• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Antropometri adalah suatu cabang ilmu antropologi fisik yang mempelajari tentang teknik pengukuran tubuh manusia meliputi cara untuk mengukur dan melakukan pengamatan pada manusia yang meliputi tulang rangka dan organ-organ tubuh manusia dengan metode dan alat tertentu. Antropologi juga dipakai dalam mengikuti pertumbuhan dan perkembangan post-natal, mendeteksi kelainan, meramal pertumbuhan selanjutnya pada waktu dewasa.Antropologi merupakan mata ajar baru di fakultas kedokteran gigi. Dental Anthropolgy dipopulerkan oleh Brothwel pada tahun 1963 yang kajiannya lebih terfokus pada leher dan kepala, terutama gigi (kranio-dento-fasial).1 Antropometri biasanya lebih cenderung terfokus pada dimensi tubuh manusia untuk proses identifikasi pada orang mati/jenazah maupun orang hidup yang berusaha merubah identitas aslinya.2 Ilmu pengetahuan mengenai antropometri berkembang terutama dalam konteks antropologi yang mempelajari klasifikasi dan identifikasi perbedaan ras dan jenis kelamin, efek dari diet serta kondisi lingkungan hidup pada pertumbuhan.3 Kata antropometri berasal dari bahasa Yunani, yaitu anthropos yang berarti manusia dan metrein yang berarti ukuran.4

Pengukuran antropometri kepala dapat digunakan bersamaan dengan sefalometri, Computerized Tomography Scan (CT Scan) dan Magnetic Resonance

Imaging (MRI) pada persiapan pasien bedah plastik dan bedah rekonstruksi.5 Salah

satu cabang antropometri yang penting adalah kraniometri yang digunakan dalam bidang ilmu ortodontik atau ilmu merapikan susunan gigi geligi dan rahang dan sefalometri yang perhitungannya menggunakan indeks sefalik. Indeks sefalik diperkenalkan oleh Anders Retzius, seorang ahli anatomi Swedia dengan tujuan untuk mengklasifikasi populasi.1,6

Menurut Todd dan Mark, perubahan morfologi dan pertumbuhan yang sebenarnya pada setiap individu terjadi diusia 8-17 tahun dan setelah usia tersebut

(2)

perubahan morfologi dan pertumbuhan tidak terjadi lagi.7 Pola pertumbuhan kepala sangat bervariasi berdasarkan usia dan jenis kelamin, dan rata-rata berhenti pada usia maturitas yaitu 18-20 tahun.8 Setelah lahir, kepala tumbuh lebih cepat daripada bagian tubuh yang lain sehingga kepala menjadi sangat dominan. Perbedaan pertumbuhan komponen kepala bagian atas dan bagian bawah sangat penting dalam menentukan tipe kepala, bentuk lengkung gigi dan bentuk insisivus pertama.1

Pengukuran bentuk kepala manusia dapat menggunakan metode indeks sefalik. Indeks sefalik adalah ukuran rasio (dalam persen), dari panjang maksimum tulang tengkorak, tinggi maksimum tulang tengkorak dan lebar maksimum tengkorak.1,9 Bentuk kepala dapat berupa chamaecephalic, orthocephalic, low

hypsicephalic, moderate hypsicephalic atau high hypsicephalic berdasarkan indeks

sefalik vertikal; tapeiocephalix, metriocephalic atau acrocephalix berdasarkan indeks sefalik transversal; dolicocephalic, mesocephalic, brachycephalic atau

hyperbrachycephalic berdasarkan indeks sefalik horizontal. Indeks sefalik juga

merupakan parameter penting dalam mengevaluasi perbedaan ras dan jenis kelamin.9 Pertumbuhan kepala sangat dipengaruhi oleh faktor genetik di samping faktor-faktor yang lain yaitu lingkungan, nutrisi, derajat aktifitas fisik serta kesehatan dan penyakit. Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak, melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang.1 Ukuran kepala juga dipengaruhi oleh genetik, ekologi, geografi, ras, jenis kelamin dan umur.9 Ras merupakan konsep penting untuk mempelajari variasi manusia karena manusia berbeda satu dengan lainnya.10 Indonesia merupakan bangsa yang multirasial dan multiteknik. Bangsa indonesia pada awalnya berasal dari ras Mongoloid dan Australomelanesid yang membentuk sub-ras Melayu dan selanjutnya Proto-Melayu dengan Mongoloid membentuk Deutro-Proto-Melayu.1,11 Deutro Melayu atau yang dikenal dengan istilah melayu muda datang dari daerah Yunan (Cina Selatan) sekitar 500 SM. Deutro Melayu memiliki peradaban yang lebih maju dibandingkan dengan

(3)

Proto Melayu. Yang termasuk kedalam Deutro Melayu adalah Aceh, Minangkabau, Jawa, Sunda, Melayu, Betawi, Manado dan Bugis. Sebagian besar penduduk Sumatera Utara terdiri dari ras-ras yang termasuk dalam ras Deutro Melayu.1

Banyak penelitian tentang bentuk kepala yang dihubungkan dengan ras dan jenis kelamin dengan menggunakan indeks sefalik horizontal dan dijumpai berbagai variasi bentuk kepala.3 Berdasarkan hasil penelitian Maina, Mahdi dan Kalayi menunjukkan adanya beberapa perbedaan berdasarkan hasil indeks sefalik dan beberapa persamaan berdasarkan ukuran dan bentuk kepala pada tiga grup etnik di Nigeria.9 Kelompok dari etnik yang berbeda cenderung memiliki ukuran bentuk tengkorak dan rahang berbeda walaupun ukuran tersebut sering kali dipengaruhi variasi individual.13 Berdasarkan hasil penelitian Ligha A.E menunjukkan adanya perbedaan hasil indeks sefalik antara perempuan dan laki-laki pada umur 7-10 tahun dan 11-14 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat variasi bentuk sefalik atau bentuk kepala berdasarkan kelompok usia antar jenis kelamin.14

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbedaan ukuran dan bentuk kepala antara kelompok usia 7-18 tahun yang masih mengalami pertumbuhan dengan menggunakan indeks sefalik vertikal, transversal dan horizontal sehingga dapat diketahui perbedaan antar kelompok umur dan untuk mengetahui rata-rata ukuran kepala Deutro Melayu karena belum ada data yang ditemui tentang hal tersebut. Hal ini menarik untuk dipelajari tentang perbedaan ukuran kepala antar kelompok umur yang masih dalam masa pertumbuhan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Berapakah rata-rata nilai indeks sefalik Vertikal laki-laki dan perempuan usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu?

2. Berapakah rata-rata nilai indeks sefalik Transversal laki-laki dan perempuan usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu?

3. Berapakah rata-rata nilai indeks sefalik Horizontal laki-laki dan perempuan usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu?

(4)

4. Apakah terdapat perbedaan nilai indeks sefalik vertikal laki-laki dan perempuan pada usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu?

5. Apakah terdapat perbedaan nilai indeks sefalik transversal laki-laki dan perempuan pada usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu?

6. Apakah terdapat perbedaan nilai indeks sefalik horizontal laki-laki dan perempuan pada usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu?

7. Apakah bentuk kepala pada masing-masing kelompok usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu berdasrakan indeks sefalik Vertikal?

8. Apakah bentuk kepala pada masing-masing kelompok usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu berdasrakan indeks sefalik Transversal?

9. Apakah bentuk kepala pada masing-masing kelompok usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu berdasrakan indeks sefalik Horizontal?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui rata-rata nilai indeks sefalik vertikal antar laki-laki dan perempuan usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu.

2. Untuk mengetahui rata-rata nilai indeks sefalik transversal antar laki-laki dan perempuan usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu.

3. Untuk mengetahui rata-rata nilai indeks sefalik horizontal antar laki-laki dan perempuan usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu.

4. Untuk mengetahui adakah perbedaan nilai indeks sefalik vertikal pada masing-masing kelompok usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu.

5. Untuk mengetahui adakah perbedaan nilai indeks sefalik transversal pada masing-masing kelompok usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu.

6. Untuk mengetahui adakah perbedaan nilai indeks sefalik horizontal pada masing-masing kelompok usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu.

7. Untuk mengetahui bentuk kepala pada masing-masing kelompok usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu berdasarkan indeks sefalik vertikal.

8. Untuk mengetahui bentuk kepala pada masing-masing kelompok usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu berdasarkan indeks sefalik transversal.

(5)

9. Untuk mengetahui bentuk kepala pada masing-masing kelompok usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu berdasarkan indeks sefalik horizontal.

1.4 Hipotesa Penelitian

H0 : Tidak terdapat perbedaan antara ukuran kepala pada masing-masing

kelompok usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

1.Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang rata-rata ukuran kepala dan nilai indeks sefalik vertikal, transversal dan horizontal selama masa pertumbuhan usia 7-18 tahun pada ras Deutro Melayu.

2. Sebagai data awal perkiraan pertumbuhan ukuran kepala pada deutro melayu usia 7-18 tahun .

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Dipakai dalam mengikuti pertumbuhan dan perkembangan post-natal, mendeteksi kelainan, memperkirakan pertumbuhan selanjutnya pada waktu dewasa .

2. Sebagai masukan pengetahuan dasar Kedokteran Gigi Forensik dalam identifikasi berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin.

Referensi

Dokumen terkait

Walau bagaimanapun dalam kes - kes yang tertentu sep erti kekurangan responden pada kelas - kelas kemahiran yang dipilih , Pe gaw a i R undingcara membenarkan memilih

Makna hidup bila berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini dirasakan demikian berarti dan berharga ( Bastaman, 1996).. Pengertian mengenai makna

Menentukan bobot latihan setiap jenis keterampilan berdasarkan hasil analisis terhadap respons yang muncul dan tingkat kesulitan yang dialami mahasiswa dalam mempraktikkan

Implementasi untuk sistem pengukuran demikian dapat dilakukan cukup dengan mempergunakan dua mikrokontroler, yaitu satu master I2C yang melakukan pengukuran dosis radiasi

Motivasi belajar siswa sangat penting dalam pembelajaran, sebab pengetahuan, keterampilan, dan sikap tidak dapat ditransfer begitu saja tetapi harus siswa sendiri

yang terisolasi pada VLAN yang berbeda di bawah kendali network administrator sehingga peneliti dapat mengontrol lalu lintas mereka sendiri, dan menambah ataupun

Strategi Multiple Intellegences Prespektif Howard Gardner dan penerapannya di Indonesia antara lain adalah kecerdasan linguistik (kemampuan menguraikan pikiran dalam

 Inflasi Kota Bengkulu bulan Juni 2017 terjadi pada semua kelompok pengeluaran, di mana kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan mengalami Inflasi