• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Teknologi Penangkapan Ikan Di Perairan Teluk Apar Kabupaten Pasir Kalimantan Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Teknologi Penangkapan Ikan Di Perairan Teluk Apar Kabupaten Pasir Kalimantan Timur"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN

DI PERAIRAN TELUK APAR KABUPATEN PASIR

KALIMANTAN TIMUR

RUDIANSYAH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RUDIANSYAH. 2008. Development of Fishing Technology In Apar Bay, Pasir

Regency, Province of East Kalimantan. Under supervision of MULYONO S.

BASKORO and WAWAN OKTARIZA.

Located in Pasir regency, Apar Bay has fisheries resources which have not fully

utilized. The situation gives opportunity to develop fishing with regard to the Code of

Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) as suggested by the FAO. Objective of the

research are: (1) To analysis status of fish resource utilization in Apar Bay, Pasir

Regency, East Kalimantan and (2) analysis fishing technology that is good to be

developed in Apar bay Pasir Regency (biology, social, and techco-economic

).

Primary

data collection on biological, social and techno-economic aspects was carried out by

interviewing fishermen in the study site. Secondary data on fish abundances were taken

from fisheries statistical data, issued by fisherman and maritime resources services of

Pasir Regency 1996-2005. This research was focused on fishing gears i.e. purse seine,

bottom gill net, drift gill net, trammel net, tidal traps (jermal), drift long line, lift net.

Data analysis method of fish resource, market analysis, financial analysis and scoring

method. Result of research indicates that exploiting of fish resources pelagis and

demersal in Apar Bay over Total Allowable Catches (TAC) 80% from MSY. Bottom gill

net, Trammel net and purse seine is fishing gear of main priority of development.

(3)

RINGKASAN

RUDIANSYAH. 2008. Pengembangan Teknologi Penangkapan Ikan di Perairan Teluk

Apar Kabupaten Pasir Kalimantan Timur. Dibimbing oleh MULYONO S BASKORO

dan WAWAN OKTARIZA.

Sebagai salah satu wilayah di Kabupaten Pasir, Teluk Apar mempunyai potensi

sumberdaya ikan yang saat ini belum dieksploitasi secara optimal. Kondisi ini

memberikan peluang pengembangan usaha perikanan tangkap dengan memperhatikan

ketentuan Perilaku Perikanan yang bertanggungjawab (

Code of Conduct for Responsible

Fisheries

). Penelitian dilakukan dengan tujuan (1) Menganalisis status pemanfaatan

sumberdaya ikan di Teluk Apar Kabupaten Pasir Kalimantan Timur dan (2) menganalisis

teknologi penangkapan ikan yang tepat guna dikembangkan di Teluk Apar Kabupaten

Pasir (biologi, sosial, teknik dan ekonomi). Pengumpulan data primer dilakukan melalui

wawancara terhadap nelayan untuk menganalisis aspek biologi, sosial, teknik dan

ekonomi. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui pencatatan statistik perikanan

Kabupaten Pasir tahun 1996 – 2005 untuk menganalisis kelimpahan sumberdaya. Alat

tangkap yang diamati adalah pukat cincin (

purse seine

), jaring insang dasar (

bottom gill

net

), jaring insang hanyut (

drift gillnet

), jaring tiga lapis (

trammel net

), jermal (

Tidal

traps

), rawai hanyut (

drift long line

), bagan tancap (

lift net

). Metode analisis data yaitu

kelimpahan sumberdaya, analisis pasar, analisis finansial dan metode skoring. Hasil

penelitian menunjukkan pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis dan demersal di Teluk

Apar melebihi jumlah tangkap yang diperbolehkan (

total allowable catch

) 80% dari

MSY. Jaring insang dasar, jaring tiga lapis dan

purse seine

merupakan unit penangkapan

prioritas utama pengembangan.

(4)

KALIMANTAN TIMUR

RUDIANSYAH

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

Pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Pengembangan Teknologi Penangkapan Ikan Di Perairan Teluk Apar Kabupaten Pasir Kalimantan Timur.

Nama : Rudiansyah

N R P : C 451060121

Program Studi : Teknologi Kelautan

Disetujui, Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Mulyono S Baskoro, M.Sc Ir. Wawan Oktariza, M.Si Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Teknologi Kelautan

Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

(6)
(7)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul ”

Pengembangan Teknologi

Penangkapan Ikan di Teluk Apar Kabupaten Pasir Kalimantan Timur

,

adalah

karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi

manapun. Sumber yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis

lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian

akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2008

Rudiansyah

(8)

@ Hak cipta milik IPB, tahun 2008 Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1) Dilarang keras mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala nikmat yang diberikan sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema penelitian yang penulis lakukan ialah “pengembangan teknologi penangkapan ikan di Teluk Apar Kabupaten Pasir Kalimantan Timur” yang dilaksanakan sejak bulan Juni hingga November 2007.

Terimakasih yang tak terhingga kepada ibu, ayah dan ibu mertua tanpa lelah senantiasa memberikan dukungan moril serta seluruh keluarga. Khusus kepada istriku tercinta Dede Eli Amalia, S.Pd atas perhatian, pengertian, pengorbanan dan kesabarannya serta putra-putriku tersayang M. Shofil Fuady, Alwan Nabil Maududy dan Naila Keisha Azkia yang menjadi spirit dan kekuatan bagi ayah untuk segera menyelesaikan studi. Semoga perjuangan ayah menjadi semangatmu di kemudian hari.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Mulyono S Baskoro, M.Sc dan Bapak Ir. Wawan Oktariza, M.Si sebagai komisi pembimbing serta Prof. Dr. Ir. Jhon Haluan, M.Sc yang telah banyak memberikan saran, semoga Allat SWT menjadikannya sebagai amal zariyah.

Penghargaan dan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Bupati Paser H. Ridwan Suidi beserta jajaran Pemerintah Kabupaten Pasir atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk melanjutkan studi di Sekolah Pascasarjana IPB, Rekan-rekan staf Dinas Perikanan Bapak Budy Hartika Eka Putra, S.Pi M.Pi dan Ibu Nina, S.Pi, atas dukungan dan bantuannya dalam memfasilitasi penulis dalam penyelesaian studi dan membantu kelengkapan administrasi kedinasan. Terimakasih pula penulis sampaikan kepada Bapak Khoiron, S.Pd (PPL Ma. Pasir), Bapak Gomed (Ma. Pasir), Bapak Zaini dan Bapak Bahdar (Lori) yang telah membantu memfasilitasi penulis pada saat penelitian di lapangan

Keluarga besar mahasiswa Teknologi Kelautan angkatan 2006: Hufiadi, Amirul K. Adnan, M. Tahsim H, Benidiktus Jeujanan, Arif Febrianto, Takril, Mukhlis, Yeyen, Riyanto, Stany R.S, Isnaniah, Dwi Rosalina, Isnaini, Finriani Arifin, Dina Maya Sari dan Ririn Irnawati terimakasih atas kebersamaannya sebagai sahabat sekaligus sebagai saudara, semoga kekompakan yang telah terjalin dan terbina menjadi benang penghubung semangat silaturahim diantara kita.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(10)

Penulis dilahirkan di Kuaro, Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur pada tanggal 11 Maret 1971 dari pasangan H. Abd. Latif dan Hj. Hafsah. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman, lulus pada tahun 1997. Pada tahun 1997 penulis diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Pasir dan ditempatkan pada unit kerja Dinas Perikanan Cabang Dinas Pasir. Tahun 2000-2001 penulis menjadi kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Benih Udang (BBU). Selanjutnya tahun 2002 penulis diangkat sebagai Kepala Seksi (Kasi) Pemanfaatan Lingkungan pada Dinas Perikanan dan Sumberdaya Kelautan Kabupaten Pasir hingga Agustus 2006.

(11)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Kerangka Pemikian ... 5

2 TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ... 7

2.2 Kelimpahan Sumberdaya ... 8

2.3 Perikanan Tangkap ... 9

2.4 Permintaan Pasar ... 10

2.5 Pengembangan Perikanan Tangkap ... 11

2.6 Teknologi Penangkapan Ikan Tepat Guna ... 12

2.6.1 Tepat Guna berdasarkan Aspek Biologi ... 13

2.6.2 Tepat Guna berdasarkan Aspek Teknis ... 13

2.6.3 Tepat Guna berdasarkan Aspek Sosial ... 14

2.6.4 Tepat Guna berdasarkan Aspek Ekonomi ... 14

3 METODE PENELITIAN ... 17

3.1 Waktu dan Tempat Penenlitian ... 17

3.2 Metode Penelitian ... 17

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 17

3.4 Metode Pengambilan Sampel ... 18

3.5 Metode Analisa Data ... 19

3.5.1 Standarisasi unit penangkapan ... 19

3.5.2 Analisis kelimpahan sumberdaya ikan ... 20

3.5.3 Analisis trend ... 21

3.5.4 Analisis aspek pasar... 22

3.5.5 Analisis usaha ... 23

3.5.6 Analisis kriteria investasi ... 24

3.5.7 Metode skoring ... 26

4 DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 27

4.1 Kondisi Umum Kabupaten Pasir ... 27

4.1.1 Administrasi wilayah dan letak geografis ... 27

4.1.2 Keadaan topografi ... 28

(12)

4.2 Kondisi Umum Teluk Apar ... 31

4.2.1 Gambaran desa-desa pesisir ... 31

4.2.2 Karakteristik oseanografi ... 32

4.2.3 Daerah dan musim penangkapan ... 34

4.2.4 Unit penangkapan ikan ... 35

4.2.4.1 Nelayan ... 35

4.2.4.2 Perahu/ Kapal ... 35

4.2.4.3 Alat tangkap ... 36

4.2.5 Sumberdaya ikan ... 45

5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 55

5.1 Hasil Penelitian ... 55

5.1.1 Karakteristik nelayan responden ... 55

5.1.2 Kelimpahan sumberdaya ikan ... 57

5.1.2.1 Ikan pelagis ... 57

5.1.2.2 Demersal ... 60

5.1.3 Produktivitas unit penangkapan ... 63

5.1.4 Analisis pasar ... 73

5.1.4.1 Pola pemasaran ... 73

5.1.4.2 Permintaan pasar ... 75

5.1.4.3 Penawaran pasar ... 78

5.1.4.4 Peramalan permintaan dan penawaran ... 79

5.1.5 Analisis finansial ... 82

5.1.5.1 Keuntungan usaha ... 83

5.1.5.2 Imbangan penerimaan dan biaya (R-C Ratio)... 84

5.1.5.3 Waktu pengembalian modal (Payback period)... 84

5.1.5.4 Net Present Value (NPV) ... 84

5.1.5.5 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) ………... 85

5.1.5.6 Internal Rate of Return (IRR) ………. 85

5.1.6 Urutan keunggulan unit penangkapan ... 86

5.1.6.1 Aspek biologi ... 86

5.1.6.2 Aspek teknis ... 87

5.1.6.3 Aspek sosial ... 89

5.1.6.4 Aspek ekonomi ... 90

5.1.7 Determinasi keunggulan unit penanagkapan ... 92

5.2 Pembahasan ... 94

5.2.1 Status produksi ikan di Teluk Apar ... 94

5.2.2 Pola pemasaran ... 98

5.2.3 Kelayakan usaha penangkapan ikan ... 100

5.2.4 Kriteria keunggulan unit penangkapan ... 102

5.2.5 Determinasi pengembangan teknologi penangkapan ... 108

5.3 Peluang Pengembangan Perikanan Tangkap di Teluk Apar ... 110

5.4 Kendala Pengembangan Perikanan Tangkap di Teluk Apar ... 112

6 SIMPULAN DAN SARAN ... 116

6.1 Simpulan ………... 116

(13)

iii

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Produksi Perikanan Tangkap Perairan Laut Tahun 2005 ..………… 1 2 Produktivitas berdasarkan Klasifikasi Jenis Alat Tangkap di Teluk

Apar Tahun 2005 ……… 3

3 Penentuan Jumlah Sampel ... 19 4 Posisi Beberapa Kecamatan di Wilayah Pesisir Kabupaten Pasir ... 27 5 Jumlah Nelayan Perikanan Laut Berdasarkan Kategori Usaha di

Kabupaten Pasir Tahun 1996-2005………...…….. 29

6 Jumlah Perahu/Kapal Perikanan Laut menurut Jenis/Ukuran Perahu/Kapal Kabupaten Pasir ...

29

7 Perkembangan Jumlah Alat Tangkap Perikanan Laut (unit) menurut Jenis Alat Tangkap di Kabupaten Pasir……….

30

8 Produksi Perikanan Tangkap menurut Klasifikasi Alat Tangkap di Kabupaten Pasir Tahun 2005 ………

31

9 Musim Penangkapan Ikan berdasarkan Jenis Alat Tangkap ………. 34 10 Bulan Musim Ikan berdasarkan Jenis Ikan di Perairan Teluk Apar ... 34 11 Perkembangan Jumlah Nelayan di Perairan Teluk Apar Tahun

1996 – 2005 ……….. 35

12 Perkembangan Jumlah Perahu/Kapal Penangkap Ikan di Teluk Apar Tahun 1996-2005 ………..………...

36

13 Perkembangan Jumlah Alat Tangkap yang Dioperasikan di Teluk Apar Periode Tahun 1996-2005 ………...……….

37

14 Jumlah Nelayan Responden berdasarkan Umur ……… 55 15 Jumlah Nelayan Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan …….. 56 16 Jumlah Nelayan Responden berdasarkan Pengalaman sebagai

Nelayan ………..………... 56

17 Jumlah Nelayan Responden berdasarkan Jenis Alat yang Digunakan dan Kapasitas Kapal ...

(15)

v

18 Produksi, Upaya Penangkapan dan Produktifitas Purse seine …... 63 19 Produksi, Upaya Penangkapan dan Produktifitas Jaring Insang

Hanyut ……… 65

20 Produksi, Upaya Penangkapan dan Produktifitas Jaring Insang Dasar ………..

66

21 Produksi, Upaya Penangkapan dan Produktifitas Jaring Tiga Lapis . 68 22 Produksi, Upaya Penangkapan dan Produktifitas Bagan Tancap ….. 69 23 Produksi, Upaya Penangkapan dan Produktifitas Rawai Hanyut …. 71 24 Produksi, Upaya Penangkapan dan Produktifitas Jermal

………

70

25 Jenis Ikan dan Harga Rata-rata Minimal Per Kilogram di Teluk Apar ………..

75

26 Permintaan Komoditi Ikan Penduduk Balikpapan Tahun 1996-2005 77 27 Pemintaan Potensial Kalimantan Timur Pada Komoditi Ikan Tahun

1996-2005………... 77

28 Jumlah Produksi Ikan Teluk Apar dan Balikpapan Tahun 1996-2005 ………...

78

29 Jumlah Produksi Ikan Teluk Apar dan Kalimantan Timur Tahun 1996-2005 ...

78

30 Proyeksi Permintaan Potensial Ikan di Balikpapan dan Kalimantan Timur Tahun 2006-2010 ...

79

31 Proyeksi Penawaran Ikan dari Teluk Apar, Balikpapan dan Kalimantan Timur Tahun 2006-2010 ………….….……….

80

32 Perbandingan Proyeksi Permintaan, Penawaran dan Peluang Pengembangan Produksi Ikan di Balikpapan Tahun 2006-2010 …...

81

33 Perbandingan Proyeksi Permintaan, Penawaran dan Peluang Pengembangan Produksi Ikan Kalimantan Timur tahun 2006-2010 .

81

(16)

37 Kriteria Penilaian Selektifitas Alat Tangkap berdasarkan Mesh Size Alat Tangkap di Teluk Apar ...

86

38 Penilaian Aspek Biologi Unit Penangkapan Ikan di Teluk Apar .…. 87 39 Standarisasi Aspek Biologi Unit Penangkapan Ikan di Teluk Apar .. 87 40 Penilaian Aspek Tenis Unit Penangkapan Ikan di Teluk Apar ... 88 41 Standarisasi Aspek Tenis Unit Penangkapan Ikan di Teluk Apar ... 88 42 Penilaian Aspek Sosial Unit Penangkapan Ikan di Teluk Apar ... 89 43 Standarisasi Aspek Sosial Unit Penangkapan Ikan di Teluk Apar .... 90 44 Penilaian Aspek Ekonomi berdasarkan Kelayakan Usaha ………... 90 45 Standarisasi Penilaian dari Aspek Ekonomi berdasarkan Kriteria

Usaha ………... 91

46 Penilaian Aspek Ekonomi pada Kriteria Kelayakan Investasi ... 91 47 Standarisasi Aspek Ekonomi pada Kriteria Kelayakan Investasi ... 92 48 Rangkuman Penilaian Aspek Biologi, Teknik, Sosial dan Ekonomi

Unit Penangkapan Ikan ... 92

49 Standarisasi Penilaian Aspek Biologi, Teknis, Sosial dan Ekonomi Unit Penangkapan Ikan di Teluk Apar ...

93

50 Perbandingan Pemanfaatan dan Pengupayaan pada Kondisi Aktual, Estimasi MSY dan f opt dan CCRF 80% ………...

(17)

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 6

2 Kawasan Cagar Alam Teluk Apar ………..……….. 31

3 Alat Tangkap Purse Seine ... ...……... 38

4 Alat Tangkap Jaring Insang Hanyut (drift gill net) ...……... 41

5 Alat Tangkap Jaring Insang Dasar (bottom gill net) ...……... 42

6 Alat Tangkap Jaring Tiga Lapis (trammel net) ...………... 42

7 Alat Tangkap Jermal/ Julu (tidal traps) ... 43

8 Alat Tangkap Bagan Tancap (stationary lift net) ……...……... 44

9 Alat Tangkap Rawai Hanyut ………. 45

10 Ikan Tongkol (Auxis sp) ………... 46

11 Ikan Kakap (Lates calcarifer) ... 47

12 Ikan Tembang (Sardinella sp) ... 48

13 Ikan Layang ( Decapterus) ………...……… 50

14 Ikan Kembung (Rastrelliger spp) ... 51

15 Ikan Selar (Selaroides spp) ... 52

16 Ikan Teri (Stolephorus spp) ... 54

17 Perkembangan Produksi Ikan Pelagis di Teluk Apar Tahun 1996-2005 ... 58 18 Perkembangan Upaya Penangkapan Ikan Pelagis di Teluk Apar Tahun 1996-2005 ... 58 19 Hubungan Effort terhadap Produksi dengan Pendekatan Schaefer ... 59

(18)

22 Perkembangan Produksi Ikan Demersal di Teluk Apar Tahun 1996-2005 ...

60

23 Perkembangan Upaya Penangkapan Ikan Demersal di Teluk Apar Tahun 1996-2005 ...

61

24 Hubungan Upaya Penangkapan, Produksi Pendekatan Schaefer ... 61

25 Hubungan Upaya dan CPUE dengan Pendekatan Schaefer ... 62

26 Status produksi dan upaya penangkapan ikan demeral di Teluk Apar 62 27 Perkembangan Produksi Purse Seine ... 63

28 Perkembangan Upaya Penangkapan Purse Seine... 64

29 Perkembangan Produksi Jaring Insang Hanyut ... 65

30 Perkembangn Upaya Penangkapan Jaring Insang Hanyut ... 66

31 Perkembangan Produksi Jaring Insang Tetap ... 67

32 Perkembangan Upaya Penangkapan Jaring Insang Tetap ... 67

33 Perkembangan Produksi Jaring Tiga Lapis ... 68

34 Perkembangan Upaya Penangkapan Jaring Tiga Lapis ... 69

35 Perkembangan Produksi Bagan Tancap ... 70

36 Perkembangan Upaya Penangkapan Bagan Tancap ... 70

37 Perkembangan Produksi Rawai Hanyut ... 71

38 Perkembangan Upaya Penangkapan Rawai Hanyut ... 72

39 Perkembangan Produksi Jermal ... 73

40 Perkembangan Upaya Penangkapan Jermal ... 73

41 Alur Pemasaran Komoditi Ikan di Teluk Apar ... 74

42 Perbandingan permintaan dan penawaran ikan di Balikpapan ... 81

(19)

DAFTAR ISTILAH

Alat tangkap ikan : Penggabungan seluruh output (x) sarana dan perlengkapan atau benda-benda lainnya yang dipergunakan untuk menangkap ikan.

Analisis Finansial : Analisis terhadap kegiatan usaha dengan memperhitungkan biaya dan manfaat dalam suatu usaha dengan menggunakan alat ukur

NPV, Net B/C dan IRR

Analisis Usaha : Evaluasi keuangan untuk mengetahui keberhasilan usaha yang dicapai

Benefit Cost Ratio (Net B/C) : Perbandingan antara total penerimaan bersih dan total biaya produksi

Berkelanjutan : Pemanfaatan sumber daya secara lestari yaitu dimana laju pemanfaatan harus lebih kecil atau sama dengan pemulihan sumber daya tersebut

Biaya Investasi : Biaya yang dikeluarkan pada saat usaha belum mendapatkan hasil

Biaya Tetap : Biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh naik turunnya produksi yang dihasilkan dalam satu tahun, dinyatakan dalam satuan rupiah.

Biaya Total : Semua biaya yang digunakan untuk

menghasilkan produk, dinyatakan dalam satuan rupiah

Biaya Variabel : Biaya yang besarnya tergantung dari output yang akan dihasilkan dalam satu tahun yang dinyatakan dalam rupiah.

Biodiversity : Keanekaragam hayati yang ada di dalam suatu habitat yang menunjukkan produktivitas suatu perairan.

By catch : Hasil tangkapan sampingan; merupakan

bagian dari hasil tangkapan yang didapatkan pada saat operasi penangkapan sebagai tambahan dari tujuan utama penangkapan (target spesies).

Catch : Hasil tangkapan adalah komponen dari ikan

yang bertemu dengan alat penangkap ikan dan tidak dapat melepaskan diridari padanya.

(20)

dengan lingkungan;

Degradasi : Penurunan kualitas maupun kuantitas dari suatu sumberdaya alam yang dapat diperbaharui.

Fishing Power Index (FPI) : Perbandingan kemampuan tangkap antar alat tangkap selanjutnya dinyatakan dalam bentuk indeks

Gross Tonnage (GT) : Ukuran besarnya kapal secara keseluruhan yang merupakan jumlah isi semua ruang-ruang tertutup (volume)

IRR : Suatu tingkat discount rate yang menghasilkan net present value=0

Kapal perikanan : Kapal, perahu atau alat apung lainnya yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan dan penelitian atau eksplorasi perikanan. Keuntungan : Selisih antara penerimaan total dengan biaya

total selama periode tertentu yang dinyatakan dalam nilai rupiah

Masyarakat nelayan : Orang yang memiliki ketergantungan yang cukup tinggi dengan potensi dan kondisi sumber daya ikan.

Maximum Sustainable Yield : Suatu upaya yang dapat menghasilkan suatu hasil tangkapan maksimum yang lestari tanpa mempengaruhi produktivitas biomassa secara jangka panjang

Nelayan : Orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan atau binatang air lainnya/ tanaman air.

Net B/C : Perbandingan antara total nilai sekarang dari manfaat bersih yang bersifat positif dengan nilai sekarang dari manfaat bersih yang negatif Net Present Value (NPV) : Selisih antara nilai sekarang dari penerimaan

dengan nilai sekarang dari pengeluaran pada tingkat bunga tertentu.

(21)

dengan lamanya pemakaian dalam tahun (umur teknis)

Open acces : Suatu kondisi dimana siapa saja dapat berpartisipasi dalam melakukan penangkapan

ikan tanpa harus memiliki sumberdaya perikanan tersebut

Overfishing : Suatu resiko yang dapat ditimbulkan oleh penangkapan yang berlebihan

Payback Period (PP) : Suatu periode yang diperlukan untuk menutup

kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas.

Pelabuhan perikanan : Suatu tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintah dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan atau pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan.

Pembangunan berkelanjutan : Pembangunan yang mengintegrasikan masalah ekologi, ekonomi dan sosial yang dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan generasi yang akan datang untuk dapat memenuhi kebutuhannya.

Penerimaan : Hasil perkalian jumlah produksi total dengan harga satuan yang dinyatakan dalam satuan rupiah

Pengelolaan perikanan : Semua upaya termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya alam, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumberdaya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati.

(22)

Perikanan : Semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.

Perikanan tangkap : Kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah dan/atau mengawetkannya.

Produktivitas : Suatu alat untuk melihat efisiensi teknik dan suatu proses produksi yang merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan input sumberdaya yang dipergunakan

Resources : Sumberdaya biologi mencakup sumberdaya genetik, organisme atau berbagai bagiannya, populasi atau setiap komponen biotik dari ekosistem dengan potensi atau penggunaan aktual bagi kemanusiaan.

Sistem : Elemen-elemen yang bersifat kompleks dan saling berhubungan, saling bekerja sama membentuk satu kesatuan dalam rangka pencapaian suatu tujuan tertentu.

Sumberdaya ikan : Potensi semua jenis ikan

Unit penangkapan ikan : Satu kesatuan teknis dalam suatu operasi penangkapan ikan yang terdiri dari kapal perikanan, alat tangkap dan nelayan.

Usaha perikanan tangkap : Kegiatan yang bertujuan memperoleh ikan di perairan dalam keadaan tidak dibudidayakan

(23)

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Pasir merupakan salah satu dari kabupaten/kota di wilayah Propinsi Kalimantan Timur yang letaknya paling selatan dari Propinsi Kalimantan Timur atau tepatnya berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Selatan. Luas wilayah Kabupaten Pasir 11.603,94 km2 atau 4,73 % dari luas Kalimantan Timur dan luas perairan mencapai 752,76 km2. Panjang garis pantai mencapai 202 km yang membentang dari arah utara ke selatan yaitu wilayah Kecamatan Longkali sampai wilayah Kecamatan Tanjung Harapan. Salah satu teluk di wilayah pesisir Kabupaten Pasir yaitu Teluk Apar yang merupakan salah satu wilayah perairan laut yang memiliki sumberdaya perikanan yang cukup potensial.

Wilayah perairan Teluk Apar meliputi 2 kecamatan dan terdiri dari 6 desa yaitu Desa Muara Pasir dan Desa Pasir Baru berada di Kecamatan Tanah Grogot dan Desa Lori, Desa Labuangkallo, Desa Selengot dan Desa Tanjung Aru berada di wilayah Kecamatan Tanjung Harapan. Pada tahun 2005 produksi perikanan tangkap perairan Teluk Apar memberikan kontribusi sebesar 58% atau 6.662,5 ton dari total volume produksi perikanan tangkap Kabupaten Pasir sebesar 11.328,9 ton. Produksi tersebut dihasilkan dari rumah tangga perikanan sebanyak 1.504 dengan jumlah nelayan 2.088 orang. Produksi perikanan tangkap perairan laut menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Produksi Perikanan Tangkap Perairan Laut Tahun 2005

No Kecamatan Produksi

(ton)

RTP (unit)

Nelayan (orang)

1 Batu Engau 85 19 397

2 Tanjung Harapan *) 4.882,7 1.102 1.075

3 Tanah Grogot *) 1.779,8 402 1.013

4 Kuaro 1.681,2 380 904

5 Long Ikis 1.495,4 337 478

6 Long Kali 1.404,8 317 653

Jumlah 11.328,9 2557 4520

(24)

Pasir dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup pembudidaya ikan dan nelayan. Salah satu program tersebut yaitu pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana perikanan dan pesisir. Apresiasi dari program tersebut berupa kegiatan pengadaan dan pengembangan kapal dan alat tangkap yaitu antara lain : jaring insang (gill net), jaring tiga lapis (trammel net) dan bagan tancap (lift net) yang dibiayai melalui berbagai sumber dana antara lain : APBN, APBD Propinsi maupun APBD Kabupaten.

Secara umum alat tangkap yang digunakan oleh masyarakat nelayan di wilayah perairan Teluk Apar menurut jenisnya antara lain : yaitu jaring insang hanyut (drift gill net), jaring insang dasar (bottom gill net), jaring tiga lapis (trammel net), jermal (stow nets), sero (stake traps), bagan tancap (lift net), dan pukat cincin (purse seine). Dari berbagai jenis alat tangkap yang digunakan tersebut baik yang berasal dari bantuan pemerintah maupun alat tangkap yang bersifat turun temurun, hingga saat ini belum pernah dilakukan suatu kajian atau penelitian jenis teknologi alat tangkap yang paling tepat untuk dikembangkan.

Pemanfaatan sumberdaya ikan secara optimal dapat dilakukan dengan mengusahakan unit penangkapan ikan yang tepat guna. Penggunaan alat tangkap tersebut tentu harus ditunjang oleh sarana dan prasarana penangkapan serta teknologi alat penangkap ikan yang digunakan. Berkaitan dengan program pengembangan perikanan tangkap di Teluk Apar, maka perlu dipilih jenis teknologi penangkapan ikan yang tepat guna agar tujuan program pengembangan yang dilakukan nantinya tepat sesuai dengan yang di harapkan. Pemilihan tersebut harus memenuhi kriteria dari beberapa aspek penilaian yaitu aspek biologi, teknis, sosial dan ekonomi. Dari segi biologi alat tangkap yang di gunakan tidak merusak sumberdaya ikan, dari segi teknis alat tangkap itu harus efektif dalam penggunannya, dari segi sosial harus dapat diterima oleh nelayan, dan dari segi ekonomi alat tangkap itu harus bersifat menguntungkan (Haluan dan Nurani, 1988).

(25)

3

tepat guna sesuai dengan kondisi sumberdaya hayati laut setempat dan tidak merusak kelestarian sumberdaya perikanan yang ada.

1.2 Rumusan Masalah

Sumberdaya perikanan tangkap di perairan Teluk Apar memiliki potensi yang cukup besar namun pemanfaatannya belum dilakukan secara optimal. Hal ini berkaitan dengan kualitas sumberdaya manusia yang relatif rendah, kemampuan manajerial yang masih lemah, keterbatasan modal sehingga menyebabkan produktivitas nelayan dan produktivitas alat tangkap rendah.

Produktivitas alat tangkap tertinggi di Teluk Apar pada tahun 2005 yaitu pukat cincin sebesar 13,6 ton/tahun sedang produktivitas terendah yaitu alat tangkap pancing sebesar 0,4 ton/tahun/nelayan. Produktivitas nelayan pada tahun yang sama sebesar 3,2 ton/tahun dari total produksi sebesar 6.662,1 ton dan jumlah nelayan 2.088 orang. Gambaran produktivitas jenis alat tangkap yang dioperasikan di perairan Teluk Apar secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Produktivitas Berdasarkan Klasifikasi Jenis Alat Tangkap di Teluk

Apar Tahun 2005

No Jenis alat tangkap Produksi (ton)

Jumlah (unit)

Produktivitas (ton/unit/tahun)

1 Pukat Kantong 227,7 79 2,9

2 Pukat Cincin 764,5 56 13,6

3 Jaring Insang 3.826,3 1.954 1,9

4 Jaring Angkat 390,1 177 2,2

5 Pancing 293,8 633 0,4

6 Perangkap 430.5 206 2,1

7 Pengumpul Kerang 91,0 82 1.1

8 Penangkap Kepiting 455,2 51 8.9

9 Lain-lain 183,0 169 1.1

Jumlah 6.662,1 3.407

Sumber : Dinas Perikanan dan Sumberdaya Kelautan 2006, (Diolah)

(26)

Sumberdaya ikan merupakan sumberdaya yang bersifat open access, dimana setiap orang dapat melakukan usaha penangkapan dan tidak ada batasan besarnya upaya yang dikeluarkan atau sumberdaya ikan yang boleh ditangkap. Meskipun sumberdaya ikan dapat pulih (renewable resources), akan tetapi penangkapan yang terus meningkat tanpa ada batasan akan berdampak terhadap berkurangnya sumberdaya tersebut atau penurunan stok. Bila pola pemanfaatan sumberdaya ikan di Teluk Apar yang ada saat ini terus berjalan seperti demikian maka diduga dalam jangka panjang akan menyebabkan perairan teluk tersebut mengalami over capacity.

Berdasarkan fenomena yang ada maka perlu dilakukan upaya pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan yang lebih baik, agar recovery stok sumberdaya dapat terjaga. Berkaitan dengan program pemerintah dalam pengembangan perikanan tangkap di perairan Teluk Apar, secara spesifik permasalahan utama yang perlu di analisis dan di jawab adalah :

(1) Bagaimana status pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan Teluk Apar.

(2) Apa teknologi penangkapan yang tepat untuk dikembangkan berdasarkan kriteria penilaian aspek biologi, sosial, teknik dan ekonomi.

Pada prinsipnya pengembangan teknologi penangkapan ikan di perairan Teluk Apar di perlukan suatu acuan yang komprehensif dan jelas. Oleh karena itu penulis merasa sangat penting untuk meneliti carrying capacity sumberdaya ikan diperairan tersebut serta jenis teknologi penangkapan ikan yang dapat dikembangkan secara layak dan tepat guna dari berbagai alat tangkap yang digunakan, sehingga sumberdaya perikanan laut tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

(1) Menganalisis status pemanfaatan sumberdaya ikan di Teluk Apar Kabupaten Pasir Kalimantan Timur.

(27)

5

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat berupa :

(1) Informasi dan gambaran pada pengusaha dan masyarakat nelayan untuk pengembangan usaha.

(2) Bahan masukan bagi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), serta Dinas Perikanan dan Sumberdaya Kelautan Kabupaten Pasir dalam pengambilan keputusan untuk penyusunan perencanaan dan pengembangan kegiatan perikanan tangkap di perairan Teluk Apar.

1.5 Kerangka Pemikiran

Teluk Apar merupakan salah satu teluk utama yang menyusun bentangan geografis wilayah pesisir Kabupaten Pasir. Perencanaan pengembangan Kabupaten Pasir dilandasi pendekatan kawasan yaitu : pedalaman, tengah dan pesisir. Kawasan tengah umumnya lebih maju dibandingkan dengan kawasan pedalaman dan pesisir.

Kebijakan pembangunan berkelanjutan merupakan keharusan yang mesti di lakukan di wilayah manapun termasuk pembangunan di wilayah pesisir. Dengan diterapkannya kebijakan otonomi daerah dan adanya peluang melakukan desentralisasi pengelolaan sumberdaya, telah memberikan kewenangan bagi pemerintah daerah dan segenap pihak di daerah untuk ikut memanfaatkan dan mengelola kawasan perairan termasuk perairan Teluk Apar yang memiliki luas 46.900 ha.

(28)

Langkah pemikiran untuk mengembangkan teknologi perikanan tangkap di Teluk Apart, perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan beberapa analisis yaitu analisis pasar, biologi, sosial, teknik dan ekonomi. Hasil ini diharapkan dapat memberikan gambaran teknologi penangkapan pilihan yang tepat dan layak dikembangan, sehingga potensi yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal.

Secara skematis kerangka pemikiran pengembangan teknologi penangkapan ikan di perairan Teluk Apar Kabupaten Pasir Kalimantan Timur dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian. Kondisi Perikanan Tangkap Teluk Apar Permasalahan

- Pendidikan - SDM - Manajerial - Produktifitas - Sarana dan

Prasarana - Pendapatan

- Model Schaefer - Analisis Trend

- Kualitatif - Kuantitatif

- Kualitatif - Standarisasi

alat tangkap

- Analisis usaha - Analisis kriteria

investasi - Analisis pasar

Metode Skoring dengan Fungsi Nilai Aspek

Teknis Aspek

Biologi

Aspek Sosial

Aspek Ekonomi Potensi Perikanan

Teluk Apar

Perikanan Tangkap

Multi Gear danMulti Species

Pengembangan Teknologi Penangkapan Ikan Di Teluk Apar Teknologi Penangkapan Ikan Tepat Guna

Seleksi Kondisi Nelayan &

Alat tangkap

(29)

2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengelolaan Sumberdaya Perikanan

Visi pembangunan kelautan dan perikanan Indonesia adalah bahwa wilayah

pesisir dan laut beserta segenap sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang

terkandung didalamnya merupakan sumber penghidupan dan sumber

pembangunan yang harus dimanfaatkan secara berkelanjutan, guna meningkatkan

kemakmuran rakyat menuju terwujudnya bangsa Indonesia yang sejahtera, maju,

dan mandiri. Salah satu strategi untuk mewujudkan visi tersebut adalah

pemanfaatan sumberdaya dan jasa lingkungan kelautan harus dilakukan secara

optimal, efisien dan berkelanjutan. Dengan perkataan lain bahwa tingkat (laju)

pembangunan harus disesuaikan dengan daya dukung lingkungan dan secara

ekonomis menguntungkan, kemudian dilakukan rehabilitasi dan penataan ruang

wilayah pesisir sesuai karakteristik biofisik dan pertimbangan sosial, ekonomi dan

budaya (Dahuri, 2000).

Pengelolaan sumberdaya perikanan menurut Nikijuluw (2002), adalah

pengelolaan terhadap manusia yang memanfaatkan sumberdaya perikanan

tersebut. Pengelolaan terhadap manusia adalah pengaturan tingkah laku mereka

dalam hal pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya.

Pengelolaan sumberdaya perikanan perlu dilakukan karena : (1) Perikanan

merupakan sumberdaya hayati yang dapat diperbaharui (renewable), namun dapat

mengalami kepunahan; (2) Sumberdaya ikan dikenal sebagai sumberdaya milik

bersama yang rawan terhadap overfishing; (3) Pemanfaatan sumberdaya ikan

dapat merupakan sumberdaya konflik; (4) Usaha penangkapan harus

menguntungkan dan mampu memberi kehidupan yang layak bagi para nelayan

dan pengusahaannya. (5) Kemampuan modal, teknologi dan akses informasi yang

berbeda antar nelayan menimbulkan kesenjangan dan konflik; dan (6) Usaha

penangkapan ikan dapat menimbulkan konflik dengan subsektor lainnya,

khususnya dalam zona atau tata ruang pesisir dan laut.

Pengelolaan perikanan, bila ditinjau dari aspek tingkat efisiensi yang paling

tinggi baik tingkat satuan unit alat maupun satuan usaha, maka pengendalian

usaha penangkapan merupakan kebijakan yang penting. Pengendalian ini

(30)

kelangkaan sumberdaya. Dalam pengendalian ini pemerintah sangat berkompeten

melalui pembatasan izin jumlah alat yang beroperasi (Hartwick dan Olewiller

1986).

Sejalan dengan berbagai pendapat di atas maka pengembangan usaha

perikanan harus ditinjau dari pendekatan Bio-Technico-Socio-Economic. Oleh

karena itu ada 4 aspek yang harus dipenuhi oleh suatu jenis teknologi

penangkapan ikan yang dapat dikembangkan, yaitu dari segi biologi tidak

merusak atau mengganggu kelestarian sumberdaya; dari segi teknis efektif untuk

digunakan; dari segi sosial diterima oleh masyarakat nelayan; dan dari segi

ekonomi bersifat menguntungkan (Purbayanto 1991).

2.2 Kelimpahan Sumberdaya

Ikan sebagai sumberdaya hayati mempunyai sifat yang dapat dilihat dari

aspek biologi yang menekankan pada jumlah stok atau biomassa ikan yang

meliputi berat dan jumlah ikan pada waktu tertentu (Hartwick dan Olewiller

1986). Sementara itu ekosistem lingkungan laut dapat berubah dan berfluktuasi

yang dipengaruhi oleh faktor eksternal (perubahan temperatur dan penangkapan)

dan faktor internal (predasi, kompetisi dan migrasi) yang dapat menyebabkan

berkurangnya rekruitmen (Laevastu and Favorite 1988). Gejala over-eksploitasi

dapat ditandai dengan menurunnya hasil tangkapan per satuan upaya, semakin

kecil ukuran ikan yang ditangkap dan bergesernya daerah penangkapan ke daerah

yang lebih jauh dari pantai (Gulland 1988).

Dalam menganalisis sumberdaya ikan, penentuan ukuran stok merupakan

langkah penting dalam mempelajari berbagai stok terutama yang telah diusahakan.

Hasil analisis akan sangat berguna bagi perencanaan pemanfaatan, pengembangan

dan perumusan strategi pengelolaan. Ukuran dari suatu stok ikan dalam perairan

dapat dinyatakan dalam jumlah atau berat total individu yang dinyatakan sebagai

kelimpahan, sedangkan satuan yang sering digunakan adalah hasil tangkapan per

upaya penangkapan (CPUE) dari suatu alat tangkap.

Perubahan ukuran stok dapat disebabkan oleh adanya berbagai perubahan

lingkungan, proses rekruitmen, pertumbuhan, kegiatan penangkapan, populasi

organisme mangsa, pemangsa atau pesaing. Perubahan ukuran stok atau

(31)

9

mengestimasi laju kematian atau kelangsungan hidup dari stok yang bersangkutan

(Widodo dkk 1998).

Untuk mengestimasi besarnya kelimpahan (biomassa) dan estimasi potensi

dari suatu jenis atau kelompok jenis sumberdaya ikan dapat digunakan metode

Surplus Produksi. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa CPUE (C/f)

merupakan fungsi dari effort (f) baik bersifat linear (model Schaefer) maupun

eksponensial (model Fox) (Widodo dkk 1998).

Model surplus produksi banyak digunakan dalam pengelolaan perikanan

dalam lingkup yang besar karena model ini didasarkan pada data tangkapan dan

data upaya penangkapan yang relatif mudah diperoleh. Model surplus produksi

berdasarkan pada asumsi bahwa tingkat pertumbuhan netto dari stok berhubungan

dengan biomassanya (King 1995).

Pada analisis CPUE Maunder (2001) menyatakan bahwa yang terpenting

adalah CPUE dari semua tipe alat tangkap yang dioperasikan pada areal yang

sama harus dibandingkan terhadap tipe alat tangkap standar.

2.3 Perikanan Tangkap

Berdasarkan Undang-Undang (UU) No. 32 Tahun 2004 pasal 10 ayat 2

bahwa kewenangan daerah di wilayah laut, sebagaimana dimaksud pasal 3,

meliputi : (1) eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut

sebatas wilayah laut tersebut; (2) pengaturan kepentingan administrasi; (3)

pengaturan tata ruang; (4) penegakan hukum terhadap peraturan yan dikeluarkan

oleh daerah atau yang dilimpahkan kewenangannya oleh pemerintah; dan (5)

bantuan penegakan keamanan dan kedaulatan negara.

Pada pasal 10 ayat 3 dijelaskan bahwa kewenangan daerah kabupaten dan

daerah kota di wilayah laut, sebagaimana dimaksud pada ayat 2 adalah sejauh

sepertiga dari batas laut dari daerah propinsi.

Pembangunan perikanan berkaitan erat dengan proses pemanfaatan

sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya dana yang tersedia.

Berdasarkan sifat sumberdaya alamnya, pengembangan usaha perikanan tangkap

sangat tergantung pada ketersediaan sumberdaya perikanan di suatu perairan.

Fluktuasi kegiatan usaha perikanan pada akhirnya mempengaruhi nelayan yang

(32)

2.4 Permintaan Pasar

Permintaan (demand) didefinisikan Hanafiah dan Saefudin (1983) sebagai

jumlah suatu barang yang akan dibeli oleh konsumen pada kondisi, waktu dan

harga tertentu. Berdasarkan definisi tersebut, permintaan (demand) menunjukkan

berapa banyak suatu barang akan dibeli oleh suatu individu atau sejumlah individu

pada berbagai tingkat harga.

Permintaan terhadap jenis dan jumlah produk perikanan oleh konsumen

pada harga tertentu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Jumlah

permintaan akan menunjukkan kenaikan seiring dengan pertambahan jumlah

penduduk. Perubahan permintaan ini menyebabkan terjadinya perubahan pada

nilai penjualan total dan pendapatan bersih. Oleh karena itu dari

perubahan-perubahan yang terjadi tersebut diperlukan suatu metode tertentu yang dapat

digunakan untuk membandingkan antara permintaan dan penawaran sehingga

dapat dijadikan sebagai indikator suatu kelayakan usaha

Metode yang dapat digunakan menurut (Umar 2005) adalah metode

peramalan (forecasting) yaitu suatu metode untuk mengetahui keadaan sesuatu di

masa akan datang. Teknik peramalan dapat menggunakan model klasik deskriptif

dan model probabilistik dengan menggunakan teori ekonometrika.

Selama kurun waktu 5 tahun terakhir, konsumsi ikan nasional melonjak

hingga lebih dari 1,2 juta ton dengan nilai konsumsi ikan nasional mencapai

kisaran 26 kg/kapita/tahun (2005) seiring dengan pertumbuhan penduduk

Indonesia yang mencapai 1,34% per tahun. Konsumsi ikan tersebut jauh lebih

rendah dibandingkan Kamboja yang konsumsi per kapita per tahunnya mencapai

39 kg, Vietnam (38), Laos (30,5) Thailand (28) dan Malaysia 45 kg/kapita/tahun

(Anonim, 2007).

Meningkatnya konsumsi ikan pada masyarakat berarti meningkatkan

permintaan ikan secara nasional. Produk ikan secara nasional pada tahun 2005

baru mencapai 4.970.010 ton, target produksi tahun 2006 mencapai 7,7 juta ton

diharapkan tingkat konsumsi ikan per kapita menjadi 28 kg/kapita/tahun (Anonim,

(33)

11

2.5 Pengembangan Perikanan Tangkap

Perikanan tangkap sebagai salah satu sub sektor dari usaha perikanan terbagi

dalam 2 aspek satu diantaranya adalah penangkapan di laut, yaitu semua kegiatan

penangkapan yang dilakukan di laut dan muara-muara sungai, laguna dan

sebagainya yang dipengaruhi pasang surut, semua kegiatan penangkapan yang

dilakukan oleh nelayan dari perikanan laut dinyatakan sebagai penangkapan di

laut.

Penangkapan ikan, menurut Undang-Undang (UU) Nomor 31 tahun 2004

tentang Perikanan, yaitu kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh ikan di

perairan yang dalam keadaan tidak dibudidayakan dengan alat tangkap atau cara

apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut,

menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah dan/atau mengawetkannya.

Pengembangan jenis teknologi penangkapan ikan di Indonesia perlu

diarahkan agar dapat menunjang tujuan-tujuan pembangunan umum perikanan,

syarat-syarat yang harus dipenuhi menurut Monintja (2003) yaitu :

(1) menyediakan kesempatan kerja yang banyak ;

(2) menjamin pendapatan yang memadai bagi para tenaga kerja atau nelayan;

(3) menjamin jumlah produksi yang tinggi untuk menyediakan protein;

(4) mendapatkan jenis ikan komoditi ekspor atau jenis ikan yang bisa di ekspor;

(5) tidak merusak kelestarian sumberdaya ikan.

Intensifikasi untuk meningkatkan produksi di bidang perikanan, pada

dasarnya adalah penerapan teknologi modern pada sarana dan teknik-teknik yang

di pakai, termasuk alat penangkapan ikan, perahu atau kapal dan alat bantu

lainnya yang di sesuaikan dengan kondisi masing-masing tempat. Namun tidak

semua modernisasi dapat menghasilkan peningkatan produksi dan peningkatan

pendapatan bersih (net income) nelayan. Oleh karena itu introduksi teknik-teknik

penangkapan ikan yang baru harus di dahului dengan penelitian dan percobaan

yang intensif dengan hasil yang meyakinkan (Wisudo et al 1994).

Pembangunan perikanan tidak dapat dipacu terus tanpa melihat batas

kemampuan sumberdaya yang ada ataupun daya dukungnya. Pada perikanan

yang telah berkembang pesat upaya pengendalian sangat diperlukan sehingga

(34)

Upaya pengelolaan dan pengembangan perikanan laut di masa mendatang

akan terasa lebih berat sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi (iptek). Tetapi dengan pemanfaatan iptek itu pula diharapkan akan

mampu mengatasi keterbatasan sumberdaya melalui suatu langkah yang rasional

untuk mendapatkan manfaat yang optimal dan berkelanjutan. Langkah

pengelolaan dan pengembangan tersebut juga harus mempertimbangkan aspek

biologi, teknis, sosial, budaya dan ekonomi (Barus et al 1991).

2.6 Teknologi Penangkapan Ikan Tepat Guna

Manusia sebagai pengguna teknologi tentunya membutuhkan satu kriteria

teknologi yang terbaik untuk diterapkan dalam kehidupannya. Selama ini

manusia terus mencari konsep teknologi yang benar-benar mampu dijadikan

pegangan dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, salah satu konsep

teknologi yang ditawarkan adalah konsep teknologi tepat guna.

Definisi teknologi tepat guna (TTG) berdasarkan Undang-Undang (UU)

nomor 5 tahun 1984 tentang perindustrian adalah teknologi yang tepat dan

berguna bagi suatu proses untuk menghasilkan nilai tambah. Hal ini berarti

bahwa teknologi yang diciptakan dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia,

menjaga kelangsungan serta dapat meningkatkan tarap hidup manusia sebagai

pengguna teknologi.

Penerapan teknologi tepat guna disuatu wilayah harus benar-benar

memperhatikan kondisi lingkungan setempat dan penerapannya disesuaikan

dengan keadaan lingkungan dimana teknologi tepat guna tersebut diterapkan.

Aspek-aspek yang harus diperhatikan adalah aspek lingkungan yang terkait

dengan aspek biologi, aspek teknis, aspek ekonomis dan aspek sosial budaya

masyarakat setempat.

Seleksi teknologi penangkapan ikan menurut Haluan dan Nurani (1988),

dapat dilakukan melalui pengkajian-pengkajian aspek

bio-technico-socio-economic- approach”, yaitu :

1) Dari segi biologi teknologi penangkapan yang akan dikembangkan tidak

merusak atau mengganggu kelestarian sumberdaya.

2) Secara teknis teknologi yang digunakan efektif

(35)

13

4) Secara ekonomi bersifat menguntungkan

Pemilihan suatu jenis teknologi penangkapan ikan di suatu wilayah perairan

sangat tergantung pada faktor alam yang merupakan faktor penentu utama yaitu

(1) jenis, kelimpahan dan penyebaran sumberdaya ikan, dan (2) luas areal, lokasi

dan keadaan fisik lingkungan daerah penangkapan ikan.

2.6.1 Tepat Guna Berdasarkan Aspek Biologi

Seleksi teknologi berdasarkan aspek biologi, memberikan penekanan bahwa

pengoperasian suatu jenis teknologi penangkapan ikan tidak mengganggu atau

merusak kelestarian sumberdaya perikanan. Kelestarian sumberdaya perikanan

akan senantiasa terjaga, seandainya penggunaan suatu teknologi penangkapan

ikan memperhatikan kondisi biologi dari suatu sumberdaya perikanan. Teknologi

penangkapan erat hubungannya dengan berbagai aspek atau faktor-faktor yang

bersifat biologi yang berkaitan dengan hasil tangkapan ikan dan peluang

pengembangan penangkapan secara keseluruhan (Baskoro, 2006).

Pemanfaatan potensi sumberdaya yang berkelanjutan secara seimbang

dilakukan melalui usaha konservasi sehingga kelestarian sumberdaya tersebut

dapat terjaga. Sejalan dengan prinsip-prinsip yang termuat dalam Code of

Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) yang menekankan pentingnya

konservasi sumberdaya hayati laut (FAO, 1995). Penekanan yang dilakukan

melalui selektivitas alat tangkap.

2.6.2 Tepat Guna Berdasarkan Aspek Teknis

Aspek teknis suatu usaha penangkapan ikan merupakan faktor-faktor yang

berhubungan dengan rancang bangun alat tangkap, pelaksanaan operasi

penangkapan, kesesuaian alat tangkap dengan daerah penangkapan dan jenis ikan

yang menjadi target penangkapan, penggunaan peralatan pendukung dan

sebagainya. Indikator dari efisiensi secara teknis adalah jumlah hasil tangkapan

per satuan waktu atau tenaga.

Pada sisi lain Nurani (1987) mengatakan aspek teknis merupakan aspek

yang berhubungan dengan pengoperasian penangkapan ikan meliputi proses

produksi, karakteristik produksi, sistem usaha dan lokasi dari unit produksi.

(36)

sebuah teknologi penangkapan ikan yang efektif. Efektifitas suatu unit

penangkapan ikan dapat dikaitkan dengan tingginya produktifitas dari suatu unit

penangkapan ikan.

2.6.3 Tepat Guna Berdasarkan Aspek Sosial

Berdasarkan aspek sosial penggunaan suatu jenis teknologi penangkapan

ikan harus menimbulkan dampak positif terhadap kehidupan warga setempat.

Penggunaan teknologi penangkapan ikan seharusnya tidak menimbulkan konflik

sosial dan mampu meningkatkan taraf kesejahteraan baik bagi pengguna teknologi

tersebut maupun bagi warga sekitarnya.

Analisis aspek sosial perikanan tangkap menurut Nurani (1987) meliputi

penyerapan tenaga kerja per unit penangkapan atau jumlah tenaga kerja per unit

penangkapan, penerimaan per unit penangkapan atau penerimaan nelayan yang

diperoleh dari hasil per unit yaitu hasil bagi antara sistem bagi hasil dengan

jumlah nelayan personil penangkapan, dan kemungkinan kepemilikan unit

tangkap ikan untuk nelayan yang diperoleh dari penerimaan nelayan per tahun

dibagi investasi dari setiap unit penangkapan.

Aspek sosial lainnya yang juga penting diperhatikan dan menjadi bahan

pertimbangan dalam pemilihan teknologi penangkapan ikan yaitu alat tangkap

ikan tersebut diterima oleh masyarakat dan pengoperasiannya tidak menimbulkan

friksi sosial atau keresahan terhadap nelayan yang telah ada. Selain itu juga

pendidikan, pengalaman serta memberikan pendapatan yang sesuai.

2.6.4 Tepat Guna Berdasarkan Aspek Ekonomi

Aspek ekonomi merupakan aspek yang menjadi indikator kesejahteraan

nelayan, oleh karenanya seleksi teknologi penangkapan ikan harus memperhatikan

aspek ekonomi sebagai bagian dalam kategori teknologi perikanan tangkap tepat

guna. Pertimbangan ekonomis menurut Sainsbury (1996) merupakan faktor

utama dalam pemilihan metode dan alat tangkap ikan. Suatu metode harus

mampu menangkap dan memberikan jumlah ikan yang cukup bagi pasar untuk

memberikan keberlanjutan usaha. Aspek ekonomi yang perlu dipertimbangkan

dalam pemilihan teknologi penangkapan ikan adalah besarnya modal investasi;

(37)

15

Dalam analisis ekonomi, secara mikro usaha untuk meningkatkan efisiensi

selalu dikaitkan dengan memperkecil atau meminimalkan biaya untuk

memperoleh hasil tertentu. Pada tingkat pengoperasian unit penangkapan ikan

maka identifikasi biaya diklasifikasikan menurut variabilitas hingga dikenal biaya

variabel dan biaya tetap.

Dalam hubungan dengan pernyataan tersebut maka biaya tetap meliputi

pembayaran pinjaman, penyusutan dan asuransi atau biaya yang dikeluarkan

meskipun usaha penangkapan tidak beroperasi. Sedangkan biaya variabel

berhubungan dengan operasi penangkapan, termasuk upah, biaya perbaikan alat

tangkap, bahan bakar, perbekalan, umpan dan es (King 1995).

Pendapatan menurut Soekartawi (1995) adalah selisih antara penerimaan

dengan semua biaya yang dikeluarkan selama melakukan usahanya. Untuk

mencapai tingkat pendapatan nelayan yang tinggi dapat dilakukan dengan

mengkombinasikan berbagai faktor, akan tetapi pada umumnya kemampuan

nelayan sangat terbatas dalam mengkombinasikan berbagai faktor tersebut hal ini

disebabkan :

(1) Penguasaan sumberdaya

(2) Kemudahan untuk mendapatkan tenaga kerja manusia dan tenaga kerja

mekanik

(3) Kemampuan memperoleh modal usaha

(4) Kemudahan memasarkan hasil produksi dengan harga yang wajar

Kriteria yang sering digunakan dalam analisis ekonomi yaitu perbandingan

manfaat dan biaya (benefit – cost ratio), nilai netto sekarang (net present value)

dan tingkat pengembalian internal (internal rate of return). Riyanto (1991)

menyatakan bahwa metode yang paling rasional yaitu metode Net Present Value.

Metode ini memperhatikan aliran kas bersih (pendapatan) sesudah payback period

tercapai dan memperhitungkan nilai waktu uang yaitu dengan mendiskontokan

terlebih dahulu pendapatan atas dasar biaya modal atau tingkat bunga yang

diinginkan. Kalkulasinya adalah pengurangan nilai pendapatan sekarang dengan

nilai pengeluaran sekarang. Menurut Kadariah dkk (1999), jika NPV ≥ 0 investasi

diterima, jika NPV = 0 berarti investasi hanya menghasilkan sebesar investasi

(38)

Net Benefit Cost Ratio dihitung dengan terlebih dahulu mendiskonto benefit

setelah dikurangi dengan cost untuk setiap tahun t. Kemudian diadakan

perbandingan yang pembilangnya present value total dari benefit bersih dalam

tahun-tahun dimana benefit bersih bernilai positif, dan penyebutnya present value

total dikurangi cost bernilai negatif. Bila Net B/C ≥ 1 maka suatu usaha bisa

dilanjutkan/dilaksanakan (Kadariah dkk 1999).

Pengertian IRR menurut Riyanto (1991) adalah tingkat bunga yang

menjadikan nilai sekarang pendapatan sama dengan jumlah nilai sekarang

pengeluaran. IRR adalah rate of return yang sebenarnya, nilainya harus dicari

dengan coba-coba. Bila nilainya lebih tinggi dari rate of return yang berlaku atau

yang diinginkan maka usul investasi diterima.

Penentuan umur usaha menurut Kadariah dkk (1999) antara lain diambil dari

suatu periode yang kira-kira sama dengan umur ekonomis dari usaha yaitu jumlah

tahun selama pemakaian asset dapat meminimumkan biaya tahunan. Sedangkan

biaya penyusutan adalah bentuk pengalokasian biaya investasi suatu proyek pada

setiap tahun sepanjang umur ekonomis, demi menjamin agar angka biaya yang

dimasukkan dalam neraca rugi laba tahunan benar-benar mencerminkan adanya

biaya modal tersebut. Penyusutan beserta laba termasuk cash flow atau benefit

(39)

3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 6 (enam) bulan yaitu mulai dari bulan

Juni hingga Nopember 2007. Tempat penelitian dilaksanakan di perairan Teluk

Apar Kecamatan Tanah Grogot dan Kecamatan Tanjung Harapan Kabupaten Pasir

Propinsi Kalimantan Timur (Lampiran 1).

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode survei. Penelitian survei

adalah penelitian yang bertujuan untuk mencari keterangan-keterangan secara

faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi dari suatu kelompok ataupun suatu

daerah.

Pada penelitian ini dilakukan evaluasi dan perbandingan dari berbagai aspek

terhadap unit-unit penangkapan yang mayoritas digunakan oleh masyarakat di

sekitar perairan Teluk Apar sehingga diketahui teknologi penangkapan ikan yang

tepat dan layak yang hasilnya digunakan dalam pengambilan keputusan .

3.3 Metode Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan melalui observasi langsung ke lapangan dan

wawancara. Data yang dikumpukan meliputi data primer dan sekunder . Data

primer diperoleh melalui observasi langsung terhadap unit penangkapan ikan serta

wawancara dengan menggunakan kuisioner yang telah disusun sesuai dengan

keperluan analisis dan tujuan penelitian

Data sekunder berupa data produksi ikan tahunan (time series data),

gambaran umum perikanan di Kabupaten Pasir dan data penduduk nelayan yang

diperoleh dari Dinas Perikanan dan Sumberdaya Kelautan Kabupaten Pasir,

Kantor Statistik Kabupaten Pasir serta instansi lain selain itu juga dari berbagai

tulisan melalui penelusuran pustaka (studi pustaka) yang berkaitan dengan obyek

penelitian.

Data yang dikumpulkan untuk masing-masing aspek kajian (aspek biologi,

(40)

(1) Aspek biologi

Beberapa parameter pada aspek biologi yang dikumpulkan dalam penelitian

ini mencakup: selektifitas alat tangkap, komposisi jenis hasil tangkapan,

tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan yang diperoleh yaitu dengan

membandingkan potensi lestari dan produksi lestari, lama waktu musim

penangkapan ikan dan lama waktu musim ikan berdasarkan jumlah bulan

musim ikan.

(2) Aspek teknis

Mencakup parameter : ukuran kapal/perahu, ukuran alat tangkap, ukuran mata

jaring, kapasitas mesin penggerak, harga dan daya tahan (kapal, mesin dan alat

tangkap), kebutuhan BBM/trip, kebutuhan es/trip, produksi/trip, jumlah tenaga

kerja/unit penangkapan

(3) Aspek sosial

Beberapa parameter sosial yang dikumpulkan meliputi : jumlah nelayan yang

terserap setiap unit penangkapan ikan, respon penerimaan nelayan terhadap

unit penangkapan, kemampuan berinvestasi, kemudahan pengoperasian dan

kemudahan pengadaan unit penangkapan.

(4) Aspek ekonomi

Pada penelitian ini pengukuran parameter ekonomi dilakukan dengan analisis

finansial meliputi dua aspek yaitu aspek usaha dan aspek investasi. Secara

umum data yang dikumpulkan pada aspek ekonomi antara lain: biaya investasi,

biaya operasional, biaya perawatan, penerimaan kotor/trip, penerimaan

kotor/tenaga kerja. Selanjutnya penilaian efisiensi usaha dilakukan dengan

kelayakan investasi dan kelayakan usaha dari setiap unit penangkapan.

3.4 Metode Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak berstrata/bertingkat

(Stratified Random Sampling) berdasarkan jenis dan ukuran alat tangkap.

Menurut Gay dalam Hasan (2002) ukuran minimum sampel yang dapat diterima

berdasarkan pada metode yang digunakan, untuk metode deskriptif minimal 10%

populasi. Selanjutnya Umar (2005) menambahkan bahwa agar pengambilan

sampel sebanding atau berimbang dengan jumlah sub populasinya perlu dicari

(41)

19

caranya dengan membandingkan jumlah elemen tiap subpopulasi dengan jumlah

seluruh elemen populasi digunakan persamaan :

N Ni

fi , dan untuk menentukan besarnya subsampel perstrata digunakan

persamaan : ni= fi.n

Terdapat sembilan jenis alat tangkap yang dioperasikan oleh masyarakat

nelayan di perairan Teluk Apar, namun pada penelitian ini hanya tujuah jenis alat

tangkap yang diteliti. Pemilihan alat tangkap berdasarkan pada pertimbangan : (1)

alat tangkap yang dominan, efektif dan efisien (2) aktif digunakan serta (3)

memberikan hasil tangkapan yang signifikan. Adapun jenis alat tangkap yang

dipilih serta hasil perhitungan untuk mendapatkan sampel dari masing-masing

[image:41.612.133.512.331.430.2]

subpopulasi alat tangkap seperti terlihat pada Tabel 4.

Tabel 3 Penentuan Jumlah Sampel

No Jenis Alat Tangkap Populasi (Ni) Sample fraction (fi) Sampel (n) Jumlah Sampel T.Grogot Tj.Harapan T.Grogot Tj.Harapan T.Grogot Tj.Harapan

1 Pukat cincin 20 36 0,029 0.030 2 4 6 2 Jaring insang hanyut 92 140 0.134 0.116 9 14 23 3 Jaring insang dasar 84 150 0.122 0.125 8 15 23 4 Jaring tiga lapis 370 647 0.540 0.540 37 64 101 5 Bagan tancap 23 35 0.033 0.029 2 3 5 6 Rawai hanyut 75 150 0.109 0.125 7 15 22

7 Jermal 21 39 0.030 0.032 2 4 6

Jumlah 685 1197 67 119 186

Sumber : Dinas Perikanan dan Sumberdaya Kelautan 2005, (Diolah)

3.5 Metode Analisis Data

3.5.1 Standarisasi Unit Penangkapan

Unit penangkapan yang dijadikan sebagai standar adalah unit penangkapan

yang paling dominan menangkap jenis-jenis ikan tertentu di suatu daerah

(mempunyai laju tangkapan rata-rata per CPUE terbesar pada periode waktu

tertentu) dan memiliki nilai faktor daya tangkap (fishing power indeks) sama

dengan satu. FPI dari masing-masing unit penangkapan lainnya dapat diketahui

dengan cara membagi laju tangkapan rata-rata masing-masing unit penangkapan

dengan laju tangkapan rata-rata unit penangkapan yang dijadikan standar.

Berdasarkan rumus Gulland (1983), proses standarisasi adalah sebagai berikut :

FEs HTs

CPUEs=

CPUEs CPUEs FPIs=

FEi HTi

CPUEi=

(42)

Upaya standarisasi diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut (Gulland, 1983) yaitu :

SE =FPIixFEi

Dimana :

CPUEs : catch per unit effort atau jumlah hasil tangkapan per satuan upaya unit

penangkapan standar pada tahun ke-I;

CPUEi : catch per unit effort atau jumlah hasil tangkapan per satuan upaya jenis

penangkapan yang akan di standarisasi

HTs : Jumlah hasil tangkapan (catch) jenis unit penangkapan yang dijadikan

standar pada tahun ke-i

HTi : Jumlah hasil tangkapan (catch) jenis unit penangkapan yang akan

distandarisasi pada tahun ke-i

FEs : Jumlah upaya penangkapan (effort) jenis unit penangkapan ikan yang

dijadikan standar pada tahun ke-i

FEi : Jumlah upaya penangkapan (effort) jenis unit penangkapan yang akan

distandarisasi pada tahun ke-i

FPIs : fishing power indeks atau faktor daya tangkap jenis unit penangkapan

standar pada bulan ke-i

FPIi : fishing power indeks atau faktor daya tangkap jenis unit penangkapan

yang akan distandarisasi pada bulan ke-i

SE : Upaya penangkapan (effort) hasil standarisasi pada tahun ke-i

3.5.2 Analisis Kelimpahan Sumberdaya Ikan

Analisis kelimpahan sumberdaya ikan dilakukan dengan pengolahan data

hasil tangkapan dan upaya penangkapan selama 10 tahun terakhir dengan

menggunakan analisis Catch Per Unit Effort (CPUE), yakni untuk mengetahui

kelimpahan dan tingkat pemanfaatan yang didasari atas pembagian antara total

hasil tangkapan (Cathch) dengan upaya penangkapan (Effort). Menurut Sparre

dan Venema, 1992), rumus yang digunakan adalah :

CPUE = Catch Effort

Dimana :

Catch (C) = Total hasil tangkapan (kg)

(43)

21

Nilai CPUE dari total hasil tangkapan (C) dapat digunakan untuk pendugaan

stok secara sederhana. Model yang digunakan untuk data yang cenderung linier

yaitu model Schaefer.

1) Hubungan antara upaya penangkapan (f) dengan hasil tangkapan per satuan

upaya penangkapan (CPUE) = a-bf

Dimana :

a = Intersep

b = Slop

c = Hasil Tangkapan

f = Upaya penangkapan

2) Hubungan antara upaya penangkapan (f) dengan hasil tangkapan (c)

C = af-bf2

3) Upaya optimum diperoleh dengan cara menyamakan turunan pertama upaya

penangkapan dengan nol (C=0), sehingga diperoleh rumus :

Fopt = a 2b

4) Produksi maksimum lestari (MSY) diperoleh dengan mensubstitusi nilai

upaya optimum, sehingga diperoleh :

C maks = MSY = a2/4b

3.5.3 Analisis Trend

Analisis trend (kecenderungan) terhadap hasil tangkapan perupaya

penangkapan (CPUE) dilakukan untuk seleksi data yang akan dilakukan dalam

pendugaan parameter biologi “Schaefer”. Trend merupakan adanya tertentu

dalam jangka waktu yang lama. Trend digambarkan dalam garis lurus dari

persamaan regresi. Menurut Umar (2005) bentuk regresi dapat dilakukan

beberapa cara yaitu yang sederhana dengan cara pemakaian grafik dalam suatu

scatter diagram atau dengan cara matematis. Lebih lanjut Umar (2005)

menyatakan metode yang paling umum dan paling terkenal adalah metode kuadrat

terkecil (least square). Metode surplus produksi Scaefer digunakan untuk melihat

hubungan hasil tangkapan dengan upaya. Hubungan fungsi tersebut menggunakan

persamaannya dari Sparre and Venema (1999) yaitu.

(44)

Keterangan :

Y = CPUEi

Xi = kode tahun ke-i

i = 0.1.2…n

ε = galat

3.5.4 Analisis Aspek Pasar

Kelayakan suatu investasi sangat ditentukan oleh kelayakan aspek pasar.

Kelayakan pasar dilakukan dengan membandingkan jumlah permintaan dan

penawaran. Investasi dikatakan layak bila jumlah permintaan lebih tinggi

dibandingkan dengan jumlah penawaran. Metode yang digunakan untuk

membandingkan kedua hal tersebut adalah metode peramalan (forecasting) yang

didasarkan pada data berkala pada masa lalu (time series).

Tujuan digunakannya metode peramalan (forecasting) ini yaitu untuk

mengetahui suatu keadaan masa akan datang, dalam hal ini yaitu besarnya

permintaan/ kebutuhan akan ikan di masa akan datang menurut waktu yang

ditentukan. Peramalan time series dianalisis dengan menggunakan persamaan

matematis, metode yang umum digunakan yaitu metode kuadrat terkecil (Least

Square Method) (Umar 2005).

Metode kuadrat terkecil (least square method) pada penelitian ini digunakan

untuk menghitung jumlah permintaan dan penawaran, persamaannya adalah :

Y = a + bx

Keterangan :

Y = data konsumsi dan data produksi

x = waktu (tahun)

a = intercep

b = slope

nilai a dan b dari suatu persamaan garis linier ditentukan dengan humus :

X b Y a= −

(

)

∑ ∑

− − = 2 1 2 1 1 1 X X n Y X Y X n b i i

Apabila a dan b telah diketahui, maka garis lurus tersebut dapat digunakan untuk

(45)

23

Perhitung (X) pada persamaan tersebut di atas digunakan sistem kode atau

cara koding yaitu data deret waktu. Apabila data deret waktu dalam jumlah ganjil

data waktu diubah menjadi bilangan-bilangan ...,-3,-2,-1,0,1,2,3,... jika

dijumlahkan tetap bernilai nol, sedang untuk jumlah data deret waktu yang

berjumlah genap data waktu diubah menjadi bilangan-bilangan sebagai contoh ...,

-5,-3,-1,1,3,5,... jika dijumlahkan juga bernilai nol. Adapun untuk garis trend

linier rumusnya menjadi sederhana, karena Σxi = 0 dan X = l/n Σxi = 0. sehingga

dengan demikian untuk garis trend yang linier, rumusnya menjadi :

Y a=

=

i X

Y X b i2i

Keterangan :

Y = data konsumsi / produksi rata-rata

Xi = waktu ke-i

Yi = data konsumsi / produksi ke-i

3.5.5 Analisis Usaha

(1) Analisis Pendapatan Usaha

Analisa pendapatan usaha menurut Sugiarto et al (2005) bertujuan untuk

mengetahui komponen-komponen input dan output yang terlibat dalam usaha dan

besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan. Secara

matematis dirumuskan sebagai berikut :

TC TR

=

π

Keterangan :

π = Keuntungan TR = Total Revenue

TC = Total Cost

Dengan kriteria usaha sebagai berikut :

TR > TC usaha menguntungkan

TR < TC usaha rugi

(46)

(2) Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (Revenue-Cost Ratio)

Tujuan dilakukan analisis imbangan penerimaan dan biaya adalah untuk

mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode

tertentu cukup menguntungkan (Sugiarto et al 2005). Imbangan penerimaan dan

biaya secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

) ( ) ( Re / TC TotalCost TR venue Total C R =

Dengan kriteria :

R/C > 1 usaha menguntungkan

R/C < 1 usaha rugi

R/C = 1 usaha dalam keadaan impas

(3) Analisis Waktu Pengembalian Modal (Payback Period)

Payback Period menurut Umar (2001) adalah suatu analisis yang digunakan

untuk mengetahui periode waktu yang diperlukan untuk menutup kembali

investasi. Payback Period adalah rasio antara initial cash invesment dengan cash

flow dalam satuan waktu. Secara matemati

Gambar

Tabel 3  Penentuan Jumlah Sampel
Tabel  4  Posisi Beberapa Kecamatan di Wilayah Pesisir Kabupaten Pasir
Gambar 14 Ikan Kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) (Balai Penelitian Perikanan Laut, 1992)
Gambar 15   Ikan Selar (Selaroides spp)  (Balai Penelitian Perikanan Laut, 1992)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lebih tepatnya, jenjang yang rendah dipakai diameter lubang kecil, sedangkan diameter bor besar untuk jenjang yang tinggi (Gambar 3.3) memberikan

Pada penelitian ini, algoritma Dijkstra dimplementasikan untuk menghitung bobot berdasarkan nilai similarity sebuah konten yang user post dalam bentuk tweet, yang mana

Masyarakat Budaya Politik Amerika Page 6 dari hal itu, maka Pemerintah Meksiko sendiri yang salah karena. menghapuskan subsisdi

kerja sinerjik diantara faktor utama yaitu : Tujuan ( Goal ) , aktivitas sumber daya manusia ( Human Resources activities), Organisasi ( Organization )

Skenario kasus dilema etika pelaporan keuangan yang diajukan kepada partisipan penelitian hanya ditujukan untuk mengetahui justifikasi dari partisipan atas

Untuk semua anggota tata usaha Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang, yang telah banyak membantu untuk kebutuhan

Pendidikan Islam Terpadu di Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Putri Abu Hurairah Mataram Nusa Tenggara Barat Tahun 2015 menyimpulkan bahwa komponen-komponen