• Tidak ada hasil yang ditemukan

PAKET TEKNOLOGI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) KEDELAI PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KECAMATAN MEURAH MULIA ACEH UTARA ( T.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PAKET TEKNOLOGI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) KEDELAI PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KECAMATAN MEURAH MULIA ACEH UTARA ( T."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PAKET TEKNOLOGI SISTEM USAHA PERTANIAN (SUP) KEDELAI PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KECAMATAN MEURAH MULIA ACEH

UTARA ( T.A 1996/1997 )

Oleh :

Burlis Han, Adly Yusuf, Chairunas, Yardha, Firdaus, Syukri A. Gani, Helmi H, Saharman TH, Zulkifli U, Yusri Y, Ana Rozana, Usman, Yatiman, Asril I.H

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Propinsi Daerah Istimewa Aceh memiliki lahan sawah tadah hujan seluas 46.857 Ha atau 17,38% dari luas sawah yang ada (Kanwil Deptan D.I. Aceh, 1996). Lahan ini tersebar pada delapan kabupaten sebagai berikut; Aceh Besar 5.801 Ha, Pidie 886 Ha, Aceh Utara 9.111 Ha, Aceh Timur 13.984 Ha, Aceh Tengah 3.193 Ha, Aceh Barat 7.480 Ha, Aceh Selatan 5.455 Ha dan Aceh Tenggara 967 Ha (Distan D.I. Aceh, 1992).

Pengamatan selama ini menunjukkan bahwa kebanyakan petani dalam penggarapan lahan tersebut belum memperoleh kapasitas produksi dan pendapatan petani yang maksimal sesuai dengan potensi sumber daya alam yang ada. Hasil survey Hosen. N (1989) memperlihat-kan bahwa rata-rata pendapatan keluarga tani pada lahan sawah tadah hujan di Aceh berkisar antara Rp.800.000,- s/d Rp.1.000.000,- dan di Sumatera Barat sekitar Rp.750.000,- s/d Rp.900.000,- pertahun. Padahal dari hasil survey pertumbuhan padi dan kedelai di beberapa propinsi di Sumatera ternyata lahan sawah tadah hujan sangat potensial untuk peningkatan produksi padi dan kedelai (Basri dkk, 1992; Arif dkk, 1992 a, dan 1992 b).

Kendala utama pada lahan sawah tadah hujan ini adalah ketersediaan air yang sangat tergantung kepada curah hujan, kekeringan pada musim kemarau. Kemudian lambatnya petani mengadopsi teknologi baru untuk bertanam dua kali setahun, terutama pada daerah- daerah yang berada pada zona iklim type D1 sampai E2. Informasi teknologi pola tanam

dan pengembangan kedelai secara utuh belum sampai kepada petani sebagaimana yang telah dilaksanakan di beberapa daerah lain.

Diakui bahwa pada beberapa kecamatan di tiga kabupaten yaitu Pidie, Aceh Utara dan Aceh Timur, pengelolaan lahan sawah tadah hujan ini telah lebih baik dengan pola tanam padi dan kedelai. Sedangkan yang lainnya masih belum banyak berkembang dan tetap melaksanakan pola padi satu kali setahun. Untuk meningkatkan produktivitas lahan, dapat ditempuh melalui peningkatan intensitas penanaman yang ditunjang oleh berbagai perbaikan komponen teknologi budidaya yang spesifik lokasi. Terutama penataan pola tanam, penanaman varietas genjah dan potensi hasil tinggi, pengolahan tanah sempurna, serta pemilihan komoditi yang tahan kekeringan (Kasim, H dan Herman S, 1993, Basri dkk, 1995).

Hasil penelitian pola tanam pada lahan sawah tadah hujan di Kabupaten Aceh Besar dan Pidie memperlihatkan bahwa dengan penataan pola tanam padi - kedelai - kacang hijau dapat meningkatkan produktivitas lahan dengan baik (Tabel 1).

Tabel 1. Keragaan Pola Tanam pada Lahan Sawah Tadah Hujan di Kebun Percobaan Lampineung dan Padang Tiji (Pidie).

No Pola Tanam Kebun PercobaanLokasi Lampineung

(2)

I

I I

I I I

MT I (Padi) Produksi (Ton/ Ha) MT I I (Kedelai) Produksi (Ton/ Ha)

MT I I I (Kacang hijau) Produksi (Ton/ Ha) 3 s/ d 13 November 6,77 3 s/ d 23 Februari 1,31 s/ d 1,45 15 s/ d 25 Juli 1,18 s/ d 1,35 15 s/ d 25 Desember 6,8 s/ d 6,9 20 s/ d 30 Maret 1,03 s/ d 1,04 27 Juli s/ d 7 Agustus 1,33 s/ d 1,37

Pendapatan bersih yang diperoleh petani pada 1 Ha lahan dalam setahun usaha pertaniannya diperkirakan berkisar antara Rp.1.708.000,- s/d Rp.1.889.000,- di Aceh Besar dan antara Rp.1.826.000,- s/d Rp.1.850.000,- di Pidie (Han, B. dan Iswandi HS, 1989). Hanya saja hasil penelitian ini masih dalam bentuk skala kecil, maka untuk melihat penerapan teknologi ini di tingkat petani perlu dilakukan pengkajian dalam skala luas yang spesifik lokasi. Oleh karena itu pada T.A 1996/1997 telah dilakukan Pengkajian Paket Teknologi Sistem Usaha Pertanian Kedelai pada lahan sawah tadah hujan yang spesifik di Kecamatan Meurah Mulia dan sekitarnya. Paket teknologi yang dikaji berasal dari hasil penelitian komponen teknologi sistem usahatani pada lahan sawah tadah hujan dari daerah lain dan disesuaikan dengan karakteristik ekosistem setempat (spesifik).

Luaran (Output)

TUJUAN

Rekomendasi paket teknologi sistem usaha pertanian kedelai di lahan sawah tadah hujan yang spesifik di Kecamatan Meurah Mulia dan sekitarnya.

Manfaat (Outcome)

Untuk meningkatkan produktivitas lahan sawah tadah hujan di Kecamatan Meurah Mulia dan sekitarnya.

Dampak (Goal)

Peningkatan pendapatan para petani pertahun pada lahan sawah tadah hujan. KARAKTERISTIK SUMBERDAYA ALAM LOKASI PENGKAJIAN

Kecamatan Meurah Mulia adalah salah satu kecamatan diantara 22 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Aceh Utara. Luas kecamatan ini 206,57 km2 yang berbatasan sebelah Utara dengan Kecamatan Samudera, sebelah Selatan dengan Kecamatan Tanah Luas dan Kabupaten Aceh Tengah, sebelah Barat dengan Kecamatan Samtalira Bayu, dan sebelah Timur dengan Kecamatan Samudera dan Tanah Luas (BPS. 1995).

Kecamatan ini terdiri dari tiga kemukiman yaitu; Kemukiman Tunong, Kemukiman Tengoh dan Kemukiman Baroh. Memiliki 51 desa yang terdiri dari 107 dusun. Sebanyak 37 desa diantaranya merupakan desa tertinggal, sehingga sebanyak 1.035 kepala keluarga tergolong miskin yang menerima dana Inpres Desa Tertinggal (IDT). (BPS. 1995).

Luas sawah 2.074 Ha atau 10,04% dari luas kecamatan, yang terdiri dari sawah irigasi setengah teknis 1.351 Ha, sawah berpengairan pedesaan 267 Ha dan lahan sawah tadah hujan 456 Ha (21,99%) (BPS 1995). Walaupun sudah terinci sedemikian rupa tetapi pada kenyataannya sawah irigasi setengah teknis dan pengairan pedesaannya juga sangat tergantung kepada kapan turunnya hujan. Hal ini disebabkan tidak adanya waduk yang ketersediaan airnya terjamin. Produktivitas lahan rendah akibat intensitas musim tanam rendah yaitu hanya dapat ditanami satu kali padi dalam setahun pada lahan tadah hujan dan satu sampai dua kali padi dalam setahun pada sawah irigasi setengah teknis dan pedesaan, terutama yang permukaan lahannya agak dalam.

Topografi lahan sawah tersebut datar, jenis tanah aluvial dan tekstur liat berlempung

(3)

Tabel 2. Keragaan Kandungan Beberapa Hara Lahan Sawah Tadah Hujan di Kecamatan Meurah Mulia Aceh Utara.

No Uraian Kandungan Ket erangan

1 2 3 4 5 PH C org (% ) N. Total P.AV (PPM) K (me/ 100g) 6,15 1,14 0,10 13,65 0,395 Agak masam Rendah Rendah Sedang Sedang

Kecamatan Meurah Mulia berada dalam zona iklim type D2, memiliki 3-4 bulan

basah dalam setahun yaitu mulai Oktober-awal Januari dan bulan kering 2-3 bulan pada bulan Juni-Agustus. Intensitas curah hujan yang tinggi terjadi pada bulan Oktober, November dan Desember. Bulan lainnya selain bulan kering termasuk dalam curah hujan sedang. Bulan basah sangat baik untuk usahatani padi sawah dan curah hujan sedang baik dimanfaatkan dengan palawija dan sayuran dataran rendah (Oldeman, dkk. 1979).

Jumlah penduduk Kecamatan Meurah Mulia sampai tahun 1994 tercatat sebanyak 15.992 orang dan yang mempunyai lapangan usaha di kecamatan hanya + 9.273 (57,98%). Dari populasi mereka yang berusaha dalam kecamatan tersebut, 8.045 orang (86,70%) diantaranya bergerak dibidang pertanian. Usahatani yang dilaksanakan di lahan sawah umumnya padi. Sedangkan palawija seperti kedelai, jagung dan ubi kayu biasanya diusahakan di lahan kering dan sedikit sekali pada lahan sawah. Luas sawah garapan petani rata-rata sempit yaitu lebih kurang 0,26 Ha.

Oleh karena intensitas musim tanam pada lahan sawah tadah hujan ini rendah dan luas lahan garapan rata-rata per petani sempit, maka hasil yang diperoleh petani sedikit sehingga pendapatan per tahun rendah. Kendala utamanya adalah belum ada atau belum dikuasainya paket teknologi sistem usaha pertanian pola tanam padi-palawija I (kedelai)- palawija II pada lahan sawah tadah hujan spesifik lokasi oleh petani. Kondisi seperti ini hampir sama dengan petani-petani pada kecamatan lain disekitar Kecamatan Meurah Mulia.

PERMASALAHAN

Beberapa masalah dalam pengembangan sistem usaha pertanian kedelai pada lahan sawah tadah hujan di Kecamatan Meurah Mulia sebagai berikut:

Umumnya petani bertanam padi sawah satu kali dalam setahun, padahal lahan tersebut potensial untuk usahatani palawija seperti kedelai dan kacang-kacang lainnya. Belum ada komponen teknologi budidaya kedelai yang spesifik lokasi.

Komponen tektologi budidaya yang dimasukkan antara lain adalah : a. Persiapan lahan yang cocok

b. Benih unggul yang adaptif c. Dosis pupuk yang sesuai

d. Jarak tanam yang tepat atau kepadatan populasi tanaman yang optimal e. Pemeliharaan tanaman.

PAKET TEKNOLOGI SISTEM USAHA PERTANIAN KEDELAI PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN

Persyaratan Lahan

1) Pemakaian lahan sawah tadah hujan yang agak tinggi atau bukan lahan yang dalam dan mudah tergenang, mudah dikeringkan (drainase) pada saat hujan besar.

2) Drainase agak lambat, sedang sampai baik

3) Tekstur tanah liat berlempung, lempung berpasir, lempung berdebu. 4) Kedalaman lapisan olah 20 - 50 cm

(4)

6) Keasaman tanah (pH) 5,0 - 6,9 7) Kandungan N tanah, sedang - tinggi

8) Kandungan P2O5 tersedia (P.av), sedang - tinggi 9) Kandungan K2O tersedia sedang - tinggi

Pola Tanam

Pola tanam kedelai setelah padi sawah pada lahan sawah tadah hujan di Kecamatan Meurah Mulia dirancang menurut karakter distribusi curah hujan seperti Tabel 3.

Tabel 3. Pola dan Musim Tanam Kedelai Setelah Padi Sawah

No Komodit i Musim Tanam Perkiraan Panen

1 2 3 Padi Kedelai I Kedelai I I

Pertengahan Oktober s/ d awal November

Awal s/ d pertengahan Maret Awal s/ d pertengahan Juni

Pertengahan s/ d akhir Februari

Akhir Mei s/ d awal Juni

Awal s/ d pertengahan September

Komponen Teknologi Budididaya Kedelai a. Benih

Benih yang digunakan adalah varietas unggul yang adaptasi dengan kondisi Daerah Istimewa Aceh, yaitu Kipas Merah atau Kipas Putih dengan kebutuhan 40 Kg/Ha yang memiliki daya tumbuh > 90%.

b. Persiapan lahan

Satu minggu sebelum panen padi, lahan sawah sudah dikeringkan, sehingga lahan tidak becek pada saat panen. Satu minggu setelah panen dan diperkirakan lahan tidak basah lagi, dilakukan pengolahan lahan dengan traktor (menggunakan rotivator). Sisa batang padi diolah langsung bersama tanah agar dapat menambah bahan organik tanah. Kemudian dibuat bedengan selebar 2-3 m dan tergantung kepada kondisi permukaan lahan. Pada permulaan lahan yang agak rendah diperlukan ukuran bedengan yang agak sempit dan sebaliknya. Lebar parit pengeringan antar bedengan seluas 20-25 cm dan dalam 25-30 cm. Tanah penggalian parit ini diletakkan ke atas bedengan. Permukaan bedengan diratakan sambil melakukan penggemburan. Akhirnya lahan siap untuk ditanami.

c. Tanam

Sebelum tanam, benih dibasahi dengan air yang dicampur dengan insektisida Marshal 25 ST dengan takaran 2,5 gram untuk 1 kg benih. Pada lahan yang baru pertama kali ditanami kedelai, benih diinokulasi dengan inokulum multiguna Rhizoplus dengan takaran 150 gr/50 kg benih yang dapat meningkatkan efisiensi pupuk N tanpa mengurangi hasil. Tanam dilakukan secara tugal dengan jarak 40 x 20 cm, 2-3 biji/rumpun.

d. Pemupukan

Pupuk diberikan pada lobang tugal kira-kira 5 cm disamping lobang benih. Dosis pupuk yang diberikan adalah 50 kg Urea, 75 kg SP36 dan 75 kg KCl per hektar bersamaan waktunnya tanam.

e. Penyiangan

Penyiangan pertama dilakukan pada tiga minggu setelah tanam dan penyiangan kedua pada umur 6 minggu setelah tanam. Penyiangan dapat dilakukan dengan cangkul dan dapat juga dilakukan dengan penyemprotan herbisida Round-Up, Polaris dan

(5)

sebagainya. Untuk penyemprotan herbisida ini harus memakai cup (mangkuk) pada Nozel Sprayer. Pada saat penyemprotan diusahakan cup tersebut bergeser dengan tanah guna menghindari terjadinya pengabutan herbisida pada tanaman kedelai.

f. Pengendalian hama

Pengendalian hama dilakukan dengan insektisida berdasarkan kelompok hama yang menyerang seperti Tabel 4 berikut:

Tabel 4. Kelompok Hama dan Beberapa Insektisida Pengendalian Hama Kedelai.

No Kelompok hama Insektisida Dosis/l/ha (kg/ha) Cara penggunaan

1

2 3

Hama lalat kacang

Hama perusak daun Hama perusak polong

Furadan 3 G Azodrin 15 WSC Dursban 20EC Larvin 75 WP Petroban 200 EC Dursban 20 EC Elsan 60 EC Azodrin 15 WSC Sevin 85 SP 17 2,5 2,5 Secukupnya 2,0 1,0 3,0 2,0 1,5 Diberikan ke tanah Semprot Semprot Campurkan ke benih Semprot Semprot Semprot Semprot Semprot g. Pengendalian penyakit

Dilakukan penyemprotan fungisida Dithane M.45, apabila terlihat serangan penyakit. h. Panen

Kedelai dipanen apabila daun sudah kuning dan kering, rontok, polong sudah menguning dan kering. Panen menggunakan parang yang tajam untuk mengurangi getaran yang dapat menyebabkan polong pecah. Berangkasan hasil panen dikeringkan dilapangan atau langsung dikeringkan beralaskan tikar atau plastik agar mudah pecah pada saat pembijian.

i. Pembijian (perontokan/pembersihan)

Berangkasan polong yang sudah kering dipecahkan dengan dua cara. Pertama dengan cara memukul dengan kayu yang lentur seperti pelepah daun kelapa. Kedua dengan menggunakan mesin perontok (Thresser). Biji hasil rontokan dibersihkan.

j. Pengeringan

Biji yang sudah dibersihkan lalu dikeringkan dengan cara menjemur pada wadah yang bersih sampai kadar air 12-14% untuk konsumsi dan 9-10% untuk disimpan sebagai calon benih.

k. Penyimpanan

Benih yang sudah kering, kadar air 9-10% dimasukkan ke dalam wadah yang bersih dan kering serta kedap, agar daya tumbuh benih dapat dipertahankan lebih lama ( + 6 bulan ).

HASIL DAN ANALISA EKONOMI USAHA TANI Realisasi Musim Tanam (MT)

Musim tanam (MT) yang dilaksanakan adalah MT II yaitu kedelai yang direncanakan tanam pertengahan Juni 1996, dan terealisasi pada awal Juli ( 5 Juli ) 1996. Artinya kegiatan usaha pertanian kedelai pada MT Juni - Juli pada lahan sawah tadah hujan di Kecamatan Meurah Mulia dapat dilaksanakan.

Manfaat Paket Teknologi

Akibat penerapan paket teknologi sistem usaha pertanian kedelai pada lahan sawah tadah hujan di Kecamatan Meurah Mulia diperoleh hal-hal sebagai berikut:

a. Keragaan faktor pertumbuhan

Tinggi tanaman rata-rata 44 cm, jumlah cabang perbatang rata-rata 5 cabang, jumlah polong perbatang rata-rata 89 polong.

(6)

b. Keragaan produksi

Produktivitas kedelai yang diperoleh masing-masing petani dari 116 orang petani peserta kegiatan masih beragam yaitu:

Ø Sebanyak 16,38% petani sudah mampu memproduksi lebih dari 1.500 Kg/Ha, yaitu rata-rata 1.562 Kg/Ha.

Ø Sebanyak 49,14% petani yang berproduksi antara 1.000–1.500 Kg/Ha yaitu rata- rata 1.277 Kg/Ha.

Ø Sebanyak 28,45% petani berproduksi antara 500-1.000 Kg/Ha, yaitu rata-rata 899 Kg/Ha.

Ø Sebanyak 6,03% petani yang berproduksi kurang dari 500 Kg/Ha, yaitu rata-rata 447 Kg/Ha.

Dari angka tersebut terlihat bahwa 65,52% petani sudah dapat melebihi produktivitas nasional (1,2 Ton/Ha). Namun demikian masih terdapat 34,48% lagi yang belum bisa melaksanakan paket teknologi secara utuh dan benar. Terutama sekali pada tahap pemeliharaan, baik dari gulma maupun dari serangan hama penyakit.

c. Analisa Ekonomi Usahatani Kedelai

Analisa ekonomi dari produktivitas rata-rata tertinggi yaitu 1.562 Kg/Ha, pada harga biji saat panen Rp.1.000/Kg, diperoleh pendapatan kotor sebanyak Rp.1.562.000,- Biaya produksi yang dikeluarkan sebanyak Rp.739.875/Ha, maka keuntungan per hektar yang bisa dinikmati petani sebanyak Rp.822.125/Ha dengan R/C 2,11. Artinya keuntungan bersih dapat diperoleh petani adalah sebesar 1.1 kali besar investasi yang digunakan (Tabel 5).

Tabel 5. Analisa Usahatani berdasarkan Keragaan Produktivitas Kedelai pada Lahan Sawah Tadah Hujan di Kecamatan Meurah Mulia.

Keragaan Produkt ivi t as ( kg/ ha) Prod uksi Rat a - rat a per Ha Biay a Prod uksi ( Rp) Penerim aan ( Rp) Keunt un gan ( Rp) B/ C < 500 500 – 1 000 1000 – 1500 > 1 500 447 899 1.277 1.562 670.1 87 698.4 37 722.0 62 739.8 75 447.000 899.000 1.277.00 0 1.562.00 0 223.187 200.562 554.38 822.125 0 , 6 7 1 , 2 9 1 , 7 7 2 , 1 1

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Arief, A., N. Hasan, Buharman B., D. Sasrodipuro, Susanto, 1992a. Sumber Pertumbuhan Kedelai di Prop. Sumatera Utara, Balittan Sukarami, Puslitbangtan Bogor.

Arief, A., N. Hasan, Buharman B., D. Sasrodipuro, Susanto, 1992b. Sumber Pertumbuhan Padi di Prop. Sumatera Utara, Balittan Sukarami, Puslitbangtan Bogor.

Basri, I.H., M. Ali, Admiral, 1992. Sumber Pertumbuhan Kedelai di Prop. Jambi. Balittan Sukarami, Puslitbangtan Bogor.

Basri, I.H., N. Hasan, Burlis Han dan Nasrul Hosen, 1995. Efisiensi Pemupukan dalam Pola Tanaman Padi - Kedelai di Lahan Sawah Tadah Hujan, dalam Kinerja Penelitian Tanaman Pangan Buku III. Proseding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III. Jakarta- Bogor 23-25 Agustus 1993. Puslitbangtan. Badan Litbang Pertanian, 1995. BPS, 1995. Kecamatan Meurah Mulia dalam Angka. Kantor Statistik Kabupaten Aceh Utara. Distan D.I. Aceh, 1992. Laporan Tahunan 1991. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan

Hortikultura Propinsi Daerah Istimewa Aceh.

Han, B., Iswandi, H.B. 1989. Whole year cropping pattern on roinfed lowland in North Coast of Aceh. dalam Pemberitaan Penelitian Sukarami nomor 16 Maret 89. 8 halaman.

Hosen, N., 1989. Survey Potensi Pengembangan Lahan Sawah Tadah Hujan di Sumatera. Laporan Balittan Sukarami.

Kasim, H dan Herman S, 1993. Pengkajian Komponen Teknologi Pada Lahan Sawah Tadah Hujan dalam, Penelitian dan Pengembangan Teknologi Sistem Usaha Tani Tanaman Pangan. Buku II Puslitbangtan Badan Litbang Pertanian, 1993.

Oldeman, LR, Darwis SN, Irsal Las, 1979. An Agroclimatic map of Sumatera Contr, Centr, Res Agrc. No. 52 Bogor.

Gambar

Tabel 2. Keragaan Kandungan Beberapa Hara Lahan Sawah Tadah Hujan di Kecamatan  Meurah Mulia  Aceh Utara
Tabel 5. Analisa Usahatani berdasarkan Keragaan Produktivitas Kedelai pada Lahan  Sawah Tadah Hujan di Kecamatan Meurah Mulia

Referensi

Dokumen terkait

Bukan ciri arsitektur Indis awal yang masih kental dengan ornamen dan ragam hias pada tiap elemen bangunan. Kusen, pintu, dan jendela merupakan jendela

dilandasi dengan sumberdaya lokal. Melalui pengembangan potensi yang ada diharapkan upaya pemerintah daerah dalam memberdayakan masyarakat khususnya industri batik

#anker Pankreas merupakan tumor ganas yang berasal dari sel$sel yang melapisi #anker Pankreas merupakan tumor ganas yang berasal dari sel$sel yang melapisi

Karakteristik yang utama dari demokrasi terpimpin adalah: menggabungkan sistem kepartaian, dengan terbentuknya DPR-GR peranan lembaga legislatif dalam sistem  politik

Melalui pembelajaran matematika, secara implisit maupun eksplisit, dapat dibelajarkan kepada siswa berbagai karakter positif, seperti kemampuan berpikir kritis,

Dalam penelitian ini dilakukan proses membandingkan Jumlah Perguruan Tinggi provinsi lain terhadap Jumlah Perguruan Tinggi Provinsi Jawa Barat, Hal ini dikarenakan Provinsi Jawa

Hasil dari analisis leverage attributes atau atribut sensitif pada dimensi sosial yang memiliki nilai RMS ≥ 2% yaitu, pengetahuan tentang usahatani komoditas