• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekonomi Mikro dan Makro Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Ekonomi Mikro dan Makro Kota Medan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS PENGANTAR ILMU EKONOMI

ANALISIS ASPEK EKONOMI MIKRO DAN MAKRO KOTA MEDAN

DISUSUN OLEH :

FADLY PRIANGGARA PRATAMA 143020008565 MARTIN ADI PERKASA PARDEDE 143020008513 MISBAH RIZQA RIZQIYA NUZULIAH 143020008631

THREESYA ALDINA 143020008785 TRYS HAGATA GINTING 143020008591

YUFANI MUHARI 143020008833 STAN

(2)
(3)

Letak Kota Medan memang strategis. Kota ini dilalui Sungai Deli dan Sungai Babura. Keduanya merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai. Keberadaan Pelabuhan Belawan di jalur Selat Malaka yang cukup modern sebagai pintu gerbang atau pintu masuk wisatawan dan perdagangan barang dan jasa baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor), menjadikan Medan sebagai pintu gerbang Indonesia

bagian barat.

Medan, yang genap berusia 414 tahun pada tanggal 1 Juli 2004, berkembang menjadi kota metropolitan. Pemerintah Kota Medan pun berambisi memajukan

kota ini semaju kota-kota besar lainnya, tidak saja seperti Jakarta atau Surabaya di Jawa, tetapi juga kota-kota di Negara tetangga, seperti Penang dan Kuala Lumpur. Medan, kota berpenduduk 2 juta orang memiliki areal seluas 26.510 hektar yang secara administratif dibagi atas 21

kecamatan yang mencakup 151 kelurahan. (lihat Tabel).

Sebagai sebuah kota, ia mewadahi berbagai fungsi, yaitu, sebagai pusat administrasi pemerintahan, pusat industri, pusat jasa pelayanan keuangan, pusat komunikasi, pusat akomodasi kepariwisataan, serta berbagai pusat perdagangan regional dan internasional. Bandara

Internasional, Polonia, berada di kawasan yang masih termasuk wilayah dalam kota. Pelabuhan Belawan dapat dicapai hanya dalam waktu kurang dari satu jam lewat jalan bebas hambatan. Demikian pula dengan kawasan industrinya. Pendek kata, seolah semua tidak ingin jauh-jauh dari pusat kota. Tendensi pertumbuhan yang semakin menuju ke pusat ini ibarat pola alamiah makhluk hidup yang tidak bisa jauh-jauh dari sumber makanannya. Akibatnya, Medan

(4)

dan ketidakdisiplinan angkutan umum yang jumlahnya terus bertambah terutama pada trayek-trayek "basah". Kondisi dan perkembangan Kota Medan sekarang, tampaknya memang seolah tanpa perencanaan. Padahal, di atas kertas, sejak 1997, pemerintah kota di masa Wali Kota Bachtiar Jaffar sebetulnya telah menyusun rencana pengembangan kota yang cukup bagus. Konsep itu dikenal dengan istilah "Mebidang", yakni singkatan dari Medan, Binjai, dan Deli Serdang. Konsep yang barangkali diilhami oleh pola pengembangan Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi) tersebut pada dasarnya mengacu pada antisipasi semakin berkurangnya daya dukung kota terhadap perkembangannya dan berkurangnya kemampuan kota menjalankan fungsinya secara maksimal.

Medan akan dijadikan sebagai kota inti yang terbagi dalam lima wilayah pembangunan, sementara Kota Binjai dan beberapa kecamatan yang masuk dalam wilayah Kabupaten Deli Serdang akan dikembangkan sebagai kota satelit. Wilayah Metropolitan Mebidang ini akan meliputi area seluas 163.378 hektar. Berdasarkan konsep tersebut, akan dibangun pusat-pusat pertumbuhan baru di daerah-daerah yang menjadi hinterland Medan. Tetapi pada kenyataannya, pelaksanaan pembangunan justru makin meminggirkan warga kota, sementara daerah

pinggirannya tetap terbelakang. Konsep Mebidang, akhirnya hanyalah sekadar konsep yang jalan di tempat. Selain niatan memperluas wilayah, sebagaimana doktrin developmentalisme yang mengindentikkan kemajuan dengan segala sesuatu yang berbau modern, Pemerintah Kota Medan bergiat menghadirkan pusat perbelanjaan sebagai simbol kota metropolitan. Mal dan lampu hias, kelihatannya itulah ukuran kemajuan bagi Pemerintah Kota Medan. Belasan kawasan di jantung kota disiapkan sebagai kawasan pusat perbelanjaan. Gedung- gedung tua diratakan untuk mendirikan mal. Bekas Taman Ria, pusat rekreasi murah meriah warga kota, dipagari untuk persiapan pendirian mal. Lapangan parkir yang dulunya dipakai sebagai pangkalan taksi pun digusur karena lokasinya lebih menjanjikan keuntungan apabila dialihfungsikan sebagai mal. Tak heran apabila rencana tata ruang wilayah (RTRW) diabaikan begitu saja. Peruntukan kawasan pun menjadi tidak jelas. Area di sepanjang Jalan Diponegoro dan Imam Bonjol yang selama ini identik sebagai kawasan pusat pemerintahan sontak kehilangan wibawanya begitu sebuah pusat perbelanjaan 12 lantai dibangun persis di sebelah kantor Gubernur Sumatera Utara.

Orientasi Wilayah

Secara geografis, wilayah Kota Medan berada antara 3”30’ – 3”43’ LU dan 98”35’ – 98”44’ BT dengan luas wilayah 265,10 km2 dengan batas batas sebagai berikut :

 Batas Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka

 Batas Selatan : Kabupaten Deli Serdang  Batas Timur : Kabupaten Deli Serdang  Batas Barat : Kabupaten Deli Serdang

Topografi Kota Medan cenderung miring ke Utara dan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter diatas permukaan laut. Dari luas wilayah Kota Medan dapat dipersentasekan sebagai berikut: 1. Pemukiman 36,3 %

(5)

5. Perusahaan 4,2 %

6. Kebun Campuran 45,4 % 7. Industri 1,5 %

8. Hutan Rawa 1,8 %

Secara geografis, Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan dan saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya. Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia pada tahun 2001 berkisar antara 23,2ºC - 24,3ºC dan suhu maksimum berkisar antara 30,8ºC - 33,2ºC serta menurut Stasiun Sampali suhu

minimumnya berkisar antara 23,3ºC - 24,1ºC dan suhu maksimum berkisar antara 31,0ºC - 33,1ºC. Kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata berkisar antara 84 - 85%. kecepatan angin rata-rata sebesar 0,48 m/sec, sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 104,3 mm. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2001 ratarata per bulan 19 hari dengan rata-rata curah hujan per bulannya 226,0 mm (menurut Stasiun Sampali) dan 299,5 mm pada Stasiun Polonia. Kota Medan juga merupakan jalur sungai. Paling tidak ada 7 (tujuh) sungai yang melintasinya, yaitu :

Manfaat terbesar dari sungai-sungai ini adalah sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai.

PENDUDUK

Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

Sejak tahun 1996, jumlah penduduk Kota Medan mengalami kenaikan yang cukup

nyata hingga ke tahun 2003. Pada tahun 1996, penduduk Kota Medan berjumlah 1.730.725 jiwa, dan menjadi 1.993.601 jiwa pada akhir tahun 2003. Pertumbuhan penduduk rata-rata adalah 0,68%. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 1,94%, sedangkan pertumbuhan terendah sebesar 0,08% terjadi pada tahun 1999. Jumlah penduduk Kota Medan tahun 1996 sampai dengan tahun 2003 dapat dilihat pada grafik di sebelah.

Sebaran dan Kepadatan Penduduk

(6)

Komposisi penduduk Kota Medan pada akhir tahun 2003 terdiri dari laki-laki sebanyak 990.216 orang (49,67%) dan perempuan sebanyak 1.003.386 (50,33%). Penduduk kelompok umur 15 – 64 tahun merupakan penduduk terbanyak, yaitu 1.365.218 orang (68,48% dari jumlah

penduduk). Hal ini perlu diperhatikan karena usia tersebut merupakan usia produktif.

(7)

1. Infrastruktur Kota Medan

a. Disadari, salah satu tantangan dalam era global yang semakin berorientasi pasar adalah memperkuat daya saing. Oleh karena itu, dukungan jaringan jalan, sarana pelabuhan, lalu lintas udara, sarana telekomunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan

penentu dalam meningkatkan daya saing internasional. Pengembangan kebutuhan infrastruktur ini sekaligus diharapkan dapat memperluas jangkauan kegiatan ekonomi masyarakat, mobilitas penduduk, arus barang dan jasa, serta informasi dengan biaya yang semakin murah.

a. Dukungan Jaringan Jalan

Pembangunan jaringan jalan di Kota Medan diutamakan untuk mendukung sektor ekonomi modern khususnya di industri ekspor. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi produksi dengan menekan biaya pengangkutan, menciptakan akses kepada pasar regional dan internasional sekaligus memperluas pelayanan jasa perkotaan.

Untuk mendukung keserasian antara beban dan kepadatan lalu lintas kenderaan dengan

kemampuan daya dukung jalan, jaringan jalan di pusat pertumbuhan, pusat produksi, dan yang menghubungkan pusat produksi dengan daerah pemasaran, Kota Medan telah dilengkapi dengan prasarana jalan tol Belmera yang menghubungkan pusat produksi dan pelabuhan Belawan dengan Tanjung Morawa. Dalam koordinasi pemerintah propinsi juga direncanakan

pembangunan jalan tol Medan-Binjai dan Medan-Tebing Tinggi sehingga melengkapi kebutuhan jaringan jalan Medan dengan daerah-daerah hinterlandnya.

Disamping itu Kota Medan juga didukung oleh jaringan jalan lintas Sumatera-Jawa yang menghubungkan seluruh propinsi yang ada di pulau Sumatera-Jawa dengan armada transportasi orang dan barang. Untuk dalam kota, Kota Medan juga didukung oleh berbaaagai jembatan layang, terminal dan sarana transportasi perkeretaapian juga sudah sejak lama merupakan sarana pengangkutan orang dan barang yang digunakan untuk masuk dan keluar Kota Medan.

b. Dukungan Sarana Pelabuhan

(8)

c. Dukungan Sarana Lalu Lintas

Untuk mendukung aktifitas perdagangan dan bisnis baik lokal, nasional dan internasional, Kota Medan memiliki fasilitas bandara Polonia Medan, bandara Polonia meerupakan salah satu bandara internasional terbesar di Indonesia setelah bandara Soekarno Hatta, yang melayani hampir seluruh jalur penerbangan domestik dan internasional baik orang maupun barang (ekspor-import) seperti Jakarta, Surabaya, Ujung Pandang, dan lain-lain (domestik), Malaysia,

Amsterdam, Singapura dan lain-lain (internasional). Bandara Polonia terletak tepat di pinggiran Kota Medan dengan berbagai fasilitas yang relatif lengkap, seperti terminal domestik dan internasional yang terpisah, lapangan parkir, pendaftaran keberangkatan, pelayanan pabean, ruang tunggu, pelayanan imigrasi dan ruang kedatangan yang didukung sumber daya manusia dan teknologi kenyamanan dan keamanan penumpang yang tinggi.

d. Dukungan Sarana Telekomunikasi

Kegiatan perdagangan dan bisnis yang terus menerus meningkat baik lokal maupun regional/internasional dari dan ke Kota Medan dengan seluruh dunia dengan dukungan PT. TELKOM dan Indosat. Sistem telekomunikasi yang ada, difasilitasi dengan berbagai prasarana dan sarana telekomunikasi yang diperlukan seperti Sentral Telepon Otomat (STO), Stasiun Monitor (SM), Sambungan Langsung Internasional (SLI), Sambungan Langsung Jarak Jauh (SLJJ), maupun Telepon Umum (TU). Adanya sistem telekomunikasi yang didukung satelit ini menjadikan Kota Medan dapat berhubungan dengan berbagai fasilitas telekomunikasi apapun, seperti telepon genggam (handphone), internet, faximile, email dan lain-lain.

2. Produk Domestik Regional Bruto Kota Medan

Pembangunan dikatakan berhasil bila ditunjang oleh sektor ekonomi yang mapan, karena pada hakekatnya pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha peningkatan taraf hidup masyarakat, mengusahakan kesempatan kerja serta mengurangi ketimpangan kesejahteraan dan pendapatan. Untuk dapat mengembangkan suatu sistem ekonomi yang dapat mendukung pembangunan masyarakat perlu adanya data sebagai indikator perencanaan ekonomi, dimana dengan data yang tersedia akan mempermudah dalam mengambil kebijakan sehingga

pembangunan ekonomi itu tidak salah sasaran dan tepat guna.

(9)

dalam pencapaian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu dari sektor perdagangan. Hal ini dapat terjadi di karenakan letak Kota Medan memang strategis. Keberadaan Pelabuhan Belawan di jalur Selat Malaka yang cukup modern sebagai pintu gerbang atau pintu masuk wisatawan dan perdagangan barang dan jasa baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor), menjadikan Medan sebagai pintu gerbang Indonesia bagian barat.

3. Kegiatan Industri Kota Medan

Untuk mendorong efisiensi berusaha di sektor industri dan perdagangan, Kota Medan menyediakan beberapa kawasan khusus sebagai pilihan lokasi dan investasi dan perdagangan. Kebijakan ini diharapkan mampu mendorong minat berinvestasi di Kota Medan. Sebagai kawasan yang peruntukannya disesuaikan dengan RTRW yang ditetapkan, maka pilihan lokasi ini memberikan berbagai fasilitas (infrastruktur) yang dibutuhkan dalam kegiatan penanaman modal baik yang bersifat lokal, domestik nasional, maupun asing (PMDN/PMA).

Kawasan Industri Medan

Salah satu kawwasan industri yang

menyiapkan fasilitas investasi yang relatif lengkap adalah Kawasan Industri Medan, yang terletak di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli, yang termasuk dalam WPP B. Kawasan Industri ini

(10)

Manajemen KIM juga siap membantu mendapatkan izin berusaha yang ditentukan dengan biaya dan waktu yang telah distandarisasi, sederhana, murah, cepat dan pasti. Harga tanah lokasi pabrik dan untuk keperluan lainnya seperti perkantoran dipastikan lebih murah sehingga dapat menekan biaya investasi yang harus dikeluarkan. Sampai saat ini berbagai jenis perusahaan industri mengambil lokasi investasinya di kawasan ini baik yang berskala besar, sedang maupun kecil.

Perusahaan di Kawasan Industri Medan (KIM)

Keterangan Jumlah Unit Pengolah Limbah 4.500 M3/hari

Perkampungan Industri Kecil (PIK)

Kebijakan pengembangan sektor industri juga mencakup kebijakan pengembangan sub sektor industri kecil menengah (UKM). Salah satu strategi yang ditempuh adalah membangun lokasi khusus industri kecil menengah (UKM) yang diberi nama Perkampungan Industri Kecil (PIK). di Kelurahan Medan Tenggara Kecamatan Medan Denai, yang termasuk ke dalam WPP C. Kawasan ini memiliki luas 14.496 M². Manajeman PIK juga menyediakan lahan dengan harga yang relatif murah dengan berbagai fasilitas produksi yang diperlukan seperti halnya KIM, termasuk bantuan mendapatkan mitra usaha, permodalan dan pelatihan kewirausahawan, manajemen produksi dan pemasaran untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan sehingga memiliki daya saing baik di pasar lokal, domestik maupun kebutuhan pasar ekspornya. Sampai saat ini sejumlah pengusaha kecil menengah (UKM) telah mengambil lokasi di kawasan PIK, dengan berbagai jenis produk industri kecil menengah yang dihasilkan.

Kawasan Industri Baru (KIB)

Untuk mengantisipasi kebutuhan lokasi berusaha yang lebih besar pada masa datang sesuai dengan perkembanganindustri yang ada khususnya memasuki era perdagangan bebas (AFTA/APEC, danlain-lain), Kota Medan juga menyediakan kawasan yang disebut Kawasan Industri Baru (KIB) di Kecamatan Medan Labuhan dengan luas 650 Ha yang dapat diperluas mencapai 1000 ha. Seperti halnya kawasan industri yang sudah ada lebih dahulu, kawasan ini juga menyediakan berbagai fasilitas berproduksi yang dibutuhkan seperti tenaga listrik, air bersih, jaringan telepon, gas dan unit pengolahan limbah termasuk sarana pelabuhan. Kawasan ini juga termasuk kawasan berikat (bounded area), sehingga kebutuhan perizinan yang

diperlukan diselenggarakan satu atap (one stop service) dan diselenggarakan oleh manajemen KIB secara langsung.

(11)

tahap pengaturan kawasan berikat, sedang bidang perizinan, kewenangannya telah diserahkan kepada Pemerintah Kota Medan. Olehkarena kawasan ini relatif baru maka kawasan ini juga menunggu mitra manajemen pengolaan lahan untuk lebih meningkatkan produktivitas khususnya bagi investor asing.

Profil Infrastruktur Kawasan Industri Baru (KIB)

Keterangan Jumlah

Area 650 Ha

Ketinggian rata-rata 5,0 Above sea level

Ukuran minimum 3.200 M2

Listrik 270 MVA

Telepon 2.000 lines

Faksimili 300 lines

Supplai air 30.000 M3/day

Unit Pengolahan Limbah 48.000 M3/day

Jalan primer 26 M Wide

Jalan sekunder 24 M Wide

Sumber Informasi:

Buku Kota Medan Pintu Gerbang (Bappeda)

Struktur Ekonomi

Struktur perekonomian kota yang kokoh akan menjadi motorpenggerak perekonomian dan sekaligus penopang ketahanan ekonomi daerah. Struktur ekonomi Kota Medan didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi terhadap PDRB rata-rata sebesar 27,09 persen per tahun. Sumbangan sektor transportasi dan telekomunikasi rata-rata sebesar 20,52 persen, sektor industri dan pengolahan sebesar 12,86 persen, serta sektor keuangan dan jasa perusahaan sebesar 14,52 persen pertahun.

Ciri perekonomian Kota Medan yang berbasis sektor jasa,perdagangan dan restoran juga dipengaruhi oleh pola perkembangan Kota Medan yang ditandai oleh meningkatnya pusat-pusat perdagangan yang berskala besar, bangunan hotel-hotel dan restoran, serta transportasi dan telekomunikasi.

Pertumbuhan Ekonomi

Perkembangan ekonomi Kota Medan sangat di pengaruhi oleh perkembangan ekonomi nasional dan global. Kinerja perekonomian kota relatif cukup baik. Sesuai dengan RPJM Kota Medan tahun 2011-2015, Pemerintah Kota Medan mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang progresif, dinamis dan

berkelanjutan dengan menjaga stabilitas ekonomi daerah, mendorong investasi daerah, dan meningkatkan efektivitas pengeluaran pemerintah. Melalui

berbagai langkah tersebut, perekonomian Kota Medan tumbuh rata-rata di atas 8,28 persen pertahun.

(12)

Disamping itu Kota Medan merupakan barometer perekonomian daerah, yang menyediakan sumber daya manusia lebih unggul dan prasarana sosial

ekonomi yang lebih baik di Provinsi Sumatera Utara. Beberapa potensi unggulan layak dikembangkan, untuk mendukung kinerja pembangunan kota dengan melihat potensi pendukung bidang usaha potensial yang ada, sehingga dapat meningkatkan pembangunan kotadan dapat berimbas ke

Kabupaten/Kota sekitarnya seperti bidang usaha perdagangan, hotel dan restoran serta sektor keuangan.

Jumlah lembaga keuangan mikro di Kota Medan sebanyak 207 unit yang terdiri dari: (1) usaha simpan pinjam (USP) sebanyak 178 unit,(2) koperasi simpan pinjam (KSP) 4 unit, dan (3) BMT sebanyak 25 unit.

Dari industri kecil, terdapat sepuluh produk yang dijadikan sebagai produk andalan Kota Medan jika dilihat dari aspek pasar. Komoditi unggulan ini termasuk produk konsumsi sederhana, misalnya perabot rumah tangga dari kayu, anyaman rotan, alas kaki dan barang hasil konveksi. Adapun komoditi unggulan dari industri kecil makanan misalnya kopi olahan, sirup markisa, bika ambon dan kerupuk ubi. Salah satu produk makanan ini, bika ambon telah menjadi buah tangan yang khas untuk dibawa bagi yang berkunjung ke Kota Medan.

Kota Medan merupakan kota ketiga terbesar di Indonesia, maka seperti kota besar pada umumnya, Medan memiliki kawasan industri. Saat ini terdapat dua kawasan industri di Medan yaitu Kawasan Industri Medan (KIM) 1 dan KIM 2 yang berlokasi dekat Pelabuhan Belawan. KIM memiliki luas lahan 514 Ha dan menyediakan fasilitas listrik 120 MW. Saatini terdapat 86 perusahaan swasta nasional yang menempati lokasi tersebut berdampingan dengan 17 perusahaan asing, sehingga Kota Medan dinilai sebagai kota yang relatif aman untuk berinvestasi di Indonesia.

Untuk mengantisipasi perkembangan industri dan kebutuhan lokasi berusaha yang lebih besar, Kota Medan telah menyediakan Kawasan Industri Baru (KIB), yang terletak di Kecamatan Medan Labuhan dengan lahan yang disediakan 650 Ha, dan masih bisa dikembangkan menjadi 1.000 Ha.Pada proses

selanjutnya KIB ini kemudian akan dikembangkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus dengan total luas wilayah perencanaan beradadi atas lahan seluas ± 2.000 Ha dan telah ditetapkan melalui SK Walikota Medan Nomor

640/623.K/2008 tanggal 22 Juli 2008 serta telah dilakukan kajian studi kelayakan dan master plannya pada tahun 2009 dan 2010.Selain itu

Pemerintah Kota Medan juga menyediakan lahan bagi kegiatan industri kecil yakni Perkampungan Industri Kecil (PIK) yang terletak di Kecamatan Medan Denai.

(13)

besar bangunan tersebut masih ada, indah dan memberi gambaran utuh pada Kota Medan masa lalu. Wisata kuliner merupakan jenis wisata yang

melengkapi kepariwisataan Kota Medan.

Fasilitas pergudangan pelabuhan, bisnis pergudangan sangat eratkaitannya dengan perkembangan industri, ekspor dan impor. Dalam menghadapi era globalisasi dan pasar bebas, diperkirakan arus ekspor dan impor akan semakin meningkat, berdampak pada peningkatan bisnis pergudangan. Permintaan atas bangunan yang berupa gudang, juga semakin meningkat sebagai dampak deregulasi di sektor industri manufaktur serta perdagangan internasional. Sebagai tindak lanjut adanya peraturan dalam rangka mengatur tata ruang kota maka pergudangan umum yang terletak di daerah kota

cenderung harus di relokasi,sementara itu permintaan akan ruangan gudang semakin meningkat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa masih ada pangsa pasar untuk bisnis pergudangan di Kota Medan, namun

pertumbuhannya harus dikendalikan sesuai dengan rencana tata ruang kota. Pertumbuhan ekonomi Kota Medan digerakkan oleh pertumbuhan konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan nilai dari ekspor impor. Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Kota Medan Tahun mengalami peningkatan dari Tahun 2009 sebesar 6,55 %, Tahun 2010 sebesar 7,15 % dan Tahun 2011 sebesar 7,69 %.

Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto atas harga dasar konstan (2000) Kota Medan

terus meningkat. Nilai PDRB meningkat dari Rp. 33,4 Trilyun pada tahun 2009 menjadi Rp. 38,5 Trilyun pada tahun 2011 atau meningkat sebesar

14,84 persen. Pertumbuhan PDRB Kota Medan pada tahun 2011 mencapai 7,69 persen dengan pertumbuhan tertinggi di sektor jasa sebesar 9,22 persen, sektor keuangan dan jasa perusahaan sebesar 9,07 persen, dan sektor

perdagangan, hotel dan restoran sebesar 9,04 persen.

Sementara, pertumbuhan paling rendah terjadi pada sektor penggalian. Pertumbuhan ekonomi Kota Medan dipengaruhi oleh pertambahan jumlah tenaga kerja dan investasi terutama di sektor tersier (jasa-jasa) dan sekunder (industri pengolahan). Pertumbuhan PDRB tersebut menunjukkan bahwa kinerja perekonomian kota selama periode 2005-2009 relatif baik didukung oleh struktur ekonomi yang sebagian besar dari sektor tersier (69,71 persen), sektor sekunder(27,40 persen) dan sektor primer (2,89 persen).

Walaupun pertumbuhan PDRB (ADHK) Kota Medan selama periode Tahun 2005-2009 relatif cukup berarti, namun tantangan klasiknya adalah

pertumbuhan yang belum sepenuhnya berkualitas mendukung efisiensi perekonomian kota, disamping belum mampu mendorong penciptaan lapangan kerja secara masif.

PDRB Per Kapita

(14)

juta berdasarkan harga berlaku dan sebesar Rp.35,94 juta berdasarkan harga konstan. PDRB perkapita Kota Medan atas dasar harga berlaku juga

meningkat dari Rp 72,63 juta pada tahun 2009 menjadi Rp.93,61 juta pada tahun 2011 atau meningkat sebesar 29 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara riil terjadi peningkatan kemampuan konsumsi masyarakat yang pada akhirnya akan meningkatkan taraf hidup masyarakat Kota Medan.

Potensi pengembangan wilayah

Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah, Kota Medan dapat di identifikasi sebagai wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai salah satu pusat perekonomian daerah dan regional yang penting serta utama di Pulau Sumatera. Kota Medan memiliki kedudukan, fungsi dan peranan penting serta strategis sebagai pintu gerbang utama bagi kegiatan jasa perdagangan barang dan keuangan domestik, maupun regional/internasional dikawasan barat Indonesia dengan dukungan faktor-faktor dominan yang dimilikinya. Pembangunan dan pengembangan fisikKota Medan diarahkan untuk kepentingan kerjasama pembangunan kawasan industri dan

perdagangan baru dalam rangka memperbaiki kualitas hidup masyarakat, menciptakan daya tarik pusat kota dan mendorong pengembangan dunia

usaha. Keinginan untuk menjadikan Kota Medan sebagai kota jasa,

perdagangan, keuangan dan industri berskala regional dan nasional didukung oleh beberapa faktor antara lain : (1) 60,8% industri perbankan memilih lokasi di Kota Medan; (2) 84,8% kredit perbankan diserap oleh kegiatan ekonomi kota; (3) Usaha industri yang terus berkembang, dimana sampai saat ini telah mencapai 5.596 usaha, baik berskala usaha besar, sedang dan kecil; (4) ketersediaan kawasan-kawasan industri;(5) berkembangnya pusat-pusat perbelanjaan, pertokoan, perkantoran, kota-kota baru, perhotelan, pusatpusat jajanan, dan lain-lain serta (6) struktur ekonomi kota yang terbentuk

sampai saat ini yang cenderung semakin kuat secara fundamental. Sesuai dengan RTRW Nasional, RTRW Provinsi Sumatera Utara,RTRW Mebidangro dan RTRW Kota Medan, potensi pengembangan wilayah Kota Medan yang utama adalah: (1) sebagai pusat kegiatan nasional, (2) sebagai kawasan strategis nasional, (3) sebagai ibukota propinsi Sumatera Utara, (4) sebagai pusat jasa, perdagangan, industri, pariwisata, pendidikan dan

kesehatan, dan (5) sebagai dinamisator serta lokomotif bagi pertumbuhan wilayah hinterlandnya sehingga direncanakan menjadi salah satu Kota Metropolitan baru di Indonesia.

Potensi pengembangan wilayah Kota Medan juga didukung oleh kedudukan strategis Kota Medan secara regional, nasional dan internasional, seperti

Medan memiliki jarak tempuh yang relatif singkat dengan kota-kota/negaranegara lain secara regional/internasional, yaitu : (1) Kuala Lumpur : 40 menit,

(2) PulauPinang/Ipoh : 30 menit, (3) Singapore : 55 menit, (4)

PekanBaru/Padang : 45 menit, (5) Aceh : 40 menit dan (6) Jakarta :120 menit dan lain-lain.

(15)

Angka Melek Huruf

Selama periode 2007- 2009, hasil pembangunan pendidikan yang

diselenggarakan telah meningkatkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas. Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan rata-rata lama sekolah (RLS) sebesar 0,1 tahun, dan peningkatan angka melek huruf (AMH) sebesar 0,2 persen. Dengan angka rata-rata lama sekolah pada tahun 2009 sebesar 10,7 tahun, berada di atas provinsi Sumatera Utara (8,6 tahun).

Angka Partisipasi Sekolah

Kemajuan dalam penyelenggaraan pendidikan selama periode 2006-2009 juga ditunjukkan oleh peningkatan angka partisipasi sekolah(APS) pada setiap kelompok usia sekolah. Untuk kelompok usia 7-15tahun, pada tahun 2009 menunjukkan pencapaian APS relatif tinggi, yakni hanya sebesar 0,4 persen penduduk berusia 7-12 tahun yang tidak bersekolah, dan sebesar 4,3 persen pada kelompok usia 13-15 tahun.

Sementara untuk kelompok usia 16-18 tahun masih sebanyak 17,6 persen yang tidak bersekolah. Kondisi APS yang relatif masih rendah terjadi untuk kelompok usia 19-24 tahun, dan hal ini sangat berkaitan erat dengan masih rendahnya kemampuan masyarakat untuk membiayai sekolah di perguruan tinggi.

Angka Partisipasi Kasar

Meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan diKota Medan, ditunjukkan oleh Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk jenjang pendidikan SD/MI hingga mencapai 96,68 persen pada tahun 2012, sebesar 95,50 persen untuk jenjang SMP/MTs, dan 110,29 persen untuk jenjang

SMA/MA/SMK. Sementara berdasarkan Angka Partisipasi Murni untukjenjang SMA/SMK/MA/Paket C telah mencapai 89,74 Persen..

Adanya anak usia sekolah yang putus sekolah, khususnya pada usia16-18 tahun lebih disebabkan alasan–alasan ekonomi yang terkait dengan aspek kemiskinan, misalnya apabila pemungutan biaya tambahan yang diadakan sekolah-sekolah dibiarkan dan tidak ditertibkan, maka akan bertambah banyak deretan anak-anak yang tidak bersekolah karena tidak mampu

memenuhi bayaran yang diwajibkan, terutama pada sekolah-sekolah unggulan yang relatif memberikan beban tambahan lebih tinggi kepada siswa.

Kondisi pendidikan pada kelompok anak usia dini (4-6 tahun) antara lainadalah masih terbatasnya penduduk yang dapat mengenyam pendidikan anak usia dini (PAUD), baik itu Taman Kanak-Kanak (TK), RA, ataupun penitipan anak. Sampai tahun 2012,jumlah anak atau siswa yang mengenyam jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD) mencapai 100,32 persen.

Keberhasilan pembangunan di sektor pendidikan di Kota Medan, ternyata belum diikuti oleh pemerataan pencapaian hasil pendidikan pada tingkat kecamatan. Berdasarkan survei tahun 2009, Angka Melek Huruf 100persen baru dicapai oleh 6 kecamatan.

Rasio Ketersediaan Sekolah

Jumlah sekolah dasar (SD/MI) meningkat dari 797 unit pada tahun

(16)

(SMP/MTs) meningkat dari 368 unit pada tahun 2005 menjadi 422 unit pada tahun 2009. Jumlah sekolah menengah atas (SMA/MA) meningkat dari 255 unit pada tahun 2005 menjadi 367 unit pada tahun 2009.

Peningkatan mutu pendidikan dan relevansi pendidikan juga harus dilakukan dengan peningkatan fasilitas pendidikan yang sudah ada guna memperkuat pendidikan keterampilan, khususnya bagi peserta didik yang tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Untuk penyelenggaraan pendidikan di jenjang sekolah dasar dan menengah diperlukan jumlah dan kualitas

sarana pendidikan yang memenuhi standar pelayanan minimal (SPM). Berdasarkan datatahun 2008/2009 kondisi bangunan sekolah dan ruang kelas masih banyak kondisi rusak berat dan rusak ringan.

Banyaknya murid yang lulus menurut tingkat sekolah

Jumlah murid yang lulus menurut tingkat sekolah dalam hal ini SMP, SMA, dan SMK Negeri dan Swasta mengalami peningkatan dari tahun tahun 2009 sebanyak 60.038 siswa, tahun 2010 sebanyak 54.602 siswa, tahun 2011 sebanyak 65.429 siswa.

Kesehatan Masyarakat

Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat Kota Medan selama periode2009-2011 ditunjukkan oleh penurunan angka kematian bayi (AKB) pada Tahun 2009 sebanyak 20 kematian, tahun 2010 sebanyak 17 kematian dan tahun 2010 terdapat 10 kematian, peningkatan Angka Harapan Hidup (AHH). Berdasarkan AHH sebesar71,5 tahun pada tahun 2009, terjadi peningkatan sebesar 0,8 tahun dibanding tahun 2006. Di samping itu, rata-rata angka lahir hidup padatahun 2009 juga semakin membaik yaitu semakin turun menjadi 1,31 jiwadari angka sebelumnya tahun 2006 sebesar 1,39 jiwa. Hal ini mengindikasikan bahwa pada tahun 2009 rata-rata jumlah anak yang

dilahirkan hidup oleh seorang wanita lebih kecil dibandingkan jumlah ratarata bayi yang dilahirkan pada tahun 2006.

Gambaran kondisi kesehatan masyarakat Kota Medan lainnya yang berkaitan dengan pola hidup sehat dan bersih (PHBS), diantaranya masih relatif

rendahya pemberian air susu eksklusif, dimana pada tahun 2009 masih

dijumpai sebanyak 32,45% bayi yang tidak memperoleh ASI eksklusif. Relatif tingginya prevalensi gizi kurang dan gizi lebih pada balita, dimana hal ini menunjukkan perilaku yang salah dalam pola pemberian makanan pada bayi dan balita. Pada tahun 2009 terdapat sebanyak0,52% (911) balita dengan gizi buruk, 3,21% (5.676) balita dengan gizi kurang. Hal lainnya yang

menunjukkan rendahnya PHBS ini adalah adanya kecenderungan

meningkatnya penderita HIV/AIDS, yang menggambarkan adanya perilaku seksual yang tidak aman dan penyalahgunaan NAPZA, dimana sampai tahun 2009 diperkirakan terdapat pengguna NAPZA sebanyak 20.000 orang, dan penderita HIV/AIDS yang mencapai 493 orang.

Membaiknya taraf kesehatan masyarakat selama tahun 2006 – 2009, tidak terlepas dari meningkatnya penyelenggaraan pelayanan kesehatan

masyarakat, baik pelayanan dasar maupun rujukan. Pelayanan kesehatan tersebut didukung oleh keberadaan 39 puskesmas dan 41 puskesmas

(17)

masih menjadi sentra pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat yang ditandai dengan angka kunjungan sebesar 1.096.023 jiwa tahun 2009. Sebanyak 39 puskesmas yang ada, 13 diantaranya telah ditingkatkan statusnya menjadi puskesmas rawat inap, dengan dukungan tenaga dokter spesialis secara berkala.

Sedangkan jumlah posyandu sebanyak 1.405 unit, dan secara keseluruhan merupakan posyandu aktif, dengan fungsi-fungsi utama seperti imunisasi, pencegahan/penanggulangan balita gizi buruk, pemeriksaan ibu hamil, pelayanan KB, sekaligus sarana berbagai penyuluhan kesehatan masyarakat. Pada tingkat pelayanan kesehatan rujukan, Kota Medan memiliki Rumah Sakit tipe B, yaitu RS. DR. Pirngadi Medan. Fungsi terdepan yang tetap

diselenggarakan oleh rumah sakit adalah pelayanan sosial kesehatan bagi masyarakat terutama bagi masyarakat kurang mampu, bahkan dengan

pelayanan tanpa bayar

TABEL INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

(18)
(19)

Gambar

Tabel Data Kemiskinan per Kecamatan

Referensi

Dokumen terkait

Perlihatkan bahwa frame tersebut tidak kredibel dengan menunjukkan inkonsistensinya, ketidaksambugannya dengan kenyataan dan ketidakkredibelan artikulatornya, khususnya

Sedangkan melihat dari penggunaan bahan bakar, efisiensi termal mesin diesel dengan menggunakan DJM5 lebih kecil bila dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 200 responden dan uraian-uraian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa tingkat kualitas

Upaya tata kelola sumber daya lokal seperti ditunjukkan oleh petani kecil pembudidaya ubi kayu di Rancamanggung Kabupaten Subang, layak untuk dikaji lebih dalam – khususnya

Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis dekriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan

Kompetensi yang dimaksud dijelaskan dalam Panduan Tugas Akhir Mahasiswa Jenjang Pendidikan Strata 1 bahwa: “ Penyaji tari harus memiliki kemampuan menyajikan repertoar tari hasil

Pernah suatu ketika Syeikh Abdul Qadir didatangi oleh seorang Raja (Abul Mudhaffar). Maksud dari kedatangan sang Raja adalah memberikan hadiah berupa 10 kantong

Selama Penggunaan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Kuis Tim dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIIE SMP Negeri 1 Bukittinggi pada tahun pelajaran 2010/2011 dapat