DAFTAR ISI
Daya-Mas
MeDIA koMunIkASI DAn InFoRMASI hASIl pengAbDIAn DAn
peMbeRDAyAAn MASyARAkAT
Volume 1 Nomor 2 September 2016
ISSN: 2502-7034
LIMBAH BONGGOL JAGUNGSEBAGAI ALTERNATIF MURAH UNTUK PAKAN SAPI Anang Susanto & Suryono Adi Waluyo
69 - 74 PENINGKATAN PRODUKTIFITAS DAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI POTENSI
LOKAL DI DUSUN KEDUNGBRUBUS Moh Arif Bakhtiar E
75 - 83
IbM KELOMPOK TANI TENTREM RAHAYU DAN KELOMPOK GARUDA TANI KECAMATAN KENDAL KABUPATEN NGAWI
Endang Murti & Agus Wiyaka
84 - 91
SOSIALISASI LAGU – LAGU DAERAH INDONESIA SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA BANGSA
Maria Febiana Christanti
92 - 98
PELATIHAN PRODUKSI BAGLOG JAMUR PADA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KELOMPOK SISWA-SISWI KREATIF SMA NEGERI 1 JIWAN
Luluk Sulistiyo Budi, Saraswati Budi Utami & Seno Aji
99 - 102
PENDAMPINGAN ADMINISTRASI DAN PELAPORAN KEUANGAN PADA KANTOR LAYANAN LAZISMU CARUBAN, KABUPATEN MADIUN
Nurharibnu Wibisono & Fatchur Rochman
103 - 113
IbM. PEMBERDAYAAN KELOMPOK DUKUNGAN SEBAYA (KDS ) ODHA MELALUI PEMBERIAN ANEKA KETRAMPILAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN DAN KEMANDIRIAN
Tatik Mulyati & Ninik Srijani
114 - 119
PENGELOLAAN JERAMI PADI DAN LIMBAH BAHAN ORGANIK DALAM UPAYA KEMANDIRIAN KEBUTUHAN PUPUK ORGANIK
Praptiningsih Gamawati Adinurani & Wuryantoro
120 - 126
SOSIALISASI PENCEGAHAN PENELANTARAN DAN EKSPLOITASI TERHADAP ANAK Zulin Nurchayati
Daya Mas
lIMbAh bonggol JAgungSebAgAI AlTeRnATIF MuRAh
unTuk pAkAn SApI
Anang Susanto 1) &Suryono Adi Waluyo2) 1, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun
2) Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun
Abstract
Increased productivity of livestock can be done with supplementary feeding in the form of concentrate. But the hard concentrates available and relatively expensive and not affordable by the breeder. In addition, a limited number of feed raw materials and the price also varies so necessary to find alternative feed sources, quality and cheap. Agricultural products and Plantations have waste utilization can be used to feed a cost increase of dairy cattle has been done on location Panekan Magetan with farmer groups Lembu Suro and Lembu Karyo. Order to determine the effect of concentrate / feed corn stalks to increase daily milk yield of dairy cows Giving corncobs were mixed with the concentrate can increase milk yields by 4.5 liters there is an increase of about 1.5 liters original 3-liter with standard concentrate. Revenue results for the dairy farmers increased by Rp 12,000
Keywords: Feed Cheap, Fattening, corncobs, alternative, quality
penDAhuluAn
Kabupaten Magetan dengan luas wilayah 688,85 km2 yang Kabupaten Magetan terletak di antara 7 38’ 30” Lintang selatan dan 111 20’ 30” Bujur Timur terdiri dari lahan sawah 28,297 ha, lahan pekarangan 14.106 ha, hutan rakyat 7,92691 dan hutan negara 8,947 ha, dapat menampung populasi ternak sapi potong dan perah sebanyak 37.750 ekor (BPS, 2011). Dalam mengoptimalkan usahatani pada lahan tersebut usaha pemanfaatan limbah pertanian sangat potensial untuk sapi perah. (Gayatri et.al 2005) menyatakan bahwa hasil penelitian di lapangan menunjukkan produk-produk industri peternakan dan usaha di sektor peternakan telah menyumbangkan angka
pertumbuhan ekonomi sangat mencolok. Melihat peluang strategis ini maka pemerintah daerah perlu mengambil kebijakan dan memberi kesempatan yang luas kepada usaha kecil menengah dan kelompok peternak menjadi industri biologis dimana bahan pakan yang tidak berguna yang dimiliki oleh petani dapat diberikan kepada ternak(Siregar,1995), kemudian diubah menjadi kotoran sapi yang dapat diolah menjadi pupuk organik yang berkualitas.
Pengembangan sapi perah perlu men-dapat perhatian serius mengingat permintaan susu segar terus meningkat dan tidak dapat dipenuhi di dalam negeri. Salah satu kendala yang sering dijumpai adalah rendahnya
70
Daya Mas, Volume 1 Nomor 2 September 2016
Anang Susanto & Suryono Adi Waluyoproduktivitas ternak karena kualitas pakan rendah. Di lain pihak, potensi bahan baku pakan lokal seperti limbah pertanian dan perkebunan belum dimanfaatkan. secara optimal (Ghozali, 2006). Disamping pengaruhnya yang besar terhadap produktivitas ternak, pakan juga merupakan biaya produksi yang cukup besar dalam usaha ternak. Dengan demikian, memproduksi pakan tidak hanya dituntut kelayakan dari aspek kualitas dan kecukupan nutrisi, tetapi bagaimana memproduksi pakan yang ekonomis, murah dan terjangkau oleh kemampuan para peternak.
Peningkatan produktivitas ternak dapat dilakukan dengan pemberian pakan tambahan berupa konsentrat. Namun konsentrat sulit tersedia dan harganya relatif mahal sehingga tidak terjangkau oleh peternak. Selain itu, bahan baku pakan terbatas jumlahnya dan harganya juga bervariasi sehingga perlu dicari sumber pakan alternatif, berkualitas dan murah.
Salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak adalah limbah pertanian yang meliputi limbah hasil budidaya pertanian dan limbah industri yang mengolah hasil pertanian (Rusdiana,2009). Pemanfaatan limbah pertanian sebagai bahan pakan ternak ruminansia ini penting dilakukan karena lebih dari 90 % penghasil bakalan khususnya ternak sapi didalam negeri adalah peternakan rakyat (Hermanto,1996).
Penyediaan pakan ternak yang murah dan terjamin masih jauh dari yang diharapkan. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mencari substitusi bahan baku yang harganya tinggi dengan bahan baku yang murah dan tersedia dilokasi (Rangkuti,2006). Bahan- bahan sebagai pencampur pakan tambahan cukup banyak tersedia di lokasi pengkajian, seperti dedak padi, onggok, molases dan jagung giling. Menurut Mandaka (2006),
bahan pakan lokal yang berharga murah, dapat digunakan sebagai pakan basal dan telah terbukti selain dapat menurunkan biaya ransum juga mampu meningkatkan produktivitas ternak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian konsentrat/pakan bonggol jagung terhadap pertambahan hasil susu harian sapi perah di lokasi Panekan Kabupaten Magetan.
MATeRI DAn MeToDe
Penelitian dilakukan pada Kelompok Lembu Suro dan Lembu Karyo Kabupaten Kabupaten Magetan, pada tanggal 11 April 2016 – 26 Juni 2016, selama ± 3 bulan), dengan jumlah ternak PO jantan sebanyak 25 ekor dengan bobot hidup berkisar antara 200 – 300 kg dan umur ternak yang diteliti berkisar antara 1 – 2 tahun. Pelaksanaan manajemen pemerahan dengan cara pemberian bonggol jagung pakan dan konsentrat disesuaikan dengan kebutuhan ternak. Adapun pemanfaatan ransum murah yang diberikan berupa bahan lokal yang tersedia dilokasi dan harganya relatif murah. Pengkajian dilakukan dengan 3 perlakuan pemberian pakan, sebagai berikut:
F0 = Kontrol peternak (tak menggunakan konsentrat pabrik dan tepung bonggol jagung)
F1 = Pakan murah dengan campuran bonggol jagung dan konsentrat F2 = Pakan hanya dengan konsentrat
Parameter yang diamati adalah, berat badan,hasil susu harian, dan dilanjutkan dengan pendapatan usaha tani. Pakan murah yang diberikan pada ternak sebanyak 10% dari berat badan hidup, hijauan yang diberikan berupa jerami padi dan rumput-rumputan (rumput Gajah, rumput alam). Air minum diberikan secara ad libitum.
Limbah Bonggol Jagung Sebagai Alternatif Murah Untuk Pakan Sapi Rancangan percobaan yang digunakan
adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga macam perlakuan pemberian pakan konsentrat dengan masing-masing 7 ulangan.
Tabel 1. Formulasi pakan murah dan harga bahan pakan per 1000 kg Jenis Bahan Harga Bahan (Rp/Kg) Perlakuan F1 Perlakuan F2 Komposisi
(%) Biaya (%) Komposisi (%) Biaya (%)
Dedak padi 2000 25 60.000 35 71.500
Onggok giling 1000 40 240.000 40 240.000,
Tepung bonggol Jagung 500 25 75.000 5 15.000
Bungkil kopra 1500 2 75.000 4 150.000 Bungkil kedelai 1500 2 45.000 4 90.000 Kaptan 500 2 10.000 4 20.000 Garam 600 2 12.000 2 12.000 Premix/mineral 6000 2 120.000 4 240000 Jumlah 100 637.000 100 838.000 Harga/kg 637 838
Tabel 2. Kandungan nutrien pakan yang diberikan pada ternak sapi perah
parameter Perlakuan F1 F2 Air (%) 16,607 14,722 Abu (%) 12,220 10,558 Protein (%) 12,689 8,640 Lemak (%) 3,499 5,118 Serat (%) 17,459 17,699 Karbohidrat (%) 40,522 43,262
hASIl DAn peMbAhASAn
Pakan mempunyai peranan penting dalam usaha peternakan karena pakan merupakan bagian terbesar (70%) dari total biaya produksi (Mulyana,1982). Komponen biaya pakan ini terutama untuk pakan tambahan (konsentrat)
Pemerahan susu dilakukan setiap hari 2 kali selama 3 bulan. Data dianalisis sidik ragam, bila berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT).
yang pemberiannya dapat mencapai 60 – 80% dari jumlah pakan. Untuk menekan biaya adalah dengan pemberian ransum dari bahan pakan yang tersedia secara lokal dan relatif murah harganya. Formulasi pakan murah dan harga bahan pakan per 1000 kg, menurut
72
Daya Mas, Volume 1 Nomor 2 September 2016
Anang Susanto & Suryono Adi Waluyopetunjuk (Mukson,2009), Hasil dapat dilihat pada tabel 1.
Laju pertambahan bobot hidup seekor ternak dapat dijadikan patokan untuk mengukur keberhasilan dalam suatu usaha peternakan yang ditandai dengan laju pertambahan bobot hidup yang meningkat. Usaha perbaikan budidaya diantaranya adalah melalui perbaikan nutrisi konsentrat yang diberikan. (Ramanatan, 1998). Komposisi nutrisi pakan konsentrat dapat diperbaiki dengan cara menyeimbangkan nilai nutrisi yang dikandungnya, antara kandungan protein dengan serat kasar (Hendrianto,2000) . Peningkatan bobot hidup sapi potong yang diberikan konsentrat dengan komposisi yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Peningkatan susu sapi segar pada ternaksapi perah yang diberi konsentrat
dengan bahan penyusun yang berbeda Parameter Perlakuan
F0 F1 F2
Penambahan
susu (ekor/liter) 2,5 4,5 3,5 Harga pakan per kg untuk masing-masing perlakuan F0 (Rp. 512), F1 (Rp. 637), dan F2 (Rp. 868). Diasumsikan konsumsi pakan konsentrat rata-rata 5 kg/ekor/hari sehingga pendapatan usaha peternakan dan biaya pakan yang digunakan untuk penambahan susu sapi perah adalah F0 (Rp. 2.560), F1 (Rp. 3.185), dan P2 (Rp. 4.190), dapat dilihat pada Tabel 4. Peningkatan hasil susu terbanyak dicapai pada ternak sapi perah yang diberi pakan F1, sehingga pendapatan usu dari ternak sapi perah tertinggi dicapai pada perlakuan F1 yaitu sebesar Rp. 18.000/ekor/hari.
Tabel 4. Perkiraan pendapatan peternak kooperatorpada usaha susu sapi perah dengan komposisi pakan yang berbeda
Uraian Jumlah (Rp) F0 F1 F2 Pakan Konsentrat 512 637 838 Peningkatan Susu 10.000 18.000 14.000 A. penerimaan usaha sapi perah rakyat
Peternak sapi perah di kawasan sekitar hutan mempunyai penerimaan dari hasil penjualan susu diperoleh dari perkalian antara jumlah susu selama satu periode laktasi dengan rata-rata harga susu selama periode laktasi tersebut. Penerimaan lainnya berasal dari penjualan pedet jantan dan penjualan sapi-sapi yang sudah tidak produktif lagi (sapi afkir) serta penjualan karung bekas dalam waktu 1 tahun. Peternak di Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan pada umumnya belum memanfaatkan limbah kotoran ternak sebagai tambahan penghasilan. Perhitungan penerimaan dan biaya berdasarkan prinsip usaha tani yang dihitung secara riil/cash dan yang diperhitungkan (Hernanto, 1996). Rata-rata jumlah sapi laktasi sebesar 3,17 UT, sapi kering sebesar 0,32 UT, sapi dara sebesar 0,45 UT, dan pedet sebesar 0,43 UT. Berdasarkan analisis usaha tani, rerata penerimaan peternak sebesar Rp10.513.000/UT per tahun atau Rp 920.126,5/UT per bulan.
Hasil peternak dapat menerima pe-masukan dari sumber lain selain penjualan susu diantaranya dari penjualan, pedet, sapi afkir dan karung bekas. Hartono (2006) menyatakan bahwa penerimaan usaha sapi perah terdiri dari penjualan susu, penjualan pedet yang tidak dibesarkan, penjualan sapi-sapi yang sudah tidak produktif dan penjualan pupuk kandang.
Jumlah penerimaan yang dihasilkan oleh peternak lebih tinggi dari pendapat Mukson et al (2009) yang menyatakan bahwa
Limbah Bonggol Jagung Sebagai Alternatif Murah Untuk Pakan Sapi penerimaan dari usaha ternak sapi perah di
Kabupaten Magetan sebesar Rp10.390.000/ UT/th. Rusdiana dan Praharani (2009) me-nyatakan bahwa penerimaan usaha sapi perah rakyat di Kabupaten Magetan sebesar Rp 10.960.000 /UT/th.
b. biaya usaha sapi perah rakyat
Biaya tetap yang dikeluarkan peternak meliputi penyusutan ternak, penyusutan kandang, penyusutan peralatan, biaya listrik dan air, dan PBB. Biaya tidak tetap yang dikeluarkan oleh peternak meliputi biaya pakan, ongkos IB, biaya peralatan, dan obat -obatan. Rata-rata biaya produksi peternak sebesar Rp9.750.000/UT/th atau Rp 781.000 /UT/bl. Rata-rata biaya produksi ber-asal dari rata-rata biaya tetap sebesar Rp 975.000 /UT/ th atau Rp 70.500/UT/bl dan biaya variabel sebesar Rp8.250.000/UT per tahun atau Rp732.000/UT per bulan.
Biaya produksi yang dikeluarkan selama periode produksi meliputi biaya tetap dan biaya variabel (Suryanto, 1993). Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa besarnya sumbangan biaya tetap terhadap total biaya produksi sebesar 8,98% dan besarnya sumbangan biaya tidak tetap yaitu pakan terhadap total biaya produksi sebesar 90,07%. Yusdja et al (1995) menyatakan bahwa biaya pakan usaha sapi perah dapat mencapai 62,5% dari total biaya produksi.
C. pendapatan usaha sapi perah rakyat Pendapatan adalah selisih antara pe-ne rimaan dengan biaya total. Untuk memperoleh laba maka jumlah penerimaan harus lebih besar dari total biaya. Peternak yang merugi disebabkan karena penggunaan biaya yang tinggi dan tidak diimbangi dengan penerimaan yang tinggi pula. Cara untuk mengukur keberhasilan usaha salah satunya dengan analisis R/C rasio yang merupakan pembagian antara penerimaan dengan biaya
produksi yang digunakan untuk menjalankan usaha. Besar kecilnya nilai R/C rasio tergantung pada penerimaan dan biaya produksi yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha. Kriteria suatu usaha dapat dikatakan menguntungkan apabila perbandingan antara R (penerimaan) dengan C (biaya) atau R/C bernilai lebih besar dari satu. Rata-rata pendapatan yang diperoleh peternak di Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan sebesar Rp1.950.000 /UT/ th atau Rp162.500/UT/bl. Menurut Soekartawi (2002), pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan semua biaya produksi. Nilai rata-rata pendapatan per peternak di Kabupaten Magetan sebesar Rp15.950.000/ th atau Rp1.329.000/bl dapat dikatakan cukup
keSIMpulAn
Pemanfaatan pakan murah dapat me-ningkatkan kadar susu ternak sapi perah tertinggi sebesar 1,5 liter/ekor/hari pada ternak yang diberi pakan konsentrat F1, yang sebagian besar terdiri dari tepung janggel jagung, dedak padi dan onggok giling, konaentrat,. Perlakuan F1 dapat meningkatkan pendapatan peternak tertinggi sebesar Rp. 18.000/ekor/hari
DAFTAR puSTAkA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Magetan 2011. Kabupaten Magetan dalam Angka. Kabupaten Magetani, Magetan.
Gayatri, S., A. Setiadi, Isbandi, dan K. Budiraharjo. 2005. Analisis ekonomi pemberian kredit sapi terhadap tingkat pendapatan peternak sapi perah di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Semarang Ghozali, I. 2006. Aplikasi Multivariate dengan
Program SPSS Cetakan IV. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
74
Daya Mas, Volume 1 Nomor 2 September 2016
Anang Susanto & Suryono Adi WaluyoHartono, B. 2006. Ekonomi rumahtangga peternak sapi perah : Studi kasus di Desa Pandesari Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. J. Anim. Prod. 8: 226-232
Hendarto, R. M. 2000. Analisis Potensi Daerah dalam Pembangunan Ekonomi. Makalah Diklat. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.
Hernanto, F.1996. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta.
Mandaka, S. dan M. P. Hutagaol. 2005. Analisis fungsi keuntungan, efisiensi ekonomi dan kemungkinan skema kredit bagi pe-ngembangan skala usaha peternakan sapi perah rakyat di Kelurahan Kebon Pedes, Kota Bogor. Jurnal Agro Ekonomi 23: 191-208.
Muliayana,W. 1982. Pemeliharaan dan Kegunaan Ternak Sapi Perah. Aneka Ilmu, Semarang.
Mukson, T. Ekowati, M. Handayani, dan D. W. Harjanti. 2009. Faktor-faktor yang mem-pengaruhi kinerja usaha ternak sapi perah rakyat di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan. Magister Ilmu Ternak. Semarang 20 Mei 2009. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Hal: 25-37.
Ramanathan, R. 1998. Introductory Econometrics with Application. Fourth Editions. University of California, San Diego.
Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Rusdiana, S. dan W. K. Sejati. 2009. Upaya pengembangan agribisnis sapi perah dan peningkatan produksi susu melalui pemberdayaan koperasi susu. Jurnal Agro Ekonomi 27: 43-51.
Rusdiana, S. dan L. Praharani. 2009. Profil analisis usaha sapi perah di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Daya Saing Agribisnis Berorientasi Kesejahteraan Petani. Bogor, 14 Oktober 2009. Departemen Pertanian. Hal: 41-58. Siregar, S. 1995. Sapi Perah. Penebar Swadaya.
Daya Mas
penIngkATAn pRoDukTIFITAS DAn nIlAI TAMbAh JAgung
SebAgAI poTenSI lokAl DI DuSun keDungbRubuS
Moh Arif bakhtiar e
Dosen Pengajar – Program Studi Teknik Sipil– FT Unmer Madiun email: arif_bakh@yahoo.com
Abstract
Kedungbrubus is a new relocation hamlet over from the old Kedungbrubus that has now be converted into Kedungbrubus reservoir . Relocation started since 2005, but until now the new Kedungbrubus hamlet could not take a water from that reservoir to irigate their farmland. Actually, The District Government of Madiun had built a pump wells with a large capacity complimented with tertiary channel to flow the water from this reservoir to their farmland. But since built in 2008 until 2015 the community has not been able to enjoy the irrigation water from Kedungbrubus reservoir.The agricultural land of Kedungbrubus reached 40 Ha , which potential for paddy and corn.The average of their crops of corn so far reached 500 tons per year. But farmers sold most of that corn in the form of grains corn and so far farmers grained the corn used traditional or manual ways so that their productivity is very low , and the selling price was less favorable . The concept of KKN PPM activities implemented solutions from upstream to downstream , namely starting from irrigation to change rain-fed rice fields become an irrigation farm field until corn processing in the aftermath of the harvest . The target of KKN PPM activities is that the water from Kedungbrubus reservoir can be immediately distributed to agricultural land in New Kedungbrubus hamlet, to increase the agricultural productivity, and increase in value selling agricultural production in this matter is corn.Held in the KKN-PPM activities include: ( 1 ) advocate to Local Government associated diversion management rights of Kedungbrubus reservoir from the Central Government through the management of by Balai Besar Wilayah Sungai ( BBWS ) Bengawan Solo to the District Government Madiun so that the farmer can be a beneficial owner of the irigation from Kedungbrubus reservoir, ( 2 ) to introduce a system of sprinkler irrigation , a method of irrigation by pressurized pump. This method can be used in case of water reservoirs cannot use by its gravity, so that we need for the deep wells construction, ( 3 ) to increase the value of selling by processing corn to grains corn and cornmeal through task of procuring / grains engine and a steamroller cornmeal, and ( 4 ) processing cornmeal to be a special meal of local product.
Keyword : Kedungbrubus, corn, productivity
penDAhuluAn A. Analisis Situasi
Desa Bulu Kecamatan Pilangkenceng Madiun terletak di bagian Utara wilayah
Kabupaten Madiun, atau sekitar 45 Km dari Kampus Universitas Merdeka Madiun. Secara geografis, wilayah Desa Bulu berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bojonegoro di
Moh Arif Bakhtiar E
76
Daya Mas, Volume 1 Nomor 2 September 2016
sebelah Utara, desa Duren di sebelah Selatan, desa Dawuhan di sebelah Timur, dan Desa Kenongorejo di sebelah Barat.
Desa Bulu termasuk memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tidak terlalu tinggi bahkan tergolong rendah. Rasio antara jumlah penduduk dengan luas wilayah hanya 24,2 jiwa per Ha lahan. Jumlah penduduk mencapai 4194 jiwa, lebih banyak penduduk perempuan. Dilihat dari komposisi usia, jumlah penduduk dengan usia produktif jauh lebih banyak dibanding usia non produktif. Dengan demikian bisa menjadi modal dasar pembangunan yang memadai, mengingat wilayah Desa Bulu masih banyak penduduk miskin sehingga diperlukan tenaga-tenaga produktif untuk melaksanakan pembangunan dan meningkatkan perekonomian setempat berbasis potensi lokal yang ada.
Dusun Kedung Brubus Baru merupakan dusun baru hasil relokasi dari Dusun Kedung Brubus lama yang telah dialihfungsikan menjadi Waduk Kedung Brubus. Relokasi dilaksanakan pada tahun 2005 sejalan dengan pelaksanaan proyek besar pembangunan waduk Kedung Brubus. Pembangunan waduk Kedung Brubus ini memang sangat diperlukan mengingat sebagian besar area pertanian di wilayah Utara Kabupaten Madiun merupakan area pertanian tadah hujan.
Jumlah penduduk Dusun Kedungbrubus Baru sebanyak 192 Kepala Keluarga atau 645 jiwa dengan mata pencaharian utama bertani, karena 100% penduduk Dusun Kedung Brubus Baru berprofesi sebagai Petani dan buruh tani. Luas lahan Dusun Kedungbrubus Baru mencapai lebih dari 40 Ha yang potensial untuk persawahan dan budidaya jagung. Dalam masa panen jagung bisa mencapai 100 ton per panen per tri wulan. Itupun hanya pada musim penghujan, karena pada musim kemarau, petani tidak bisa bercocok tanam, karena sistem pertaniannya tadah hujan.
Jadi, sebenarnya hasil pertanian di Dusun Kedungbrubus Baru masih sangat potensial untuk lebih dikembangkan jika pengairan pada musim kemarau tercukupi.
Dusun Kedungbrubus Baru me rupa-kan dusun baru hasil relokasi dari Dusun Kedungbrubus lama yang kini telah di-alihfungsikan menjadi Waduk Kedungbrubus. Relokasi telah dilakukan sejak tahun 2005, dan hingga saat ini penduduk Dusun Kedungbrubus Baru belum bisa sepenuhnya memanfaatkan air waduk untuk lahan pertanian mereka. Pemerintah Kabupaten Madiun sebenarnya sudah membangun sumur pompa dengan kapasitas besar untuk mengalirkan air waduk ke lahan masyarakat Kampung Kedung Brubus Baru. Selain itu, saluran tersier juga sudah dibangun menuju ke area perkampungan. Namun sejak dibangun pada tahun 2008, hingga tahun 2015 ini masyarakat belum bisa menikmati irigasi dari air waduk Kedung Brubus.
MeToDe
Diperlukan usaha yang nyata untuk melakukan pemecahan masalah di Dusun Kedung Brubus Baru dengan me mak-simalkan potensi masyarakat dan sumber daya alam setempat. KKN PPM sebagai salah satu kegiatan yang dapat mens-timulasi pemecahan masalah kawasan relokasi tersebut bertujuan diantaranya bagi mahasiswa dapat menerapkan ke-ilmuan yang didapat diperkuliahan untuk diterap kan di masyarakat, bagi pemerintah dapat mengurangi permasalahan sosial sebagai dampak dari pembangunan waduk Kedungbrubus dan bagi masyarakat dapat menumbuhkan kemampuan dan ke ber-samaan dalam memanfaatkan potensi lokal dalam hal ini jagung guna meningkatkan pendapatan.
Target kegiatan KKN PPM adalah air dari waduk Kedung Brubus bisa segera dialirkan
Peningkatan Produktifitas dan Nilai Tambah Jagung ke lahan-lahan pertanian di Dusun Kedung
Brubus Baru, terjadipeningkatan produktivitas pertanian dan peningkatan nilai jual produksi pertanian dalam hal ini adalah jagung.
Program yang akan dijalankan dalam kegiatan KKN-PPM untuk membantu masyarakat ini terdiri dari pertama me-lakukan advokasi kepada Pemerintah Daerah terkait pengalihan hak pengelolaan waduk Kedung Brubus dari Pemerintah Pusat melalui pengelolaan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo ke Pemerintah Kabupaten Madiun sehingga aliran air dari waduk Kedung Brubus bisa dialirkan ke Dusun Kedung Brubus baru, kedua peningkatan nilai jual dengan mengolah jagung menjadi jagung pipilan dan tepung jagung melalui pengadaan alat/mesin pipil jagung dan mesin giling tepung jagung, dan ketiga, pengolahan tepung jagung menjadi produk makanan khas lokal.
hASIl DAn peMbAhASAn A. hasil
Berdasar program kegiatan yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Hampir semua target luaran yang di-rencanakan sudah dapat dicapai sebagai-mana yang diharapkan. Baik Kepala Desa, perangkat desa dan masyarakat dapat merasakan manfaat dari kinerja mahasiswa KKN PPM 2015 yang program-programnya dirancang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan didasarkan pada kebutuhan mendasar masyarakat. 2. Terjadi over target pada program kerja
advokasi kewenangan pengelolaan sumur pompa air waduk Kedung Brubus, dimana target luaran direncanakan hanya sampai pada adanya perhatian serius Pemerintah Daerah terkait alih kewenangan pengelolaan air dari
BBWS Bengawan Solo ke Pemerintah Kabupaten Madiun. Setelah dilaksanakan proses advokasi ternyata ditindaklanjuti dengan pembentukan Himpunan Petani Pengguna Air (HIPPA) “Tirta Sejahtera” dan pengelolaan sumur pompa air waduk diserahkan dari Dinas PU Pengairan Pemerintah Kabupaten Madiun kepada pengurus HIPPA
3. Dengan keberhasilan program advokasi kewenangan pengelolaan sumur pompa air waduk, maka dengan sendirinya kegiatan pengenalan sistem irigasi Sprinkler dan pembangunan sumur pompa dalam dihentikan, karena per-masalahan air irigasi pertanian sudah teratasi.
4. Target peningkatan nilai jual jagung tercapai dengan pembuatan mesin pipil dan mesin giling jagung yang diserahkan kepada Kelompok Tani, karena dengan keberadaan mesin pipil dan mesin giling jagung ini yang semula petani menjual jagung dalam bentuk glondongan dapat dijual dalam bentuk pipilan dan dalam bentuk tepung jagung siap pakai.
5. Terjadi over target pada program pe-ningkatan nilai jual jagung, dimana pada awalnya ditargetkan hanya pen-jualan jagung dalam bentuk pipilan dan tepung jagung siap pakai, tetapi dalam pelaksanaannya dapat dibentuk kelompok usaha mikro sebagai salah satu bidang usaha Koperasi Wanita Tani Desa Bulu, yakni pembuatan aneka makanan kecil berbahan baku jagung.
6. Kegiatan non program yang dilaksanakan disusun berdasarkan kebutuhan di-lapangan setelah melaksanakan observasi dan disesuaikan dengan kebutuhan dan permintaan masyarakat.
Moh Arif Bakhtiar E
78
Daya Mas, Volume 1 Nomor 2 September 2016
b. pembahasan
1. Advokasi Kewenangan Pengelolaan Irigasi Waduk
Sejak dilakukan relokasi warga Kedung Brubus ke Kampung Kedung Brubus Baru di desa Bulu Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun pada tahun 2005, warga setempat belum pernah merasakan manfaat dari pembangunan Waduk Kedungbrubus. Oleh karena itu, Tim Advokasi KKN PPM Desa Bulu tahun 2015 melakukan tahapan-tahapan advokasi yang dimulai dari observasi dan penggalian data dan informasi dari warga masyarakat, perangkat desa setempat, Pim-pinan DPRD Kabupaten Madiun, dan Dinas PU Pengairan Pemerintah Kabupaten Madiun.
Selain menggali informasi dari warga, mahasiswa juga menggali informasi dari perangkat desa setempat untuk mengetahui sejarah dan kronologi pembangunan Waduk Kedung Brubus yang sudah dilakukan sejak tahun 2005 namun hingga tahun 2015 warga belum bisa menikmati air waduk untuk mengairi lahan pertanian mereka.
Setelah menggali informasi, mahasiswa menyampaikan ke pimpinan DPRD Kabupaten Madiun untuk mendapat dukungan, dan kemudian difasilitasi berkomunikasi dan dipertemukan dengan Kepala Dinas PU Pengairan Pemerintah Kabupaten Madiun.
Gambar 1. Pertemuan dengan Kepala PU Pengairan di Fasilitasi Pimpinan DPRD
Sebagai tindak lanjut dari advokasi ke DPRD dan Dinas PU Pengairan, dilakukan sosialisasi mengenai irigasi waduk Kedung Brubus. Pada awalnya, Tim Advokasi hanya meminta Dinas PU Pengairan untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat Kedung Brubus Baru mengenai alasan air belum bisa mengairi lahan pertanian mereka dan mengenai status kewenangan pengelolaan waduk, serta status keberadaan mesin pompa yang terletak di wilayah pertanian Kedung Brubus Baru. Namun di luar dugaan, pada saat sosialisasi selain memberikan penjelasan mengenai kewenangan pengelolaan air waduk, petugas dari Dinas PU Pengairan langsung meminta mahasiswa memfasilitasi pembentukan pengurus HIPPA dan menyerahkan peng-elolaan mesin pompa kepada pengurus HIPPA yang baru dibentuk
Gambar 2. Sosialisasi dilanjutkan dengan pembentukan HIPPA “Tirta Sejahtera” Setelah pembentukan Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) “Tirta Sejahtera” kemudian dilakukan serah terima pengelolaan mesin pompa air waduk kepada pengurus HIPPA. Serah terima ditandai dengan penandatanganan Berita Acara Serah Terima Sumur dan pengoperasian mesin pompa air untuk pertama kalinya sejak dibangun tahun 2008 dan belum sekali pun dinyalakan hingga tahun 2015. Kini, mesin pompa air sudah dalam pengelolaan HIPPA “Tirta Sejahtera” Kampung Kedung Brubus Baru.
Peningkatan Produktifitas dan Nilai Tambah Jagung Selain telah diserahterimakan, mahasiswa
juga melengkapi dengan legal aspect kepengurusan HIPPA dengan mendaftarkan Akta Notaris, serta menyusun Standart Operational Procedure (SOP) pemakaian dan pengoperasian mesin pompa air
Gambar 3.
Pengoperasian Perdana Mesin Pompa Air 2. Pengolahan Jagung Pasca Panen
Seperti diketahui produk utama pertanian di Kampung Kedung Brubus Baru adalah jagung dengan total produksi jagung setiap tahun mencapai 500 ton. Hampir semua lahan pertanian yang dimiliki warga ditanami jagung sebagai komoditas utama dan ketela pohon sebagai komoditas lainyang ditanam menjelang musim kemarau.
Gambar 4. Jagung sebagai Komoditas Unggulan Kedung Brubus
Selama ini, warga menjual dalam bentuk bonggolan sehingga nilai jual rendah. Oleh karena itu, solusi yang ditawarkan adalah
pengolahan jagung pasca panen menjadi jagung pipilan dan tepung jagung siap pakai sehingga nilai jual jagung meningkat.
Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan penggalian informasi dari warga, survey mengenai jenis mesin, termasuk perancangan mesin pipil dan mesin giling.
Gambar 5. Menggali Informasi dan Merancang Mesin Pipil dan Mesin Giling
Setelah melakukan perancangan mesin, pengukuran bonggol jagung, dan pembelian material pembuatan mesin, kemudian dilakukan perakitan dan pembuatan mesin pipil dan mesin giling sesuai dengan model dan desain yang dirancang sesuai untuk kebutuhan di Dusun Kedung Brubus Baru.
Pembuatan mesin dilakukan di bengkel dan dibantu oleh tukang. Setelah mesin selesai dibuat dan dibawa ke Kampung Kedung Brubus Baru, kemudian dilakukan pelatihan cara pemakaian dan perawatan. Pelatihan dilakukan sendiri oleh mahasiswa.
Moh Arif Bakhtiar E
80
Daya Mas, Volume 1 Nomor 2 September 2016
Selain pelatihan pemakaian mesin, juga dilakukan penandatanganan Berita Acara serah terima kepada Kelompok Tani setempat. Seperti halnya serah terima pengelolaan mesin pompa air, serah terima mesin pipil dan mesin giling disertai dengan penyerahan Standart Operational Procedure (SOP) tata cara pemakaian dan pengoperasian mesin dengan harapan mesin pipil dan mesin giling bisa dilakukan secara prosedural dan tertib sehingga menjamin mesin dalam kondisi terawat dan tidak menimbulkan masalah.
Gambar 7. Penandatanganan Berita Acara Serah Terima
Ke depan, diharapkan petani tidak lagi menjual jagung dalam bentuk bonggolan melainkan dalam bentuk pipilan dan tepung sehingga selain meningkatkan nilai jual juga menumbuhkan usaha mikro berbasis potensi lokal. Dengan demikian, menjadikan jagung sebagai komoditas unggulan yang memiliki nilai tambah, bukan sesuatu yang tidak mungkin.
Oleh karena itu, selain membentuk kepengurusan Kelompok Tani Pemakai Mesin Pipil, sekaligus dibentuk Kelompok Usaha Mikro yang memproduksi tepung jagung. 3. Peningkatan Nilai Tambah Jagung
Setelah di panen, biasanya jagung di jual langsung dalam bentuk bonggolan karena biasanya masyarakat ingin segera mendapatkan uang. Hal ini membuat nilai
jual jagung turun pada saat masa panen. Dengan adanya bantuan mesin pipil dan mesin giling, diharapkan masyarakat bisa menahan penjualan jagung dan mengolah sendiri menjadi jagung pipilan dan tepung jagung sehingga nilai jual tetap tinggi.
Selain mendorong penjualan jagung pipilan dan tepung jagung, mahasiswa KKN PPM di Kampung Kedung Brubus Baru juga memanfaatkan tepung jagung hasil produksi petani untuk di olah menjadi makanan kecil yang dapat diserap pasar. Berbagai resep di uji coba sehingga akhirnya menemukan makanan yang cocok, murah, dan mudah membuat namun digemari pasar, yakni mengolah menjadi brownies jagung, cheese stick jagung, dan kue kering jagung.
Gambar 7. Uji coba resep sebelum pelatihan Setelah menemukan resep yang tepat dan melalui beberapa kali uji coba sehingga menghasilkan produk makanan yang siap jual, kemudian dilakukan pelatihan bagi anggota Koperasi Wanita Tani desa Bulu. Dipilihnya ibu-ibu anggota Koperasi Wanita Tani sebagai penerima pelatihan dengan maksud agar dengan bertumbuhnya usaha mikro yang berkembang dari anggota koperasi, dapat membantu proses pemasaran dan menjamin keberlangsungan produksi.
Selain pelatihan pembuatan makanan kecil, juga diberikan pelatihan manajemen keuangan dan manajemen usaha. Diharapkan
Peningkatan Produktifitas dan Nilai Tambah Jagung usaha makanan olahan berbasis jagung
ini nantinya akan berkembang dan dapat menjadi sumber penghasilan lain bagi rumah tangga-rumah tangga petani sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
Gambar 8. Pelatihan Pengolahan Jagung dan Manajemen Keuangan
Dengan dilakukan pelatihan pengolahan makanan berbahan baku tepung jagung serta pelatihan manajemen pengelolaan keuangan usaha mikro ini diharapkan usaha mikro yang dibentuk dibawah koperasi wanita tani ini dapat berkembang dan menghasilkan produk-produk bernilai jual tinggi, dan bila memungkinkan dapat menghasilkan inovasi-inovasi produk olahan lain yang lebih mengikuti selera pasar. Dan yang lebih penting lagi menjadikan makanan berbahan jagung ini sebagai makanan khas daerah, dan menjadi ikon Kampung Kedung Brubus Baru.
Gambar 9.
Aneka makanan olahan berbahan jagung
keSIMpulAn DAn SARAn A. kesimpulan
Pada awalnya, rencana program yang akan dijalankan dalam kegiatan KKN-PPM adalah untuk membantu masyarakat ini terdiri dari pertama melakukan advokasi kepada Pemerintah Daerah terkait pengalihan hak pengelolaan waduk Kedung Brubus dari Pemerintah dari pengelolaan waduk oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo ke Pemkab Madiun sehingga aliran air dari waduk Kedung Brubus bisa dialirkan ke Dusun Kedung Brubus baru, kedua peningkatan nilai jual dengan mengolah jagung menjadi jagung pipilan dan tepung jagung pengadaan alat / mesin pipil jagung dan mesin giling tepung jagung, ketiga, pengolahan tepung jagung menjadi produk makanan khas lokal.
Hal ini sesuai dengan rencana target luaran Luaran kegiatan KKN-PPM 2015 di
Moh Arif Bakhtiar E
82
Daya Mas, Volume 1 Nomor 2 September 2016
Desa Bulu khususnya di Kampung Kedung Brubus Baru sebagaimana disampaikan dalam rencana kegiatan adalah (1) Adanya perhatian serius dari pemerintah daerah terkait kewenangannya dalam pengelolaan air waduk Kedungbrubus, (2), munculnya usaha mikro pengolahan jagung menjadi jagung pipilan dan tepung jagung siap jual;dan (3) Diharapkan usaha makanan olahan berbasis jagung ini nantinya akan berkembang dan dapat menjadi sumber penghasilan lain bagi rumah tangga-rumah tangga petani sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat
Berdasar program kegiatan yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Hampir semua target luaran yang diren-canakan sudah dapat dicapai sebagai-mana yang diharapkan. Baik Kepala Desa, perangkat desa dan masyarakat dapat merasakan manfaat dari kinerja mahasiswa KKN PPM 2015 yang program-programnya dirancang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan didasarkan pada kebutuhan mendasar masyarakat. 2. Terjadi over target pada program kerja
advokasi kewenangan pengelolaan sumur pompa air waduk Kedung Brubus, dimana target luaran direncanakan hanya sampai pada adanya perhatian serius Pemerintah Daerah terkait alih kewenangan pengelolaan air dari BBWS Bengawan Solo ke Pemerintah Kabupaten Madiun. Setelah dilaksanakan proses advokasi ternyata ditindaklanjuti dengan pembentukan Himpunan Petani Pengguna Air (HIPPA) “Tirta Sejahtera” dan pengelolaan sumur pompa air waduk diserahkan dari Dinas PU Pengairan Pemerintah Kabupaten Madiun kepada pengurus HIPPA
3. Dengan keberhasilan program advokasi kewenangan pengelolaan sumur pompa air waduk, maka dengan sendirinya kegiatan pengenalan sistem irigasi Sprinkler dan pembangunan sumur pompa dalam dihentikan, karena per-masalahan air irigasi pertanian sudah teratasi.
4. Target peningkatan nilai jual jagung tercapai dengan pembuatan mesin pipil dan mesin giling jagung yang diserahkan kepada Kelompok Tani, karena dengan keberadaan mesin pipil dan mesin giling jagung ini yang semula petani menjual jagung dalam bentuk glondongan dapat dijual dalam bentuk pipilan dan dalam bentuk tepung jagung siap pakai.
5. Terjadi over target pada program pe-ningkatan nilai jual jagung, dimana pada awalnya ditargetkan hanya penjualan jagung dalam bentuk pipilan dan tepung jagung siap pakai, tetapi dalam pelaksanaannya dapat dibentuk kelompok usaha mikro sebagai salah satu bidang usaha Koperasi Wanita Tani Desa Bulu, yakni pembuatan aneka makanan kecil berbahan baku jagung.
b. Saran
Berdasarkan simpulan diatas kegiatan-kegiatan baik kegiatan-kegiatan yang merupakan program kerja KKN PPM 2015 maupun kegiatan non program, perlu dilakukan hal-hal berikut :
1. Perlu adanya penguatan kelembagaan HIPPA “Tirta Sejahtera” yang baru saja dibentuk dengan berbagai kegiatan terutama pembinaan keorganisasian sehingga keberadaan HIPPA menjadi lebih bermanfaat bagi masyarakat dan kontinuitas kegiatan dapat terjamin. 2. Terbentuknya HIPPA yang dilengkapi
dengan Akta Notaris, struktur organisasi kepengurusan, dan SOP Pemakaian Air
Peningkatan Produktifitas dan Nilai Tambah Jagung perlu dikembangkan menjadi kelompok
masyarakat yang dapat mengakses berbagai hibah bantuan sosial baik dari lembaga Pemerintah maupun non Pemerintah sehingga kemanfaatan HIPPA menjadi lebih maksimal
3. Perlu dikembangkan tanam jagung dengan bibit unggul yang memungkinkan hasil panen yang lebih berlimpah, masa tanam yang lebih singkat, dan kualitas hasil yang lebih baik. Bisa juga dikembangkan penanaman jagung varian lain yang lebih bernilai jual tinggi.
4. Dengan tersedianya irigasi yang sudah dikelola HIPPA setempat, perlu dikem-bangkan pertanian untuk komoditas di luar jagung dalam rangka meningkatkan kesejahteraan warga petani, diversifikasi komoditas yang sesuai dengan situasi dan kondisi wilayah.
5. Perlu pendampingan dalam pengelolaan jagung pasca panen, sehingga dapat menjaga kualitas produksi dan menjaga kestabilan harga jual.
6. Perlu bantuan dalam hal penetrasi pasar untuk produk-produk pangan olahan berbasis jagung
DAFTAR puSTAkA
Anonim, (2001), Metode Irigasi Springkler, Dinas Pengelolaan SDA Propinsi Jawa Barat
Gittinger, J.P,(1986), Analisa Potensi Wilayah. UI-Press, Jakarta.
Mubyarto,(1994), Pengantar Pemberdayaan Masyarakat, LP3ES Jakarta
Daya Mas
Media Komunikasi dan Informasi Hasil Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Volume 1 Nomor 2 September 2016; ISSN : 2502-7034
IbM keloMpok TAnI TenTReM RAhAyu DAn keloMpok gARuDA TAnI
keCAMATAn kenDAl kAbupATen ngAWI
endang Murti1), Agus Wiyaka2)
1&2 Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Merdeka Madiun
Abstract
In District Kendal Ngawi there are two (2) partners farmer groups engaged in farming ginger, ie farmer groups and groups Tentrem Rahayu Garuda Tani. Farmers Group Tentrem Rahayu in the village of Ngawi Kendal Simo districts with members beijumlah 30 people while the Garuda farmer in the village of Ngawi Kendal Ploso districts with members beijumlah 45 people. During these activities that have been carried both groups were farmed medicinal especially ginger. Simo village farmers and villagers planted ginger Ploso with one crop in a year but with abundant harvests. With limited knowledge of rural communities and villages Ploso Simo does not know how to process the harvest of ginger so many middlemen who come dori other areas to buy ginger. Potential village abundant with a land area of about 10 hectares could produce 5 tons of ginger per year, marketing sale of crude to middlemen at very cheap prices, with education members are mostly elementary school (SD) and the average income of the average monthly income of results of operations ranging between Rp 250,000 s / d Rp 550,000 is still far below the minimum wage. It is evocative of the proposer to empower teams in both groups by providing socialization, counseling and training the manufacture of beverages instant ginger powder using a processing engine that is assembled to save money and can produce instant ginger powder in large numbers. After the implementation of science and technology program for the Community can conclude the results of the following activities: (1) The public response to the program was very good IbM. This is demonstrated by the enthusiasm the community at any time of survey, socialization and training; (2) Having carried out the transfer of knowledge to the group IbM partners ‘TENTREM RAHAYU’ and groups ‘’ GARUDA FARM “, in the form of aplikasasi TTG manufacture instant ginger; (3) has been conducted training Instant Ginger processing or manufacturing of partners; and (4) has been implemented effective business management counseling in order to market products Instant Ginger.
penDAhuluAn
Desa Simo dan Desa Ploso Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi terletak di sebelah selatan Kabupaten Ngawi berjarak 35 Km dengan waktu tempuh 1 jam. Kondisi tanah Kecamatan Kendal berbukit dan jumlah
penduduknya 10.796 jiwa, punya potensi untuk berkembang, tapi kenyataannya pertumbuhannya relatif lamban dibandingkan desa lainnya, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yang kurang mendukung, diantaranya kurangnya informasi pembangunan yang masuk desa, belum berkembangnya teknologi
IbM Kelompok Tani Tentrem Rahayu Dan Kelompok Garuda Tani pedesaan, sedikitnya kaum wanita pedesaan
yang berperan dalam pembangunan serta faktor lainnya, akibatnya pertumbuhan di berbagai sektor relatif lambat, diantaranya bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan dan sektor lainnya.
Padahal di Desa Simodan Ploso Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi merupakan daerah yang sangat berpotensi dengan tanaman jahe. Penanaman jahe sangatlah mudah pertumbuhannya dan tidak perlu perawatan khusus sudah menghasilan buah yang maksimal.
Hampir setiap kebun di kedua desa tersebut ditanami jahe. Para petani desa Simo dan desaPloso menanami jahe dengan satu kali panen dalam setahun tetapi dengan hasil panen yang melimpah. Dengan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki masyarakat desa Simo dan desa Ploso tidak tahu cara mengolah jahe sehingga masa panen banyak tengkulak yang datang dari daerah-daerah lain untuk membeli jahe. Potensi desa yang berlimpah dengan luas tanah sekitar 10 Ha bisa menghasilkan 5 ton jahe per tahun, pemasarannya dijual mentah ke tengkulak dengan harga yang sangat murah. Sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan maka perlunya produk olahan dari bahan baku jahe menjadi minuman instan ekstrak jahe, dimana produk tersebut umumnya dibuat dengan mengambil sari dari rimpang jahe kemudian dilakukan pengolahan lanjut.
Besarnya potensi kesehatan dan kimia/ gizi yang terkandung dalam jahe, menggugah tim pengusul untuk mencoba menuangkan ide dan inovasi menciptakan produk baru yaitu minuman kesehatan berbentuk serbuk/ instan dengan memanfaatkan jahe. Ide pembuatan ini didasarkan pada sifat bahan yang memungkinkan untuk dapat dibuat minuman instan dengan mengacu pada proses pembuatan minuman instan secara umum. Khasiat minuman instan ekstrak
jahe dan untuk menciptakan produk yang praktis dan efisien, sehingga diharapkan diperoleh manfaat kesehatan. Hal ini didasari juga oleh tingginya kebutuhan masyarakat akan kesehatan dan kecenderungan masya-rakat untuk mengkonsumsi minuman kesehatan yang lebih praktis dan efisien, sehingga diperlukan kemudahan untuk mendapatkannya.
Di samping itu, bahan pembuatannya dapat diperoleh dengan mudah dan harga-nyapun teijangkau oleh masyarakat, karena ketersediaanya cukup banyak di pasar atau di lingkungan masyarakat sekitar. Bahan yang dimaksud adalah jahe, dan gula yang telah dipilih dengan kualitas terbaik. Hal yang mendasari penggunaan minuman instan adalah minuman instan lebih praktis karena hanya menyeduh serbuk dengan air hangat kemudian diminum. Serbuk minuman instan dapat digunakan dalam jangka lama karena berbentuk serbuk sehingga tahan dalam penyimpanan.
Keberadaan mitra akan sangat ter-pengaruh terhadap keberlangsungan model dan teknologi yang akan diterapkan di masyarakat. Disamping itu mitra juga me-mandang pentingnya manfaat teknologi terutama dalam meningkatkan ketrampilan serta kualitas produk olahan. Di Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi ada 2 (dua) mitra kelompok tani yang bergerak dalam usaha tani jahe, yaitu Kelompok tani Tentrem Rahayu dan kelompokGaruda Tani. Kelompok Tani Tentrem Rahayu berada di Desa Simo kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi dengan anggota berjumlah 30 orang sedangkan kelompok Garuda Tani berada di desa Ploso kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi dengan anggota berjumlah 45orang. Selama ini kegiatan yang telah dilakukan kedua kelompok tersebut adalah bertaniempon-empon khususnya jahe dengan pendidikan anggotanya sebagian besar Sekolah Dasar (SD) dan rata-rata pendapatan perbulan
Endang Murti & Agus Wiyaka
86
Daya Mas, Volume 1 Nomor 2 September 2016
dari hasil usaha berkisar antara Rp 250.000 s/d Rp.550.000 masih jauh dibawah UMR.
Adapun dalam menentukan persoalan prioritas yang disepakati untuk diselesaikan selama pelaksanaan kegiatan ini meliputi: (1). Pemahaman tentang pentingnya dan manfaat jahe bagi kesehatan melalui sosialisasi dan penyuluhan, (2). Melakukan pelatihan pembuatan minuman serbuk jahe instan dengan menggunakan mesin pengolahan jahe rakitan sendiri (3) Melakukan pendampingan dan pemasaran dalam keberlanjutan program.
TARgeT DAn luARAn
Dari kegiatan ini target yang diharapkan adalah:
1. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia khususnya di desa Simo dan desa Ploso kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi melalui 2 (dua) kelompok tani yaitu Kelompok ” TENTREM RAHAYU ” dan kelompok ’’GARUDA TANI’ agar selalu tumbuh motivasi dan semangat me-nerima inovasi teknologi.
2. Meningkatkan ketrampilan berwirausaha berbasis pada komoditas potensial setempat khususnya jahe menjadi produk minuman serbuk instan sehingga dapat dipergunakan sebagai alternatif dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan dan membantu pendapatan keluarga. 3. Meningkatkan cakupan kegiatan dan
kelembagaan Kelompok ” TENTREM RAHAYU ” dan kelompok ’’GARUDA TANI” di ikuti kemampuan Manajemen.
4. Merintis Kawasan wilayah Kelompok ’TENTREM RAHAYU” dan kelompok ’’GARUDA TANI” menjadi sentra Indusri Kreatif berbasis tanaman jahe.
Sedangkan luaran kegiatan IbM ini adalah artikel yang dituangkan dalam Jurnal DAYA-MAS Universitas Merdeka Madiun dan Buku
Saku tentang Pedoman Pembuatan Jahe Instan.
MeToDe pelAkSAnAAn
Metode pelaksanaan kegiatan ini berisi langkah-langkah pendekatan terhadap permasalahan diatas, langkah-langkah ter-sebut meliputi:
1. Pendekatan terhadap Desa Simo dan Desa Ploso Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawiyang merupakan sentra tanaman jahe, sehingga dapat mensinergikan kegiatan-kegiatan tersebut dengan program pemerintah daerah kabupaten Ngawi khususnya berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat.Kegiatan yang dilakukan, yaitu dengan cara sosialisasi. Adapun metode yang dipergunakan dalam sosialisasi adalah metode ceramah yaitu memberikan pemahaman kepada kelbmpok “TENTREM RAHAYU” dan kelompok “GARUDA TANI” tentang manfaat jahe bagi kesehatan dan untuk merubah perilaku dalam menambah nilai jual jahe dengan membuat menjadi minuman serbuk instan.
2. Penggunaan teknologi untuk pelatihan yang benar-benar dapat dilakukan oleh masyarakat dengan potensi yang tersedia, murah dan mudah dilaksanakan. Dalam hal ini menggunakan metode pelatihan dengan cara melatih kelompok “TENTREM RAHAYU” dan kelompok “GARUDA TANI” untuk praktek cara mengolah jahe menjadi minuman serbuk instan dengan menggunakan mesin pengolahan jahe yang dirakit sendiri.
3. Partisipasi mitra dalam pelaksanaan kegiatan program ini meliputi:
• Merencanakan jadwal dan tempat kegiatan sosialisasi /penyuluhan maupun pelatihan,
• Menyediakan bahan dan alat-alat peraga untuk pelatihan,
IbM Kelompok Tani Tentrem Rahayu Dan Kelompok Garuda Tani • Menyediakan waktu dan tenaga
selama pelaksanaan program,
• Menyiapkan unit pengelolaan keberlanjutan program,
• Membantu mengupayakan kerja-sama dalam pemasaran produk
kelAyAkAn peRguRuAn TInggI
Kinerja Lembaga pengabdian kepada masyarakat pada Universitas Merdeka Madiun selama ini sudah banyak kegiatan kerjasama yang dilakukan terutama dalam pembinaan UKM di masyarakat pada berbagai bidang. Pengalaman LPPM Unmer Madiun dalam pengabdian kepada masyarakat antara lain: 1. Kerjasama multi years dengan Perum
Jasa Tirta dalam bidang pelatihan, pen-dampingan dan pembinaan secara berkelanjutan kepada para anggota kelompok UKM pengrajin Brem Mekar Sari dan penggemukan sapi di desa Gebang , Kec. Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah, Kelompok UKM pengrajin mente, di desa Pondok, Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah.
2. Kerjasama dengan Dinas Deperindag-kopkar Kota Madiun dalam pembinaan dan pendampingan UKM di wilayah Kota Madiun
3. Kerjasama dengan Dinas Deperindag-kopkar Kabupaten Madiun dalam pem-binaan dan pendampingan UKM di wilayah Kabupaten Madiun.
4. Keejasama dengan Yayasan Damandiri Jakarta melalui Program Pos Pember-dayaan Keluarga (POSDAYA) di wilayah Kabupaten Madiun.
hASIl DAn peMbAhASAn A. hasil kegiatan
Hasil yang diperoleh dari kegiatan IbM ini adalah sebagai berikut:
1. Mitra mampu meningkatkan ketrampilan berwirausaha berbasis pada komoditas potensial setempat khususnya jahe menjadi produk minuman serbuk instan sehingga dapat dipergunakan sebagai alternatif dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan dan membantu pendapatan keluarga.
2. Mitra mampu dan memahami cara pem-buatan JAHE INSTAN sebagai alternatif minuman yang baik bagi kesehatan. 3. Mitra mampu meningkatkan cakupan
kegiatan dan kelembagaan yang diikuti denganmeningkatnya kemampuan manajemen usaha pembuatan dan pemasaran JAHE INSTAN.
4. Terwujudnya kawasan wilayah Kelompok ’TENTREM RAHAYU” dan kelompok ’’GARUDA TANI” menjadi sentra Indusri Kreatif berbasis tanaman jahe.
b. pembahasan
Desa Simodan Ploso Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi merupakan daerah yang sangat berpotensi dengan tanaman jahe. Penanaman jahe sangatlah mudah per-tumbuhannya dan tidak perlu perawatan khusus sudah menghasilan buah yang maksimal.Hampir setiap kebun di kedua desa tersebut ditanami jahe. Para petani desa Simo dan desaPloso menanami jahe dengan satu kali panen dalam setahun tetapi dengan hasil panen yang melimpah.
Dengan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki masyarakat desa Simo dan desa Ploso tidak tahu cara mengolah jahe sehingga masa panen banyak tengkulak yang datang dari daerah-daerah lain untuk membeli jahe. Potensi desa yang berlimpah dengan luas tanah sekitar 10 Ha bisa menghasilkan 5 ton jahe per tahun, pemasarannya dijual mentah ke tengkulak dengan harga yang sangat murah. Sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan maka perlunya produk olahan
Endang Murti & Agus Wiyaka
88
Daya Mas, Volume 1 Nomor 2 September 2016
dari bahan baku jahe menjadi minuman instan ekstrak jahe, dimana produk tersebut umumnya dibuat dengan mengambil sari dari rimpang jahe kemudian dilakukan pengolahan lanjut.
Besarnya potensi kesehatan dan kimia/ gizi yang terkandung dalam jahe, menggugah tim pengusul untuk mencoba menuangkan ide dan inovasi menciptakan produk baru yaitu minuman kesehatan berbentuk serbuk/ instan dengan memanfaatkan jahe. Ide pembuatan ini didasarkan pada sifat bahan yang memungkinkan untuk dapat dibuat minuman instan dengan mengacu pada proses pembuatan minuman instan secara umum. Khasiat minuman instan ekstrak jahe dan untuk menciptakan produk yang praktis dan efisien, sehingga diharapkan diperoleh manfaat kesehatan. Hal ini didasari juga oleh tingginya kebutuhan masyarakat akan kesehatan dan kecenderungan masya-rakat untuk mengkonsumsi minuman kesehatan yang lebih praktis dan efisien, sehingga diperlukan kemudahan untuk mendapatkannya.
Terdapat kendala dalam pelaksanaan kegiatan IbM ini, yaitu:
Pada awalnya masyarakat mitra kurang antusias mengikuti kegiatan IbM ini karena pernah mencoba membuat usaha
serupa tapi tidak berhasil. Mereka lebih suka menjual jahe secara langsung. Belum terjalinnya kerjasama usaha dengan
pihak lain yang mampu membimbing petani dalam mengolah dan memasarkan jahe menjadi produk olahan yang mampu meningkatkan pendapatan petani. 1. Tahapan Kegiatan IbM
• Tahap awal kami melakukan koor-dinasi dengan Kantor Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi terkait dengan pengurusan perijinan ke-giatan pengabdian masyarakat. Lihat gambar 1.
• Selanjutnya kami melakukan koor-dinasi dengan Kepala Desa Simo dan Kepala Desa Ploso Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi. Setelah melakukan koordinasi dengan pihak Kepala Desa selanjut melakukan koordinasi dan kerjasama dengan pihak mitra yaitu Kelompok ’TENTREM RAHAYU” dan kelompok ’’GARUDA TANI”.
• Dalam rangka implementasi tek-nologi tepat guna (TTG), kami membeli mesin dan alat untuk mitra berupa mesin pengolahan jahe instan seperti tampak pada gambar di bawah ini.
IbM Kelompok Tani Tentrem Rahayu Dan Kelompok Garuda Tani 2. Pelaksanaan pelatihan pembuatan Jahe
Instan
Besarnya potensi kesehatan dan kimia/ gizi yang terkandung dalam jahe, menggugah peneliti untuk mencoba menuangkan ide dan inovasi menciptakan produk baru yaitu minuman kesehatan berbentuk serbuk/ instan dengan memanfaatkan jahe. Ide pembuatan ini didasarkan pada sifat bahan yang memungkinkan untuk dapat dibuat minuman instan dengan mengacu pada proses pembuatan minuman instan secara umum.
Khasiat minuman instan ekstrak jahe dan untuk menciptakan produk yang praktis dan efisien, sehingga diharapkan diperoleh manfaat kesehatan. Hal ini didasari juga oleh tingginya kebutuhan masyarakat akan kesehatan dan kecenderungan masya-rakat untuk mengkonsumsi minuman ke-sehatan yang lebih praktis dan efisien, sehingga diperlukan kemudahan untuk mendapatkannya.
Bahan pembuatan Jahe Instan dapat diperoleh dengan mudah dan harganyapun terjangkau oleh masyarakat, karena keter-sediaanya cukup banyak di pasar atau di lingkungan masyarakat sekitar. Bahan yang dimaksud adalah jahe, dan gula yang telah dipilih dengan kualitas terbaik. Hal yang mendasari penggunaan minuman instan adalah minuman instan lebih praktis karena hanya menyeduh serbuk dengan air hangat kemudian diminum. Serbuk minuman instan dapat digunakan dalam jangka lama karena berbentuk serbuk sehingga tahan dalam penyimpanan.
3. Praktek Pembuatan Jahe Instan
Praktik pembuatan Jahe Instan dilak-sanakan di ruang pertemuan Kantor Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi Propinsi Jawa Timur.
a. Bahan yang digunakan
• Jahe½ kg
• Gula jawa secukupnya • Gula pasir 1 kg
• Kayu manis secukupnya • Air 1 liter
b. Alat yang digunakan • Parut mesin jahe • Mesin pemeras jahe • Baskom • Penyaringan • Panci • Wajan • Susruk • Sendok • Plastik • Timbangan. c. Cara Kerja • Ditimbang jahe ½ kg
• Jahe dicuci dan bagian yang busuk dibuang. Perlakuan yang sama di-lakukan juga untuk rempah lainnya • Jahe dihancurkan / diparut.
• Jahe yang sudah hancur, disaring sehingga terpisah antara filtrat (cairan)dengan ampasnya.
• Filtrat direbus dengan api sedang (apabila ditambahkan rempah-rempahlain, maka rempah tersebut direbus terpisah dengan air bersih secukupnya). Disini ditambahkan kayu manis secukupnya.
• Setelah filtrat mendidih masukkan gula pasir dengan perbandingan gula pasir : filtrate = 1:1 atau 2:1. Serta dilakukan penambahan gula jawa secukupnya.
• Lakukkan pengadukkan sampai gula terlarut sempurna, pengadukkan dilakukan sesekali saja. Filtrate akan mendidih dan menimbulkan busa.
Endang Murti & Agus Wiyaka
90
Daya Mas, Volume 1 Nomor 2 September 2016
Api kompor dikecilkan.
• Ketika busa mulai turun dan filtrate berubah menjadi tepung, matikan apidan pengadukan, dilakukkan terusmenerus dan semakin diper-cepat.
• Setelah menjadi tepung dilakukan pengayakan. Tepung yang masih menggumpal dihancurkan kemudian diayak. Pengayakan harus disele-saikan selagi jahe instant masih panas.
• Setelah proses pengayakan selesai. Jahe instant didiamkan sampai dingin.
• Setelah dingin jahe instant siap dikemas. Pengemasan dapat meng-gunakan botol plastik ataupun plastik sachet.
keSIMpulAn DAn SARAn A. kesimpulan
Setelah implementasi program Ipteks bagi Masyarakat ini dapat disimpulkan hasil-hasil kegiatan sebagai berikut:
1. Tanggapan masyarakat terhadap program IbM ini sangat bagus. Hal ini ditunjukkan dengan antusiasnya masyarakat setiap kali dilakukan survei, sosialisasi dan pelatihan.
2. Telah dilaksanakan transfer of knowledge kepada mitra IbM Kelompok ’TENTREM RAHAYU” dan kelompok ’’GARUDA TANI”, berupa aplikasasi TTG Pengolahan Jahe Instan.
3. Telah dilaksnakan pelatihan pengolahan atau pembuatan Jahe Instan kepada mitra.
4. Telah dilaksanakan penyuluhan mana-jemen usaha yang efektif dalam rangka memasarkan produk Jahe Instan.
b. Saran
Saran ini khususnya ditujukan pada mitra Kelompok ’TENTREM RAHAYU” dan kelompok ’’GARUDA TANI”, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi dan Pemerintah terkait, yaitu:
1. Mitra IbM perlu terus belajar usaha yang berbasis TTG bagi pengolahan Jahe Instan sampai dengan mampu menjual ke pasar. 2. Perlu intensifikasi dan ekstensifikasi
budidaya jahe sehingga mampu meng-hasilkan produksi lebih banyak.
3. Hendaknya dilakukan kerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk ektensifikasi budidaya jahe sehingga mampu meng-hasilkan produksi lebih banyak.
4. Hendaknya pemerintah daerah bisa memfasilitasi intensifikasi dan eks-tensifikasi budidaya jahe gajah mengingat potensi besar yang ada di wilayah kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi. Pada akhirnya diharapakan mampu meningkatkan produksi Jahe menjadi makan dan minuman olahan yang menghasilkan nilai tambah yang tinggi.
DAFTAR puSTAkA
Harry Hikmat. 2009. Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Edisi revisi, Penerbit Humaniora, Bandung.
Hemanto,Fadholi, 2005. Ilmu Usahatani,VT .Penebes Swadaya, Jakarta.
M.Cholil Masyur.2004. Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa, Penerbit Usaha Nasional, Surabaya Mubyiarto, dkk, Keswadayaan Masyarakat Desa Tertinggal, Penerbit P3PK-UGM, Yogyakarta.
Mutiani,2011, Bertanam Varietas Unggul Jahe, Penerbit Pustaka Baru Press, Yogyakarta. Prawirokusumo, Suharto,1990 Ilmu Usahatani BPFE, Jakarta.
IbM Kelompok Tani Tentrem Rahayu Dan Kelompok Garuda Tani Sukartawi, 2007. Agribisnis Teori dan
Aplikasinya. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Daya Mas
Media Komunikasi dan Informasi Hasil Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Volume 1 Nomor 2 September 2016; ISSN : 2502-7034
SoSIAlISASI lAgu – lAgu DAeRAh InDoneSIA SebAgAI upAyA MeleSTARIkAn buDAyA bAngSA
Maria Febiana Christanti
Program Studi S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Merdeka Madiun
Abstrac
art materials in primary school education is important to the child. Expertise singing, dancing, playing musical instruments, drawing, theater, and other skills need to be nurtured from an early age, with the goal of developing creativity as well as a medium of cultural preservation through art. Arts education and skills has a unique culture and a benefit to the developmental needs of students.
Keywords : Socialization, Song - Song Of Indonesia, Sustaining Culture Nation
penDAhuluAn
A. latar belakang Masalah
Pada suatu waktu terjadi perbincangan dengan Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kwadungan Ngawi mengenai sulitnya mencari siswa-siswi untuk masuk sekolah tersebut. Dalam pembicaraan itu, beliau mencurahkan isi hatinya tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dinilai memberatkan sekolah. Menurut pendapat beliau, sulit mencari sumber daya manusia dan buku penunjang sebagai media dan bahan pengajaran kurikulum tersebut. Sehingga. mau tidak mau, suka tidak suka, beliau memutuskan untuk tetap menggunakan kurikulum lama sebagai acuan pembelajaran. “Saiki susah nggoleki buku-buku yang sesuai. Kalo ada iku kudu pesen. Tapi sekolahku bukan sekolah sasaran KTSP jadi yo ora perlu khawatir. Yang penting murid iso blajar, wes cukup”, ungkap Kepala sekolah (wawancara, minggu 13 September 2015). Keputusan beliau bertujuan agar proses belajar mengajar
tidak terhambat dan siswa-siswa dapat me-nyesuaikan materi dengan lancar.
Ada kegelisahan lain dalam pikiran kepala sekolah di mana mata pelajaran kesenian belum ditransferkan kepada siswa-siswi. Alasanya tidak ada Guru memiliki kemampuan mengajar di bidang seni. Dalam kurikulum KTSP tertulis jelas mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan adalah bagian penting untuk meningkatkan sensivitas dimana standar kompetensi dengan menunjukan kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan budaya lokal (Karsidi, 2007, Model KTSP). Fenomena ini mengungkap fakta bahwa Guru menganggap kesenian bukan bidang penting. Kesenian dinilai hanya sebagai hiburan atau sebagai kesenangan bagi anak-anak. Padahal potensi seorang anak dalam bidang seni apabila dikembangkan bisa menjadi nilai yang berharga.
Oleh karena itu, hendaknya materi seni dalam pendidikan Sekolah Dasar penting diberikan kepada anak. Keahlian menyanyi, menari, memainkan alat musik, menggambar,
Sosialisasi Lagu – Lagu Daerah Indonesia Sebagai Upaya Melestarikan Budaya Bangsa teater, dan keterampilan lainnya perlu dipupuk
mulai dari dini, dengan tujuan mengem-bangkan kreativitas sekaligus sebagai media pelestarian budaya melalui seni. Pendidikan seni budaya dan kete rampilan memiliki keunikan dan manfaat terhadap kebutuhan perkembangan siswa-siswi. (Dalam KTSP, 2006:612), mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami konsep dan pentingnya seni budaya dan keterampilan
2. Menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya dan keterampilan
3. Menampilkan kreativitas melalui seni budaya dan keterampilan
4. Menampilkan peran serta dalam seni budaya dan keterampilan dalam tingakat local, regional maupun global.
Eisner (1972) dan Chapman (1978) meng-atakan bahwa, arah atau pendekatan seni baik itu seni rupa, seni musik, seni tari ataupun seni teater, secara umum dapat dipilah menjadi dua pendekatan, yakni seni dalam pendidikan dan pendidikan melalui musik (dalam https:// iswarajati.wordpress.com/2014/04/16/ pendidikan-seni-musik-di-sekolah-dasar/). Ruang lingkup mata pelajaran seni budaya dan keterampilan di sekolah dasar meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1. Seni rupa, mencakup pengetahuan, keterampilan dan nilai dalam menghasil-kan karya seni berupa lukisan, patung, ukiran, cetak mencetak, dan sebagainya, 2. Seni musik, mencakup kemampuan untuk
menguasai olah vocal, memainkan alat musik, apresiasi karya music
3. Seni tari, mencakup keterampilan gerak berdasarkan olah tubuh dengan dan tanpa rangsangann bunyi, apresiasi terhadap rangsangan bunyi, apresiasi terhadap gerak tari
4. Seni drama, mencakup keterampilan pementasan dengan memadukan seni musik, seni tari dan peran.
Muncul suatu sebuah solusi atas per-masalah tersebut, yaitu dengan men-sosialiasikan lagu-lagu daerah Indonesia kepada siswa-siswi SDN Kwadungan Ngawi. Sosialisasi adalah metode dengan menyentuh bagian kognitif siswa-siswi. Sosialisasi ini akan ditambahkan praktik menyanyikan lagu-lagu daerah Indonesia secara sederhana. Metode demikian dianggap sebagai cara yang mudah untuk memberi stimulus kepada anak-anak tanpa mereka sadari untuk memahami lagu-lagu daerah Indonesia. Sehingga me mun-culkan sebuah pertanyaan masalah yaitu: 1. Bagaimana cara melakukan sosialisasi
lagu-lagu daerah Indonesia sebagai upaya melestarikan budaya bangsa kepada siswa-siswi SDN Kwadungan Ngawi? 2. Bagaimana siswa-siswi SDN Kwadungan
Ngawi menyanyikan lagu – lagu daerah dengan baik?
b. Sasaran
Siswa-siswi kelas IV-VI SDN Kwadungan. Sesuai dengan kurikulum KTSP bahwa pada kelas IV-VI sudah dapat mengikuti pengajaran seni budaya dan keterampilan. Dalam prak-tiknya mereka akan dibagi menjadi 3 kelompok. Selama kegiatan berlangsung, guru-guru akan mendampingi siswa-siswi. Para Guru akan mengawasi dan membantu mengajarkan lagu-lagu tersebut.
C. Materi Sosialisasi
Materi sosialisasi lagu – lagu daerah Indonesia yang akan di sampaikan adalah: 1. Lagu – lagu daerah di Indonesia (terutama
lagu-lagu daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah).
2. Mencintai Indonesia dengan cara menyanyikan lagu-lagu daerah
Maria Febiana Christanti
94
Daya Mas, Volume 1 Nomor 2 September 2016
3. Cara menyanyikan melalui gerak yang baik
• Nama : Sekolah Dasar Negeri Kwadungan
• Alamat : Jalan Raya Soko Desa Kwadungan, Ngawi
• Status Sekolah : Negeri • Tahun Pendirian : 1 Juli 1979 • Status Akreditasi : A
• Jumlah Murid : 52 Orang
Kegiatan pengabdian masyarakat telah sele-sai dilakasanakan pada:
• Hari : Jumat
• Tanggal : 13 November 2015 • Waktu : 08.00 WIB – 11.00 WIB
• Tempat : Perpustakaan SD Negeri Kwadungan
MeToDe pelAkSAnAAn
Kegiatan pengabdian masyarakat menggunakan metode penyuluhan dimana sesuai dengan tujuan kegiatan bahwa target pelatihan hanya sampai pada level kognitif anak-anak. Level kognitif yang dimaksudkan adalah memberikan pengetahuan lagu-lagu daerah Indonesia. Sedangkan praktik untuk mengajarkan bagaimana bernyanyi yang baik adalah upaya untuk membangun suasana penyuluhan yang menyenangkan dan memudahkan mereka mengingat lagu-lagu tersebut :
A. Susunan Jadwal Acara
Waktu Kegiatan Keterangan Perlengkapan
SESI 1
08.00-08.15 Persiapan Kegiatan Tim mempersiapkan materi dan peralatan -08.15-08.30 Mengumpulkan anak-anak di aula Dibantu oleh Guru
-08.30-08.35 Doa Dipimpin salah satu tim Teks doa
08.35-08.45 Sambutan Kepala Sekolah Penjelasan singkat kepada murid -SESI 2
08.45-09.45 Ceramah sosialisasi lagu daerah Dilakukan oleh Tim Materi lagu daerah SESI 3
09.45-10.15 Praktik lagu-lagu daerah Tim membagi siswa dalam 3 kelompok kecil 3 lagu daerah 10.15-10.30 Persiapan Penampilan Dilakukan oleh Tim Video rekaman 10.30-10.35 Penampilan kelompok 1 Didampingi oleh Tim Video rekaman 10.40-10.45 Penampilan kelompok 2 Didampingi oleh Tim Video rekaman 10.45-10.50 Penampilan kelompok 3 Didampingi oleh Tim Video rekaman 10.50-11.15 Menyanyikan lagu “kalo kau suka
hati” bersama-sama Dalam bentuk game Hadiah 10.15-10.25 Penutupan acara (Pembagian snack) Ditutup oleh Tim Snack dan air minum
Sosialisasi Lagu – Lagu Daerah Indonesia Sebagai Upaya Melestarikan Budaya Bangsa 2. Deskripsi Kegiatan
Kegiatan ini akan dimulai dari pukul 08.00 sampai pukul 11.00 dan terbagi dalam tiga sesi. Sesi pertama adalah ceramah sosialisasi lagu-lagu daerah khususnya daerah Jawa. Tim pengabdian akan membagikan teks lagu-lagu daerah, lalu menjelaskan asal daerah dan makna lagu tersebut.
Sesi kedua, tim pengabdian akan mem-bangun suasana belajar yang memudahkan mereka mengingat lagu-lagu daerah tersebut. Caranya dengan mengajarkan cara menyanyikan lagu-lagu daerah khususnya daerah Jawa. Pelatihan ini bersifat “learning by doing”, dimana mereka akan dibagi menjadi tiga tim dan masing-masing diberikan satu lagu daerah untuk mereka pelajari dan tampilkan.
Sesi ketiga, tim pengabdian akan me-mandu penuh selama siswa-siswi belajar lagu-lagu daerah tersebut. Setelah mereka mampu mengingat dan menyanyikan dengan baik, mereka melakukan praktik dimana setiap kelompok akan tampil dengan membawakan lagu daerah yang telah dipelajari. Penampilan mereka akan dinilai oleh Kepala Sekolah dan guru-guru SDN Kwadungan.
3. Pelaksanaan Kegiatan
Target pengabdian masyarakat yang telah dilakukan adalah pada level kognitif. Pengertian kognitif dalam laporan ini adalah siswa-siswi SDN Kwadungan mendapatkan pengetahuan lagu-lagu daerah atau mem-peroleh pengalaman bernyanyi sendiri. Sebelum melatih lagu tersebut, tim mem-perdengarkan lagu-lagu daerah yaitu gundul-gundul pacul, cublek-cublek suweng, dan suwe ora jamu. Selain penulis, tim pengabdi yang ada di lapangan adalah 4 mahasiswi Ilmu Komunikasi angkatan 2015 Universitas Merdeka Madiun. Mereka adalah Dita, Silvy, Iin, daan Holqy.
4. Peserta Kegiatan
Sasaran peserta adalah siswa-siswi kelas IV-VI SDN Kwadungan. Sesuai dengan kurikulum KTSP bahwa pada kelas IV-VI sudah dapat dilaksanakan pengajaran seni budaya dan keterampilan Peserta yang mengikuti pengabdian adalah 32 orang. Kemudian, kepala sekolah dan guru-guru SDN Kwadungan mendampingi dan mengawasi selama kegiatan berlangsung.
5. Analisa Situasi Kegiatan
Kegiatan sosialisasi lagu-lagu daerah telah dilakukan dengan lancar. Siswa-siswi SDN Kwadungan dapat berkoordinasi dengan baik. Pada sesi kedua yaitu ceramah sosialisasi lagu-lagu daerah Indonesia, telah ber langsung sangat efektif di mana para siswa mendengarkan tim pengabdi menjelaskan pentingnya mempelajari lagu-lagu daerah sebagai wujud rasa cinta tanah air. Suasana semakin cair ketika tim pengabdi mengajak mereka untuk mempelajari lagu-lagu daerah dari asal mereka. Rata-rata dari mereka sudah mengetahui lagu asal daerah mereka, tetapi tidak hapal liriknya. Begitu pula saat tim pengabdi bertanya makna di balik lagu tersebut, mereka hanya mampu menjelaskan makna harafiahnya bukan pesan moralnya.
Gambar 3.1 Tim pengabdi sedang melakukan sosialisasi lagu-lagu daerah kepada