LAPORAN TUGAS AKHIR
TENTANG
MEKANISME PENGENAAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK HIBURAN DI DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN
Oleh :
Nama
: RINI CANTIKA
NIM
: 122600132
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi
Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepadaAllah SWT yang mana atas Rahmat Nya, segala kebaikan-Nya dan Ridho-Nya saya diberikan kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan
Laporan tugas akhir saya sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Diploma III Perpajakan Universitas Sumatera Utara.
Laporan Tugas Akhir yang berjudul “ MEKANISME PENGENAAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK HIBURAN PADA DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN “ ini disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat - syarat untuk menyelesaikan studi di Program Studi Diploma III Administras Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara tahun 2015/2016. Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
terdapat kekurangan kekurangan baik dalam hal penyajian materi maupun bahasa penyampaiannya. Oleh karena itu, dengan segala hormat dan setulus hati serta
kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara.
selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan
menyumbangkan pikiran kepada penulis kearah yang lebih sempurna sehingga selesainya laporan tugas akhir ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staf dan pegawai Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu, mendidik, membimbing penulis selama perkuliahan.
6. Kepada Tax Centre Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sumatera Utara yang telah menyediakan tempat buat kami beristirahat, mengumpulkan tenaga sebelum
melakukan aktivitas kembali.
7. Bapak Muhammad Husni, SE, MSi selaku Kepala Dinas Pendapatan Kota Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan riset pada
Dinas Pendapatan Kota Medan.
8. Bapak Dr. Nawawi selaku Kepala Sub Bagian Pendataan dan Penetapan Dinas Pendapatan Kota Medan.
9. Ibu Popy Maya Syafira, SP. MM, Bg Sofwan, Bg Irwan dan beserta seluruh staf dan pegawai kantor Dinas Pendapatan Kota Medan yang telah membantu penulis
dalam pengambilan data.
10. Terimakasih untuk orangtua tersayang, Ayahanda dr. Nampati Perangin – angin dan Ibunda Nomi susanti br Ginting yang telah membesarkan, mendidik, memberikan
12. Teman Teman terbaik seperjuangan Fajrina Laily Azhar, Nuzul Melinda Nst, dan
Ade Harista yang selalu menghibur saya suka maupun duka.
13. Buat teman-teman Adm. Perpajakan 2012 khususnya buat teman-teman kelas C ,
Bella Siska
14. Sahabat terbaik yang selalu mendukung saya, Toni, Christyne, Indah dan Adi 15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuan
dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung yang membantu penulis selama penyusunan laporan ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini
masih jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Akhirnya, penulis berharap agar laporan yang telah penulis susun dapat memberikan sumbangan pikiran dan menambah bahan referensi yang
bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Medan, 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……… i
DAFTAR ISI……….. ii
BAB I PENDAHULUAN... iii
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 1
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 5
C. Uraian Teoritis ... 7
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)... . 10
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... . 11
F. Metode Pengumpulan Data ... 12
G. Sistematika Penulisan LaporanPKLM ... 13
BAB II STRUKTUR ORGANISASI DAN FUNGSI ... 16
A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ...… 16
B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan ... 18
C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan ... .. 20
D. Gambaran Umum Pegawai Di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ... 32
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK HIBURAN ... 34
A. Ketentuan Umum ... 34
B. Subjek dan Objek Pajak Hiburan ... 36
D. Mekanisme Pemungutan Pajak Hiburan ... 42
E. Penetapan Pajak Hiburan ... 48
F. Tata Cara Pembayaran Pajak Hiburan... 50
G. Tata Cara Penagihan Pajak ... 52
H. Ketentuan Pidana ... 53
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI ... 54
A. Analisa Masalah yang dihadapi ... 54
B. Upaya Yang Dilakukan Dalam Meningkatkan Pajak Hiburan ... 56
C. Target dan Realisasi Pajak Hiburan Kota Medan ... 58
D. Jumlah Wajib Pajak Hiburan Dengan Self Dan Official Assesment ... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62
KESIMPULAN ... 63
B. SARAN ... 64
DAFTAR PUSTAKA……….. 65
DAFTAR TABEL
Indonesia sebagai negara berkembang terus menggalakkan pembangunan di
segala bidang kehidupan dengan tujuan mengejar ketertinggalan dari negara lain dan untuk mewujudkan kehidupan bermasyarakat yang adil dan sejahtera bagi masyarakat
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Indonesia sebagai negara berkembang terus menggalakkan pembangunan di segala bidang kehidupan dengan tujuan mengejar ketertinggalan dari negara lain dan
untuk mewujudkan kehidupan bermasyarakat yang adil dan sejahtera bagi masyarakat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Untuk
menyukseskan pelaksanaan pembangunan tersebut diperlukan dana yang cukup besar. Sumber dana yang digunakan untuk melaksanakan pembangunan tersebut berasal dari berbagai sumber, salah satunya berasal dari partisipasi masyarakat dalam
bentuk pembayaran pajak.
Sekarang pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang
paling diandalkan.Hingga saat ini, penerimaan Negara dari sektor perpajakan mencapai lebih dari 70% dari total penerimaan negara. Kedepan kontribusi penerimaan pajak diharapkan terus meningkat seiring dengan meningkatnya
kebutuhan negara serta untuk mewujudkan kemandirian ekonomi yang dicanangkan pemerintah. Usaha yang dapat dilakukan untuk mewujudkan kemandirian suatu
daerah yang telah menjadi sumber penerimaan yang dapat diandalkan bagi daerah.
Pada saat ini,sektor perpajakan memegang peran penting sebagai sumber penerimaan utama negara, baik untuk penerimaan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan pajak sebagai pencerminan kewajiban dibidang perpajakan berada pada anggota masyarakat Wajib
Pajak sendiri. Pemerintah dalam hal ini sebagai aparatur perpajakan sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan, dan pengawasan
terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan yang telah digariskan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, disebutkan bahwa Pemerintah Daerah memiliki Pendapatan
Asli Daerah (PAD), yang berasal dari HasilPajak Daerah, Hasil Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah (BUMD),Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Daerah yang sah. Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 juga menjelaskan tentang perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah bersumber dari Pendapatan Asli
Daerah dan Penerimaan berupa Dana Perimbangan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,Pendapatan Daerah, yang berupa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan
melaksanakan otonomi, yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa Pajak daerah adalah pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan guna pembiayaan pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 sebagai perubahan atas Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pemerintah kota Medan dalam melaksanakan
Undang – undang Nomor 28 Tahun 2004 berdasarkan Peraturan daerah Kota Medan Nomor 12 tahun 2003, Dimana pajak daerah terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota terdiri dari:
1. Pajak Provinsi:
a. Pajak Kendaraan Bermotor
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor d. Pajak Air Permukaan
e. Pajak Rokok
2. Pajak Kabupaten/Kota: a. Pajak Hotel
b. Pajak Restoran
d. Pajak Reklame
e. Pajak Penerangan Jalan
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
g. Pajak Parkir h. Pajak Air Tanah
.i. Pajak Sarang Burung Walet
j. Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan k. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Berdasarkan jenis Pajak Daerah di atas, yang menjadi pembahasan adalah Pajak Hiburan, dimana pajak hiburan sangat potensial dalam meningkatan Penerimaan daerah, maka dalam menyelenggarakan Pajak Hiburan tersebut
Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendapatan Kota harus mengawasi proses Pelaksanaan Pajak Hiburan ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Daerah yang telah ditetapkan. Dinas Pendapatan Kota mempunyai peranan yang sangat besar
dalam Menyelenggarakan Pajak Hiburan. Pajak Dinas Pendapatan Kota dituntut untuk dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dalam melaksanakan
Pajak Hiburan tersebut Pemerintah tentunya mendapat permasalahan. Oleh karena itu, petugas yang berwenang dalam pelaksanaan Pajak Hiburan ini harus meningkatkan kinerjanya, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang timbul. Apabila
permasalahan tersebut dapat diatasi, tentunya akan meningkatkan penerimaan daerah, sehingga dapat membiayai pembangunan daerah. Banyaknya tugas yang dilakukan
bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah, karena itu mahasiswa merasa perlu
untuk mengetahui lebih dalam apa saja yang harus dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kota Medan dalam mengelola Pajak Hiburan di Kota Medan. Hal inilah yang
membuat Penulis memilih Dinas Pendapatan Kota Medan sebagai tempat praktik, dan “Mekanisme Pengenaan Dan Pemungutan Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan Kota Medan”. Sebagai objek yang menarik untuk dijadikan wadah PKLM.
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan suatu kegiatan intrakulikuler Yang dilaksanakan oleh mahasiswa secara mandiri yang dimaksudkan untuk
memberikan pengalaman praktis dilapangan yang secara berhubungan dengan teori - teori keahlian yang diterima dibangku perkuliahan untuk salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma
Administrasi Perpajakan FISIP USU.Setiap usaha atau kegiatan sudah tentu mempunyai tujuan dan manfaat yang Ingin dicapai.
1. Tujuan dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Adapun tujuan dari kegiatan PKLM ini adalah :
1.1 Mekanisme pengenaan dan pemungutan pajak hiburan di Dinas Pendapatan
Daerah Kota Medan.
1.2 Kendala - kendala yang dihadapi dalam pemungutan pajak hiburan.
1.4 Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Medan dalam
meningkatkan pajak hiburan.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
2.1. Bagi Mahasiswa :
a. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari seperti permasalahan yang
timbul selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
b. Meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan dan memantapkan
pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmunya khususnya dibidang perpajakan.
c. Guna merangsang mahasiswa untuk beraktifitas dalam melakukan pekerjaan secara
efesien dan efektif melalui Praktik Kerja Lapangan.
d. Menguji dan mengukur kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa dalam menghadapi situasi dunia kerja yang sebenarnya.
2.2. Bagi Dinas Pendapatan Kota Medan
a. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Dinas Pendapatan Kota Medan dengan lembaga pendidikan khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.
b. Guna memenuhi kebutuhan akan tenaga-tenaga terampil yang sesuai Dengan keahliannya dan nantinya merupakan tenaga ahli yang siap dipakai sesuai dengan
c. Dengan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi mahasiswa dituntut
terhadap instansi Dinas Pendapatan Kota Medan baik berupa saran maupun kritikan yang bersifat membangun yang menjadi sumber masukan untuk meningkatkan
kinerja dilingkungan Instansi Dinas Pendapatan Kota Medan.
2.3. Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan:
a. Membuka interaksi antara dosen dengan Instansi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan yang bersangkutan dalam memberikan uji nyata Mengenai ilmu pengetahuan
yang diterima mahasiswa melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri
b. Mempertinggi pandangan masyarakat terhadap Sumber Daya Manusia (SDM) yang dihasilkan dari Lembaga Pendidikan Nasional khususnya untuk Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan.
c. Guna meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan serta memantapkan pengetahuan dan keterampilan Mahasiswa dalam menerapkan ilmu khususnya
dibidang perpajakan.
C. Uraian Teoritis 1. Pengertian Pajak
Menurut Rochmat Sumitro, pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak
rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk simpanan publik (public saving) yang merupakan sumber utama
rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak atau
Retribusi, penentuan besarnya pajak atau Retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak atau retribusi kepada Wajib Pajak atau Wajib
Retribusi serta pengawasan penyetorannya (Suandy, 2005 : 2).
Berdasarkan Undang – undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang perubahannya Undang - undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah tentang pajak yang dimaksud dengan pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang yang bersifat memaksa berdasarkan undang - undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar - besarnya untuk kemakmuran rakyat. Daerah Otonom adalah
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (Siahaan, 2008 : 51). Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan / atau
keramaian yang dinikmati dengan pungutan bayaran. Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Selain itu pajak hiburan dapat pula diartikan sebagai pungutan daerah atas penyelenggaraan hiburan. Pajak hiburan tidak
mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah
pajak kabupaten/kota. Mengingat kondisi kabupaten dan kotadi Indonesia tidak
sama, termasuk dalam hal jenis hiburan yang diselenggarakan,maka untuk dapat diterapkan pada suatu daerah kabupaten/ kota pemerintah daerah setempat harus
mengeluarkan peraturan daerah tentang Pajak Hiburan yang akan menjadi landasan hukum operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan Pajak Hiburan di daerah kabupaten/ kota yang bersangkutan.
2. Objek Pajak
Objek Pajak Hiburan adalah jasa penyelenggaraan Hiburan dengan di pungut
bayaran, termasuk antara lain : tontonan film, pergelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana, kontes kecantikan, binaraga dan sejenisnya, pameran, diskotik, karaoke, club malam dan sejenisnya, sirkus, akrobat, dan sulap, permainan bilyard,
golf, dan boling, pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan adalah termasuk penyelenggaraan wisata air antara lain : rafting, waterboom, parasailling, dan sejenisnya, panti pijat, refleksi, mandi uap,/spa, pusat kebugaran
(fitness centre) dan pertandingan olahraga. Dan subjek Pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang menikmati Hiburan.
3. Dasar Pengenaan Pajak
Dasar pengenaan pajak hiburan adalah jumlah pembayaran atau yang
dalam Harga Tiket Masuk ( HTM). Besarnya pokok pajak hiburan yang terhutang
dihitung dengan cara mengkalikan tariff pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum perhitungan pajak hiburan adalah sesuai dengan rumus berikut:
Pajak Terhutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak
=Tarif Pajak x JumlahPembayaran UntukMenonton/Menikmati Hiburan
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah:
1. Mekanisme pengenaan dan pemungutan pajak hiburan di Dinas Pendapatan daerah Kota Medan.
2. Kendala - kendala yang dihadapi dalam pemungutan pajak hiburan.
3. Faktor - faktor yang mempengaruhi penerimaan Pajak Hiburan
4 Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Medan dalam
meningkatkan pajak hiburan
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Untuk memperoleh data - data dan informasi yang berhubungan dengan Mekanisme Pengenaan dan Pemungutan Pajak Hiburan pada Dinas Pendapatan
1. Tahap Persiapan
Yaitu dimulai dari kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa sebelum melakukan PKLM ke objek PKLM yang meliputi kegiatan seperti pemilihan
objek PKLM, lokasi PKLM, pengajuan proposal PKLM, dan surat pengantar PKLM dari pihak fakultas atau Program Diploma III Administasi Perpajakan. 2. Studi Literatur
Merupakan kegiatan studi mencari data dan informasi dengan membaca landasan teori, menelaah buku – buku literatur, peraturan perundang - undangan
dibidang perpajakan, majalah, surat kabar, internet, catatan - catatan, maupun bahasa tertulis yang ada hubungannya dengan laporan PKLM.
3. Studi Observasi Lapangan
Melakukan pengamatan secara langsung untuk mengetahui keadaan kinerja pada Dinas Pendapatan Kota Medan untuk mendapat gambaran mengenai masalah yang akan diteliti.
4. Pengumpulan Data
Didalam melaksanakan PKLM, penulis juga mengumpulkan data yang
diperlukan dalam menyusun laporan akhir dari kegiatan PKL. Data tersebut diperoleh baik dari hal – hal yang sudah dilihat dan tentu saja dari data - data yang diberikan pihak dinas pendapatan daerah baik tertulis maupun data lisan.
4.1. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh melalui wawancara terhadap orang - orang yang dianggap mampu memberi masukan dan informasi serta observasi penulis ke
lapangan tempat objek PKLM. 4.2. Data Sekunder
Yaitu data atau informasi yang diperoleh melalui studi literatur melalui Sumber
- sumber pustaka, undang - undang, dokumentasi maupun literatur lain yang berhubungan dengan objek PKLM.
5. Analisis dan Evaluasi Data
Yaitu setelah data yang diperlukan telah terkumpul secara lengkap maka penulis Sudah dapat , melakukan analisis sesuai dengan metode analisis yang tepat dan
Mengevaluasi data secara kualitatif yang kemudian diinterpretasikan secara objektif, jelas, dan sistematis.
F. Metode Pengumpulan Data
Adapun cara-cara pengumpulan data di atas adalah sebagai berikut :
1. Pengamatan (Observation Guide)
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan cara langsung maupun tidak langsung terjun ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamati,
ketentuan yang berlaku pada instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang
menjadi rahasia dan memiliki resiko yang tinggi. 2.Wawancara (Interview Guide)
Melalui metode ini penulis melakukan wawancara langsung kepada pihak pihak yang berkompeten dibidangnya, serta pihak-pihak lain yang dianggap memiliki pengetahuan tentang permasalahan yang diajukan penulis.
3.Dokumentasi (Optional Guide)
Yaitu pengumpulan daftar – daftar dokumentasi yang diperlukan dalam Instansi yang
bersangkutan untuk menambah okjektifitas yang dibutuhkan untuk melengkapi laporan PKLM. Dokumen tersebut berupa struktur organisasi, peraturan - peraturan daerah, rencana kerja, surat keputusan.
G.Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam pembahasan penulisan laporan ini penulis menyajikan pembahasan
kedalam lima bab. Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan Laporan - Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan secara singkat latar belakang yang menjadi
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK ATAU LOKASI PKLM
Pada bab ini penulis akan menjelaskan gambaran umum Dinas Pendapatan Kota Medan
BAB III GAMBARAN DATA PKLM
Pada bab ini penulis menguraikan secara sistematis dan terperinci tentang peranan Dinas Pendapatan Kota dalam Pajak Hiburan, Objek dan Subjek Pajak Hiburan,
ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi, dan Mekanisme Pengenaan dan Pemungutan Pajak Hiburan
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI
Pada bagian ini diuraikan mengenai penganalisaan masalah yang timbul dan alternative pemecahan masalah juga evaluasi terhadap alternatif pemecahan masalah.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis akan mengemukakan kesimpulan yang diperoleh dari hasil-hasil pembahasan atau analisa pada bagian diatas serta saran-saran yang diajukan oleh
penulis.
BAB II
STRUKTUR ORGANISASI DAN FUNGSI
A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan
Pada awalnya DISPENDA Kota Medan adalah suatu sub bagian pada bagian keuangan yang mengelola bidang penerimaan dan pendapatan daerah. Pada sub
bagian ini tidak terdapat lagi sub seksi, karena pada saat itu wajib pajak atau wajib retribusi yang berdomisili di daerah Kota Medan belum begitu banyak.
Mempertimbangkan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk di kota Medan melalui peraturan daerah sub bagian keuangan tersebut dirubah menjadi bagian pendapatan. Pada bagian pendapatan maka dibentuklah
beberapa seksi yang mengelola penerimaan Pajak dan Retribusi yang merupakan kewajiban para Wajib Pajak atau Wajib Retribusi dalam kota Medan yang terdiri dari 21 Kecamatan, diantaranya Kecamatan Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan
Amplas, Medan Denai, Medan Tembung, Medan Kota, Medan Area, Medan Baru, Medan Polonia, Medan Maimun, Medan Selayang, Medan Sunggal, dan lainnya.
Sehubungan dengan instruksi Menteri Dalam Negeri KPUD No.7/12/41-10 tentang penyeragaman struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah diseluruh Indonesia, maka Pemerintah Daerah Kota Medan berdasarkan PERDA no.12 Tahun 1978
menyesuaikan atau membentuk struktur organisasi Dinas Pendapatan yang baru. Didalam struktur organisasi yang baru ini dibentuklah seksi-seksi administrasi Dinas
merupakan sub Sektor Perpajakan, Retribusi Daerah, dan Pendapatan Daerah lainnya
yang merupakan kontribusi yang cukup penting bagi pemerintahan daerah dalam mendukung serta memelihara hasil-hasil pembangunan dari peningkatan pendapatan
daerah.
Bagian Tata Usaha terdiri dari 3 Kepala Sub Bagian. Peningkatan penerimaan pendapatan daerah melalui Sub Sektor Perpajakan, Retribusi Daerah, Pendapatan
Daerah lainnya serta peningkatan pemungutan Pajak Hiburan yang merupakan kontribusi yang cukup penting bagi Pemerintah Daerah. Meningkatnya pendapatan
daerah hendaknya tidak hanya ditempuh dengan cara kebijaksanaan menaikan tarif saja, tetapi yang lebih penting dengan memperbaiki atau menyempurnakan administrasi, sistem dan prosedur serta organisasi dari Dinas Pendapatan Kota yang
ada sekarang. Namun pada kondisi sekarang ini, dirasakan tuntutan untuk perlunya meninjau kembali dan penyempurnaan Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA). Seiring dengan tuntutan gerak pembangunan yang sedang berjalan terutama dari pola
pendekatan yang selama ini dilakukan secara sektoral perlu dirubah secara fungsional dan disesuaikan dengan kebijaksanaan pemerintah yang paling akhir dibidang
Adapun penyempurnaan dimaksud dituangkan dalam :
1. Keputusan Menteri Dalam Negeri No.973/442 Tahun 1988 pada tanggal 26 Mei 1988, tentang sistem prosedur perpajakan, retribusi daerah, dan pendapatan daerah
lainnya serta pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan.
2. Instruksi Menteri Dalam Negeri No.10 tanggal 26 Mei 1988, tentang pelaksanaan keputusan Menteri Dalam Negeri No.973/442 Tahun 1988.
3. Surat Menteri Dalam Negeri No.23 Tahun 1989 tanggal 26 Mei 1988, tentang organisasi dan tata kerja Dinas Pendapatan Kota Medan. Pendapatan Daerah Kota
Medan atau Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA) yang dilaksanakan bertahap dan penyempurnaannya sebagai tahap awal untuk Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan secara efektif. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.
061/1861/PUOD, tanggal 2 Mei 1988, instruktur Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara No.188.342/790/SK/1991, tentang pelaksanaan PERDA No.16 Tahun 1991 tentang susunan organisasi dan tata kerja Dinas Pendapatan Kota Medan.
B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan terdiri dari : 1. Kepala Dinas
2. Sekretariat, terdiri dari :
a. Sub bagian Keuangan b. Sub bagian Umum
3. Bidang Pendataan Dan Penetapan terdiri dari :
a. Seksi Pendapatan dan Pendaftaran b. Seksi Pemeriksaan
c. Seksi Penetapan
d. Seksi Pengelolaan Data dan Informasi 4. Bidang Penagihan terdiri dari :
a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi b. Seksi Penagihan dan Perhitungan c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi
5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan terdiri dari :
a. Seksi Bagi Hasil Pajak
b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil
d. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan 6. Bidang Pengembangan Pendapatan daerah :
a. Seksi Pengembangan Pajak b. Seksi Pengembangan Retribusi
c. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain 7. Unit Pelaksana Teknis (UPT)
C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan
Sesuai dengan keputusan Walikota Medan No.35 Tahun 2002 tentang Tugas pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan, dalam keputusan ini yang dimaksud
dengan :
1. Daerah adalah Kota Medan.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintahan Kota Medan.
3. Kepala Daerah adalah Walikota Medan.
4. Wakil Kepala Daerah adalah Wakil Walikota Medan.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Kota Medan. 6. Perangkat Daerah adalah organisasi atau lembaga pada Pemerintahan Daerah yang bertanggung jawab kepada Kepala Daerah dan turut membantu Kepala Daerah dalam
penyelenggaraan pemerintah yang terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan sesuai dengan kebutuhan daerah. 7. Sekretariat Daerah adalah unsur staf Pemerintah Daerah Kota Medan.
8. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Medan.
9. Dinas Daerah adalah Dinas Daerah Kota Medan sebagai unsur pelaksana
Pemerintah Kota Medan.
10. Dinas Pendapatan adalah Dinas Pendapatan Kota Medan. 11. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan Kota Medan.
13. Kelompok Jabatan Fungsional adalah pemegang jabatan fungsional yang
mempunyai tugas khusus sesuai dengan bidang keahliannya dan jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan masing masing.
Adapun tugas pokok dari Dinas dan masing-masing seksi pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan adalah sebagai berikut :
a. Dinas
Dinas Pendapatan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang pemungutan Pajak, Retribusi dan Pendapatan Daerah lainnya yang dipimpin oleh
seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas melalui Sekretariat Daerah Dinas Pendapatan mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang pendapatan daerah dan
melaksanakan tugas pembantuan dengan bidang tugasnya.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Dinas Pendapatan mempunyai fungsi sebagai berikut, yakni :
1. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan tekhnis dibidang pendapatan daerah. 2.Melakukan pembukuan dan pelaporan atas pekerjaan penagihan pajak daerah,
retribusi daerah dan penerimaan asli daerah lainnya, serta penagihan PBB.
3.Melaksanakan koordinasi dibidang pendapatan daerah dengan unit dan instansi terkait dalam rangka penetapan besarnya pajak dan retribusi.
4.Melakukan penyuluhan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya serta PBB.
6. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.
b. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh sekretaris, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas pokok dibidang ketatausahaan. Dinas lingkup kesekretariatan meliputi
pengelolaan administrasi umum keuangan, perlengkapan, penyusunan program, kepegawaian, kerumahtanggaan dan unsur umum lainnya.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, sekretariat memiliki fungsi : 1. Menyusun rencana kegiatan kerja.
2. Melaksanakan pengelolaan urusan surat menyurat dan urusan umum lainnya.
3. Mengelola urusan keuangan dan perbendaharaan serta rencana penyusunan laporan keuangan.
4. Mengelola urusan administrasi kepegawaian dan mengelola urusan perlengkapan
kerumahtanggaan dan pengadaan barang dinas.
5. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
bidang tugasnya.
Bagian Tata Usaha terdiri dari : a. Sub Bagian Keuangan
b. Sub Bagian Umum
c. Sub Bagian Penyusunan Program
melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris :
1. Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas mengelola keuangan dan pembendaharaan serta menyusun laporan keuangan yang meliputi kegiatan
penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemprosesan, pengusulan dan verifikasi serta penyusunan laporan keuangan dinas.
2. Sub Bagian Umum, mempunyai tugas mengelola administrasi umum yang meliputi
pengelolaan tata naskah dinas, penataan kearsipan, perlengkapan, dan penyelenggaraan kerumahtanggaan dinas serta melakukan pengelolaan administrasi
kepegawaian.
3. Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas untuk merencanakan penerimaan pendapatan daerah, sistem dan prosedur kerja serta menyusun
kebijaksanaan teknis dan program kerja jangka pendek.
c. Bidang Pendataan dan Penetapan
Bidang Pendataan dan Penetapan dipimpin oleh seorang kepala Bidang yang di dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas dibidang pendataan, pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan pengolahan data dan informasi. Dalam melaksanakan tugas Bidang Pendataan dan Penetapan
mempunyai fungsi :
1. Menyusun rencana kegiatan kerja serta melaksanakan pendaftaran dan pendataan
2. Melaksanakan pengelolaan data dan informasi baik dari surat pemberitahuan pajak
daerah (SPTPD), surat pemberitahuan retribusi daerah (SPRD), hasil pemerikasaan dan informasi dari instansi yang terkait.
3. Melaksanakan penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.
4. Merencanakan dan menatausahakan hasil pemerikasaan terhadap wajib pajak dan
wajib retribusi serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugasnya.
Bidang Pendataan dan Penetapan terdiri dari : a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran.
b. Seksi Pemeriksaan
c. Seksi Penetapan.
d. Seksi pengelolaan Data dan Informasi.
Setiap seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendataan dan Penetapan. 1. Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai tugas melaksanakan pendataan objek
pajak daerah/ retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya melalui Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD), melaksanakan pendaftaran wajib pajak daerah/ wajib retribusi daerah
melalui formulir pendaftaran, menyimpan, mendistribusikan, memberikan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD)/ wajib retribusi daerah serta menyimpan surat
2. Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas menyusun rencana pemeriksaan dan
melaksanakan pemerikasaan objek pajak/ retribusi, menata usaha hasil pemeriksaan lapangan atas objek dan subjek/ retribusi serta mengirimkan laporan hasil
pemerikasaan kepada Seksi Pengelolaan Data dan Informasi.
3. Seksi Penetapan mempunyai tugas melaksanakan perhitungan penetapan pokok pajak daerah/ pokok retribusi daerah berdasarkan kartu data termasuk perhitungan
denda dan sanksi lainnya, menerbitkan dan mendistribusikan serta menyimpan arsip surat perpajakan daerah/ retribusi daerah yang berkaitan dengan penetapan,
melaksanakan perhitungan jumlah angsuran pembayaran/ penyetoran atas permohonan wajib pajak.
4. Seksi Pengelolaan Data dan informasi mempunyai tugas melaksanaka
pengumpulan dan pengelolaan data objek pajak daerah/ retribusi daerah, menuangkan hasil pengelolaan data informasi data kedalan kartu data serta mengirimkan kartu data kepada seksi penetapan dan demikian sebaliknya.
d. Bidang Penagihan
Bidang Penagihan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang dalam smelaksanakan
tugasnya berasa dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang Penagihan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas dibidang penagihan meliputi kegiatan pembukuan, verifikasi, penagihan dan perhitungan restitusi,
Untuk melaksanakan tugas Bidang Penagihan mempunyai fungsi :
1. Menyusun rencana kegiatan kerja serta melaksanakan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.
2. Melaksanakan penagihan atas tungakan pajak daerah/ retribusi daerah dan pendapatan lainnya.
3. Melaksanakan perhitungan restitusi dan atau pemindah bukuan atas pajak daerah/
retribusi daerah dan pertimbangan terhadap keberatan wajib pajak atas permohonan wajib pajak.
4. Melaksanakan telaah dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib pajak atas permohonan wajib pajak.
5. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
bidang tugasnya.
Bidang Penagihan terdiri dari : a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi.
b. Seksi Penagihan dan Perhitungan. c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi
Setiap seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Penagihan.
1. Seksi Pembukuan dan Verifikasi mempunyai tugas melaksanakan pembukuan dan
verifikasi tentang penetapan dan penerimaan pajak daerah/ retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya, melaksanakan pembukuan dan verifikasi penerimaan dan
kedalan kartu persediaan benda berharga, menyiapkan laporan tentang realisasi
penerimaan dan tunggakan pajak daerah/ retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya, serta menyiapkan laporan tentang realisasi penerimaan, pengeluaran serta
sisa persediaan benda berharga secara berkala.
2. Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas melaksanakan penagihan atas tunggakan pajak daerah/ retribusi daerah atau pendapatan daerah lainnya,
menerbitkan dan mendistribusikan serta menyimpan arsip surat perpajakan daerah/ retribusi daerah yang berkaitan dengan penagihan.
3. Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas menerima surat keberatan dari wajib pajak/ retribusi dan meneliti keberatan wajib pajak/ retribusi dan mempersiapkan Surat Keputusan Kepala Dinas tentang persetujuan atas keberatan
tersebut.
e. Bidang Bagi Hasil Pendapatan
Bidang Bagi Hasil Pendapatan dipimpin oleh seorang kepala Bidang yang dalam menjalankan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Untuk melaksanakan tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas, yakni : 1. Menyusun rencana kegiatan kerja serta melaksanakan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak.
2. Melaksanakan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan non pajak. 3. Melaksanakan perhitungan penerimaan dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana
4. Melaksanakan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan
pengkajian hasil pendapatan daerah dibidang hasil pendapat.
5. Melaksanakan tugas lain-lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan
bidang tugasnya.
Bidang bagi hasil pendapatan terdiri dari : a. Seksi Bagi Hasil Pajak.
b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak. c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil
d. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan.
Setiap seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam menjalankan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas bagi hasil pendapatan.
1. Seksi bagi hasil pajak mempunyai tugas menerima dan mendistribusikan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dan Daftar Himpunan Pokok Pajak (DHPP), Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP) Pajak Bumi dan Bangunan,
melaksanakan pengihan PBB, melaksanakan perhitungan penerimaan pajak pusat dan pajak provinsi, melaksanakan perhitungan penerimaan bagi hasil pajak lainnya serta
membantu menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) PBB wajib pajak, menerima kembali hasil pengisian SPOP dan mengirimkannya kepada Kantor Pelayanan PBB.
3. Seksi penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan non pajak mempunyai tugas
melaksanakan penatausahaan surat-surat ketetapan pajak bumi dan bangunan dan menatausahakan pendapatan bagi hasil pajak dan non pajak.
4. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan mempunyai tugas mengkaji tentang pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan melaksanakan koordinasi dengan unit terkait tentang pelaksanaan peraturan
perundang-undangan serta melaksanakan pengkajian atas penerimaan pendapatan daerah secara periodik.
f. Bidang Pengembangan dan Pendapatan Daerah
Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Bidang, yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu :
1. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Dinas lingkup pengembangan pajak, retribusi dan pendapatan lain-lain. 2. Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah
menyelenggarakan fungsi :
a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah
c. pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan
lainnya
d. penghitungan potensi pajak dan retribusi daerah
e. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaoran lingkup bidang pengembangan pendapatan daerah
f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah terdiri dari :
1. Seksi Pengembangan Pajak 2. Seksi Pengembangan Retribusi
3. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain
Setiap seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam menjalan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pengembangan Pendapatan Daerah.
1. Seksi Pengembangan Pajak mempunyai tugas menyiapkan rencana, program, dan kegiatan seksi pengembangan pajak, penyusunan bahan petunjuk, teknis lingkungan
pengembangan pajak, penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah di bidang pajak Daerah.
2. Seksi Pengembangan retribusi mempunyai tugas penyiapan rencana program
dalam kegiatan seksi pengembangan retribusi, penyusunan bahan petunjuk teknis lengkup pengembangan retribusi, penyiapan bahan dan data penyusunan rencana
pengkajian, pengembangan potensi retribusi daerah, penyiapan bahan monitoring
evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas, pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang.
3. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain mempunyai tugas penyiapan rencana program dan kegiatan seksi pengembangan pendapatan lain-lain, penyusunan bahan petunjuk teknis lingkungan pngembangan pendapatan lain-lain, penyiapan bahan dan
data penyusunan rencana potensi pendapatan lain-lain, penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi pendapatan lain-lain, penyiapan bahan monitoring
evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas.
g. Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksana Teknis ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
h. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas
Pendapatan sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.
1. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga dalam jenjang jabatan sfungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan keahliannya.
4. Jenis dan jenjang jabatan fungsional tersebut ditentukan sesuai dengan peraturan
perundang-udangan yang berlaku.
D. Gambaran Umum Pegawai Di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Tabel 2.1 : Jumlah Pegawai Berdasarkan Jabatan Tahun 2015
No Bagian/subdis/bendahara/swakelola Jumlah
1 Kepala Dinas 1 Orang
2 Sekretariat 67 Orang
3 Bidang Pengembangan 27 Orang
4 Bidang Penagihan 47 Orang
5 Bidang Pendataan dan Penetapan 83 Orang
6 Bidang Bagi Hasil Pajak 79 Orang
7 Unit Pelaksana Teknis 58 Orang
8 Pegawai Honorer 101 Orang
9 Pegawai Harian Lepas 340 Orang
BAB III
GAMBARAN DATA PAJAK HIBURAN
A. Ketentuan Umum
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang – Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Dengan demikian
pajak hiburan itu sendiri dapat diartikan secara singkat adalah pajak atau pungutan daerah atas penyelenggara hiburan di tempat tersedianya hiburan tersebut. Pengenaan pajak hiburan tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten atau kota yang ada di
Indonesia. Hal ini disebabkan karena penyelenggaraan daerah otonom sehingga daerah mempunyai kewenangan untuk mengenakan untuk atau tidak mengenakan
suatu jenis pajak Kabupaten / Kota. Pembangunan Kabupaten / Kota diseluruh Indonesia tentu tidak sama, demikian juga dengan penyelenggaraan pajak hiburan, oleh karena itu untuk dapat menerapkan pada suatu daerah Kabupaten / Kota
dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak hiburan di daerah
kabupaten / kota tersebut.
Dalam pemungutan pajak hiburan terdapat beberapa terminologi yang perlu
diketahui, Terminologi tersebut adalah :
1. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.
2. Penyelenggara hiburan adalah orang pribadi atau badan yang bertindak baik untuk atas nama sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya
dalam menyelenggarakan suatu hiburan.
3. Penonton atau pengunjung adalah setiap orang yang menghadiri suatu hiburan untuk melihat dan/atau mendengar, menikmatinya atau menggunakan fasilitas yang
disediakan oleh penyelenggara hiburan, kecuali penyelenggaraan karyawan, artis (para pemain), dan petugas yang menyadari untuk melakukan tugas pengawasan. 4. Pembayaran adalah jumlah nilai uang atau yang dapat disamakan dengan itu yang
diterima atau seharusnya diterima sebagai imbalan atas penyerahan jasa kepada penyelenggara hiburan.
5. Tanda masuk adalah semua tanda atau alat atau cara yang sah dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk menonton, menggunakan fasilitas, atau menikmati hiburan.
6. Harga tanda masuk, yang selanjutnya disingkat HTM, adalah nilai jual yang tercantum pada tanda masuk yang harus di bayar oleh penonton atau pengunjung.
pembayaran yang sekaligus sebagai bukti pungutan pajak, yang dibuat oleh Wajib
Pajak Hiburan pada saat pengajuan pembayaran kepada subjek pajak.
Adapun Dasar Hukum pemungut pajak hiburan telah diatur pada Undang – Undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dan Keputusan Walikota Medan Nomor 9 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak Daerah Kota Medan yang dimana dalam
isinya terdapat peryataan yang menyatakan bahwa Kepala Daerah atau pejabat dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur pajak terutang dan
menunda pembayaran pajak sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dengan dikenakan bunga sebesar 2 % (dua persen) dari jumlah pajak yang belum kurang bayar.
B. Subjek dan Objek Pajak Hiburan 1. Subjek Pajak Hiburan
Dalam pajak hiburan yang dimaksud dengan subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang menonton dan atau menikmati hiburan. Sedangkan wajib pajak adalah
orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan. Dengan demikian, subjek pajak dan wajib pajak tentu berbeda peranan hak maupun kewenangan. Misalnya orang pribadi atau badan yang menikmati pelayanan tempat hiburan merupakan
subjek pajak hiburan yang membayar atau menanggung pajak, sedangkan penyelenggara hiburan tersebut bertindak sebagai wajib pajak hiburan yang
menjadi Wajib Pajak hiburan, subjek pajak terlebih dahulu harus mendaftar supaya
dikukuhkan menjadi wajib Pajak.
Adapun tata cara pendataan dan pendaftaran menjadi Wajib Pajak hiburan adalah : a. Pendaftaran dilakukan terhadap subjek pajak yang berdomisili di dalam maupun di luar wilayah daerah dan memiliki objek pajak di daerah;
b. Kegiatan pendaftaran diawali dengan mempersiapkan formulir pendaftaran dan diberikan kepada subjek pajak;
c. Subjek pajak wajib mengisi formuli rpendaftaran dengan jelas, lengkap dan benar serta mengembalikannya ke Dinas Pendapatan Daerah;
d. Formulir pendaftaran yang dikembalikan oleh subjek pajak dicatat dalam daftar
induk Wajib Pajak secaraberurutan, yang nantinya akan digunakan sebagai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
2. Objek Pajak Hiburan
Objek pajak hiburan adalah setiap penyelenggaraan hiburan dengan dipungut
bayaran. Objek pajak hiburan terdiri dari : 1. Tontonan Film;
2. Pagelaran Kesenian, Musik, Tari dan/atau Busana; 3. Kontes kecantikan, Binaraga dan Sejenisnya; 4. Pameran;
6. Sirkus, akrobat dan sulap;
7. Permainan Bilyard, golf, bowling;
8. Pacuan kuda, Kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan;
9. Panti pijat, Refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (Fitness center), dan; 10. Pertandingan Olah Raga;
Namun ada juga beberapa objek pajak hiburan yangidak dikenakan pajak atau
dikecualikan yaitu penyelenggaraan hiburan yang tidak dipungut bayaran, misalnya hiburan yang diselenggarakan dalam rangka pernikahan, ucapan adat dan kegiatan
keagamaan.
C. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Hiburan 1. Dasar Pengenaan Pajak Hiburan
Dasar pengenaan pajak hiburan adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar untuk menonton dan atau menikmati hiburan.
a. Tarif Pajak Hiburan
Tarif pajak hiburan yang telah ditetapkan oleh peraturan daerah dikenakan paling
tinggi 35% ( tiga puluh lima persen ). Tarif pajak hiburan di tiap Kabupaten / kota tentu berbeda – beda, hal ini harus disesuaikan dengan keadaan daerahnya, asalkan tidak melebihi tarif pajak yang telah di tetapkan yaitu 35%.
a. Tarif pajak tetap adalah jumlah atau angkanya tetap, tidak bergantung besarnya
dasar pengenaan pajak.
b. Tarif proposional adalah tarif objek yang persentasenya tetap dan tidak bergantung
pada besarnya dasar pengenaan pajak. 2. Tarif Tidak Tunggal, terdiri dari :
a. Tarif Progresif adalah tarif pajak yang persentasenya meningkat sesuai besarnya
atau meningkatnya dasar pengenaan pajak.
b. Tarif Degresif adalah tarif pajak yang persentasenya menurun sesuai dengan
meningkatnya dasar pengenaan pajak
* Tarif Pajak Hiburan Kota Medan adalah sebagai berikut : a. Pertunjukan Film di Bioskop dikenai tarif sebesar 10%
b. Ketentuan klasemen dan besarnya harga tanda masuk untuk masing – masing di Kota Medan akan ditetapkan lebih lanjut dengan Surat Keputusan Kepala Daerah c. Tata cara pengadaan / perforasi tanda masuk / karcis tontonan dan pembayaran di
muka (PDM) pajak hiburan tetap dan insidentil akan ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Daerah.
d. Untuk menunjukkan kesenian antara lain kesenian tradisional, pertunjukan sirkus, pameran seni :
1) Di ruangan yang memakai AC dipungut pajak sebesar 15 % dari HTM.
2) Di ruangan yang tidak memakai AC dipungut pajak sebesar 10 % dari HTM. e. Untuk pameran busana, kontes kecantikan, pertunjukan / pegelaran musik dan tari :
2) Di ruangan yang tidak memakai AC dipungut pajak sebesar 20 % dari HTM.
e. Untuk Diskotik, Disko, Bar, Karaoke, Klab Malam, dan sejenisnya ditetapkan sebesar 30 % dari HTM atau jumlah pembayaran untuk menonton dan atau
menikmati hiburan di luar harga makanan/minuman yang telah dikenakan Pajak Hotel dan Pajak Restoran.
f. Untuk Diskotik, Disko, Bar, Klub Malam yang tidak menggunakan tanda masuk
dan atau tidak membayar untuk menonton dan atau menikmati hiburan dipungut pajak sebesar Rp 2000,- untuk setiap pengunjung di luar harg makanan/minuman
yang telah dikenakan Pajak Hotel dan atau Pajak Restoran. g. Untuk Permainan Bilyard :
1) Di ruangan yang memakai AC dipungut pajak sebesar 20 % dari HTM atau harga
koin permeja untuk sekali permainan.
2) Di ruangan yang tidak memakai AC dipungut pajak sebesar 15 % dari HTM atau harga koin permeja untuk sekali permainan.
h. Untuk Permainan Ketangkasan, Taman Hiburan Keluarga, Permainan Anak Anak antara lain Video Game, Playstation, Mini Train, Kuda Pusing, Sampan Pusing,
Speed Boat, Bom–Bom Car dan sejenisnya yang dipungut pajak sebesar 20 % dari HTM atau harga koin.
i. Usaha Panti Pijat, Mandi Uap dan sejenisnya dipungut pajak 20 % dari HTM per
j. Pertunjukan pertandingan olah raga antar klub dalam negeri dipungut pajak sebesar
15 % dari HTM, sedangkan pertandingan olah raga dengan dukungan antar bangsa dipungut sebesar 20 % dari HTM.
k. Taman Rekreasi, Kolam Renang, Kolam Pancing dan sejenisnya dipungut pajak sebesar 10 % dari HTM.
l. Untuk jenis hiburan yang tidak menggunakan tanda masuk dipungut pajak sebesar
20 % dari jumlah pembanyaran. Untuk persewaan permainan internet dipungut pajak 10 % dari nilai sewa per jam.
2. Cara Perhitungan Pajak Hiburan
Untuk menghitung besarnya pajak hiburan yang terutang adalah dengan cara
mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak atau secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut :
Pajak Terutang =Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak
=Tarif Pajak x Jumlah Pembayaran
untuk menikmati hiburan
Di dalam pajak hiburan terdapat juga masa pajak yang merupakan jangka waktu yang lamanya sama dengan tahun takwim. Tahun takwim sama dengan satu tahun lamanya atau biasanya dihitung mulai dari bulan Januari sampai dengan
membayar pajak yang terutang berdasarkan ketentuan Peraturan Daerah mengenai
pajak hiburan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. pajak hiburan yang terutang akan dipungut di wilayah atau daerah tempat hiburan tersebut
diselenggarakan. Hal ini karena kewenangan yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah yang terbatas akan tempat hiburan yang berlokasi dan terdaftar dalam lingkup wilayah administrasinya.
D. Mekanisme Pemungutan Pajak Hiburan
Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek
dan subjek pajak atau retribusi, penentuan pajak atau retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak atau retribusi kepada wajib pajak atau wajib retribusi serta pengawasan penyetoran”. Untuk itu wajib pajak terlebih dahulu melaporkan jenis
usahanya kepada Dinas Pendapatan daerah dengan mekanisme sebagai berikut :
1. Pengukuhan Wajib Pajak
Wajib pajak hiburan, wajib melaporkan usahanya kepada Dinas Pendapatan Kota Medan dalam jangka waktu tertentu selambat lambatnya tiga puluh hari setelah izin
penyelenggaraan hiburan diperoleh untuk dikukuhkan dan diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD). Surat keputusan pengukuhan yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Pendapatan Daerah kabupaten / kota tidak merupakan dasar untuk
menentukan mulai saat terutang pajak hiburan. Tetapi hanya merupakan sarana dalam administrasi dan pengawasan bagi petugas atau fiskus Dinas Pendapatan Daerah.
yang ditentukan, Kepala Dinas Pendapatan Daerah, akan menetapkan pengusaha atau
penyelenggara hiburan tersebut sebagai wajib pajak jabatan. Penetapan secara jabatan ini dimaksudkan untuk memberikan nomor pengukuhan dan NPWPD dan bukan
merupakan untuk penetapan besarnya pajak terutang. 2. Pendaftaran Pendataan
Kegiatan pendaftaran diawali dengan mempersiapkan formulir pendaftaran dan
diberikan kepada Wajib Pajak. Wajib Pajak wajib mengisi formulir pendaftaran dengan jelas, lengkap, dan benar serta mengembalikannya ke Dinas Pendapatan
Daerah. Formulir pendaftaran yang dikembalikan oleh Wajib Pajak dicatat dalam Daftar Induk Wajib Pajak secara berurutan yang digunakan sebagai NPWPD.
3. Laporan Pajak dan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD)
Wajib pajak hiburan wajib melaporkan kepada bupati/walikota dalam praktek sehari– hari ditujukan kepada Kepala Dinas Pendapatan Daerah kabupaten / kota,mengenai perhitungan dan pembayaran pajak hiburan yang terutang. Wajib pajak yang telah
memiliki NPWPD, setiap awal masa pajak wajib mengisi SPTPD. SPTPD diisi dengan jelas, lengkap, benar dan ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya dan
disampaikan kepada walikota / bupati atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan. Biasanya, SPTPD harus disampaikan selambatlambatnya lima belas hari setelah berakhir masa pajak. Seluruh data
perpajakan yang diperoleh dari daftar isian tersebut kemudian dihimpun dan dicatat dituangkan dalam berkas atau kartu data yang merupakan hasil akhir yang akan
Keterangan dan dokumen yang harus dicantumkan dan atau dilampirkan pada SPTPD
ditetapkan oleh Walikota. Walikota atas permohonan wajib pajak dengan alasan yang sah dan dapat diterima dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPTPD
untuk jangka waktu tertentu. SPTPD dianggap tidak dimasukkan jika wajib pajak tidak sepenuhnya melaksanakan ketentuan pengisian dan penyampaian SPTPD yang telah ditetapkan. Wajib pajak yang tidak melaporkan atau melaporkan tidak sesuai
dengan batas waktu yang telah ditentukan akan dikenakan sanksi administrasi berupa denda sesuai dengan ketentuan peraturan daerah dalam peraturan daerah kota Medan.
Pemungutan pajak hiburan pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dapat dibagi dua kegiatan yang masing - masing memiliki sistem pemungutan yang berbeda, yaitu:
a. Penyelenggaraan Hiburan Rutin.
Dalam penyelenggaraan hiburan rutin dapat dibagi atas dua, yaitu:
1. Penyelenggaraan atas hiburan rutin yang menggunakan tiket masuk. Terhadap
wajib pajak yang menyelenggarakan hiburan rutin dengan menggunakan tiket tanda masuk seperti bioskop, kolam renang umum, penyelenggaraan tempat-tempat wisata
rekreasi dan sejenisnya, pelaksanaan pemungutan dan pembayaran wajib pajak ditetapkan dengan sistem official assesment.
2. Penyelenggaraan hiburan rutin yang tidak menggunakan tiket tanda masuk.
Terhadap wajib pajak yang menyelenggarakan hiburan rutin dengan tidak menggunakan tiket tanda masuk seperti diskotik / karaoke, video game, panti pijat
hiburan ditetapkan dengan self assesment. Dengan sistem ini wajib pajak
berkewajiban untuk melakukan pembayaran setiap bulannya ke kantor kas Dinas Pendapatan Daerah dengan menyampaikan SPTPD.
b. Penyelenggaraan hiburan insidentil
Terhadap kegiatan peyelenggaraan hiburan insidentil sistem pemungutannya semi
self assesment, dimana pada saat penyelenggaraan hiburan wajib pajak diberi wewenang untuk melakukan penjualan tiket dan pada masa akhir peyelenggaraan
berakhir fiskus atau petugas pemungut pajak yang telah ditunjuk Dinas Pendapatan Daerah menentukan ketetapan pajak terutang atau menentukan besarnya pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak dalam hal ini adalah penyelenggaraan hiburan.
Biasanya wajib pajak menyampaikan tiket untuk acara hiburan insidentil tersebut dalam waktu minimal tujuh hari sebelum acara dilaksanakan, juga untuk mengajukan permohonan legalisasi / porporasi tiket dengan memberikan jumlah tiket.
1. Sistem Pemungutan Pajak a. Official Assestment system
Official Assestment System adalah suatu sistem pemungutan yang member wewenang kepada pemerintah (FISKUS) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
ciri-cirinya adalah :
1. wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus
3. utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus
b. Self Assestment System
Self Assestment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang member wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yan terutang. ciri-cirinya adalah :
1. wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak sendiri
2. wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.
3. fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi. c. With Holding System
With Holding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang member wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak) yang bersangkutan untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. ciri-cirinya wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga selain fiskus dan
wajib pajak.
2. Tata Cara Pemungutan Pajak Tata Cara Pemungutan Pajak, yaitu :
a. Wajib Pajak/Penyelenggara mengajukan Surat Permohonan Perforasi Karcis
kepada Kadispenda Kota Medan
b. Subdis Datap (Sie Tapda) mempersiapkan Surat Permohonan Perforasi, ditujukan
(Sie Tapda) memverifikasi hasil penjualan karcis sesuai dengan Berita Acara
Pemeriksaan, Laporan Hasil Penjualan dan Pemakaian Karcis untuk dituangkan ke Kartu Data selanjutnya menerbitkan SKPD/SKPDKB.
c. Bendaharawan Penerima Dispenda Kota Medan mempersiapkan Bukti Tanda Terima Uang Jaminan untuk selanjutnya menyetorkan jaminan dari penyelenggara ke Bendaharawan Penerima Dispenda Kota Medan. Bendaharawan Penerimaan
mempersiapkan SSPD (Surat Setoran Pajak Daerah) sesuai dengan SKPD/SKPDKB. d. Petugas Lapangan mengawasi penyelenggaraan acara dilapangan, antara lain
seperti peredaran karcis/tanda masuk.
e. Petugas lapangan mempersiapkan Berita Acara Pemeriksaan, Laporan Hasil Penjualan dan Pemakaian Karcis atas penyelenggaraan acara dilapangan.
f. Wajib Pajak/Penyelenggara mengajukan Surat Laporan hasil Penjualan Tiket kepada Kadispenda Kota Medan sekaligus menyerahkan sisa karcis ke Bendaharawan Benda Berharga.
g. Menyetor Pajak Hiburan ke Bendaharawan Penerima Dispenda Kota Medan dengan menyertakan SSPD dan Bukti Tanda Terima Uang
Jaminan.
E. Penetapan Pajak Hiburan
1. Berdasarkan Surat Pemberitahuan Daerah, Kepala Daerah atau Pejabat menetapkan pajak terutang dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) yang
2. Apabila Surat Ketetapan Pajak Daerah tidak atau kurang setelah lewat waktu
paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak SKPD diterima, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan dan ditagih dengan menerbitkan
SKPD;
3. Wajib Pajak Hiburan dalam menghitung, memperhitungkan, menetapkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang menggunakan SPTPD;
4. Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Kepala Dinas atau Pejabat yang dihunjuk dapat menerbitkan :
a. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB)
b. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT) c. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN)
5. SKPDKB diterbitkan apabila :
a. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau kurang bayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan sejak saat terutangnya pajak sampai
dengan diterbitkanya SKPDKB;
b. Apabila SPTPD tidak disampaikan kepada Kepala Dinas dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari sejak diterima dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan
kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat)
bulan sejak saat terutangnya pajak sampai dengan diterbitkannya SKPDKB;
c. Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak terutang dihitung secara
jabatan dan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya
pajak sampai dengan diterbitkannya SKPDKB.
6. SKPDKBT diterbitkan apabila ditemukan data baru yang semula belum terungkap
yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang, akan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah utang pajak tersebut;
7. SKPDN diterbitkan apabila jumlah pajak terutang sama besarnya dengan jumlah pajak yang telah disetor;
8. Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB dan SKPKBT tidak
sepenuhnya dibayar dalam jangka waktu yang ditentukan, ditagih dengan menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) ditambah dengan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan;
9. Penambahan jumlah pajak yang terutang tidak dikenakan pada Wajib Pajak apabila melaporkan sendiri sebelum dilakukan pemeriksaan.
Untuk memperlancar pembayaran pajak hiburan sebaiknya, Wajib Pajak mengetahui
bagaimana tata cara pembayaranpajak hiburan. Berikut adalah tata cara pembayaran pajak hiburan :
1. Pembayaran pajak hiburan dilakukan di Kas Daerah atau tempat yang ditunjuk oleh Kepala Daerah dalam waktu 30 ( tiga puluh ) hari setelah diterimanya Surat Pemberitahuan Pajak Daerah ( SPTD ), Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD), Surat
Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar ( SKPDKB ), Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan ( SKPDKBT ), Surat Tagihan Pajak Daerah ( STPD );
2. Apabila pembayaran pajak hiburan dilakukan di tempat lain yang ditunjuk hasil penerimaan pajak harus disetor ke Kas Daerah selambat – lambatnya 1 x 24 jam 3. Pembayaran pajak hiburan dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak
Daerah ( SSPD );
4. Pembayaran pajak hiburan dengan sistem Self Assesment system, dilakukan di Kas Daerah atau tempatlain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah pada tanggal 7, 14, 21 dan
28 berdasarkan SPTPD atas pajak yang telah dipungut dalam masa pajak bila mana tanggal tersebut jatuh pada tanggal libur maka jadwal pembayaran dimundurkan pada
tanggal berikutnya;
5. Pembayaran pajak hiburan harus dilakukan sekaligus atau lunas;
6. Kepala Daerah atau Pejabat dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak
7. Angsuran pajak hiburan harus dilakukan secara teratur dan berturut – turut dengan
dikenakan bunga sebesar 2% ( dua persen ) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar;
8. Kepala Daerah dan Pejabat dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak atau penunda pembayaran pajak sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dengan dikenakan bunga sebesar 2% ( dua
persen ) dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar;
9. Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata cara
pembayaran angsuran dan penundaan ditetapkan oleh Kepala Daerah atau pejabat.
G. Tata Cara Penagihan Pajak
Apabila pajak hiburan terutang tidak dilunasi setelah jatuh tempo pembayaran, pejabat yang ditunjuk akan melakukan tindakan penagihan pajak.
1. Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan akan memberikan surat teguran atau surat
lain yang sejenis yang dikeluarkan oleh pejabat sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan atas melalaikan pajak hiburan yang dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat
tanggal jatuh tempo pembayaran pajak;
2. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak surat teguran atau surat lain yang sejenis diterbitkan, wajib pajak harus melunasi pajak yang terutang;
3. Apabila jumlah pajak terutang yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh wajib pajak dalam jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam surat teguran atau surat lain
4. Pejabat menerbitkan surat paksa setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari sejak
tanggal surat teguran atau surat lain yang sejenis diterbitkan;
5. Jika pajak yang masih harus dibayar belum dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24
jam sejak surat paksa diterbitkan, pejabat menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP);
6. Setelah dilakukan penyitaan dan wajib pajak tetap belum juga melunasi pajak yang
masih harus dibayar, maka setelah tanggal 10 (sepuluh) hari sejak tanggal pelaksanaan surat perintah melaksanakan penyitaan, pejabat mengajukan permintaan
penetapan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang Negara;
7. Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam dan tempat pelaksanaan lelang, juru sita memberitahukan secara tertulis kepada wajib pajak.
H. Ketentuan Pidana
1. Wajib pajak yang karena kealpaan tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi
dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana denga pidana kurungan paling
lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak yang terutang; 2. Wajib pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar
sehigga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak yang
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI
A. Analisa Masalah yang di Hadapi
Dalam upaya meningkatkan penerimaan daerah melalui pajak hiburan masih ditemui masalah – masalah yang harus dicari solusinya dalam rangka upaya
peningkatan penerimaan pajak daerah.
Sebagaimana hasil penelitian penulis di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, penulis dapat menyimpulkan apa yang menjadi masalah dalam upaya yang
dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan untuk memperoleh data – data yang benar dari wajib pajak, permasalahan yang dihadapi adalah :
1. Sulitnya bertemu dengan Wajib Pajak, dikarenakan Wajib Pajak tidak ingin
bertemu atau memiliki kesibukan pada saat dia ingin ditemui. Pada saat Wajib pajak diberikan surat pemberitahun tetapi Wajib Pajak tersebut tidak mengindahkannya,
maka diberikan surat Peringatan Pertama (5 Hari) dan apabila masih belum diindahkan maka diberi peringatan kedua (2 Hari). Karena banyaknya Wajib Pajak tidak patuh dengan surat peringatan kedua itu maka Wajib Pajak tersebut ditetapkan
secara jabatan.
2. Beberapa Wajib Pajak yang tidak mau untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan