• Tidak ada hasil yang ditemukan

6) rawai hanyut

5.1.5 Analisis finansial

k g) Permintaan Penawaran

Gambar 43 Perbandingan permintaan dan penawaran ikan di Kalimantan Timur

5.1.5 Analisis finansial

Analisis finansial pada alat tangkap yang dioperasikan di Teluk Apar dilakukan dengan menggunakan beberapa asumsi. Tujuannya yaitu untuk meminimalisir penyimpangan dari berbagai komponen analisis agar benefit dan cost dari usaha penangkapan tersebut pada masa kini dan akan datang tetap relevan dengan waktu sekarang (present time). Beberapa asumsi yang digunakan pada uji kelayakan finansial usaha penangkapan di Teluk Apar antara lain : 1. Harga setiap jenis ikan dan investasi perunit penangkapan merupakan harga

rata-rata di lokasi studi.

2. Umur teknis (usaha penangkapan) ditetapkan selama 5-16 tahun berdasarkan umur ekonomis dari komponen utama unit penangkapan.

3. Nilai sisa dari usaha perikanan tangkap nol.

4. Biaya investasi dan penyusutan adalah nilai rata-rata dari beberapa unit penangkapan.

5. Penerimaan kas masing-masing unit penangkapan ikan di peroleh dari penjualan hasil tangkapan pertahun dan nilai penyusutan investasi pertahun. 6. Tingkat diskonto atau Opurtunnity Cost of Capital (OCC) yang digunakan

tingkat suku bunga kredit perbankkan di wilayah studi sebesar 17,75%

7. Nilai produksi, investasi dan penerimaan pertahun masing-masing alat tangkap secara lengkap pada Lampiran 24-30.

83

Berdasarkan asumsi tersebut dilakukan uji kelayakan finansial secara parsial dengan 6 kriteria terhadap masing-masing unit penangkapan ikan yaitu purse seine, jaring insang dasar, jaring insang hanyut, jaring tiga lapis, rawai hanyut, jermal dan bagan tancap.

5.1.5.1 Keuntungan usaha

Pengembangan suatu usaha harus mengetahui dana investasi yang diperlukan. Pada studi ini investasi pada unit-unit penangkapan yang dibutuhkan berbeda-beda tergantung jenis perahu, alat tangkap dan mesin. Rincian besarnya modal investasi usaha penangkapan ikan di Teluk Apar disajikan pada Tabel 34.

Tabel 34 Modal Investasi Usaha Penangkapan Ikan di Teluk Apar

No Unit alat tangkap Jenis/Jumlah Investasi (Rp) Jumlah

Perahu Mesin Alat tangkap

1. Purse seine 45.000.000,- 100.000.000,- 70.000.000,- 215.000.000,-

2 Jaring insang hanyut 2.500.000,- 3.000.000,- 1.850.000,-

7.350.000,-3 Jaring insang dasar 4.000.000,- 2.500.000,- 22.500.000,- 29.000.000,-

4 Jaring tiga lapis 2.500.000,- 3.000.000,- 1.250.000,- 6.750.000,-

5 Rawai hanyut 2.500.000,- 3.000.000,- 3.500.000,-

9.000.000,-6 Jermal 2.500.000,- 3.000.000,- 3.000.000,- 8.500.000,-

7 Bagan tancap 2.500.000,- 3.000.000,- 6.800.000,- 12.300.000,-

Sumber: Data Primer Diolah (2007)

Berdasarkan tabel diatas modal investasi usaha perikanan tangkap berkisar antara Rp. 6.750.000,- hingga Rp. 215.000.000,-. Biaya investasi tertinggi pada unit penangkapan purse seine. Adapun untuk total biaya, penerimaan, keuntungan, R/C Ratio, Payback Period setiap unit penangkapan ikan di Teluk Apar dapat dilihat pada Tabel 35.

Tabel 35 Analisa Usaha Unit Penangkapan Yang Eksisting di Teluk Apar

No Unit alat tangkap Penerimaan

(Rp/th) Biaya (Rp/th) Keuntungan (Rp/th) PP R/C Ratio 1. Purse seine 105.000.000,- 54.060.000,- 50.940.000,- 4.22 1.94

2 Jaring insang. hanyut 22.815.000,- 18.045.000,- 4.770.000,- 1.54 1.26

3 Jaring insang dasar 110.016.000,- 66.886.675,- 43.129.325,- 0.67 1.64

4 Jaring tiga lapis 31.920.000,- 16.652.500,- 15.267.500,- 0.44 1.91

5 Rawai hanyut 18.018.000,- 16.333.350,- 1.684.650,- 5.35 1.10

6 Jermal 34.200.000,- 15.290.000,- 18.910.000,- 0.45 2.24

7 Bagan tancap 37.440.000,- 14.992.000,- 22.448.000,- 0.55 2.50

Sumber : Data Primer Diolah (2007)

Keuntungan usaha penangkapan masing-masing unit penangkapan diperoleh dari total penerimaan selama satu tahun dikurangi dengan biaya-biaya (biaya tetap dan biaya variabel) yang dikeluarkan selama satu tahun. Purse seine merupakan unit penangkapan yang memperoleh keuntungan tertinggi yaitu

sebesar Rp. 50.940.000,- kemudian jaring insang dasar Rp. 43.129.325,- dan bagan tancap Rp. 22.448.000,-. Keuntungan terkecil dari unit penangkapan rawai hanyut sebesar Rp. 1.684.650,-. Ditinjau aspek keuntungan semua unit penangkapan layak dikembangkan.

5.1.5.2 Imbangan penerimaan dan biaya (R-C Ratio)

Analisis imbangan penerimaan dan biaya dihitung berdasarkan perbandingan antara todal penerimaan yang dihasilkan selama 1 tahun dengan total biaya yang dikeluarkan selama 1 tahun. Syarat layaknya usaha penangkapan dari tujuh jenis alat tangkap tersebut apabila nilai R/C > 1. Pada Tabel 34 menunjukkan kisaran nilai R/C yaitu dari 1.10 sampai 2.50 semua unit penangkapan memenuhi kriteria layak. Nilai R/C tertinggi pada unit penangkapan bagan tancap (2.50) dan paling rendah rawai hanyut (1.10).

5.1.5.3 Waktu pengembalian modal (payback period)

Analisis dimaksudkan untuk mengetahui periode waktu yang diperlukan untuk menutup investasi. Analisis ini dihitung berdasarkan perbandingan nilai investasi terhadap keuntungan. Kriteria kelayakan diambil dari masa pengembalian investasi yang tercepat, asumsinya bahwa modal investasi yang telah dikembalikan dapat dikelola kembali pada usaha penangkapan sehingga dapat meningkatkan nilai keuntungan. Selain itu modal investasi juga dapat digunakan untuk kegiatan usaha lain yang dapat memberikan keuntungan lebih.

Semakin kecil nilai payback period (semakin pendek), semakin baik usaha tersebut berjalan, karena perputaran modal investasi menambah kinerja usaha. Hasil analisis pada Tabel 34 menunjukkan unit penangkapan jaring tiga lapis memberikan masa pengembalian investasi tercepat 0.44 tahun. Waktu terlama yang dibutuhkan untuk pengembalian investasi pada unit penangkapan rawai hanyut 5.35 tahun. Namun demikian semua unit penangkapan layak dikembangkan berdasarkan aspek waktu pengembalian modal.

5.1.5.4 Net Present Value

Analisis kelayakan pengembangan usaha penangkapan dari aspek finansial digunakan kriteria investasi yaitu NPV, Net B/C dan IRR. Selengkapnya data

85

kelayakan finansial menurut kriteria investasi per unit penangkapan disajikan pada Tabel 36.

Tabel 36 Nilai Kriteria Investasi Unit Penangkapan Eksisting di Teluk Apar

No Unit penangkapan Kriteria investasi

NPV (Rp) Net B/C IRR (%)

1. Purse seine 101.192.099 1.47 28

2 Jaring insang hanyut 13.193.169 2.79 84

3 Jaring insang dasar 135.022.613 5.66 159

4 Jaring tiga lapis 56.596.973 9.38 296

5 Rawai hanyut *) - 403.182 *) 0.96 *) 16

6 Jermal 58.585.545 7.89 249

7 Bagan tancap 63.382.363 6.15 194

Sumber : Data Primer Diolah (2007) *) tidak layak

Perhitungan nilai NPV menggunakan tingkat suku bunga 17.5%. Berdasarkan data pada Tabel 35 semua unit penangkapan memenuhi syarat kelayakan dengan nilai NPV > 1 kecuali rawai hanyut. Nilai NPV terbesar pada unit penangkapan jaring insang dasar Rp. 135.022.613,-. Kisaran nilai NPV dari semua unit penangkapan antara Rp. - 403.182,- hingga Rp. 135.022.613,-.

5.1.5.5 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit Cost dhitung dengan cara membandingkan antara total nilai sekarang dari penerimaan bersih yang bersifat positif (Bt–Ct)>0 dengan total nilai sekarang penerimaan bersih yang bersifat negative (Bt–Ct)< 0. Selama usaha penangkapan berlangsung nilai B/C Ratio masing-masing unit penangkapan seperti pada Tabel 35. Hasil analisis Net B/C dari semua unit penangkapan ikan diperoleh kisaran nilai antara 0.96 – 9.38. Di perairan Teluk Apar jaring tiga lapis mempunyai nilai Net B/C tertinggi yaitu sebesar 9.38. Data yang terlihat pada Tabel 35, hasil perhitungan B/C Ratio unit penangkapan rawai hanyut lebih kecil dari 1 (0.96). Berarti pada kriteria ini rawai hanyut tidak layak.

5.1.5.6Internal Rate of Return (IRR)

IRR menunjukkan kemampuan modal untuk memberikan benefit dalam bentuk diskonto dengan kriteria layak jika IRR>OCC (opportunity cost of capital). Perhitungan IRR untuk mengetahui besarnya tingkat suku bunga yang dapat menyebabkan NPV bernilai nol. Hasil perhitungan diperoleh nilai IRR masing-masing unit penangkapan seperti terlihat pada Table 35. Berdasarkan data pada

Tabel 35 Jaring tiga lapis merupakan unit penangkapan dengan nilai IRR tertinggi 296%, paling rendah yaitu rawai hanyut hanya sebesar 16%. Pada kriteria IRR nilai yang dihasilkan rawai hanyut lebih kecil dari suku bunga yang berlaku saat itu 17,5% dengan demikian maka rawai hanyut tidak memenuhi syarat kelayakan.

5.1.6 Urutan keunggulan unit penangkapan