• Tidak ada hasil yang ditemukan

Orientasi Politik Pemilih Perempuan Pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Orientasi Politik Pemilih Perempuan Pada"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Biodata Pribadi Penulis

Nama Lengkap : Sartika Dwi Hardiyanti, S.IP. M.Si,.

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, tanggal lahir : Makassar, 10 Januari 1990

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Profesi : Dosen Tetap Jurusan Ilmu Politik

Universitas Teknologi Sulawesi (UTS) Makassar

No. NIDN : 0910019004

Alamat : Kodam 3 Jl. Kotipa VI No.9

No.Hp : 085342858108

E-mail : sartikadwihardiyanti@gmail.com

Pendidikan

» Pendidikan Akademik

1. 1995 - 2001 : SD Negeri Tamalanrea 2. 2001 - 2004 : SMP Negeri 12 Makassar. 3. 2004 - 2007 : SMA Negeri 15 Makassar.

4. 2007 - 2011 : Strata Satu (S1), Sarjana Ilmu Politik (S.IP), Universitas Hasanuddin Makassar.

5. 2014 - 2016 : Strata Dua (S2), Magister Ilmu Politik (M.Si),

(2)

Identitas Penelitian

 Judul Jurnal Penelitian : Orientasi Politik Pemilih Perempuan Pada Pemilihan Umum Legislatif 2014 di Kota

Makassar.

 Nama Penulis/Peneliti : Sartika Dwi Hardiyanti, S.IP. M.Si,.  Bidang Keahlian : Ilmu Politik

 Jabatan Fungsional : Tenaga Pengajar

 Jabatan Struktural : Dosen Tetap Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Teknologi Sulawesi (UTS)

Makassar.

 Objek Penelitian : Menganalisis orientasi pemilih perempuan

pada pemilihan umum legislative 2014 di Kota Makassar.

 Durasi Kajian Penelitian : Maret 2017 – November 2017

(3)
(4)

ORIENTASI POLITIK PEMILIH PEREMPUAN PADA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 DI KOTA MAKASSAR

ORIENTATION POLITICS WOMEN

ELECTION LEGISLATURE IN 2014 IN MAKASSAR

Sartika Dwi Hardiyanti1

1Dosen Tetap Jurusan Ilmu Politik, Universitas Teknologi Sulawesi (UTS) – Makassar

Email: sartikadwihardiyanti @gmail.com

ABSTRAK

Pemilih perempuan yang jumlah mayoritas di Kota Makassar lebih banyak. Penulis meneliti orientasi politik pemilih perempuan didasarkan pada tiga yakni orientasi kognitif (pengetahuan), orientasi afektif (perasaan), orientasi evaluatif (penilaian). Penelitian ini bertujuan mengetahui orientasi politik pemilih perempuan dalam pemilihan umum Legislatif 2014 di Kota Makassar. Jenis penelitian ini adalah analisis kualitatif dengan observasi dan wawancara mendalam dengan pertanyaan terbuka. Penelitian ini disajikan secara eksploratif dan memberikan informasi mendalam dengan gaya fenomenologi. Sumber data dalam penelitian yakni, yakni data primer dari observasi dan wawancara mendalam serta dokumentasi lapangan dan data sekunder dari telaah pustaka yang terkait dengan penelitian terkait, yaitu buku, foto, media massa dan sumber informasi lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orientasi orientasi politik pemilih perempuan di Kota Makassar pada pemilihan umum Legislatif 2014 dari aspek orientasi kognitif pengetahuan dan kesadaran politik terhadap pemilihan umum masih kurang memahami. Dari aspek orientasi afektif berdasarkan sikap pemilih perempuan terhadap calon kandidat yang mereka sukai, orientasi eveluatif melihat bahwa pemilihan umum Legislatif hanya sebagai ajang pesta demokrasi yang berguna bagi partai dan caleg yang menang saja.

Kata Kunci: Orientasi Politik, Pemilih Perempuan, Pemilihan Umum Legislatif 2014

ABSTRACT

(5)

legislative elections only as a venue for the democratic party that is useful for the party and the winning candidate only.

Keywords: Political Orientation, Women Voters, 2014 Legislative Elections

PENDAHULUAN

Pada tanggal 9 April 2014 yang lalu, rakyat Indonesia telah melaksanakan pemilihan pemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I maupun Tingkat II yang dimana biasa disingkat Pemilu Legislatif 2014 periode 2014-2019, secara serentak di seluruh daerah di Indonesia. Pemilu Legislatif 2014 secara nasional diikuti oleh 12 partai yaitu Partai Nasdem, PKB, PKS, PDIP, Partai Golkar, Partai Gerindra, Partai Demokrat, PAN, PPP, Partai Hanura, Partai Bulan Bintang, dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI).

Tidak banyak caleg maupun partai yang memperhatikan segmen pemilih perempuan. Padahal jika kita bandingkan secara kuantitatif, pemilih perempuan lebih besar dari pemilih laki-laki, tidak jarang perbandingan jumlah ketika unit analisa kita turunkan menjadi unit pemilihan terendah. Seperti yang terjadi pada wilayah dimana penulis melakukan penelitian ini, Kota Makassar memiliki 14 Kecamatan, dimana setiap kecamatan tersebut Daftar Pemilih Tetap (DPT) Kota Makasar Pemilu Legislatif 2014 jumlah pemilih perempuan unggul dari jumlah pemilih laki-laki. Jumlah tersebut adalah sebuah segmen pemilih yang signifikan yang jika dapat dipahami pola orientasi politik memilihnya, maka bukan hal yang mustahil suara itu akan mengantarkan salah seorang atau kandidat menuju kursi dewan.

(6)

keluarga atau sahabatnya sudah punya sikap seperti itu. Mungkin ia tak merespon tuntutan terhadapnya oleh sistem, Itulah yang disebut dimensi afektif.

Berkaitan dengan penelitian sebelumnya oleh Setiadji (2010) yang berjudul “Orientasi Politik Pemilih Pemula Pada Pemilu Walikota Semarang” melihat bahwa orientasi politik pemilih pemula melakukan aktivitas politiknya dalam pemilihan umum Walikota Semarang, menyatakan bahwa orientasi politik sebenarnya merupakan suatu cara pandang dari suatu golongan masyarakat dalam suatu struktur masyarakat.

Penelitian ini bertujan melihat pemilih perempuan dalam mempengaruhi segala pendekatan-pendekatan terhadap pemilih. Penelitian ini berfokus pada pemilih di Kota Makassar yang penduduknya yang cukup beragam dan prural. Akan tetapi seiring dengan berkembanganya zaman ke era reformasi, bisa jadi orientasi politik pemilih sulit dibaca atau sulit ditebak. Maka penulis melakukan penelitian ini untuk mengetahui orientasi politik pemilih perempuan tersebut.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode atau model pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan orientasi politik yang diamati. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna.

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di wilayah Kota Makassar dengan memusatkan pada perwakilan lima Dapil (Daerah Pemilihan) di Kota Makassar.

Pengumpulan Data

(7)

berusaha mendokumentasikan semua data dan informasi yang diperoleh dilapangan, hal ini ditujukan untuk lebih memudahkan melihat permasalahan yang terjadi sebelumnya dengan menganalisa data yang didokumentasikan (Rossman, 2007). Selain itu mengetahui lebih mendalam suatu masalah berdasarkan data.

Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif ini penulis mengunakan teknik analisis deskriftif kualitatif untuk menganalisis berbagai data dan informasi yang diperoleh dilapangan yang dilakukan melalui tiga kegiatan dan terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan (Kaelan, 1990). Penggunaan teknik analisis kualitatif ini bertujuan untuk mengambarkan secara riil dari berbagai masalah yang terjadi.

HASIL

Orientasi politik politik adalah pikiran dan tindakan manusia yang berkaitan dengan proses memerintah. Yang termasuk orientasi politik politik adalah tanggapan-tanggapan internal (pikiran, persepsi, sikap dan keyakinan) dan juga tindakan-tindakan yang nampak (pemungutan suara, gerak protes, lobbying, kampanye dan demontrasi).

Peran perempuan dalam bidang politik tidaklah hanya semata-mata sebagai pengaruh melainkan harus berperan aktif dalam pengambilan keputusan politik yang menyangkut kepentingan dan kesinambungan Negara, mempunyai hak memilih calon wakil rakyat, juga berhak ikut serta dalam pemilihan umum (Agustino, 2009). Partisipasi politik adalah kegiatan warga Negara yang bertujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan politik. Partisipasi politik dilakukan orang dalam posisinya sebagai warga Negara, bukan politikus ataupun pegawai negei. Sifat partisipasi politik ini adalah sukarela bukan dimobilisasi oleh Negara ataupun partai yang berkuasa.

(8)

perempuan yang besar dari jumlah laki-laki di Kota Makassar, hal ini menjadi menarik untuk diteliti, bagaimana kiprah pemilih perempuan yang jumlah kuantitasnya besar dalam mengikuti ranah politik di pemilihan umum. Peran dan posisi perempuan dewasa ini lebih di pengaruhi oleh masa lampau, kultur, ideology, agama, dan praktek hidup sehari-hari. Hal ini menjadi kunci bagaimana partisipasi perempuan yang telah terdaftar menjadi pemilih dalam pemilihan umum legislative 2014.

Dari hasil penelitian, penulis mendapat temuan penelitian mengenai pengetahuan pemilih perempuan mengenai PILEG dan kesadaran pemilih perempuan untuk ikut berpartisipasi dalam PILEG. Kedua hal tersebut akan dijelaskan lebih lanjut.

Pendidikan politik ini berfungsi untuk memberikan isi dan arah serta pengertian kepada proses penghayatan nilai-nilai yang sedang berlangsung. Dalam filosofi pendidikan, belajar merupakan sebuah proses panjang seumur hidup artinya pendidikan politik perlu dilaksanakan secara berkesinambungan agar masyarakat dapat terus meningkatkan pemahamannya terhadap dunia politik yang selalu mengalami perkembangan.

Ada beberapa pemilih memang yang tidak mengenal jelas siapa kandidat yang dia pilih, terkadang hanya memilih nomor urut dan partai calon kandidat. Dalam penelitian peneliti mendapatkan para pemilih masih kurang dalam pendidikan politik. Pemilih perempuan kurang paham mengenai fungsi pemilu, khususnya pemilu legilatif mereka tidak mengetahui fungsi pemilu tersebut. Sesuai dikatakan Fitiriani Amin, mengatakan:

“saya pergi memilih pada pemilihan umum legislatif. Ini kali pertama saya memilih. Saya masih bingung apa yang akan saya pilih. Saya kurang paham dengan pemilihan umum legislatif, untuk apa mereka dipilih, yang saya tahu hanya mereka akan duduk di jabatan anggota legislatif. Saya rumit pada saya rasa PILEG ini karena tidak hanya satu pilihan yang kita tetapkan ada pilihan lain juga untuk Kota, Provinsi, Pusat, dan perwakilan Daerah. Saya mengetahui harus ada 4 calon yang kita harus sediakan untuk dipilih. Tapi saya tidak mengetahui apa fungsi jabatan mereka masing-masing. Saya kemarin hanya menetapkan 2 kandidat calon saja, hanya untuk calon Legislatif Kota Makassar. Itu adalah paman saya, saudara dari bapak saya. Selain itu saya memilih anggota legislatif lainnya hanya berlatar pada karena saya lihat di baliho-baliho dan televisi, juga saya melihat partainya yang saya sukai. Saya senang mengikuti pemilihan umum legislatif, untuk menambah pengalaman dan pengetahuan.

(9)

dianggap tidak layak menurut perspektif pemilih tersebut. Seperti pendapat Dahlia Bandu yang mengatakan:

“saya memilih pada saat Pemilu Legislatif 2014 kemarin karena saya adalah anggota panitia pemungutan suara, suami saya adalah ketua dari KPPS jadi saya dipanggil suami saya untuk jadi panitia KPPS. Saya bertugas untuk menghitung-hitung jumlah surat suara, seandainya saya kemarin tidak jadi panitia KPPS mungkin saya tidak ikut memilih karena saya tidak paham apa yang dimiliki calon kandidat pemilu itu.

Orientasi seseorang bisa saja berubah sesuai dengan pengetahuan yang didapatnya dan nilai-nilai yang dimilikinya. Nilai-nilai itulah yang akan mempengaruhi, dan kadang-kadang dapat “membentuk”, keseluruhan “sikap” masyarakat terhadap suatu orientasi, itulah yang muncul atau terpolakan keatas permukaan sebagai orientasi politik masyarakat (Sudijono, 1995).

Berdasarkan tiga tipe orientasi politik terdapat orientasi afektif yang sangat berpengaruh dalam orientasi politik politik pemilih perempuan dalam memilih banyaknya pemilih perempuan yang mempunyai dasar pemikiran dihubungkan dengan perasaannya, seperti: memiliki rasa suka dan tidak suka karena penampilan caleg tersebut, berfikiran bahwa perempuan tidak pantas masuk kedalam dunia politik, serta dalam memilih tidak rasional hal-hal tersebut dapat ditunjukkan melalui tingkat popularitas dari masing-masing calon wakil rakyat. Seperti wawancara Hj. Badaria, mengatakan:

“biasa saya lihat itu calon kandidat dibaliho gagahnya, bersih, berwibawa ki dilihat orangnya. Harusnya begitu dipilih masa dipilih orang tidak kelihatan wibawanya, terkadang orang dilihat ji berwibawa bisa mi memimpin. Laki-laki kalau berwibawa berarti tegas ki, pintar, dan dihormati sama warganya. Kalau kita pilih yang tidak ada pendidikannya, jelek mi, hanya pedagang nanti apa bisa dia bikin untuk rakyatnya. Sehari-hari Cuma dagangannya dia urus mau urus pemerintahan. Pilih orang yang pintar dan pilih orang berwibawa.”

Beberapa responden menyatakan bahwa kami ingin punya pemimpin yang ganteng dan gagah biar tidak malu saat berada diatas panggung, responden juga beranggapan bahwa seorang pemimpin yang gagah secara fisik melambangkan sebuah kekuatan dan kemandirian. Walaupun alasan ini tidak terlalu signifikan, tetapi persepsi ini ternyata masih mempunyai peran dalam membentuk dan mempengaruhi pemilih.

Berdasarkan orientasi evaluatif maka orientasi politik pemilih perempuan kota Makassar hanya menerima pemilihan umum pada saat PEMILU saja, setelah itu pemilih tidak mengingat tentang PEMILU. Pemilu hanya dijadikan alat legitimasi kekuasaan. Seperti wawancara yang dilakukan kepada Ibu Ratna, mengatakan:

(10)

ada PILEG, wakil rakyat saja saya tidak kenal siapa yang kemarin terpilih di Pemilu. Hanya pada saat pemilu saja mereka berbondong-bondong menawari sembako, cerita, iming-iming kepada masyarakat. Setelah itu tidak pernah lagi kita ketemu dengan kandidat-kandidat itu. Kita perempuan hanya tahu kalau semua sudah memasang baliho, berarti akan diadakan mi pemilihan umum. Saya memilih lebih bagus tidak usah saja ada pemilu, pemerintah saja yang pilih langsung kita terima saja. sebab biar kita memilih tetap saja yang naik nanti tidak mengetahui apa yang kebutuhan masyarakat.

Partisipasi pemilih menjadi penentu keberhasilan pembangunan politik. Orientasi politik politik pemilih merupakan cerminan dari budaya politiknya yang penuh dengan keanekaragaman karakter sebagian dari satu kelompok dalam pergaulannya. Persoalan kemudian adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pemilih tersebut mempunyai orientasi politik politik dalam menentukan pilihannya. Tiga pendekatan teori yang sering digunakan untuk memahami orientasi politik politik pemilih ialah pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis, dan pendekatan pilihan rasional. Semua faktor tersebut akan dijelaskan lebih lanjut.

Orientasi politik politik pemilih merupakan cerminan dari budaya politiknya yang penuh dengan keanekaragaman karakter sebagian dari satu kelompok dalam pergaulannya. Persoalan kemudian adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pemilih tersebut mempunyai orientasi politik politik dalam menentukan pilihannya. Dalam melihat faktor yang mempengaruhi orientasi politik pemilih perempuan, ditinjau dari tiga pendekatan teori yang sering digunakan untuk memahami orientasi politik politik pemilih ialah pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis, dan pendekatan pilihan rasional.

PEMBAHASAN

(11)

Pendidikan politik masyarakat sebagai bagian pendidikan politik yang merupakan rangkaian usaha untuk meningkatkan dan memantapkan kesadaran politik dan kenegaraan, guna menunjang kelestarian Pancasila dan UUD 1945 sebagai budaya politik bangsa. Pendidikan politik juga merupakan konsep bagian dari proses perubahan-perubahan kehidupan politik yang sedang dilakukan dewasa ini dalam rangka usaha menciptakan suatu sistem politik yang benar-benar demokratis, stabil, efektif, dan efisien (Mufti, 2012).

Oleh karena itu, memilih bukan kesadaran sendiri, tetapi mengikuti pilihan tokohnya. Pendidikan politik ini berfungsi untuk memberikan isi dan arah serta pengertian kepada proses penghayatan nilai-nilai yang sedang berlangsung. Dalam filosofi pendidikan, belajar merupakan sebuah proses panjang seumur hidup artinya pendidikan politik perlu dilaksanakan secara berkesinambungan agar masyarakat dapat terus meningkatkan pemahamannya terhadap dunia politik yang selalu mengalami perkembangan.

Pemikiran masyarakat mengenai pemilu legislative di Kota Makassar sangat buruk dipandangan pemilih. Kecurangan, efek money politik, kampanye yang diadakan besar-besaran, tidak membuat pendidikan politik dan kesadaran pemilih untuk memilih siapa yang baik sebagai wakil rakyat di pemerintahan. Untuk itu, pemilih harus juga mengetahui tentang pemilu baik dalam hal penyelenggaranya, teknis penyelenggaraan, atau sistem secara menyeluruh. Pengetahuan tentang pemilu cukup penting dipahami sebelum orang memahami kandidat-kandidat. Tanpa memahami sistem pemilu akan menghasilkan kesalahan dalam pemberian hingga pengawasan terhadap suara yang terkumpul.

Orientasi seseorang bisa saja berubah sesuai dengan pengetahuan yang didapatnya dan nilai-nilai yang dimilikinya. Nilai-nilai itulah yang akan mempengaruhi, dan kadang-kadang dapat “membentuk”, keseluruhan “sikap” masyarakat terhadap suatu orientasi, itulah yang muncul atau terpolakan keatas permukaan sebagai orientasi politik masyarakat. Nilai-nilai itu dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun internal. Faktor eksteral yaitu faktor yang berasal dari luar individu, yang dapat berupa informasi, pengetahuan, lingkungan, teman sepermainan, dan sebagainya. Sedangkan faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu, berupa pendidikan, keluarga dan sebagainya.

(12)

menentukan pilihannya. Tiga pendekatan teori yang sering digunakan untuk memahami orientasi politik politik pemilih ialah pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis, dan pendekatan pilihan rasional (Efriza, 2012).

Dalam menggambarkan faktor sosiologis pemilih dapat kita lihat atau kita kaji dengan melihat beberapa faktor yaitu latar belakang etnis dan karakteristik seseorang dengan lingkungan sekitarnya. Pada faktor psikologis pemilih yang mengedepankan persoalan emosi semata, sifatnya sangat pragmatis dan mendukung nilai-nilai yang diperjuangkan calon yang akan dipilih. Yang penting calon bisa memberikan apa yang dibutuhkannya secara pragmatis.

KESIMPULAN DAN SARAN

(13)

penulis menyarankan menyarankan agar semua kandidat yang bertarung pada pemilihan umum Legislatif selanjutnya mengedepankan asas berkompetisi dengan sehat dan Peningkatan akses informasi dan perluasan informasi mengenai proses Pemilu Legislatif secara sistematis perlu dilakukan untuk mampu menjangkau pemilih-pemilih perempuan,

DAFTAR PUSTAKA

Agustino L. (2009). Pilkada dan Dinamika Politik Lokal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Budiarjo M. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Efriza. (2012). Political Explore; Sebuah kajian Ilmu Politik. Bandun: Alfabet.

Almond G. & Verba. (1990). Budaya politik. Tingkah laku politik dan Demokrasi di Lima Negara. Cet, 2. Jakarta: Bumi Aksara.

Harison L. (2009). Metode Penelitian Politik. Jakarta: Alfabet.

Lovendowski J. (2012). Politik Berparas Perempuan, Bandung: Pustaka Setia.

Kaelan. (2006). Metodelogi Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mufti M. (2012). Teori-Teori Politik. Bandung: CV Pustaka Setia.

Rossman M. (2007)). Designing Qualitative Research. London.

Referensi

Dokumen terkait

Pembangunan transportasi diarahkan pada terwujudnya transportasi yang handal, berkemampuan tinggi serta tertib, lancar, aman, nyaman dan efisisen

Pertukaran data pada era Internet membutuhkan beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan : seperti tingkat diterimanya standard yang digunakan oleh banyak

Penelitian ini mengkaji mengenai praktik bullying yang terjadi di Pondok Pesantren Al-Husna Surabaya, serta mencari solusi untuk menyelesaikannya. Subjek dalam

1) Hubungan antara pemimpin dengan bawahan (leader-member relations). a) Menunjukkan tingkat kualitas hubungan yang terjadi antara atasan dengan bawahan. b) Sikap

Sistem Pengelolaan sampah tersebut tidak hanya dari segi mekanisme dan pelaksanaannya sajam, namun dari segi pembiayaan pun telah dipikirkan dengan baik oleh

P erancangan Rumah Sakit Mata di Manado dengan tema Blind Space diharapkan dapat membantu masyarakat dalam maupun luar daerah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan mata yang

Penelitian ini dilaksanakan di kelas III B yang berjumlah 30 siswa. Dengan menerapkan metode demonstrasi pada mata pelajaran IPA pokok bahasan sumber energi dan

“MORSE” Mobile Protector Smartphone berbahan dasar kardus ini akan menaikan nilai ekonomis dari limbah kardus dan membantu pemerintah untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan