga sosial satu-satunya yang terdiri dari beberapa orang (dua atau lebih) yang terlibat dalam emosi satu sama lain dan hidup dekat dalam unit terkecil dari masyarakat yang terdiri ayah, ibu, dan anak yang mempunyai ikatan perkawinan dan hubungan darah yang tinggal dalam satu rumah (Horton, 1999). Setyowati dan Murwani (2008), menegaskan bahwa dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1992 keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, dan anak, atau ayah, ibu, dan anak.

b. Fungsi Keluarga

Friedmann dalam Ali (2010), mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga sebagai berikut:

1) Fungsi afektif

Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

2) Fungsi sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya bayi yang baru lahir bayi akan menatap ayah, ibu, orang-orang yang di sekitarnya. 3) Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan, tujuan membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.

4) Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal.

5) Fungsi perawatan

Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota keluarga yang sakit.

(34)

commit to user

c. Tugas Keluarga

Friedman dalam Ali (2010), menyebutkan beberapa tugas kesehatan keluarga sebagai berikut:

1) Mengenal masalah kesehatan.

2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat. 3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

4) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.

Tugas perkembangan keluarga dengan lansia dimulai saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal. Proses lanjut usia dan pensiun merupakan realita yang tidak dapat dihindari sebagai stressor dan kehilangan yang harus dialami keluarga. Stressor tersebut adalah kehilangan berbagai hubungan sosial, kehilangan pekerjaan, serta perasaan menurunnya produktifitas dan fungsi kesehatan. Dengan memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase ini diharapkan orang tua mampu beradaptasi menghadapi stressor tersebut. Adapun tugas keluarga dengan usia lanjut yaitu, mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan, adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan, mempertahankan keakraban suami-istri dan saling merawat, mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

d. Karakteristik Keluarga Sehat

Jika keluarga dapat melakukan tugas dan fungsi keluarga dengan benar maka akan tercipta keluarga sehat. Karakteristik keluarga sehat menurut Prasetyawati (2010) yaitu :

1) Komunikasi yang sehat, anggota keluarga mempunyai kebebasan untuk mengeluarkan perasaan dan emosinya.

2) Otonomi individu, saling terbuka di antara suami-istri.

3) Fleksibilitas saling memberi dan menerima dengan adaptasi kebutuhan-kebutuhan pribadi dan penggantian situasi.

4) Apresiasi saling menegur dan memuji atau memberikan hadiah, sehingga anggota keluarga dapat mengembangkan perasaan dari perasaan menghargai dirinya sendiri.

5) Pemberian semangat di dalam keluarga akan menimbulkan rasa aman jauh dari stres dan meningkatkan kesehatan lingkungan. a) Waktu keluarga, kepedulian, dan mengerjakan sesuatu

bersama.

b) Kepentingan dari hubungan suami-istri dalam perkawinan menjadi nyata apabila pendekatan keluarga selalu diusahakan. c) Pertumbuhan kebutuhan-kebutuhan untuk pertumbuhan

masing-masing individu anggota keluarga selalu mendapatkan dorongan dalam suasana yang membesarkan hati.

d) nilai-nilai spiritual dan keagamaan kepercayaan kepada Tuhan dan spiritual diketahui berhubungan dengan kepositifan

(36)

commit to user

kesehatan keluarga, mendorong dan memperkuat suatu ucapan keluarga adalah berdoa bersama dan tinggal bersama.

e. Peran Anggota Keluarga terhadap Lansia

Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga pada lansia antara lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi, serta memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia (Maryam dkk. 2011).

Maryam dkk. (2011) menyebutkan ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh anggota keluarga dalam melaksanakan perannya terhadap lansia, yaitu: melakukan pembicaraan terarah, mempertahankan kehangatan keluarga, membantu melakukan persiapan makanan bagi lansia, membantu dalam hal transportasi, membantu memenuhi sumber-sumber keuangan, memberikan kasih sayang, menghormati dan menghargai, bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku lansia, memberikan kasih sayang, menyediakan waktu serta perhatian, jangan menganggap sebagai beban, memberikan kesempatan untuk tinggal bersama, meminta nasihatnya dalam peristiwa-peristiwa penting, mengajaknya dalam acara-acara keluarga, membantu mencukupi kebutuhannya, memberikan dorongan untuk tetap mengikuti kegiatan-kegiatan di luar rumah termasuk pengembangan hobi, membantu pengaturan keuangan, dan

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

memeriksakan kesehatan secara teratur. Keberadaan lansia dalam keluarga mencerminkan besarnya perhatian anak terhadap orang tua (Depsos, 2006).

Berbagai persoalan hidup yang dialami lansia dapat membuatnya tidak dapat menjalani hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa pensiun bersama keluarga tercinta dengan penuh kasih sayang sehingga dapat mempengaruhi kesehatan lansia terutama mental yang berujung dengan timbulnya depresi. Persoalan itu seperti kemiskinan, kegagalan yang beruntun, stres yang berkepanjangan, konflik dengan keluarga atau anak, tidak punya keturunan yang bisa merawatnya, keturunannya telah lebih dulu meninggal, anak tidak mau direpotkan untuk mengurus orang tua, dan anak terlalu sibuk dengan urusannya (Depsos, 2006).

Penelitian Lena et al. (2009) di India menyebutkan bahwa meskipun orang lansia tidak terlalu bahagia dalam kehidupannya atau tidak memiliki hunbungan yang baik dengan anak-anak (keluarga), lansia lebih suka tinggal di rumah daripada di panti.

4. Panti Sosial Tresna Werdha a. Definisi

Panti Sosial Tresna Werdha adalah suatu institusi hunian bersama dari para lansia yang secara fisik masih mandiri, akan tetapi (terutama) mempunyai keterbatasan di bidang sosial-ekonomi (Darmojo, 2009).

(38)

commit to user

b. Tujuan

Pemerintah mendirikan Panti Sosial Tresna Werdha atas dasar rasa kasih sayang pihak lain terhadap para lansia yang tidak mendapatkan kasih sayang di luar panti baik dari keluarganya maupun warga masyarakat (Ihromi, 2004). Institusi ini dimaksudkan untuk menampung lansia miskin dan terlantar agar mendapatkan fasilitas yang layak, mulai dari kebutuhan makan minum sampai kebutuhan aktualisasi. Namun lambat laun dirasakan bahwa orang yang berkecukupan dan mapan juga membutuhkan pelayanan tersebut (Mariani dan Kadir, 2007).

c. Fungsi

Menurut Ihromi (2004) fungsi panti werdha adalah sebagai berikut:

1) Tempat bagi lansia miskin yang tidak mempunyai tempat tinggal untuk hidup dan tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar manusia.

2) Tempat bagi lansia yang tidak mempunyai keluarga atau saudara yang dapat dan mau merawatnya.

3) Tempat bagi lansia untuk mencari ketenangan di hari tua yang tidak bisa didapatkan di luar panti.

(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

5. Perbedaan Tingkat Depresi antara Lansia yang Tinggal Bersama Keluarga dengan Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha

Sebesar 90% penghuni panti werdha di Jakarta merasa bahagia tinggal di panti, tetapi ini tidak dapat digunakan sebagai bukti bahwa panti werdha merupakan tempat ideal bagi para lansia karena kebahagiaan itu sendiri merupakan fenomena yang sangat luas, sulit diukur, dan berbeda-beda dari waktu ke waktu. Lansia bisa menyatakan bahagia karena dipanti merasa bebas, tidak pernah merasa lapar, tempat tidurnya nyaman, dan tidak ada pilihan lain untuk tinggal selain di panti (Ihromi, 2004). Lebih lanjut Jost (2009) menyebutkan, umumnya lansia yang memilih untuk tinggal di panti karena bisa berkumpul dengan teman segenerasi dan tidak mau merepotkan keluarga. Santoso dan Ismail (2009) mengutarakan bahwa segala pembicaraan akan lebih nyambung jika dilakukan dengan teman satu generasi.

Ihromi (2004) menyebutkan hanya sebagian kecil penghuni panti yang tidak suka tinggal di tempat tersebut sehingga bisa menyebabkan depresi. Lansia merasa bahwa panti merupakan tempat pengasingan dan pembuangan untuk menanti ajal sehingga mengirim ke panti merupakan tindakan yang tidak dibenarkan secara budaya. Jost (2009) juga menyebutkan bahwa panti merupakan produk individualis dan cermin ketidakpedulian pada lansia. Ada yang tinggal di panti karena dipaksa oleh anaknya sendiri yang berpendapat lebih baik membayar panti untuk mengurus orangtuanya daripada harus mengurus sendiri di rumah.

(40)

commit to user

Hasil studi akhir-akhir ini menunjukkan bahwa tempat terbaik bagi lansia untuk mendapatkan perawatan adalah tempat tinggal sendiri bersama anggota keluarga lainnya. Perawatan yang dilakukan oleh anak sendiri diduga lebih memberikan rasa nyaman dan aman dibandingkan kerabat atau orang lain (Ihromi, 2004). Jost (2009) menuliskan pooling lansia dengan merujuk tiga kota besar di Indonesia (Jakarta, Surabaya, dan Medan) didapatkan hasil 92% memilih untuk menjadikan rumahnya sebagai tempat tinggal favorit dan hanya 4% yang memilih panti sebagai tempat tinggal favorit.

Menetap tinggal di panti tampaknya menjadi solusi terbaik bagi lansia yang kehidupannya sepi dan membosankan sehingga dapat menimbulkan depresi karena anggota keluarga (anak) sibuk dengan kepentingannya masing-masing. Namun sejujurnya hal itu tidak menyelesaikan masalah karena akan timbul perasaan terbuang atau teringkirkan dari lingkungan kasih sayang keluarga (Sutarto dan Ismulcokro, 2008). Hasil penelitian Klug et al. (2010) di Austria menyimpulkan bahwa perawatan di rumah lebih efektif dan menghemat biaya pada lansia yang depresi.

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

B. Kerangka Pemikiran

Skema 2.1 Kerangka Konsep

C. Hipotesis

Ada perbedaan tingkat depresi antara lansia yang tinggal bersama keluarga di Dusun Diro dengan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur.

Lansia

Rumah Panti

kelebihan kekurangan kelebihan kekurangan

1. rasa nyaman dan aman 2. nilai kekeluargaan 3. rasa kasih sayang 4. rasa dihormati 5. rasa penghargaan a. masalah ekonomi b. kurangnya kegiatan dan aktifitas 1) banyak teman satu generasi 2) banyak kegiatan dan aktifitas a) perasaan terbuang b)perasaan tidak berguna c) tidak dibenarkan secara budaya

(42)

commit to user

31 BAB III

METODE PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Dalam penelitian ini faktor pengaruh dan hal yang dipengaruhi diukur satu kali dalam waktu yang bersamaan.

B.

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dusun Diro dan di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur.

C.

Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 14 – 20 Agustus Tahun 2012.

D.

Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi yang diteliti adalah lansia di Dusun Diro dan Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia menjawab kuesioner penelitian.

2. Besar sampel

Besar sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus sampel indipenden untuk menaksir perbedaan rerata antara 2 populasi (Arief, 2008).

(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 32 na = nb = 2b × = 2 , × = 30,7328 Keterangan

na = besar sampel minimal di dusun nb = besar sampel minimal di panti

Zα = nilai pada distribusi normal standar untuk uji dua sisi pada tingkat kemaknaan α (ditetapkan peneliti sebesar 1,96)

s = simpang baku standar populasi dari Masturin (2010)

d = tingkat ketepatan absolut dari beda rerata (ditetapkan peneliti) Berdasarkan hasil pada rumus di atas maka peneliti menetapkan bahwa besar sampel untuk kedua populasi adalah 35.

3. Kriteria inklusi dan eksklusi

a. Kriteria inklusi : 1. umur ≥ 60 tahun 2. bersedia berpartisipasi

3. untuk lansia di panti, lama tinggal ≥ 6 bulan Hanifawati (2011)

b. Kriteria eksklusi : Mengkonsumsi alkohol dan NAPZA

E.

Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah simple random sampling sehingga setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel (Santjaka, 2011).

(44)

commit to user

F.

Rancangan Penelitian

Skema 3.1 Rancangan Penelitian

G.

Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas : Tinggal di dusun, Tinggal di panti werdha 2. Variabel terikat : Tingkat depresi

3. Variabel luar

a. terkendali : usia, jenis kelamin, pendidikan tertinggi, status pernikahan, jumlah anak, pekerjaan, lama tinggal di panti, frekuensi kunjungan keluarga

b. tidak terkendali : faktor genetik, kepribadian

H.

Definisi Operasional Variabel

1. Variabel bebas

a. Tinggal bersama keluarga

Tinggal bersama keluarga adalah tinggal satu rumah dengan keluarganya yang masih mempunyai hubungan darah. Batasan hubungan darah di sini adalah keturunan sampai generasi kedua,

Populasi

Sampel Simple random sampling

Mengisi GDS-SF

(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

saudara kandung, atau keturunan sampai generasi kedua dari saudara kandung. Diukur dengan kuesioner dan menggunakan data skala nominal.

b. Tinggal di panti werdha

Tinggal di panti werdha adalah tinggal di suatu institusi hunian bersama dari para lansia. Diukur dengan kuesioner dan menggunakan data skala nominal.

2. Variabel terikat Tingkat depresi

Tingkat depresi adalah tingkat keparahan depresi dilihat dari gejala-gejala yang timbul. Tingkat depresi dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan GDS-SF yang telah divalidasi oleh Sheikh dan Yesevage. Hasilnya menggunakan data skala interval. Penilaiannya menggunakan sistem skoring, skor 0-4 dianggap normal, 5-8 menunjukkan depresi ringan, 9-11 menunjukkan depresi sedang, dan 12-15 menunjukkan depresi berat.

3. Variabel luar terkendali a. Usia

Usia adalah hitungan lama kehidupan seseorang dihitung mulai saat bayi dilahirkan. Usia dalam penelitian ini dikendalikan dengan cara membatasi usia minimal pasien pada kriteria inklusi. Diukur dengan kuesioner dan menggunakan data skala rasio.

(46)

commit to user

b. Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah ciri biologis lansia berdasarkan pengamatan dari luar, yang dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin diukur dengan kuesioner dan menggunakan data skala nominal.

c. Pendidikan

Pendidikan adalah jenjang pendidikan yang ditamatkan oleh seseorang, yang ditandai dengan sertifikat atau ijazah. Diukur dengan kuesioner dan menggunakan data skala nominal.

d. Status pernikahan

Status pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami-istri. Status perkawinan digolongkan menjadi kawin, belum kawin, duda, dan janda. Diukur dengan kuesioner dan menggunakan data skala nominal.

e. Jumlah anak

Jumlah anak adalah jumlah anak kandung yang dimiliki dan masih hidup. diukur dengan kuesionar dan menggunakan data skala rasio.

f. Pekerjaan

Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan uang. Diukur dengan kuesioner dan menggunakan data skala nominal.

(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

g. Lama tinggal di panti

Lama tinggal di panti adalah hitungan lama tinggal lansia mulai saat dirinya bertempat tinggal di panti sampai saat kunjungan. Diukur dengan alat kuesioner dan menggunakan data skala rasio.

h. Frekuensi kunjungan keluarga

Frekuensi kunjungan keluarga adalah seberapa sering anggota keluarga melakukan kunjungan terhadap keberadaan anggota keluarganya yang lansia di panti. Diukur dengan kuesioner dan menggunakan data skala rasio.

I.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner termasuk lembar informed consent. Kuesioner untuk skor depresi menggunakan GDS-SF yang berisi 15 pertanyaan dan sudah divalidasi. Adapun format GDS-SF dan informed consent dapat dilihat pada lampiran.

J.

Cara Kerja

Penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Peneliti meminta surat ijin penelitian ke bagian skripsi yang ditujukan kepada Gubernur Jawa Tengah, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Kepala Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur. 2. Selanjutnya peneliti melakukan penentuan sampel dari populasi lansia di

Dusun Diro dan Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur. 3. Peneliti kemudian melakukan pengambilan data dari sampel yang

(48)

commit to user

4. Setelah mendapatkan data, dilakukan perhitungan dan uji statistik terhadap data tersebut untuk menguji hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya.

K.

Teknik Analisis Data

Analisis data statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Uji normalitas sebaran sampel dengan menggunakan Shapiro Wilk Test, karena jumlah sampel ≤ 50 orang.

2. Jika hasil uji normalitas menunjukkan bahwa sampel terdistribusi normal (nilai kemaknaan > 0,05) maka dilakukan uji parametrik yaitu uji t tidak berpasangan.

3. Jika hasil uji normalitas menunjukkan bahwa sampel tidak terdistribusi normal maka dilakukan uji non parametrik yaitu Mann Whitney.

(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38 BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan pada tanggal 14-16 Agustus 2012 di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur dan tanggal 18-20 Agustus di Dusun Diro. Sampel yang dipilih adalah lansia yang memenuhi kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Sebanyak 35 responden di panti dan 35 responden di dusun yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi mengisi lembar kuesioner dan GDS-SF didampingi oleh peneliti. Hasilnya dianalisis dengan menggunakan Statistical Package for Social Science (SPSS) 17.0 for window.

Penelitian ini menggunakan kuesioner GDS-SF yang telah diuji validitasnya oleh Sheikh dan Yesevage pada tahun 1986. GDS-SF digunakan untuk mengukur derajat keparahan depresi pada lansia. Lansia dianggap mengalami depresi jika skor >4 (Sheikh and Yesevage., 1986).

A. Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini 35 responden di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur dan 35 responden di Dusun Diro mengisi kuesioner GDS-SF. Penilaiannya menggunakan sistem skoring, skor 0-4 dianggap normal, 5-8 menunjukkan depresi ringan, 9-11 menunjukkan depresi sedang, dan 12-15 menunjukkan depresi berat. Dengan cara tersebut, maka didapatkan bahwa 11 responden di dusun mengalami depresi (31,4%) dan 24 responden tidak mengalami depresi (68,6%,). Sebanyak 11 responden

(50)

commit to user

tersebut mengalami depresi ringan. Didapatkan skor maksimum yang diperoleh responden adalah 8 dan skor minimumnya adalah 0, dengan rata-rata skor sebesar 3.6857 dan Standar Deviasi 2.17974. Untuk yang di panti didapatkan 19 responden (54,3%) mengalami depresi dengan perincian 12 depresi ringan, 5 depresi sedang, dan 2 depresi berat. Skor maksimum yang diperoleh responden adalah 14 dan skor minimumnya adalah 0, dengan rata-rata skor sebesar 5,3429 dan Standar Deviasi 3,76472.

Karakteristik sampel di Dusun Diro dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Karakteristik Sampel di Dusun Diro

Sumber: Data penelitian bulan Agustus 2012

Karakteristik Sampel N=35 Depresi N=11 (31.4%) Usia 60-74 75-90 91-98 23 (65.7%) 9 (25.7%) 3 (8.6%) 5 (21.7%) 3 (33.3%) 3 (100%) Jenis kelamin Pria Wanita 17 (48.6%) 18 (51.4%) 4 (23.5%) 7 (38.9%) Pendidikan Tidak sekolah SD SMP-D3 4 (11.4%) 21 (60%) 10 (28.6%) 4 (100%) 5 (23.8%) 2 (20%) Status pernikahan Duda/janda/belum menikah Menikah 16 (45.7%) 19 (54.3%) 9 (56.3%) 2 (10.5%) Jumlah anak 0 1-2 3-7 1 (2.9%) 6 (17.1%) 28 (80%) 0 (0%) 1 (16.7%) 10 (35.7%) Status pekerjaan Tidak bekerja Bekerja 9 (25.7%) 26 (74.3%) 4 (44.4%) 7 (26.9%)

(51)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Karakteristik sampel di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2 Karakteristik Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur

Karakteristik Sampel N=35 Depresi N=19 (54.3%) Usia 60-74 75-90 91-99 21 (60%) 13 (37.1%) 1 (2.9%) 11 (52.4%) 7 (53.8) 1 (100%) Jenis kelamin Pria Wanita 15 (42.9%) 20 (57.1%) 7 (46.7) 12 (60%) Pendidikan Tidak sekolah SD SMP-S1 14 (40%) 8 (22.9%) 13 (37.1%) 9 (64.3%) 4 (50%) 6 (46.1%) Status pernikahan Duda/janda/belum menikah Menikah 33 (94.3%) 2 (5.7%) 18 (54.5%) 1 (50%) Jumlah anak 0 1-2 3-8 15 (42.9%) 10 (28.6%) 10 (28.6%) 7 (46.7%) 7 (70%) 5 (50%) Status pekerjaan Tidak bekerja Bekerja 35 (100%) 0 (0%) 19 (54.3%) 0 (0%) Lama tinggal 6-18 bulan 19-30 bulan 31-106 bulan 10 (28.6%) 8 (22.9%) 17 (48.6%) 4 (40%) 5 (62.5%) 10 (58.8%) Frekuensi Kunjungan 1-3 bulan 4-12 bulan 14 (40%) 21 (60%) 5 (35.7%) 14 (66.7%) Sumber: Data penelitian bulan Agustus 2012

B. Analisis Data

Hasil uji normalitas skor GDS-SF baik di dusun maupun di panti dengan menggunakan uji Saphiro wilk menunjukkan terdistribusi normal. Skor GDS-SF di dusun memiliki p = 0,077 dan di panti memiliki p = 0,117.

(52)

commit to user

Tabel 4.3 Nilai Normalitas Data

Skala ukur GDS-SF Skor normalitas Kesimpulan

Dusun 0.077 Sebaran data normal

Panti 0.117 Sebaran data normal

Pada tabel di atas didapatkan bahwa skala ukur dusun dan panti terdistribusi normal. Karena semua data terdistribusi normal maka peneliti melakukan uji komparatif parametrik t tidak berpasangan, hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4 Hasil Uji t Tidak Berpasangan Skor GDS-SF

SKOR GDS-SF Sig. (2-tailed) 95% Confidence Interval of the Difference

lower upper

Equal variances not assumed

0.028 0.18322 3.13107

Hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan signifikansi sebesar 0,028. Dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan antara skor GDS-SF di dusun dan di panti. Berdasarkan nilai interval kepercayaan (IK) 95% maka peneliti percaya sebesar 95% bahwa jika pengukuran dilakukan pada populasi, maka perbedaan skor GDS-SF antara lansia di dusun dengan di panti adalah sebesar 0,18322 s/d 3,13107.

(53)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42 BAB V PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini didapatkan skor GDS-SF di Dusun Diro lebih rendah daripada di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur dan persentase kejadian depresi pada lansia di dusun pun lebih rendah daripada di panti, yaitu sebesar 31,4% di dusun dan sebesar 54,3% di panti. Hasil uji statistik juga didapatkan perbedaan yang signifikan antara skor GDS-SF lansia di dusun dengan di panti.

Depresi merupakan penyakit mental yang paling sering terjadi pada pasien berusia di atas 60 tahun dan merupakan contoh penyakit yang paling umum dengan tampilan gejala yang tidak spesifik/tidak khas pada populasi geriatri. Terdapat beberapa faktor biologis, fisis, psikologis dan sosial yang membuat seorang berusia lanjut rentan terhadap depresi (Darmojo, 2009b). Perubahan psikososial yang terjadi pada lansia erat kaitannya dengan perubahan lingkungan tempat tinggal dan hubungan sosial dengan masyarakat (Stanley & Beare, 2007). Dalam penelitian ini terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat depresi lansia di dusun yang tinggal bersama keluarganya dengan lansia yang tinggal di panti. Lansia yang tinggal di dusun dapat berinteraksi dengan anggota keluarganya dan masyarakat. Sedangkan lansia di panti hanya bisa berinteraksi dengan orang yang sama dalam sebagian besar waktu. Di sini dapat dilihat bahwa peran anggota keluarga begitu penting terhadap kesehatan psikologis anggota keluarganya yang lansia. Keberadaan lansia dalam keluarga mencerminkan

(54)

commit to user

besarnya perhatian anak terhadap orang tua. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusbaryanto dan Narulita (2009) yang menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara lansia yang mempunyai keluarga dengan lansia yang tidak mempunyai keluarga.

Lansia seringkali mengalami periode kehilangan orang-orang yang dikasihinya. Kehilangan pekerjaan, penghasilan, dan dukungan sosial sejalan dengan bertambahnya usia turut menjadi faktor presdiposisi seorang berusia lanjut untuk menderita depresi. Di sinilah peran anggota keluarga diperlukan untuk mengurangi faktor presdiposisi tersebut karena keluarga merupakan support system utama bagi kesehatan lansia. Anggota keluarga dapat melakukan tugas dan fungsinya dengan benar agar tercipta keluarga yang sehat.

Perawatan lansia yang dilakukan oleh anggota keluarganya sendiri tidaklah sulit. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu melakukan pembicaraan terarah, mempertahankan kehangatan keluarga, membantu melakukan persiapan makanan bagi lansia, membantu dalam hal transportasi, membantu memenuhi sumber-sumber keuangan, memberikan kasih sayang, menghormati dan menghargai, bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku lansia, memberikan kasih sayang, menyediakan waktu serta perhatian, jangan menganggap sebagai beban, memberikan kesempatan untuk tinggal bersama, meminta nasihatnya dalam peristiwa-peristiwa penting, mengajaknya dalam acara-acara keluarga, membantu mencukupi kebutuhannya, memberikan dorongan untuk tetap mengikuti kegiatan-kegiatan di luar rumah termasuk pengembangan

Gambar

Tabel 4.1 Karakteristik Sampel di Dusun Diro ……...…… ..........................   39
Tabel 4.1 Karakteristik Sampel di Dusun Diro
Tabel 4.2 Karakteristik Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta
Tabel 4.4 Hasil Uji t Tidak Berpasangan Skor GDS-SF

Referensi

Dokumen terkait

yang diperoleh dari citra yaitu kepadatan bangunan permukiman, pola permukiman, pohon pelindung, lebar jalan masuk, kondisi jalan masuk dan lokasi permukiman, sedangkan

Kecepatan rambat bunyi di udara 340 m/s Jika pengamat bergerak dengan kecepatan 17 m/s searah dengan gerak sumber bunyi, maka frekuensi yang didengar oleh pengamat

Dari pengakuan tersebut, konselor menanyakan apa yang membuat klien kurang maksimal dan diperoleh hasil bahwa klien belum mampu menentukan prioritas selama

Khalayak merupakan sekumpulan orang dalam jumlah yang besar dan luas, bersifat heterogen, dan tidak saling mengenal satu sama lain. Khalayak dalam penelitian ini adalah

Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan hasil penelitian bahwa pengaruh penerapan

Kajian pengaruh kebijakan, rencana, dan program (KRP) pembangunan bidang Cipta Karya di Kota Sibolga dilakukan dengan melakukan pembobotan besaran pengaruh keterkaitan yang

Pengukuran produktivitas dilakukan guna mengetahui kemampuan atau tingkat pencapaian target yang dimiliki oleh setiap pelaku usaha, dalam hal ini penilaian