• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi rekayasa Genetika dalam Mewujud

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Aplikasi rekayasa Genetika dalam Mewujud"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI REKAYASA GENETIKA DALAM MEWUJUDKAN

INDUSTRI TEKSTIL YANG RAMAH LINGKUNGAN

(STUDI PENDAHULUAN TERHADAP PISANG ABAKA (Musa textilis))

diajukan untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Biologi (LKTI-B) tahun

2012 Himpunan Mahasiswa Jurusan Biologi (HIMABIO)

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Udayana.

OLEH:

NI PUTU EKA UMARISTA APRILIANI

9874

IDA BAGUS ANANDA BRAMANA PUTRA

9941

HENDRA SETIAWAN

9977

PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SEMARAPURA

(2)
(3)
(4)

iv KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan karya ilmiah yang

berjudul “Aplikasi Rekayasa Genetika dalam Mewujudkan Industri Tekstil yang Ramah Lingkungan (Studi Pendahuluan terhadap Pisang Abaka (Musa textilis))”. Karya ilmiah ini disusun dalam rangka mengikuti mengikuti Lomba Karya Tulis

Ilmiah Biologi (LKTI-B) tahun 2012 tingkat SMA/SMK/sederajat se-Bali, Nusa

Tenggara, dan Jawa Timur yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa

Jurusan Biologi (HIMABIO) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Udayana.

Karya ilmiah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tepat pada waktunya

tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Drs. I Nyoman Mudjarta, selaku Kepala SMA Negeri 1 Semarapura atas

bantuan moral dan material yang diberikan.

2. Ni Wayan Rina Lestari S.Pd., selaku pembimbing ekstrakulikuler Karya

Ilmiah Remaja (KIR) SMA Negeri 1 Semarapura atas bimbingan dalam

penyusunan karya tulis ini.

3. Kedua orang tua kami yang telah memberikan motivasi dan dorongan.

4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.

Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan karya tulis

ilmiah ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

yang konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan karya tulis ilmiah ini.

Semoga karya tulis ilmiah yang sederhana ini berguna bagi kita semua.

Semarapura, April 2012

(5)

v “Aplikasi Rekayasa Genetika

dalam Mewujudkan Industri Tekstil yang Ramah Lingkungan (Studi Pendahuluan terhadap Pisang Abaka (Musa textilis))”

A B S T R A K S I

Ni Putu Eka Umarista Apriliani, Ida Bagus Ananda Bramana Putra, dan Hendra Setiawan, 2012, 29 halaman

Industri tekstil di Indonesia merupakan industri yang berkembang cukup pesat. Namun perkembangan yang terjadi membawa dampak negatif bagi kehidupan masyarakat, yaitu meningkatkan risiko kerusakan lingkungan jika limbah yang dihasilkan tidak diolah dengan baik. Salah satu masalah yang paling mengganggu dari limbah industri tekstil adalah zat warna yang dikandungnya. Untuk mengatasi masalah tersebut, terdapat suatu altematif baru yang dapat dikembangkan, yakni melalui aplikasi salah satu bidang bioteknologi dalam upaya pewarnaan serat, yaitu Rekayasa Genetika. Adapun serat yang menjadi subjek dalam karya tulis ini adalah serat pisang Abaka (Musa textilis), karena serat pisang Abaka ini merupakan serat yang sering digunakan sebagai bahan baku tekstil berupa pakaian. Melalui langkah ini, selanjutnya akan dihasilkan serat pisang Abaka yang memiliki warna sesuai kebutuhan, sehingga limbah warna dalam industri tekstil dapat dikurangi.

Dari pembahasan yang telah dipaparkan, didapatkan bahwa proses rekayasa genetika untuk membuat pisang Abaka (Musa textilis) dengan serat berwarna dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu, pengklonan gen pembawa warna, persiapan tanaman yang dilakukan dengan kultur jaringan (kultur in vitro), dan transformasi DNA ke sel dalam jaringan pisang Abaka. Adapun keunggulan serat yang dihasilkan pisang Abaka melalui teknologi rekayasa genetika yaitu serat yang dihasilkan berwarna alami sehingga ramah lingkungan dan lebih tahan lama dengan keragaman sifat yang kompleks.

(6)

vi DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Kata Pengantar ... ii

Halaman Pernyataan ... iii

Halaman Pengesahan ... iv

Abstrak ... v

Daftar Isi ... vi

Daftar Gambar ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penulisan ... 2

1.4 Manfaat Penulisan ... 2

BAB II HASIL DANPEMBAHASAN 2.1 Proses Pemberian Warna pada Serat Pisang Abaka (Musa Textilis) dengan Teknologi Rekayasa Genetika ... 3

2.2 Keunggulan Serat yang Dihasilkan Pisang Abaka (Musa Textilis) Melalui Teknologi Rekayasa Genetika ... 16

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ... 21

3.2 Saran ... 21

Daftar Pustaka

Lampiran

(7)

vii DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

1. Skema Pembuatan Serat Abaka Berwarna……… 5

2. Diagram Plasmid Ti ………..……… 8

3. Skema Tahap Pengklonan Sel ...……… 11

4. Skema Proses Penyiapan Tanaman ……… 12

5. Eksplan Abaka ………..…..……… 13

6. Mekanisme transformasi T-DNA dari plasmid Ti ke dalam genom inti sel tanaman dengan perantara Agrobacterium .…… 15

(8)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Industri tekstil di Indonesia merupakan industri yang berkembang

cukup pesat dengan perkembangan sebesar 0,85% per tahun. Perkembangan

yang terjadi membawa manfaat yang baik bagi kehidupan masyarakat.

Namun, seperti halnya perkembangan industri lainnya, perkembangan

industri tekstil meningkatkan pula risiko kerusakan lingkungan jika limbah

yang dihasilkan tidak diolah dengan baik (Guswandhi, dkk., 2007).

Salah satu masalah yang paling mengganggu dari limbah industri

tekstil adalah kandungan zat warna, karena sekitar 10-15% dari zat warna

yang sudah digunakan tidak dapat dipakai ulang dan harus dibuang. Dalam

industri tekstil, zat warna merupakan salah satu bahan baku utama, karena zat

warna inilah yang akan mewarnai serat dalam industri. Adapun serat yang

digunakan sebagian besar berasal dari serat kapas, lenan, rayon, dan pisang.

Zat warna yang dikandung limbah industri tekstil tersebut dapat mengganggu

kesehatan, misalnya iritasi kulit dan iritasi mata hingga menyebabkan kanker

serta dapat menyebabkan terjadinya mutagen (Mathur, dkk., 2005).

Untuk mengatasi masalah tersebut, terdapat suatu altematif baru yang

dapat dikembangkan, yakni melalui aplikasi salah satu bidang bioteknologi

dalam upaya pewarnaan serat, yaitu Rekayasa Genetika. Adapun serat yang

menjadi subjek dalam karya tulis ini adalah serat pisang Abaka (Musa

textilis), karena serat pisang Abaka ini merupakan serat yang sering

digunakan sebagai bahan baku tekstil berupa pakaian (Wibowo, 1998).

Melalui langkah ini, selanjutnya akan dihasilkan serat pisang Abaka yang

memiliki warna sesuai kebutuhan, sehingga limbah warna dalam industri

tekstil dapat dikurangi.

Oleh karena itu pada tulisan ini akan dikaji proses pemberian warna

serta keunggulan serat yang dihasilkan pisang Abaka melalui teknologi

(9)

2 1.2.Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah terkait dengan latar belakang di atas yaitu

sebagai berikut:

1. Bagimana proses pemberian warna pada serat pisang Abaka (Musa textilis)

dengan teknologi rekayasa genetika?

2. Apa keunggulan serat yang dihasilkan pisang Abaka (Musa textilis)

melalui teknologi rekayasa genetika ini?

1.3.Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dalam karya tulis ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan proses pemberian warna pada serat pisang Abaka

(Musa textilis) dengan teknologi rekayasa genetika.

2. Untuk mendeskripsikan keunggulan serat yang dihasilkan pisang Abaka

(Musa textilis) melalui teknologi rekayasa genetika ini.

1.4.Manfaat Penulisan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

berbagai pihak antara lain sebagai berikut:

1. Bagi pelaku industri tekstil, dapat memberikan sumbangan pemikiran

mengenai media alternatif dalam upaya mengurangi limbah warna dalam

industri tekstil, yakni melalui teknologi rekayasa genetika sehingga akan

dihasilkan produksi yang ramah lingkungan.

2. Bagi masyarakat, sebagai tambahan informasi mengenai proses pemberian

warna serta keunggulan serat yang dihasilkan pisang Abaka (Musa textilis)

melalui teknologi rekayasa genetika.

3. Bagi penulis, dapat dijadikan sumber referensi untuk menambah

pengetahuan dan pemahaman secara lebih mendalam dan komprehensif

mengenai proses pemberian warna serta keunggulan serat yang dihasilkan

(10)

3 BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Proses Pemberian Warna pada Serat Pisang Abaka (Musa Textilis) dengan Teknologi Rekayasa Genetika.

Tanaman pisang Abaka merupakan tanaman yang termasuk dalam

divisi Magnoliophyta dengan kelas Liliopsida. Pisang Abaka merupakan

anggota dari ordo Zingiberales dengan famili Musaceae dan genus Musa,

serta termasuk dalam spesies M. textilis. Tanaman pisang Abaka memiliki nama binomial Musa textilis (Wibowo, 1998).

Berdasarkan catatan sejarah, pisang Abaka telah lama terdapat di

Indonesia, antara lain diketahui di pulau Sangir (Sulawesi Utara) yang

tumbuh secara liar (Raharjo, 1999). Sebagaimana di Filipina (tempat asal

pisang Abaka), penduduk Sangir memanfaatkan serat Abaka untuk bahan

kain tenun tradisional. Penanaman Abaka secara komersial dimulai tahun

1905, di Jawa dan Sumatera Selatan dengan orientasi ekspor. Sejak itu,

pisang Abaka di Indonesia mulai berkembang luas, mulai dari Sumatera

Utara (di daerah Deli dan Bandar Betsy) sampai Lampung, dan Jawa.

Secara agronomis penanaman pisang Abaka di Indonesia sangat

sesuai, mengingat tanaman pisang Abaka adalah tanaman yang berasal dari

daerah tropis. Selain itu pisang ini sudah pernah dikembangkan secara

komersial dalam areal yang besar. Sedangkan dukungan ketersediaan lahan

sangat memungkinkan untuk dikembangkan misalnya di daerah Kalimantan,

Sulawesi, Maluku Utara (terutama Halmahera), Irian Jaya sebagian Sumatera

dan Jawa, tentunya untuk lokasi-lokasi yang memiliki agroklimat yang sesuai

untuk tanaman ini.

Tanaman Abaka termasuk dalam pisang (Musacease) yang

dikategorikan sebagai pisang jantan, karena pisang ini, tidak menghasilkan

buah. Produksi utama dari budidaya tanaman pisang ini adalah berupa serat

(fibre) yang terkenal dalam perdagangan internasional sebagai serat

(11)

4 sehingga banyak digunakan sebagai pembungkus kabel bawah laut atau tali

temali pada kapal.

Namun belakangan ini serat pisang Abaka juga banyak digunakan

untuk bahan baku kerajinan rakyat seperti bahan pakaian, anyaman topi, tas,

peralatan makan, kertas rokok, dan sachet teh celup (Wibowo, 1998). Selain

itu sebagai bahan baku pulp kertas bermutu tinggi (kekuatan dan daya simpan

tinggi) seperti kertas uang, cek, kertas filter, dan kertas pembungkus

(Triyanto, Muliah, dan Edi, 1982).

Melihat fakta-fakta di atas, serat pisang Abaka memiliki potensi yang

cukup besar sebagai bahan baku industri tekstil. Serat yang dihasilkan pisang

tersebut merupakan salah satu serat yang menjadi bahan baku utama dan

memiliki prospek yang bagus dalam perkembangan industri tekstil. Namun,

permasalahan pelik mengenai limbah cair zat warna yang ditimbulkan dalam

proses produksi pakaian, menjadikan suatu fenomena yang harus segera

diatasi.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern ini dapat

diintegrasikan dalam upaya mengatasi masalah tersebut. Rekayasa genetika

merupakan langkah yang tepat, yang dapat dilakukan.

Rekayasa genetika (Genetic Engineering) dalam arti paling luas

adalah penerapan genetika untuk kepentingan manusia. Rekayasa genetika

merupakan kegiatan pemuliaan hewan atau tanaman melalui seleksi dalam

populasi, demikian pula penerapan mutasi buatan tanpa target (Russo dan

Cove, 1995).

Walaupun demikian, masyarakat ilmiah sekarang lebih bersepakat

dengan batasan pengertian Rekayasa Genetika yang lebih sempit, yaitu

penerapan teknik-teknik biologi molekular untuk mengubah susunan genetik

dalam kromosom atau mengubah sistem ekspresi genetik yang diarahkan

pada kemanfaatan tertentu (Russo dan Cove, 1995).

Teknologi Rekayasa Genetika merupakan inti dari bioteknologi yang

dapat didefinisikan sebagai teknik in vitro asam nukleat, termasuk teknologi

manipulasi molekul DNA atau teknologi DNA rekombinan dan injeksi

(12)

5 Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah memanipulasi atau

melakukan perubahan susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau

menyelipkan gen baru ke dalam struktur DNA organisme penerima. Gen

yang diselipkan dan organisme penerima dapat berasal dari organisme apa

saja. Misalnya, gen dari sel pankreas manusia yang kemudian diklon dan

dimasukkan ke dalam sel E. Coli yang bertujuan untuk mendapatkan insulin

(Suryo, 2008).

Berdasarkan kajian tersebut, rekayasa genetika dapat menjadi solusi

dalam permasalahan limbah cair industri tekstil. Teknologi rekayasa genetika

ini dapat digunakan dalam upaya pewarnaan serat pisang Abaka. Melalui

langkah ini, selanjutnya akan dihasilkan serat pisang Abaka yang memiliki

warna sesuai kebutuhan, sehingga limbah warna dalam industri tekstil dapat

dikurangi.

Rekayasa genetika untuk membuat pisang Abaka dengan serat

berwarna dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu, pengklonan gen pembawa

warna, persiapan tanaman yang dilakukan dengan kultur jaringan (kultur in

vitro), dan transformasi DNA ke sel dalam jaringan pisang Abaka.

Gambar 1. Skema Pembuatan Serat Abaka (Musa textilis) Berwarna

Tahap-tahap dalam pembuatan serat Abaka berwarna melalui rekayasa

genetika diuraikan lebih lanjut sebagai berikut.

2.1.1.Pengklonan Gen

Klon gen merupakan teknik penggandaan gen yang

(13)

6 maupun penampakannya. Dalam melakukan pengklonan suatu gen

diperlukan vektor yang berfungsi sebagai wahana atau kendaraan yang

akan membawa suatu fragmen DNA masuk ke dalam sel inang dan

memungkinkan terjadinya replikasi dan ekspresi fragmen DNA asing

tersebut (Pardal, 2002). Salah satu vektor yang sering digunakan yaitu

plasmid.

Plasmid adalah molekul DNA sirkular berukuran kecil yang

terpisah dari kromosom dan dapat bereplikasi sendiri (Campbell, dkk.,

2002). Ukuran plasmid berkisar antara 1 kb hingga lebih dari 250 kb.

Agar dapat digunakan sebagai vektor kloning, plasmid harus memenuhi

syarat-syarat antara lain mempunyai ukuran relatif kecil bila

dibandingkan dengan pori dinding sel inang sehingga dapat dengan

mudah melintasinya, mempunyai sekurang-kurangnya dua gen marker

yang dapat menandai masuk tidaknya plasmid ke dalam sel inang,

mempunyai tempat pengenalan restriksi sekurang-kurangnya di dalam

salah satu marker yang dapat digunakan sebagai tempat penyisipan

fragmen DNA, dan mempunyai titik awal replikasi (ori) sehingga dapat

melakukan replikasi di dalam sel inang (Rahmawati, 2006).

Secara umum, proses penggunaan plasmid bakteri untuk

mengklon gen meliputi tahap isolasi DNA, penyelipan DNA ke dalam

vektor, pemasukan vektor pengklon ke dalam sel, pengklonan sel

beserta gen asing, dan identifikasi klon sel (Campbell, dkk., 2002).

Isolasi DNA bertujuan untuk mendapatkan DNA murni, pemasukan

vektor pengklon ke dalam sel bertujuan untuk membuat DNA

rekombinan, pengklonan sel beserta sel asing bertujuan untuk

mendapatkan sel dengan sifat yang sama, dan identifikasi klon sel

bertujuan mengetahui sel-sel yang membawa gen yang diingikan.

DNA murni yang dimaksud dalam tahap isolasi yaitu DNA

tanpa protein dan RNA dari suatu sel dalam jaringan. Proses isolasi

DNA diawali dengan proses ekstraksi DNA. Hal ini bertujuan untuk

memisahkan DNA dengan partikel lain yang tidak diinginkan. Proses

(14)

7 kerusakan pada DNA. Untuk mengeluarkan DNA dari sel, dapat

dilakukan dengan memecahkan dinding sel, membran plasma dan

membran inti baik dengan cara mekanik maupun secara kimiawi

(Susanto, 2008).

Selanjutnya penyelipan DNA ke dalam vektor dilakukan dengan

pemotongan plasmid dan DNA tumbuhan menggunakan enzim

restriksi. Ujung komplementer yang terbentuk akibat aktivitas enzim

restriksi pada DNA maupun plasmid akan saling melengket satu sama

lain melalui ikatan hidrogen. Kemudian, enzim ligase mengkatalisis

ikatan kovalen yang menyambung ujung-ujungnya. Kombinasi tersebut

disebut Plasmid rekombinan. Plasmid rekombinan memiliki pengertian

yang sama dengan DNA rekombinan yaitu kombinasi materi genetik

baru yang diperoleh dengan cara penyisipan molekul DNA ke dalam

suatu vektor sehingga memungkinkannya untuk terintegrasi dan

mengalami perbanyakan di dalam suatu sel organisme lain yang

berperan sebagai sel inang. Plasmid rekombinan yang terbentuk

kemudian masuk ke sel bakteri baik melalui konjugasi, transformasi,

maupun transduksi (Susanto, 2008).

Sel bakteri kemudian ditumbuhkan dalam kultur sehingga

membentuk klon sel. Sampai pada tahap ini, telah dihasilkan banyak

klon fragmen DNA yang berbeda, tidak hanya fragmen yang

diinginkan. Langkah berikutnya penyaringan koloni untuk gen yang

diharapkan yang merupakan tahap paling sulit. Untuk mendeteksi DNA

suatu gen secara langsung tergantung pada pembuatan pasangan basa

antara gen dan urutan komplementer pada urutan asam nukleat lain.

Proses ini disebut hibridisasi asam nukleat. Teknik ini bergantung pada

kenyataan bahwa urutan nukleotida komplementer akan berpasangan

basa terikat menjadi satu oleh ikatan hidrogen (Campbell, dkk., 2002).

Mengadaptasi proses kerja tersebut, maka untuk mendapatkan

produk pisang Abaka dengan serat berwarna dapat ditempuh melalui

(15)

8 1. Pengisolasian Vektor dan DNA Sumber Gen

Plasmid yang digunakan yaitu plasmid Ti (tumor inducing

atau penginduksi tumor) dari bakteri Agrobacterium tumefaciens

strain liar (galur alami). Plasmid ini selanjutnya disebut sebagai

vektor klon. Pada plasmid Ti terdapat T-DNA yang digunakan

sebagai vektor untuk transformasi tanaman yang telah dihilangkan

virulensinya. Sedangkan DNA yang mengandung gen yang

diinginkan yaitu gen pengkode warna, didapat dari tumbuhan lain

yang memiliki gen warna yang diperlukan.

Gambar 2. Diagram Plasmid Ti (Heldt, 1999)

Untuk mendapatkan DNA baik dari sel bakteri maupun dari

sel tumbuhan, diawali dengan perusakan dan atau pembuangan

dinding sel, yang dapat dilakukan dengan pemberian enzim lisozim.

Langkah berikutnya adalah lisis sel. Bahan-bahan sel yang relatif

lunak dapat diresuspensi di dalam medium buffer nonosmotik,

sedangkan bahan-bahan yang lebih kasar perlu diperlakukan dengan

deterjen yang kuat seperti triton X-100 atau dengan sodium dodesil

(16)

9 langkah ini disertai dengan perusakan membran nukleus. Setelah sel

mengalami lisis, remukan-remukan sel dibuang dengan melakukan

sentrifugasi. Protein yang tersisa dipresipitasi menggunakan fenol

atau pelarut organik seperti kloroform untuk kemudian disentrifugasi

dan dihancurkan secara enzimatis dengan proteinase. DNA yang

telah dibersihkan dari protein dan remukan sel masih tercampur

dengan RNA sehingga perlu ditambahkan RNAse untuk

membersihkan DNA dari RNA. Molekul DNA yang telah diisolasi

tersebut kemudian dimurnikan dengan penambahan amonium asetat

dan alkohol atau dengan sentrifugasi kerapatan menggunakan CsCl

(Susanto, 2008).

2. Penyelipan DNA ke dalam Vektor

Selanjutnya, plasmid maupun DNA dicerna dengan enzim

restriksi endonuklease. Enzim tersebut memotong DNA plasmid

pada tempat restriksi tunggalnya. Enzim ini juga memotong DNA

tumbuhan dan menghasilkan ribuan fragmen yang salah satunya

merupakan fragmen pembawa gen warna. Saat membuat potongan,

enzim restriksi menciptakan ujung lengket (stiky ends) pada fragmen

DNA tumbuhan maupun plasmid (Campbel, dkk., 2002)

Ujung lengket pada plasmid akan berpasangan basa dengan

ujung lengket berkomplementer pada DNA tumbuhan. Gabungan

yang dibentuk dengan cara tersebut hanya bersifat sementara karena

hanya sedikit ikatan hidrogen yang menyatukan fragmen-fragmen

DNA itu. Penggabungan DNA tersebut dapat dibuat permanen

dengan enzim DNA ligase yang menyegel untai itu dengan

mengkatalisis pembentukan fosfodiester. Setelah tahap ligasi dilalui

maka terbentuklah gabungan antara plasmid bakteri dengan DNA

tumbuhan yang disebut plasmid rekombinan (Campbell, dkk., 2002).

3. Pemasukan Plasmid Rekombinan ke dalam SelBakteri

Plasmid rekombinan masuk ke dalam sel Agrobacterium

tumefaciens melalui transformasi. Dalam transformasi, sel bakteri

(17)

10 perpindahan genetik dengan sel resipien membutuhkan molekul

DNA bebas (DNA yang berada diluar sel atau yang telah

dimurnikan). Pada prinsipnya transformasi akan terjadi bila sel

resipien mampu menerima DNA yang telah diisolasi dari sel donor

(Setyati, dkk., 2007).

4. Pengklonan Sel-Sel Bakteri beserta Plasmid Rekombinan

Bakteri ditempatkan pada nutrient agar. Gen plasmid

dimanfaatkan untuk memilih koloni sel yang membawa plasmid

rekombinan (Bawekes, 2012). Selanjutnya sel bakteri beserta

plasmid akan memperbanyak diri sehingga dihasilkan banyak klon

sel.

5. Identifikasi Klon Sel yang Membawa Gen Warna

Pada tahap ini dilakukan identifikasi untuk mengetahui sel

yang membawa gen warna. Menurut Campbel, dkk. (2002),

identifikasi diawali dengan menekan koloni bakteri terhadap kertas

filter khusus yang memindahkan sel ke dalam filter tersebut. Filter

kemudian diberi perlakuan untuk memecahkan sel dan

mendenaturasi DNA sehingga molekul DNA untai tunggal yang

dihasilkan akan melekat pada filter. Suatu larutan yang berisi

molekul probe diinkubasi dengan filter, selanjutnya DNA probe akan

berhibridisasi (berpasangan basa) dengan DNA komplementer pada

filter sedangkan untuk DNA sisanya dibilas. Setelah itu filter

diletakkan pada film fotografik untuk membuat semua area

radioaktif terpapar film tersebut (autoradiografi). Film yang telah

jadi dibandingkan dengan pelat kultur induk untuk menentukan

koloni yang membawa gen warna.

Tahap klon sel selesai dan telah diperoleh Agrobacterium

yang berisi plasmid rekombinan dengan gen pembawa warna.

Agrobacterium tumefaciens yang dihasilkan selanjutnya

diaplikasi-kan untuk membuat tanaman Abaka dengan serat berwarna.

Untuk lebih jelas mengenai tahap pengklonan sel dapat dilihat

(18)

11 Gambar 3. Skema Tahap Pengklonan Sel

Enzim Restriks Agrobacterium tumefaciens

Sel Tumbuhan

Isolasi

Isolasi

Plasmid Ti

DNA dengan Gen Warna RestriksEnzim

Fragmen Plasmid

Fragmen DNA

DNA Ligase

Plasmid Rekombinan Transformasi ke Sel

Agrobacterium tumefaciens Pengklonan Sel

Agrobacterium tumefaciens beserta Plasmid

Rekombinan

Identifikasi Klon Sel yang Mengandung Gen Warna

Sel Agrobacterium tumefaciens dengan DNA

(19)

12 2.1.2.Penyiapan Sel Tanaman

Sel tanaman yang ditransformasi dengan plasmid

Agrobacterium tumefaciens adalah jaringan tanaman kultur in vitro

pada tahap eksplan. Seperti pisang pada umumnya, jenis kultur jaringan

yang digunakan pada pisang Abaka yaitu kultur pucuk yang dilakukan

dengan cara mengkulturkan eksplan yang mengandung meristem pucuk

dengan tujuan perangsangan dan perbanyakan tunas-tunas atau

cabang-cabang aksilar. Tunas-tunas aksilar tersebut selanjutnya diperbanyak

melalui prosedur yang sama seperti eksplan awalnya dan selanjutnya

diakarkan dan ditumbuhkan dalam kondisi invivo (Wang, dkk. 1993).

Gambar 4. Skema Proses Penyiapan Tanaman

Persiapan penanaman eksplan diawali dengan pembuatan media

tanam dan sterilisasi alat. Media tanam berupa media agar yang

ditambahkan unsur mineral makro, mineral mikro, dan zat pengatur

tumbuh. Setelah dilakukan sterilisasi alat, selanjutnya dilakukan

pengambilan eksplan dari tanaman yang sehat. Tanaman indukan

sumber eksplan harus dikondisikan dan dipersiapkan secara khusus di

rumah kaca atau greenhouse agar eksplan yang akan dikulturkan sehat

dan dapat tumbuh baik serta bebas dari sumber kontaminan pada waktu

dikulturkan secara in-vitro. Lingkungan tanaman induk yang lebih

higienis dan bersih dapat meningkatkan kualitas eksplan (Wang, dkk.

1993).

Penanaman eksplan dilakukan di ruangan tertutup yang telah

disterilkan dengan menggunakan alkohol atau formalin. Setelah itu, Sterilisasi Alat

Pembuatan Media Tanam

Sterilisasi Eksplan

(20)

13 eksplan disterilkan menggunakan larutan hipoklorit dan

dipotong-potong kecil kemudian diinokulasi dalam media tanam (Wang, dkk.

1993).

Setelah eksplan disiapkan, selanjutnya dilakukan transformasi

gen warna ke dalam sel eksplan tersebut kemudian kultur jaringan dapat

diteruskan untuk menghasilkan tanaman Abaka dengan serat berwarna.

Gambar 5. Eksplan Abaka (Musa textilis) (Sumber: http://bloggerpuluk.blogspot.com)

2.1.3.Transformasi Gen Warna ke dalam Sel Abaka

Transformasi DNA pembawa kode warna ke dalam sel pisang

Abaka yang dikultur dilakukan dengan menggunakan Agrobacterium

tumefaciens. Bakteri ini merupakan fitopatogen tanah yang

menyebabkan penyakit tumor (crown gall) di dalam jaringan luka pada

berbagai macam tanaman dikotil dan mempunyai kemampuan untuk

memindahkan DNA ke dalam sel tanaman (Herman, 2002).

Transformasi DNA menggunakan Agrobacterium tumefaciens

umumnya digunakan pada tumbuhan dikotil karena tumbuhan tersebut

lebih rentan terhadap infeksi Agrobacterium (Campbel, dkk., 2002).

Namun menurut penelitian yang dilakukan May, dkk. (1995),

penggunaan Agrobacterium juga telah berhasil dilakukan pada tanaman

(21)

14 Strain onkogenik Agrobacterium tumefaciens mengandung

plasmid single copy berukuran besar (150-250 kb) yang disebut Plasmid

Ti (tumour inducing). Sebagian dari DNA plasmid ini yaitu T-DNA

(transfer DNA) dipindahkan ke dalam sel tanaman yang terluka dan

disisipkan ke dalam genom tanaman. Walaupun gen-gen T-DNA

berasal dari bakteri, tetapi mampu diekspresikan pada sel tanaman.

Ekspresi gen-gen tersebut adalah sintesis fitohormon seperti auksin dan

sitokinin serta sintesis opin. Akibatnya jaringan yang terinfeksi akan

mengalami proliferasi sel yang tidak terkendali dan menghasilkan

jaringan tumor. Pada biakan jaringan, pertumbuhan tumor ini dapat

tumbuh terus walaupun dalam media tidak ditambahkan auksin dan

sitokinin, yang biasanya kedua senyawa ini diperlukan untuk

pertumbuhan jaringan tumbuhan secara in vitro (Pardal, dkk., 2004).

Adapun Mekanisme infeksi Agrobacterium ke dalam sel

tanaman menurut Day dan Lichtenstein (1992) dalam Manuhara (2006),

meliputi tiga tahap sebagai berikut.

1. Pengenalan Agrobacterium tumefaciens dengan molekul sinyal

yang dihasilkan oleh sel tanaman yang terluka, kemudian secara

kemotaksis Agrobacterium tumefaciens bergerak dan menempel

pada sel tanaman.

2. Gen-gen vir pada plasmid Ti merespon molekul sinyal yang

dihasilkan oleh sel tanaman dan selanjutnya menginduksi ekspresi

gen-gen vir untuk memotong rantai tunggal T-DNA dan

memindahkannya ke dalam inti sel tanaman.

3. DNA terintegrasi ke dalam genom tanaman dan gen-gen pada

T-DNA diekspresikan dalam sel tanaman. Ekspresi gen-gen onc

(oncogen) menyebabkan sel berproliferasi, sedangkan ekspresi

(22)

15 Gambar 6. Mekanisme transformasi T-DNA dari plasmid Ti

ke dalam genom inti sel tanaman dengan perantara Agrobacterium. LB : left border, RB: right border, NPC : nuclear pore complex.

(Ziemienowicz, dkk., 2000)

Ketika plasmid rekombinan dimasukkan ke dalam sel tumbuhan

yang dikultur, T-DNA berintegrasi ke dalam DNA kromosom

tumbuhan tersebut. Selanjutnya, sel tumbuhan akan membelah dan

setiap turunannya akan menerima satu salinan T-DNA tersebut beserta

gen asing yang dibawanya. Jika seluruh tumbuhan itu diregenerasi,

setiap selnya akan membawa dan mungkin mengekspresikan gen

pembawa warna tersebut (Campbell, dkk., 2002) sehingga akan

(23)

16 2.2. Keunggulan Serat yang Dihasilkan Pisang Abaka (Musa Textilis) Melalui

Teknologi Rekayasa Genetika.

Usaha untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat tambahan yang

berguna dilakukan dengan metode transformasi genetik, yaitu dengan cara

menyisipkan gen tertentu ke dalam genom tanaman. Tujuan pengembangan

metode transformasi genetik tanaman secara umum antara lain (1) untuk

meningkatkan nilai agrikultural, nilai hortikultural, dan ornamental tanaman,

(2) menjadikan tanaman transgenik sebagai pabrik biologi untuk

memproduksi protein atau metabolit lainnya yang mempunyai nilai komersial

tinggi dan (3) menjadikan tanaman transgenik sebagai obyek untuk

mempelajari proses biologi tanaman, termasuk di antaranya biologi

perkembangan.

Metode transformasi genetik pada pisang Abaka merupakan metode

alternatif yang sesungguhnya bertujuan untuk menghasilkan pisang Abaka

yang memiliki sifat-sifat unggul, diantaranya menghasilkan serang pisang

Abaka yang telah berwarna sebagai bahan baku industri tekstil sehingga

memiliki nilai komersial yang tinggi. Hal ini telah menjadi bukti bahwa

penggunaan serat pisang Abaka produk bioteknologi memberikan kontribusi

yang nyata bagi peningkatan kesejahteraan hidup manusia, yaitu

meningkatkan hasil, mengurangi biaya produksi, membantu melindungi

lingkungan serta meningkatkan keuntungan, baik bagi petani maupun

konsumen. Petani memperoleh hasil yang lebih tinggi dan peningkatan

keleluasaan dalam pengelolaan tanaman pisang, sedangkan kosnsumen

memperoleh hasil yang memuaskan dari keunggulan-keunggulan yang

dimiliki pisang Abaka dari hasil rekayasa genetika.

Adapun keunggulan dari serat pisang Abaka yang dihasilkan melalui

teknik rekayasa genetika adalah sebagai sebagai berikut.

1. Menghasilkan serat berwarna alami yang ramah lingkungan

Limbah industri pisang Abaka sejak dahulu telah menjadi momok

menakutan bagi lingkungan. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan masyarakat

membuang limbah warna sintetis ke sumber-sumber air, sehingga terjadi

(24)

17 tidak tertangani dengan baik. Selain itu, dalam pengolahan limbah tekstil

masih mengalami hambatan disebabkan sulitnya menangani kandungan

pewarnanya. Sampai saat ini, pengolahan limbah pisang Abaka tidak

terlalu efektif, sehingga hasil yang diperoleh belum maksimal (Mathur

dkk., 2005). Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan

suatu inovasi baru yang diharapkan dapat menjadi pilihan alternatif dalam

meminimalkan dampak tersebut, salah satunya berbentuk upaya

pewarnaan serat pisang Abaka dengan teknik rekayasa genetika. Serat

Abaka diambil terutama dari bagian batang khususnya pada

lembaran-lembaran pelepah daun yang selanjutnya akan diproses untuk diambil

seratnya. Dalam satu batang Abaka berdiameter 30–40 cm, bisa diperoleh antara 12 sampai dengan. 25 lembar pelepah daun (Triyanto, Muliah, dan

Edi, 1982).

Gambar 7. Serat Pisang Abaka

(Sumber: http://jogjacreative.wordpress.com/tag/serat-pisang/)

Hal ini tentu saja memberikan angin segar bagi terciptanya industri

tekstil khususnya pisang Abaka yang ramah lingkungan. Mengingat serat

tumbuhan juga merupakan sumber energi yang terbarukan dan dalam

proses produksinya pun membutuhkan energi yang lebih rendah. Serat

(25)

18 Menurut Hakim, dkk. (1999), menghadapi abad ke 21, merupakan abad

yang berorentasi lingkungan, adanya kekhawatiran akan dampak

lingkungan dari zat warna sintetik yang non degradable dan kadangkala

menganggu kesehatan, maka keadaan ini diperkirakan akan

membangkitkan kembali citra zat warna alam. Oleh karena itu, bercermin

dari, apabila inovasi ini dapat dikembangkan ke tataran yang lebih luas

lagi, maka akan berimbas pula pada efektivitas waktu produksi.

2. Warna Serat Pisang Abaka Lebih Tahan Lama dengan Keragaman Sifat

yang Kompleks

Keunggulan yang selanjutnya diperoleh dari upaya pewarnaan serat

pisang Abaka melalui teknik rekayasa genetika adalah memperoleh warna

serat yang tahan lama dengan keragaman sifat yang kompleks. Hal

tersebut dikarenakan warna serat secara langsung diperoleh dari pohon

pisang Abaka, sehingga tidak memerlukan proses pewarnaan sintetis atau

buatan. Melalui teknik rekayasa genetika ini juga akan dihasilkan serat

pisang Abaka yang memiliki sifat yang penuh keuletan (tenacity), daya

mulur (elongation), kehalusan (fineness), kebersihan (cleanliness), panjang

(length), dan serat alam pisang Abaka yang bersifat non-abrasif serta

memiliki sifat mampu bentuk (formability) yang baik dengan berat yang

lebih ringan dibandingkan serat sintesis (kerapatan massa serat alam

setengah dari kerapatan massa serat gelas).

Disamping itu, intensitas warna serat yang dihasilkan, jauh lebih

rendah dibandingkan dengan warna sintetis, sehingga pengaruh dimata

selalu menimbulkan kesan yang sejuk dan menyehatkan mata. Warna serat

Abaka akibat teknik rekayasa genetika cenderung menampilkan kesan

luwes, lembut, dan menghasilkan nada warna yang unik. Sehingga nilai

ekonomis serat Abaka menjadi lebih tinggi daripada memakai warna

sintetis, sebab pewarna alam akan menghasilkan warna-warna elegan,

bercitarasa tinggi, dan mengurangi pencemaran lingkungan. Pemakaian zat

warna alam di beberapa negara masih diyakini lebih aman dari pada zat

(26)

19 Selain itu, dilihat dari segi budidaya pisang Abaka, relatif sederhana,

dibanding dengan rami, jute, kenaf, dan canabis. Rami yang dibudidaya

sekali, bisa untuk lebih dari 10 tahun, hanya cocok pada ketinggian di atas

500 meter dpl. Sedangkan jute, kenaf, dan canabis merupakan tanaman

semusim yang sekali tanam harus dibongkar. Pisang Abaka cocok

dibudidayakan mulai dari dataran rendah, sampai ketinggian 1500 meter di

permukaan air laut. Sekali tanam, pisang Abaka bisa terus menerus dipanen

selama kurang lebih 20 tahun. Pisang Abaka juga akan banyak menyerap

tenaga kerja, baik untuk budidaya maupun prosesnya. Sehingga, hal ini dapat

memberikan imbas positif serta pilihan alternatif bagi masyarakat karena bisa

menjadi penghasilan sampingan jika dapat dikembangkan secara baik

(Suratman, 1982).

Aplikasi metode transformasi genetika pada pewarnaan serat pisang

Abaka merupakan suatu hal yang menarik untuk dikembangkan, mengingat

beragam keunggulan yang dimiliki. Namun, dalam upaya tersebut, tidak luput

dari kendala-kendala.

Adapun kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan

rekayasa genetika pada pewarnaan serat pisang Abaka, antara lain sulitnya

menentukan gen pembawa warna yang tepat untuk digunakan dalam

pewarnaan serat Abaka karena setiap organisme mengekspresikan gen dengan

cara berbeda.

Selain itu, gen warna yang masuk ke tubuh suatu organisme akan

berinteraksi dengan gen yang telah ada dalam organisme tersebut sehingga

menyebabkan warna yang dihasilkan tidak sama dengan warna sumber gen.

Masalah penentuan gen warna juga berimbas pada enzim retriksi yang

digunakan sebab enzim restriksi bersifat spesifik terhadap substratnya.

Kendala-kendala tersebut muncul mengingat rekayasa genetika merupakan

salah satu teknik yang kompleks dan memerlukan penelitian yang lebih

mendalam.

Sehingga sebelum serat berwarna pisang Abaka produk bioteknologi

dipasarkan, setidaknya harus diuji secara teliti terlebih dahulu oleh

(27)

20 Pengkajian keamanan tersebut didasarkan pada pedoman yang telah disusun

oleh badan pengaturan yang kompeten dari setiap negara sehingga tidak

menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat seperti menerapkan prinsip

kehati-hatian (precautionary approach) yang sesuai dengan Protokol

Cartagena tentang Keamanan Hayati dan Keselamatan Keanekaragaman

Hayati dari Suatu Negara (Soemarwoto, 2001).

Bercermin dari hal tersebut, apabila telah terjadi sinergitas antara

segenap stakeholder baik dari kalangan akademisi maupun dari pengusaha

industri tekstil serta tantangan dan kendala tersebut dapat diatasi dengan

solusi yang baik, tentu saja hal tersebut berimbas pada terlaksananya teknik

rekayasa genetika dalam upaya pewarnaan serat pisang Abaka sebagai bahan

(28)

21 BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

3.1.1. Proses rekayasa genetika untuk membuat pisang Abaka dengan serat

berwarna dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu, pengklonan gen

pembawa warna, persiapan tanaman yang dilakukan dengan kultur

jaringan (kultur in vitro), dan transformasi DNA ke sel dalam jaringan

pisang Abaka.

3.1.2. Keunggulan serat yang dihasilkan pisang Abaka (Musa textilis Nee)

melalui teknologi rekayasa genetika yaitu serat yang dihasilkan

berwarna alami sehingga ramah lingkungan dan lebih tahan lama

dengan keragaman sifat yang kompleks.

3.2. Saran

3.2.1. Kepada pemerintah, agar dapat memberikan dukungan baik moral

maupun materiil dalam pelaksanaan penelitian lebih lanjut mengenai

aplikasi rekayasa genetika dalam menciptakan bahan baku industri

tekstil sehingga potensi serat Abaka berwarna sebagai bahan baku

tekstil yang ramah lingkungan tidak hanya terbatas dalam tataran

wacana semata.

3.2.2. Kepada peneliti khususnya yang berkecimpung dalam bidang

bioteknologi, agar dapat membuat penelitian dan inovasi lebih lanjut,

baik mengenai variasi warna serat Abaka yang dapat dihasilkan

maupun sifat-sifat unggul serat Abaka yang dapat diperoleh melalui

penerapan bioteknologi.

3.2.3. Kepada masyarakat terutama pemilik industri tekstil, agar dapat

memanfaatkan bahan baku ramah lingkungan hasil rekayasa genetika

sehingga akan tercipta lingkungan yang bersih dan sehat karena

(29)

22 3.2.4. Perlu diadakannya deseminasi, sosialisasi atau penyuluhan yang jelas

kepada masyarakat luas mengenai penerapan teknik rekayasa

genetika. Hal tersebut dilaksanakan guna menjawab kekhawatiran

masyarakat akan pengembangan metode transformasi genetika pada

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Bawekes, Mirtanina Sisyelin. 2012. Bioteknologi DNA Plasmid pada bakteri. Available at: http://elinbawekes.blogspot.com/2012/02/bioteknologi-dna-plasmid-pada-bakteri.html. Opened: 22.04.2012.

Guswandhi, James S.P. P., Sri H. S., Wardono N. and Tjandra S. 2007. Penghilangan Warna Limbah Tekstil Dengan Marasmius sp. dalam Bioreaktor Unggun Tetap Termodifikasi (Modified Packed Bed). ITB. Bandung.

Hakim, E.H., A. A. Sjamsul, M. Lukman, S. Yang Maolana, and Didi M. 1999. Zat Warna Alami: Retrospek dan Prospek.. Disampaikan pada Seminar Bangkitnya Warna-Warna Alam. Yogyakata, 3 Maret 1999. Jurusan Kimia FMIPA. ITB. Bandung.

Heldt, H.W. 1999. Plant Biochemistry and Molecular Biology. Oxford University Press Inc. New York.

Herman, Muhammad. 2002. Perakitan Tanaman Tahan Serangga Hama melalui Teknik Rekayasa Genetik. Buletin AgroBio. Volume 5. Nomor 1, halaman 1-13.

Manuhara, Y. Sri Wulan. 2006. Pengembangan Metode Transformasi Genetik Tanaman untuk Meningkatkan Kesejahteraan Hidup Manusia. Makalah Seminar Nasional Biodiversitas Isbn : 979 – 98109 – 1 – 4 Biologi FMIPA, UNAIR Surabaya, 22 Juli 2006.

Mathur, N., Bhatnagar, P., and Bakre, P. 2005. Assessing Mutagenicity of Textile Dyes From Pali (Rajasthan) Using Ames Bioassay, Applied ecology and environmental research 4(1). halaman 111-118.

Neil A. Campbell, Jane B. Reece, and Lawrence G Mitchell. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Pardal, Saptowo J. 2002. Perkembangan Penelitian Regenerasi dan Transformasi pada Tanaman Kedelai. Buletin AgroBio. Volume 5. Nomor 2, halaman 37-44.

Pardal, Saptowo J., G.A. Wattimena., Aswidinoor, Hajrial., Herman, M., Listanto, Edi., dan Slamet. 2004. Transfer gen proteinase inhibitor II pada kedelai melalui vector Agrobacterium tumefaciens untuk ketahanan terhadap hama pengerek polong (Etiella zinckenella Tr.). Jurnal Bioteknologi Pertanian. Volume 9. Nomor 1, halaman 20-28.

Raharjo. 1999. Abaca Kini: Pesimis dan Optimis. Trubus. XXX (359): 66-68.

Rahmawati, Syamsidah. 2006. Status Perkembangan Perbaikan Sifat Genetik Padi Menggunakan Transformasi Agrobacterium. Jurnal AgroBiogen. Volume 2. Nomor 1, halaman. 36-44.

Russo, E., and D. Cove. 1995. Genetic Engineering: Dreams and Nightmares. W.H. Freeman. New York.

(31)

Soemarwoto, Otto. 2001. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan. Jakarta.

Suratman. 1982. Bercocok Tanam Abaca (Musa textillis Nee). Balai Penelitian Tanaman Industri. Bogor.

Suryo. 2008. Genetika: Strata 1. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Susanto, Agus Heri. 2008. Teknologi DNA Rekombinan. Available at: http://biomol.wordpress.com/bahan-ajar/dasar-tek-dna-rek/. Opened: 21.04.2012.

Triyanto, H.S., Muliah, and M. Edi. 1982. Batang Abaca (Musa textillis Nee) Sebagai Bahan Baku Kertas. Berita Selulosa Volume XVII. Nomor 2. Halaman 1-27. Wang, H., Qi, M., and Cutler, A.J. 1993. A simple method of preparing plant samples

foe PCR. Nucleic acids. Res. 21. Nomor 17. Halaman 4153 – 4154.

Wibowo, A. 1998. Abaca (Musa textillis Nee) Penghasil Serat. Duta Rimba. Volume XXIV. Nomor 222. Halaman 31-37.

(32)
(33)

Lampiran 1.

Daftar Pigmen Penghasil Warna dari Beberapa Organisme

No. Nama Pigmen Warna Tumbuhan

Penghasil

1. Delphinidin Biru Petunia

2. Antosianin Biru Berbagai Jenis Bunga

3. Cyanidin Merah Alga

4. Likopen Merah Tomat

5. Betalain Kuning Bugenvil

6. Karoten Jingga Wortel

(34)

Lampiran 2.

Beberapa Endonuklease Restriksi dan Urutan Pemecahannya

(35)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ni Putu Eka Umarista Apriliani

Tempat Tanggal Lahir : Rendang, 16 April 1995

Alamat : Jalan Pudak No.1 Semarapura

Telp/HP : - / 081 916 359 932

Email : hoshi_sora@ymail.com

Status : Siswi SMAN 1 Semarapura

Kelas : XI IPA 1

Alamat : Jln. Flamboyan No.63, Klungkung, Bali

Telp. (0366) 21508

Hasil Karya Tulis :

1. Budidaya Paprika (Capsicum annum L.) sebagai Primadona Pertanian di Lahan Sempit (Kajian Pustaka/2012).

2. Bukit Abah, Kilauan Emas yang Masih Terpendam (Essay/2012).

3. Implementasi Konsep Menyama Braya di Kalangan Remaja Hindu dalam

Upaya Meminimalisasi Konflik Adat di Bali (Kajian Pustaka/2011).

4. Pagelaran Wayang Cenk Blonk sebagai Media Pendidikan Seks bagi

Masyarakat Hindu di Bali (Penelitian/2012).

5. Pemanfaatan Daun Kacapiring dalam Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2

(Kajian Pustaka/2011).

6. Pemanfaatan Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) sebagai Pestisida

Alami dalam Membasmi Hama Kutu Kebul (Bemisia tabaci)

(Penelitian/2012).

7. Pemanfaatan Larutan Daun Gamal (Gliricidia sepium) Sebagai Pestisida

Alami Bagi Hama Kepik (Helopeltis sp.) (Suatu Studi Pendahuluan Terhadap

(36)

Pundukaha Kelod, Desa Bunga Mekar, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten

Klungkung) (Penelitian/2011).

8. Revitalisasi Pengembangan Terapi Psikologi dalam Wisata Spiritual Sebagai

Bagian Dari Travel Medicine Pada Kepariwisataan Bali (Kajian

Pustaka/2012).

Penghargaan Akademis dan Ilmiah :

1. Finalis LKTI HIMAGROTEK 2012 Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

2. Finalis LKTI HMJ Kimia Universitas Udayana 2012

3. Finalis LKTI Scientific Atmosphere 2012 FK Universitas Udayana.

4. Finalis LKTI yang diselenggarakan oleh Politeknik Kesehatan Negeri

Denpasar tahun 2012.

5. Juara 1 (EMAS) Olimpiade Siswa Nasional (OSN) Bidang BIOLOGI Tingkat

Kabupaten Klungkung tahun 2012.

6. Juara 3 Lomba Karya Ilmiah Populer (Essai) 2012 Fakultas Ekonomi

Universitas Warmadewa.

7. Juara Harapan II Lomba Karya Tulis Ilmiah bagi siswa SMA Serangkaian

Peringatan Hari Sumpah Pemuda dan Hari Pahlawan di Jurusan Pendidikan

Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha.

8. Peserta LKTI bagi siswa SMA Avicena Competition 2011.

9. Semifinalis HMC (Hipocrates Medical Championship) 2012 Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana.

Peserta

TTD

(37)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ida Bagus Ananda Bramana Putra

Tempat Tanggal Lahir : Klungkung, 19 November 1994

Alamat : Jln. Gunung Agung, Gg. 2, Lorong 1, No.1, Klungkung

Telp/HP : (0366) 25208 / 085 737 464 667

Email : meme.bali@yahoo.com

Status : Siswa SMAN 1 Semarapura

Kelas : XI IPB

Alamat : Jln. Flamboyan No.63, Klungkung, Bali

Telp. (0366) 21508

Hasil Karya Tulis :

1. Budidaya Paprika (Capsicum annum L.) sebagai Primadona Pertanian di Lahan Sempit (Kajian Pustaka/2012).

2. Bukit Abah, Kilauan Emas yang Masih Terpendam (Essay/2012).

3. Implementasi Konsep “Satsangga” dalam Pendidikan Seks bagi Remaja Hindu di Bali (Kajian Pustaka/2011).

4. Kisah 1001 Malam ‘Ni Diah Tantri’ Inspirasi Ibu dalam Mengembangkan Karakter Anak (Kajian Pustaka/2011).

5. Meningkatkan Mutu Sumber Daya Manusia (SDM) Bali Melalui Jalur

Pendidikan (SMAN Bali Mandara) (Essay/2011).

6. Pagelaran Wayang Cenk Blonk sebagai Media Pendidikan Seks bagi

Masyarakat Hindu di Bali (Penelitian/2012).

7. Pengembangan Taman Usada Taru Pramana dalam Mewujudkan Bali Travel

Medicine Centre (Kajian Pustaka/2012).

8. Perlunya Konsentrasi Maksimal Pemerintah terhadap Peningkatan Mutu

(38)

9. Permainan Tradisional sebagai Wahana Pendidikan Karakter yang

Menyenangkan (Kajian Pustaka/2011).

10.Revitalisasi Pasraman untuk Membangun Karakter Generasi Muda Bali

(Kajian Pustaka/2011).

11.Upaya Revitalisasi Peran Subak dalam Pelestarian Sumber Daya Air (Studi

Kasus : Subak Lepang, Pasedahan Toya Jinah, di Desa Lepang, Kecamatan

Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Bali) (Penelitian/2011).

12.YASRAM (Yayasan Kesejahteraan Masyarakat) Bali sebagai Benteng

Masyarakat Bali terhadap Serbuan Arus Urbanisasi (Kajian Pustaka/2012).

Penghargaan Akademis dan Ilmiah :

1. Finalis LKTI HIMAGROTEK 2012 Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

2. Finalis LKTI yang diselenggarakan oleh Politeknik Kesehatan Negeri

Denpasar tahun 2012.

3. Juara 1 Jumbara PMR Tingkat Provinsi Bali 2011.

4. Juara 1 LKTI “Kenakalan Remaja” Jurusan Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Ganesha Singaraja 2011.

5. Juara 1 LKTI 2012 yang diselenggarakan oleh Institut Hindu Dharma Negeri

Denpasar.

6. Juara 1 LKTI Psikologi 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

7. Juara 1 LKTI Tingkat Nasional 2011 Stikes Advaita Medika Tabanan.

8. Juara 1 Lomba Darma Wacana Putra tingkat SMA/SMK, dalam rangka

PORSENIJAR tingkat Kabupaten Klungkung tahun 2011.

Juara 1 Lomba Darma Wacana Putra tingkat SMA/SMK, dalam rangka

PORSENIJAR tingkat Kabupaten Klungkung tahun 2012.

9. Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah KNPI Provinsi Bali 2011.

10.Juara 1 Olimpiade Agama Ke-5 Tahun 2010 Tingkat Kabupaten, Universitas

Mahendradata.

11.Juara 1 Olimpiade Agama Ke-6 Tahun 2011 Tingkat Kabupaten, Universitas

(39)

12.Juara 2 LKTI Scientific Atmosphere 2012 Fakultas Kedokteran Universitas

Udayana.

13.Juara 2 Lomba Mengarang Cerpen Bali Modern Tingkat SMA/SMK,

Mahasiswa untuk Putra se-Bali 2011 Serangkaian Pesta Kesenian Bali

XXXIII.

14.Juara 3 Lomba Karya Ilmiah Populer (Essai) 2012 Fakultas Ekonomi

Universitas Warmadewa.

15.Peserta LKTI-L Geosphere Competition II 2011 Universitas Pendidikan

Ganesha Singaraja.

Peserta

TTD

(40)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Hendra Setiawan

Tempat Tanggal Lahir : Klungkung, 27 Oktober 1995

Alamat : Br. Papaan, Sampalan, Klungkung

Telp/HP : - / 085 739 219 641

Email : h.setiawan9519@yahoo.co.id

Status : Siswa SMAN 1 Semarapura

Kelas : XI IPA 1

Alamat : Jln. Flamboyan No.63, Klungkung, Bali

Telp. (0366) 21508

Hasil Karya Tulis :

1. Budidaya Paprika (Capsicum annum L.) sebagai Primadona Pertanian di Lahan Sempit (Kajian Pustaka/2012).

2. Bukit Abah, Kilauan Emas yang Masih Terpendam (Essay/2012).

3. Eksistensi Perpustakaan Keliling (Mobile Library) dalam Upaya

Meningkatkan Kualitas SDM Indonesia (Essay/2011).

4. Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair

untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

(Penelitian/2012).

5. Implementasi Konsep “Satsangga” dalam Pendidikan Seks bagi Remaja Hindu di Bali (Kajian Pustaka/2011).

6. Kisah 1001 Malam ‘Ni Diah Tantri’ Inspirasi Ibu dalam Mengembangkan Karakter Anak (Kajian Pustaka/2011).

7. Memformat Pendidikan Sekolah Menengah Atas Bernilai Plus (Essay/2011).

8. Pagelaran Wayang Cenk Blonk sebagai Media Pendidikan Seks bagi

(41)

9. Pemanfaatan Jamur Lapuk Putih (Pha nerochaete Chrysosporium) dalam

Pengolahan Limbah Tekstil (Suatu Studi Pendahuluan terhadap Limbah

Pencelupan Benang di Banjar Grombong, Desa Sampalan, Kabupaten

Klungkung) (Penelitian/2011).

10.Pengembangan Taman Usada Taru Pramana dalam Mewujudkan Bali Travel

Medicine Centre (Kajian Pustaka/2012).

11.Perlunya Konsentrasi Maksimal Pemerintah terhadap Peningkatan Mutu

Pendidikan di Klungkung (Essay/2011).

12.Permainan Tradisional sebagai Wahana Pendidikan Karakter yang

Menyenangkan (Kajian Pustaka/2011).

13.Testimoni Melalui KDS (Kelompok Dukungan Sebaya), Hapuskan Sekat

Terhadap ODHA (Essay/2011).

14.Upaya Revitalisasi Peran Subak dalam Pelestarian Sumber Daya Air (Studi

Kasus : Subak Lepang, Pasedahan Toya Jinah, di Desa Lepang, Kecamatan

Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Bali) (Penelitian/2011).

15.YASRAM (Yayasan Kesejahteraan Masyarakat) Bali sebagai Benteng

Masyarakat Bali terhadap Serbuan Arus Urbanisasi (Kajian Pustaka/2012).

Penghargaan Akademis dan Ilmiah :

1. Finalis LKTI HIMAGROTEK 2012 Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

2. Finalis LKTI yang diselenggarakan oleh Politeknik Kesehatan Negeri

Denpasar tahun 2012.

3. Juara 1 Esaai Ilmiah Populer SMA (Scientific Competition of Nursing

Udayana 2011).

4. Juara 1 Jumbara PMR Tingkat Provinsi Bali 2011.

5. Juara 1 LKTI “Kenakalan Remaja” Jurusan Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja 2011.

6. Juara 1 LKTI 2012 yang diselenggarakan oleh Institut Hindu Dharma Negeri

Denpasar.

(42)

8. Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah KNPI Provinsi Bali 2012.

9. Juara 2 (PERAK) Olimpiade Siswa Nasional (OSN) Bidang FISIKA Tingkat

Kabupaten Klungkung tahun 2012.

10.Juara 2 LKTI Scientific Atmosphere 2012 Fakultas Kedokteran Universitas

Udayana.

11.Juara 2 Lomba KKR (Kader Kesehatan Remaja) Tingkat Provinsi Bali 2011.

12.Juara 3 Lomba Karya Ilmiah Populer (Essai) 2012 Fakultas Ekonomi

Universitas Warmadewa.

13.Peserta Gema Lomba Karya (GELORA) Essai Nasional 2011 Universitas

Pendidikan Ganesha Singaraja.

14.Peserta LKTI-L Geosphere Competition II 2011 Universitas Pendidikan

Ganesha Singaraja.

15.Peserta Lomba Mengarang (Essay) yang diselenggarakan oleh Bali Post.

16.Semifinalis HMC (Hipocrates Medical Championship) 2012 Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana.

Peserta

(43)

Gambar

Gambar 1. Skema Pembuatan Serat Abaka (Musa textilis) Berwarna
Gambar 2. Diagram Plasmid Ti (Heldt, 1999)
Gambar 3. Skema Tahap Pengklonan Sel
Gambar 4. Skema Proses Penyiapan Tanaman
+3

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat yang diperoleh dengan adanya kegiatan wisata di Danau Linting: (bisa lebih dari satu)b. Kondisi jalan

Ada yang berlaku seperti toggle switch dimana selektor dapat berhenti pada satu posisi, dan ada yang berlaku seperti push button, dimana setelah melakukan pemilihan

Kemampuan praktikan dalam mengembangkan diri terutama dalam proses pembelajaran masih dirasa sangat minim karena itu praktikan merasa masih harus banyak belajar,

Kontrasepsi suntikan depogestin adalah mencegah terjadinya kehamilan dengan cara disuntik intra muskuler yang berdaya kerja 3 bulan dan tidak membutuhkan pemakaian

Perencanaan dengan menggunakan beban maksimum akan menghasilkan tebal perkerasan yang tidak ekonomis, tetapi perencanaan berdasarkan beban yang lebih kecil dari beban rata

Gambar (5d) menampilkan contoh form untuk perhitungan kebutuhan air per komoditas tanam di dalam satu daerah irigasi (Crop Water Requierment/CWR), misal komoditas tanaman padi.

Handayani, S (2008).” Pelaksanaan wakaf uang dalam perspektif hukum islam setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf dikota Semarang”..

Aorta; KOARK= Koarktasio Aorta; PJBN-TD= penyakit jantung bawaan non- sianotik, tidak dirinci; TF=Tetralogy of Fallot ; TAB= Transposisi Arteri Besar; VKAJKG=