• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kendala pengembangan perikanan tangkap di Teluk Apar

2) Aspek finansial

5.4 Kendala pengembangan perikanan tangkap di Teluk Apar

Pengembangan perikanan tangkap dalam rangka pemberdayaan masyarakat nelayan di Teluk Apar menghadapi beberapa kendala antara lain.

(1)Pendidikan

Eksisitensi sumberdaya manusia (SDM) dalam pengelolaan perikanan tidak dapat diabaikan. SDM memiliki multiflyer effect yang besar terhadap berbagai bidang dalam praktek kehidupan manusia berupa sikap, mental, manajerial dan keterampilan, sehingga kualitas SDM sangat menentukan dan memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung keberhasilan pembangunan perikanan. Peran pendidikan sangat penting artinya bagi stimulasi daya nalay para nelayan, karena aktifitas penangkapan ikan di laut tidak hanya menuntut kemauan dan ketahanan fisik akan tetapi juga kemampuan dalam penggunaan teknologi peralatan yang canggih bagi setiap kapal perikanan.

Pada tahun 2005 nelayan di sekitar Teluk Apar berjumlah 2088 orang dengan struktur pendidikan yang beragam, yang paling dominan hanya tamatan SD bahkan banyak pula nelayan yang tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Dampak dari struktur pendidikan yang demikian yaitu pada tingkat kemampuan peneriman nelayan terhadap teknologi baru, apalagi pada tingkat teknologi yang maju selain itu juga mempengaruhi kemampuan dalam mengatur pendapatan sehingga nelayan terus terbelenggu dalam kemiskinan secara permanen khususnya kemiskinan struktural.

Konsekuensi lain rendahnya tingkat pendidikan yaitu menyebabkan rendahnya pengetahuan nelayan tentang pelestarian lingkungan pesisir dan laut, sehingga berperilaku negatif dan tidak bertanggung jawab. Hal demikian kemudian menyebabkan kerusakan terus meningkat. Pendidikan pada hakekatnya merupakan human invesment dan social capital bagi kepentingan pembangunan di daerah.

Oleh karena itu pengembangan SDM perikanan sudah seharusnya dijadikan sebagai program utama pembangunan didaerah. Sebagaimana yang diamanatkan

113

dalam CCRF tentang pentingnya peningkatan SDM bahwa setiap negara harus mengakui dan menyadari bahwa nelayan dan pembudidya patut mendapatkan pemahaman yang benar tentang konservasi dan pengelolaan sumberdaya perikanan (Nikijuluw, 2002). Peningkatan kualitas SDM nelayan dapat dilakukan melalui tiga hal utama yaitu 1) peningkatan kualitas sumberdaya anak buah kapal (ABK); 2) pemberian pelatihan teknologi dan pengelolaan usaha perikanan skala kecil dan menengah; 3) pemberian insentif modal usaha bagi kegiatan perikanan rakyat yang prospeknya baik (Dahuri, 2001).

(2)Teknologi penangkapan

Pemanfaatn sumberdaya ikan pada tingkat optimum dibutuhkan dukungan teknologi penangkapan yang sudah modern. Akan tetapi teknologi penangkapan yang digunakan di Teluk Apar masih bersifat turun temurun dan dalam operasi penangkapan lebih dominan menggunakan insting, sehingga produktifitas hasil tangkapan sangat terbatas. Operasi armada penangkapan terjauh dilakukan pada jarak 3 mil ke arah laut itupun hanya dilakukan oleh unit penangkapan purse seine dengan jumlah yang masih sangat terbatas.

Peningkatan hasil tangkapan dilakukan dengan perbaikan teknologi sehingga mampu menjangkau daerah penangkapan yang lebih jauh. Untuk mencapai daerah penangkapan tersebut dibutuhkan unit penangkapan modern. Sebagaimana yang dikatakan Monintja (1994) bahwa ciri teknologi unit penangkapan modern adalah jangkauan daerah penangkapan lebih jauh dan produktivitas tinggi.

(3)Pelabuhan Perikanan

Fasilitas perikanan pada prinsipnya berperan sebagai fasilitas penunjang untuk meningkatkan produksi perikanan. Pendukung kegiatan operasi penangkapan ikan keberadaannya sangat penting dalam mendukung usaha perikanan tangkap. Fungsi dari pelabuhan perikanan ataupun pangkalan pandaratan ikan (PPI) diantaranya sebagai tempat mendaratkan hasil tangkapan serta tempat berlabuhnya armada penangkapan ikan.

Ditinjau faktor geografis keberadaan PPI di Teluk Apar akan memiliki arti yang strategis karena berada di zona pemukiman masyarakat pantai serta aktifitas perdagangan yang merupakan bagian dari perkembangan desa. Berbeda dengan PPI yang telah ada di beberapa daerah yang banyak mengalami berbagai kendala

karena armada penangkapan dan PPI tidak berada dalam lokasi yang sama sebab faktor geografis dan demografi.

(4)Solar Package Dealer Nelayan (SPDN)

Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan input produksi yang sangat vital bagi nelayan baik skala kecil maupun skala industri. Ketergantungan nelayan terhadap ketersediaan BBM sangat tinggi hal ini dapat dipahami oleh adanya kenyataan bahwa biaya operasiaonal melaut terbebani oleh kebutuhan BBM. Kebutuhan BBM di Teluk Apar selama ini dipasok dari SPBU di ibukota kabupaten. Jarak tempuh angkutan BBM sampai ke desa sekitar Teluk Apar mengakibatkan harga jual jauh melebihi harga eceran resmi pemerintah.

Kebanyakan nelayan tidak memiliki uang tunai untuk membeli BBM langsung di SPBU, sehingga mereka membeli dan pinjam (utang) melalui para punggawa dengan harga Rp. 4.500 – Rp. 5.000/liter. Harga yang sudah berlaku demikian makin diperparah dengan kenaikan harga BBM. Upaya mengatasi hal tersebut telah dilakukan Dinas Perikanan dan Sumberdaya Kelautan dengan alokasi dana yang diberikan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan melalui Pemerintah Kabupaten Pasir untuk pembangunan SPDN di Teluk Apar. Akan tetapi dalam proses selanjutnya belum ada rekomendasi dari pihak Pertamina menyangkut pembangunan SPDN tersebut. Belum terealisasinya pembangunan SPDN di Kabupaten Pasir khususnya di Teluk Apar sebagai salah satu gambaran kurangnya perhatian dan keberpihakan Pertamina terhadap aspirasi masyarakat perikanan. (5)Pelayanan Jaringan Listrik

Keterbatasan jangkauan pelayanan listrik hingga kini masih dirasakan oleh masyarakat nelayan di Teluk Apar. Kebutuhan penerangan didesa dan di rumah-rumah, penduduk menggunakan genset yang hanya difungsikan pada malam hari, itupun tidak semua warga dapat menikmati fasilitas listrik tersebut karena kemampuan kapasitas mesin. Hal ini mengakibatkan usaha-usaha ekonomi produktif di daerah pesisir sukar dilakukan. Selain itu keterbatasan jangkauan listrik juga berdampak terhadap aksesibilitas informasi dan pengetahuan yang ditayangkan melalui audio visual.

115

(6)Abrasi dan Sedimentasi

Berbagai sungai yang bermuara ke Teluk Apar telah mengalami pendangkalan di sisi lain pada garis pantai desa-desa di Teluk Apar juga mengalami abrasi yang cukup parah seperti yang terjadi di Desa Pasir Baru dan Labuangkallo. Dampak dari abrasi dan sedimentasi di Teluk Apar yaitu terjadinya kerusakan rumah-rumah penduduk akibat terpaan ombak. Hal ini memaksa para nelayan pindah dan mendirikan rumah ke arah daratan, Akan tetapi upaya tersebut bukan jaminan untuk keamanan karena pada garis pantai terus terjadi pengikisan.

Adapun sedimentasi di Teluk Apar yang cukup memprihatinkan terjadi di Desa Pasir Baru, Labuangkallo dan Lori. Dampak pada upaya pengembangan perikanan tangkap adalah waktu operasi penangkapan sangat terbatas karena sangat dipengaruhi oleh waktu air laut pasang dan surut. Sungai sebagai salah satu alur transportasi nelayan menuju kelaut telah mengalami pendangkalan. Ketika terjadi air surut kapal-kapal nelayan tidak dapat merapat dan masuk mendekati dermaga di desa karena lumpur tebal (kandas) di muara sungai. Agar dapat berlabuh harus menunggu beberapa waktu hingga air laut pasang sehingga dapat dilalui oleh kapal-kapal nelayan.

Berbagai aktivitas pembangunan yang dilakukan di wilayah pesisir dewasa ini telah memberikan beragam dampak negarif yang cukup nyata terhadap keberadaan dan kualitas lingkungan sumberdaya ikan. Kerusakan lingkungan disekitar Teluk Apar bukan hanya diakibatkan oleh peningkatan jumlah penduduk, akan tetapi juga dari kenyataan bahwa pengeksploitasian sumberdaya alam yang ketersediaannya semakin terbatas, dilakukan oleh sebagian besar penduduk yang tidak memiliki alternatif sumber pendapatan lain, serta oleh aktifitas pembukaan lahan tambak yang terus menerus terjadi.

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelittian dapat disimpulkan sebagai berikut , yaitu : 1) Pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis dan demersal berdasarkan

prinsif-prinsif pemanfaatan dalam Code of Conduct for Responsibility Fisheries

(CCRF)telah mengalami tangkap lebih secara biologi (biologycal overfishing) 2) Jaring insang dasar, jaring tiga lapis dan purse seine merupakan unit

penangkapan prioritas utama yang tepat dikembangkan berdasarkan tinjauan aspek biologi, sosial, teknis dan ekonomi.

3) Usaha perikanan tangkap di Teluk Apar berdasarkan aspek pasar layak dikembangkan karena tingkat permintaan (demand) di Kalimantan Timur dan Balikpapan lebih tinggi dari penawaran (supply) ikan di Teluk Apar. Adapun berdasarkan aspek kelayakan finansial semua unit penangkapan layak dikembangkan kecuali rawai hanyut.

6.2 Saran

1) Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui jumlah unit penangkapan yang optimal dalam rangka rasionalisasi unit penangkapan di perairan Teluk Apar.

2) Alat tangkap ikan dominan di Teluk Apar adalah alat tangkap sederhana dan bersifat turun temurun yang di operasikan oleh armada penangkapan berukuran 1-1,5 GT. Oleh karena itu dalam konteks pengembangan, perlu dukungan peningkatan kapasitas armada penangkapan sehingga zona penangkapan (fishing ground) lebih jauh sekaligus mengurangi tekanan pemanfaatan sumberdaya pesisir, dalam rangka keberlanjutan dan recovery

sumberdaya ikan di kawasan perairan Teluk Apar.

3) Dalam rangka pengembangan dari ketiga unit penangkapan alternatif di Teluk Apar, perlu diperhatikan kemampuan daya dukung (carrying capacity) kelimpahan sumberdaya, serta perlu adanya regulasi untuk mengatur jenis usaha perikanan lainnya yang beroperasi di Teluk Apar.

4) Jika alternatif pengembangan dilakukan pada unit penangkapan purse seine,

117

suatu persiapan yaitu peningkatan kapasitas nelayan untuk siap mengoperasikan purse seineserta melengkapi dengan fasilitas pendukung.

Anonim, 2006. Ikan Menyehatkan dan Mencerdaskan. http//www.indonesia.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id= 284588.itemid=696. (18 September 2007).

Anonim, 2007. Konsumsi Ikan Indonesia Masih Rendah. Info. Iptek-Lingkungan. http//www.sinarharapan.co.id/berita/0603/20/ipt04/html. (19 September 2007).

Aliansi Masyarakat Nelayan (AMN) Kalimantan Timur dan Kabupaten Pasir, 2005. Profil Desa-Desa Pesisir di Sekitar Kawasan Cagar Alam Teluk Adang dan Teluk Apar. Mitra Pesisir, Kabupaten Pasir. Kalimantan Timur. 156 hlm.

Asikin, D. 1971. SinopsisBiologi Ikan Layang (Decapterus spp). LPPL Jakarta. Jakarta 3-27 hlm.

Azis, KA. 1989. Pendugaan Stok Populasi Ikan Tropis. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 251 hal

Balai Penelitian Perikanan laut. 1992. Ikan-Ikan Laut Eonomis Penting Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian Republik Indonesia, Jakarta. 170 hlm

Barus H. Badrudin dan N. Naamin. 1991. Potensi Sumberdaya Perikanan Laut dan Strategi Pemanfaatannya Bagi Pengembangan Perikanan yang Berkelanjutan. Prosiding Forum II Perikanan, Sukabumi, 18-21 Juni 1991. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian Republik Indonesia, Jakarta. 165-180 hlm

Baskoro, M. S. 2002. Metode Penangkapan Ikan. Diktat Pengajaran Kuliah Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan . Institut Pertanian Bogor.107 hlm

Dahuri, R. 2000. Perencanaan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Indonesia. Prosiding Konperensi Nasional II Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Indonesia, Makassar, 15-17 Mei 2000. Kerjasama Dep. Eksplorasi Laut dan Perikanan, Pemda Sulsel, Unhas. Makassar. 38-59 hlm _________. 2003. Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan.

Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Bidang Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. 233 hlm Dinas Perikanan dan Sumberdaya Kelautan Kabupaten Pasir. 2005. Buku

Tahunan Statistik Perikanan. Pasir. 96 hlm

Direktur Jenderal Perikanan. 1997. Buku Pedoman Pengenalan Sumberdaya Perikanan Laut Bagian I. Jenis-Jenis Ikan Ekonomis Penting. Departemen Pertanian. Jakarta. 64 hlm

119

Djamali, A. M. H. Burhanuddin dan S. Martosewojo, 1986. Sumberdaya Ikan Kakap (Lates calcarifer) dan Bambangan (Lutjanus spp) di Indonesia.

Proyek studi Sumberdaya Alam Indonesia. Studi Potensi Sumberdaya Hayati Ikan. Lembaga Oceanologi Nasional. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta

FAO, 1986. Distribution and Important Biology Fishery of Coastal Fish Regional South East Asia. FAO Fish Technical Paper. FAO. Vol 2. Rome. 42 p

FAO, 1995. Code of Conduct For Responsible Fisheries. Rome. 41 p

Fischer, W. And P. J. P Whitehead. 1974. Eastem Ocean (Fishing Area 57) and Western Central Pacific (Fishing Area 71). FAO, Species Identification Sheets for Fishery Purpose. Vol 1-4. FAO, United Nation

Gulland, J. A. 1983. FishStock Assestment: A Manual of Basic Methods. Wiley & Sons. Rome. 223 p

Gulland, J. A. 1988. Fish Population Dynamics : The Implementation for Management. Second edition. A. Willey Interscience Publication, London. 422 p

Haluan, J. Dan T.W. Nurani. 1988. PenerapanMetode Skoring dalam Pemilihan Teknologi Penangkapan Ikan yang Sesuai untuk Dikembangkan di Suatu Wilayah Perairan. Bulletin Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Vol. II, No. 1. Fakultas Perikanan. IPB. Bogor: Hal 3-16

Hanafiah, A.M. dan Saefudin A.M. 1983. Tata Niaga Hasil Perikanan. UI-Press. Jakarta. 206 hlm.

Hartwick, J. M. and Olewiller, N.D. 1986. The Economic of Natural Resources Use. Harper and Row Publisher, New York. 530 p

Hasan, M.I. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dab Aplikasinya.

Ghalia Indonesia, Jakarta. 260 hlm

Kadariah, L. Karlina, dan Grey, C. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Edisi Revisi. Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta. 181 hlm

King, M. 1995. Fisheries Biology, Assesment and Management. Fishing News Book, Farnham. Surrey. England. 342 p.

Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya ikan, 1997. Potensi Sumberdaya Ikan dan Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan (JTB) di Perairan Indonesia Tahun 1997. Jakarta: Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan. 33 hlm

Kriswantoro, M. Dan Sunyoto. 1986. Mengenal Ikan Laut. Tirta Raga Karya. Bani. Jakarta. 99 hlm.

Laevastu, T., and Favorite, F. 1988. Fishing and Stock Fluctuation. Fishing News Books Ltd., Farnham. 239 p

Lipsey, R.G., Paul N. Courant, D. Purvis, dan P.O. Steiner. 1995. Pengantar Ekonomi Mikro. Penterjemah Wasana J A dan Kibrandoko. Jakarta: Binarupa Aksara. Terjemahan dari Economics 10 thh ed.

Mangkusubroto, K. dan Trisnadi C.L. 1985. Analisis Keputusan Pendekatan Sistem dan Manajemen Usaha dan Proyek. Ganesa Exacta. Bandung. 271 hlm

Martasuganda, S. 2002. Jaring Insang (Gillnet). Serial Teknologi Penangkapan Ikan Berwawasan Lingkungan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 68 hlm

Maunder, M.N. 2001. A General Framework for Integrating the Standardization of Catch Per Unit Effort Into Stock Assessment Models. Canadian Journal of Fisheries and Aquatic Sciences. Vol. 58

Monintja D.R. 2003. Strategi Pengembangan Sumberdaya Perikanan Tangkap Berbasis Ekonomi Kerakyatan. Seminar Nasional Strategi Pengembangan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan Berbasis Kerakyatan. Riau. 12 hlm Naamin N. 1984. Dinamika Populasi Udang Jerbung (Penaeus merguensis de

Man) di Perairan Arafuru dan Alternatif Pengelolaannya. Disertasi (Tidak dipublikasikan) Bogor. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 281 hlm

Nikijuluw, V.P.H. 2002. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. P3R. Jakarta. 254 hlm

Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. 367 hlm

Nurani, T.W. 1987. Seleksi Teknologi Penangkapan Ikan Yang Dapat Dikembangkan di Cilacap, Jawa Tengah. Skripsi (Tidak Dipublikasikan) Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Institut Pertanian Bogor 101 hlm.

Nurani, T.W. 2002. Aspek Teknis dan Ekonomi Pemanfaatan Lobster di Pangandaran Jawa Barat. Bulletin PSP, Vol.XI No.2. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal:29-46

Pauly D. 1983. Some Simple Methods for Assesment of Tropical Fish Stock.

FAO Fish. Tech. Pap. Rome. 134 p.

Pauly, D. and V. Christensen, 2003. Ecosystem Model. In: Handbook of Fish Biology and Fisheries Volume II: Fisheries, Hart, P.J.B. and J.D. Reynold (Eds). Blackwell Publishing. United Kingdom. P:210-277

Purbayanto. 1991. Jenis Teknologi Penangkapan Ikan yang Sesuai untuk Dikembangkan di Pantai Timur Kabupaten Donggala Sulteng. Bulletin Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, 3 (1) Bogor. Fakultas Perikanan IPB. 15 hlm

Putra, B.H.E, 2004. Evaluasi tTerhadap Kegiatan Penangkapan Ikan dan Kemungkinan Pengembangannya di Perairan Teluk Adang Kabupaten Pasir Kalimantan Timur. Tesis (Tidak dipublikasikan) Program Pascasarjana Universitas Hasanudin. Makassar 85 hlm

Riyanto, B. 1991. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 3. Cetakan keempat Belas. Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada, Yogyakarta. 317 hlm

121

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid I dan II. Penerbit Bina Cipta. Bandung. 245 hlm

Sadhori, N. 1985. Teknis Penangkapan Ikan. Penerbit Angkasa. Bandung. 182 hlm

Sainsbury, J. C. 1996. Commercial Fishing Methods an Introduction to Vessel and Gear. Third Edition. Cambridge: Marston Book Service Ltd. 359 p. Soekarwati. 1995. Pembangunan Pertanian. Raja Grafindo, Jakarta. 174 hlm Sparre, P. dan Venema, S.C. 1992. Introduktion to Tropical Fish Stock

Assesment. Part I, Manual. FAO Fisheries Technical Paper No. 306, Rev. 1. FAO. Roma. 435 p.

_______________________. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis

(terjemahan) FAO-Puslitbangkan-Balitbangkan. Jakarta.

Swasta, B. 1981. Asas-Asas marketing. Edisi II. Liberty, Yogyakarta. 328 hlm Subagyo, A. 2007. Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. Elex Media

Komputindo, Jakarta. 258 hlm

Subani, W. Dan Barus, H.R. 1989. Alat Penangkap Ikan dan Udang Di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jurnal Edisi Khusus Nomor.50 tahun 198/1989. Departemen Pertanian. Jakarta. 248 hlm

Sudirman dan Mallawa, A. 2000. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta, Jakarta. 168 hlm

Sugiarto at al. 2005. Ekonomi Mikro. Cetakan ke-3. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 514 hlm

Suman A. 2004. Pola Pemanfaatan Sumberdaya udang dogol D.R. 2003.

Strategi Pengembangan Sumberdaya Perikanan Tangkap Berbasis Ekonomi Kerakyatan. Seminar Nasional Strategi Pengembangan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan Berbasis Kerakyatan. Riau. 12 hlm

Syafrin, N. 1993. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Penangkapan Ikan. (Tidak Dipublikasikan). Program Pascasarjana IPB. Bogor. 79 hlm.

Umar H. 2001. Studi Kelayakan Bisnis. Ed ke-2. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 301 hlm

Umar H. 2005. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Ed ke-4. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 510 hlm

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004. Tentang Perikanan. Von Brandt A. 1984. Fish Catching Methods of The World. England : Fishing

News Books. 418 hlm

Widodo, J. 1998. Dynamics Pool Analysys of The Ikan Layang (Decapterus spp)

Fishery in The Java Sea. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 47. Jakarta. Balai Penelitian Perikanan Laut. Hlm 39-58

Widodo, J., K. Azis., B.E. Priyono., Tampubolon., N. Naamin. Dan A. Djamal. 1998. Potensi dan Penyebaran Sumberdaya Ikan Laut di Perairan Indonesia. Kerjasama Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan Laut-LIPI dengan Ditjen Perikanan, Puslitbang Oceanologi – LIPI, Puslitbang Perikanan, BPPL Puslitbang Perikanan, Lembaga Antariksa Nasional, BPPT dan Fakultas Perikanan IPB. 251 hlm.

Wisudo, S.H., T.W Nurani, Zulkarnain. 1994. Teknologi Penangkapan ikan yang layak Dikembangkan di Labuan, Jawa Barat. (Tidak Dipublikasikan). Fakultas Perikanan. IPB. 136 hal.

Wiyono, E.S. 2001. Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk Pelabuhan Ratu. Tesis Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 102 hlm

Zulkarnain dan Darmawan. 1997. Penggunaan Model Scaefer dan Model Fox untuk Pendugaan Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Layang (Decapterus sp) di Perairan Eretan Wetan, Indramayu. Bulletin PSP, Vol. VI No. 3. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Hal: 31-40