• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI SEJARAH DALAM PENTAS KEBUDAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONTRIBUSI SEJARAH DALAM PENTAS KEBUDAYA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Kontribusi Sejarah dalam Pentas Kebudayaan Nasional

1

Oleh: Sutejo K. Widodo2

1. Pendahuluan

Ketika berbicara sejarah, tautan pikiran pada umumnya tertuju pada peristiwa masa lampau umat manusia. Peristiwa masa lampua sudah berlangsung dengan meninggalkan jejak-jejaknya. Bagaimana peristiwa memberi kontribusi terhadap pentas kebudayaan nasional? Apakah sejarah yang semacam itu yang dimaksud? Tentu yang dimaksud adalah sejarah dalam pengertian luas. Sebagaimana dikemukakan oleh Moh. Hatta, sejarah bukan sekadar melahirkan ceritera dari kejadian masa lalu sebagai masalah3. Sejarah tidak sekedar kejadian masa

lampau4, tetapi pemahaman masa lampau yang di dalamnya mengandung berbagai

dinamika, mungkin berisi problematika pelajaran bagi manusia berikutnya5.

Sejarah dengan berbagai problema bisa menjadi pelajaran bagi manusia atau generasi selanjutnya. Dengan demikian, sejarah yang meliputi sejarah politik, ekonomi, sosial dan budaya sebagai aktifitas manusia dijadikan sebagai pelajaran. Pelajaran sejarah memiliki pengertian sebagai bahan yang dipelajari atau diajarkan. Bahan berupa kisah, riwayat dari peristiwa yang pernah terjadi memberi pelajaran kepada siapa saja sebagai pembaca, pengambil pelajaran, sehingga bisa meniru, mencontoh, mengikuti dan meneladani keberhasilan secara lebih efektif. Demikian pula terhadap pelajaran yang merupakan ketidakberhasilan, gagal, berakibat tidak baik dapat dihindari sedemikian rupa

1 Makalah disampaikan pada Seminar Nasional “Kontribusi Kebudayaan dalam Keindonesiaan”

diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro bekerja sama dengan Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Lustrum X Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, bertempat di Ruang Quality Hall LP2MP, Widya Puraya Universitas Diponegoro, Selasa, 8 September 2015.

2 Dosen Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.

3Sejarah sebagai kisah merupakan rekonstruksi dari suatu peristiwa yang dituliskan maupun

diceritakan oleh seseorang, dapat berbentuk lisan dan tulisan.

4 Sejarah merupakan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Sehingga sejarah sebagai peristiwa

yaitu peristiwa yang sebenarnya telah terjadi/berlangsung pada waktu lampau. Sejarah melihat sebagaimana/ seperti apa yang seharusnya terjadi (histoir realite). Sejarah sebagai peristiwa merupakan suatu kejadian di masa lampau yang hanya sekali terjadi serta tidak bisa diulang.

(2)

sehingga generasi setelahnya tidak mengalami kesalahan, kekeliruan atau kegagalan yang sama. Jangan sampai seperti keledai yang dapat mengulangi kesalahan yang sama. Perumpamaan ini dimaksudkan akan perlunya mengambil pelajaran dari peristiwa sebelumnya.

Dengan cakupan sejarah yang sedemikian luas, memberikan bahan pelajaran yang juga sedemikan luas. Bahan itu sudah tersedia, kemudian bagaimana sejarah memberikan kontribusi, andil, sumbangan terhadap Pentas Kebudayaan Nasional. Tema besar Seminar Nasional “Kontribusi Kebudayaan dalam Keindonesiaan”, memiliki pengertian sumbangan kebudayaan dalam keindonesiaan, perihal Indonesia; yang bersangkut paut dengan Indonesia yaitu bagaimana mengembangkan kebudayaan yang berakar dan berada dalam jiwa. Adapun untuk sub tema yang diberikan panitia kepada kami adalah “Kontribusi Sejarah dalam Pentas Kebudayaan Nasional. Untuk itu makalah ini akan membahas Kebudayaan Nasional, bentuk penampilan Kebudayaan Nasional, dan sumbangan sejarah dalam model dan cara-cara berperilaku, betindak untuk menanggapi, mengatasi, memecahkan permasalahan hidup bersama menuju kepada tingkat perkembangan peradaban yang lebih tinggi. Sebagaimana, Spengler menyatakan bahwa mempelajari sejarah tujuannya adalah mengetahui tingkat kebudayaan. Demikian juga apa yang disampaikan oleh Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Musliar Kasim bahwa dalam kondisi sulit sejarah akan memberikan kontribusi yang signifikan bagi perubahan dan kemajuan bangsa. Pemahaman sejarah adalah sebuah esensi bagian dari pencarian yang terus-menerus. Pengetahuan sejarah merupakan proses pembudayaan yang sangat penting, terutama untuk memenuhi perubahan-perubahan mendadak dan cepat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi6.

6 Pernyataan Musliar Kasim di sela acara pembukaan Konferensi Ke-22 "International

(3)

2. Kebudayaan dan Kebudayaan Nasional

Kebudayaan dapat diartikan ke dalam dua pengertian, yaitu secara sempit dan secara luas. Kebudayaan dalam arti sempit sering disamakan dengan kesenian, sedangkan kebudayaan dalam arti luas adalah seluruh daya pikiran, karya, dan hasil cipta manusia yang tidak berakar pada nalurinya dan yang karena itu hanya bisa dicetuskan oleh manusia sesudah suatu proses belajar (Koentjaraningrat, 1974). Dalam pengertian yang luas tersebut kebudayaan tercermin ke dalam tiga wujud, yaitu :

a. Berbentuk ide yang sifatnya abstrak, tak dapat diraba, dipegang ataupun difoto, dan tempatnya ada di alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup. Budaya ideal mempunyai fungsi mengatur, mengendalikan, dan memberi arah kepada tindakan, kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat sebagai sopan santun. Kebudayaan ideal ini bisa juga disebut adat istiadat.

b. Aktivitas, dinamakan sistem sosial, karena menyangkut tindakan dan kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini bisa diobservasi, difoto dan didokumentasikan karena dalam sistem sosial ini terdapat aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi dan berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya dalam masyarakat. Bersifat konkret dalam wujud perilaku dan bahasa.

c. Artifacts, disebut juga kebudayaan fisik, dimana seluruhnya merupakan hasil fisik. Sifatnya paling konkret dan bisa diraba, dilihat dan didokumentasikan. Contohnya : candi, bangunan, baju, kain komputer dll.

(4)

pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan demikian Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang berbudaya7.

Adapun kebudayaan nasional menurut Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-puncak dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional. Definisi yang diberikan oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari peryataannya: “yang khas dan bermutu dari suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan nasional”. Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak kebudayaan daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama8. Pernyataan yang tertera pada GBHN tersebut merupakan

penjabaran dari UUD 1945 Pasal 32. Dewasa ini tokoh-tokoh kebudayaan Indonesia sedang mempersoalkan eksistensi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional terkait dihapuskannya tiga kalimat penjelasan pada pasal 32 dan munculnya ayat yang baru. Mereka mempersoalkan adanya kemungkinan perpecahan oleh kebudayaan daerah jika batasan mengenai kebudayaan nasional tidak dijelaskan secara gamblang.

Sebelum diamandemen, UUD 1945 menggunakan dua istilah untuk mengidentifikasi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan bangsa, ialah kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagi puncak-puncak di daerah-daerah di seluruh Indonesia, sedangkan kebudayaan nasional sendiri dipahami sebagai kebudayaan bangsa yang sudah berada pada posisi yang memiliki makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam kebudayaan nasional terdapat unsur pemersatu dari Bangsa Indonesia yang sudah sadar dan mengalami persebaran secara nasional. Di dalamnya terdapat unsur kebudayaan bangsa dan unsur kebudayaan asing, serta unsur kreasi baru atau hasil invensi nasional. Meski

7 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Wujud, Arti dan Puncak-Puncak Kebudayaan Lama dan Asli bagi Masyarakat Pendukungnya, Semarang: P&K, 199.

(5)

demikian landasan pandangan tetap didasarkan pada masyarakat multikultural dipahami dan memaknai dalam konteks masa kini dan masa depan yang harus terus ditanamkan dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa : Berbeda-beda tetapi tetap satu, tak ada kebenaran yang mendua9.

3. Kontribusi Sejarah dalam Pentas Kebudayaan Nasional

Sebagaimana dalam uraian dimuka, sejarah yang dimaksudkan untuk kepentingan pembahasan ini adalah konsep pemikiran berupa strategi kebijakan yang pernah dilakukan untuk mencapai terwujudnya kehidupan berbangsa. Sementara itu Pentas Kebudayaan Nasional bisa menyangkut berbagai aspek kehidupan, diarahkan lebih kepada ide mengatasi persoalan bangsa secara mendasar yang hangat dan sedang dibicarakan oleh banyak orang, yaitu konsepsi Revolusi Mental.

Sejarah yang dimaksud adalah konsepsi berdikari yang dilaksanakan pada era demokrasi terpimpin dengan uraian penjelas berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. Pentas Kebudayaan Nasional besar dan menonjol dalam sistem berpikir mengatasi masalah bangsa dalam bidang politik, ekonomi, dan kebudayaan yang disebut dengan Revolusi Mental secara jelas mengacu atau mendasarkan kepada konsep Trisakti. Lantas dimana letak sumbangan sejarah terhadap pentas kebudayaan nasional berupa ide dalam memecahkan persoalan bangsa?. Pertama, sejarah telah memberikan bahan, catatan berupa historiografi Trisakti. Kedua, sejarah telah memberikan inspirasi,

9 Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia, ditulis di atas pita

(6)

ide, suatu konsep rumusan dalam membangun bangsa berdasar pada kemandirian yang sudah disebutkan politik, ekonomi, dan kebudayaan. Ketiga, sejarah juga sudah memberikan sumbangan cara berpikir, bersikap dalam mengatasi persoalan bangsa meski jaman sudah berubah, peristiwa sudah berganti. Untuk itu uraian selanjutnya berkisar kepada tiga persoalan tersebut.

A. Historiografi Trisaksi

Konsep Trisakti, tidak dapat dilepaskan dari Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno yang dalam tahun 1963 pada peringatan HUT Kemerdekaan Indonesia menegaskan konsepsi Trisakti10 yang dirumuskankan: “berdaulat secara politik,

berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. Dalam situs Kompasiana dipertanyakan, apakah dalam Pembangunan Kemanusiaan dan Kebudayaan Indonesia perlu menerapkan Trisakti Bung Karno?.

Trisakti merupakan pola atau resep membuat sebuah negara yang adil makmur sejahtera, gemah ripah, toto tentrem kerto raharjo dengan kata lain resep mencapai Indonesia Raya. Seperti halnya sebuah resep membuat masakan, bila kita tidak mengikuti caranya atau stepnya dengan benar maka masakan itu akan hambar, keasinan atau justru malah tidak enak dimakan. Demikian pula halnya meskipun para leluhur kita telah memberikan pola berbangsa dan bernegara yang berbeda dengan bangsa lain di dunia, dan dari berbagai bumbu itu diramu menjadi satu dan dipermudah penggunaannya oleh Bung Karno sehingga kreasi baru untuk membentuk “Negara Berdaulat Adil dan Makmur” ala “nusantara” itu harus melalui tahap-tahap yang telah dirumuskan bapak Proklamator Indonesia yang terkenal dan diberi nama “Trisakti Bung Karno”. Tahap-tahap inilah yang perlu dikaji secara mendalam hingga terwujud segala cita-cita yang diharapkan leluhur kita. Dibawah ini kita akan mencoba mengupas makna tiap kata dalam Trisakti Bung Karno.

a. Berdaulat dalam Politik

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berdaulat berasal dari kata daulat yang artinya kekuasaan; pemerintahan, sedangkan berdaulat artinya mempunyai

(7)

kekuasaan tertinggi atas suatu pemerintahan negara atau daerah: negara merdeka, kedaulatan: kekuasaan tertinggi atas pemerintahan negara, daerah, dsb.

b. Berdikari di bidang Ekonomi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berdikari kepanjangannya adalah berdiri di atas kaki sendiri yang berarti tidak bergantung pada bantuan orang lain; sedangkan arti kata ekonomi 1. ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (spt hal keuangan, perindustrian, dan perdagangan); 2. pemanfaatan uang, tenaga, waktu, dan sebagainya yang berharga; 3. tata kehidupan perekonomian (suatu negara); 4. urusan keuangan rumah tangga (organisasi, negara).

c. Berkepribadian dalam Kebudayaan

Berkepribadian dalam kebudayaan, dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, pribadi: 1. manusia sebagai perseorangan (diri manusia atau diri sendiri); 2. keadaan manusia sebagai perseorangan; keseluruhan sifat-sifat yang merupakan watak orang; kepribadian sifat hakiki yg tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakannya dari orang atau bangsa lain, yang diawali dari kata ber yang artinya mempunyai, sehingga arti kata berkepribadian yang dimaksud dalam Trisakti tersebut adalah mempunyai sifat yang berbeda dengan orang lain atau bangsa lain. Kemudian apa arti Kebudayan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia? Kebudayaan: 1. hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat; 2. Antara keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya11.

Dalam bidang kemandirian politik, Soekarno telah berhasil memperjuangkan Pancasila sebagai kemandirian bangsa Indonesia dengan memiliki ideologi negara sendiri. Soekarno juga telah berhasil mempertahankan persatuan dengan menumpas setiap pemberontakan yang terjadi seperti Permesta, PRRI, DI/NII, dan persoalan Papua. Hanya saja karena kurangnya kemandirian dalam persoalan persenjataan, Soekarno cenderung mendapatkan pasokan senjata dari Rusia, sehingga ideologi komunis berkembang di Indonesia yang puncaknya adalah pertistiwa gerakan 30S/PKI. Sedangkan dalam politik luar negerinya,

11 Sumber: http://kbbi.web.id;http://id.wikiquote.org/wiki/Soekarno;

(8)

Soekarno menerapkan politik bebas aktif di mana tidak berpihak pada salah satu blok dunia, sosialis atau kapitalis, namun ikut proaktif dalam mendorong terciptanya perdamaian dunia. Dalam politik ini, Soekarno berhasil mengadakan Konferensi Asia-Afrika (KAA).

Dalam kemandirian sosial budaya, Soekarno secara tegas menolak budaya asing. Sedangkan dalam kemandirian secara ekonomi ditegaskan Soekarno, bahwa lebih baik potensi sumberdaya alam Indonesia dibiarkan, hingga para putra bangsa mampu untuk mengelolanya. Bung Karno menolak eksploitasi atau penjajahan oleh kekuatan asing.

Ajaran Soekarno diadopsi oleh Fidel Castro secara konsisten dan tegar dalam seluruh sistem pemerintahannya. Konsistensi yang paling kentara adalah menolak segala bentuk imperialisme dan kapitalisme yang merupakan pendiktean oleh Barat tentang ekonomi, politik dan budaya. Castro sangat jelas menolak kehadiran dan campur tangan IMF dalam negaranya, bahkan menyerukan agar lembaga pendanaan kapitalis internasional yang menindas negara-negara berkembang itu semestinya dibubarkan dan dihentikan perannya. Kekuatan ekonomi sendiri merupakan landasan bagi pemerintah Kuba untuk membangun negara dan rakyatnya.Tidak ada hutang luar negeri yang diterima sebagai landasan, sehingga tak ada kewajiban cicilan bunga hutang yang tinggi yang harus dibayar oleh pemerintah Kuba. Seluruh pendapatan negara dialokasikan pertama-tama untuk belanja tunjangan sosial, dan kedua untuk belanja pendidikan. Kepentingan lain berada dalam urutan prioritas berikutnya. Karena berdikari dalam bidang ekonomi, Kuba telah mampu mempertahankan kedaulatan dalam bidang politik dan kedaulatan dalam kebudayaan nasionalnya. Pemerintah Kuba menerapkan ajaran Bung Karno dengan pola hidup sederhana, membangun dengan kekuatan ekonomi sendiri, dan selalu menerapkan prinsip "ukur baju badan sendiri".

(9)

revolusi, dijiwai oleh sosialisme, dan dikendalikan oleh satu pimpinan nasional yang disebut Panglima Besar Revolusi (PBR), yaitu Presiden Soekarno12.

B. Inspirasi Penyederhanaan Partai-partai Politik dan Kebijakan Ekonomi

Di masa Demokrasi Terpimpin terjadi pembubaran partai-partai politik yang tidak sesuai dengan Penpres no.7 tahun 1959. Partai yang tidak memenuhi syarat, akan dibubarkan sehingga dari 28 partai yang ada hanya tinggal 11 partai. Kedudukan presiden yang kuat tersebut tampak dengan tindakannya untuk membubarkan 2 partai politik yang pernah berjaya masa demokrasi Parlementer yaitu Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia (PSI). Alasan karena kedua partai tersebut terlibat dalam pemberontakan PRRI & Permesta. Kedua Partai tersebut resmi dibubarkan pada tanggal 17 Agustus 1960.

Penyederhanaan partai-partai politik juga dilakukan pemerintah Orde Baru dalam upaya menciptakan stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengalaman sejarah pada masa pemerintahan sebelumnya telah memberikan pelajaran, bahwa perpecahan yang terjadi dimasa Orde Lama, karena adanya perbedaan ideologi politik dan ketidakseragaman persepsi serta pemahaman Pancasila sebagai sumber hukum tertinggi di Indonesia.

Dalam bidang ekonomi pernah dikeluarkan kebijakan ekomomi dan nasionalisasi. Pada tgl 28 Maret 1963 dikeluarkan landasan guna perbaikan ekonomi yaitu Dekon (Deklarasi Ekonomi).Tujuan utama dibentuk Dekon adalah untuk menciptakan ekonomi yang bersifat nasional, demokratis, dan bebas dari sisa-sisa imperialisme untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin.

C. Revolusi Mental terinspirasi oleh Trisakti13

Joko Widodo, Calon Presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan pada tanggal 10 Mei 2014, mempublikasikan sebuah tulisan berjudul “Revolusi

12 Sumber: http://www.sejarah-negara.com/2015/08/ajaran-nasakom-dan-ajaran-resopim.html.

Konten adalah milik dan hak cipta www.sejarah-negara.com

13 Academia logo redesign 2015 landasan ontologis "revolusi mental" sang presiden. Metode

(10)

Mental” yang diterbitkan di harian Kompas, dan pada tanggal 20 Oktober, sang penulis itu benar-benar menjadi Presiden. Joko Widodo dilantik secara resmi sebagai Presiden Republik Indonesia; negara demokrasi terbesar ketiga di dunia setelah India dan Amerika Serikat. Pada hari dan tanggal yang sama, sebuah tulisan dengan tajuk yang sama,“Revoulsi Mental” juga terbit di koran yang berbeda Penulisnya Romo Benny Susetyo, seorang pemerhati sosial yang juga menjabat Sekretaris Eksekutif Komisi HAK KWI. Esensi kedua tulisan itu sendiri memang tidak jauh berbeda. Keduanya membahas soal kondisi mentalitas bangsa Indonesia yang buruk, yang telah mengakibatkan bangsa ini belum mampu mewujudkan cita-cita kemerdekaan, dan oleh karenanya perlu direvolusi. Bedanya, sumber inspirasi Jokowi adalah ajaran Tri Sakti-nya Bung Karno, sementara tulisan Romo Benny tampaknya diilhami oleh pikiran Romo Mangun. Namun tidak demikian dengan esensi “Revolusi Mental”nya sendiri; versi Jokowi tentunya, bukan “Revolusi Mental” versinya Romo Benny.

Tetapi yang menarik diantara perdebatan kontroversial itu adalah pendapat Habib Alatas, peneliti pada Pusat Kajian Politik Islam dan Pancasila. Dalam situs berita Republika Online yang juga dikutip oleh sejumlah situs lainnya, Alatas mengungkapkan, bahwa istilah“revolusi mental” yang sekarang digembar-gemborkan “Jokowi14, memang sudah lama didengungkan gerakan

sosialis-komunis di kawasan Eropa untuk mendobrak kungkungan ajaran agama. Karena dogmatisme agama dianggap menghambat kemajuan peradaban. Istilah“revolusi mental”juga digunakan pendiri Partai Komunis China yang bernama Chen Duxiu bersama rekannya Li Dazhao. Istilah itu ditujukan untuk mencuci otak kaum buruh dan petani dalam rangka menentang kekaisaran China. Sedangkan di Indonesia, istilah ini mulai dipakai tokoh PKI Ahmad Aidit, anak dari Abdullah Aidit, yang mengganti namanya menjadi Dipa Nusantara Aidit alias DN Aidit. Menurut Alatas, bagi Aidit, revolusi mental harus dimulai dengan mengganti hal-hal yang dianggap menghambat pergerakan, termasuk nama “Ahmad”yang berbau

14 Sebut Tulisan Revolusi Mental Ditulis Bersama Timnya”, Www. Tribunnews.com, Sabtu 10 Mei

(11)

Islam. Tetapi di ujung komentarnya perihal kicauan Fadli Zon itu, Habib Alatas menyatakan, bahwa secara konsep, revolusi mental ala Jokowi tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan konsep revolusi mental komunisme yang sangat ideologis. Revolusi mental Jokowi dangkal dan tidak jelas, karena gagasan itu tidak didasarkan pada kerangka berpikir yang sistematik dan rigid. Landasan ontologisnya ngambang, sekedar jargon, tidak lebih. Bertolak dari fenomena terurai diatas ada dua aspek penting dan menarik untuk dibahas terkait gagasan “Revolusi Mental”-nya Jokowi.

Pertama, konsep ini oleh sebagian kalangan dianggap berbau Marxisme-Komunisme, setidak-tidaknya dari sisi semantik istilah “Revolusi Mental” memang bercita-rasa dan lazim digunakan dalam lingkungan wacana pergerakan/perjuangan kelas kaum Marxian.

Kedua, pandangan Habib Alatas yang menyatakan bahwa landasan ontologis konsep “Revolusi Mental” Jokowi itu tidak jelas; gagasannya tidak didasarkan pada kerangka berpikir yang sistematik dan rigid layaknya sebuah pemikiran yang bersifat ideoligis atau merupakan derivasi dari suatu ideologi tertentu. Karena itu Alatas menyimpulkan, konsep ini tidak lebih kecuali sekedar jargon politik. Artikel ini merupakan kajian terhadap gagasan “Revolusi Mental” yang dipromosikan oleh Jokowi menjelang masa kampanye Pilpres 2014 yang juga menjadi ruh dari 9 (sembilan) agenda prioritas (Nawa Cita) dalam Visi-Misi Jokowi-JK yang bertajuk “Jalan Perubahan untuk Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian”.

4. Uraian Akhir

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melakukan penelitian pada sistem career center yang ada di Perguruan Tinggi Bina Insani, maka dihasilkan sebuah aplikasi yang merupakan bentuk dari

Penelitian yang dikerjakan ini, yang mencakup Pengembangan Sistem Pembangkitan Cerita Balungan + , pentas wayang gagrak Yogyakarta dan cerita Arjunawiwaha serta penilaian

Definisi laporan keuangan dalam akuntansi bank syariah adalah laporan keuangan yang menggambarkan fungsi bank Islam sebagai investor, hak dan kewajibannya, dengan

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurrahman dan Isworo (2002), hal-hal yang diperoleh dari perendaman menggunakan tawas antara lain: a) Umur atau daya simpan dari

Seseorang yang sedang jatuh cinta dan masih terus berharap cintanya akan tersampaikan gambaran -Menjelaskan gambaran -Menghidupkan gambaran -Menimbulkan efek keindahan 20.

Beberapa pengembangan melihat PAC sebagai suatu pendekatan yang membantu dalam e-commerce baru, lingkungan berbasis web dimana status langkah pertama dari suatu bisnis sanga

Jb : Saya memiliki sebuah inisiatif, dimana saya menggunakan inisiatif itu dalam melakukan maupun membuat suatu keputusan bagaimana hal terbaik yang harus

dan n %u %u&u &u. ;ntu& itu< &ami menghara,&an &e&urangan dan masih !auh dari &esem,urnaan.. #alah satu su% sistem &esehatan nasional